Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK 3

“PELEMBAGAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DALAM SATUAN


PENDIDIKAN ”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penjamin Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu : DR. Restu, M.S

Eni Yuniastuti, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh Kelompok 3:

Nama Nim

Suci Vivi Nadea 3181131011

Paidol Siringo Ringo 3183131044

Labarta Naibaho 3183131025

Ayu Dearmas Purba 3193331009

Kelas: A Pendidikan Geografi 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. yang telah memberikan
berkat dan karunia yang dilimpahkan kepada kelompok penulis, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun yang menjadi judul kami adalah “Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
dalam Satuan Pendidikan ” .Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah “Penjamin Mutu Pendidikan”. Jika dalam penulisan makalah kami terdapat
berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya, maka kepada para pembaca, kami
memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi- koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut
semata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan
dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang
baik bagi penulis maupun bagi para pembaca

Medan, Oktober 2021

KELOMPOK 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I..............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3

1.3 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

2.1 Pengertian dan Tujuan LPMP...........................................................................................5

2.2 Peran LPMP .....................................................................................................................6

BAB III.........................................................................................................................................11

PENUTUP....................................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11

3.2 SARAN................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Darwin dan Irsan (2012: 17) Penjaminan mutu pendidikan adalah suatu proses
transformasi yang terencana dan sistematis dalam penetapan dan pemenuhan seperangkat standar
mutu dalam sistem pengelolaan pendidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan
baik secara internal maupun eksternal, sehingga memberikan kepercayaan dan kepuasan kepada
semua peserta didik, pengguna lulusan, pemerintah, masyarakat dan pihak – pihak lain yang
berkepentingan melalui upaya peningkatan mutu yang terus menerus, menuju ketercapaian
outcome. Menurut Edward (2012) penjaminan mutu pendidikan (Quality Assurance) adalah
proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan,
sehingga stakeholders memperoleh kepuasan.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan adalah unit pelaksana teknis kementrian pendidikan dan
kebudayaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah. Penjaminan mutu pendidikan adalah proses penetapan dan pemenuhan
standar mutu pengelolaan pendidikan yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan untuk
pendidikan dasar dan menengah, secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga memenuhi
kepuasan pemangku kepentingan.

Salah satu upaya dalam memberikan contoh sekolah yang memenuhi standar, Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) perlu mengembangkan sekolah model sebagai sebuah
pilot projek dalam bentuk sekolah pendampingan. Dalam pelaksanaannya secara berkala dan
berkelanjutan LPMP akan membantu sekolah pendampingan baik secara akademis maupun
manajemen, agar sekolah pendampingan itu dapat berkembang secara optimal, sehingga dapat
mencapai standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional
Pendidikan (BSNP). Dengan demikian sekolah tersebut akan menjadi contoh bagi sekolah lain
dalam mengembangkan pola manajemen untuk mencapai standar nasional pendidikan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa Pengertian dan Tujuan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ?

2. Apa Peran Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Pengertian dan Tujuan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ?

2. Untuk mengetahui Peran Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Penjaminan Mutu Pendidikan

Penjaminan mutu pendidikan adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
pendidikan yang mengacu pada 8 standar nasional pendidikan untuk pendidikan dasar dan
menengah, secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga memenuhi kepuasan pemangku
kepentingan (siswa, orang tua, masyarakat, pemerintah, guru, tenaga kependidikan serta pihak
lain yang berkepentingan).

Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap standar yang
ditetapkan dapat dicapai dan semua komponen dalam sistem sekolah bekerja secara optimal dan
bersinergi bagi tercapainya standar yang ditetapkan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bicara pendidikan bukanlah upaya sederhana,
melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan selalu berubah seiring
dengan perubahan jaman. Oleh karena itu pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan
dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntunan kehidupan
masyarakat.

