DISUSUN OLEH:
KELAS : A SORE
SEMESTER :4
halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
A. Konsep Kompetnsi........................................................................................3
A. Konsep Kompetensi....................................................................................15
ii
E. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru...............................25
A. Peran Guru..................................................................................................27
A. Hakikat Belajar...........................................................................................45
B. Hakikat Menagajar......................................................................................47
C. Tujuan Pembelajaran...................................................................................48
D. Teori-Teori Belajar.....................................................................................51
E. Tipe-Tipe Belajar........................................................................................56
B. Pembelajaran Kooperatif.............................................................................72
C. Pembelajaran Kontekstual...........................................................................77
iii
BAB X PENILAIAN PENDIDIKAN
A. konsep penilaian..........................................................................................90
C. Ketuntasan Minimal....................................................................................94
C. Supervisi Pendidikan.................................................................................100
G. Penelitian Kolaboratif...............................................................................131
A. Kesimpulan...............................................................................................132
B. Saran..........................................................................................................134
DAFTAR PUSTAKA
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-NYA sehingga kami diberi nikmat kesehatan,kekuatan dan yang paling
penting nikmat kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai bahan dalam pemenuhan tugas kelas mata kuliah Profesi Kependidikan
yang dibimbing oleh Ibu Dr.Dewi Risalah,M.Pd. Kami juga tak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini yang berjudul “Profesi Kependidikan”.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kami
mengharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan kami dalam
menyusun makalah dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi pembaca maupun bagi kami sebagai penyusun.
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berangkat dari masalah di atas, penulis yang merupakan calon guru ingin
membuka pikiran bahwa keprofesionalan harus tertanam kuat pada diri kita.
Sudah selayaknya guru mempunyai kompetensi serta tanggung jawab yang
tinggi dalam menjalankan profesinya, sehingga nasib pendidikan di Indonesia
akan berubah kearah yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1
3. Apa saja kebijakan tentang sertifikasi guru?
4. Apa saja peran dan tugas guru?
5. Bagaimana belajar dan aspek-aspeknya?
6. Bagaimana perencanaan pembelajaraannya?
7. Apa saja metode dalam pembelajaraan?
8. Apa saja media dalam pembelajaraan?
9. Bagaimana penilaian pendidikan?
10. Apa saja supervisi pendidikan?
11. Bagaimana penelitian tindakan kelas?
C. Tujuan
Adapun manfaat yang diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah Untuk
mengetahui konsep dasar profesi, tuntutan terhadap guru, kebijakan tentang
sertifikasi guru, peran dan tugas guru, pengertian belajar dan aspek-aspeknya,
serta perencanaan pembelajaraannya, dan metode dalam pembelajaraan, media
dalam pembelajaraan, penilaian pendidikan, supervisi pendidikan serta
penelitian tindakan kelas.
2
BAB II
KONSEP DASAR PROFESI
A. Konsep Kompetnsi
a. Pengertian Profesi
b. Makna Profesi
3
Pernyataan janji itu bukan hanya sekadar keluar dari mulutnya,
tetapi merupakan ekspresi kepribadiannya dan tampak pada tingkah
lakunya sehari hari. Janji yang bersifat etik itu mau tak mau akan
berhadapan dengan sanksi-sanksi tertentu. Bila dia melanggar
janjinya, dia akan berhadapan dengan sanksi tersebut, misalnya
hukuman atau protes masyarakat, hukuman dart Tuhan, dan hukuman
oleh dirinya sendiri. Jika seseorang telah menganut suatu profesi
tertentu, dia akan berbuat sesuai dengan janji tersebut. Janji- janji itu
biasanya telah digariskan dalam kode etik profesi bersangkutan, dalam
hal ini, Profesi kependidikan.
4
Dengan pengabdian pada pekerjaan itu, seseorang berarti
mengabdikan profesinya kepada masyarakat.
a. Profesi
1. Schein, e.h (1962)
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun
suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang
khusus di masyarakat.
2. Hughes, e.c (1963)
5
Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya
tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya.
3. Daniel bell (1973)
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk
pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal
dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan
yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani
masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan
ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan
adanya tingkatan dalam masyarakat.
4. Doni koesoema a
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan
di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu
serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta
pelayananbaku terhadap masyarakat
5. Dapat disimpulkan bahwa profesi adalah :
6
sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit
seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena
hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah
sama.
b. Profesional
1. Hamalik (2004: 118-119)
4. Prayudi A, (1979)
Istilah profesional dapat diartikan pula sebagai: “usaha untuk
menjalankan salah satu profesi berdasarkan keahlian dan keterampilan
yang dimiliki seseorang dan berdasarkan profesi itulah seseorang
7
mendapatkan suatu imbalan pembayaran berdasarkan standar
profesinya.
c. Profesionalilasi
Dari segi bahasa: Profesionalisasi berasal dari kata professionalization
yang berarti kemampuan profesional.
1. Dedi Supriadi (1998)
Mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan
dan/atau dalam jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya
lama dan intensif.
2. Eric Hoyle (1980)
konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu : the
improvement of status and the improvement of practice”. Peningkatan
status dan peningkatan pelatihan.
3. Dapat disimpulkan:
“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan
dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Profesionalisasi adalah proses
atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang
menjadi profesional.
8
C. Standar Profesi Guru
9
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang makanan / diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.Guru pada SMK / MAK atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasiakademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) programstudi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang makanan / diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
4. SKAG pada SDLB, SMPLB, SMALB.
Guru pada SDLB / SMPLB / SMALB, atau bentuk lain yang
sederajat, harusmemiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang makanan /
diampu, dan diperoleh dari program studi yangterakreditasi.
b. Standar kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan khusus
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai
gurudalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum
dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan
dan kesetarasebuah. Uji kelayakandan kesetaraan bagi seseorang yang
memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang
diberiberwenang untuk melaksanakannya.
D. Kode Etik Propesi Guru
10
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan danpembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan.
11
Negara sering kali mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal
yang semula hanya merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat
meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Dengan
demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan
sanksi -sanksi yang sifatnya memaksa, baik berupa aksi perdata
maupun pidana. Sebagai contoh dalam hal ini jika seseorang anggota
profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota
profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu serius, maka dituntut di
muka pengadilan. Barang siapa melanggar kode etik, akan mendapat
cela dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat
adalah pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.
Pasal 3
12
2. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
13
E. Legalisasi Guru Sebagai Propesi
a. Guru Sebagai Propesi
Guru adalah jabatan profesional yang memilik tugas pokok yang amat
menentukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Un an tugas pokok tersebut mencakup keseluruhan unsur yang terlibat
dan berperan dalam proses pembelajaran. Tugas pokok itu hanya dapat
dilaksanakan secara profesional bila persyaratan-persyaratan sebaga guru
terpenuli. Adapun persyaratan profesional guru adalah antara lain sebaga
beirkut:
1. Memiliki kualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya pada jenjang
Diploma atau Sar ina Pendidikan yang didalamnya tercantum dengan
jelas akta ke- wenangan mengajar.
2. Memilik cir ciri kepri- bad in sebagi seorang pendidik seperi memiliki
kasil sayang yang tulus kepada peserta didik, memilik kon tmen untuk
ikut membantu pertumbuhan peserta didik secara utuh dan sempurna,
jujur, ikhlas, adil bijaksana, dan pe-nolong serta menjunjung hak-hak
azasi manusia.
3. Menghargai perbedaan- perbedaan secara kultural, sosial dan spiritual.
4. Menjunjung tinggi nilai nilai budaya yang menjadi acuan masyarakat
dalam hidupnnya.
5. Diterima dan diakui oleh masyarakat sebagai guru dan pendidik.
6. Guru harus berahlak mulia dan menjadi contoh teladan baik bagi
peserta didik, maupun bagi masyarakat banyak.
Uraian tugas pokok guru adalah sebaga beiikut:
1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinnya
sehingga tumbuh dan berkembang dengan total dan sempurna.
2. Membantu peserta didik agar poteru itelektual, emos mal dan sp
Ritualnya tumbuh berkembang secara se abang dan har- moi s serta
sempurna.
3. Mentransformasikan berbagai iimu pengetahuan kepada peserta didik
dengan menggunakan pendekatan dan metodo^ logi yang penuh
14
keatifitas dalam proses belajar mengajar, sehinga khasanah ilmu
pengetahuan dan kreatifitas peserta didik tumbuh dan berkembang
pula.
4. Menanamkan nilai-niki positif yang diperlukan dalam hidup kedalain
diri peserta didik sehingga melekat dan tumbuh menjadi satu dengan
prilaku peserta didik.
5. Membangun watak dan kepribadian peserta didik menjadi orang yang
memiliki watak dan kepribadian utuh dan sempurna.
6. Membantu., mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menjalankan fungsinnya sebagai makhluk sosial yang beradab dan
bermartabat.
7. Menumbuhkembangkan dalam diri peserta didik nilai-nilai perilaku
mulia.
15
BAB III
TUNTUTAN TERHADAP PROFESI GURU
A. Konsep Kompetensi
Menurut Spencer and Spencer, (1993 : 9) Kompetensi adalah
sebagai karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan
efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya (an underlying characteristic’s
of an individual which is causally related to criterion – referenced effective and
or superior performance in a job or situation). Underlying Characteristics
mengandung makna kompetensi adalah bagian dari kepribadian yang
mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi
pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Causally Related memiliki arti
kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi perilaku dan
kinerja. Criterion Referenced mengandung makna bahwa kompetensi
sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik, diukur dari kriteria atau
standar yang digunakan. Menurut Poerwadarminta (1993:518), Kompetensi
adalah kekuasaan (kewenangan) untuk menentukan/memutuskan suatu hal.
Menurut Spencer and Spencer (1993 : 10) kompetensi terdiri dari 5 (Lima)
Karakteristik yaitu :
1. Motives
16
Adalah sesuatu dimana sesorang secara konsisten berfikir sehingga ia
melakukan tindakan. Spencer (1993) menambahkan bahwa motives adalah
“drive, direct and select behavior toward certain actions or goals and away
from others “. Misalnya seseorang yang memiliki motivasi berprestasi
secara konsisten mengembangkan tujuan – tujuan yang memberi suatu
tantangan pada dirinya sendiri dan bertanggung jawab penuh untuk
mencapai tujuan tersebut serta mengharapkan semacam “ feedback “ untuk
memperbaiki dirinya.
