Anda di halaman 1dari 26

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM

”Kebijakan Energi Baru Terbarukan dan Potensi Penerapannya di


Indonesia”

OLEH:
Kelompok 1
 DEBBI WULANDARI GINTING
 WINDA SETIAMAN ZAI

A Reg’18

Fakultas Ilmu Sosial


Universitas Negeri Medan
2021
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.Tidak lupa
kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu yang telah memberikan tugas
buat dengan judul Kebijakan Energi Baru Terbarukan dan Potensi Penerapannya di
Indonesia”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang konsep dan defenisi KSDA ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

November 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4
BAB I......................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
2.1 Kebijakan Energi Nasional..............................................................................................7
2.2 Potensi-potensi energi baru terbarukan di Indonesia.....................................................9
2.3 Kendala pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia.................................................14
2.4 Optimalisasi energi baru terbarukan di Indonesia.......................................................15
BAB III..........................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
3.1 Simpulan.............................................................................................................................19
3.2 Saran...................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi terbarukan merupakan sumber energi alternatif yang tersedia melimpah di
alam. Energi ini tidak akan pernah habis walaupun terus menerus digunakan. Energi
terbarukan dapat dimanfaatkan secara terus menerus dan tidak akan habis. Beberapa sumber
energi terbarukan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Banyak
sekali sumber energi yang digunakan sehari- hari berasal dari sumber energi terbarukan,
seperti energi air, energi angin, dan energi panas matahari. Energi ini dapat di konversi
menjadi bentuk energi lainnya. Salah satu pemanfaatan yang paling banyak digunakan
adalah energi panas matahari. Energi panas matahari dimanfaatkan dengan cara
memantulkan cahaya matahari pada suatu reflektor.
Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia masih sangat sedikit. Hal tersebut tidak
lepas dari kendala serta proses pemanfaatan EBT yang tidak banyak dipahami oleh
masyarakat. Salah satu potensi EBT yang dapat dimanfaatakan oleh masyarakat kota
Semarang adalah energi cahaya matahari dan energi kinetik angin. Energi cahaya matahari
dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik dengan memanfaatkan panel surya (PV),
sedangkan energi kinetik angin dapat diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan
turbin angin. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arcandra Tahar ada
sejumlah hal yang harus benar-benar dipersiapkan oleh Indonesia untuk mendorong
pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

Data potensi energi cahaya matahari dan energi kinetik angin untuk setiap wilayah
akan berbeda tergantung dari topografi suatu wilayah. Kajian tentang data potensi energi
cahaya matahari dan energi kinetik angin disuatu wilayah dibutuhkan untuk menghitung
keekonomian energi yang diperoleh dengan biaya investasi yang dibutuhkan untuk
penerapan energi tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam makalah ini akan
mengkaji kebijakan energi baru terbarukan dan potensi penerapannya di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah potensi-potensi energidi Indonesia yang belum termanfaatkan secara
optimal ?
2. Apa kendala yang menghalangi pemanfaatan sumber energi baru terbarukan di
Indonesia?
3. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan yang ada?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui potensi energi baru terbarukan apa saja yang belum
termanfaatkan secara optimal
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang membuat Indonesia belum bisa
memanfaatkan sumber energi baru terbarukan yang tersedia
3. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan yang
tersedia
1.4 Manfaat Penulisan
1. Sebagai referensi penulisan sejenis kedepannya
2. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan pembaca tentang
optimalisasi sumber daya energi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan Energi Nasional
Sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dikuasai
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peranan energi
sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional,
sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan
pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional,
optimal, dan terpadu.
Menurut undang-undang No. 30 tahun 2007 energi dikelola berdasarkan asas
kemanfaatan, rasionalitas, efisiensi berkeadilan, peningkatan nilai tambah,
keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup,
ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional.
Dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan dan
meningkatkan ketahanan energi nasional, pengelolaan energi ditujukan untuk
a. tercapainya kemandirian pengelolaan energi;
b. terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri
maupun di luar negeri. Tersedianya sumber energi dari dalam negeri dan/atau luar
negeri sebagaimana dimaksud untuk pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri,
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri dan peningkatan devisa
Negara
c. terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan
berkelanjutan;
d. termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor;
e. tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu dan/atau yang tinggal di
daerah terpencil terhadap energi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara adil dan merata dengan cara menyediakan bantuan untuk meningkatkan
ketersediaan energi kepada masyarakat tidak mampu dan membangun infrastruktur
energi untuk daerah belum berkembang sehingga dapat mengurangi disparitas
antardaerah;
f. tercapainya pengembangan kemampuan industri energi dan jasa energi dalam negeri
agar mandiri dan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia;
g. terciptanya lapangan kerja; dan
h. terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidug.
Kebijakan energi nasional merupakan kebijakan pengelolaan energi yang
berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan benvawasan lingkungan guna
terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional. Kebijakan energi dilakukan
melalui ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional, prioritas pengembangan energi,
pemanfaatan sumber daya energi nasional dan cadangan penyangga energi nasional.
Pemerintah Indonesia telah menerapkan prinsip bauran energi (energy mix) dalam
pengelolaan energi di Indonesia.Energy mix (bauran sumber energi) merupakan suatu
konsep/strategi yang dapat dipergunakan sebagai alat (tools) untuk mencapai
pembangunan energi dan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan bauran energi
(energy mix) menekankan bahwa pemanfaatan energi perlu mengoptimumkan sumber
energi yang ada.