B. Metode dan Teknik Penjaminan Mutu Pendidikan

Metode dan teknik penjaminan mutu adalah suatu cara yang digunakan oleh LPMP dalam
mendampingi sekolah untuk meningkatkan penjaminan mutu pendidikan. Metode lebih berupa
konsep sedangkan teknik bersifat praktis. Oleh sebab itu satu metode dapat dilakukan dengan
kombinasi beberapa teknik. Misalnya metode fasilitasi dapat dilakukan dengan kombinasi teknik
observasi, studi dokumen dan interviu. Metode juga dapat dikombinasi pelaksanaannya.
Misalnya metode fasilitasi dengan metode training dan metode studi banding. Contoh: jika hasil
supervisi atau monitoring dan evaluasi, menunjukkan bahwa kompetensi sebagian guru belum
memenuhi kriteria yang dipersyaratkan, maka Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
perlu memfasilitasi guru untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Berikut ini adalah uraian berbagai metode dan teknik yang diterapkan LPMP dalam proses
penjaminan mutu sekolah yaitu:

1. Metode Penjaminan Mutu

a. Fasilitasi

Suatu cara meningkatkan mutu dengan memberikan sesuatu kepada klien dapat berupa
kesempatan dan fasilitas untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia untuk
mengelola sekolah.

b. Konsultasi

Konsultasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memanfaatkan
tenaga ahli yang ditugaskan untuk mendampingi sekolah.

c. Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Pemecahan masalah adalah suatu metode yang digunakan oleh lembaga tertentu dan sekolah
untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam upaya meningkatkan dan menjaga mutu
pendidikan.

d. Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan dan menjaga
mutu pendidikan dengan melakukan analisis kebutuhan sebagai landasan penyusunan
pengembangan program lembaga/sekolah.

e. Penyusunan program

Penyusunan program dilakukan setelah diadakan analisis untuk mengetahui secara pasti program
apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan menjamin mutu pendidikan.

f. Supervisi
Guna mengetahui apakah suatu program telah atau belum dilakukan disebut supervisi.
Selanjutnya apabila ada hambatan atau masalah dalam pelaksanaan program dilanjutkan dengan
metode konsultasi atau kombinasi-kombinasi metode lainnya untuk mencari solusinya.

g. Monitoring dan evaluasi

Hampir sama dengan supervisi, kegiatan monitoring dan evaluasi berisi kegiatan evaluasi untuk
menentukan tingkat keberhasilan program yang dilaksanakan.

h. Training/workshop

Suatu kegiatan untuk meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam hal
kemampuan teknis dan teoritis serta sikap dalam upaya kelancaran pelaksanaan tugas
peningkatan mutu pendidikan.

i. Studi Banding

Hampir sama dengan training, tetapi studi banding lebih kepada peningkatan wawasan untuk
membangkitkan inspirasi dan motivasi pada tenaga pendidik dan kependidikan dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan.

j. Uji kompetensi

Uji kompetensi merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kompetensi guru. Apabila
seorang guru belum mencapai kompetensi yang telah ditentukan, maka diperlukan peningkatan
kemampuan baik melalui inservice atau preservice training atau kegiatan lainnya.

2. Teknik Penjaminan Mutu

Proses penjaminan mutu yang dilakukan oleh LPMP menerapkan beberapa teknik. Teknik-teknik
tersebut antara lain:

a. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik untuk mendukung suatu metode, misalnya problem solving.
Untuk memecahkan masalah kita perlu melakukan observasi atas masalah yang dihadapi oleh
sekolah. Dengan demikian masalah dapat diidentifikasi secara pasti sehingga dapat ditentukan
pemecahannya.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam terhadap suatu masalah. Ada teknik
wawancara yang terstruktur dan tak terstruktur. Terstruktur berarti materi wawancara telah
disusun sesuai dengan target informasi yang hendak dicapai, sedangkan wawancara tak
terstruktur dilakukan secara bebas tetapi masih dalam bingkai masalah yang hendak dipecahkan.