2. Traits
3. Self Concept
Adalah sikap dan nilai – nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai
diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang dimiliki
seseorang dan apa yang menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
4. Knowledge
17
5. Skills
Pada UU No. 14 Th. 2005 Pasal 8, dituliskan beberapa hal yang wajib dimiliki
oleh guru dan juga dosen, yaitu:
18
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, guru harus memiliki kompetensi yang
akan menunjang tugas profesionalnya. Berdasarkan UU, ada 4 kompetensi
yang wajib dimiliki seorang guru, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik
19
Cara berkomunikasi. Sebagai guru harus bisa berkomunikasi dengan
efektif saat menyampaikan pengajaran. Guru juga harus berkomunikasi
dengan santun dan penuh empati pada peserta didik.
Penilaian dan evaluasi belajar. Penilaiannya meliputi hasil dan proses
belajar. Dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi terhadap efektivitas
pembelajaran juga harus bisa dilakukan.
Kompetensi Pedagogik bisa diperoleh melalui proses belajar masing-
masing guru secara terus menerus dan tersistematis, baik sebelum menjadi
guru maupun setelah menjadi guru.
2. Kompetensi Kepribadian
20
Mampu bertindak reflektif demi mengembangkan keprofesionalan secara
kontinu.
Mampu memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
proses pembelajaran dan juga pengembangan diri.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial berkaitan dengan keterampilan komunikasi, bersikap
dan berinteraksi secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru,
tenaga kependidikan, orang tua siswa, hingga masyarakat secara luas.
21
BAB IV
KEBIJAKAN TENTANG SERTIFIKASI GURU
Pasal 8 :
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 9 :
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
Diploma empat.
Pasal 13 :
1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran
untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik
22
bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 24 :
1) Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah,
kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara merata
untuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal serta untuk menjamin keberlangsungan
pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
2) Pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam
jumlah, kualifikasi akademik maupun dalam kompetensi secara
merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikan menengah
dan pendidikan khusus wajib memenuhi kewenangan.
3) Pemerintah kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan guru, baik
dalam jumlah, kualifikasi akademik maupun dalam kompetensi
secara merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar
dan pendidikan usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan.
C. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan
23
melalui kesatuan substansi kurikulum antara pendidikan anak usia dini
di jalur formal, nonformal, dan informal karena memiliki tujuan yang
sama. Perubahan terkait dengan akreditasi yang dilaksanakan oleh
BAN PAUD dan PNF perlu memperhatikan penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini. Badan Akreditasi Nasional perlu
melibatkan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan akreditasi
untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu
untuk diadakan penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan diamanatkan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, serta kualifikasi
dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian.
D. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Peraturan ini diterbitkan sebagai amanat dan tindak lanjut dari
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Kerangka dari Peraturan Pemerintah ini terdiri 9 Bab 68 Pasal.
Berikut ini disajikan beberapa hal-hal yang dianggap penting
tenatang isi peraturan ini.
Bab I Ketentuan Umum. Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Bab II Kompetensi dan Sertifikasi. Guru wajib memiliki Kualifikasi
Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan
24
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kompetensi Guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Bab III Hak. Guru yang memenuhi persyaratan berhak mendapat
satu tunjangan profesi. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
satuan pendidikan tetap diberi tunjangan profesi Guru apabila yang
bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai pendidik
Bab IV Beban Kerja. Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok:
(a) merencanakan pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran;
(c) menilai hasil pembelajaran; (d) membimbing dan melatih peserta
didik; dan (e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
Bab V Wajib Kerja dan Pola Ikatan Dinas. Dalam keadaan darurat,
Pemerintah dapat memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada
Guru dan/atau warga negara Indonesia lainnya yang memenuhi
Kualifikasi Akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas
sebagai Guru di Daerah Khusus di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat
menetapkan pola ikatan dinas bagi calon Guru untuk memenuhi
kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan
pembangunan daerah.
Bab VI Pengangkatan, Penempatan, dan Pemindahan. Pengangkatan
dan penempatan Guru yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Guru yang ditempatkan pada jabatan
struktural kehilangan haknya untuk memperoleh tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan.
Bab VII Sanksi. Guru yang tidak dapat memenuhi Kualifikasi
Akademik, kompetensi, dan Sertifikat Pendidik kehilangan hak
untuk mendapat tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan
25
fungsional, dan maslahat tambahan. Guru yang tidak dapat
memenuhi kewajiban melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh
empat) jam tatap muka dan tidak mendapat pengecualian dari
Menteri dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi,
tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan
maslahat tambahan.
Bab VIII Ketentuan Peralihan. Guru Dalam Jabatan yang belum
memiliki Sertifikat Pendidik memperoleh tunjangan fungsional atau
subsidi tunjangan fungsional dan maslahat tambahan. Pengawas
satuan pendidikan selain Guru yang diangkat sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah ini diberi kesempatan dalam waktu 5 (lima)
tahun untuk memperoleh Sertifikat Pendidik.
Bab IV Ketentuan Penutup, dan Penjelasan.
E. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
yang dimaksud dalam Sertifikasi guru ialah dalam Pasal 1 ayat 1
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18
tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan disebutkan
bahwa "Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Adalah Proses Pemberian
Sertifikasi Pendidik Untuk Guru Dalam Jabatan".
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 diterbitkan dalam rangka
pelaksanaan Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kualifikasi Akademik merupakan pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik. Pendidikan minimal ini
dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
26
Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Guru adalah salah satu
pendidik yang memegang peran esensial dalam sistem pendidikan.
Peran, tugas, dan tanggung jawab guru sangat bermakna dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru berperan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil,
makmur, dan beradab. Di dalam keseluruhan kegiatan pendidikan,
guru memiliki posisi sentral dan strategis. Karena posisinya tersebut,
baik dari kepentingan pendidikan nasional maupun tugas fungsional
guru, semuanya menuntut agar pendidikan dilaksanakan secara
profesional.
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal
mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia
Dini/Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah
pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar
biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK).
Standar kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan
integratif dalam kinerja guru.
27
BAB V
PERAN DAN TUGAS GURU
A. Peran Guru
Peran guru secara umum adalah sebagai tugas pendidikan meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih. Peran guru dalam menjalankan tugas di
sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua ke dua dan mampu
menarik simpati para siswa sehingga pelajaran apapun yang diberikan
hendaknya dapat menjadi motifasi bagi siswanya dalam mengajar. Usman
(Amiruddin, 2013:3).
28
siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah
dari seorang pembelajar yang berani mengambil resiko, dengan demikian
guru berperan sebagai pemberi informasi, fasilitator, dan seorang artis.
Dari pendapat diatas terkait peran guru ada hal penting yang bisa kita
garis bawahi yaitu guru sebagai pemberi stimulasi pada siswa dengan
menyediakan tugas-tugas pembelajran, berinteraksi dengan siswa, dan
guru juga berperan sebagai seorang yang memberi jiwa dan mengilhami
siswa.
Dalam kaitan ini, sebuah karya yang cukup monumental telah
dilahirkan oleh Pullias dan Young (1968) dalam bukunya A Teacher Is a
many Things. Dalam buku yang menjadi rujukan ini, mereka secara
gamblang mengutarakan apa saja peran guru sesungguhnya. Pullias dan
Young mengutarakan ada empat belas karakteristik yang melekat pada
seorang guru yang unggul itu adalah sebagai berikut:
a. Guru sebagai Guru
Bila seseorang yang cukup kompeten ditanya apa tugas pokok
seorang guru, maka secara sepontan menjawab, mendidik dan
mengajar. Mendidik bukanlah hal yang sederhana, mendidik yang
sesungguhnya harus mampu membawa orang lain beranjak dari
kegelapan menuju suatu pencerahan yang terang benderang.
b. Guru sebagai Teladan
Guru adalah model mental yang hidup bagi siswa. Kita ingat
pemeo guru, digugu lan ditiru (ditaati dan ditiru) guru adalah uswah
hasanah (teladan yang baik).
c. Guru sebagai Penasihat
Keliru jika kita menganggap bahwa hanya guru bimbingan dan
penyuluhan (BP) atau wali kelas saja, yang harus berperan sebagai
penasihat, setiap guru merupakan penasihat. Karena tingkat
kedewasaannya serta pengalamannya yang lebih banyak “makan
asam garam” maka setiap guru berfungsi sebagai penasihat.
d. Guru sebagai Pemegang Otoritas
29
Pemegang otoritas adalah jabatan guru saat ia ditugasi mata
pelajaran tertentu atau menjadi guru kelas dikelas tertentu. Guru
sebagai pemegang otoritas tahu tentang sesuatu, yaitu pengetahuan
tentang mata pelajaran yang diampunya, dan menyadari sepenuhnya
bahwa ia tahu tentang sesuatu itu.
e. Guru sebagai Pembaru
Belajar apa saja pada hakikatnya belajar sejarah. Oleh sebab itu
dapat dipahami bahwa murid sebagai generasi baru dengan
kesenjangan waktu yang cukup, mengalami kesulitan dalam
membaca, menerjemahkan dan mencerna berbagai karya yang agung
yang lahir dari berbagai khasanah pengetahuan itu. Inilah makna
guru sebagai pembaharu, dia harus memperbarui seluruh “bahasa”
dari karya agung manusia itu sehingga dapat dipahami lebih mudah
olegh muridnya.
f. Guru sebagai Pemandu
Pembelajaran adalah suatu wisata, wisata yang berjalan dari
suatu pos pengetahuan satu menuju pos pengetahuan yang lain, dari
suatu kompetensi dasar menuju kekompetensi dasar yang lain.
