Anda di halaman 1dari 28

Makalah

PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN


“Penerapan Proses Penjaminan Mutu Pendidikan di Setiap Satuan
Pendidikan”

Dosen Pengampu :

Dr.Restu, M.S

Eni Yuniastuti, S.Pd. M.Sc

DISUSUN OLEH : Kelompok 5

OLEH :

ASTUTY LABORA PURBA ( 3183331001 )

GEBY AYU N. TURNIP ( 3183331017 )

GRACE PATRICIA SOLIHIN ( 3193131006 )

NURHALIZA R. HASIBUAN ( 3183131042 )

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb, Segala puji penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Tuhan pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan seisinya dengan amat teratur dan
sempurna. Berkat limpahan rahmat – Nya penulis dapat menyelesaikan makalah presentasi kami
ini. Laporan Makalah kami yang berjudul “Standar Sarana dan Prasarana & Standar
Pengelolaan“ ini dibuat demi memenuhi tugas mata kuliah Peelitian Tindakan Kelas yang
diampu oleh bapak Dr. Restu,M.S dan Ibu Eni Yuniastuti,S.Pd.M.Si.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan saran, dorongan, serta bantuan
dari berbagai pihak dan menjadikan pengalaman yang berharga bagi penulis. Oleh karena itu
dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu memberi masukan, bantuan, dan dorongan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang terlibat dalam makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis juga menyadari masih terdapat kekurangan baik
yang disengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan an wawasan
sera pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon maaf dan tidak menutup diri
terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang membangun bagi penulis. Semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 11 November 2021

KELOMPOK 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................22
PENUTUP.....................................................................................................................................22
3.2 Saran.....................................................................................................................................23
DAFTAR ISI.................................................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kualitas pendidikannya masih
rendah. Hal ini terlihat dari input dan output pendidikan yang kurang profesional. Indonesia
harus meningkatkan mutu pendidikan, salah satu caranya yaitu dengan mengembangkan proses
manajemen pendidikan ke arah yang lebih maju.

Mutu pendidikan menjadi orientasi dalam penyelenggaraan pendidikan oleh seluruh


pemangku pendidikan. Baik itu pemerintahan pusat, pemerintah daerah, lembaga organisasi
penyelenggara pendidikan, dan masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting ketika masih
banyaknya masalah yang diakibatkan oleh lulusan yang tidak bermutu. Berbagai program dan
upaya dalam peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah mamun belum juga
mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Menurut (KBBI, 1991) mutu merupakan ukuran baik buruknya suatu benda, kadar, taraf, atau
derajat berupa: kepandaian, kecerdasan, kecakapan, dan sebagainya. Mutu dibagi kedalam dua
perspektif yakni mutu absolut dan mutu relatif. Mutu absolut merupakan mutu dalam arti yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi atau bersifat mutlak. Absolut juga dapat diartikan sebagai sebuah
kondisi yang ditentukan secara sepihak, yakni oleh produsen dalam memproduksi barang atau
jasa, sedangkan mutu relative diartikan sebagai mutu yang ditetapkan oleh selera konsumen (Jaja
Jahari, 2013:95).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dikembangkan oleh penulis, antara lain :


1. Bagaimana proses penjaminan mutu di satuan pendidikan TK?
2. Bagaimana proses penjaminan mutu di satuan pendidikan SD?
3. Bagaimana proses penjaminan mutu di satuan pendidikan Menengah?

4
1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, antara lain :


1. Untuk mengetahui proses penjaminan mutu di satuan pendidikan TK
2. Untuk mengetahui proses penjaminan mutu di satuan pendidikan SD
3. Untuk mengetahui proses penjaminan mutu di satuan pendidikan Menengah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Penjaminan Mutu Di Satuan Pendidikan Tk

Bentuk kebijakan nasional sebagaimana dikeluarkan pemerintah RI dalam bidang pendidikan


tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 yakni: pertama, setiap warga negara berhak
memperoleh pendidikan. Kedua, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya. Ketiga, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur dengan Undang-Undang. Keempat,
negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Kelima, Pemerintah wajib
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Peningkatan mutu pendidikan tidak sebatas melekat pada jenjang pendidikan tinggi yang
didesain melalui link and match dengan dunia kerja semata. Namun peningkatan mutu
pendidikan secara serius harus dilakukan semenjak jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak
(TK). Artinya peningkatan mutu pendidikan pada jenjang TK merupakan setting pendidikan
yang mencerminkan kualitas proses dan outcomes. Proses mutu pendidikan di lihat dari aspek
input yang memiliki kesiapan mental untuk mempelajari dan menguasai berbagai kompetensi.
Sementara proses pembelajaran harus di dukung oleh kurikulum, guru, buku pelajaran, media,
dorongan dari orang tua serta masyarakat. Adapun kualitas outcome berposisi sebagai produk
dari rangkaian proses yang telah dijalani sebelumnya.

6
Untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan secara berkualitas, setiap satuan pendidikan
TK perlu memiliki sistem penjaminan mutu pendidikan berikut kelembagaannya yang terkelola
secara profesional. Lembaga ini berfungsi menjalankan tanggung jawab mutu pendidikan
sebagaimana amanah dari Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 pasal 7 bahwa satuan atau
program pendidikan diharuskan melakukan supervisi, mengawasi dan dapat memberi fasilitasi,
saran, arahan dan atau bimbingan kepada satuan atau program pendidikan dalam penjaminan
mutu pendidikan.

