Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH ORGANISASI DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN

MEMAHAMI KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN KEMAMPUAN


PEMIMPIN DALAM ORGANISASI, SERTA PEMBUATAN PERENCAAN
KEPUTUSAN DALAM BERORGANISASI DI SEKOLAH

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5

Nama : Evi Oktaviana (3181131003)


Jesica Novita Sari Barus (3183331013)
Rini Maya Sari Siregar (3183331009)
Kelas : A Geografi 2018
Dosen : Eni Yuniastuti S,Pd M.Sc
M.Kuliah : Organisasi dan Kebijakan Pendidikan

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan,bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak.Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati,kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah yang
telah membimbing kami membuat makalah ini.

            Kami menyadari bahwa dari segi penulisan banyak  sekali kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
untuk langkah-langkah selanjutnya.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada


semua pihak yang telah membantu. Semoga segala bantuan,bimbingan dan arahan yang
diberikan  mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Tuhan yang maha esa.

Medan, 20 Agustus 2021

Penulis
Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.............................................................................4
1.3 Tujuan ..............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6

2.1 Pengertian Kepemimpinan ...............................................................6


2.2 Pengembangan Kemampuan Pemimpin dalam Organisasi.............11
2.3 Pembuatan Perencanaan Keputusan dalam Berorganisasi …........ 16

BAB III PENUTUP.........................................................................................38


3.1 Kesimpulan......................................................................................38
3.2 Saran............................................................................................... 38
Daftar Pustaka.................................................................................................39

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua orang memiliki tujuan dalam hidupnya. Namun keterbatasan yang mereka
miliki antara satu dengan yang lainnya adalah menjadi alasan mereka untuk membentuk
suatu organisasi. Dimana semua orang berkumpul dalam suatu wadah untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan.

Dalam setiap organisasi harus memiliki pemipin agar berjalan dengan baik. Tanpa
adanya pemimpin tentu sangat sulit dan tidak mudah dalam menjalankan semua elemen
dan komponen yang ada dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin tidak begitu saja
dipiliih dan ditentukan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dimiliki olehnya. Segenap
kemampuan dalam berpikir dan berbuat menjadi pertimbangan yang sangat urgen
diperhatikan.
Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini. Cara dan
pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari kepemimpinan seseorang.
Maka tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang pemimpin memiliki tanggung jawab
dan peran yang sangat berat. Tetapi itu semua bisa diatasi bila ia memiliki cara dan
strategi yang baik dan sesuai dengan kondisinya. Maka penyusun mencoba menguraikan
materi kepemimpinan dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan ?
2.Apa yang dimaksud dengan Pengembangan Kemampuan Pemimpin dalam Organisasi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Pembuatan Perencanaan Keputusan dalam Berorganisasi
disekolah ?

1.3 Tujuan Penulisan

4
Tujuan dari Pembuatan Makalah ini agar menambah wawasan dan pengetahuan kita
mengenai pemahaman mengenai Kepempinan , Pengembangan Kemampuan Pemimpin
dalam Organisasi dan Pembuatan Perencanaan Keputusan dalam Berorganisasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. MEMAHAMI KEPEMIMPINAN

Definisi Kemepimpinan

Pengertian kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan di dalam diri


seseorang untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana
tujuannya adalah untuk mencapai target (goal) yang telah ditentukan.

Sedangkan pengertian pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan


sebagai ketua (kepala) dalam sistem di sebuah organisasi/ perusahaan. Dengan begitu,
maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memandu dan mempengaruhi
seseorang atau sekelompok orang.

Dalam berbagai aspek, memahami pengertian kepemimpinan dalam organisasi


menjadi sesuatu yang krusial. Beberapa ahli, menjelaskan mengenai definisi
kepemimpinan, diantaranya adalah:

1. Wahjosumidjo

Menurut Wahjosumidjo, pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang ada pada diri
seorang leader yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti:

 Kepribadian (personality)
 Kemampuan (ability)
 Kesanggupan (capability)

Kepemimpinan merupakan rangkaian aktivitas pemimpin yang tidak dapat dipisahkan


dengan kedudukan, gaya dan perilaku pemimpin tersebut, serta interaksi antara pemimpin,
pengikut dan situasi.

6
2. Sutarto Wijono

Menurut Sutarto, arti kepemimpinan adalah rangkaian aktivitas penataan berupa


kemampuan seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Teori Kepemimpinan

Ada beberapa teori yang harus dipahami terkait kepemimpinan. Teori-teori tersebut adalah
sebagai berikut
1 .Teori Karakter
Teori karakter merupakan sebuah teori yang menitikberatkan karakter-karakter
tertentu yang mampu menyukseskan kepemimpinan. Contohnya, seperti karakter fisik,
inteligensi, ketegasan, dan sebagainya.
Teori ini dipercaya oleh banyak orang, tetapi tak jarang dihampiri kritik, salah
satunya terkait karakteristik fisik. Dalam teori karakter, fisik yang terlihat tegap dan kuat
dianggap sebagai karakter pemimpin terbaik.
Tentu Anda tahu betul bahwa hal ini tidak sepenuhnya tepat. Pasalnya, belum tentu orang
yang terlihat kuat punya jiwa kepemimpinan yang tinggi.

2 .Teori Perilaku
Dalam teori perilaku, dijelaskan mengenai beberapa perilaku yang mencerminkan
karakter pemimpin. Perilaku tersebut terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah job
centered dan yang kedua adalah employee centered.
Job centered adalah sifat kepemimpinan yang berfokus pada pekerjaan. Sementara itu,
employee centered berfokus pada kondisi para karyawan atau bawahan di sebuah proyek.

3. Teori Kepemimpinan Situasional


Teori yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard ini memiliki titik berat pada
kematangan para pengikut atau bawahan.
Kesuksesan suatu tujuan bergantung pada matang-tidaknya para bawahan, maka dari itu
pemimpin diharapkan mampu menganalisis apakah para bawahannya sudah cukup matang
atau belum.
7
Dapat disimpulkan bahwa ada berbagai perbedaan pendapat terkait teori kepemimpinan.
Namun, yang jelas, kepemimpinan yang sukses tidak hanya berlandaskan pada faktor
pemimpin saja, tetapi juga para bawahan.

Fungsi Kepemimpinan

Hamdani Nawawi dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan yang Efektif menjelaskan
berbagai macam fungsi kepemimpinan sebagai berikut. 
1 .Fungsi Instruktif
Fungsi ini menempatkan pemimpin sebagai pengambil keputusan dan pemberi
tugas terhadap para bawahannya. Sementara itu, para bawahan bertugas untuk
menjalankan segala instruksi yang diperintahkan oleh para pemimpin.

2. Fungsi Konsultatif
Berbeda dengan fungsi instruktif, fungsi konsultatif sifatnya dua arah. Bawahan
dapat berkonsultasi pada pemimpin untuk mencari jalan terbaik dalam mencapai tujuan
bersama.
Pemimpin diharapkan cukup bijak dan punya pengetahuan terkait hal yang sedang
dikerjakan supaya bisa mengarahkan bawahannya dengan baik.

3. Fungsi Partisipasi
Dalam fungsi ini, pemimpin mampu mengaktifkan partisipasi para pesertanya
sehingga mereka juga turut berpartisipasi dan berinisiatif dalam suatu proyek. Para
bawahan tidak hanya sekadar menjalankan perintah saja.

4. Fungsi Delegasi
Dalam fungsi delegasi, pemimpin mampu untuk mendelegasikan suatu wewenang
kepada orang lain yang memang sesuai dengan tugas tersebut.
Bukan hanya mampu memerintah, ia juga harus mampu untuk mengetahui tugas-tugas
yang cocok didelegasikan kepada bawahannya.