Sumber: Dewan Energi Nasional


Pada tahun 2010 penggunaan energi di Indonesia masih didominasi oleh minyak
bumi yaitu sebanyak 49,7% gas bumi sebanyak 20,1% batu bara sebanyak 24,5% dan
sisanya adalah menggunkanenergi baru terbarukan. Akan tetapi disadari oleh
pemerintah Indonesia akan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan energi
fosil yang ada maka pemerintah menerapkan kebijakan bauran energi (energy mix)
strategi optimalisasi yaitu dengan mengoptimalkan sumber energi lain yang ada di
Indonesia seperti energi baru terbarukan akan kebutuhan energi tidak hanya tergantung
pada energi fosil saja. Scenario bauran energi yang akan dicapai pada tahun 2025
adalah penggunaan minyak bumi sebesar 23,7% gas bumi sebesar 19,7% batubara
sebesar 30,7% dan sisanya menggunakan energi baru terbarukan sebesar 25,9%. Pada
tahun 2030 penggunaan minyak bumi sebesar 19,4% gas bumi sebesar 18,8%batu bara
sebesar 31% dan menggunakan energi baru terbarukan sebesar 30,9%. Optimalisasi
penggunaan energi baru terbarukan pada tahun 2050 direncanakan meningkat daripada
tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 39,5% sedangkan penggunan energi lainnya
semakin dikurangi seperti minyak bumi sebesar 16,5% gas bumi sebesar 14,3% dan
batu bara sebesar 29,7%. Dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagai bagian dari
kebijakan energi mix sesungguhnya segera bisa direalisasikan untuk membuat
ketahanan energi di Indonesia bisa lebih stabil.
Indonesia tidak boleh tergantung pada sumber energi tak terbarukan berbasis fosil
(minyak, batubara, dan gas), namunjuga harus mengembangkan penggunaan energi
baru terbarukan seperti air, panas bumi, tenaga surya, dan lainnya. Energi baru
terbarukan yang ada di Indonesia yang potensinya melimpah belum banyak
dimanfaatkan.

A. Kebijakan Energi Baru dan Terbarukan

Kebijakan energi terbarukan dilaksanakan melalui sebagai berikut.

1. Konservasi Energi -> pemanfaatan energi yang efisien dan rasional tanpa mengurangi
penggunaan energi yang diperlukan

2. Diversifikasi Energi -> penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai


sumber energi, serta peralihan menggunakan sumber energi yang dapat diperbaharui

3. Intensifikasi Energi -> pencarian sumber energi baru untuk meningkatkan cadangan
energi guna dimanfaatkan sebagai tenaga listrik
B. Jenis Energi Baru dan Terbarukan
1. Energi Panas Bumi

Panas bumi berkaitan dengan proses pergerakan magma di dalam kerak bumi menuju
permukaan. Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003, energi panas bumi terkandung
di dalam air panas, uap air, batuan, mineral, serta gas lainnya dalam sistem panas bumi.
Indonesia yang bagian dari wilayah ring of fire diperkirakan memiliki potensi sebesar 40%
dari potensi panas bumi dunia. Pembangkit listrik energi panas bumi pertama milik Indonesia
didirikan pada tahun 1983 di Kamojang, Jawa Barat.

Keunggulan:

Dampak emisi karbon sangat rendah

Membutuhkan lahan dan sumber air yang relatif sedikit

Kelemahan:

Membutuhkan biaya modal yang tinggi

Dapat mempengaruhi kestabilan tanah di sekitarnya

2. Energi Air

Energi air termasuk jenis energi kinetik, yaitu besar kecilnya bergantung pada gerakan
partikel tersebut. Di Indonesia, potensi tenaga air mencapai 75.000 MW tetapi yang
dimanfaatkan baru mencapai 10% dari total potensinya pada tahun 2014. Adapun
pemanfaatan energi air adalah sebagai berikut.

a. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Prinsip PLTA adalah mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik oleh
turbin yang kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator. PLTA berdasarkan pada
ketinggian dan kecepatan aliran air. Kekurangannya adalah pembangunan PLTA
membutuhkan lahan yang luas. Komponen-komponen dasar PLTA adala DAM (bendungan),
turbin, generator, transmisi, dan reservoir air. Di Indonesia, pertama kali dibangun pada
tahun 1983 bernama PLTA Ciata, Purwakarta.

b. Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH)


PLTMH merupakan pembangkit listri dengan skala kecil dan Batasan kapasitas 5 kW
– 100 kW tiap unitnya. Faktor yang dapat mempengaruhi PLTMH adalah debit aliran air dan
kemiringan sungai. Alirannya pun dibutuhkan mengalir sepanjang tahun. Biasanya dilakukan
di sungai-sungai kecil di tempat terpencil. Contohnya di Indonesia adalah PLTMH Cinta
Mekar yang berlokasi di Subang, Jawa Barat.