Pada proses penjaminan mutu sekolah pada dasarnya memuat empat aspek pokok yakni:

penetapan standar, pemenuhan standar, evaluasi secara terus menerus, serta peningkatan mutu.
Kempat unsur pokok tersebut, dapat diambil siklus penjaminan mutu pendidikan pada anak usia
dini dapat dilihat dari bagan sebagai berikut:

1. Penetapan Standar
Standar merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh sekolah dan merupakan
dokumen tingkat mutu satuan pendidikan yang disusun berdasarkan standar nasional

7
pendidikan. Standar tersebut ditetapkan, diperiksa, dan ditingkatkan secara periodik dan
berkelanjutan oleh satuan pendidikan. Komite sekolah sebagai pelanggan dari layanan
pendidikan dapat berperan dalam mengusulkan standar mutu.
2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai ketercapaian tujuan, yang dalam hal ini
adalah tingkat ketercapaian standar. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
kesenjangan dan permasalahan yang terjadi di sekolah dalam upaya memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Pada kasus penjaminan mutu sekolah, evaluasi dapat dilakukan
oleh kepala sekolah atau tim yang dibentuk oleh kepala sekolah.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan organisasi dan prosedur pelaksanaan pada tingkat satuan
pendidikan serta seluruh bagian organisasi satuan pendidikan yang bersangkutan untuk
masing-masing standar. Pelaksanaan ini juga memuat peran dan tugas masing-masing
unit atau bagian organisasi maupun tanggung jawab personal yang diberikan, termasuk di
dalamnya adalah sumber daya manusia untuk melaksanakan penjaminan mutu.
Pelaksanaan standar ini pada umumnya disesuaikan dengan program sekolah yang dibuat
berdasarkan hasil analisis evaluasi diri sekolah.
4. Audit Internal
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan penilaian atas kepatuhan pelaku kegiatan di
satuan pendidikan terhadap prosedur yang dilakukan secara internal, yang dilakukan oleh
tim mutu sekolah. Tim mutu sekolah dipilih dari dewan guru dan ditetapkan oleh kepala
sekolah. Audit internal juga dapat dilakukan dengan bantuan atau difasilitasi oleh LPMP,
dalam kapasitasnya sebagai lembaga penjaminan mutu, untuk memastikan tingkat
implementasi dan ketercapaian standar. Berdasarkan temuan hasil kegiatan audit mutu
internal di atas, sekolah bersama komite sekolah atas bimbingan LPMP menyusun
rencana perbaikan.
5. Rekomendasi Peningkatan Mutu
Berdasarkan temuan hasil kegiatan audit mutu internal, unit penjaminan mutu
menyampaikan rekomendasi peningkatan mutu. Rekomendasi ini merupakan bukti atas
pelaksanaan penjaminan mutu di sekolah.
6. Peningkatan Mutu Berkelanjutan (Continuous Quality Improvement)

8
Berdasarkan rekomendasi peningkatan mutu, satuan pendidikan dapat melakukan tindak
lanjut dengan menentukan langkah upaya perbaikan terhadap standar jika masih terdapat
kekurangan dalam pencapaian standar. Upaya tersebut disertai dengan perbaikan sistem
manajemen organisasi maupun prosedur pelaksanaan penjaminan mutu. Upaya
peningkatan mutu tersebut dilakukan secara periodik dan berkelanjutan secara konsisten
sehingga akan terjadi peningkatan mutu secara berkelanjutan.

Sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak dapat dilakukan
dengan mendesain beberapa aspek sebagai berikut:

1. Mendesain Kelembagaan Unit Penjaminan Mutu


Desain kelembagaan berbentuk Unit Penjaminan Mutu pada satuan Taman Kanak-Kanak
dibentuk sesuai dengan struktur kebijakan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Pembentukan kelembagaan Unit Penjaminan Mutu pada satuan pendidikan Taman
Kanak-Kanak hingga saat ini belum terdapat regulasi secara baku. Meskipun demikian
bukan berarti kelembagaan ini tidak perlu diciptakan. Namun desain kelembagaan unit
penjaminan mutu dapat diserahkan secara total kepada pihak yayasan ataupun
penyelenggara Taman Kanak-Kanak yang bersangkutan

9
2. Merumuskan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran (VMTS)
Bagi satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak, visi memegang peranan penting dalam
menentukan arah kebijakan dan karakteristik lembaga tersebut. Visi adalah bagian
penting dari setiap satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak sekaligus sebagai langkah
menentukan masa depannya. Secara umum visi juga dapat dipahami sebagai cita-cita
yang melangit sekaligus sebagai arah jangka panjang satuan pendidikan Taman Kanak-
Kanak. Selain itu, visi menurut ahli juga kerap didefinisikan sebagai jawaban atas
pertanyaan apa yang ingin dicapai oleh satuan pendidikan. Apa yang ingin dicapai oleh
setiap satuan Taman KanakKanak pasti berbentuk tujuan jangka panjang. Sehingga
pencapaian visi tersebut memerlukan waktu relatif cukup lama.
3. Menyusun RIP, Renstra dan Renop
Setelah VMTS tersusun sesuai dengan kondisi dan keinginan yang dikehendaki lembaga,
tahap berikutnya menyusun Rencana Induk Pengembangan (RIP) dalam kisaran waktu
25-30 tahun, Rencana Strategis (Renstra) 5 tahunan serta Rencana Operasional (Renop)