5. Fungsi Pengendalian

8
Fungsi pengendalian berarti pemimpin mampu untuk mengendalikan segala
aktivitas bawahannya agar efektif bertugas untuk mencapai tujuan dan tidak keluar jalur.
Dalam menjalankan fungsi ini, dibutuhkan pemimpin yang tegas dan juga pemimpin yang
teliti dalam mengamati bawahannya.

Tujuan Kepemimpinan

1. Mencapai Tujuan
Kepemimpinan merupakan sebuah hal yang dibutuhkan dalam
perusahaan/kelompok supaya tujuan dapat tercapai.
Tanpa adanya satu pun pihak yang berjiwa pemimpin, tujuan sulit untuk dicapai karena
tidak ada sosok yang bisa dijadikan pegangan.

2. Memotivasi Orang Lain


Tujuan lain dari kepemimpinan adalah untuk memotivasi orang lain agar bisa
melakukan sebuah hal dengan baik dan memaksimalkan kemampuan.
Bila tidak ada sosok pemimpin, banyak orang yang akan mengalami demotivasi karena
mereka tidak terpacu akan sesuatu atau tidak merasa memiliki kewajiban untuk melakukan
hal tertentu

Sifat Pemimpin

1 .Punya Pendirian
Sebagai seorang pemimpin, Anda wajib untuk punya pendirian yang teguh.
Pendirian kuat tidak akan membuat Anda mudah goyah dan juga membuat Anda konsisten
dalam menjalankan sesuatu.
Bayangkan apabila pendirian Anda mudah goyah. Sudah pasti Anda akan mudah untuk
dipengaruhi orang lain dan tak dapat mendelegasikan tugas-tugas kepada bawahan dengan
baik.
2. Proaktif
Pemimpin harus proaktif. Pemimpin tidak boleh pasif, karena apabila seorang
pemimpin bersifat pasif, tujuan tidak akan kunjung tercapai, bahkan ini akan membuat
bawahan tidak memiliki rasa hormat kepadanya.

9
Seorang pemimpin yang baik punya inisiatif kuat akan berbagai hal sehingga bawahan
pun dapat mengandalkannya dalam berbagai macam situasi.

3. Jujur
Kejujuran mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sosok yang jujur adalah
sosok yang dapat diandalkan dalam berbagai hal dan tidak akan menggagalkan suatu
tujuan hanya untuk kepentingan pribadinya.
Sosok pemimpin yang jujur tidak hanya dapat dipercaya. Dia juga dapat menjerumuskan
bawahannya dan mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan

4. Komunikatif
Komunikatif artinya pemimpin mampu menyampaikan berbagai hal dengan jelas
dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Untuk bisa memiliki sifat ini, pemimpin harus
tahu bagaimana metode komunikasi yang baik.
Metode komunikasi yang baik artinya adalah komunikasi yang persuasif, yang mampu
menarik orang untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan. Selain itu, pemimpin yang baik
juga semestinya terhindar dari kesalahan penyampaian pesan.

5. Terbuka terhadap Pendapat


Seseorang boleh menjadi cerdas, tetapi percuma apabila mereka tidak terbuka
terhadap ilmu dan juga pendapat baru. Seorang pemimpin wajib terbuka terhadap setiap
pendapat yang ada dan tidak boleh menutup diri.
Apabila seorang pemimpin menutup diri dari pendapat dan wawasan, mereka tidak akan
dapat menjadi orang yang lebih baik dan juga membuat tujuan tak kunjung tercapai.
Pemimpin yang tertutup dengan pendapat atau wawasan juga tak akan mampu untuk
menganalisa kelebihan dan potensi bawahannya.

6. Tidak Mudah Iri


Pada dasarnya, pemimpin memang seseorang yang lebih unggul daripada
bawahan. Namun, bukan berarti pemimpin iri apabila bawahannya unggul dalam suatu hal
dan justru berusaha untuk terlihat lebih baik.
Pemimpin yang baik harus bisa mengarahkan bawahannya, tetapi juga tetap mampu
mengapresiasi bawahannya atas sesuatu yang sukses mereka lakukan.

10
7. Visioner
Tentu kita tahu bahwa seorang pemimpin yang baik tak mungkin bisa meramal,
tetapi setidaknya mereka punya kemampuan analisis kuat dan bisa merencanakan berbagai
hal serta membuat perkiraan tentang apa yang terjadi berdasarkan data-data yang ada.

8. Sabar
Akan ada banyak cobaan yang didapatkan oleh seorang pemimpin. Kunci dari hal
ini tentu adalah kesabaran yang besar. Tanpa adanya kesabaran, bagaimana mungkin
pemimpin bisa menyelesaikan suatu masalah dengan kepala dingin?
Pemimpin yang kurang sabar akan mudah menyerah bahkan sebelum ia mencapai
tujuannya

B. PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PEMIMPIN DALAM ORGANISASI

Kepemimpinan sebagai suatu proses dapat berlangsung di dalam dan di luar suatu
organisasi. Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang dinamis, karena
berlangsung di lingkungan suatu organisasi sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia
untuk mencapai tujuan tertentu, yang bersifat dinamis pula. Semua orang mungkin saja
bisa menjadi pemimpin, tapi tak semuanya bisa menjadi pemimpin yang sukses. Ada
beberapa tanda yang bisa dilihat apakah seseorang bisa menjadi pemimpin yang baik dan
amanah.

Seorang pemimpin tentu saja memikul tanggung jawab yang berat. Jika ia gagal
menjadi seorang pemimpin yang baik, maka dampaknya bisa menjadi sangat buruk bagi
orang-orang yang dipimpinnya. Jika ia tidak mampu memimpin, tentu saja hal ini akan
berdampak pada kemajuan dan kelanggengan sebuah perusahaan.

a. Dalam berorganisasi ada beberapa hal yang perlu dikembangkan unuk


menjadi seorang pemimpin yang baik:
1. Berani dan penuh percaya diri 

Agar seorang atasan memiliki cahaya yang terang, ia harus memiliki keberanian untuk
melakukan sebuah tantangan besar. Saat akan mengambil sebuah tantangan, seorang
pemimpin harus berani mengambil risiko dan harus terus berjalan, tak peduli yang
dikatakan orang lain. Di sini karakter yang kuat sangat diperlukan oleh seorang pemimpin.
11
Ia harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa apa yang akan dilakukannya ialah
sesuatu yang benar dan akan mendatangkan sebuah keuntungan bagi perusahaan. Inti dari
gaya kepemimpinan ini ialah, jangan pernah takut mengambil risiko dan jangan pernah
takut melakukan kesalahan.

Untuk memunculkan sifat ini, sebaiknya atasan melakukan evaluasi, hal penting dan
menantang apa yang bisa dilakukannya. Selain itu, setiap hari selama satu minggu, buatlah
tiga sampai lima hal tentang gaya kepemimpinan yang efektif jika diterapkan, kemudian
terapkan gaya tersebut pada minggu berikutnya

2.      Mempertajam kekuatan

Seorang ahli di bidang emotional intelligence, Daniel Goleman, melakukan


penelitian terhadap gaya kepemimpinan di 500 perusahaan dan menemukan beberapa tipe
kepemimpinan yang menonjol, misalnya melihat jauh ke depan (visionary), demokratis,
dan senang melatih. Nah, carilah keahlian atau kekuatan Anda dan jadikan hal tersebut
sebagai gaya kepemimpinan Anda. Gaya kepemimpinan tersebut nantinya bisa menjadi
ciri khas Anda. Gaya tersebut juga akan menjadi kekuatan yang akan mengantarkan Anda
pada kesuksesan di dunia karier.

3.      Padukan beberapa gaya kepemimpinan

Meski memiliki ciri khas gaya kepemimpinan, sebaiknya seorang pemimpin juga
bisa memadukan beberapa gaya kepemimpinan sekaligus dalam dirinya. Dalam
penelitiannya, Goleman juga menegaskan bahwa para pemimpin yang sukses umumnya
memadukan beberapa gaya kepemimpinan pada dirinya karena satu gaya saja tidak pernah
cukup mengatasi masalah yang banyak.