Keunggulan:

1. Bendungannya dapat dijadikan objek wisata

2. Biaya pemeliharaan dan operasional relatif murah

Kelemahan:

Mengganggu keseimbangan ekosistem perairan

Pembangunannya dapat menyebabkan kerusakan geologi seperti tanah longsor dan erosi

3. Energi Matahari

Matahari sebagai sumber utama yang memancarkan energi paling besar ke permukaan
bumi. Jika langit cerah, permukaan bumi diperkirakan menerima energi matahari sekitar 1000
watt/m2. Meskipun begitu, kurang dari 30% energi tersebut akan dipantulkan lagi ke
atmosfer. Potensi energi matahari di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 207.898 MW (4,80
kWh/m2/hari). Adapun teknologi dalam pemanfaatan energi matahari adalah sebagai berikut.

Pembangkit listrik tenaga termal -> Energi matahari digunakan untuk memanaskan
fluida hingga menghasilkan uap yang kemudian digunakan untuk memutar turbin.

Sel surya fotovoltaik -> Teknologi ini berupa alat yang dapat mengubah energi
matahari secara langsung menjadi energi listrik dengan sistem lensa dan mesin kalor.

Keunggulan:

1. Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca

2. Dapat dibangun di wilayah terpencil karena tidak memerlukan transmisi energi

Kelemahan:

1. Membutuhkan modal biaya dan luas lahan yang besar

2. Efisiensi energi matahari dipengaruhi polusi udara dan kondisi cuaca


4. Energi Angin

Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah. Hal ini dikarenakan perbedaan penerimaan radiasi matahari dan suhu udara.
Pemanfaatan energi angin terjadi melalui tahapan konversi dari energi kinetik menjadi gerak
rotor (baling-baling) dan diubah menjadi energi listrik. Adapun faktor besarnya energi listrik
adalah diameter kincir (turbin), kecepatan angin, dan jenis generator. Pemanfaatan energi
angin meliputi mekanik (pompa air) dan pembangkit listrik tenaga angin. Dibandingkan
energi lainnya, potensi energi angin di Indonesia pada tahun 2019 relatif kecil sebesar 60.647
MW. Adapun wilayah yang terdeteksi memiliki potensi energi angin relatif besar adalah
Sukabumi, Lombok, Garut, Pandeglang, dan Lebak.

Keunggulan:

Membutuhkan lahan yang kecil

Satu turbin dapat dimanfaatkan untuk listri ratusan rumah

Kelemahan:

Biaya pemeliharaan dan operasional relatif mahal

Sulit diprediksi karena kecepatan angin yang tidak stabil

5. Bioenergi

Bioenergi merupakan energi terbarukan yang berasal dari bahan baku organik.
Bioenergi berasal dari pengolahan biomassa, yaitu material yang dihasilkan oleh makhluk
hidup. Adapun contoh bahan baku bioenergi yang biasa digunakan adalah kelapa sawit,
kotoran ternak, jarak pagar, ubi kayu, dan lain-lain. Di Indonesia, bioenergi digunakan untuk
pembangkit listrik. Hingga tahun 2019 sudah terdapat 4 PLT Bioenergi di Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Adapun secara
garis besar, pengolahan biomassa membentuk energi primer sebagai berikut.

Biofuel (bahan bakar nabati), meliputi:

Biodiesel -> Dihasilkan dari minyak nabati yang sifanya menyerupai minyak diesel/solar.
Keunggulannya adalah bebas sulfur dan bilangan asap rendah.

Bioetanol -> Etanol dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa seperti
singkong dan tebu. Contohnya adalah gasoline-alkohol (campuran bensin dan bioetanol).
Biomassa padat -> Berasal dari bahan organik yang telak mengalami proses pemampatan
(padatan). Contohnya adalah briket biomassa dari tempurung kelapa sawit.

Biogas -> Berasal dari bahan organik yang difermentasi. Contohnya adalah gas metana.

Keunggulan:

Mengurangi impor bahan bakar

Mengeliminasi efek rumah kaca

Kelemahan:

Ketergantungan yang masih tinggi terhadap kayu

Teknologi untuk konversi biomassa membutuhkan biaya yang tinggi

2.2 Potensi-potensi energi baru terbarukan di Indonesia


Indonesia mempunyai berbagai potensi energi baru terbarukan yang dapat
dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Energi tersebut antara lain:
a. Energi Panas Bumi
Sebagai daerah vulkanik, wilayah Indonesia sebagian besar kaya akan sumber
energi panas bumi. Jalur gunung berapi membentang di Indonesia dari ujung Pulau
Sumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB menuju Kepulauan Banda,
Halmahera, dan Pulau Sulawesi. Panjang jalur itu lebih dari 7.500 km dengan lebar
berkisar 50-200 km dengan jumlah gunung api baik yang aktif maupun yang sudah
tidak aktif berjumlah 150 buah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di
sepanjang jalur itu, terdapat 217 daerah prospek panas bumi. Potensi energi panas bumi
total adalah 19.658 MW dengan rincian di Pulau Jawa 8.100 MW, Pulau Sumatera
4.885 MW, dan sisanya tersebar di Pulau Sulawesi dan kepulauan lainnya.
Sumber panas bumi yang sudah dimanfaatkan saat ini adalah 803 MW. Biasanya
data energi panas bumi dapat dikelompokkan ke dalam data energi cadangan dan energi
sumber. Biaya investasi ada dua macam. Pertama biaya eksplorasi dan
pengembangansebesar 500-1.000 dollar AS/kW: 1. Kedua, biaya pembangkit sebesar
1.500 dollar/kW (kapasitas 15 MW), 1.200 dollar/kW (kapasitas 30 MW), dan 910
dollar/kW (kapasitas 55 MW). 2. Untuk biaya energi dari panas bumi adalah 3-5
sen/kWh.
b. Energi Air
Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga
air. Itu disebabkan kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit serta dialiri oleh
banyak sungai dan daerahdaerah tertentu mempunyai danau/waduk yang cukup
potensial sebagai sumber energiair. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah salah
satu teknologi yang sudah terbukti (proven), tidak merusak lingkungan, menunjang
diversifikasi energi dengan memanfaatkan energi terbarukan, menunjang program
pengurangan pemanfaatan BBM, dan sebagian besar memakai kandungan lokal. Besar
potensi energi air di Indonesia adalah 74.976 MW, sebanyak 70.776 MW ada di luar
Jawa, yang sudah termanfaatkan adalah sebesar 3.105,76 MW sebagian besar berada di
Pulau Jawa. Pembangunan setiap jenis pembangkit listrik didasarkan pada kelayakan
teknis dan ekonomis dari pusat listrik serta hasil studi analisis mengenai dampak
lingkungan. Sebagai pertimbangan adalah tersedianya sumber energi tertentu, adanya
kebutuhan (permintaan) energi listrik, biaya pembangkitan rendah, serta karakteristik
spesifik dari setiap jenis pembangkit untuk pendukung beban dasar (base load) atau
beban puncak (peak load) Selain PLTA, energi mikrohidro (PLTMH) yang mempunyai
kapasitas 200- 5.000 kW potensinya adalah 458,75 MW, sangat layak dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di daerah pedesaan di pedalaman yang
terpencil ataupun pedesaan di pulau-pulau kecil dengan daerah aliran sungai yang
sempit. Biaya investasi untuk pengembangan pembangkit listrik mikrohidro relatif
lebih murah dibandingkan dengan biaya investasi PLTA. Hal ini disebabkan adanya
penyederhanaan standar konstruksi yang disesuaikan dengan kondisi pedesaan. Biaya
investasi PLTMH adalah lebih kurang 2.000 dollar/kW, sedangkan biaya energi dengan
kapasitas pembangkit 20 kW (rata rata yang dipakai di desa) adalah Rp 194/ kWh.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengembangan mikrohidro adalah
dengan mengintegrasikan program pengembangan PLTMH dengan kegiatan ekonomi
masyarakat, memaksimalkan potensi saluran irigasi untuk PLTMH, mendorong industri
mikrohidro dalamnegeri, dan mengembangkan berbagai pola kemitraan dan pendanaan
yang efektif.
c. Biodiesel

Akhir tahun 2004 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai
5,3 juta hektare (ha) dengan produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO)
sebesar 11 juta ton. Perkembangan perkebunan sawit ini masih terus berlanjut dan
diperkirakan dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi produsen CPO
terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton per tahun.
Salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di Indonesia
adalah biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, terutama untuk
mesin diesel. Dengan semakin tingginya harga minyak bumi akhir-akhir ini, sudah
saatnya apabila Indonesia mulai mengembangkanbiodiesel, baik untuk konsumsi dalam
negeri maupun untuk ekspor. Harga biodiesel murni sangat bergantung pada harga CPO
yang selalu berfluktuasi. Untuk skala besar, pada harga CPO US$ 400 per ton, harga
biodiesel diperkirakan mencapai sekitar US$ 560 per ton, sehingga harga B-10
(campuran 10 persen biodiesel dan 90 persen solar) menjadi Rp 2.400 per liter, suatu
harga yang tidak terlalu tinggi untuk bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Dengan
kebutuhan solar Indonesia sekitar 23 juta ton per tahun (7,2 juta ton di antaranya
diimpor), penggunaan B-10 akanmemerlukan 2,3 juta ton biodiesel, atau setara dengan
2,415 juta ton CPO yang dapat dihasilkan dari sekitar 700.000 ha kebun kelapa sawit,
dan dapat menghidupim sekitar 350.000 keluarga petani kelapa sawit, dengan asumsi
kepemilikan lahan seluas 2 ha per keluarga. Banyak keuntungan dari pemakaian
biodiesel. Jenis bahan bakar ini tidak mengandung sulfur dan senyawa benzeneyang
karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih
mudah ditangani dibandingkan dengan solar. Perbedaan antara biodiesel dan solar
terutama pada komposisinya. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati,
sedangkan solar adalah hidrokarbon. Pada dasarnya tidak perlu ada modifikasi mesin
diesel apabila bahan bakarnya menggunakan biodiesel. Biodiesel bahkan mempunyai
efek pembersihan terhadap tangki bahan bakar, injektor dan slang. Biodiesel tidak
menambah efek rumah kaca seperti halnya solar, karena karbon yang dihasilkan masih
dalam siklus karbon. Energi yang dihasilkan oleh biodiesel serupa dengan solar,
sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga serupa. Selain itu
biodiesel menghasilkan tingkat pelumasan mesin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan solar.
d. Biomassa/Biogas

