OLEH:
Kelompok 1
DEBBI WULANDARI GINTING
WINDA SETIAMAN ZAI
A Reg’18
November 2021
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4
BAB I......................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................6
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
2.1 Kebijakan Energi Nasional..............................................................................................7
2.2 Potensi-potensi energi baru terbarukan di Indonesia.....................................................9
2.3 Kendala pemanfaatan energi baru terbarukan di Indonesia.................................................14
2.4 Optimalisasi energi baru terbarukan di Indonesia.......................................................15
BAB III..........................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
3.1 Simpulan.............................................................................................................................19
3.2 Saran...................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Data potensi energi cahaya matahari dan energi kinetik angin untuk setiap wilayah
akan berbeda tergantung dari topografi suatu wilayah. Kajian tentang data potensi energi
cahaya matahari dan energi kinetik angin disuatu wilayah dibutuhkan untuk menghitung
keekonomian energi yang diperoleh dengan biaya investasi yang dibutuhkan untuk
penerapan energi tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam makalah ini akan
mengkaji kebijakan energi baru terbarukan dan potensi penerapannya di Indonesia
1. Konservasi Energi -> pemanfaatan energi yang efisien dan rasional tanpa mengurangi
penggunaan energi yang diperlukan
3. Intensifikasi Energi -> pencarian sumber energi baru untuk meningkatkan cadangan
energi guna dimanfaatkan sebagai tenaga listrik
B. Jenis Energi Baru dan Terbarukan
1. Energi Panas Bumi
Panas bumi berkaitan dengan proses pergerakan magma di dalam kerak bumi menuju
permukaan. Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003, energi panas bumi terkandung
di dalam air panas, uap air, batuan, mineral, serta gas lainnya dalam sistem panas bumi.
Indonesia yang bagian dari wilayah ring of fire diperkirakan memiliki potensi sebesar 40%
dari potensi panas bumi dunia. Pembangkit listrik energi panas bumi pertama milik Indonesia
didirikan pada tahun 1983 di Kamojang, Jawa Barat.
Keunggulan:
Kelemahan:
2. Energi Air
Energi air termasuk jenis energi kinetik, yaitu besar kecilnya bergantung pada gerakan
partikel tersebut. Di Indonesia, potensi tenaga air mencapai 75.000 MW tetapi yang
dimanfaatkan baru mencapai 10% dari total potensinya pada tahun 2014. Adapun
pemanfaatan energi air adalah sebagai berikut.
Prinsip PLTA adalah mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik oleh
turbin yang kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator. PLTA berdasarkan pada
ketinggian dan kecepatan aliran air. Kekurangannya adalah pembangunan PLTA
membutuhkan lahan yang luas. Komponen-komponen dasar PLTA adala DAM (bendungan),
turbin, generator, transmisi, dan reservoir air. Di Indonesia, pertama kali dibangun pada
tahun 1983 bernama PLTA Ciata, Purwakarta.
Keunggulan:
Kelemahan:
Pembangunannya dapat menyebabkan kerusakan geologi seperti tanah longsor dan erosi
3. Energi Matahari
Matahari sebagai sumber utama yang memancarkan energi paling besar ke permukaan
bumi. Jika langit cerah, permukaan bumi diperkirakan menerima energi matahari sekitar 1000
watt/m2. Meskipun begitu, kurang dari 30% energi tersebut akan dipantulkan lagi ke
atmosfer. Potensi energi matahari di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 207.898 MW (4,80
kWh/m2/hari). Adapun teknologi dalam pemanfaatan energi matahari adalah sebagai berikut.
Pembangkit listrik tenaga termal -> Energi matahari digunakan untuk memanaskan
fluida hingga menghasilkan uap yang kemudian digunakan untuk memutar turbin.
Sel surya fotovoltaik -> Teknologi ini berupa alat yang dapat mengubah energi
matahari secara langsung menjadi energi listrik dengan sistem lensa dan mesin kalor.
Keunggulan:
Kelemahan:
Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah. Hal ini dikarenakan perbedaan penerimaan radiasi matahari dan suhu udara.
Pemanfaatan energi angin terjadi melalui tahapan konversi dari energi kinetik menjadi gerak
rotor (baling-baling) dan diubah menjadi energi listrik. Adapun faktor besarnya energi listrik
adalah diameter kincir (turbin), kecepatan angin, dan jenis generator. Pemanfaatan energi
angin meliputi mekanik (pompa air) dan pembangkit listrik tenaga angin. Dibandingkan
energi lainnya, potensi energi angin di Indonesia pada tahun 2019 relatif kecil sebesar 60.647
MW. Adapun wilayah yang terdeteksi memiliki potensi energi angin relatif besar adalah
Sukabumi, Lombok, Garut, Pandeglang, dan Lebak.
Keunggulan:
Kelemahan:
5. Bioenergi
Bioenergi merupakan energi terbarukan yang berasal dari bahan baku organik.