Jika misalnya seorang atasan pria harus banyak berinteraksi dengan karyawan
yang kebanyakan perempuan atau sebaliknya, gunakan pendekatan dengan gaya
kepemimpinan yang lembut dan penuh perhatian. Tapi di saat tertentu, gunakan gaya
kepemimpinan maskulin yang tegas.

Untuk bisa memadukan beberapa gaya kepemimpinan dengan tepat, identifikasi


wilayah dan karyawan yang ada di bawah atasan, kemudian carilah gaya kepemimpinan
yang tepat untuk dipadukan dengan gaya kepemimpinan yang menjadi ciri khasnya.
Setelah itu, lihat hasilnya dan lakukan evaluasi jika hasilnya belum maksimal.

12
4.      Ciptakan tujuan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, seseorang harus bisa


mengomunikasikan tujuan, visi, dan misi yang ingin dicapai oleh timnya. Dengan
mengomunikasikan, ini akan membuat bawahan merasa terpacu untuk mencapai target,
dan atasan sang pemimpin juga bisa melihat bahwa pemimpin ini bisa membimbing anak
buahnya.

Untuk bisa menemukan tujuan dan visi yang tepat, pelajarilah semua hal yang
terjadi di luar perusahaan. Setelah itu, tentukan tujuan, bangun kerja tim, dan gerakkan
mereka semua untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5.      Pemberi semangat 

Pemimpin yang terbaik adalah manusia karena manusia bisa memberikan


semangat dan mampu memotivasi karyawannya. Pemimpin haruslah bisa menempatkan
dirinya sebagai seorang motivator saat karyawannya menemui halangan.Seorang
pemimpin harus bisa melihat potensi setiap karyawannya hingga tiap karyawan bisa
memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Karena itulah, seorang pemimpin yang baik
seharusnya selalu bertanya pada dirinya sendiri, ”apa yang bisa saya berikan pada tim saya
hari ini?”

6.      Seimbang

Setiap pemimpin harus bisa mengukur risiko yang dihadapinya. Selain itu,
ciptakan waktu yang tepat untuk menikmati hidup di luar pekerjaan.

7.      Menjadi diri sendiri

Tak ada yang lebih baik selain menjadi diri sendiri. Karena itulah, jadilah
pemimpin yang sesuai dengan kepribadian Anda, jangan berusaha untuk menjadi orang
lain yang bukan diri Anda

8. Mengutamakan tindakan dalam segala hal

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, tindakan harus lebih diutamakan
dibandingkan hanya sekedar kata-kata. Pemimpin mampu memotivasi para pengikutnya,
namun dalam waktu bersamaan harus mau keluar dari zona nyaman dan mempersatukan
setiap orang untuk bekerjasama menjadi satu tim.

13
9. Selalu bersemangat

Selalu menunjukkan semangat di depan anggota tim adalah sifat wajib yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Tanpa adanya semangat, maka para anggota juga segera
kehilangan semangat juga. Namun semangat yang ditunjukkan harus tulus dan sungguh-
sungguh, disertai tekad kuat untuk mencapai hasil akhir yang diinginkan. Tunjukkan
semangat dalam setiap hal yang Anda lakukan, termasuk usaha dalam meningkatkan skill
kepemimpinan. Jadikan diri Anda sumber inspirasi bagi orang-orang di bawah Anda untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam memimpin juga.

10. Pahami kekuatan diri dan bagaimana cara menggunakannya

Ada banyak pemimpin hebat di dunia ini. Namun tidak ada seorang pun yang
menjadi pemimpin sejak mereka lahir. Skill kepemimpinan adalah sesuatu yang dibentuk
dan diasah, seiring berjalannya waktu, disertai usaha yang besar. Langkah awal untuk
mengasah skill kepemimpinan adalah dengan menganalisa kekuatan dan kelemahan diri.
Pengetahuan yang mendalam tentang apa saja kemampuan Anda, kemudian memahami
aspek-aspek yang lemah dalam diri akan membuat Anda tahu sisi diri Anda yang mana
saja yang harus diperbaiki.

11. Tetapkan tujuan konkret dan segera eksekusi

Menetapkan tujuan yang ingin dicapai akan membuat Anda tahu jalan mana yang
harus ditempuh. Tidak ada orang yang mau mengikuti dan mempercayai seorang
pemimpin yang tidak memiliki tujuan. Selagi Anda melatih skill kepemimpinan, cari tahu
tujuan seperti apa yang ingin Anda raih dan mantapkan tekad untuk menuju ke sana. Lalu
Anda harus merancang rencana yang baik, memetakan jalan yang akan ditempuh,
membuat metofologi yang akan memandu Anda untuk mencapai tujuan dalam waktu satu
minggu, satu bulan, hingga satu tahun ke depan.

b. Syarat pemimpin yang baik dalam sebuah organisasi

1.      Syarat Minimal

a)      Watak yang baik ( karakter, budi, dan moral)

b)      Inteligensi yang tinggi

c)      Kesiapan lahir dan batin

14
2.      Syarat-Syarat Yang Lain Yang Diperlukan

a)      Sadar akan tanggung jawab

b)      Memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol

c)      Membimbing dirinya dan bawahan dengan asas dan prinsip kepemimpinan

d)     Mengenal anak buah

e)      Paham mengukur dan menilai kepemimpinan

c. Peran Kepemimpinan dalam Pengembangan Organisasi

a. Pengenalan masalah

Pemimpin harus mampu mengetahui dan memahami problem organisasi, seperti:


konflik antar unit organisasi, semangat kerja rendah, biaya operasional yang terus
meningkat.

b. Melakukan diagnosis awal

Pemimpin, biasanya dibantu oleh konsultan, menentukan hakekat permasalahan


organisasi untuk melakukan pendekatan pengembangan organisasi yang dianggap paling
berhasil, dan untuk meyakinkan adanya dukungan penuh dari berbagai pihak.

c. Pengumpulan data dan informasi

Bisa dilakukan melalui survey lapangan, baik dengan cara interview atau
observasi. Data/informasi yang perlu dikumpulkan terkait dengan faktor-faktor apa saja
yang mendukung efektivitas kerja, penghambat efektivitas kerja, dan perubahan yang
diharapkan oleh organisasi.

d. Pengembangan strategi perubahan

Pemimpin bersama pihak yang berkompeten mengemukakan rumusan sebagai


alternatif dalam pemberian rekomendasi perubahan. Perencanaan pengembangan harus
disertai petunjuk untuk memudahkan pelaksanaan, serta dilengkapi dengan penaggung
jawab dan waktu pelaksanaan.

e. Intervensi

15
Merupakan langkah dari pemimpin yang menyangkut suatu perubahan atas dasar
rekomendasi yang diperoleh sebelumnya melalui pengembangan strategi. Bentuknya bisa
berupa perubahan struktur organisasi, pembentukan tim untuk meningkatkan semangat
anggota atau tim yang bertanggung jawab menerapkan program manajemen pembiayaan
organisasi.

f. Evaluasi dan tindak lanjut

Dilakukan setelah beberapa perubahan (intervensi) dilaksanakan, dimana sebagai


proses evaluasi dari upaya pengembangan organisasi dan pengembangan program
tambahan sebagai upaya pembenahan program yang ada.