Sebagai pemandu, guru menetapkan tujuan, arah dan aturan atau
ketentuan perjalanan sesuai dengan keinginan dan kemampuan para
siswa.
g. Guru sebagai Pelaksana Tugas Rutin
Satu hal yang penting dicamkan, iklim belajar yang amat
diperlukan bagi tercapainya situasi pembelajaran produktif dan
efektif amat ditentukan oleh hadirnya rasa tenteram dan kesenangan,
konsistensi untuk mengerjakan tugas-tugas rutin semacam itu.
h. Guru sebagai Insan Visioner
Guru adalah seorang visioner, insan yang memiliki visi pribadi
dan dituntut untuk mampu memberikan ilham kepada muridnya agar
memiliki visi tentang kemuliaan dan kebesaran.
i. Guru sebagai Pencipta
30
Guru adalah seorang yang tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa dan dibentuk oleh pengalamannya. Karena pengalaman
selalu berubah, maka sebagaimana halnya orang dewasa yang lain,
guru selalu diciptakan dan dibentuk oleh kedewasaannya sendiri. Di
dalam proses “penciptaannya”, guru juga sedang membentuk,
mempengaruhi dan “menciptakan” seorang anak yang sedang
tumbuh dan berkembang, dan biasanya proses penciptaan itu secara
otomatis sering dilandasi cetakan pengalamannya sendiri.
j. Guru sebagai Orang yang Realistis
Guru adalah seorang yang berani menghadapi kenyataan. Ia
adalah seorang yang menyadari bahwa ada kekuasaan yang jauh
lebih besar dari pada dirinya yang mengatur seluruh hidup dan
kehidupannya.
k. Guru sebagai Penutur Cerita dan Seorang Aktor
Guru pada predikatnya sebagai pembawa suara hari manusia,
memberi nafas kehidupan baru kepada kehidupan masa lalu dengan
berperan sebagai penutur cerita.
l. Guru sebagai Pembongkar Kemah
Guru adalah seorang pembongkar kemah. Membongkar kemah
adalah suatu idiom, makna sesungguhnya adalah suatu pola pikir
atau sikap mental yang nonsistematis, berani mengambil resiko
untuk meninggalkan cara berpikir dan sikap pandang lama yang
sudah mapan.
m. Guru sebagai Peneliti
Guru adalah seorang peneliti,pencari tahu segala sesuatu.
Sebagai manusia sudah menjadi fitrah bawaannya bahwa ia
dilahirkan penuh oleh semangat kuriositas, rasa ingin tahu.
n. Guru sebagai Penilai
Manusia adalah makhluk penilai,dengan demikian tugas guru
sebagai penilai adalah tidak terelakan.
31
B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab seorang guru diantaranya adalah menciptakan
suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk
senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Tugas seorang guru itu
mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut: guru memiliki tugas yang
beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut
meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan
kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
a. Tugas seorang guru dapat diartikan dalam arti luas sebagai berikut:
Menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan
bersemangat.
Memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang
kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Sebagai orangtua kedua yang memiliki artian pengganti orang tua di
lingkungan sekolah.
Merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
b. Tanggung jawab guru sebagai berikut:
Tanggungjawab guru, yaitu guru sebagai pengajar, guru sebagai
pembimbing, dan guru sebagai administrator.
32
Memiliki tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan
pengajaran.
Memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang
dihadapi.
Menjalinan antara pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
Merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-
kegiatan belajar dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang diinginkan.
Turut serta membina kurikulum sekolah.
Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan
jasmaniah).
33
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial,
serta kompetensi pedagogik seorang guru perlu dikembangkan sehingga
mampu mendidik siswa yang mempunyai kemampuan memprediksi dan
menanggulangi.
1. Tantangan Guru Abad 21
Guru pada abad 21 dan abad selanjutnya ditantang untuk
melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan
komunikasi. Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas, pada abad ini
harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi.
Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :
a. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang
memiliki beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa.
b. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk
mengkonstruksi makna (konsep).
c. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
d. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
e. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan
baru mengenai kemampuan.
f. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
g. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Lebih lanjut, Yahya (2010) menambahkan tantangan guru di Abad 21
yaitu:
a. Pendidikan yang berfokus pada character building.
b. Pendidikan yang peduli perubahan iklim.
c. Enterprenual mindset.
d. Membangun learning community.
e. Kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan
kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills).
Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah
guru yang profesional yang memiliki kualifikasi akademik dan
34
memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional,
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial yang kualifaid.
Kompetensi profesional
1. Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi: Menguasai
subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.
2. struktur dan materi kurikulum bidang studi.
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran.
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas.
Kompetensi pedagogic
Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:
1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan
kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya.
3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik.
4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang
mendidik.
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran.
7. Merancang pembelajaran yang mendidik.
8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.
9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa.
35
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur
bahasa yang baik.
4. Mengevaluasi kinerja sendiri.
5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi sosial
Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang
tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan
masyarakat.
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat.
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional dan global.
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur
bahasa yang baik.
Guru yang profesional selain memiliki empat kompetensi tersebut di
atas, menurut Prof.Dr.Haris Supratno memiliki ciri-ciri profesional
sebagai berikut:
1. Memiliki wawasan global holistik.
2. Memiliki daya ramal ke depan.
3. Memiliki kecerdasan, kreatifitas dan Inovasi.
4. Memiliki kemampuan bermasyarakat.
5. Menguasai IPTEK.
6. Memiliki jiwa dan wawasan kewirausahaan.
7. Memiliki akhlakul karimah.
8. Memiliki keteladanan.
9. Bekerja secara efisien dan efektif.
36
10. Menguasai bahasa asing.
2. Karakteristik Guru Abad 21
Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal.
Sebagai konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti
perkembangan alam dan zaman akan semakin tertinggal sehingga
tidak bisa lagi memainkan perannya secara optimal dalam mengemban
tugas dan menjalankan profesinya.
Guru di abad 21 memiliki karakteristik yang spesifik dibanding dengan
guru pada abad-abad sebelumnya. Adapun karakteristik yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas
keimanan dan ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan
budaya di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam
memandang berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
Masih terkait dengan harapan-harapan yang digayutkan di pundak
setiap guru, H. Muhammad Surya, Ketua Umum Pengurus Besar
PGRI, mengemukakan ada sembilan karakteristik citra guru yang
diidealkan. Masing- masing adalah guru yang :
1. Memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketaqwaan yang mantap.
2. Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan
tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek.
3. Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain.
4. Memiliki etos kerja yang kuat.
5. Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir.
37
6. Berjiwa profesionalitas tinggi.
7. Memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material dan nonmaterial.
8. Memiliki wawasan masa depan.
9. Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa
diperhatikan, yaitu :
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal.
2. Sikap memelihara citra profesi.
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi.
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi.
38
a. Akuntabilitas dan Kemampuan Beradaptasi
Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan
dan diucapkan harus dapat dipercaya oleh orang lain.
b. Kecakapan Berkomunikasi
Kecakapan ini meliputi : memahami, mengelola, dan
menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi
baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan multimedia.
c. Kreatifitas dan Keingintahuan Intelektual
Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual tersebut
mencakup: mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan
responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
d. Berpikir Kritis dan Berpikir dalam Sistem
Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak
berdasarkan fakta yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai
dari identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan
timbul dari suatu perbuatan tersebut, berusaha untuk memberikan
penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan
yang rumit serta selalu memahami dan menjalin interkoneksi antara
sistem.
e. Kecakapan Melek Informasi dan Media
Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan
menantang, maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang
ini guru harus mampu menganalisa, mengakses, mengelola,
mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam
berbagai bentuk dan media.
f. Kecakapan Hubungan AntarPribadi dan Kerjasama
Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru
juga dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan
kepemimpinan, mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggungjawab, mampu bekerja secara produktif dengan yang lain,
39
mampu menempatkan empati pada tempatnya, serta mampu
menghormati perspektif yang berbeda dengan pendiriannya.
g. Identifikasi Masalah, Penjabaran, dan Solusi
Dalam menghadapi masalah sekecil apapun guru tidak boleh ceroboh
dalam menanggapinya. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikan masalah dengan baik.
h. Pengarahan Pribadi
Sebagai guru tentu setiap harinya menghadapi siswa yang perilakunya
bermacam-macam. Oleh karena itu guru dituntut memiliki
kemampuan dalam memonitor pemahaman diri dan mempelajari
kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran, menemukan sumber-
sumber belajar yang tepat, serta mentransfer pembelajaran dari satu
bidang ke bidang lainnya.
i. Tanggung Jawab Sosial
Orang tua/masyarakat menyekolahkan anaknya di suatu sekolah
mempunyai harapan agar anaknya berubah, baik dari segi prilaku
maupun kecakapan kompetensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang
yang dituntut mempunyai kompetensi sosial, maka tanggung jawab
dalam bertindak guru harus mengutamakan kepentingan masyarakat
yang lebih besar, menunjukkan perilaku etis secara pribadi, pada
tempat kerja, dan hubungan antarmasyarakat.
40
Mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran
kreatif dan inovatif.
Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia nyata (real world) dan
memecahkan permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber-
sumber digital.
Mendorong refleksi siswa menggunakan tool kolaboratif untuk
menunjukan dan mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan
konseptual dan proses kreatif siswa.
Memodelkan konstruksi pengetahuan kolaboratif dengan cara
melibatkan diri belajar dengan siswa, kolega, dan orang-orang lain
baik melalui aktifitas tatap muka maupun melalui lingkungan virtual.
41
Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer
pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.
Berkolaborasi dengan siswa, sejawat, dan komunitas menggunakan
tool-tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan
inovasi siswa.
Mengkomunikasikan ide/gagasan secara efektif kepada siswa, orang
tua, dan sejawat menggunakan aneka ragam format media digital.
Mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif daripada
tool-tool digital terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan
memanfaatkan sumber informasi tersebut untuk mendukung penelitian
dan belajar.
42
Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali
penerapan teknologi kreatif untuk meningkatkan pembelajaran.
Menunjukkan kepemimpinan dengan mendemonstrasikan visi infusi
teknologi, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan
penggabungan komunitas, dan mengembangkan keterampilan
kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain.
Mengevaluasi dan merefleksikan penelitian-penelitian dan praktek
profesional terkini terkait dengan penggunaan efektif daripada tool-
tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan pembelajaran.
Berkontribusi terhadap efektifitas, vitalitas, dan pembaharuan diri
terkait dengan profesi guru baik di sekolah maupun dalam komunitas.
6. Peranan Guru Abad 21
Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru
memasuki abad ke-21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan
dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan
melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi
Internasional UNESCO untuk Pendidikan, yaitu:
learning to know
learning to do
learning to be
learning to live together
Jika dicermati keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk
kreatif, bekerja secara tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan
kemampuannya. Berdasarkan tuntutan tersebut seorang guru akhirnya
dituntut untuk berperan lebih aktif dan lebih kreatif.
