Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

PROFESI KEPENDIDIKAN

TUGAS, PERAN DAN KOMPETENSI GURU

Peran Guru Secara Psikologis

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Andri Syarifuddin NPM. 15601040031

Hardianti NPM. 15601040049

Mita Ariyani NPM. 15601040069

SarahWati NPM. 15601040073

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS BORENO TARAKAN

2016
A. Psikologi Pendidikan

1. Pengertian Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan terdiri dari kata psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari
kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah psikologi berarti
ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Maka psikologi merupakan kajian ilmiah mengenai
tingkah laku dan proses mental. Sedangkan psikologi pendidikan adalah cabang psikologi
yang khusus mempelajari aktivitas-aktivitas atau tingkah laku manusia dan proses mental
yang terjadi dalam proses pendidikan.Sehingga dengan adanya ilmu psikologi pendidikan,
maka akan membantu kegiatan belajar mengajar menjadi lancar dan sesuai dengan tujuan.
Guru akan memahami dan tahu bagaimana cara mendidik siswa-siswinya sesuai dengan
tahap perkembangannya.

2. Landasan psikologis proses pendidikan

Para pendidik terutama guru, dosen, widyaiswara, instruktur, pelatih, penatar dll.
Sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, tetapi sebagai pendidik
mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dalam interaksi pendidikan. Interaksi
pendidikan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks dan unik, berintikan interaksi
antar individu, tetapi berlangsung dalam konteks yang bersifat pedagogis. Banyak segi,
aspek, unsur dan hubungan yang membutuhkan pemahaman secara psikologis, juga banyak
perlakuan, tindakan, layanan yang memerlukan dasar-dasar atau prinsip-prinsip psikologis,
dan banyak masalah yang perlu dianalisis dan diatasi dengan pendekatan-pendekatan
psikologis. Studi atau ilmu yang mempelajari penerapan dasar dan prinsip-prinsip, metode,
teknik dan pendekatan psikologis, untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah
dalam pendidikan ini disebut landasan psikologis dalam proses pendidikan, atau secara
singkat landasan psikologis proses pendidikan yang secara umum atau lebih populer
disebut psikologi pendidikan.

Beberapa ahli tidak menyetujui rumusan landasan psikologis proses pendidikan atau
psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan, sebab ilmu ini merupakan ilmu yang berdiri
sendiri, sebagai suatu ilmu yang mempelajari situasi pendidikan. Terlepas dari konsep
sebagai ilmu terapan atau ilmu yang berdiri sendiri tetapi yang lebih penting adalah isi dari
kajian itu sendiri.

3. Tujuan mempelajari landasan psikologis proses pendidikan

Interaksi pendidikan yang berlangsung disekolah telah direncanakan dengan sistematis


dan teliti dalam suatu kurikulum. Karena adanya perencanaan yang demikian itulah, maka
interaksi pendidikan disekolah disebut sebagai interaksi pendidikan formal. Interaksi
pendidikan dirumah dan masyarakat disebut pendidikan informal dan nonformal. Guru
sebagai pendidik atau pengajar formal disekolah tidak hanya menuntut memahami
perkembangan dan kemampuan siswa, tetapi dituntut memahami seluruh situasi pendidikan.

Situasi pendidikan merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam upaya guru
membantu perkembangan siswa mencapai tujuan-tujuan tertentu, dengan berpedoman
kepada kurikulum, dan berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu. Jadi ada beberapa
komponen yang terlibat secara langsung dalam situasi pendidikan, yaitu siswa, guru,
kurikulum, lingkungan pendidikan serta sarana prasarana pendidikan yang ada di dalam
lingkungan tersebut, disamping komponen lain yang tidak terlibat secara langsung seperti
lingkungan keluarga dan masayarakat. Guru dituntut dapat memahami semua komponen
tersebut serta memahami hubungan fungsional diantara komponen-komponen tersebut.

Pemahaman situasi pendidikan bukan hanya satu-satunya tujuan dari studi tentang landasan
psikologis proses pendidikan dengan bekal pemahaman yang mendalam dan menyeluruh
tentang hal ini, guru-guru diharapkan dapat menyiapkan dan melaksanakan pengajaran
dengan lebih baik, mampu memberikan bimbingan yang lebih tepat, terhindar dari
kesalahan-kesalahan dalam memberikan perlakuan pendidikan.