C.PEMBUATAN PERENCAAN KEPUTUSAN DALAM BERORGANISASI DI


SEKOLAH

PEMBUATAN KEPUTUSAN : KONSEP, PRINSIP DAN PROSES

I Pendahuluan
Pembuatan keputusan merupakan salah satu unsure yang sangat esensial
dalam organisasi dan manajemen. Pembuatan keputusan bukan hanya fungsi
pimpinan, tapi juga suatu proses partisipasi seluruh anggota untuk meningkatkan
fungsi-fungsi manajemen. Bagi pimpinan pembuatan keputusan itu merupakan salah
satu fungsi untuk yang tidak dapat dihindari untuk tidak melakukannya, sebab tanpa
pembuatan keputusan fungsi kepemimpinan tidak dapat dilaksanakan dan pungsi
manajemen tidak dapat berjalan untuk mewujudkan tujuan organisasi.
Herbent Simon (1978) mengemukakan bahwa keputusan itu adalah suatu
manifestasi kewenangan pimpinan yang sangat diharapkan oleh bawahan, sebab
tanpa pembuatan keputusan, seluruh kegiatan bawahan menjadi tidak pasti. Ketidak
pastian ini menyebabkan lemahnya pimpinan yang dapat mengakibatkan labilnya
organisasi. Kelabilan ini merupakan titik awal kehancuran organisasi.
Dalam bidang pendidikan, penyelenggaraan pendidikan hanya mungkin
dilaksanakan bila didasarkan atas kebijakan dan perencanaan yang menyeluruh dan
mantap untuk menghadapi masa depan. Kebijakan dan perencanaan pengembangan

16
pendidikan ini adalah bentuk seperangkat keputusan-keputusan untuk
mengendalikan dan merekayasa masa depan dalam upaya membangun manusia
Indonesia untuk menghadapi masa depan. Pembuatan keputusan dengan demikian
dalam pembangunan pendidikan memegang peran strategis dan karenanya kualitas
pembuatan keputusan merupakan titik sentral dalam proses pembuatan keputusan.
Ini mengandung arti bahwa untuk menghasilkan keputusan yang bermutu, keputusan
itu menuntut dipenuhinya persyaratan professional yang harus di miliki oleh setiap
pemimpin atau manager yang professional.

17
II Pembuatan Keputusan dalam Proses Manajemen
Organisasi secara teoritik dapat dilihat dari berbagai segi. Salah satu sudut
pandang yang tepat adalah bahwa organisasi itu merupakan suata sistem sosial yang
sangat diperlukan oleh manusia terutama dalam abad ini untuk mengatasi berbagai
permasalahan, dan untuk mewujudkan berbagai aspirasi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara .Melalui organisasi kerjasama, dan koordinasi secara
komprehensif dapat diwujudkan, dan pemanfaatan sumber-sumber daya yang
diperlukan dapat pula dikelola lebih efisien dan efektif. Karena itu organisasi
merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia dalam mewujudkan tujuan
hidupnya.
Manajemen merupakan bagian integral dari organisasi. Manejemen adalah
proses fungsional yang menggerakan organisasi. Dalam manajemen terdapat
distribusi fungsi dan tugas, pengaturan wewenang dan tanggung jawab, pemimpin
dan yang dipimpin, yang secara fungsional berfungsi untuk menggerakan organisasi
sebagai suatu sistem dalam upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai.
Manajemen adalah ’’soul’’ organisasi.
Dalam konteks organisasi dan manajemen terdapat pembuatan keputusan.
Para ahli mengemukakan bawa pembuatan keputusan adalah langkah awal suatu
kegiatan. Tanpa keputusan, tidak akan ada kegiatan, dan tanpa kegiatan tidak ada
kehidupan dalam organisasi, dan bila tidak ada kehidupan maka organisasi itu mati.
Ini mengandung arti bahwa pembuatan keputusan adalah fungsi utama manajemen
yang perlu dilaksanakan oleh pemimpin dalam organisasi itu. Karena keputusan itu
pangkal suatu kegiatan yang akan mempengaruhi gerak langkah seluruh anggota
untuk menghadapi berbagai tugas, maka proses pembuatan keputusan tidak hanya
berperan sebagai fungsi pemimpin tapi juga mengkait kepentingan anggota dan
kepentingan seluruh organisasi. Dalam sudut pandang ini beberapa ahli mencoba
mengembangkan berbagai teori pembuatan keputusan sehingga fungsi manajemen
dalam organisasi dapat diwujudkan lebih sempurna. Teori pembuatan keputusan ini
ada yang dikaitkan dengan teori kepemimpinan seperti teori kepemimpinan
Situasional, teori kepemimpinan Managerial Grid dan teori Contingency Model.
Teori kepemimpinan itu melahirkan suatu pendekatan atau styles kepemimpinan
yang mencoba menjabarkan kepentingan anggota dalam proses pembuatan
keputusan sehingga keputusan yang dihasilkan oleh anggota dengan optimal.
Karena berbagai faktor yang inherent pada anggota dan pada kondisi
organisasi,seperti masalah kematangan, kemanusiaan dan pertimbangan efisiensi
dan efektivitas pelaksanaan tugas, maka kepentingan anggota atau needs dijabarkan
dalam bentuk partisipasi dalam berbagai jenis serta tingkat hingga pembuatan
keputusan itu efektif baik dalam arti perumusan keputusan maupun implementasi
keputusan tersebut. Melalui teori kepemimpinan, proses pembuatan keputusan
dapat dijabarkan dalam prilaku kepemimpinan dan peran anggota dalam proses
interaksi prilaku anggota dan prilaku pemimpin dalam proses manajemen.

III Pembuatan Keputusan, Perencanaan dan Kebijakan


Pembuatan keputusan, perencanaan dan kebijakan mengandung makna
yang saling berkaitan yang secara fungsional dan kontekstual mengandung
perbedaan-perbedaan. Pembuatan keputusan ini adalah perumusan fikiran, gagasan,
aspirasi, dan kebutuhan yang disusun secara sistematik rasional yang dapat
dijadikan pegangan atau pedoman bagi organisasi dan para anggotanya dalam
melakukan kegiatan-kegiatan. Perencanaan adalah proses pembuatan keputusan
yang merupakan pedoman untuk kegiatan perekayasaan masa depan. Kebijakan
adalah serangkaian keputusan mendasar dan umum untuk memecahkan berbagai
permasalahan organisasi. Kebijakan dapat berfungsi sebagai strategi untuk
melaksanakan perencanaan atau bahkan untuk melaksanakan suatu keputusan
tertentu. Kebijakan memiliki ciri sebagai arahan atau pedoman bagi bawahan dalam
melaksanakan suatu tugas. kebijakan dapat bersifat makro, meso dan mikro.
Dalam rumusan di atas perencanaan dan kebijakan bertitik tolak dari
keputusan. Bahkan perencanaan merupakan bentuk keputusan dan kebijakan
merupakan bentuk keputusan umum yang mendasar. Dalam pertumbuhan
selanjutnya ketiga konsep tersebut diterapkan untuk tujuan, kepentingan dan konteks
yang berbeda. Pembuatan keputusan lebih diarahkan kepada fungsi kepemimpinan
dalam proses manajemen. Perencanaan diarahkan sebagai alat rekayasa untuk
menjangkau masa depan yang lebih jauh dan menyeluruh. Sedangkan kebijakan
berfungsi sebagai garis-garis besar keputusan yang diambil oleh decision makers
untuk memberikan arah dan panduan kepada seluruh anggota untuk bertindak dan
berpartisipasi dalam setiap upaya pemecahan permasalahan.

