ANDRI RASDIANA
A1I119067
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Faktor-faktor
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang bilangan ganjil dan bilangan genap.Kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Anwar Bei,M.Si. selaku dosen mata kuliah Profesi Kependidikan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mengucapkan permohonan
Penulis
ANDRI RASDIANA
A1I119067
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….…………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………………..…
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..………
C. Tujuan………………………………………………………………………………
A. Mutu Pendidikan…….…………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai
dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan mutu sumber
daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan mutu sumber daya manusia,
maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan
amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih bermutu antara lain
melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan system evaluasi, perbaikan sarana
pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pemberian pendidikan dan pelatihan
bagi guru. Tetapi upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Salah satu indikator kekurangberhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan NEM
(UAN) siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SLTP dan SLTA yang tidak
memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun,
kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.
oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar
sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan
faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai
latihan yang dilakukan guru. Sedang menurut Sumargi (1996:9-11), profesionalisme guru dan
tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Misalnya
guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika.Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa
Indonesia.Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu
dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak bermutu dan
menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
KAJIAN PUSTAKA
Mutu berkenaan dengan penilaian bagaimana suatu produk memenuhi kriteria, standar
atau rujukan tertentu.Dalam dunia pendidikan, standar ini menurut Depdiknas (2001:2) dapat
dirumuskan melalui hasil belajar mata pelajaran skolastik yang dapat diukur secara kuantitatif,
dan pengamatan secara kualitatif, khususnya bidang-bidang pengetahuan sosial. Rumusan mutu
pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelah dari berbagai sudut pandang.Kesepakatan tentang
konsep mutu dikembalikan pada rumusan acuan atau rujukan yang ada seperti kebijakan
pendidikan, proses belajar mangajar, kurikulum, sarana dan prasarana, fasilitas pembelajaran dan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “Mutu” berarti karat. Baik buruknya sesuatu,
kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan) Poedarminta (1989, hal.788). Secara umum
‘mutu’ dapat didefinisikan sebagai “karakteristik produk atau jasa yang ditentukan
(Soewarso, 1996: 7). Pendapat ini lebih menekankan kepada pelanggan yaitu, apabila suatu
pelanggan mengatakan sesuatu itu bermutu baik, maka barang/jasa tersebut dapat
didasarkan pada penyelenggaraan pendidikan yang bermutu merupakan hal yang menjadi sorotan
utama oleh orang tua bahkan sampai ke tingkat satuan pendidikan pemerintah.Setiap komponen
pemangku kepentingan pendidikan (orang tua, masyarakat, dunia kerja, pemerintah) dalam
pendidikan yang bermutu, Mutu disebut pula sebagai definisi kualitas menurutprodusen.Kualitas
ini dicapai bilamana produk atau jasa memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam suatu prosedur yang konsisten.Kualitas didemonstrasikan oleh produsen dalam sebuah
sistem yang dikenal sebagai sistem jaminan kualitas, yang memungkinkan produksi yang
konsisten dari produk dan jasa untuk memenuhi standar atau spesifikasi tertentu.
Pandangan lain menyebutkan bahwa mutu/kualitas memiliki dua konsep yang berbeda
antara konsep absolut dan relatif. Dalam konsep absolut suatu barang disebut bermutu bila
memenuhi standar tertinggi dan sempurna.Dalam konsep relatif, kualitas bukan merupakan
atribut dari produk atau jasa. Sesuatu dikatakan berkualitas jika barang atau jasa memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan.Dalam bidang pendidikan, hanya konsep relatif yang sering
ditemukan.Dalam konsep ini, kualitas pendidikan biasanya diukur dari sisi pelanggannya baik
pelanggan internal maupun eksternal.Pelanggan intenal, yaitu kepala sekolah, guru dan staf
pendidikan lainnya.Pelanggan eksternal ada tiga kelompok yaitu, (1) peserta didik (pelanggan
eksternal primer), (2) orang tua dan para pemimpin pemerintah (pelanggan ekseternal sekunder),
dan pasar kerja, pemerintah dan masyarakat luas (pelanggan eksternal tersier).
Mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sekolah sebagai lembaga pengajaran, tetapi
disesuaikan dengan apa yang menjadi pandangan dan harapan masyarakat yang cendrung selalu
berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Menurut Sagala (2010) bahwa sekolah yang
berhasil dalam meningkatkan mutu pendidikannya ditentukan oleh faktor-faktor antara lain:
(1) Perumusan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sekolah sebagai lembaga pengajaran, tetapi
juga disesuaikan dengan apa yang menjadi pandangan dan harapan masyarakat yang cendrung
selalu berkembang seiring kemajuan zaman. Bertitik tolak pada kecendrungan ini penilaian
masyarakat tentang mutu lulusan sekolahpun terus menurus bekembang. Karena itu sekolah
perkembangan tuntutan masyarakat menuju pada mutu pendidikan yang dilandasi tolak ukur
norma ideal.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Mutu Pendidikan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “Mutu” berarti karat. Baik buruknya sesuatu,
kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan) Poedarminta (1989, hal.788). Secara umum
‘mutu’ dapat didefinisikan sebagai “karakteristik produk atau jasa yang ditentukan olehcustomer
dan diperoleh melalui pengukuran proses serta perbaikan yang berkelanjutanMutu di bidang
pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan
bermutu jika siap berperoses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana
Dalam peningkatan mutu pendidikan dapat dipengaruhi oleh faktor input pendidikan dan
faktor proses manajemen pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan terdiri dari seluruh sumber
daya sekolah yang ada.