Bioenergi berasal dari pengolahan biomassa, yaitu material yang dihasilkan oleh makhluk
hidup. Adapun contoh bahan baku bioenergi yang biasa digunakan adalah kelapa sawit,
kotoran ternak, jarak pagar, ubi kayu, dan lain-lain. Di Indonesia, bioenergi digunakan untuk
pembangkit listrik. Hingga tahun 2019 sudah terdapat 4 PLT Bioenergi di Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Adapun secara
garis besar, pengolahan biomassa membentuk energi primer sebagai berikut.
Biodiesel -> Dihasilkan dari minyak nabati yang sifanya menyerupai minyak diesel/solar.
Keunggulannya adalah bebas sulfur dan bilangan asap rendah.
Bioetanol -> Etanol dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa seperti
singkong dan tebu. Contohnya adalah gasoline-alkohol (campuran bensin dan bioetanol).
Biomassa padat -> Berasal dari bahan organik yang telak mengalami proses pemampatan
(padatan). Contohnya adalah briket biomassa dari tempurung kelapa sawit.
Biogas -> Berasal dari bahan organik yang difermentasi. Contohnya adalah gas metana.
Keunggulan:
Kelemahan:
Akhir tahun 2004 luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai
5,3 juta hektare (ha) dengan produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO)
sebesar 11 juta ton. Perkembangan perkebunan sawit ini masih terus berlanjut dan
diperkirakan dalam lima tahun mendatang Indonesia akan menjadi produsen CPO
terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton per tahun.
Salah satu produk hilir dari minyak sawit yang dapat dikembangkan di Indonesia
adalah biodiesel yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, terutama untuk
mesin diesel. Dengan semakin tingginya harga minyak bumi akhir-akhir ini, sudah
saatnya apabila Indonesia mulai mengembangkanbiodiesel, baik untuk konsumsi dalam
negeri maupun untuk ekspor. Harga biodiesel murni sangat bergantung pada harga CPO
yang selalu berfluktuasi. Untuk skala besar, pada harga CPO US$ 400 per ton, harga
biodiesel diperkirakan mencapai sekitar US$ 560 per ton, sehingga harga B-10
(campuran 10 persen biodiesel dan 90 persen solar) menjadi Rp 2.400 per liter, suatu
harga yang tidak terlalu tinggi untuk bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Dengan
kebutuhan solar Indonesia sekitar 23 juta ton per tahun (7,2 juta ton di antaranya
diimpor), penggunaan B-10 akanmemerlukan 2,3 juta ton biodiesel, atau setara dengan
2,415 juta ton CPO yang dapat dihasilkan dari sekitar 700.000 ha kebun kelapa sawit,
dan dapat menghidupim sekitar 350.000 keluarga petani kelapa sawit, dengan asumsi
kepemilikan lahan seluas 2 ha per keluarga. Banyak keuntungan dari pemakaian
biodiesel. Jenis bahan bakar ini tidak mengandung sulfur dan senyawa benzeneyang
karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih
mudah ditangani dibandingkan dengan solar. Perbedaan antara biodiesel dan solar
terutama pada komposisinya. Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati,
sedangkan solar adalah hidrokarbon. Pada dasarnya tidak perlu ada modifikasi mesin
diesel apabila bahan bakarnya menggunakan biodiesel. Biodiesel bahkan mempunyai
efek pembersihan terhadap tangki bahan bakar, injektor dan slang. Biodiesel tidak
menambah efek rumah kaca seperti halnya solar, karena karbon yang dihasilkan masih
dalam siklus karbon. Energi yang dihasilkan oleh biodiesel serupa dengan solar,
sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga serupa. Selain itu
biodiesel menghasilkan tingkat pelumasan mesin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan solar.
d. Biomassa/Biogas
Energi surya atau lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell, merupakan
sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri dari
rangkaian dioda tipe p dan n,yang mampu merubah langsung energi surya menjadi
energi listrik.
b. Surya Termal
Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak
digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, khususnya rumahtangga
perkotaan. Jumlah pemanas air tenaga surya (PATS) diperkirakan berjumlah 150.000
unit dengan total luasan kolektorsebesar 400,000 m2. Secara non-komersial dan
tradisional, energi surya termal banyak digunakan untuk keperluan pengeringan
berbagai komoditas pertanian, perikanan, perkebunan, industrikecil, dan keperluan
rumah tangga. Secarakomersial, energi surya mempunyai potensiekonomi untuk
penyediaan panas proses suhu rendah (s/d 90 oC) menggunakansistem energi surya
termik (SEST) bagikeperluan pengolahan pasca panenkomoditas tersebut dengan lebih
efektif dan efisien.
Pengembangan energi surya mencakup pemanfaatan PLTS di perdesaan dan perkotaan,
mendorong komersialisasi PLTS dengan memaksimalkan keterlibatan swasta,
mengembangkan industri PLTS dalam negeri, dan mendorong terciptanya sistem dan
pola pendanaan yang efisien dengan melibatkan dunia perbankan.
1. Harga jual energi fosil, misal; minyak bumi, solar dan batubara, di Indonesia masih
sangat rendah.
2. Rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum dapat
dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus mengimport dari luar negeri.
3. Biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial pada
penyediaan modal awal.
4. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih terbatasnya
studi dan penelitian yang dilakukan.
5. Secara ekonomis belum dapat bersaing dengan pemakaian energi fosil.
6. Kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumber daya energinya sangat
bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak tentu.
7. Kebijakan yang mampu mendorong transfer teknologi dalam membantu menciptakan
keamanan pasokan energi di dalam negeri belum kondusif.
Potensi sumber daya energi terbarukan, seperti; matahari, angin dan air, ini secara
prinsip memang dapat diperbarui, karena selalu tersedia di alam. Namun pada
kenyataannya potensi yang dapat dimanfaatkan adalah terbatas. Tidak di setiap daerah
dan setiap waktu; matahari bersinar cerah air jatuh dari ketinggan dan mengailr deras
serta angin bertiup dengan kencang. Di sebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan
tersebut, nilai sumber daya energi sampai saat ini belum dapat begitu menggantikan
kedudukan sumber daya energi fosil sebagai bahan baku produksi energi listrik. Oleh
sebab itu energi terbarukan ini lebih tepat disebut sebagai energi aditif, yaitu sumber
daya energi tambahan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi listrik, serta
menghambat atau mengurangi peranan sumber daya energi fosil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya yang sangat besar
dibandingkan negara-negara lain didunia. Permintaan akan konsumsi energi tumbuh
pesat seiring pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduknya.Sementara itu, selama 11
tahun terakhir, produksi energi nasional terus mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 4,6% per tahun. Ekspor mengalami pertumbuhan rata-rata 6,8%
per tahun, impor tumbuh rata-rata 10,2% per tahun (Handbook of Energy and
Economic Statistic of Indonesia 2013). Konsumsi energi nasional terbesar dari tahun
2000 sampai 2012 ialah jenis BBM. BBM yang berasal dari fosil ini paling banyak
digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Selain BBM, batubara juga merupakan energi
yang berasal dari fosil. Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil sudah
mencapai angka 97% .
Kondisi diatas akan menimbulkan masalah dan ketimpangan, yaitu terjadinya
pengurasan sumber daya fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara yang lebih
cepat jika dibandingkan dengan penemuan cadangan energi baru. Kebijakan energi
nasional merupakan kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip
berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian
dan ketahanan energi nasional. Kebijakan energi dilakukan melalui ketersediaan energi
untuk kebutuhan nasional, prioritas pengembangan energi, pemanfaatan sumber daya
energi nasional dan cadangan penyangga energi nasional.
Oleh karena itu diversifikasi energi atau penganekaragaman pemakaian energi
dengan meningkatkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan seperti tenaga
surya,biomassa,angin,energi air dan panas bumi perlu dioptimalkan. Adapun hal yang
perlu dilakukan untuk dapat mengoptimalkan sumber energi baru terbarukan di
Indonesia adalah dengan melakukan riset, pembangunan infrastruktur energi, perlunya
perbaikan kebijaksanaan dalam harga, pengembangan instrumen kebijaksanaan
dibidang fiskal yang berkaitan dengan energi, menerapkan prinsip-prinsip good
governance dan transparansi, mendorong investasi swasta bagi pengembangan energi,
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan pembangunan energi yang
berkelanjutan, serta peningkatan kegiatan eksplorasiuntuk mencari sumber-sumber
energi baru terbarukan yang masih belum ditemukan.
Dengan adanya optimalisasi potensi sumber energi baru terbarukan di Indonesia,
peluang bagi pencapaian kemandirian di sektor energi dan peningkatan pendapatan
nasional Indonesia pun semakin terbuka. Sehingga, peningkatan kesejahteraan bangsa
Indonesia menjadi kenyataan.
3.2 Saran
Dalam mengembangkan energi baru terbarukan, kami memberikan saran:
1. Perlu segera dibuat neraca sumber daya alam nasional khususnya energi sebagai
acuan untuk memetakan seluruh ragam potensi energi dan produksi energi
nsaional di seluruh wilayah nusantara.
2. Perlu segera dipercepat pembangunan infrastruktur EBT untuk mengoptimalkan
potensi EBT yang ada.
3. Pemerintah sebaiknya segera menerapkan kebijakan pola subsidi energi yang
lebih tepat untuk BBM dan Non BBM sehingga EBT memiliki nilai kompetitif
dibandingkan dengan energi fosil.
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, Ananda.2014. Saling dorong kembangkan EBT. Fokus utama edisi 20 desember-20
Januari 2014.
Blue print pengelolaaan energi nasional 2005-2025.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2012). Statistik Energi Terbaru
Kementerian Energi dan Sumber Daya Minernal. (2012). Handbook of Energy and
Economics and Statistics of Indonesia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Minernal. (2013). Indonesia Economic Energy
Outlook 2013.
Kementrian energi dan Sumber Daya Mineral .(2013). Kerangka Kebijakan Energi
Terbarukan.
Undang-undang republik Indonesia No. 30 tahun 2007 tentang energi