IV Prinsip dan Proses Pembuatan Keputusan


Pembuatan keputusan mengenal berbagai prinsip dasar sehingga baik dalam
tahapan perumusan maupun implementasinya pembuatan keputusan tersebut
memenuhi syarat sebagai alat manajemen yang dapat memberikan panduan bagi
anggota dalam bertindak dan berprilaku. Adapun Prinsip-Prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Keputusan pada dasarnya ditujukan untuk memecahkan masalah, karena itu


setiap alternatif solusi hendaknya tepat untuk masalah yang dituju.
2. Setiap keputusan hendaknya merupakan alternatif terbaik dengan resiko
yang amat minial.
3. Keputusan hendaknya sudah mempertimbangkan lingkup dan resiko secara
sistematik dan sistemik.
4. Keputusan hendaknya tidak berada diluar zona of acceptance manusia.
5. Keputusan yang efektif adalah keputusan yang dapat dilaksanakan.
6. Keputusan hendaknya memecahkan masalah yang generik bukan masalah
yang oprasional teknis.
7. Pembuatan Keputusan terdiri dari tahap perumusan keputusan dan
implementasi keputusan.
8. Pembuatan keputusan hendaknya menghasilkan suatu hasil yang dapat
diukur.
9. keputusan tidak selalu harus dimulai dari data, tapi dari judgement.
Keseluruhan prinsip di atas dapat dijadikan dasar dalam setiap pembuatan
keputusan.
Dengan menerapkan prinsip tersebut pembuat keputusan dapat terhindar dari berbagai
kesalahan dalam menggunakan pembuatan keputusan. Ini mengandung arti bahwa
kekacauan manajemen yang acap kali disebabkan oleh pembuatan keputusan yang tidak
didasarkan kepada prinsip yang tepat dapat dihindari.
Proses pembuatan keputusan terdiri dari dua tahapan yaitu: tahapan perumusan
keputusan dan tahapan implementasi keputusan. Setiap tahapan terdiri dari berbagai
langkah atau kegiatan yang secara sistematik dan runtun perlu diikuti oleh setiap
pembuat keputusan. Keseluruhan rincian tahapan dan kegiatan pembuatan keputusan
tersebut tercantum di bawah ini.

A. Perumusan Keputusan
1. Identifikasi masalah
Keputusan diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah. Langkah
pertama yang harus dilakukan oleh pembuat keputusan adalah masalah-masalah
apa saja yang harus diputuskan. Menurut Peter Drucker, seorang eksekutif yang
efektif tidak membuat keputusan untuk setiap masalah.
Masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah-masalah
mendasar yang mempunyai dampak luas dan menyeluruh bagi anggota dan bagi
organisasi. Masalah-masalah ini disebut dengan “generic problems”. Masalah
biasa tidak perlu diputuskan oleh eksekutif, tapi cukup oleh pimpinan tingkat
yang lebih rendah berdasarkan aturan organisasi yang berlaku. Identifikasi
masalah generik ini tidak perlu ditunjang oleh data yang lengkap, sebab bila data
yang lengkap harus terkumpul dahulu, maka tidak akan ada suatu keputusan.
Keputusan dapat dimulai dari judgment rasional dari seorang pemimpin.

2. Perumusan tujuan
Tujuan apakah yang harus dicapai melalui pemecahan suatu
masalah? Asumsi dasar untuk setiap keputusan adalah bahwa suatu keputusan
dibuat oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti tidak
hanya masalah yang dipecahkan saja yang perlu jelas, tapi juga tujuan yang akan
dicapainya harus labih jelas lagi. Kejelasan tujuan ini diperlukan sebagai
pedoman untuk menentukan pilihan-pilihan keputusan yang paling tepat untuk
suatu masalah. Keberhasilan suatu keputusan ditentukan oleh “apakah tujuan
yang sudah ditetapkan itu akhirnya dapat dicapai atau tidak”. Tujuan untuk
masalah-masalah yang generik harus dirumuskan secara umum dan mendasar,
yang kemudian diterjemahkan kedalam tujuan-tijuan yang lebih operasional
yang disebut dengan objektif. Setiap objektif perlu pula dijabarkan kedalam
target-target baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Suatu “decision
tree” perlu dikembangkan sehingga jangkauan dampak dan lingkup suatu
keputusan dapat diketahui dengan jelas.

3. Identifikasi Alternatif Solusi


Alternatif solusi atau pemecahan untuk suatu masalah sangat penting
karena setiap masalah tidak mungkin dipecahkan hanya oleh suatu cara
pemecahan saja. Alternatif-alternatif ini diperlukan untuk sampai kepada pilihan
keputusan yang tepat dengan resiko yang sangat minimal. Identifikasi alternatif
solusi ini ditentukan oleh: latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, tingkat
kecerdasan, kemampuan antisipatif, kemampuan berfikir kedepan, imaginasi,
cita-cita, kreativitas, dan kemampuan untuk melihat secara jeli setiap resiko dan
dampak serta peluang yang mungkin diciptakan oleh suatu alternatif keputusan
tertentu.

4. Penentuan Kriteria Pemilihan Alternatif Solusi


Kriteria suatu alternatif pemecahan sangat sulit dikembangkan secara
pasti, karena sangat bergantung kepada kondisi dan visi pembuat dan pelaksana
keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Namun demikian
kriteria umum dapat diungkap seperti dibawah ini:

a. Alternatif solusi itu harus tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
b. Altertnatif solusi itu harus jelas dampak, resiko dan peluang yang mungkin
diciptakan
c. Alternatif solusi itu harus feasible untuk dilaksanakan
d. Alternatif solusi itu harus tidak bertentangan dengan nilai, etika, moral yang
dipegang oleh anggota organisasi dan oleh organisasi.
e. Alternatif solusi itu harus membawa perubahan bagi organisasi menuju yang
lebih baik dari keadaan sekarang.
Secara operasional akhirnya kriteria ini sangat ditentukan oleh pembuat
keputusan. Alternatif solusi yang dipilih mungkin mempunyai resiko tinggi dan
sulit dilaksanakan, tapi dapat membawa perubahan yang diinginkan. Dalam
manajemen acapkali ditemukan suatu alternatif solusi yang sangat mahal yang
harus diambil untuk suatu hasil yang mempunyai nilai sangat tinggi.

5. Penentuan Pilihan Alternatif Solusi (Keputusan)


Penentuan pilihan solusi atau keputusan ini dalam tahapan pembuatan
keputusan merupakan tahapan yang sangat kritis dan sangat menentukan.
Pembuat keputusan atas dasar semua pilihan yang tersedia, dengan berbagai
resiko, dampak dan peluang akhirnya harus sampai pada suatu titik pilihan
keputusan. Pilihan ini harus diambil dengan kecermatan, kejelian, keberanian,
tanggung jawab, dan komitmen yang besar. Tanpa sikap-sikap seperti itu suatu
keputusan tidak akan mempunyai makna apa-apa. Sikap seperti inilah yang
menciptakan berbagai dinamika dan perubahan dalam suatu organisasi.
B. Implentasi Keputusan

1. Legalisasi Keputusan
Langkah ini diperlukan dalam suatu proses pembuatan keputusan sebagai
suatu cara untuk memperoleh keabsahan dan komitmen serta dasar hokum dari
suatu keputusan sehingga seluruh anggota, unsur-unsur pimpinan dan seluruh
jajaran organisasi terikat untuk melaksanakan keputusan itu. Legalisasi ini
diwujudkan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan dalam suatu organisasi.

2. Plan of actions
Atas dasar keputusan formal organisasi yang secara hukum memperoleh
kekuatan, maka rancangan oprasional atau plan of action dapat disusun. Plan of
action mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Objective dan sasaran operasional
b. Penentuan tugas dan tanggung jawab bagi setiap, personel yang terlibat
c. Mekanisme organisasi dalam melaksanakan keputusan termasuk mekanisme
pengawasan
d. Penentuan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk setiap kegiatan,
termasuk sumber dana
e. Time-line dari langkah awal hingga langkah review dan evaluasi

3. Sosialisasi dan Komunikasi


Langkah ini dipandang strategis untuk memasyarakatkan keputusan agar
setiap orang memahami dalam rangka memenangkan dukungan untuk upaya
yang mengandung pembaharuan. Tujuan yang perlu dicapai adalah support atau
dukungan dari segenap anggota atau masyarakat organisasi terhadap upaya yang
akan dilaksanakan. Sosialisasi dan komunikasi ini harus dirancang secara
sistematik untuk menciptakan kondisi dan suasana yang favourable. Kritikan dan
resistansi harus diantisipasi dan langkah-langkah penanggulangannya sudah
harus disiapkan. Keseluruhan jalur komunikasi organisasi dan media teknologi
yang diperlukan harus dimobilisir sedemikian rupa sehingga suasana yang
favourable itu dapat diciptakan. Winning the support dari masyarakat begitu
penting untuk ikut mendorong terwujudnya hasil yang diharapkan.