Biomassa merupakan sumber energi primer yang sangat potensial di Indonesia,


yang dihasilkan dari kekayaan alamnya berupa vegetasi hutan tropika. Biomassa bisa
diubah menjadi listrik ataupanas dengan proses teknologi yang sudah mapan. Selain
biomassa seperti kayu, dari kegiatan industri pengolahan hutan, pertanian dan
perkebunan, limbah biomassa yang sangat besarjumlahnyapada saat ini juga belum
dimanfaatkan dengan baik. Munisipal solid waste (MSW) di kota-kotabesar merupakan
limbah kota yang utamanya adalah berupa biomassa, menjadi masalah yang serius
karena mengganggu lingkungan adalah potensi energi yang bisa dimanfaatkan dengan
baik.Limbah biomassa padat dari sektor kehutanan, pertanian, dan perkebunan adalah
limbah pertama yang paling berpotensi dibandingkan misalnya limbah limbah padi,
jagung, ubi kayu, kelapa, kelapa sawit dan tebu. Besarnya potensi limbah biomassa
padat di seluruh Indonesia adalah 49.807,43 MW.
Dengan pemutakhiran teknologi budidaya tanaman, dimungkinkan
pengembangan hutan energi untuk pengadaan biomasa sesuai dengan kebutuhan dalam
jumlah yang banyak dan berkelanjutan. Selain limbah biomassa padat, energi biogas
bisa dihasilkan dari limbah kotoran hewan, misalnya kotoran sapi, kerbau, kuda, dan
babi juga dijumpai di seluruh provinsi Indonesia dengan kuantitas yang berbeda-beda.
Pemanfaatan energi biomassa dan biogas di seluruh Indonesia sekitar 167,7 MW yang
berasal dari limbah tebu dan biogas sebesar 9,26 MW yang dihasilkan dari proses
gasifikasi. Biaya investasi biomassa adalah berkisar 900 dollar/kW sampai 1.400
dollar/kW dan biayaenerginya adalah Rp 75/kW-Rp 250/kW.
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong
pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan sebagai sumber energi secara
terintegrasi dengan industrinya, mengintegrasikan pengembangan biomassa dengan
kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi energi
biomassa dan usaha penunjang, dan meningkatkan penelitian dan pengembangan
pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi.
e. Energi Samudra/Laut
Di Indonesia, potensi energi samudra/ laut sangat besar karena Indonesia adalah
negara kepulauan yang terdiri dari 17.000 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km,
terdiri dari laut dalam , laut dangkal. dan sekitar 9.000 pulau-pulau kecil yang tidak
terjangkau arus listrik Nasional, dan penduduknya hidup dari hasil laut. Dengan
perkiraan potensi semacam itu, seluruh pantai di Indonesia dapat menghasilkan lebih
dari 2 ~ 3 Terra Watt Ekwivalensi listrik, diasumsikan 1% daripanjang pantai Indonesia
(~ 800 km) dapat memasok minimal ~16 GWatt atau sama dengan pasokan seluruh
listrik di Indonesia tahun 2005. Energi samudra ada empat macam, yaitu energi panas
laut, energi pasang surut, energi gelombang, energi arus laut. Prinsip kerja masing-
masing :
1. Energi panas laut yaitu dengan menggunakan beda temperatur antara temperatur di
permukaan laut dan temperatur di dasar laut.
2. Energi pasang surut dengan menggunakan beda ketinggian antara laut pasang terbesar
dan laut surut terkecil.
3. Energi gelombang adalah dengan menggunakan besar ketinggian gelombang dan
panjang gelombang.
4. Energi arus laut prinsip kerjanya persis sama dengan turbin angin. Dengan
menggunakan turbin akan dihasilkan energi listrik.
Potensi energi panas laut di Indonesia bisa menghasilkan daya sekitar 240.000
MW, tetapi secara teknologi, pembangkit listrik tenaga laut belum dikembangkan dan
dikuasai sedangkan untuk energi pasang surut dan energi gelombang masih sulit
diprediksi karena masih banyak ragam penelitian yang belum bisa didata secara rinci.
Keempat energi samudra di atas di Indonesia masih belum terimplementasikan karena
masih banyak faktor sehingga sampai saat ini masih taraf wacana dan penelitian
penelitian. Biaya investasi belum bisa diketahui di Indonesia tetapi berdasarkan uji
coba di beberapa negara industri maju adalah berkisar 9 sen/kWh hingga 15 sen/kWh.
f. Angin
Secara umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingat bahwa
kecepatan angin minimum rata-rata yang secara ekonomis dapat dikembangkan sebagai
penyedia jasa energi adalah 4m/ dt. Kendatipun demikian ada beberapa wilayah dimana
sumber energi angin kemungkinan besar layak dikembangkan. Wilayah tersebut antara
lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan dan
Tenggara, Pantai Utara dan Selatan Jawa dan Karimun Jawa.
Upaya untuk mengembangkan energi angin mencakup pengembangan energi
angin untuk listrik dan non listrik (pemompaan air untuk irigasi dan air bersih),
pengembangkan teknologi energi angin yang sederhana untuk skala kecil (10 kW) dan
skala menengah (50 - 100 kW) dan mendorong pabrikan memproduksi SKEA skala
kecil dan menengah secara massal.
g. Surya
Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia
menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturutturut untuk
kawasan barat dan timur
Indonesia dengan distribusi penyinaran :
• Kawasan barat Indonesia (KBI) = 4.5 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 10%
• Kawasan timur Indonesia (KTI) = 5.1 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%
• Rata-rata Indonesia = 4.8 kWh/m2.hari, variasi bulanan sekitar 9%.
Hal ini mengisyaratkan bahwa radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang tahun,
dan kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran yang lebih baik.
Energi surya dapat dimanfaatkan melalui dua macam teknologi yaitu energi surya
termal dan surya fotovoltaik.
a. Surya Fotovoltaik