c. Studi dokumen

Studi dokumen dilakukan apabila ingin mendapatkan informasi secara konkret yang dapat
digunakan sebagai bukti dari suatu kriteria standar mutu pendidikan.

d. Questioner

Teknik ini dilakukan untuk menjaring informasi yang terstruktur dan terukur dalam bentuk
pertanyaan yang bersifat tertutup maupun terbuka. Metode ini sangat baik untuk mengukur suatu
pencapaian, pendapat, kondisi, dan lain-lain.

e. Diskusi

Ini merupakan metode yang sangat umum dilakukan dalam pemecahan suatu masalah yang dapat
dilakukan oleh dua orang atau lebih. Teknik diskusi ada beberapa macam, misalnya diskusi
kelompok dan diskusi panel.

f. Tes

Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia suatu sekolah (pendidik/tenaga
kependidikan) teknik tes dapat dilakukan. Tes dapat dalam bentuk tertulis, lisan, ataupun
demonstrasi.

C. Model Penjaminan Mutu Pendidikan


Model penjaminan mutu yang dikembangkan LPMP diadaptasi dari model Asian University
Network (AUN) yang telah dimodifikasi oleh Dr. Ir. Toni Atyanto Dharoko dan dipadukan
dengan konsep-konsep penjaminan mutu yang dikembangkan di Inggris. Dalam model ini
sekolah harus mempunyai kemampuan untuk melakukan evaluasi diri yang dibantu/didukung
oleh pihak terkait, seperti LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan perguruan tinggi.
Bentuk evaluasi diri semacam ini lazimnya dikenal dengan Supported School Self-Evaluation
(evaluasi diri dengan dukungan). Evaluasi diri ini merupakan salah satu komponen penting
dalam model ini.

Komponen lain dalam model ini adalah internal audit yang dimaknai sebagai peer-assessment
yang dilakukan oleh sekolah lain yang sejenis dan setara. Kegiatan ini bersifat optional
mengingat kondisi sekolah di Kabupaten/Kota yang cukup beragam. Internal Audit dalam model
ini membuka peluang dilakukannya peer assessment antar guru mata pelajaran sejenis di sekolah
yang sama atau dari sekolah lain, juga bisa pula peer assessment dilakukan dengan minta
bantuan dari kepala sekolah yang sejenis dan setara untuk melakukan auditing dalam hal
pengelolaan dan kepemimpinan sekolah.

D. Implementasi Model Penjaminan Mutu

1. Persiapan

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut.

a. Pemetaan awal kinerja sekolah

Kegiatan ini dilakukan melalui observasi dan pendataan sekolah dengan mengacu pada standar-
standar pendidikan yang ditetapkan BSNP. Kegiatan dimaksud untuk memperoleh data dan
informasi awal tentang kinerja sekolah. Data dan informasi ini memungkinkan dilakukannya
pemetaan profil mutu/kinerja sekolah sebagai acuan awal dalam ancangan penetapan standar
sekolah yang mengacu pada ke 8 Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan oleh BSNP dan
implementasi model penjaminan mutu pendidikan.

b. Pembuatan Panduan Penjaminan Mutu


Pembuatan panduan penjaminan mutu dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada sekolah
dalam pelaksanaan model penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan sekolah dengan
bimbingan/arahan/support oleh LPMP, Dinas Pendidikan dan semua pihak-pihak pemangku
kepentingan (stakeholder). Pedoman ini akan membantu semua pemangku kepentingan dalam
penyamaan persepsi dalam pelaksanaan model.

c. Penyiapan Instrumen Monitoring

Setelah standar telah ditetapkan dan diimplementasikan di sekolah, pihak LPMP menyusun
instrumen monitoring sebagai alat untuk mengevaluasi keterlaksanaan standar yang telah
ditetapkan. Kegiatan penyiapan instrument monitoring melalui tahapan; penyusunan instrument,
uji coba, pengolahan dan analisis, review, dan validasi instrument. Instrumen yang sudah
divalidasi selanjutnya dapat digunakan dalam kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan standar
tersebut.