4. Action
Tahapan ini merupakan titik tumpu untuk keberhasilan tahapan
implementasi keputusan. Tahapan action ini merupakan ”putting thing into
practice”. Keseluruhan persiapan termasuk mekanisme organisasi yang telah
disusun dicoba untuk bekerja melaksanakan keputusan yang telah diambil.
Koordinasi, Komunikasi, dan kerja sama adalah kunci dari kelancaran proses
implementasi ini
Dalam pelaksanaan action ini ada beberapa hal yang kritis yaitu:
organisasi, personnel, dan dana dalam suatu interaksi manajemen. Unsur
kemampuan pimpinan untuk menggerakan rancangan adalah sangat penting.
Pada awal action tentu akan ditemui berbagai kesulitan, pada langkah awal
inilah diperlukan kesiapan seluruh aparat eksekutif untuk selalu siaga dalam
menangani berbagai kesulitan yang muncul.

5. Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu unsur yang dapat dimanfaatkan untuk
membantu kelancaran implementasi. Pengawasan ini mencakup pemantauan
atau monitoring, evaluasi dan intervensi untuk meluruskan apa yang ditemui
tidak sesuai dengan ketentuan dan aturan yang telah ditentukan. Pengawasan ini
dapat dilakukan oleh aparat yang ditunjuk untuk itu, atau langsung oleh unsur
pimpinan kepada bawahannya.

6. Review dan evaluasi


Review adalah kaji ulang setiap langkah dan tahapan yang telah
dilaksanakan sedangkan evaluasi adalah proses penilaian untuk mengetahui
tingkat efisiensi dan efektivitas manajemen dalam rangka melaksanakan
keputusan. Kegiatan ini tidak harus menunggu hingga keseluruhan langkah
implementasi selesai, tapi dapat dilaksanakan secara terjadwal dan kontinue
dalam rintangan waktu yang telah ditentukan. Dengan sistem review dan
evaluasi seperti ini keseluruhan gambaran proses implementasi dapat di ketahui
tingkat kemajuannya, kesulitannya dan hambatannya, karena itu langkah-
langkah teknis untuk mengatasi semua persoalan dapat disusun secara sistemik
dan sistematik.

V. Pembuatan Keputusan dan Prilaku Pemimpin


Walaupun proses pembuatan keputusan itu dilaksanakan dalam berbagai
bentuk seperti shared decision making, participative decision making, namun pada
dasarnya pembuat keputusan itu merupakan salah satu tugas utama pemimpin.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembuat keputusan, pemimpin mempunyai
peluang untuk berkreatif. Shared decisions making, Participative decision making,
group decision making atau team decision making merupakan bentuk proses
pembuatan pembuatan keputusan yang melibatkan orang lain sekurang-kurangnya
untuk memberikan pertimbangan dalam memutuskan. Pembuatan keputusan seperti
ini penting dalam rangka memantapkan kehidupan demokrasi.

Ini juga sekaligus mengandung implikasi bahwa fungsi pembuatan


keputusan sesungguhnya merupakan seperangkat prilaku kepemimpinan dalam
melaksanakan tugas pemimpin. Karena pembuatan keputusan itu merupakan prilaku
pemimpin, maka styles pembuatan keputusan itu integrasi kedalam styles
kepemimpinan seperti yang dituangkan dalam teori Tanembaum. Teori ini
menampilkan perpaduan antara styles kepemimpinan dengan pembuatan keputusan
dengan dua dimensi: dimensi demokratik dan dimensi otokratik yang bergerak dari
dua titik yang berlawanan. Semakin jauh dari titik otokratik, maka styles pembuatan
keputusan pemimpin itu semakin demokratik. Sebaliknya semakin jauh dari titik
demokratik, styles pembuatan keputusan semakin otokratik. Dalam teori
kepemimpinan situasional, styles kepemimpinan disesuaikan dengan dimensi
tingkat kematangan yang dipimpin. bilamana tingkat kematangan yang dipimpin itu
berada pada tingkat yang tinggi atau mature, maka styles kepemimpinan cenderung
participatif dan delegating termasuk dalam proses pembuatan keputusan. Teori X
dan teori Y mengangkat dua tipe prilaku yang dipimpin. Apabila yang dipimpin itu
mempunyai ciri tipe X maka dalam proses pembuatan keputusan cenderung tidak
mempartisipasikan bawahan, artinya peran prilaku pemimpin semakin dominan.
Namun bilamana bawahan memiliki ciri Y maka pembuatan keputusan cenderung
melibatkan bawahan, dan prilaku pemimpin tidak dominan.
Teori Z yang dikembangkan oleh William Ouchi menampilkan gaya
pembuatan keputusan yang bercirikan collective atau team atau grup. Pemimpin
dan yang dipimpin cenderung merupakan satu kesatuan yang harmonis sehingga
rasa memiliki dan rasa keterikatan terbina pada semua pihak, karena keputusan
merupakan hasil bersama. Teori ini berasumsi bahwa organisasi itu adalah rumah
kita bersama yang harus dijaga, dilindungi dan dipelihara bersama.

VI. Keterampilan dalam Pembuatan Keputusan


Pembuatan keputusan sebagai unsur utama dalam manajemen dan fungsi
esensial dalam kepemimpinan menuntut keterampilan tertentu sehingga keputusan
yang dihasilkan memiliki kualitas sebagai produk pemimpin yang professional.
Keterampilan pembuatan keputusan semakin terasa amat strategik dalam pembuatan
keputusan, pada abad informasi, karena teknologi informasi dapat menyediakan
peluang untuk memperoleh data yang relevan, yang diperlukan oleh pembuat
keputusan yang professional. Tuntutan kualitas manajemen yang mendorong untuk
mengembangkan kekuatan organisasi dan manajemen dan dalam peran pemimpin
dalam proses tersebut. Karena itu keterampilan yang diperlukan oleh pembuat
keputusan adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan kognitif
2. Keterampilan menghimpun dan mengolah data
3. Keterampilan komunikasi
4. Keterampilan mempengaruhi
5. Keterampilan managerial

1. Keterampilan Kognitif
Keterampilan ini mencakup: keterampilan dalam mengindentifikasi masalah,
mengidentifikasi berbagai alternatif solusi, keterampilan memutuskan dengan cepat
dan tepat, keterampilan analisis, keterampilan antisipatik, dan keterampilan berikfir
kreatif terutama dalam mengidentifikasi berbagai alternatif solusi.

2. Keterampilan menghimpun dan mengolah data


Keterampilan ini terutama mencakup keterampilan menguasai teknologi
dengan sistem informasi yang dapat menghimpun dan mengolah serta
memanfaatkan data yang relevan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan. Ada
tiga keterampilan utama yang perlu dikuasai oleh pembuat keputusan: keterampilan
mengembangkan sistem informasi, keterampilan retrieval data, dan keterampilan
seleksi dan utilisasi data untuk mendukung pembuat keputusan.

3. Keterampilan komunikasi
Keterampilan komunikasi mencakup: keterampilan menjelaskan dengan tepat
dan menarik tentang keputusan yang diambil kepada masyarakat, keterampilan
membaca aspirasi dan kecenderungan masyarakat, keterampilan berbicara, dan
keterampilan menulis untuk memaparkan keputusan-keputusan baik secara lisan
maupun tertulis.

4. Keterampilan Mempengaruhi
Keterampilan mempengaruhi adalah keterampilan untuk menjual keputusan
kepada masyarakat dan anggota dengan meyakinkan sehingga terjadi perubahan
untuk mendukung dan ikut melaksanakan keputusan yang telah diambil.
Keterampilan ini biasanya didukung oleh keterampilan untuk bersosialisasi,
keterampilan untuk bergaul dan mendekati orang lain, keterampilan membaca
aspirasi orang lain, keterampilan berbicara dan berpidato dengan meyakinkan, dan
keterampilan membuat orang lain tertawa, gembira dan menangis sedih.