Energi surya atau lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell, merupakan
sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri dari
rangkaian dioda tipe p dan n,yang mampu merubah langsung energi surya menjadi
energi listrik.
b. Surya Termal

Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak
digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, khususnya rumahtangga
perkotaan. Jumlah pemanas air tenaga surya (PATS) diperkirakan berjumlah 150.000
unit dengan total luasan kolektorsebesar 400,000 m2. Secara non-komersial dan
tradisional, energi surya termal banyak digunakan untuk keperluan pengeringan
berbagai komoditas pertanian, perikanan, perkebunan, industrikecil, dan keperluan
rumah tangga. Secarakomersial, energi surya mempunyai potensiekonomi untuk
penyediaan panas proses suhu rendah (s/d 90 oC) menggunakansistem energi surya
termik (SEST) bagikeperluan pengolahan pasca panenkomoditas tersebut dengan lebih
efektif dan efisien.
Pengembangan energi surya mencakup pemanfaatan PLTS di perdesaan dan perkotaan,
mendorong komersialisasi PLTS dengan memaksimalkan keterlibatan swasta,
mengembangkan industri PLTS dalam negeri, dan mendorong terciptanya sistem dan
pola pendanaan yang efisien dengan melibatkan dunia perbankan.

2.3 Kendala pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia


Laju kebutuhan energi dalam negeri terus tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi.
Sumber pemenuhan kebutuhan itu masih didominasi oleh energi fosil. Padahal,
pemerintah telah memasang target agar seperempat dari energi yang digunakan bersifat
baru terbarukan.Penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih tergolong rendah,
karena dirasa belum kompetitif dibandingkan dengan energi konvensional. Harga listrik
yang dibangkitkan PLTS,PLTB,PLTMH dan PLT energi baru terbarukan lainnya masih
lebih tinggi daripada yang dibangkitkan dengan BBM. Sumber energi baru terbarukan
seperti energi surya,energi angin, dan biomassa besar tetapi pemanfaatannya masih
terbatas, karena harganya yang belum kompetitif terhadap energi konvensional.
Sayangnya, sebagian besar teknologi energi masih belum berkembang dan belum
dikuasai sehingga ketergantungan terhadap luar negeri sangat besar.
Padahal jika kita tahu bahwa pemanfaatan sumber daya energi terbarukan sebagai
bahan baku produksi energi listrik mempunyai kelebihan antara lain;

1. Relatif mudah didapat,


2. Dapat diperoleh dengan gratis, berarti biaya operasional sangat rendah,
3. Tidak mengenal problem limbah,
4. Proses produksinya tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi, dan
tidakterpengaruh kenaikkan harga bahan bakar (jarass,1980).

Akan tetapi bukan berarti pengembangan pemanfaatan sumber daya energi


terbarukan ini terbebas dari segala kendala. Khususnya di Indonesia ada beberapa
kendala yang menghambat pengembangan energi terbarukan bagi produksi energi
listrik, seperti:

1. Harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia masih
sangat rendah.
2. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum dapat
dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimport dari luar negeri.
3. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial pada
penyediaan modal awal.
4. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih terbatasnya
studi dan penelitian yang dilakukan.
5. Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.
6. Kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya sangat
bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak tentu.
7. Kebijakan yang mampu mendorong transfer teknologi dalam membantu menciptakan
keamanan pasokan energi di dalam negeri belum kondusif.

Potensi sumber daya energi terbarukan, seperti; matahari, angin dan air, ini secara
prinsip memang dapat diperbarui, karena selalu tersedia di alam. Namun pada
kenyataannya potensi yang dapat dimanfaatkan adalah terbatas. Tidak di setiap daerah
dan setiap waktu; matahari bersinar cerah air jatuh dari ketinggan dan mengailr deras
serta angin bertiup dengan kencang. Di sebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan
tersebut, nilai sumber daya energi sampai saat ini belum dapat begitu menggantikan
kedudukan sumber daya energi fosil sebagai bahan baku produksi energi listrik. Oleh
sebab itu energi terbarukan ini lebih tepat disebut sebagai energi aditif, yaitu sumber
daya energi tambahan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi listrik, serta
menghambat atau mengurangi peranan sumber daya energi fosil.