1. Guru tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai produk, tetapi
terutama sebagai proses. Dia harus memahami disiplin ilmu
pengetahuan yang ia tekuni sebagai ways of knowing. Karena itu lebih
dari sarjana pemakai ilmu pengetahuan tetapi harus menguasai
epistimologi dari disiplin ilmu tersebut.
43
2. Guru harus mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai
pribadi yang sedang dalam proses perkembangan, baik cara
pemikirannya, perkembangan sosial dan emosional, maupun
perkembangan moralnya.
3. Guru harus memahami pendidikan sebagai proses pembudayaan
sehingga mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi yang
memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan,
nilai, sikap, dalam proses memperlajari berbagai disiplin ilmu.
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang
berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi
pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang
psikologis.
44
Di pandang dari segi diri pribadinya (self oriented), seorang guru
berperan sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar
secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan
keilmuannya.
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi
setiap peserta didik di sekolah.
4. Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh para peserta didik.
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik
diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.
45
BAB VI
BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA
A. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai
kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Dalam
keseluruhan proses pendidikan disekolah kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan dan
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar
yang dilakukan siswa sebagai anak didik.
Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Untuk mendapatkan
sesuatu seseorang harus melakukan usaha agar apa yang di inginkan dapat
tercapai. Usaha tersebut dapat berupa kerja mandiri maupun kelompok
dalam suatu interaksi.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam suatu situasi.
Definisi hakikat belajar menurut beberapa ahli :
46
1. Skinner, dalam bukunya yang berjudul Educational Physchology : The
Teaching-Learning Process berpendapat bahwa belajar merupakan
suatu proses adaptasi dan penyesuaian tingkah laku yang progresif.
2. Chaplin, dalam bukunya Dictionary of Psychology membatasi belajar
menjadi dua rumusan, yang pertama: belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang menetap. Sedangkan rumusan yang
kedua: belajar merupakan proses memperoleh respons-respons sebagai
adanya latihan khusus.
3. Hintzman, dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam
diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman
yang mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
4. Wittig, dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan
belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai
suatu hasil pengalaman.
5. Raber, dalam kamus modern susunannya, Dictionary of Psychology
memberikan dua pengertian tentang belajar, pertama: belajar adalah
proses memperoleh pengetahuan. Kedua: belajar yaitu perubahan yang
bereaksi relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
6. Hillgard, mendefinisikan belajar sebagai upaya pengorganisasian
perubahan dalam merespons suatu situasi.
7. Morgan, mengungkapkan belajar sebagai perubahan perilaku yang
relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman masa lalu.
2. Ciri-Ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa
perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar menurut
Djamarah (2002:15 16) sebagai berikut:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
47
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan selalu bertambah dan tertuju
memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha
belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang
diperoleh.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat
saja seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya.
Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar suatu
sebagai hasil ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan.
B. Hakikat Menagajar
1. Pengertian Mengajar
Menurut Sagala (2012:9) mengajar adalah membantu (mencoba
membantu) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan
dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang
belajar. Artinya mengajar pada hakikatnya suatu proses, yakni prose
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga
menumbuhkan dan mendorong siswa belajar. Kemudian pengertian yang
48
lebih luas menurut Sardiman (2012:48), mengajar diartikan sebagai suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan ana, sehingga terjadi proses belajar. Atau
dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif
untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu
diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak
secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.
Pengertian mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok
dalam mengajar itu adalah menyediakan pembelajaran yang kondusif
dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah.
Berikut ini adalah definisi mengajar menurut beberapa ahli,
diantaranya :
1. Arifin, mendefinisikan mengajar sebagai rangkaian kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,
menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
2. Tyson dan Carrol, berpendapat bahwa mengajar adalah sebuah cara
dan sebuah proses berhubungan timbal balik antara siswa dan guru
yang sama-sama aktif melakukan kegiatan belajar tersebut.
3. Nasution, menerangkan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya kepada anak, sehingga terjadi proses belajar.
4. Tardif, mengemukakan bahwa mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang dengan tujuan membantu atau memudahkan
orang lain.
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran perlu dibuat guru apabila indikator mengandung
tuntutan kerja yang belum operasional (tidak mudah diukur). Hal ini yang
menentukan perlunya dibuat tujuan pembelajaran adalah jika materi dalam
indikator terlalu luas. Selain itu ada kalanya dalam indikator terkandung
tuntutan keterampilan yang lain. Pada prinsipnya, tujuan pembelajaran
49
(instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi,
dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu. Atau bisa juga sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi
(Kurniasih dan Sani, 2014:14). Tujuan pembelajaran adalah tercapainya
perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut dirumuskan dalam
bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digaris
bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan
tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini
mengandung implikasi bahwa setiap pereencanaan pembelajaran seyogyanya
dibuat secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan tujuan pembelajaran
dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana
Syaodih (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pemvbelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri.
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran atau sering
dikanl deengan istilah SME, mendeskripsikan bahwa pendekatan ini akan
menciptakan pembelajaran yang spesifik sesuai dengan bidangnya.
Pendekatan ini lebih mempertimbangkan apa yang harus dipelajari tentang
materi tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa identifikasi tujuan pembelajaran
melalui pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran, mengandung makna
sebagai pengetahuan dan pengertian berdasarkan informasi yang diterima.
Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan penguraian isi pembelajaran.
50
Pendekatan ini lebih menetapkan berdasarkan fakta-fakta dari masalah yang
ditampilkan, tapi sebuah asumsi menyatakan bahwa frekuensi akan
mempengaruhi masalah seperti siswa yang berada dalam kelas ungul tetapi
tidak belajar dengan tipr yang benar atau tidak sesuai dengan isi
pembelajaran. Pendekatan ini sering terjadi jika “tipe yang benar dan sesuai
dengan isi pembelajaran” sesuai dengan isi standar kurikulum dan bagan
kerja, perangkat pembelajaran, pelatihan manual, dan lain sebagainya.
Masalah pada pendekatan ini, harus sesuai dengan standar isi dimana tidak
banyak yang sesuai atau tidak ada jalan keluar yang cukup mampu untuk
organisasi atau kebutuhan sosial. Tujuan khusus melalui pendekatan tugas
akan valid jika melalui perencanaan yang tepat dan melalui latihan dengan
petugas yang ahli dalam pelatihan tersebut atau jika pendesain pembelajaran
dapat melatih pemhaman dan kecakapan untuk mengkonfirmasi atau
mengubah tujuan pembelajaran setelah menemukan fakta. Pendekatan yang
keempat yaitu pendekatan pada teknologi penampilan, dimana dalam tujuan
pembelajaran disusun dalam menanggapi masalah atau kesempatan dalam
sebuah struktur. Tidak ada pertimbangan atas gagasan sebelumnya dari apa
yang harus dipelajari dari apa yang akan termasuk dalam tujuan pembelajaran
atau dalam kenyataan adanya kebutuhan untuk semua pembelajaran.
Pendesain terlibat dalam analisis pelaksanaan dan proses asesmen kebutuhan
untuk mengidentifikassi masalah dengan tepat, dimana hal tersebut bukanlah
tugas yang mudah. Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan
salah satu tugas penting gutu dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam
prespektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan
bahwa salah satu komponen dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang didalamnya
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Agar proses pembelajaran
dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu
menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas.
51
Dengan harapan dapat memberikan pemahaman kepada para guru agar dapat
merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas dari mata pelajaran
yang menjadi tanggung jawabnya. Salah satu sumbangan terbesar dari aliran
psikologi Behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran
Seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran
pertama kali dikemukakan oleh B,F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian
diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 kemudian sejak pada tahun 1970
hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir diseluruh lembaga
pendidikan di dunia, termasuk Indonesia. Merujuk pada tulisan Hamzah B.
Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa
tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp
(1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran
suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan
hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan
pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil
belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
D. Teori-Teori Belajar
Untuk mengetahui teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para
ahli, Syaiful Bahri Djamarah (2008:17—26) menjelaskan sebagai berikut.
1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Para ahli ilmu jiwa mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia
mempunyai daya-daya.Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia.
Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya
sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal.
Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berfikir,
daya fantasi, dan sebagainya.
52
Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih semua daya itu,
untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cara
menghafal kata-kata atau angka istilah-istilah asing dan melatihnya
dengan memecahkan permasalahannya dari yang sederhana sampai yang
kompleks, untuk meningkatkan daya fantasi seseorang harus
membiasakan diri merenungkan sesuatu dengan usaha tersebut maka
daya-daya itu dapat tumbuh dan berkembang dan tidak lagi bersifat laten
(tersembuyi) di dalam diri.
Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang di
dapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka.Penguasaan bahan yang
bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian, walaupun begitu, teori ini
dapat digunakan untuk menghafal rumusan dalil, kata-kata asing dan
sebagainya.Oleh karena itu, menurutnya para ahli ilmu jiwa daya, bila
ingin berhasil dalam belajar, latihlah semua daya yang ada di dalam diri.
2. Teori Tanggapan
Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang
teori belajar yang dikemukakan oleh ilmu jiwa daya.Herbart adalah
orang yang mengemukakan teori tanggapan. Menurut Herbart, teori
yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi
daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh karena itu,
Herbart mengajukan teorinya, yaitu teori tanggapan.Menurutnya
unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.
Menurut teori tanggapan, belajar adalah memasukan
tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-
jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai, sedikit
tanggapan berarti dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai
berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan
dalam otaknya.
Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan,
maka belajar adalah masukan kesan-kesan ke dalam otak dan
53
menjadikan orang pandai, kesan dimaksud disini tentu berupa ilmu
pengetahuan yang di dapat setelah belajar.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh
Koffka dan Kohler dari Jerman.Teori ini berpandangan bahwa
keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian.Misalnya seorang
pengamat yang mengamati seseorang dari kejauhan.Orang yang
jauh itu pada mulanya hanyalah satu titik hitam yang terlihat
bergerak semakin dekat dengan si pengamat.Semakin dekat orang
itu dengan si pengamat maka semakin jelas terlihat bagian-bagian
atau unsur-unsur anggota tubuh orang tersebut. Si pengamat dapat
berkata bahwa orang itu mempunyai kepala, tangan, kaki, dahi,
mata, hidung, mulut, telinga, baju, celana, sepatu, kacamata, jam
tangan, ikat pinggang, topi dan lain sebagainya.