5. Keterampilan Managerial
Keterempilan managerial yang mendukung prses pembuatan keputusan adalah:
keterampilan pemimpin terutama dalam implementasi keputusan, keterampilan
teknis operasional terutama dalam merumuskan keputusan, kererampilan hubungan
manusia, terutama dalam proses sosialisasi keputusan, keterampilan konseptual yang
diperlukan untuk merumuskan masalah, identifikasi alternatif solusi, dan memilih
keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketrampilan lain
yang mendukung pembuatan keputusan ini terutama dalam tahapan implementasi
adalah keterampilan mengembangkan rencana dan program dan keterampilan
memecahkan konflik yang terjadi sebagai akibat benturan kepentingan. Keseluruhan
keterampilan managerial ni merupakan perangkat esensial untuk keberhasilan
keputusan yang bermutu dan generik serta mempengaruhi secara mendasar dan
menyeluruh masa depan organisasi

VII Pembuatan Keputusan dan Peningkatan Mutu


Dalam bidang pendidikan upaya peningkatan mutu difokuskan kepada mutu
proses pendidikan. Inti dari proses pendidikan adalah pembelajaran peserta didik.
proses pembelajaran ini mencakup sejumlah unsur utama yang mendasar yang
membentuk mutu pembelajaran. Unsur-unsur utama itu adalah: tujuan pembelajaran,
isi kurikulum, guru, sarana, dan prasarana, dana, manajemen dan evaluasi.
Keseluruhan unsur tersebut mempunyai fungsi yang berbeda yang saling
menunjang satu sama lain dalam proses belajar mengajar.
Esensi tujuan yang diperlukan dalam peningkatan mutu adalah ketetapan dan
kejelasannya. Tujuan dalam proses pembelajaran dijabarkan dalam Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Tujuan ini merupakan arah keseluruhan proses
pembelajaran. Aspek utama pada unsur peserta didik, adalah pemahaman terhadap
perbedaan potensi dan kemampuan dasar setiap peserta didik serta identifikasi
kebutuhan dan harapan-harapannya. Pengenalan terhadap peserta didik ini
merupakan usaha mendasar dalam mengarahkan upaya menumbuh-kembangkan
potensi peserta didik itu.
Isi kurikulum yang dituangkan dalam sillabus merupakan materi inti
pembelajaran. Isi kurikulum menuntut substansi proses belajar dan subtansi mutu
pembelajaran. Ukuran yang penting adalah relevansi dan ketepatan dengan
kebutuhan perkembangan peserta didik dan perkembangan kebutuhan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat.
Guru adalah pemegan kendali dalam proses pembelajaran peserta didik. Guru
amat strategik, karena isi kurikulum atau isi pendidikan disampaikan oleh guru,
mendidik peserta didik juga oleh guru, membentuk watak juga oleh guru serta
memberikan arah keseluruhan proses pembelajaran juga oleh guru. Karena itu
kualitas guru baik dari segi ilmu dan kepribadian amat penting dalam upaya
peningkatan mutu pembelajaran.
Sarana dan prasarana atau fasilitas pendidikan, merupakan infrastruktur proses
pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan untuk belajar dengan lebih baik.
Fungsi fasilitas pendidikan adalah ”to facilitate better and higher qualiti of learing”.
Karena itu kelengkapan dan adequaci fasilitas pendidikan amat diutamakan. Dana
adalah faktor penunjang yang dapat mendorong terjadinya mutu. Dana dapat
menyediakan fasuilitas yang lebih baik dan lengkap, dan dapat menyediakan guru
yang lebih bermutu. Guru dan fasilitas yang lebih baik serta guru yang lebih
bermutu ini mendorong terjadinya proses pembelajaran yang lebih efektif dan lebih
bermutu pula.

Manajemen adalah keseluruhan proses yang mengkoordinasikan dan


memadukan serta mensinkronisasikan keseluruhan proses pembelajaran dengan
semua unsur-unsur yangb terlibat didalamnya serta menggiring menuju tujuan yang
diinginkan. Fungsi manajemen adalah, menciptakan kemudahan, efesiensi
efektivitas dalam proses pembelajaran dan proses pendidikan secara umum.
Kelancaran implentasi fungsi-fungsi setiap unsur yang terkait dalam dalam proses
pembelajaran adalah fungsi manajemen. Layanan jasa untuk mencapai tujuan
pembelajaran adalah fungsi manajemen. Karena itu upaya peningkatan kualitas
perlu didukung oleh manage kualitas.
Pembuatan keputusan dalam upaya peningkatan mutu berada pada setiap
Tahapan terutama pada fungsi setiap unsur yang terkait dalam proses
pembelajaran. Untuk mewujudkan upaya peningkatan mutu, diperlukan need
assessment, untuk mengetahui titik-titik stategik yang merupakan langkah awal
upaya peningkatan mutu. Langkah awal ini dapat dituangkan dalam bentuk
kebijakan umum yang dapat dijabarkan dalam starategi operasional. Stategi
operasional ini terdiri dari seperangkat program yang merupakan serangkaian
keputusan untuk mewujudkan berbagai sasaran peningkatan mutu. Program
peningkatan mutu ini difokuskan pada keseluruhan unsur esensial yang berperan
dalam proses pembelajaran. dengan demikian keterkaitan pembuatan keputusan
dengan upaya peningkatan mutu ini dituangkan dalam rumusan kebijakan dan
rancangan operasional yang menyangkut berbagai segi dalam upaya peningkatan
mutu proses belajar dan mengajar.

VIII Pembuatan Keputusan Kelembagaan


Pembuatan keputusan dalam manajemen kelembagaan seperti sekolah,
merupakan fungsi utama administor sekolah yang menentukan efisiensi dan
efektivitas manajemen proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pembuatan
keputusan dalam proses kelembagaan sekolah dapat berbentuk pemecahan masalah-
masalah operasional yang dihadapi manajemen setiap saat, dan dapat pula berbentuk
keputusan yang mengandung makna dan jangkauan menyeluruh baik dalam arti
lingkup maupun jangka waktu. Keputusan seperti ini dapat berbentuk kebijakan
pengembangan sekolah dengan jangka waktu beberapa tahun, dan dapat pula
berbentuk program-program tahunan yang merupakan operasionalisasi kebijakan
umum pengembangan sekolah. Keseluruhan keputusan tersebut harus terkait satu
dengan yang lain untuk menjamin koordinasi dan sinkronisasi dalam proses
manajemen kelembagaan.
Proses pembuatan keputusan pada tingkat kelembagaan seperti diuraikan di
atas merupakan faktor dominan dalam menentukan manajemen kualitas lembaga.
Prosedur pembuatan keputusan itu banyak dipengaruhi oleh persepsi dan
pemahaman dan wawasan terhadap peran dan fungsi pembuatan keputusan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Styles tersebut dapat melahirkan
prosedur pembuatan keputusan yang cenderung dipengaruhi oleh fungsi managerial
yang cenderung authoritative, dapat berbentuk shared decision making process.
Faktor yang turut menentukan proses pembuatan keputusan di atas tampaknya amat
kondisional dan setiap saat dapat berubah tergantung kepada tingkat kematangan
dan kualitas para guru yang merupakan kekuatan pendukung dan pelaksana dalam
manajemen sekolah dan dalam proses pendidikan di sekolah itu. Model pembuatan
keputusan kelembagaan tersebut dapat diuraikan seperti dalam diagram dibawah ini.