2.4 Optimalisasi energi baru terbarukan di Indonesia


Optimalisasi sumber energi dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi,
serta melakukan optimasi pembangkit untuk mempertahankan efisiensi dan
instrumentasi pembangkit agar tetap handal sehingga produksi tetap dapat
dipertahankan. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk dapat mengoptimalkan sumber
energi baru terbarukan di Indonesia adalah
1. Melakukan riset
Riset merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan sumber energi yang belum
termanfaatkan dengan optimal. Melalui riset akan didapatkan hasil serta penemuan-
penemuan terbaru bagaimana memanfaatkan EBT yang belum termanfaatkan, belum
tergali serta belum dikembangkan.Riset di bidang energi baru terbarukanperlu
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional di bidang penguasaan Iptek.
Khususnya dalam rangka pengembangan industri yang berkaitan dengan jasa dan
teknologi energi terbarukan dan konservasi energi yang dilakukan melalui kerja sama
dengan lembaga atau industri penelitian dan pengembangan unggulan. Selain
programnya juga perlu dianggarkan dengan baik biaya untuk penelitian dan
pengembangan yang diambil dari pengurangan subsidi, maupun anggaran khusus yang
dapat mengurangi kerugian social ekonomi karena permasalahan pemborosan
pemakaian energi. Anggaran pemerintah untuk energi alternatif di dari tahun ketahun
diberikan prioritas kenaikan untuk mempercepat penyelesaian permasalahan energi.
2. Pembangunan infrastrukturenergi.
Infrastruktur energi meliputi infrastruktur konversi energi (pembangkit listrik, kilang
minyak, kilang gas) serta infrastruktur transmisi dan distribusi energi (pipa gas,
jaringan transmisi dan distribusi listrik, dstnya). Ketersediaan infrastruktur energi di
Indonesia serta pengembangan infrastruktur energi yang harus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan energi dan memanfaatkan ketersediaan sumber energi, khususnya
domestik.
Pembangunan infrastruktur energi diarahkan untuk diversifikasi energi, baik yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan. Sehingga dicapai optimasi penyediaan
energi regional dan nasional untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dan
dapat mendukung pembangunan berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur tersebut
dilakukan dengan cara:
a. Memfasilitasi pengembangan pembangunan infrastruktur energi yang mencakup
fasilitas prosesing seperti kilang minyak, pembangkit tenaga listrik, berikutnya fasilitas
transmisi dan distribusi pipa gas dan BBM dan fasilitas depot untuk penyimpanan.

b. Memfasilitasi peningkatan investasi bidang infrastruktur energi.


c. Memfasilitasi peningkatan pemanfaatan energi alternatif non-BBM termasuk energi
baru terbarukan seperti panas bumi, surya, mikrohidro, angin, dan biomassa sebagai
bagian dari kebijakan bauran energi, efisiensi dan diversifikasi serta mengurangi beban
subsidi pemerintah.

3. Perlu adanya perbaikan kebijaksanaan dalam harga


Biaya produksi dan pengembangan EBT masih tergolong mahal karena harus
mengunakan teknologi yang modern.Hal ini menyebabkan harga dari EBT masih
tergolong mahal.Pemerintah sebaiknya mengurangi subsidi terhadap bahan bakar
minyak dan memperbesar subsidi untuk energi terbarukan karena selama harga BBM
lebih rendah dari harga energi terbarukan maka pengembangan energi terbarukan tidak
kompetitif. Dengan adanya pengurangan subsidi untuk BBM dengan dialihkan ke
pengembangan EBT akan menjadikan harga BBM dan EBT menjadi kompetitif.
Masyarakat akan mempunyai banyak pilihan dalam menggunakan energi.
4. Pengembangan instrumen kebijaksanaan dibidang fiskal yang berkaitan dengan energi.
Pengembangkan instrument kebijakan fiskal diperlukan untuk mendorong
perkembangan EBT oleh para perusahaan.adanya berbagai insentif secara adil dan
konsisten. Insentif yang diperlukan, diantaranya adalah:
a. pemberian insentif pajak berupa penangguhan, keringanan dan pembebasan pajak
pertambahan nilai, serta pembebasan pajak bea masuk kepada perusahaan yang
bergerak dibidang energi terbarukan dan konservasi energi
b. penghargaan kepada pelaku usaha yang berprestasi dalam menerapkan prinsip
konservasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan;
c. penghapusan pajak barang mewah terhadap peralatan energi terbarukan dan konservasi
energi;
d. memberikan dana pinjaman bebas bunga untuk bagian rekayasa teknik pada investasi
pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi.
5. Menerapkan Prinsip-Prinsip Good Governance dan Transparansi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan dan pengelolaan EBT adalah tata
kelola pemerintahan. Pemerintah yang bersih dan baik akan mendorong pengembangan
optimalisasi EBT. Salah satu cara untuk membangun pemerintahan yang bersih dan
baik adalah dengan menerapkan prinsip good governance. Penerapan prinsip-prinsip
good governance dilakukan dengan menerapkantransparansi mekanisme open access
pada infrastruktur energi dan deregulasi di tingkat makro dan mikro (corporate).
Penetapan kelembagaan yang bertanggungjawab dalam pengaturan standarisasi
danspesifikasi produk-produk EBT . pemerintah juga perlu membenahi berbagai
regulasi terkait dengan peraturan perundang-undangan yang tidak efektif dan tumpang
tindih.
6. Mendorong Investasi Swasta bagi Pengembangan Energi,
Investasi dari pihak swasta akan sangat mendukung pengembangan energi di Indonesia
karena biaya produksi dan pengembangan energi baru terbarukan masih relative tinggi
sehingga kurang menarik bagi investor. Investasi dari pihak swasta dapat berbentuk
pembangunan perusahaan yang mengelola energi, penggunaan teknologi yang canggih
dan modern serta pembangunan infrastruktur.Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mendorong investasi swasta adalah dengan menerapkan insentif ekonomi, baik dalam
bentuk fiskal maupun non fiskal, khususnya untukpasokan energi bagi kebutuhan
domestik, pengembangan energi baru terbarukan danpeningkatan efisiensi
energi.Memberikan insentif ekonomi bagi investasi baru untuk pengembangan
infrastruktur energi.Insentif tersebut dapat berupa pemotongan pajak.
7. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Pembangunan Energi
yang Berkelanjutan.
Dilakukan dengan menyelenggarakan sosialisasi energi alternatif secara kontinyu
kepada masyarakat serta meningkatan kesadaran masyarakat dalam efisiensi dan hemat
energi.Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang penggunaan lampu hemat
energi agar dapat merubah mindset masyarakat dalam penggunaaan energi
8. Peningkatan Kegiatan Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi ini dilakukan untuk mencari sumber-sumber energi baru terbarukan
yang masih belum ditemukan. Penemuan ladang energi baru akan menjadikan cadangan
energi meningkat dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi di
Indonesia. Peningkatan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan dengan memberikan
insentif ekonomi untuk meningkatkan investasi bagi kegiatan eksplorasi serta
eksplorasi pencarian potensi-potensi baru.