10
jangka waktu 1 tahunan. RIP merupakan satu bentuk perencanaan strategis yang desain
oleh satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam periode waktu tertentu serta disusun
berdasarkan analisis lingkungan secara internal dan eksternal, yang meliputi skenario,
perencanaan yang disusun sebagai dasar penyusunan RIP, arah pengembangan (road
map), serta indikator kinerja yang digunakan.Setelah disusun skenario perencanaan, tahap
berikutnya menyusun arah pengembangan (road map (indarti dkk, 2016:26). Penyusunan
road map dilakukan satuan pendidikan Taman KanakKanak dengan membuat
tahapantahapan pokok. Adapun setiap tahapan tentunya harus memuat target capaian,
rentang waktu, sekaligus mengarah pada bidang tertentu. Tahapan ini mencakup beberapa
bidang yang direncanakan. Sedangkan indikator kinerja digunakan untuk mengetahui
apakah implementasi dari proses pengembangan telah sesuai dengan target yang ingin
dicapai.
4. Penyusunan Dokumen Mutu
Dokumen standar mutu pada satuan pendidikan Taman KanakKanak pada hakikatnya
dapat disusun berdasarkan standar minimal berbasis akreditasi. Meskipun demikian, tidak
menutup kemungkinan berbagai dokumen mutu idealnya juga dikembangkan secara
lengkap sebagai pedoman kerja sekaligus dasar kebijakan serta tanggung jawab mutu dari
satuan pendidikan yang bersangkutan.
5. Audit Mutu Internal
Pelaksanaan audit mutu internal pada satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak minimal
dilakukan satu tahun sekali. Secara teknis audit mutu internal dilaksanakan melalui empat
tahap yakni: persiapan, pelaksanaan, pelaporan hasil audit serta tindak lanjut. Hambatan
dan Tantangan Sistem Penjaminan Mutu di TK Tradisi mutu di setiap satuan pendidikan
Taman Kanak-Kanak terbilang belum terealisasi secara terencana dan sempurna. Hanya
beberapa satuan pendidikan TamanKanak-Kanak yang telah menggagas sistem
penjaminan mutu pendidikan

Beberapa faktor yang menghambat sistem penjaminan mutu pendidikan pada satuan
pendidikan Taman Kanak-Kanak diantaranya:

1. Kebijakan Kepala TK tidak Berbasis Mutu

2. Rendahnya komitmen tenaga pendidik

11
3. Rendahnya Tradisi Disiplin Guru dan Tenaga Kependidikan

4. Lemahnya Pemberian Reward and Punishment

5. Menyepelekan pendidikan TK

Keberadaan sistem penjaminan mutu pada satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak


sampai kapan pun menjadi suatu keniscayaan. Perihal tersebut lebih didasarkan bahwa
pendidikan saat ini telah mengalami pergeseran paradigma dari pola tradisional menuju era
global dan digital. Perubahan tersebut turut melatarbelakangi perlunya sistem penjaminan mutu
dalam meningkatkan kualitas pendidikan semenjak jenjang Taman Kanak-Kanak.

2.2 Proses Penjaminan Mutu Di Satuan Pendidikan SD

Berdasarkan istilah tersebut, dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada
masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu:
(Sudarwan, 2008: 53).

1. Memiliki kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti kepala sekolah,
guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa.

2. Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum,
prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain.

3. Memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan,
struktur organisasi, dan deskripsi kerja.

4. Memiliki mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi,
ketekunan, dan cita-cita.

12
5. Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan
ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau
menyelesaikan program pembelajaran tertentu.

Hakikatnya, mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan
outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu
apabila mampu menciptakan suasana yang PAIKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif,
Kreatif, Menyenangkan, dan Bermakna). Output, dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik
dan non akademik siswa tinggi. Outcome, dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di
dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas (Usman,
2009:513). Sedangkan Mutu pendidikan menurut Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat
diraih dari penerapan SNP.

Sistem penjaminan mutu di Indonesia salah satunya diatur melalui Permendikbud Nomor
28 Tahun 2016 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah (Kemendikbud,
2016). Permendikbud ini menjelaskan bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu
yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang
saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan.

Tujuan sistem penjaminan mutu yaitu menjamin pemenuhan standar pada satuan
pendidikan dasar dan menengah secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh
dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. Sistem penjaminan mutu
memiliki fungsi sebagai pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu. Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas SPMI Dikdasmen dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME)
Dikdasmen.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SD Plus AlKautsar Kota
Malang, untuk dapat melakukan penjaminan mutu pendidikan dianggap perlu membentuk Satuan
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sekolah. Tujuan dari dibentuknya SPMI yakni untuk
memastikan bahwa keseluruhan unsur yang meliputi organisasi, kebijakan, dan proses-proses

13
yang terkait di satuan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk
menjamin terciptanya budaya mutu di SD Plus Al-Kautsar Kota Malang.

Langkah Penjaminan Mutu Internal Sekolah

Untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu di sekolah mengacu pada Undang


Undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 pasal 51 ayat (1) bahwa sekolah dalam
melaksanakan atau mengelola pendidikan hendaknya minimal berpedoman pada pelayanan
minimum yang telah ditetapkan dan berpedoman pada ketentuan manajemen berbasis sekolah
atau madrasah (MBS). Sekolah dalam memenuhi kualitas mutu lulusan yang diharapkan
hendaknya mampu mengorganisir langkah-langkah dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara Kepala sekolah, SPMI dalam penjaminan mutu internal
sekolah melalui langkah Plan, Do, Check, dan Act. Hal ini sesuai dengan pendapat Nelson,
Ehren & Godfrey (2015) dalam melaksanakan penjaminan Sekolah dapat dengan menggunakan
model Plan, Do, Check, dan Act.