Dalam belajar, menurut teori belajar yang terpenting adalah
penyesuaian, pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan
yang tepat.Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang
harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar
dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukan
sejumlah kesan belajar dengan insight (pengertian) adalah sebagai
berikut:
a. Insight tergantung dari kemampuan dasar;
b. Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
(dengan apa yang dipelajari);
c. Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian
rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati;
d. Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari
langit;
e. Belajar dengan insight dapat diulangi;
f. Insight dapat digunakan untuk menghadapi situsi yang baru.
4. Teori Belajar dari R. Gagne
54
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua
definisi.Pertama, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah
laku. Kedua, belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari
oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the
domainds of learning, yaitu sebagai berikut ini.
a. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan,
misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil,
mengetik huruf dan sebagainya.
b. Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara
inilah yang disebut "kemampuan intelektual". Misalnya,
membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yanag
sejenis.
c. Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan dengan berbicara, menulis,
menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk
mengatakan sesuatu itu perlu inteligensi.
d. Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal
(internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat
dan berfikir.Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan
intelektual, karena ditujukan ke dunia luar dan tidak dapat
dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan
perbaikan-perbaikan terus-menerus.
e. Sikap
55
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-
ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan
verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam
proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil
dengan baik.
5. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori Sarbond. Sarbond
singkatan dari stimulus, respons, dan bond. Stimulus berarti
rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond berarti
dihubungkan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan
tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah
asosiasi.
Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya
terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-
unsurnya.Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep
keseluruhan.Misalnya, sepeda.Konsep sepeda diberikan untuk
kendaraan roda dua tanpa mesin bemula dari sekumpulan bagian-
bagian yang dirangkai menjadi satu kesatuan komponen yang
bersistem, menurut fungsi, dan peranannya masing-masing.
Bagian-bagian yang membentuk konsep sepeda itu diantaranya
adalah pedal, stang, lonceng, rem, ban luar dan dalam, tempat
duduk, jari-jari, lampu dan rantai. Dari aliran ilmu jiwa asosiasi
ada dua teori yang sangat terkenal, yaitu teori konektionisme dari
Thorndike dan teori conditioningdari Ivan P. Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Thorndike adalah orang yang mengemukakan teori
konektionisme.Dari penelitiannya dia menyimpulkan respons
lepas dari kurungan itu lambat lain diasosiasikan dengan situasi
stimulus dalam belajar coba-coba, triad and error.Inilah
kesimpulan Thorndike terhadap perilaku binatang dalam
kurungan.
56
Respons benar lambat laun tertanam atau diperkuat melalui
percobaan yang berulang-ulang.Respons yang tidak benar
diperlemah atau tercabut.Gejala ini disebut substitusi respons.
Teori itu juga dikenal dengan nama kondisioning instrumental,
karena pemilihan suatu respons itu merupakan alat atau
instrumen bagi memperoleh ganjaran.
Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya
dari hasil-hasil penelitiannya, ketiganya adalah hukum efek,
hukum latihan, dan hukum kesiapan.
1. Hukum efek
Hukum ini menyebutkan bahwa keadaan
memuaskan menyusul respons memperkuat pautan antara
stimulus dan tingkah laku.Sedangkan keadaan yang
menjengkelkan memperlemah pautan itu.Thorndike
kemudian memperbaiki hukum efek itu. Sehingga hukuman
tidak sama pengaruhnya dengan ganjaran dalam belajar.
2. Hukum latihan
Hukum ini menjelaskan keadaan seperti dikatakan
pepatah ―latihan menjadi sempurna‖. Dengan kata lain
pengalaman yang diulang-ulang akan memperbesar
timbulnya respons (tanggapan) yang benar, akan tetapi
pengulangan-pengulangan yang tidak disertai keadaan yang
memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.
3. Hukum kesiapan
Hukum ini melukiskan syarat-syarat yang
menentukan keadaan yang disebut ―memuaskan, atau
menjengkelkan‖ itu.Secara singkat, pelaksanaan tindakan
sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat
menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang-halangi
pelaksanaan tindakan atau memaksanya menimbulkan
kejengkelan.
57
E. Tipe-Tipe Belajar
Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne
(1985) mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut
adalah:
58
tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempat
tinggalnya, dan negara menurut tingkat kemajuannya.
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data
yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang
abstrak. Misalnya, binatang, tumbuhan dan manusia termasuk makhluk
hidup; negara-negara yang maju termasuk developed-countries; aturan-
aturan yang mengatur hubungan antar-negara termasuk hukum
internasional.
7. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan/hukum terjadi bila individu menggunakan beberapa
rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang
diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari
data tersebut menjadi suatu aturan. Misalnya, ditemukan bahwa benda
memuai bila dipanaskan, iklim suatu tempat dipengaruhi oleh tempat
kedudukan geografi dan astronomi di muka bumi, harga dipengaruhi oleh
penawaran dan permintaan, dan sebagainya.
8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai
konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya,
mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk
perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi
jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Urutan jenis-jenis belajar tersebut merupakan tahapan belajar yang
bersifat hierarkis. Jenis belajar yang pertama merupakan prasyarat bagi
berlangsungnya jenis belajar berikutnya. Seorang individu tidak akan
mampu melakukan belajar pemecahan masalah apabila individu tersebut
belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan seterusnya.
59
BAB VII
PERENCANAAN MENGAJAR
60
Dari pengertian perencanaan dan pembelajaran yang telah diuraikan di
atas, maka juga dapat disimpulkan pengertian dari perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara
rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu perubahan
tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang hatus dilakukan sebagai upaya
pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan
sumber belajar yang ada.
61
Perencanaan harus dimulai dari titik yang pasti, dalam arti tidak
dimulai dari nol sama sekali, melainkan dimulai dari tingakat yang
telah dicapai selama ini. Disini mangindikasikan bahwa pendidikan
itu bersifat continue, yang dalam pelaksanaanya pun harus
mengembangkan apa yang telah dicapai sebelumnya, tak ubahnya
dalam perencanaannya.
a. Fungsi kreatif
b. Fungsi Inovatif
62
c. Fungsi selektif
d. Fungsi Komunikatif
e. Fungsi prediktif
f. Fungsi akurasi
63
Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi
pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan
dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan
program pembelajaran selanjutnya.
64
Ada beberapa manfaat yang didapat dari perencanaan pembelajaran :
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap
unsur yang terlibat dalam kegiatan
c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun
unsur murid
65
Bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar
prosespembelajaran berjala efektif dan efisien
b. Relevan
c. Kepastian
d. Adaptibilitas
Perencanaan pembelajaran hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku
e. Kesederhanaan
f. Prediktif
Perencanaan dapat menggambarkan ”apa yang akan terjadi,
seandainya...” .
Perencanaan ini sangat diperlukan oleh guru- guru baru dan guru
yang baru mulai tugasnya disuatu skekolah. Dari tugasnya ini perlu
mengadakan serangkaian penyesuaian diri terhadap situasi- situasi
baru, membantu murid dalam belajar, memberi kesan yang
menyenangkan bagi murid, sehingga menjadi betah bersekolah.
b. Perencanaan Tahunan
66
Perencanaan tahunan berfungsi sebagai rencana jangka panjang.
Langkah – langkahnya :
Dalam rencana ini memuat : melaksanakan hal- hal yang bersifat rutin,
prosedur dan bahan pengajaran, pengaturan tempat duduk murid, cara
pendekata guru dengan murid dan lain- lain.
67
sejalan dengan keiinginan mereka dan menghindari perubahan-
perubahan yang tidak perlu.
Rencana ini berisikan rencana harian dan mingguan untuk setiap mata
pelajaran, dan untuk rencana mingguan dibuat secara garis besarnya
saja.
Aspek-aspeknya antara lain :
Rencana kerja harian terdiri dari dua kegiatan, yaitu; resitasi dan
directed study. Dimana kedua kegiatan tersebut sangat berkaitan erat
dengan unit dan tujuan pembelajaran.
B. Langkah-langkah Pembuatan Rencana Pembelajaran
1. Merumuskan Tujuan
a. Domain Kognitif
68
Pada domain kognitif, tujuan pembelajaran berkaitan dengan aspek
intelektual siswa, melalui penguasaan pengetahuan dan informasi
mengenai data dan fakta, konsep, generalisasi, dan prinsip. Semakin
kuat seseorang dalam menguasai pengetahuan dan informasi, maka
semakin mudah seseorang dalam melaksanakan aktivitas belajar.
b. Domain Afektif
c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah domain yang menggambarkan kemampuan
dan ketrampilan seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau
performance yang berupa ketrampilan fisik dan ketrampilan non fisik.
Ketrampilan fisik adalah ketrampilan seseorang untuk mengerjakan
sesuatu dengan menggunakan oto, sedangkan ketrampilan nonfisik
adalah ketrampilan seseorang dalam menggunakan otak sebagai alat
utama dalam mengerjakan dan memecahkan suatu permasalahan.
2. Pengalaman Belajar
69
3. Kegiatan Belajar Mengajar
70
5. Bahan dan Alat
6. Fasilitas Fisik
71
Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan perencanaan
pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Evaluasi terhadap hasil belajar siswa akan memberikan informasi :
72
BAB VIII
METODE DALAM PEMBELAJARAN
73
Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan
masalah (problem solving). Metode ini biasanya dilaksanakan secara
berkelompok, masing-masing kelompok diberi masalah yang harus
dipecahkan sediri. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pengarah
jalannya diskusi.
Metode ini sering pula disebut sebagai metode percobaan karena proses
pembelajaran dilaksanakan di laboratorium. Metode percobaan adalah
metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful
Bahri Djamarah, (2000). Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen
adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan
tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.
74
Metode brainstorming atau sering disebut dengan metode curah pendapat
merupakan metode pembelajaran untuk mencari dan menemukan
pemecahan masalah (problem solving). Metode ini bertujuan untuk melatih
siswa mengekspresikan gagasan- gagasan baru menurut daya imajinasinya,
dan untuk melatih daya kreativitas berpikir siswa.(Suciati, 1997).Suciati
(dalam Suparman:1997) menuliskan metode brainstorming adalah model
pembelajaran untuk mencari suatu pemecahan masalah (problem solving)
yang dapat digunakan dalam penyusunan program, manual kerja, dan
sebagainya. Metode ini juga sering disebut “badai otak” yang dipergunakan
untuk menggambarkan proses berpikir yang dinamis dan terjadi pada saat
seseorang menanggapi suatu masalah.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
75
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah)
dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda dan memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kolaborasi dalam memecahkan masalah untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
76
j. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta bertanggung jawab
secara individual atas materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
77
pembelajaran yang telah diterapkan.
f. Berikan penghargaan. Guru menghargai hasil belajar individu dan
kelompok.
78
diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor
perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor
mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar
penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim
dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor
perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada
kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria
tertentu dicantumkan dalam lembar itu.
b. Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.
Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan
STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang
dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka.
Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit
daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru.
Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang
heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu.
Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada
seluruh kelas.
c. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-
kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan
lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan
struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
79
siswa.
Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di
mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa
memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur
yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan
kooperatif, daripada penghargaan individual.
Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan
isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan
keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur
yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together,
yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau
untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan
active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang
dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.
d. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins
(Arends, 2001). Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara
keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering
disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif.
C. Pembelajaran Kontekstual
80
metode pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan
yang bertujuan menolong para siswa melihat makna dari materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-
subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka,
yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya. Pengetahuan
dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Menurut Suherman (2003) pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang di mulai dengan mengambil (mempraktekkan,
menceritakan, berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata
kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam
konsep yang dibahas. Menurut Johnson (2008) pembelajaran
kontekstual adalah suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu
guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi dunia
nyata serta penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan
belajar yang dituntut dalam pelajaran.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sementara siswa
memperoleh pengetahuan dari konteks yang terbatas.
a. Kontruktivisme (Contructivism)
81
CTL. Pandangan dari kontruktivisme ini bahwa siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar. Dasar pembelajaran tersebut harus dikemas
menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Guru-guru pada dasarnya telah menerapkan filosofi ini dalam
pembelajaran sehari-hari dan bentuk terbatas, namun perlu
dikembangkan lagi lebih banyak. Strategi dalam pandangan
konstruktivisme lebih diutamakan, dibandingkan seberapa banyak
siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
1. Merumuskan masalah.
82
3. Bertanya dan menduga.
83
dalam bacaan, dan lain-lain. Jika seorang siswa pernah
memenangkan lomba baca puisi siswa itu ditunjuk untuk
mendemonstrasikan keahliannya di depan teman sekelasnya maka
siswa itu dikatakan sebagai model.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalaah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajarai atau
berfikir ke belakang tentang hal – hal yang telah dilakukan pada
masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas,
atau perkembangbiakan secara vegetatif seorang siswa merenung
“bearti menanam biji pohon jambu teman saya itu dalah cara yang
kurang tepat,mestinya saya canngkok saja agar rasanya sama’’.
Pembelajaran guru hendaknya menyisakan waktu refleksi, misalnya
pernyataan langsung twntang hal – hal yang baru diperoleh, kesan
dan saran, diksusi, catatan atau jurnal di buku siswa.
84
b. Kebutuhan pembelajaran terjadi diberbagai konteks, misalnya
rumah, masyarakat, dan tempat kerja. Bagaimana dan dimana siswa
memperolah dan memunculkan pengetahuannya menjadi sangat
berarti dan pengalaman belajarnya ini akan diperkaya jika mereka
mempelajari berbagai macam keterampilan di dalam konteks lain
yang bervariasi (rumah, keluarga, masyarakat, tempat kerja dan
sebagainya).
85
86
BAB IX
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Dalam pengertian lain, media pembelajaran adalah bahan, alat atau segala sumber
daya yang digunakan dalam proses penyampaian informasi guru kepada murid.
Baik berbentuk fisik ataupun piranti lunak.
87
Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli
Media Visual adalah media yang hanya dapat dilihat dan didalamnya
terdapat unsur unsur berupa bentuk, garis, tekstur dsb
Media audio adalah media yang hanya dapat didengar. Isi pesan media ini
diterima melalui indra pendengaran atau telinga
Media audio visual adalah media kombinasi audio dan visual ia dapat
menampilkan unsur verbal dan juga suara. Artinya ia dapat didengar dan
dilihat secara bersamaan
88
Multimedia adalah media yang merangsang semuda indra dalam satu
kegiatan pembelajaran.
Dalam pelajaran, terkadang ada hal-hal berkonsep abstrak yang sulit bila
dijelaskan secara lisan. Misalnya bagian-bagian tubuh manusia. Dengan
media pembelajaran, seperti misalnya video, gambar ataupun kerangka
89
manusia tiruan. Siswa akan lebih jelas memahami apa yang dijelaskan oleh
guru di kelas.
90
belajar lain yang dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti misalnya Fungsi
semantik, fungsi manipulatif, fungsi psikologis. fungsi motivasi, fungsi sosio
kultura dan lain sebagainya.
91
D. Macam-Macam Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran terbagi menjadi beberapa macam jenis. Diantara jenis jenis
media pembelajaran adalah sebagai berikut;
92
E-Learning Udemy, codeacademy, ruangguru, zenius,
google classroom, dll
Media pembelajaran dalam bentuk cetak adalah media yang berasal dari teks,
gambar serta ilustrasi pendukung lainnya yang digunakan sebagai penyampai
informasi belajar.
Media cetak terbagi kedalam 3 golongan, yakni (1) media cetak lepas (buku,
modul, majalah, gambar, leaflet, handout dan foto-foto. (2) Media cetak
dipajang (poster, peta, papan planel, mading) dan (3) Media cetak
diproyeksikan seperti OHP atau slide proyektor.
2. Media Audio
Media audio adalah media berbasis suara. bunyi-bunyian dan kesan non-verbal.
Media pembelajaran ini cocok untuk siswa bertipe auditori. Contoh media
audio diantaranya radio, cd dvd player, mp3, game interaktif dll.
report this ad
Media yang menayangkan gambar dan audio dalam waktu bersamaaan. Media
ini adalah media yang dapat didengar sekaligus dilihat.
93
4. Multimedia Interaktif
5. E-Learning
6. Media Realia
Media pembelajaran realita adalah alat atau benda yang terdapat dalam
kehidupan nyata. Umumnya benda ini adalah benda alam yang dapat
ditemukan disekitar tempat belajar atau dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
tumbuhan, bebatuan, pepohonan dsb.
94
BAB X
PENILAIAN PENDIDIKAN
A. konsep penilaian
Pengambilan keputusan atau data untuk penilaian ialah berupa atau berbentuk
kata-kata, seperti keterangan tentang kejadian, transkip wawancara, dari
dokumen tertulis. Kata-kata harus dibaca untuk artinya dan iluminasi artinya,
tafsiran kejadian dapat digambarkan sebagai tujuan pokok analisis data
kualitatif.
Data kualitatif juga mempunyai mempunyai kriteria yang perlu diketahui, yaitu
:
95
1. Kriteria kualitatif tanpa pertimbangan. Dalam menyusun kriteria
kualitatif tanpa pertimbangan, penyusun kriteria tinggal menghitung
banyaknya indikator dalam komponen, yang dapat memenuhi persyaratan.
Tujuan atau fungsi penilaian terbagi menjadi dua, penilaian berfungsi selektif
dan penilaian berfungsi diagnostik.
96
kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, maka
akan lebih mudah untuk dicari cara untuk mengatasinya.
Penilaian Berfungsi Sebagai Penempatan. Untuk dapat menentukan
dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, perlu
digunakannya suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil
penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam
belajar.
Penilaian Berfungsi Sebagai Pengukuran Keberhasilan. Fungsi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan.
Ciri-Ciri Penilaian dalam Pembelajaran, yaitu :
4. Bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu
ke waktu lain.
97
B. Penilaian Hasil Belajar
D = A = SANGAT
KKM C = CUKUP B = BAIK
KURANG BAIK
75 < 75 75 ≤ X ≤ 83 84 ≤ X ≤ 92 ≥ 93
Interval Predikat
93 – 100 A
84 – 92 B
75 – 83 C
< 75 D
98
1.Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik memiliki tujuan untuk:
C. Ketuntasan Minimal
99
1) Karakteristik Peserta Didik (Intake)
Karakteristik peserta didik (intake) bagi peserta didik baru (kelas VII)
antara lain memperhatikan rata-rata nilai rapor SD, nilai ujian sekolah SD,
nilai hasil seleksi masuk peserta didik baru di jenjang SMP. Bagi peserta didik
kelas VIII dan IX antara lain diperhatikan rata-rata nilai rapor semester-
semester sebelumnya.
100
c. Menentukan KKM setiap KD dengan rumus berikut
Misalkan:
Jika bobot setiap aspek sama, nilai KKM untuk KD tersebut adalah sebagai
berikut:
101
Dalam menetapkan nilai KKM KD, pendidik/satuan pendidikan dapat juga
memberikan bobot berbeda untuk masing-masing aspek.
Jika KD memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan in-take
peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah:
Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.
102
BAB XI
SUPRERVISI PENDIDIKAN
Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik. Orang yang melakukan supervisi disebut
dengan supervisor.
103
sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi
diartikan pula pembinaan guru.
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
A. Tujuan supervisi pendidikan
104
4). Membantu guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran
modern.
6). Membantu guru dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan
guru itu sendiri.
7). Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru
dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
10). Membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya
dalam pembinaan sekolah.
105
4). Memanfaatkan hasil penilaian
C. Supervisi Pendidikan
A. Tugas Supervisi Pendidikan
106
Selain itu, seorang supervisior bertugas sebagai:
a). Koordinator.
b). Konsultan.
d). Evaluator .
107
kegiatan, serta mengembangkan sistem pengelolaan data hasil
pengawasan.
c). W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari
supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi hal belajar.
108
merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru.
b. Usaha-usaha sekolah.
7. Memperluas Pengalaman
Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staf
sekolah, sehingga selalu anggota staf makin hari makin bertambah
pengalaman dalam hal mengajarnya.
109
mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan
kontinyu.
1. Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru
dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh
tanggung jawab.
110
2. Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada
data hasil pengamatan.
6. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap
berada di ruang lingkup pembelajaran.
f). Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk
mengadakan self-evaluation.
111
h). Seorang supervisor tidak bolah mencari kesalahan guru-guru.
1. Tipe Otokrat
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi
bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada
supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya
tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar
sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi,
pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3. Tipe Coersive
112
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi.Sifatnya memaksakan
kehendaknya.Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik,
meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang
disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi
kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin
masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal.Contoh
supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar.Dalam
keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi
mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
5. Tipe Demokratis
113
macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara
perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung
bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210).
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang
dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara
meningkatkan profesi guru. (Pidarta 2009 : 71).
Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti
MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar
kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal – hal yang tidak
114
ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan
ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.
d. Diskusi
e. Workshop
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216)
adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada
115
pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah.
Teknik – teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain :
c. Percakapan Pribadi
116
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek belajar
mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru,
supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek – aspek
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor
harus mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang
digunakan guru untuk mengajar.
117
supervisi adalah tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan
adalah bantuan kepada guru.Karena guru adalah pelaksana pendidikan.
Hal ini berarti bahwa syarat krusial bagi seorang guru adalah
kepribadiannya yang luhur, mulia, dan bermoral sehingga mampu menjadi
cermin yang memantulkan semua akhlak mulia tersebut bagi seluruh murid-
muridnya. Dengan kata lain, seorang guru yang berkepribadian mulia
adalah seorang guru yang mampu memberi keteladanan bagi murid-
muridnya.
Sebab, secara sederhana mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertakwa
sangat sulit atau tidak mungkin bisa mendidik murid-muridnya menjelma
orang-orang yang bertakwa kepada Allah. Begitu pula para guru yang tidak
memiliki akhlak yang mulia atau budi pekerti yang luhur tidak akan
mungkin mampu mendidik siswa-siswa mereka menjadi orang-orang yang
berakhlak mulia.
118
Ø kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif bijaksana
119
menganalisis proses pemelajaran yang telah dirancang dan disepakati, kemudian
dicarikan alternatif pemecahan permasalah yang ditemui dalam proses
pemelajaran tersebut agar dapat ditingkatkan kualitasnya.
120
BAB XI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
121
data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal
yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
3. Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan ‘kelas'
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
122
sebagai guru yang dengan kata lain merupakan praktisi lapangan di dunia
pendidikan dituntut dapat lebih cepat untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
tersebut dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Oleh karena itu guru
sebagai praktisi lapangan dituntut untuk terus- menerus mencari dan mencoba
hal-hal baru yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui penelitian
tindakan kelas, pendidik dapat meningkatkan dan memperbaiki layananan
pendidikan yang dalam hal ini adalah segala yang terjadi dalam proses belajar
mengajar di kelas. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK
adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam
menangani proses belajar di dalam kelas. Tujuan itu dapat dicapai dengan
melaukakan tindakan alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Fokus penelitian ini terdapat pada tindakan yang direncanakan oleh guru, yang
selanjutnya akan diterapkan pada peserta didik, kemudian dievaluasi apakah
berhasil atau tidak.
123
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia
tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu
yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan
terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara,
karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang
susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan
karena ada paksanaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas
dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang
diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang dirasakan belum
memuaskan dan perlu ditingkatkan.
124
SMART adalah kata bahasa Inggris artinya cerdas, akan tetapi dalam
proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf
bermakna.
1. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau
nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam
kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK
didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses
belajar-mengajar di kelas.
125
masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu
tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses
pembelajaran di kelasnya. PTK akan dilaksanakan jika guru sejak awal dan
dini menyadari ada permasalahan dalam peraktik pembelajaran sehari-hari
yang dihadapi guru. Jika guru merasa bahwa apa yang dilakukannya dikelas
dalam PBM tidak bermasalah PTK tidak diperlukan. Dengan kata lain, PTK
diperlukam jika guru merasa ada yang tidak beres dalam PBM dikelas dan
ia merasa perlu untuk memperbaiki secara profesional.
126
generalisasi hasil PTK. Disamping adanya tindakan, dalam PTK tindakan
yang dilakukan tadi harus ditelaah, kelebihan dan kekurangannya,
pelaksanaannya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang
terjadi selama pelaksanaan. Telaah terhadap tindakan ini dilakukan pada
saat pengamatan atau observasi.
127
beberapa masalah akan muncul sehingga generalisasi hasil suatu kegiatan
PTK mungkin juga dicapai tetapi setelah melalui beberapa kegiatan PTK.
128
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan
selanjutnya diulang kembali beberapa siklus.
1. Kritik refleksi; salah satu langkan dalam penelitian kualitatif pada umumnya,
dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi
mengenai latar dan kegiatan suatu aksi.
4. Resiko; dengan adanya ciri resiko di harapkan dan di tuntut agar peneliti
berani mengambil resiko, terutama pada aktu proses penelitian berlangsung.
Resiko yang mungkin ada di antaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b)
adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi.
6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa
antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan
tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling
bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.
Jadi, karakteristik PTK yang paling jelas adalah bahwa penelitian ini bukan
sekedar ingin tahu persoalan, tapi ingin mencari solusi persoalan dalam
rangka memperbaiki keadaan pembelajaran.
129
E. Materi dalam Penelitian Tindakan Kelas
Mengapa diberi nama penelitian tindakan kelas? Nama ini berasal dari
kata penelitian tindakan. Penelitian tindakan awalnya berkembang dan
banyak dilakukan di negara – negara Amerika serta Eropa. Penelitian ini
dilakukan untuk menjawab berbagai permasalahan serta keresahan dalam
lingkup sosio – humaniora, seperti misalnya permasalahan pengangguran
yang terus meningkat setiap tahunnya di negara tersebut.
Penelitian tindakan banyak dilakukan di kalangan sosio –
humaniora dengan praktik langsung di lapangan. Di dalam penelitian
tindakan, kalangan sosio – humaniora mempraktikkan secara langsung
sebuah tindakan yang telah direncanakan sebelumnya untuk mengatasi
sebuah permasalahan yang sedang terjadi.
Selanjutnya dalam kurun waktu tertentu tindakan tersebut diukur
kelayakannya. Apakah layak atau tidak sebagai penyelesaian
permasalahan. Demikian secara garis besar penelitian tindakan bekerja.
Seiring berjalannya waktu dan melihat dampak dari sebuah
penelitian tindakan, akhirnya metode tersebut berkembang. Tidak hanya
lini sosio – humaniora saja, namun juga dunia pendidikan. Penelitian
tindakan yang dilakukan dalam bidang pendidikan oleh para praktisi
pendidikan dan dilakukan dalam lingkup kelas, maka penelitian tindakan
ini dikenal sebagai penelitian tindakan kelas atau sering disingkat menjadi
PTK.
1. SISWOJO HARJODIPURO
Memaknai penelitian tindakan kelas sebagai pendorong seorang guru
untuk lebih memerhatikan praktik mengajarnya agar menjadi lebih
kritis dan bersedia memperbaikinya atau melakukan perubahan demi
kualitas pendidikan yang lebih baik.
130
Mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah sebuah kajian
mengenai suatu permasalahan sosial yang dilakukan untuk
meningkatkan unsur tindakan di dalamnya yang dimana semua
prosesnya berpengaruh dan diperlukan sebagai bahan evaluasi untuk
berkembang ke arah profesional.
131
3. Meningkatkan tingkat profesionalitas seorang guru.
4. Membuat seorang guru menjadi lebih aktif dalam berupaya dan
berinovasi serta lebih kreaktif dalam menyampaikan pembelajaran
terhadap muridny, baik secara teknik, teori, maupun bahan ajar yang
digunakan.
5. Membuat seorang guru memperbaiki proses pembelajaran yang
diberikan sebagai respon terhadap permasalahan yang terjadi di
kelasnya.
6. Membantu seorang guru dalam menemukan solusi terhadap
permasalahan yang timbul di dalam kelasnya.
7. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara berkesinambungan
mampu meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang di tekankan
melalui kualitas guru yang terus di tingkatkan.
1. KRITIK REFLEKSI
Yaitu dilakukannya tindakan refleksi pada penelitian tindakan kelas yang
merupakan bagian dari proses evaluasi atau penilaian dalam penelitian
tindakan kelas terhadap hasil observasi mengenai sebuah tindakan yang
telah dilakukan. Untuk dapat melakukan refleksi tersebut diperlukan
kritik agar terjadi perubahan – perubahan yang berarti terhadap tindakan
refleksi tersebut.
2. KRITIK DIALEKTIS
Yaitu kritik terhadap fenomena yang sedang menjadi kajiannya.
Kemudian melakukan pemeriksaan konteks secara menyeluruh di dalam
satu unit kajian dan tidak lupa di balik unit yang cenderung untuk
berubah meskipun bersifat stabil.
3. KOLABORATIF
Adalah karakteristik penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan
adanya kerjasama semua pihak yang menjadi sumber data dalam sebuah
132
penelitian tindakan kelas. Kemudian menerima sudut pandang dari
berbagai pihak tersebut mengenai pemahamannya terhadap sebuah
permasalahan.
4. RISIKO
Karakteristik ini mendorong seorang peneliti untuk berani mengambil
risiko selama proses penelitian berlangsung. Risiko yang biasa terjadi
selama proses penelitian tindakan kelas berlangsing seperti hipotesis
yang meleset (kurang tepat), tuntutan untuk dilakukannya transformasi
(perubahan secara bertahap) baik terhadap satu, beberapa, bahkan
seluruh bagian penelitian.
Risiko lainnya yang mungkin terjadi adalah perubahan terhadap sudut
pandang. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh dari sudut pandang yang
diberikan oleh unsur – unsur dalam penelitian.
5. SUSUNAN JAMAK
Bersifat jamak karena penelitian tindakan kelas melibatkan lebih dari
satu komponen demi tercapainya hasil yang komperhensif. Kemudian
sifat penelitian dalam kelas yang dialektif, reflektif, dan kolaboratif atau
partisipasi.
133
dianalisis menggunakan pendekatan dan metode kualitatif, yaitu tanpa
melaui proses perhitungan yang biasa dilakukan pada penelitian kuantitatif.
Kemudian disebut eksperimen karena tersusun secara sistematis
yang diawali dengan perencanaan dan dilakukannya evaluasi terhadap hasil
observasi. Berdasarkan jenisnya, maka penelitian tindakan kelas
dikelompokkan menjadi:
134
Cukup banyak subjek yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas.
Diantaranya subjek peneliti, yaitu Anda. Subjek yang diteliti dalam
penelitian tindakan kelas di dunia pendidikan adalah murid – murid,
terutama bila dilakukan dalam lingkup kecil, yaitu di dalam kelas.
Penelitian dilakukan ketika kegiatan belajar – mengajar sedang
berlangsung, baik secara keseluruhan maupun terkait dengan materi
tertentu.
2. Ernest T (1996)
Mengembangkan tahapan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin menjadi:
– Perencanaan/planning.
– Pelaksanaan/implementing.
– Penilaian/evaluating.
3. John Elliot
Salah satu tokoh yang turut mengambangkan penelitian tindakan kelas
ini membuat tahapan penelitian menjadi lebih rinci. John Elliot melihat
135
dalam sebuah materi pembelajaran terdiri atas pokok materi dan
subpokok. Dan subpokok tersebut memerlukan langkah – langkah untuk
menyelesaikannya, tidak cukup hanya dengan satu langkah saja.
Sehingga John Elliot membuat tahapan penelitian tindakan kelas di
dalam satu siklus yang terdiri dari beberapa aksi, dan setiap aksi tersebut
dibagi lagi menjadi beberapa langkah – langkah penyelesaian untuk
direalisasikan dalam bentuk kegiatan belajar – mengajar.
F. SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Siklus 1 PTK:
136
instrumen yang telah disiapkan sebelumnya perlu diungkap secara rinci dan
lugas termasuk cara perekamannya.
d. Analisis dan refleksi. Berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan, serta criteria dan rencana bagi tindakan siklus
berikutnya.
Siklus 2 PTK:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
d. Refleksi
Siklus 3 PTK:
a. Perencanaan
137
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
pada siklus kedua.
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
d. Refleksi
G. PENELITIAN KOLABORATIF
Kolaborasi penelitian merupakan kerja sama antar beberapa pihak untuk
melakukan sebuah penelitian. Kolaborasi bisa dilakukan antara para
akademisi, yang berasal dari bidang keilmuan yang sama, namun dengan
penguasaan metode riset atau kepemilikan data yang berbeda satu sama lain.
Bisa juga oleh mereka yang berasal dari bidang keilmuan berbeda, tetapi
saling melengkapi. Dalam artikel ini, akan dibahas strategi yang bisa dipakai
untuk menginisiasi kolaborasi penelitian secara efektif baik antar akademisi
maupun gabungan pemerintah, peneliti, akademisi, dan praktisi.
138
BAB XII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam profesi kependidikan ada beberapa hal yang dibahas diantaranya :
Secara etimologi, profesi berasal dari kata profession yang
memiliki arti pekerjaan. Dalam KBBI, mengartiakn bahwa profesi adalah
suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian seperti
ketrampilan, kejuruan dan lain sebagainya. Sedangkan secara isrilah, profesi
dapat diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang didasari akan keahlian
tertentu. Akan tetapi tidak semua orang yang memiliki kapasitas dan kahlian
tertentu saja akan tetapi ada syarat yang mengharuskan bahwa orang yang
memiliki keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatannya itu.
Kedudukan guru sebagai profesi bukan karena hasil dari cetakan
sosial, melainkankan karena seorang guru mengandung seperangkat teori
yang sistematis. Selain itu seorang guru memiliki otoritas terhadap anak
didiknya dan orang tua dari peserta didiknya. Dan yang terakhir adalah
seorang guru memiliki klaim atas uang negara berupa gaji yang diterimanya.
Profesi guru merupakan sebuah jabatan yang sangat mulia dan mengemban
tugas dalam suatu pembelajaran. Tugas pokok tersebut mencakup secara
keseluruhan dalam proses belajar-mengajar. Dan tugas pokok tersebut harus
dilaksanakan secara profesional.
Guru merupakan seorang pendidik profesional dengan tugas utama
untuk mendidik, mengarahkan, dan melatih serta menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal. Di dalam UU No. 20 Tahun 2003
istilah guru dimasukkan dalam jenis pendidik.
Peran guru secara umum adalah sebagai tugas pendidikan meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih. Peran guru dalam menjalankan tugas di
sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua ke dua dan mampu
menarik simpati para siswa sehingga pelajaran apapun yang diberikan
139
hendaknya dapat menjadi motifasi bagi siswanya dalam mengajar. Usman
(Amiruddin, 2013:3).
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai
kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Dalam
keseluruhan proses pendidikan disekolah kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan dan
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang
dilakukan siswa sebagai anak didik.
Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri atas
dua kata, yakni kata perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berasal dari
kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan),
sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar.
Metode pembelajaran (learning methods) adalah suatu proses
penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan teratur oleh tenaga pengajar atau guru. Metode pembelajaran
juga diartikan sebagai suatu strategi atau taktik dalam melaksanakan kegiatan
belajar dan mengajar di kelas yang diaplikasikan oleh tenaga pengajar
sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan
baik.
Pengertian media pembelajaran adalah media yang digunakan
untuk membantu merangsang pikiran, perasaan, kemampuan dan perhatian
siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Media tersebut dapat berupa
alat ataupun bahan mengajar.
140
Pengertian Penilaian, Penilaian adalah tindakan mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk (bersifat kualitatif).
Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau
berpegang pada ukuran baik dan buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh
dan lain sebagainya.
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super”
dan “vision” yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi
supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat
dalam hubungannya dengan masalah supervisi dapat diartikan dengan
menilik, mengontrol, atau mengawasi.Supervisi ialah pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
Orang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor.
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari
istilah penelitian tindakan (action research) . Oleh karena itu, untuk
memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan
terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan
berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang
bergerak di bidang ilmu sosial dan humaniora . Orang-orang yang bergerak di
bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan
di lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah
direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran praktik sosial mereka (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal
ini, penelitian tindakan memiliki kawasan yang lebih luas daripada PTK.
Penelitian tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu di luar pendidikan,
misalnya dalam kegiatan praktik bidang kedokteran, manajemen, dan industri
(Basrowi & Suwandi, hal. 25). Bila penelitian tindakan yang berkaitan pada
141
bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka
penelitian tindakan tindakan ini disebut PTK
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penyusun berharap pada pembaca agar dapat
menjadikan makalah ini sebagai rujukan serta sumber dalam proses belajar
mengajar dan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai meteri yang
dibahas dalam makalah ini.
142
DAFTAR PUSTAKA
https://erna1501.blogspot.com/2017/11/makalah-profesi-
kependidikan_28.html?m=1
https://pintek.id/blog/kompetensi-guru/#:~:text=Kompetensi%20Pedagogik
%20Guru%20adalah%20kemampuan,belajar%20mengajar%20dengan
%20peserta%20didik.&text=Dari%20informasi%20mengenai
%20karakteristik%20peserta,pada%20tiap%2Dtiap%20peserta%20didik
http://www.jejakpendidikan.com/2016/11/pengertian-kompetensi-guru.html?
m=1
https://michaelchristiansite.wordpress.com/2016/02/11/pengertian-
profesional-profesi-profesionalisasi-profesionalisme-profesionalitas/
https://disdik.purwakartakab.go.id/upaya-mewujudkan-kode-etik-guru-
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kode-etik-guru/
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/16/peraturan-pemerintah-no-
74-tahun-2008-tentang-guru/
repository.radenfatah.ac.id
http://www.bphn.go.id/
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensidan Sertifikasi Guru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
https://anfieldvillage.wordpress.com/tag/hakikat-mengajar/. Diakses pada
[ 11 maret 2021].
https://silabus.org/tujuan-pembelajaran/. Diakses pada [ 11 maret 2021].
Prof. Dr. Udin S.Winataputra , M.A (2008). Hakikat Belajar dan
Pembelajaran, Universitas Terbuka Jakarta.
https://media.neliti.com/media/publications/300413-tugas-peran-dan-fungsi-
guru-dalam-pendid-4e6b20f0.pdf
https://www.kampungakreditas.web.id/2020/07/pengertian-guru-peran-tugas-
dan.html
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/20/guru-abad-21-2/
143
Abduh Madjid. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosda
Karya. http://masnoer80.blogspot.com/2013/01/perencanaan-
pembelajaran.html
http://asraasry.blogspot.com/2014/06/makalah-perencanaan-pembelajaran-
dan.html
http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/langkah-langkah-
penyusunanperencanaan.html
https://annisarahmatullahputri.blogspot.com/2016/04/penyusunan-langkah-
langkahpembelajaran.html
Pembelajaran Kontekstual: Pengertian, Metode, Komponen, dan Strategi -
Universitas Psikologi
https://www.gurupendidikan.co.id/pembelajaran-kooperatif/
http://voice-teacher.blogspot.com/2016/07/jenis-jenis-metode-
pembelajaran.html
https://www.pelajaran.co.id/2019/13/pengertian-metode-pembelajaran-
fungsi-tujuan-dan- jenis-metode-pembelajaran.html
https://pintek.id/blog/media-pembelajaran/
https://almasoem.sch.id/fungsi-dan-peran-media-dalam-kegiatan-belajar-
mengajar/#:~:text=Disitat%20dari%20laman%20jejakpendidikan%2C
%20fungsi,ditata%20dan%20diciptakan%20oleh%20guru
https://smamda.net/penilaian-hasil-belajar/#:~:text=Penilaian%20Hasil
%20Belajar%20oleh%20Pendidik,belajar%2C%20dan%20perbaikan
%20hasil%20belajar
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.radenintan.ac.id/75/7/BAB_II
.pdf&ved=2ahUKEwisqP_wl4zyAhXEbn0KHXUjBwwQFnoECA4QBg&us
g=AOvVaw1Ot0OIBkQdCoVrndY-xID9&cshid=1627695944840
http://supiandibiologi.blogspot.com/2015/03/makalah-penelitian-tindakan-
kelas.html?m=1
https://rizaalfarid.blogspot.com/2017/05/makalah-penilitian-tindakan-
kelas.html
144
https://iainpspblog.blogspot.com/2019/03/makalah-jenis-jenis-penelitian-
tindakan.html
https://thegorbalsla.com/penelitian-tindakan-kelas/
145