d. Penyiapan instrumen SSE

Instrumen School Self-Evaluation (SSE) disusun sebagai alat untuk melakukan evaluasi diri oleh
sekolah masing-masing. Kegiatan ini disusun secara bersama-sama antara sekolah, LPMP dan
Dinas Pendidikan serta dengan dukungan para pakar. Dalam penyiapan instrumen SSE tetap
melalui tahapan kegiatan sebagai berikut: penyusunan instrumen, uji coba, pengolahan dan
analisis, review, dan validasi instrumen.

e. Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE

Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE dimaksudkan untuk memberikan bimbingan kepada pihak
sekolah agar sekolah mempunyai kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan SSE secara
efektif. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak LPMP.

2. Pelaksanaan SSE

a. Penerapan Standar Nasional Pendidikan


PP NO.19 Tahun 2005 Pasal 94 poin B menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib
menyesuaikan diri terhadap ketentuan PP.

b. Monitoring

Kegiatan monitoring dilaksanakan pihak pengawas sekolah secara rutin (bulanan) dengan
mengacu pada standar-standar pendidikan yang telah ditetapkan, sedangkan monitoring yang
dilaksanakan LPMP sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan.

3. Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE

Fasilitasi persiapan pelaksanaan SSE dimaksudkan untuk memberikan bimbingan kepada pihak
sekolah agar sekolah mempunyai kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan SSE secara
efektif. Kegiatan ini dilakukan oleh pihak LPMP

Pihak sekolah melakukan evaluasi dengan menggunakan instrumen SSE. Kegiatan ini dilakukan
sendiri oleh pihak sekolah secara mandiri. Laporan SSE dikirimkan sekolah ke Dinas Pendidikan
dan LPMP untuk dijadikan bahan tindaklanjut atau program peningkatan mutu sekolah.

4. Audit Internal

Audit internal dapat dilakukan oleh sekolah dalam bentuk peer-assessment. Khususnya, yang
berkaitan dengan proses pembelajaran, yang merupakan komponen sangat penting dalam
penjaminan mutu, peer-assessment dapat dilakukan dalam bentuk observasi kelas antar guru
semata pelajaran.

5. Perumusan program pengembangan/peningkatan mutu sekolah.

Hasil Evaluasi Mandiri dan hasil audit internal yang dilakukan sekolah dijadikan bahan kajian
oleh LPMP, Dinas Pendidikan dan sekolah terkait untuk merumuskan program
pengembangan/peningkatan mutu sekolah.

6. Pelaksanaan pengembangan/peningkatan mutu sekolah

Pelaksanaan pengembangan/peningkatan mutu sekolah berkaitan dengan standar nasional


pendidikan dilakukan oleh sekolah dengan pihak LPMP, Dinas Pendidikan dan Perguruan Tinggi
sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
E. Prosedur Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah Standar.

1. Prosedur Penjaminan.

Sebagaimana tertulis dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
LPMP bertugas membantu Pemerintah Daerah dalam berbagai upaya penjaminan mutu satuan
pendidikan untuk mencapai standar nasional pendidikan. Karena badan atau kelengkapan
pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam hal menentukan kelayakan, kinerja, dan
produktivitas satuan pendidikan di daerah adalah Badan Akreditasi Sekolah Daerah (BASDA)
yang meliputi Badan Akreditasi Sekolah-Propinsi (BAS-Prop) dan Badan Akreditasi Sekolah-
Kabupaten/Kota (BAS-Kab/Kota), maka perlu adanya kerjasama yang erat antara LPMP dan
BASDA yang diharapkan mampu menciptakan sinergi yang optimal dalam upaya penjaminan
mutu pendidikan di daerah.