Strategi Implementasi Penjaminan Mutu Internal Sekolah

Berdasarkan data di lapangan, sebagai upaya sekolah untuk mewujudkan cita-cita


menghasilkan mutu lulusan yang unggul secara internal dilakukan upaya berupa, (1)
pengembangan silabus, (2) penentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM), (3) Penentuan Standar
Kelulusan (SKL), (4) Supervisi Pembelajaran, dan (5) evaluasi pembelajaran.

Dampak Implementasi Penjaminan Mutu Internal Sekolah

Berkat penerapan model dan strategi tersebut beberapa predikat sekolah telah diraih baik
yang berskala nasional maupun internasional yaitu Sekolah Adiwiyata Mandiri, Sekolah
Berbudaya Mutu, Sekolah Ramah Anak, dan Sekolah berdedikasi terhadap lingkungan. Dengan
pola pengelolaan sekolah yang unggul pada proses (Best Process), sekolah sudah berhasil
mendapatkan output dan outcome yang diinginkan.

Langkah penjaminan mutu internal sekolah melaui SPMI dalam penjaminan mutu
internal sekolah melalui langkah Plan, Do, Check, dan Act.

1. Pertama, langkah perencanaan (Plan),

14
kepala sekolah menentukan rencana program untuk memastikan kualitas
pelayanan dan mutu lulusan melalui lima bidang yang ada di sekolah yaitu:
bidang humas, bidang kesiswaan, kurikulum,administrasi umum dan Fullday
School Programme.
2. Kedua, langkah pelaksanaan (Do),
setiap program yang sudah dipersiapkan dan direncanakan selanjutnya masuk
tahap pelaksanan program.
3. Ketiga, tahap monitoring (Check),
kegiatan memantau jalannya pelaksanaan program untuk mengukur seberapa
besar ketercapaian program, hasil evaluasi terhadap ketercapaian program.
4. Keempat,
rencana tindak lanjut (Act) setelah mengetahui hasil dari pengukuran,
pemeriksaan dan evaluasi, sekolah membuat rencana tindak lanjut yang bertujuan
untuk perbaikan program selanjutnya serta sebagai bentuk laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan program penjaminan mutu internal sekolah.

Strategi sekolah dalam peningkatan mutu sekolah yang unggul secara internal dilakukan
upaya berupa, (1) pengembangan silabus, (2) penentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM), (3)
Penentuan Standar Kelulusan (SKL), (4) Supervisi Pembelajaran, dan (5) evaluasi pembelajaran.
Dampak implementasi penjaminan mutu internal yang dilaksanakan SD Plus Al-Kautsar Kota
Malang yakni, predikat atau prestasi sekolah telah diraih baik yang berskala nasional maupun
internasional serta citra sekolah yang meningkat sehingga loyalitas pelanggan atau orangtua
siswa terjaga.

2.3 Proses Penjaminan Mutu Di Satuan Pendidikan Menengah

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan Menengah adalah suatu kesatuan
unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala
kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan Dasar dan Menengah secara sistematis,
terencana dan berkelanjutan. Sistem penjaminan mutu pendidikan berfungsi sebagai
pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk mengwujudkan
pendidikan yang bermutu.

15
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas dua
komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu
Eksternal (SPME). Sistem Penjaminan Mutu Eksternal yaitu sistem penjaminan mutu
yang dilakasanakan oleh pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan lembaga standarisasi
pendidikan. Dalam implemntasinya sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah ditunjang oleh sistem informasi penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah. Berikut gambar nya :

Kebijakan Pemerintah (Kurikulum, SNP, Dll)

16
Perihal penjaminan mutu diatur oleh peraturan pemerintah No. 19/2005, pasal 91:

1) Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan.
2) Penjaminan mutu pendidikan dimaksud pada ayat 1 bertujuan untuk memenuhi
atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.

17
3) Penjaminan mutu pendidikan dilakukan secara bertahap, sistmatis dan terencana
dalam suatu orgram penjaminan mutu yang mmiliki target dan kerangka waktu
yang jelas.
Selanjutnya pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan atau sauan
pendidikan. Apa yang menjadi esensi akreditasi adalah sebagai bentuk bentuk
Akuntabilitas Publik yang dilakukan secara objektif, adil, transparan dengan
menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu pada Standar Nasional
Pendiidikan. Standar Nasional Pendidikan mencakup:
1. Standar Isi
2. Standar Proses
3. Standar Kompetensi Lulusan
4. Standar Pendiidk dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pembiayaan Pendidikan
7. Standar Penilaian

Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan komiitmen


Pemerintah Indonesia yang diterapkan melalui berbagai kebijakan. Pendidikan
nasional merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Oleh karena itu, penjaminan mutu endidikan
menjadi tanggung jawab bersama. Tahapan penjaminan mutu pendidikan dimulai
dari penetapan standar mutu, pemenuhan standar, pengukuran dan evaluasi dengan
cara pengumpulan data dan analisis, perbaikan dan pengembangan standar dalam
peningkatan mutu pendidikan yang mengacu pada acuan mutu pendidikan, yaitu
Standar Pelayanan Minimal, Standar Nasional Pendidikan, dan Standar Mutu
Pendidikan yang melampaui Standar Nasional Pendidikan.