Dengan adanya optimalisasi potensi sumber energi baru terbarukan di Indonesia,


peluang bagi pencapaian kemandirian di sektor energi dan peningkatan pendapatan
nasional Indonesia pun semakin terbuka.Jadi, peningkatan kesejahteraan bangsa
Indonesia menjadi kenyataan.Hal ini tentu menjadi harapan kita semua.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya yang sangat besar
dibandingkan negara-negara lain didunia. Permintaan akan konsumsi energi tumbuh
pesat seiring pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduknya.Sementara itu, selama 11
tahun terakhir, produksi energi nasional terus mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 4,6% per tahun. Ekspor mengalami pertumbuhan rata-rata 6,8%
per tahun, impor tumbuh rata-rata 10,2% per tahun (Handbook of Energy and
Economic Statistic of Indonesia 2013). Konsumsi energi nasional terbesar dari tahun
2000 sampai 2012 ialah jenis BBM. BBM yang berasal dari fosil ini paling banyak
digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Selain BBM, batubara juga merupakan energi
yang berasal dari fosil. Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sudah
mencapai angka 97% .
Kondisi diatas akan menimbulkan masalah dan ketimpangan, yaitu terjadinya
pengurasan sumber daya fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara yang lebih
cepat jika dibandingkan dengan penemuan cadangan energi baru. Kebijakan energi
nasional merupakan kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip
berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian
dan ketahanan energi nasional. Kebijakan energi dilakukan melalui ketersediaan energi
untuk kebutuhan nasional, prioritas pengembangan energi, pemanfaatan sumber daya
energi nasional dan cadangan penyangga energi nasional.
Oleh karena itu diversifikasi energi atau penganekaragaman pemakaian energi
dengan meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti tenaga
surya,biomassa,angin,energi air dan panas bumi perlu dioptimalkan. Adapun hal yang
perlu dilakukan untuk dapat mengoptimalkan sumber energi baru terbarukan di
Indonesia adalah dengan melakukan riset, pembangunan infrastruktur energi, perlunya
perbaikan kebijaksanaan dalam harga, pengembangan instrumen kebijaksanaan
dibidang fiskal yang berkaitan dengan energi, menerapkan prinsip-prinsip good
governance dan transparansi, mendorong investasi swasta bagi pengembangan energi,
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan energi yang
berkelanjutan, serta peningkatan kegiatan eksplorasiuntuk mencari sumber-sumber
energi baru terbarukan yang masih belum ditemukan.
Dengan adanya optimalisasi potensi sumber energi baru terbarukan di Indonesia,
peluang bagi pencapaian kemandirian di sektor energi dan peningkatan pendapatan
nasional Indonesia pun semakin terbuka. Sehingga, peningkatan kesejahteraan bangsa
Indonesia menjadi kenyataan.

3.2 Saran
Dalam mengembangkan energi baru terbarukan, kami memberikan saran:
1. Perlu segera dibuat neraca sumber daya alam nasional khususnya energi sebagai
acuan untuk memetakan seluruh ragam potensi energi dan produksi energi
nsaional di seluruh wilayah nusantara.
2. Perlu segera dipercepat pembangunan infrastruktur EBT untuk mengoptimalkan
potensi EBT yang ada.
3. Pemerintah sebaiknya segera menerapkan kebijakan pola subsidi energi yang
lebih tepat untuk BBM dan Non BBM sehingga EBT memiliki nilai kompetitif
dibandingkan dengan energi fosil.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2012.Pengembangan Energi Baru Terbarukan(Ebt) Guna Penghematan Bahan


Baku Fosil Dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI
edisi 14 desember 2012.

Bintang, Ananda.2014. Saling dorong kembangkan EBT. Fokus utama edisi 20 desember-20
Januari 2014.
Blue print pengelolaaan energi nasional 2005-2025.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2012). Statistik Energi Terbaru
Kementerian Energi dan Sumber Daya Minernal. (2012). Handbook of Energy and
Economics and Statistics of Indonesia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Minernal. (2013). Indonesia Economic Energy
Outlook 2013.
Kementrian energi dan Sumber Daya Mineral .(2013). Kerangka Kebijakan Energi
Terbarukan.
Undang-undang republik Indonesia No. 30 tahun 2007 tentang energi

Anda mungkin juga menyukai