Dari pengertian diatas maka input pendidikan yang merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi mutu pendidikan dapat berupa :
1. Sumber daya manusia sebagai pengelola sekolah yang terdiri dari :
a) Kepala sekolah
b) Guru
c) Tenaga administrasi
3. Kesiswaan
Siswa sebagai peserta didik merupkan salaj satu input yang turut menentukan
keberhasilan proses pendidikan. Penerimaan peserta didik didasarkan atas kriteria yang
jelas, transparan dan akuntable.
5. Kurikulum
6. Keorganisasian
Pengorganisian sebuah lembaga pendidikan, merupakan faktor yang dapat
membantu untuk meningkatkan mutu dan pelayanan dalam lembaga
pendidikan.Pengorganisasian merupakan kegiatan yang mengatur dan mengelompokkan
pekerjaan kedalam bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah ditangani.
7. Lingkungan fisik
9. Peraturan
HAR Tillar (1992, hal. 58) Menyatakan bahwa peran serta masyarakat didalam
penyelenggaraan pendidikan berarti pula memberdayakan masyarakat itu sendiri didalam
ikut menentukan arah da nisi pendidikan.
Salah satuu peran pemerintah dlam meningkatkan mutu pendidikan ialah dengan
melakukan desentralisasi pendidikan.Dengan adanya desentralisasi tersebut, maka
berbagai tantangan untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan mengharuskan
adanya reorintasi dan perbaikan sisten manajemen penyelenggaraan penddikan.
Selain faktor input yang telah dikemukakan tersebut, faktor lain yang menentukan mutu
pendidikan adalah proses manajemen pendidikan. Abdul Hadis dan nurhayati didalam
manajemen mutu pendidikan, (2010, hal.100-101) mengemukakan secara garis besar ada dua
faktor yang mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar mengajar didalam kelas, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berupa : faktor psikologi, sosiologi, dan fisiologi yang ada pada sisw dan
guru. Sedangkan yang masuk kedalam faktor eksternal ialah semua yang mempengaruhi proses
hasil belajar mengajar dikelas selain faktor siswa dan guru.
BAB IV
PENUTUP
Pendidikan secara garis besar kemajuan pendidikan tidak lepas dari mutu pendidikan
ya.pendidikan sangat penting khususnya dalam mensejahterakan bangsa dan Negara. Sutau
konsekuensi yang besar bila menitik beratkan pendidikan sebagai benteng pertahanan masa
depan. Sehingga ancaman zaman bisa ter-elakkan.Selain itu juga Selain Status Pendidikan yang
dianggap rendah, Lapangan Kerjapun terbatas dan Gaji yang di terima bahkan relative
minim.Perbedaan Pendidikan yang didapat dan Biaya yang di keluarkan untuk kuliah, mungkin
jadi Tolak Ukur antara Pendidikan SMU dan Sarjana.Tetaplah terus Berjuang untuk
mendapatkan Hak Bekerja. Dan Bekerjalah dengan baik Walau dengan keterbatasan Pendidikan,
Karena tidak menutup kemungkinan Lulusan SMU pun bisa sesukses Sarjana. Gali potensi diri
untuk dijadikan Nilai lebih, pandai-pandailah Belajar dan Bergaul.Serta perbanyaklah Membaca
untuk menambah Wawasan dan Pengetahuan dan Bekali Diri dengan Kursus-kursus yang
menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan tentunya masih jauh dari harapan.Oleh karena itu,
masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan.Semoga makalah ini dapat
http://gurukreatif.wordpress.com
http://timpakul.web.id/pendidikan.html
Jakarta: Depdiknas.
Syaodih, N, dkk. 2007. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan
http://ayumelatifisika.blogspot.co.id/2014/01/makalah-peningkatan-mutu-pendidikan_17.html
LAMPIRAN
jawab :
jawab :
Ada beberapa peran orang tua yang dapat dilihat dari tiga dimensi menurut Muller (1995 : 59-62)
yaitu itu dimensi tempat, dimensi tujuan, dan dimensi otoritas, berikut penjelasannya
1. Dimensi tempat
Peran serta orang tua dalam meningkatkan mutu dalam pendidikan dapat dilihat
dari dimensi tempatnya yaitu di rumah, di masyarakat, atau di sekolah (yang penting ada
2. Dimensi tujuan
Keterlibatan atau peran serta orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan
dapat bervariasi menurut tujuan.peran tersebut dapat ditingkatkan dari yang sudah
sewajarnya dilakukan karena fungsinya sebagai orang tua hingga ke peran yang sesuai
3. Dimensi otoritas
Dimensi otoritas berkaitan dengan peran orang tua dalam meningkatkan mutu
pendidikan berkaitan dengan status orang tua dalam hubungannya dengan sekolah dan
proses pendidikan peran yang nyata dan telah dilakukan selama ini adalah dukungan dana
terhadap sekolah
3. Apa yang dimaksud dengan kepala sekolah harus mempunyai jiwa enterpreneur dan
bagaimana aplikasinya?
jawab :
Kepala sekolah harus memiliki jiwa wirausaha karena pada umumnya mempunyai tujuan
dan pengharapan tertentu yang dijabarkan dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang
realistik. Realistik berarti tujuan disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki.
Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk dapat meraihnya. Dengan
demikian, kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur
Apakah tujuan tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya dikembangkan ke
dalam indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masing-masing aspek atau dimensi. Dari
indikator tersebut juga dapat dikembangkan menjadi program dan sub-program yang lebih