Contoh Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan Pada Satuan Pendidikan


SMP Yaitu:

Judul : SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI SMPN 2 PONOROGO

18
Penulis : SRI ROHMATUL FAJRIANI

Tahun : 2018

SMPN 2 Ponorogo merupakan sebagai sekolah yang mengimplementasi Kebijakan


Mutu Pendidikan dan sebagai sekolah yang meningkatkan mutu melalui manajemen
berbasis sekolah (MBS) secara mandiri merumuskan dan membuat beberapa
kebijakan yang dirasa penting guna meningkatkan mutu pendidikan pada sekolahnya.
SMPN 2 Ponorogo sebagai sekolah menengah yang mengelola pendidikannya
berdasarkan pada kebijakan Standar Nasional Pendidikan yang telah ditentukan oleh
pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian, sekolah berfokus kepada tiga Standar
Nasional Pendidikan yaitu Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan dan Standar
Sarana Prasarana dengan memiliki beberapa program kebijakan untuk mendapatkan
output pendidikan yang bermutu.

a. Standar Proses

Proses pendidikan di SMPN 2 Ponorogo telah mengikuti Standar Nasional Pendidikan


mengenai Standar Proses Belajar Mengajar, Standar tersebut terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, penutup serta pengawasan pendidikan yang telah
dilaksanakan. Untuk dapat terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien SMPN 2 Ponorogo sebagai sekolah MBS secara mandiri menetapkan dan
mengimplementasi beberapa kebijakan guna meningkatkan mutu pendidikannya.

Seperti hasil wawancara kepada Bapak Kepala Sekolah yaitu Bapak Sutarjo:

Dalam meningkatkan mutu pendidikan, kami meembuat kebijakan-kebijakan salah


satunya dalam standar proses. Yaitu dengan membuat peraturan/tata tertib bagi guru,
karyawan maupun siswanya. Kebijakan ini dibuat sesuai kesepakatan antara kepala
sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa kesepakatan ini diadakan agar tidak ada
yang rugi salah satu pihak apabila kebijakan ini dilakukan. Tata tertib ini dibuat untuk
menyesuainkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai bersama. Adapun tata tertib bagi
guru dan karyawan: Datang ke sekolah sesuai jam kerja, mengisi daftar hadir, izin jika
berhalangan, memakai pakaian yang rapi dan sopan, setiap hari senin mngikuti

19
upacara bendera, tidak boleh memakai perhiasan yang berlebihan, guru dan karyawan
wajib menjaga ketertiban, kebersihan dan keamanan lingkungan sekolah. kalau untuk
siswanya ya sepatu wajib hitam, pramuka wajib, datang maksimal 15 menit sebelum
bel, berjabat tangan dengan guru, berdo’a dengan Asmaul Husna.

b. Standar Kompetensi Lulusan


Adapun kebijakan sekolah mengenai kemampuan sikap, pihak sekolah
menanamkan pendidikan karakter yang dibungkus dalam bentuk tulisan,
pembiasaan, maupun lisan. juga dilakukan dengan pemberian contoh dari guru
kepada siswa Seperti, penanaman kedisiplinan, seorang guru di awal pelajaran
tidak boleh terlambat masuk ke dalam kelas dan meminta izin apabila ingin ke luar
saat jam pelajaran masih berlangsung. Selain itu penanaman karakter seperti
simpati empati, menjaga lingkungan, tiga S (senyum, sapa, salam), berbagi tugas,
berperilaku sopan dan lain sebagainya. Kalau dalam hal pengetahuan sekolah
menerapkan sekolah berbasis budaya, dan adiwiyata. Ketrampilan sekolah
memberi kebijakan melalui bakat siswa, ekstrakulikuler seperti pramuka, futsal.
Selain itu di sekolah kita ada literasi yang tidaka ada di sekolah lain, satu anak satu
karya tulisan. Bapak menteri kemaren datang ke sini dengan mengatakan “SMP
menuju asa”. Untuk ekstrakulikulernya terdapat ekstrakulikuler pilihan, tidak
wajib diikuti semua siswa.
c. Standar Sarana dan Prasarana

Standar sarana prasarana yang ada di SMPN 2 Ponorogo juga telah sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan yang diatur dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007
tentang Standar sarana prasarana yang ditunjukan dalam kelengkapan fasilitas seperti
ruang kelas yang dilengkapi LCD, perpustakaan yang memiliki buku terbaru serta
laboratorium IPA yang lengkap. Oleh karena itu, SMPN 2 Ponorogo memiliki
kebijakan yang digunakan untuk memaksimalkan penggunaan sarana prasarana.