Dalam menjalankan fungsi layanannya, LPMP bisa bekerjasama, baik dengan BAS Propinsi
maupun BAS Kabupaten/Kota karena memang lingkup kerja LPMP meliputi semua jenjang
pendidikan dalam lingkungan pendidikan dasar dan menengah, sementara BAS-Propinsi
bertanggungjawab pada jenjang SMA serta SMK dan BAS-Kabupaten/Kota bertanggung jawab
pada jenjang TK, SD serta SMP.

2. Pola Layanan Penjaminan Mutu

Dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya, LPMP menggunakan 2 jenis pola layanan, yaitu:

a. Pola layanan yang bersifat supervisi, bimbingan, arahan, saran dan bantuan teknis

Pola layanan LPMP yang bersifat supervisi, bimbingan, arahan, saran dan bantuan teknis
terhadap satuan pendidikan yang belum memenuhi standar akreditasi yang telah ditetapkan ini
digunakan untuk menangani permasalahan yang berkenaan dengan standar proses dan standar
penilaian pendidikan.

Pola layanan Penjaminan Mutu yang akan dikembangkan oleh LPMP guna pencapaian
standardisasi mutu pendidikan adalah :
1. Ada kesepakatan antara LPMP dengan satuan pendidikan tentang kinerja guru yang akan
ditingkatkan.

2. Kinerja yang akan ditingkatkan adalah aspek-aspek kinerja guru dalam proses pembelajaran
yang spesifik, seperti : penyusunan perangkat pembelajaran, menciptakan proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, evektif dan menyenangkan, pendalaman dan penguasaan materi bahan ajar,
pembuatan dan pemanfaatan media pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas, serta
teknik menangani anak bermasalah dalam pembelajaran. Langkah-langkah proses layanan ini
adalah:

1. Pertemuan awal.

a. Menciptakan hubungan yang baik dengan cara menjelaskan makna supervisi sehingga
partisipasi guru meningkat.

b. Menemukan aspek-aspek kinerja apa dalam proses pembelajaran yang perlu


diperbaiki/ditingkatkan.

c. Menemukan bentuk perbaikan pada sub topik bahan pelajaran tertentu.

2. Persiapan

a. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan bentuk
perbaikan yang disepakati.

b. LPMP membuat instrumen untuk kepentingan observasi dan pendampingan.

3. Pelaksanaan

a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan RPP yang telah dibuat.

b. LPMP melakukan pendampingan terhadap satuan pendidikan.

4. LPMP melakukan advokasi.

b. Pola layanan yang bersifat pemberian saran melalui hasil kajian


Pola layanan yang bersifat pemberian saran melalui hasil kajian ini digunakan untuk menangani
permasalahan yang berkenaan dengan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan serta standar
pembiayaan.

LPMP bersama para ahli baik ahli pendidikan maupun ahli dari berbagai disiplin ilmu bertemu
dalam suatu forum kajian tentang mutu. Hasil kajian itu selanjutnya direkomendasikan kepada
dinas pendidikan sebagai bahan pengambilan keputusan yang akan diimplementasikan oleh
sekolah. Namun apabila dinas pendidikan merasa bahwa hasil kajian tersebut masih kurang tepat,
dinas pendidikan juga bisa memberikan revisi melalui forum kajian tentang mutu pendidikan.
Selain itu, LPMP juga bisa memberikan bantuan berupa saran kepada sekolah, demikian pula
sebaliknya, sekolah juga bisa memberikan evaluasinya terhadap hasil-hasil kajian yang telah
dilakukan oleh LPMP.

F. Sistem Pendampingan dalam Penjaminan Mutu Pendidikan

Dalam kerangka program sekolah pendampingan, LPMP mengembangkan suatu sistem/pola


kegiatan pendampingan yang melibatkan berbagai unsur pejabat struktural dan fungsional
LPMP. Kegiatan pendampingan dapat dilaksanakan dalam dua kegiatan utama, yaitu (1) IHT
(In-house Training) atau INSET (in-service training), (2) ONSET (On-service Training).