Model 1: Authoritative Decision Making

PROBLEM

KEPUTUSAN

ANGGOTA UNTUK
DILAKSANAKAN
Model 2: Shared Decision Making

MANAGER WAKIL-WAKIL
ANGGOTA

KEPUTUSAN

ANGGOTA
UNTUK DILAKSANAKAN

Model 3: Participative Decision Making

MANAGER PERMASALAHAN

KEPUTUSAN

ANGGOTA
Ketiga model ini hanya merupakan contoh, tidak berarti pemimpin atau manager
hanya dibatasi oleh ketiga model ini saja untuk menjadikan dirinya seorang manager
yang efektif dalam pembuatan keputusan. Ramuan berbagai model yang dilandasi oleh
persepsi dan wawasan serta pengalaman yang luas dalam manajemen, merupakan modal
utama untuk membuat keputusan yang efektif dan profesional.
Ada beberapa syarat yang perlu memperoleh perhatian bagi pembuat keputusan
yaitu:
a. Kelengkapan data yang relevant dan accessable yang didukung oleh sistem
informasi yang dapat diandalkan.
b. Kemampuan analisis sehingga data itu mempunyai arti yang fungsional dalam
pembuatan keputusan.
c. Keandalan sistem komunikasi dalam manajemen yang dapat mendukung
proses sosialisasi dan komunikasi keputusan dalam waktusingkat keseluruh
jajaran organisasi.
d. Kecepatan berfikir, bertindak dengan dibantu oleh percaya diri dan keberanian
mengambil resiko dengan perhitungan yang matang.
e. Memiliki sense of time dalam arti setiap detik dan menit waktu amat
berharga dan karenanya waktu adalah mitra kerja yang memerlukan perhatian
terus menerus.
Keseluruhan persyaratan di atas merupakan token bagi manager untuk
menjadikan dirinya seorang manager yang mempunyai visi dan imaginasi.

IX Berbagai Kasus Pembuatan Keputusan dalam Bidang Pendidikan

Kasus 1: Beban mengajar guru


Sekolah X memiliki siswa 400 orang dengan 12 orang guru termasuk guru agama
dan guru olah raga. Beban setiap orang berkisar antara 12 hingga 26 jam perminggu,
walaupun menurut aturan minimal 18 jam perminggu. Bagi guru yang jumlah beban
mengajarnya kurang, diberi tugas tambahan hingga akhirnya beban setiap guru menjadi
seimbang. Gaji guru yang merupakan penghasilan utama amat terbatas, dan karena itu
hampir setiap guru berupaya untuk menambah penghasilan diluar gaji guru dengan cara
mengajar disekolah swasta yang ada disekeliling tempat mereka tinggal. Beban
mengajar di sekolah swasta itu berkisar antara 10 hingga 20 jam. Jumlah beban
seluruhnya dengan demikian jauh melebihi batas maksimal seorang guru. Ini
mengakibatkan waktu untuk mempersiapkan diri untuk tampil mengajar dengan baik
tidak cukup, waktu untuk membaca terbatas, dan waktu untuk mengembangkan diri
melalui pertemuan ilmiah juga sulit disediakan. Karena itu walaupun sekolah secara
fisik memadai dibandingkan dengan sekolah lain yang berada ditempat itu, namun
perkembangan sekolah tersebut tidak kelihatan menonjol, bahkan tampak statis dan ada
dalam keadaan statusquo. Kepala sekolah dan para guru melihat keadaan ini normal
dan perlu terus dipertahankan, sebab secara keseluruhan tampak tenang,harmonis dan
rukun.

Kasus 2: Kekurangan guru


Suatu sekolah dasar di kecamatan X memiliki murid 200 orang dengan jumlah guru
5 orang secara teoritik seharusnya jumlah guru itu minimal satu orang setiap kelas
ditambah dengan guru agama dan guru olah raga. Walaupun kepala sekolah sudah
berupaya sejak beberapa tahun untuk memperoleh tambahan guru, namun hingga saat
ini belum juga berhasil. Karena itu seluruh kelas yang ada harus diatur sedemikian rupa
sehingga setiap kelas mempunyai peluang untuk belajar. Akibatnya jumlah jam belajar
murid jadi berkurang, dan sebaliknya jumlah mengajar guru bertambah. Bahan bacaan
berupa buku paket amat terbatas,karena itu materi pengajaran yang disajikan amat
bergantung kepada perbendaharaan guru. Dukungan masyarakat terhadap sekolah amat
minimal walaupun sekolah sudah berupaya dengan berbagai cara dan daya untuk
menarik dukungan masyarakat terhadap sekolah itu. Dengan segala keterbatasan yang
ada, upaya meningkatkan mutu perlu dicoba terus, walaupun belum ditemukan cara
yang terbaik untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Kasus 3: Kekurangan dana untuk operasional sekolah
Sekolah di suatu kota Y memiliki fasilitas fisik yang cukup memadai, sehingga
siswanya yang berjumlah 3509 orang itu dapat belajar dengan baik. Sayangnya sekolah
itu tidak menampakan dinamika dan kemajuan yang menonjol karena tidak didukung
oleh dana yang memadai untuk membiayai operasional sekolah itu. Perlengkapan yang
memadai yang merupakan sumbangan itu rupanya tidak dibarengi oleh dukungan dana
sehingga disana sini tampak kotor dan kurang terpelihara. Siswa dan guru tidak merasa
tenteram karena setiap tahun kondisi oprasional sekolah tidak bertambah baik malah
menurun terus. Pada tahun 1992 yang lalu, sekolah itu hanya menampung dua kelas
saja, sedangkan sekolah lain ada yang menerima 4 sampai 6 kelas baru.

Kasus 4: Implentasi Kurikulum


Secara nasional sistem kurikulum sekolah di Indonesia adalah sama. Sekolah Q
telah mengalami beberapa kali perubahan dari mulai kurikulum 1975 sampai terakhir
kurukilum KTSP. Namun secara praktis semua kurikulum itu bagi guru dan murid tidak
ada bedanya. Bahkan guru tidak terlalu peduli kurikulum apa yang diberlakukan itu,
sebab yang diajarkan oleh guru tergantung pada keinginan guru untuk menyajikannya.
Karena itu perubahan dan perbaikan kualitatif amat sulit diintrodusir kepada sekolah itu,
karena guru-gurunya amat pragmatis dan tidak mau dipersulit dengan berbagai
perubahan kurikulum tersebut.

Kasus 5: Melanjutkan sekolah


Melanjutkan sekolah bagi sebagian masyarakat merupakan pengorbanan, aplagi
setelah lulus sekolah belum tentu segera memberikan manfaat kepada kehidupan
keluarga. Karena itu lulusan sekolah dasar disuatu desa nelayan 75% tidak melanjutkan
ke SMP terdekat, karena harus membantu keluarga mencarikan penghasilan. Wajar
dikdas 9 tahun sulit diterapkan karena dengan melanjutkan sekolah, penghasilan
keluarga berkurang. Sejumlah SMP yang berada disekitar tempat itu kekurangan siswa,
dan kepala sekolah telah berupaya untuk menghimbau para orang tua untuk
mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tanpa hasil yang menggembirakan
BAB III
KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Dalam suatu organisasi tidak dapat dilepaskan dengan seorang pemimpin. Seorang
pemimpin pasti memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan anggota yang lain
yang ada pada organisasi itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang kemudian menjadi suatu
penilaian dari para anggotanya. Tidak semua orang memiliki kelebihan-kelehihan itu
karena ia tidak dapat dibeli melainkan dari pendidikan dan pengalamam.
      Seorang pemimpin harus mampu menjalankan tugasnya secara baik. Semua anggota
merasa diperdayakan dan diberikan haknya secara maksimal. Semua rencana dijalankan
dengan prosedur yang baik. Itulah beratnya menjadi seorang pemimpin dimana semua
tumpuan dan harapan berada di tanganya

B.Saran

Untuk menyempurnakan dan memperbaiki isi dan sistematis dalam penulisan dan
penyajian maka kami dari penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang menghasilkan perbaikan pada masa yang akan datang.

38
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mengukirperadaban.com/2013/06/makalah-kepemimpinan-dalam-
organisasi.html

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196807291998021-
SURYADI/BAHAN_AJAR_P_K.pdf

https://www.academia.edu/10227278/kepemimpinan_dalam_organisasi

39

Anda mungkin juga menyukai