Untuk sarana dan prasaran di sekolah ini cukup memadai. Mulai dari kelas yang,
perpustakaan, lab ipa, mushola, green house, lapangan, kantin, lab komputer, dan
kamar mandi. Dan itu semua ada tata tertibnya sendiri. misalnya, mau pinjem buku di

20
perpustakaan wajib mengisi buku pinjaman dan wajib mengembalikan. Menggunakan
lab ipa dan lab komputer seperlunya saja

Contoh Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan Pada Satuan Pendidikan SMA


Yaitu:

Judul : ANALISIS IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU DI SMA NEGERI 3 KOTA


JAMBI

Penulis : JONNER SIMARMATA

Volume : Vol.15 No.4

Tahun : 2015

1. Landasn Hukum/Normatif Pelaksanaan Penjaminan Mutu di SMA N 3 Kota Jambi

Yang menjadi landasan hukum/normatif pelaksanaan penjaminan mutu di SMA N 3 Kota


Jambi adalah peraturan yang berlaku khususnya Permendiknas No 63 Tahun 2009. Pada
Pasal 5 disebutkan bahwa penjminan mutu pendidikan formal dan non-formal dilaksanakan
oleh satuan atau program pendidikan. Lalu, pada Pasal 6 Ayat (1) disebutkan bahwa
penyelenggara satuan atau prograqm pendidikan wajib menyediakan sumberdaya yang
diperlukan untuk terlaksananya penjaminan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

2. Tujuan Pelaksanaan Penjaminan Mutu di SMA N 3 Kota Jambi

Adapun tujuan pelaksanaan penjaminan mutu di SMA N 3 Jambi adalah untuk memenuhi
Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebgaimana disebutkan pada Pasal 10 ayat (1) Butir a
Permendikans No 63 tahun 2009.

3. Struktur Organisasi Pelaksanaan Penjaminan Mutu Di SMA Negeri 3 Kota Jambi

21
SMA Negeri 3 Kota Jambi tidak memiliki struktur SPMP tersendiri. Dengan demikian,
pelaksanaan penjaminan mutu di sekolah ini melekat langsung dengan pejabat struktural
yang ada.

4. Proses Penjaminan Mutu di SMA Negeri 3 Kota Jambi.

Proses penjaminan mutu di SMA N 3 Kota Jambi dapat dibedakan atas tiga macam, yakni:
penjaminan internal, penjaminan eksternal, dan penjaminan dari atas.

1. Penjaminan Internal

Yang dimaksud dengan penjaminan internal dalam hal ini adalah penjaminan yang dilakukan
oleh sekolah itu sendiri. Hal ini terlihat dengan adanya peraturanperaturan yang harus
dipenuhi semua warga sekolah, seperti: peraturan siswa, peraturan akademik, dan beberapa
peraturan lainnya. Namun peneliti tidak menemukan adanya POS tertulis. Pada Pasal 20 Ayat
(1) Butir d dan e disebutkan bahwa salah satu kegitan penjaminan mutu pendidikan adalah
penetapan Prosedur Operasional Standar (POS).

2. Penjaminan Eksternal

Di SMA N 3 Kota Jambi dilakukan oleh BAN-S/M. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No
63 Tahun 2009 Pasal 25 Ayat (1).

3. Penjaminan dari atas

Adalah penjaminan dengan pendekatan topdown oleh penyelenggara satuan pendidikan


melalui monitoring, pengawasan, dan supervisi. Di SMA Negeri 3 Kota Jambi, penjaminan
dari atas dimulai dari Pemerintah lalu turun ke Pemprov kemudian Pemkot/kab dan terakhir
Satuan Pendidikan

Contoh Penerapan Mutu Pendidikan dalam Satuan Tingkat Pendidikan Di Perguruan


Tinggi

 Judul: URGENSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL TERHADAP


PENINGKATAN MUTU PERGURUAN TINGG
 Nama Jurnal: Jurnal Penjaminan Mutu Lembaga Penjaminan Mutu Instu=itut Hindu
Dharma Negeri Denpasar
 Penulis: Muh. Fitrah, Ruslan, dan Hendra

22
 Tahun: Desember 2017
 Vol: 4
 Nomor:1
 ISSN: 2407-921x

Mutu Perguruan Tinggi

Dalam kompleks mutu perguruan tinggi, mutu itu sendiri akan di anggap ketika mampu:
1) memenuhi kebutuhan masyarakat; 2) menghadirkan tokoh yang mampu memberikan
konstribusi positif bagi perkembangannya; 3) mencetak orang-orang yang dibutuhkan dalam
dunia kerja; 4) melahirkan orang-orang kreatif; 5) produktif dan inovasi tinggi dalam membuka
lahan pekerjaan, dan 6) melahirkan orang-orang yang profesional dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya sesuai dengan kualifikasinya (Mulyono Agus, dkk, 2007: ix).

Ada dua hal yang menjadi alat untuk menganalisis mutu PT. Menurut Mulyono Agus, dkk (2007:
37) mutu perguruan tinggi dapat di analisis dari dua pandangan:

1) quality in fact yaitu mutu yang sesungguhnya sebagai hasil proses pembelajaran sesuai
dengan kualifikasi tujuan pendidikan dan kompetensi dasar yang dimiliki para lulusan,
dan
2) quality in perception, yaitu mutu lulusan yang dikuru dengan kepuasaan pelanggan dan
bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan. Guna mencapai hal demikian,
tentu perguruan tinggi dibantu dengan beberapa lembaga internal didalam perguruan
tinggi tersebut. Seperti Lembaga Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi. Lembaga
penjaminan mutu ialah lembaga yang bertugas untuk memastikan bahwa proses
pembelajaran diperguruan tinggi sudah sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan telah sesuai
dengan standar yang telah disepakati dan diberlakukan (Mulyono Agus, dkk, 2007: 33).

Konsep penjaminan mutu ialah berdasarkan tiga pandangan:

a. pada dasarnya penjaminan mutu adalah bentuk pelepasan tanggung jawab, desentralisasi
tanggung jawab atas pengambilan keputusan di tingkat institusi pendidikan (Kis,2005: 5);
b. penjaminan mutu satuan pendidikan tinggi merupakan pemenuhan standar manajemen
mutu pendidikan tinggi secara konsisten dan berkesinambungan (Amaripuja, 2007: 7),
dan
c. secara umum tujuan penjaminan mutu pendidikan ialah untuk merencanakan, mencapai,
memelihara, dan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan pada satuan
pendidikan tertentu (Rusman, 2009: 560).