1. IHT (In-house Training)

Sesudah didapat profil mutu sekolah pendampingan, LPMP melakukan penyusunan program
pendampingan. Profil ini akan menjadi base-line data yang akan menjadi dasar awal untuk
menentukan kegiatan pendampingan. Salah satu program awal kegiatan pendampingan adalah
IHT. Semua unsur sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lain di
sekolah tersebut perlu mendapat informasi tentang prinsip-prinsip dasar yang mencakup delapan
standar pendidikan.
Dalam IHT itu guru dilatih untuk mengembangkan berbagai instrumen yang diperlukan dalam
mengimplementasikan kurikulum. Salah satu kegiatan itu ,adalah mengembangkan silabus dan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Selain itu, guru juga mendapatkan pelatihan dan
workshop untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan landasan filosofis KTSP yaitu
pembelajaran yang berbasis pengembangan kompetensi. IHT ini dapat dilaksanakan di sekolah
dalam beberapa pertemuan awal secara berkala.

Selain IHT, para guru dari sekolah pendampingan dapat diikutkan dalam kegiatan pelatihan yang
relevan dalam in-service training (INSET) yang dilaksanakan di LPMP. Kegiatan INSET akan
dapat membekali para guru dengan pemahaman konsep dan workshop pengembangan KTSP
secara intensif dan mendalam. Dengan kegiatan IHT atau in-service training (INSET), kepala
sekolah dan guru serta staf diharapkan mempunyai wawasan yang benar tentang implementasi
manajemen sekolah menuju kualifikasi sekolah berstandar nasional. Wawasan dan pengetahuan
yang benar stake holder diharapkan dapat diimplementasikan pada delapan standar nasional
pendidikan dengan baik dan lancar.

2. ONSET ( On-service Training )

Sesudah IHT atau INSET pihak sekolah siap melaksanakan program pendidikan guna mencapai
delapan standar nasional pendidikan. Tentu saja dalam tahun-tahun pertama pelaksanaan
program sekolah, pihak sekolah masih banyak menghadapi berbagai kendala dan hambatan. Hal
ini sangat wajar terjadi. Oleh sebab itu, sekolah pendampingan perlu mendapat pendampingan
secara langsung ketika mereka mempraktikkan program pelaksanaan pendidikan, baik kegiatan
di kelas maupun kegiatan manajerial lainnya.

Pendampingan ini dilaksanakan oleh berbagai unsur pejabat di LPMP secara berkala, baik pada
tataran manajemen sekolah yang dilaksanakan oleh kepala sekolah beserta wakilnya, maupun
pada tataran manajemen pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Para pendamping
dari LPMP adalah para pejabat struktural dan fungsional/widyaiswara akan datang ke sekolah
pendampingan secara berkala dan berkesinambungan dalam periode waktu yang telah
ditetapkan. Kegiatan inilah yang disebut on-service training (ONSET)

Dalam melaksanakan program-program di atas, peran dan fungsi para pejabat struktural dan
fungsional LPMP akan sangat signifikan. Berikut ini peran dan fungsi LPMP.
a. Peran dan fungsi Kepala LPMP

Dalam implementasi program sekolah pendampingan, peran kepala LPMP sangat signifikan.
Kepala LPMP perlu melihat dan mendengarkan secara langsung segala kondisi objektif dan
keluhan tentang kebutuhan sekolah pendampingan untuk menjadi sekolah standar. Untuk
menangkap secara tepat profil sekolah pendampingan, Kepala LPMP perlu mengunjungi sekolah
pendampingan secara berkala, sedkitnya tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada tahap awal,
pertengahan, dan akhir program pendampingan. Selain untuk melihat progres (kemajuan) mutu
pendidikan sekolah pendampingan selama berlangsungnya program pendampingan, kunjungan
Kepala LPMP dapat meningkatkan motivasi sekolah pendampingan dalam menyukseskan
program pendampingan untuk mencapai sekolah standar. Dengan kunjungan ke sekolah
pendampingan, Kepala LPMP akan menyusun kebijakan-kebijakan program pendampingan
secara tepat dan sesuai kebutuhan sekolah tersebut.

b. Peran dan Fungsi Kepala sub bagian Umum atau Kepala sub bagian Tata Usaha.