Ada dua tujuan utama dari studi tentang landasan psikologis proses pendidikan. Pertama,
agar para guru, para pendidik atau calon guru atau calon pendidik mempunyai pemahaman
yang lebih baik tentang situasi pendidikan. Kedua, menyiapkan dan melaksanakan
pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta didik dengan lebih baik. Dengan kedua
bekal tersebut diharapkan guru, pendidik dapat membantu siswa, peserta didik dalam
mencapai perkembangan yang setinggi-tingginya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
4. Ruang lingkup landasan psikologis proses pendidikan

Landasan psikologis proses pendidikan mempelajari situasi pendidikan dengan fokus


utama interaksi pendidikan, yaitu interaksi antara siswa dengan guru, yang berlangsung
dalam suatu lingkungan. Siswa menduduki tempat yang paling utama dalam interaksi ini.
seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa, yaitu membantu
pengembangan semua potensi dan kecakapan yang dimilikinya setinggi-tingginya.
Sehubungan dengan hal itu, maka hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan, potensi
dan kecakapan, dinamika perilaku serta kegiatan siswa terutama perilaku belajar menjadi
kajian utama dalam landasan psikologis proses pendidikan.

Guru sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan dengan
siswa, menduduki tempat selanjutnya dalam interaksi ini. berbagai bentuk aktivitas
mendidik, mengajar, melatih dan membimbing yang dilakukan guru, tuntutan kemampuan
profesional serta latar belakang sosial pribadi dari guru menjadi bahan studi selanjutnya
dalam landasan psikologis pendidikan. Ketika lingkungan pendidikan, yaitu sekolah yang
terlibat langsung dalam interaksi pendidikan, keluarga yang mempunyai pengaruh penting
terhadap perkembangan siswa, dan masyarakat yang walaupun tidak terlibat secara langsung
dalam interaksi belajar mengajar disekolah tetapi mempunyai peranan yang cukup besar,
juga menjadi bahan kajian yang cukup penting dalam landasan psikologis proses pendidikan.

5. Pentingnya Guru Mendalami Psikologi Pendidikan

Pada kenyataannya, setiap guru pada suatu lembaga pendidikan seperti Madrasah
Diniyah ataupun TPQ di daerah (seperti di Ponorogo) masih belum seluruhnya pernah
mempelajari psikologi pendidikan, yang belum pernah diajarkan pada tingkat SMA atau
Madrasah Aliyah dan dapat dipelajari pada tingkat Perguruan Tinggi. Sedangkan tidak
semua guru Madrasah Diniyah dapat melanjutkan sampai tingkat Perguruan Tinggi.
Sehingga cara mengajar para guru tersebut masih memakai metode ceramah saja, padahal
banyak sekali metode untuk mengajar, sedangkan siswa harus mendengarkan dan
memperhatikan dengan seksama serta duduk dengan tenang. Namun terkadang siswa juga
diharuskan menghafal pada suatu pelajaran tertentu. Dengan begitu maka siswa harus patuh
pada apa yang guru perintahkan. Bila tidak melaksanakan para siswa mendapatkan hukuman
yang sesuai dengan tingkat pelanggarannya. Misalnya siswa tidak hafal perkalian, maka
hukumannya adalah berdiri di depan kelas sambil menghafal sampai hafal. Seperti yang saya
alami pada waktu duduk di bangku SD dulu. Maka hal tersebut termasuk punishmen atau
reinforcement positif.
Dengan demikian guru tersebut masih mengajar dengan menggunakan teori belajar
behaviorisme. Sehingga siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya. Padahal seharusnya, para pendidik khususnya
para guru sekolah sangat diharapkan memiliki atau menguasai pengetahuan psikologis
pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar
mengajar yang berdaya guna dan berhasil. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi
para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Ada 10
macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologi, yaitu:
o Seleksi penerimaan siswa baru.
o Perencanaan pendidikan.
o Penyususnan kurikulum.
o Penelitian kependidikan.
o Administrasi kependidikan.
o Pemilihan materi pelajaran.
o Interaksi belajar mengajar.
o Pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
o Metodologi mengajar.
o Pengukuran dan evaluasi.
Dengan demikian, sangat diperlukan figur guru-guru yang berkompeten dan mampu
menerapkan prinsip-prinsip psikologis di atas. Guru yang kompeten dalam perspektif
psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung
jawab.

B. Peran guru secara psikologis


Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut:

a. Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam pendidikan yang melaksanakan
tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
b. Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human relation), yaitu orang yang
mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan
teknik tertentu khusunya dalam kegiatan pendidikan.
c. Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan
d. Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan
pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharu)
e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa (dr. Moh. Surya, dr.
Rochman natawidjadja, 1994: 6 7)

Secara khusus Abimanyu dalam Zainal hakim menyimpulkan bahwa psikologi telah
memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah kependidikan
diantaranya;
a. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan
b. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar
c. Teori dan proses belajar
d. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar
e. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu
f. Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya
g. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan
h. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid
i. Hambatan, kesulitan, ketegangan dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama
proses pendidikan
j. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan yang lain dalam batas kemampuan
belajar.

Daftar Referensi:

Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.


Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Rosda karya, 2011.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 1997.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung : Remaja


Rosdakarya, 2011

Anda mungkin juga menyukai