Urgensi SMPI Terhadap Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
pasal 53 menyatakan bahwasannya sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan

23
oleh perguruan tinggi meliputi 10 standar, yaitu standar: isi, proses, kompetensi lulusan,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
penilaian, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

1. SPMI untuk Penjaminan Standar Mutu Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan yang mengacu pada PERMENRISTEKDIKTI No. 44 Tahun


2015 mencakup komponen-komponen standar:

1) kompetensi lulusan;
2) isi pembelajaran;
3) proses pembelajaran;
4) penilaian pembelajaran;
5) dosen dan tenaga kependidikan;
6) sarana dan prasarana pembelajaran; dan
7) pembiayaan pembelajaran.

Seluruh komponen standar dalam lingkup standar mutu pendidikan harus diusahakan untuk
mencapai mutu yang diinginakan baik stakeholder internal maupun eksternal. Peningkatan mutu
penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi dititik beratkan pada penciptaan proses
pembelajaran yang aktif, efektif, efisien, dan kondusifagar dapat memberikan bekal kemampuan
akademis dan profesional kepada mahasiswa, sehingga lulusan yang dihasilkan siap bersaing di
pasar global (Ketut Bali Sastrawan, 2015:1).

SPMI sebagai alat untuk menjamin pencapaian mutu standar pendidikan harus menetapkan
lingkup yang memiliki indikator mutu agar memudahkan proses pengevaluasian pada saat proses
audit berlangsung. Standar kompetensi lulusan perguruan tinggi meliputi kompetensi untuk
seluruh mata kuliah serta pengelompokan mata kuliah, termasuk didalamnya adalah mencakup
unsur sikap, pengetahuan dan keterampilan,sehingga dalam penerapannya standar kompetensi
lulusan tidak terlepas dari standar isi pembelajaran. Ruang lingkup standar proses pembelajaran
meliputi perencanaan pembelajaraan hingga pelaporan hasil evaluasi pembelajaran. Dalam hal
ini SPMI berfungsi untuk memastikan bahwa proses pembelajaran bersifat interaktif, holistik,
saintifik, tematik, efektif, kolaboratif, integratif, dan kontekstual sesuai dengan KKNI dengan
beban belajar mahasiswa sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

2. SPMI untuk Penjaminan Standar Mutu Penelitian

Penelitian dalam dunia pendidikan merupakan kegiatan untuk memperoleh data untuk
membuktikan suatu kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi atau hipotesis menurut kaidah
dan metode ilmiah yang dilakukan secara sistematis bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada lingkup perguruan tinggi, kegiatan penelitian bertujuan untuk mengembangkan
teori dan ilmu pengetahuan sehingga output dari produk penelitian dapat berupa tugas akhir,
skripsi, tesis atau disertasi, publikasi ilmiah, buku ajar, produk atau paten. LPM melalui SPMI

24
harus menjamin bahwa penelitian di perguruan tinggi memiliki standar hasil penelitian yang
bermutu demi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Penelitian harus memiliki standar
isi penelitian dengan kedalaman dan keluasan materi penelitian yang memuat prinsip
kemanfaatan, kemutakhiran, serta dapat menjawab kebutuhan masyarakat.

Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat merupakan lembaga yang


mewadahi bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. SPMI akan memonitoring dan
mengevaluasi kesesuaian perencanaan terhadap pelaksanaan penelitian, apakah penelitian telah
dilaksanakan sesuai dengan road map LP2M, serta memiliki kesesuaian antara pelaksanaan, isi,
waktu, serta anggaran dana penelitian dengan proposal. Program studi harus memiliki standar
peneliti dengan melihat kualifikasi akademik serta penguasaan peneliti terhadap metodologi
penelitian serta menyediakan standar sarana dan prasarana penelitian yang harus memenuhi
standar kenyamanan, kesehatan, serta keamanan peneliti yang harus dipastikan
pengembangannya melalui SPMI.

3. SPMI untuk Penjaminan Mutu Kepada Masyarakat

Di lingkup Perguruan tinggi, standar mutu pengabdian kepada masyarakat meliputi


standar hasil, standar isi, standar proses, standar penialaian, standar pelaksana, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, serta standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian kepada
masyarakat. Pengabdian kepada masayarakat mencakup pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mencakup prinsip kemanfaatan, kemutakhiran serta menjawab kebutuhan
masyarakat dengan hasil penelitian berupa publikasi, buku ajar atau modul pelatihan serta
inovasi produk atau ilmu yang tepat guna bagi masyarakat. Setiap kegiatan pengabdian kepada
masyarakat harus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat yang harus dimonitoring dan dievaluasi kesesuaiannya melalui kegiatan
SPMI.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat harus dinila mengacu pada prinsip edukatif,
akuntabel, obyektif, serta transparan dimana standar penilaian pengabdian kepada masyarakat
telah diatur dalam PERMENDIKBUD No 49 Tahun 2014 Pasal 58. LPM melalui SPMI harus
memastikan bahwa melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, akan terjadi perubahan
sikap dan perubahan keterampilan dengan adanya pengetahuan baru yang disampaikan kepada
masyarakat, serta kegiatan ini dapat mengatasi masalah sosial dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. SPMI akan menjamin bahwa pihak yang terlibat dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat memiliki kemampuan dan keahlian sesuai dengan bidang
kegiatan, serta kegiatan pengabdian kepada masyarakat memiliki tingkat kedalaman sasaran
kegiatan dengan melibatkan dosen dan mahasiswa. SPMI juga akan menjamin bahwa Perguruan
Tinggi akan memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai terkait kegiatan pengabdian
kepada masyarakat dengan mempertimbangkan standar mutu keselamatan kerja, kenyamanan,
serta keamanan.

25
Idealnya, seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi, serta pelaporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat harus selaras dengan rencana
strategis pengabdian kepada masyarakat yang dirancang oleh Perguruan Tinggi, sehingga proses
ini juga tidak terlepas dari mekanisme pendanaan dan pembiayaan internal untuk kegiatan
pengabdian kepada masyarakat yang diatur oleh Perguruan Tinggi.Melalui SPMI, akan
dipastikan bahwa telah terjadi kesesuaian pengelolaan pendanaan untuk proses seleksi proposal,
monitoring dan evaluasi, pelaporan, diseminasi hasil pengabdian kepada masyarakat, serta
peningkatan kualifikasi pengabdi.

Guna untuk menuntaskan urgensi SPMI, maka tentu harus diperkuat dengan asas yang
ada di perguruan tinggi, seperti menanamkan bahwa perguruan itu sebagai:

1. Penghasil tenaga kerja yang bermutu. Dalam pengertian ini pendidikan tinggi
merupakan suatu proses dan mahasiswa dianggap sebagai output yang mempunyai
nilai dalam pasaran kerja, dan keberhasilannya diukur dengan tingkat penghasilan
yang mereka peroleh saat berkarier.
2. Lembaga pelatihan bagi karier peneliti. Mutu perguruan tinggi ditentukan oleh
prestasi penelitian dosen dan mahasiswa. Jika mutu dan tanggung jawab dosen
meningkat maka proses pendidikan semakin berkualitas. Jika proses pendidikan
berkualitas tentu hasil pendidikan pun berkualitas. Ukuran masukan dan keluaran
dihitung dengan jumlah staf yang mendapat penghargaan/ memenangkan hibah dari
hasil penelitiannya, baik di tingkat nasional maupuninternasional.
3. Organisasi pengelola pendidikan yang efisien. Dalam pengertian ini perguruan tinggi
dianggap baik jika hubungannya dengan sumber daya dan dana yang tersedia, jumlah
mahasiswa yang melalui proses pendidikannya semakin besar.
4. Upaya memperluas pengkayaan kehidupan. Pertumbuhan jumlah mahasiswa dan
variasi jenis progam yang ditawarkan. Rasio Dosen – Mahasiswa yang sesuai dengan
regulasi, adanya pembiayaan yang tidak hanya berasal dari biaya perkuliahan, juga
dipandang sebagai ukuran keberhasilan perguruan tinggi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

26
Sistem penjaminan mutu di Indonesia salah satunya diatur melalui Permendikbud Nomor
28 Tahun 2016 tentang sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah (Kemendikbud,
2016). Permendikbud ini menjelaskan bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu
yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah yang
saling berinteraksi secara sistematis, terencana dan berkelanjutan. Peningkatan mutu pendidikan
tidak sebatas melekat pada jenjang pendidikan tinggi yang didesain melalui link and match
dengan dunia kerja semata. Namun peningkatan mutu pendidikan secara serius harus dilakukan
semenjak jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). Artinya peningkatan mutu pendidikan
pada jenjang TK merupakan setting pendidikan yang mencerminkan kualitas proses dan
outcomes. Proses mutu pendidikan di lihat dari aspek input yang memiliki kesiapan mental untuk
mempelajari dan menguasai berbagai kompetensi. Sementara proses pembelajaran harus di
dukung oleh kurikulum, guru, buku pelajaran, media, dorongan dari orang tua serta masyarakat.
Tujuan sistem penjaminan mutu yaitu menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan
dasar dan menengah secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan
berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. Sistem penjaminan mutu
memiliki fungsi sebagai pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu. Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas SPMI Dikdasmen dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME)
Dikdasmen.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini penulis susun dengan berusaha semaksimal mungkin agar makalah
ini sempurna, namun masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

Darmaj, A. S. (2020). SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH DI SATUAN


PENDIDIKAN DASAR (Studi Kasus di SD Plus Al-Kautsar. Jurnal Pendidikan Dasar
Nusantara, 172-186.

27
Dr. Sabar Budi Raharjo, M. (2019). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta:
Kemendikbud.

Islami, N. (2018). DESAIN SISTEM PENJAMINAN MUTU PADA SATUAN PENDIDIKAN


TK. Jurnal Pendidikan : Early Childhood, 1-16.

http://digilib.uinsgd.ac.id/24435/4/4_bab1.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/225494-analisis-implementasi-penjaminan-mutu-di-
92068341.pdf
file:///C:/Users/hp/Downloads/PROSES%20PENERAPAN%20MUTU%20PENDIDIKAN
%20SEKOLAH%20DASAR%20DAN%20MENENGAH.pdf

Fitrah, M. (2018). Urgensi sistem penjaminan mutu internal terhadap peningkatan mutu
perguruan tinggi. Jurnal Penjaminan Mutu, 4(1), 76-86.

28

Anda mungkin juga menyukai