Secara akademis Kepala sub bagian Umum atau Kepala sub bagian Tata Usaha tidak terlalu
terlibat dalam program sekolah pendampingan, namun peran dan fungsi Kepala sub bagian
Umum atau Kepala sub bagian Tata Usaha dalam mendukung keberhasilan program sekolah
pendampingan sangat besar. Keberhasilan program ini tidak terlepas dari dukungan administrasi,
sarana/prasarana dan keuangan. Dalam aspek-aspek ini Kepala sub bagian Umum atau Kepala
sub bagian Tata Usaha sangat berperan. Sebaik apapun program yang dibuat, bila tidak didukung
oleh ketiga aspek di atas, maka kegiatan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Meskipun tidak terlalu sering.

Kepala sub bagian Umum atau Kepala sub bagian Tata Usaha perlu juga melakukan kunjungan
dan pendampingan ke sekolah pendampingan. Pada tahap awal kunjungan, Kepala sub bagian
Umum atau Kepala sub bagian Tata Usaha dapat melihat kebutuhan sarana/prasarana sekolah
pendampingan dalam menuju pencapaian sekolah standar. Jadi, Kepala sub bagian Umum atau
Kepala sub bagian Tata Usaha dapat memberi masukkan kepada Kepala LPMP tentang program
dukungan yang perlu diberikan. Pada tahap pertengahan maupun akhir program, Kepala sub
bagian Umum atau Kepala sub bagian Tata Usaha dapat melihat tingkat kemajuan dan
keberhasilan program serta bantuan yang telah diberikan.
c. Peran dan Fungsi Kepala Seksi ( Kasi ) Program Dan Sistem Informasi (PSI) dan Kasi
Publikasi Dan Pelaporan (Publap).

Sebelum penyusunan program pendampingan dibuat, Seksi DAI dan Publikasi perlu memotret
kondisi objektif awal sekolah pendampingan. Data dan informasi yang didapat akan menjadi
landasan (base-line data) pengembangan program pendampingan. Untuk mendapatkan data yang
valid dan reliabel, perlu dirancang program monitoring dan evaluasi serta instrumen
pengumpulan data secara tepat yang berorientasi pada pencapaian delapan standar nasional
pendidikan. Kasi PSI dan Publap perlu juga untuk mengunjungi sekolah pendampingan sehingga
dapat melihat secara nyata kondisi sekolah, baik sebelum, ketika, dan sesudah pelaksanaan
program pendampingan. Selanjutnya, data yang diperoleh akan menjadi bahan kajian di Seksi
Kajian Mutu Pendidikan (KMP) untuk merumuskan program-program pendampingan apa saja
yang perlu dilakukan oleh LPMP dalam menjadikan sekolah pendampingan menjadi sekolah
standar. Dengan instrumen yang valid dan reliabel, hasil (data) yang didapat akan memudahkan
Seksi KMP dan Seksi PSI melakukan analisis dan akhirnya merumuskan rekomendasi tindakan
pendampingan yang tepat sesuai dengan kebutuhan sekolah.

d. Peran dan Fungsi Kasi Kajian Mutu Pendidikan (KMP)

Seperti disebutkan di atas, Seksi KMP sangat berperan dalam melakukan kajian dan analisis hasil
pengumpulan data yang dilakukan oleh Seksi PSI dan Publap. Hasil analisis yang akurat akan
bermanfaat untuk merumuskan rekomendasi dan usulan kegiatan pendampingan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan sekolah pendampingan dalam mencapai delapan standar nasional
pendidikan. Dalam perancangan program pendampingan, peran Kasi KMP dan Kasi PSI akan
sangat penting dalam memandu dan membantu pihak-pihak terkait (Seksi FSDP dan
Widyaiswara) merumuskan aspek-aspek penting program pendampingan.

e. Peran dan Fungsi Kasi Fasilitasi Sumber Daya Pendidikan (FSDP)

Kasi FSDP akan menjadi penanggung jawab langsung keterlaksanaan program sekolah
pendampingan. Di Seksi FSDP, rancangan program dan pelaksanaan serta monitoring dan
evaluasi akan dikoordinasikan dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang terkait pada
pelaksanaan setiap tahapan pendampingan. Hal ini karena program sekolah pendampingan itu
sesungguhnya merupakan salah satu program pemberdayaan sumber daya pendidikan (sekolah)
dalam meningkatkan kualifikasinya menjadi sekolah standar. Kelancaran dan keberhasilan
program ini menjadi tanggung jawab Seksi FSDP. Oleh karena itu, Kepala Seksi FSDP secara
berkala mengunjungi sekolah pendampingan (pada awal, pertengahan, akhir program
pendampingan) untuk meyakinkan bahwa semua program pendampingan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan. Tindakan perbaikan sesegera mungkin dilakukan bila ada kendala
dan hambatan yang terjadi. Di akhir program, Kasi FSDP akan melaporkan keberhasilan
program pendampingan kepada kepala LPMP.

f. Peran dan Fungsi Widyaiswara

Widyaiswara memegang peran penting dalam melaksanaan program pendampingan secara


langsung ke sekolah, khususnya program akademis. Sesuai dengan program pendampingan yang
secara umum yaitu program IHT/INSET dan ONSET, Widyaiswara berbagai spesialisasi mata
pelajaran dan aspek manajemen sekolah menjadi nara sumber utama kegiatan pendampingan.
Program-program pendampingan secara mikro dalam kerangka pendampingan akan
dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh tim Widyaiswara.

Kunjungan Widyaiswara mendominasi kunjungan secara keseluruhan yang akan dilakukan ke


sekolah pendampingan. Selain untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan berbagai
kegiatan mikro pendampingan secara akademis, kunjungan Widyaiswara juga ditujukan untuk
on-site training (pelatihan di tempat kerja) bagi para guru dan tenaga kependidikan di sekolah
pendampingan. Keberhasilan program pendampingan sangat ditentukan oleh program
pendampingan para Widyaiswara ke sekolah pendampingan.
BAB III

KESIMPULAN

Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, pemerintah
telah menetapkan standar nasional pendidikan yang secara minimal harus dapat dicapai oleh
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah. Hal ini dimaksudkan agar mutu proses dan hasil
pendidikan di Indonesia dapat bersaing dengan negara lain.

Untuk memberikan gambaran yang jelas bagi semua sekolah di provinsi, perlu dikembangkan
sekolah model yang dibina secara terus menerus dan berkelanjutan oleh LPMP agar dapat
mencapai standar nasional pendidikan. Peran LPMP dalam penjaminan mutu pendidikan di
daerah sangat signifikan. Dalam melakukan penjaminan mutu LPMP tidak bisa bekerja sendiri
oleh sebab itu harus bekerjasama dengan pemerintah daerah/dinas diknas kabupaten-kota.
DAFTAR PUSTAKA

Gilley, Jerry W. & Eggland, Steven A., 1989. Principles of Human Resource Development,
Addison-Wesley Publishing Company Inc., Masachusetts.

Ilyas, E. 2005. Dasar-Dasar sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000, Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

https://lpmpkaltara.kemdikbud.go.id/tugas-dan-fungsi/

http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/satuan-pendidikan-kerjasama-spk

http://pengetahuantaufiq.blogspot.com/2014/12/pengertian-tujuan-dan-peranlembaga.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai