Anda di halaman 1dari 150

“MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN”

DOSEN PENGAMPU : DR.DEWI RISALAH, M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELAS : A SORE

PRODI : PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEMESTER :4

FAKULTAS PENDIDIKAN MIPA DAN TEKNOLOGI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(IKIP-PGRI) PONTIANAK
2021
DAFTAR ISI

halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

D. Manfaat.........................................................................................................2

BAB II KONSEP DASAR PROFESI

A. Konsep Kompetnsi........................................................................................3

B. Profesi, Profesional, Dan Profesionalisasi....................................................5

C. Standar Profesi Guru.....................................................................................8

D. Kode Etik Propesi Guru..............................................................................10

E. Legalisasi Guru Sebagai Propesi.................................................................13

BAB III TUNTUTAN TERHADAP PROFESI GURU

A. Konsep Kompetensi....................................................................................15

B. Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran......................................................17

BAB IV KEBIJAKAN TENTANG SERTIFIKASI GURU

A. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional: Pasal 42......................................................................................21

B. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; BAB


IV, bagian kesatu tentang kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi:...........21

C. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan..................................................................................................22

D. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru.......................23

ii
E. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru...............................25

BAB V PERANAN DAN TUGAS GURU

A. Peran Guru..................................................................................................27

B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru...............................................................31

C. Guru Pada Abad Modern............................................................................32

BAB VI BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA

A. Hakikat Belajar...........................................................................................45

B. Hakikat Menagajar......................................................................................47

C. Tujuan Pembelajaran...................................................................................48

D. Teori-Teori Belajar.....................................................................................51

E. Tipe-Tipe Belajar........................................................................................56

BAB VII PERENCANAAN PEMBELAARAN

A. Pengertian Perencanaan Mengajar..............................................................59

B. Langkah-langkah Pembuatan Rencana Pembelajaran..................................66

BAB VIII METODE DALAM PEMBELAJARAN

A. Jenis-jenis Metode dalam Pembelajaran.....................................................70

B. Pembelajaran Kooperatif.............................................................................72

C. Pembelajaran Kontekstual...........................................................................77

BAB IX MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Media Pembelajaran..................................................................83

B. Karakteristik Media Pembelajaran..............................................................84

C. Fungsi Media Pembelajaran Secara Umum................................................85

D. Macam-Macam Jenis Media Pembelajaran................................................87

iii
BAB X PENILAIAN PENDIDIKAN

A. konsep penilaian..........................................................................................90

B. Penilaian Hasil Belajar................................................................................92

C. Ketuntasan Minimal....................................................................................94

D. Penetapan Kriteria Ketuntasan (KKM).......................................................95

BAB XI SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Konsep dasar Superviasi............................................................................97

B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan..................................................98

C. Supervisi Pendidikan.................................................................................100

BAB XI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Definisi Penelitian Tindakan Kelas...........................................................114

B. Tujuan dan Syarat Penelitian Tindakan Kelas..........................................115

C. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas............................................................116

D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas...................................................118

E. Materi dalam Penelitian Tindakan Kelas..................................................122

F. Siklus Penelitian Tindakan Kelas.............................................................128

G. Penelitian Kolaboratif...............................................................................131

BAB XII PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................132

B. Saran..........................................................................................................134

DAFTAR PUSTAKA

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-NYA sehingga kami diberi nikmat kesehatan,kekuatan dan yang paling
penting nikmat kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai bahan dalam pemenuhan tugas kelas mata kuliah Profesi Kependidikan
yang dibimbing oleh Ibu Dr.Dewi Risalah,M.Pd. Kami juga tak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini yang berjudul “Profesi Kependidikan”.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kami
mengharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan kami dalam
menyusun makalah dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi pembaca maupun bagi kami sebagai penyusun.

Pontianak, 31 juli 2021

Penyusun Kelas A Sore

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang.


Oleh Sebab itu, tidak heran apabila suatu Negara menempatkan Pendidikan
sebagai variabel utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negaranya,
termasuk di Negara Indonesia. Dalam konteks The Founding Father, tujuan
kemerdekaan Indonesia adalah ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa sesuai isi Pembukaan Undang-undang dasar 1945. Dengan kata lain
sudah tercipta sebuah komitmen mulia yang harus dilaksanakan Negara ini.

Dewasa ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan beberapa


permasalahan. Dalam Term of Reference EADC 2010 dengan Tema “Cerdas
Indonesiaku” memaparkan bahwa rendahnya kualitas guru di Indonesia
merupakan rangkaian dari rantai masalah pendidikan di Indonesia yang harus
diberantas hingga ke akarnya. Hal ini berkaitan dengan peran guru yang
merupakan komponen penting dalam dunia pendidikan yang berada di barisan
terdepan.

Berangkat dari masalah di atas, penulis yang merupakan calon guru ingin
membuka pikiran bahwa keprofesionalan harus tertanam kuat pada diri kita.
Sudah selayaknya guru mempunyai kompetensi serta tanggung jawab yang
tinggi dalam menjalankan profesinya, sehingga nasib pendidikan di Indonesia
akan berubah kearah yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah kita dalam memahami materi tentang Profesi


Kependidikan, penyusun akan membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dasar profesi?


2. Apa saja tuntutan terhadap guru?

1
3. Apa saja kebijakan tentang sertifikasi guru?
4. Apa saja peran dan tugas guru?
5. Bagaimana belajar dan aspek-aspeknya?
6. Bagaimana perencanaan pembelajaraannya?
7. Apa saja metode dalam pembelajaraan?
8. Apa saja media dalam pembelajaraan?
9. Bagaimana penilaian pendidikan?
10. Apa saja supervisi pendidikan?
11. Bagaimana penelitian tindakan kelas?
C. Tujuan 

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui konsep dasar profesi.


2. Untuk mengetahui tuntutan terhadap guru.
3. Untuk mengetahui kebijakan tentang sertifikasi guru.
4. Untuk mengetahui peran dan tugas guru.
5. Untuk mengetahui belajar dan aspek-aspeknya.
6. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaraannya.
7. Untuk mengetahui metode dalam pembelajaraan.
8. Untuk mengetahui media dalam pembelajaraan.
9. Untuk mengetahui penilaian pendidikan.
10. Untuk mengetahui supervisi pendidikan.
11. Untuk mengetahui penelitian tindakan kelas.
D. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah Untuk
mengetahui konsep dasar profesi, tuntutan terhadap guru, kebijakan tentang
sertifikasi guru, peran dan tugas guru, pengertian belajar dan aspek-aspeknya,
serta perencanaan pembelajaraannya, dan metode dalam pembelajaraan, media
dalam pembelajaraan, penilaian pendidikan, supervisi pendidikan serta
penelitian tindakan kelas.

2
BAB II
KONSEP DASAR PROFESI

A. Konsep Kompetnsi

a. Pengertian Profesi

Profesi adalah suatu pernyataan bahwa seseorang itu mengabdikan


dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa
terpanggil untuk mengerjakan pekerjaan itu.
Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk
menunjukkan tentang pekerjaan seseorang. Seseorang yang bekerja
sebagai dokter, dikatakan profesinya sebagai dokter dan orang yang
pekerjaannya mengajar di sekolah dikatakan profesinya sebagai Guru.
Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa profesinya sebagai tukang
batu, tukang parkir, pengamen, penyanyi, pedagang dan sebagainya. Jadi
istilah profesi dalam konteks ini, sama artinya dengan pekerjaan atau
tugas yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.

b. Makna Profesi

Berikut ini terdapat beberapa makna profesi, yaitu sebagai berikut:

1. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka

Suatu pernyataan atau suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga


profesional tidak sama dengan suatu pernyataan yang dikemukakan
oleh nonprofesional. Pernyataan profesional mengandung makna
terbuka yang sungguh-sungguh, yang keluar dari lubuk
hatinya.Pernyataan demikian mengandung norma-norma atau nilai-
nilai etik. Orang yang membuat pernyataan itu yakin dan radar bahwa
pernyataan yang dibuatnya adalah baik. “Baik” dalam arti bermanfaat
bagi orang banyak dan bagi dirinya sendiri.

3
Pernyataan janji itu bukan hanya sekadar keluar dari mulutnya,
tetapi merupakan ekspresi kepribadiannya dan tampak pada tingkah
lakunya sehari hari. Janji yang bersifat etik itu mau tak mau akan
berhadapan dengan sanksi-sanksi tertentu. Bila dia melanggar
janjinya, dia akan berhadapan dengan sanksi tersebut, misalnya
hukuman atau protes masyarakat, hukuman dart Tuhan, dan hukuman
oleh dirinya sendiri. Jika seseorang telah menganut suatu profesi
tertentu, dia akan berbuat sesuai dengan janji tersebut. Janji- janji itu
biasanya telah digariskan dalam kode etik profesi bersangkutan, dalam
hal ini, Profesi kependidikan.

b. Profesi mengandung unsur pengabdian

Suatu profesi bukan bermaksud untuk mencari keuntungan bagi


dirinya sendiri, baik dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis,
tetapi untuk pengabdian padamasyarakat. Ini berarti, bahwa profesi
tidak boleh sampai merugikan, merusak, atau menimbulkan
malapetaka bagi orang lain dan bagi masyarakat. Sebaliknya, profesi
itu hams berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan, dan
kesempurnaan serta kesejahteraan bagi masyarakat.

Pengabdian diri berarti lebih mengutamakan kepentingan  orang


banyak. Misalnya, profesi dalam bidang hukum adalah untuk
kepentingan kliennya bila berhadapan dengan pengadilan, profesi
kedokteran adalah untuk kepentingan pasien agar cepat sembuh
penyakitnya, profesi kependidikan  adalah untuk kepentingan anak
didiknya, profesi pertanian adalah untuk meningkatkan produksi
pertanian agar masyarakat lebih sejahtera dalam bidang pangan, dan
sebagainya.

Dengan demikian, pengabdian yang diberikan oleh profesi


tersebut harus sesuai dengan bidang-bidang pekerjaan tertentu.

4
Dengan pengabdian pada pekerjaan itu, seseorang berarti
mengabdikan profesinya kepada masyarakat.

3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan

Suatu profesi era kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu


sang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan, dan
keterampilan tertentu pula. Dalam pengertian profesi telah tersirat
adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan
sebaik-baiknya. Dalam hal ini, pekerjaan professional berbeda dengan
pekerjaan-pekerjaan lainnya, oleh sebab mempunyai fungsi sosial,
yakni pengabdian kepada masyarakat.
Kopetensi sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi
profesi. Dalam masyarakat yang kompleks seperti masyarakat modem
dewasa mi, profesi menuntut kemampuan membuat keputusan yang
tepat dan kemampuan membuat kebijaksanaan yang tepat. Untuk itu
diperlukan banyak keterangan yang lengkap agar jangan menimbulkan
kesalahan yang akan menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri
maupun bagi masyarakat. Kesalahan dapat menimbulkan akibat yang
fatal atau malapetaka yang dahsyat. Itu sebabnya, kebijaksanaan,
pembuatan keputusan, perencanaan, dan penanganan harus ditangani
oleh para ahlinya, yang memiliki kompetensi professional dalam
bidangnya.

B. Profesi, Profesional, Dan Profesionalisasi

a. Profesi
1. Schein, e.h (1962)
Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun
suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang
khusus di masyarakat.
2. Hughes, e.c (1963)

5
Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya
tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya.
3. Daniel bell (1973)
Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk
pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal
dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan
yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani
masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan
mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan
ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan
adanya tingkatan dalam masyarakat.
4. Doni koesoema a
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan
di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu
serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta
pelayananbaku terhadap masyarakat
5. Dapat disimpulkan bahwa profesi adalah :

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut


keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi”
selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh
seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat
disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya.
Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan
tetepi memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan
yang dikembangkan khusus untuk itu. Pekerjaan tidak sama dengan
profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah:
sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki
mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan,

6
sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit
seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena
hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah
sama.

b. Profesional
1. Hamalik (2004: 118-119)

Pekerjaan guru adalah suatu profesi tersendiri, pekerjaan ini tidak


dapat dikerjakan oleh sembarang orang tampa memiliki keahlian
sebagai seorang guru. Banyak yang pandai berbicara tertentu, namun
orang itu belum dapat disebut sebagai seorang guru.

2. Menurut Sudjana (2008: 13)

Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya


dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak
dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainya.

3. Ali (1992: 23)

Keahlian atau kemampuan profesional tidak mesti harus diperoleh


daei jenjang pendidikan, tetapi bisa saja seseorang yang secara tekun
mempelajari dan melatih diri dalam suatu bidang tertentu menjadi
profesional. Hanya saja menurutnya, profesi yang disandang melalui
jenjang pendidikan akan memperoleh pengakuan yang bersifat formal
naupun informal, sedangkan yang diperoleh dari selain pendidikan
formal pada umunya hanya akan mendapat pengakuan yang bersifat
informal saja.

4. Prayudi A, (1979)
Istilah profesional dapat diartikan pula sebagai: “usaha untuk
menjalankan salah satu profesi berdasarkan keahlian dan keterampilan
yang dimiliki seseorang dan berdasarkan profesi itulah seseorang

7
mendapatkan suatu imbalan pembayaran berdasarkan standar
profesinya.

Jadi apat disimpulkan bahwa :


Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu
bersikap profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun
selain memiliki keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai
dengan keahlian yang dimilikinya tersebut. Seorang profesional tidak
akan pernah berhenti menekuni bidang keahlian yang dimiliki. Selain
itu, seorang profesional juga harus selalu melakukan inovasi serta
mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya mampu bersaing
untuk tetap menjadi yang terbaik di bidangnya.

c. Profesionalilasi
Dari segi bahasa: Profesionalisasi berasal dari kata professionalization
yang berarti kemampuan profesional.
1. Dedi Supriadi (1998)
Mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan
dan/atau dalam jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya
lama dan intensif.
2. Eric Hoyle (1980)
konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu : the
improvement of status and the improvement of practice”. Peningkatan
status dan peningkatan pelatihan.
3. Dapat disimpulkan:
“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan
dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Profesionalisasi adalah proses
atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang
menjadi profesional.

8
C. Standar Profesi Guru

Standar adalah kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan


berdasarkan sumber, prosedur, dan manajeman yang efektif. Maksud dari
kriteria adalah sesuatu yangmenggambarkan ukuran keadaan yang
dikehendaki.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007
membahas tentang standarkualifikasi dan kompetensi guru dimana api
bahwa setiap guru wajib memenuhistandar kualitas akademik dan
kompetensi guru yang siap secara nasional, juga bahwaguru-guru yang
belum memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau
sarjanaakan diatur dengan peraturan Menteri terpisah. Berikut dibawah ini
adalah dan darigambar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16
Tahun 2007 yang diterbitkan pada 4 Mei 2007 tentang k ualifikasiakademik
dan kompetensi guru.
a. Standar Kualifikasi Akademik Guru (SKAG)Sebuah)
Standar kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan resmi SKAG
pada satuan pendidikan resmi mencakup:1.
1. SKAG pada satuan PAUD / TK / RA.
Guru pada PAUD / TK / RA harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikanminimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam
bidang pendidikan anakusia dini atau psikologi yang diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
2. SKAG pada SD / MI.
Guru pada SD / MI,atau bentuk lainyang sederajat,harus memiliki
kualifikasiakademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD / MI (D-IV / S1 PGSD /
PGMI) atau psikologi yang diperolehdari program studi yang
terakreditasi.
3. SKAG pada SMP / MTs, SMA / MA, SMK / MAK.
Guru pada SMP / MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus
memiliki kualifikasiakademik pendidikan minimum diploma empat

9
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata
pelajaran yang makanan / diampu, dan diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.Guru pada SMK / MAK atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasiakademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) programstudi yang sesuai
dengan mata pelajaran yang makanan / diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
4. SKAG pada SDLB, SMPLB, SMALB.
Guru pada SDLB / SMPLB / SMALB, atau bentuk lain yang
sederajat, harusmemiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang makanan /
diampu, dan diperoleh dari program studi yangterakreditasi.
b. Standar kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan khusus
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai
gurudalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum
dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan
dan kesetarasebuah. Uji kelayakandan kesetaraan bagi seseorang yang
memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang
diberiberwenang untuk melaksanakannya.
D. Kode Etik Propesi Guru

a. Kode Etik Guru

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang


pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa,Bangsa, dan negara,serta
kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan
setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas
terwujdunya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya dengan mendominasi dasar -dasar sebagai berikut:

10
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan danpembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan.

b. Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Dalam setiap penetapan aturan atau tata tertib, maka tidak lepas
dengan yang namanya sanksi bagi para pelanggar peraturan atau tata
tertib tersebut. Begitu juga dalam penetapan kode etik sebuah profesi,
maka juga ada sanksi-sanksi yang bagi anggota yang melanggar kode
etik tersebut. Menurut Mulyana (2007:46) menjelaskan bahwa sanksi
pelanggaran kode etik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sanksi moral, berupa celaan dari rekan-rekannya, karena pada


umumnya kode etik merupakan landasan moral, pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan.
2. Sanksi yang dikeluarkan dari organisasi, merupakan sanksi yang
dianggap terberat

11
Negara sering kali mencampuri urusan profesi, sehingga hal-hal
yang semula hanya merupakan kode etik suatu profesi tertentu dapat
meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Dengan
demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan
sanksi -sanksi yang sifatnya memaksa, baik berupa aksi perdata
maupun pidana. Sebagai contoh dalam hal ini jika seseorang anggota
profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota
profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu serius, maka dituntut di
muka pengadilan. Barang siapa melanggar kode etik, akan mendapat
cela dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat
adalah pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.

c. Undang-Undang Tentang Profesi Guru


Adapun Undang-Undang yangmengatur tentang etika profesi guru
yaitu undang-undang republik indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen, yaitu diantaranya berbunyi :
Pasal 2

1. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang


pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Pasal 3

1. Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang


pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

12
2. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Pasal 4

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional.

Pasal 5

Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana


dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat
berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Pasal 6

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan


untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dan masih banyak lagi pasal-pasal yang menjelasakan tentang etika


profesi dan kode etik dari masing-masing profesi profesi

13
E. Legalisasi Guru Sebagai Propesi
a. Guru Sebagai Propesi
Guru adalah jabatan profesional yang memilik tugas pokok yang amat
menentukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Un an tugas pokok tersebut mencakup keseluruhan unsur yang terlibat
dan berperan dalam proses pembelajaran. Tugas pokok itu hanya dapat
dilaksanakan secara profesional bila persyaratan-persyaratan sebaga guru
terpenuli. Adapun persyaratan profesional guru adalah antara lain sebaga
beirkut:
1. Memiliki kualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya pada jenjang
Diploma atau Sar ina Pendidikan yang didalamnya tercantum dengan
jelas akta ke- wenangan mengajar.
2. Memilik cir ciri kepri- bad in sebagi seorang pendidik seperi memiliki
kasil sayang yang tulus kepada peserta didik, memilik kon tmen untuk
ikut membantu pertumbuhan peserta didik secara utuh dan sempurna,
jujur, ikhlas, adil bijaksana, dan pe-nolong serta menjunjung hak-hak
azasi manusia.
3. Menghargai perbedaan- perbedaan secara kultural, sosial dan spiritual.
4. Menjunjung tinggi nilai nilai budaya yang menjadi acuan masyarakat
dalam hidupnnya.
5. Diterima dan diakui oleh masyarakat sebagai guru dan pendidik.
6. Guru harus berahlak mulia dan menjadi contoh teladan baik bagi
peserta didik, maupun bagi masyarakat banyak.
Uraian tugas pokok guru adalah sebaga beiikut:
1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinnya
sehingga tumbuh dan berkembang dengan total dan sempurna.
2. Membantu peserta didik agar poteru itelektual, emos mal dan sp
Ritualnya tumbuh berkembang secara se abang dan har- moi s serta
sempurna.
3. Mentransformasikan berbagai iimu pengetahuan kepada peserta didik
dengan menggunakan pendekatan dan metodo^ logi yang penuh

14
keatifitas dalam proses belajar mengajar, sehinga khasanah ilmu
pengetahuan dan kreatifitas peserta didik tumbuh dan berkembang
pula.
4. Menanamkan nilai-niki positif yang diperlukan dalam hidup kedalain
diri peserta didik sehingga melekat dan tumbuh menjadi satu dengan
prilaku peserta didik.
5. Membangun watak dan kepribadian peserta didik menjadi orang yang
memiliki watak dan kepribadian utuh dan sempurna.
6. Membantu., mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menjalankan fungsinnya sebagai makhluk sosial yang beradab dan
bermartabat.
7. Menumbuhkembangkan dalam diri peserta didik nilai-nilai perilaku
mulia.

Memberikan tuntunan kepada peserta didik untuk mengenal mana perbuatan,


yang baik dar yang tidak, mana perbuatan yang dilarang mana pula yang tidak
dilarang, mana perbuatan yang salah dan mana pula yang benar yang perlu
dalam kehidupan yang penuh kedamaian dan ketentraman.

15
BAB III
TUNTUTAN TERHADAP PROFESI GURU

A. Konsep Kompetensi
Menurut Spencer and Spencer, (1993 : 9) Kompetensi adalah
sebagai karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan
efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya (an underlying characteristic’s
of an individual which is causally related to criterion – referenced effective and
or superior performance in a job or situation). Underlying Characteristics
mengandung makna kompetensi adalah bagian dari kepribadian yang
mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi
pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Causally Related memiliki arti
kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi perilaku dan
kinerja. Criterion Referenced mengandung makna bahwa kompetensi
sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik, diukur dari kriteria atau
standar yang digunakan. Menurut Poerwadarminta (1993:518), Kompetensi
adalah kekuasaan (kewenangan) untuk menentukan/memutuskan suatu hal.

Menurut Suparno (2001:27), Kompetensi adalah kecakapan yang memadai


untuk melakukan suatu tugas atau sebagai memiliki ketrampilan & kecakapan
yangdiisyaratkan.
Sedangkan kompetensi menurut Van Looy, Van Dierdonck, and Gemmel
(1998:212) menyatakan kompetensi adalah sebuah karakteristik manusia yang
berhubungan dengan efektifitas performa, karakteristik ini dapat dilihat seperti
gaya bertindak, berperilaku, dan berpikir.
a. Karakteristik kompetensi

Menurut Spencer and Spencer (1993 : 10) kompetensi terdiri dari 5 (Lima)
Karakteristik yaitu :

1. Motives

16
Adalah sesuatu dimana sesorang secara konsisten berfikir sehingga ia
melakukan tindakan. Spencer (1993) menambahkan bahwa motives adalah
“drive, direct and select behavior toward certain actions or goals and away
from others “. Misalnya seseorang yang memiliki motivasi berprestasi
secara konsisten mengembangkan tujuan – tujuan yang memberi suatu
tantangan pada dirinya sendiri dan bertanggung jawab penuh untuk
mencapai tujuan tersebut serta mengharapkan semacam “ feedback “ untuk
memperbaiki dirinya.

2. Traits

Adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana


seseorang merespon
sesuatu dengan cara tertentu. Sebagai contoh seperti percaya diri, kontrol
diri, ketabahan atau daya tahan.

3. Self Concept

Adalah sikap dan nilai – nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai
diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang dimiliki
seseorang dan apa yang menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.

4. Knowledge

Adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.


Pengetahuan merupakan
kompetensi yang kompleks. Tes pengetahuan mengukur kemampuan
peserta untuk memilih jawaban yang paling benar tetapi tidak bias melihat
apakah sesorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang
dimilikinya.

17
5. Skills

Adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara


fisik maupun mental. Dengan mengetahui tingkat kompetensi maka
perencanaan sumber daya manusia akan lebih baik hasilnya.
B. Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran

Guru adalah pilar pendidikan. Keberhasilan pendidikan di suatu negara


sangat dipengaruhi peran strategis para guru. Maka dari itu, seiring
berkembangnya zaman, kompetensi guru harus terus ditingkatkan.Guru
memiliki beban tugas yang sangat berat, tidak hanya bertanggung jawab
kepada para anak didiknya, tapi juga pada negara. Guru bahkan memiliki peran
sentral dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Hal yang wajib dimiliki guru:

Pada UU No. 14 Th. 2005 Pasal 8, dituliskan beberapa hal yang wajib dimiliki
oleh guru dan juga dosen, yaitu:

 Kualifikasi Akademik, minimal lulus jenjang pendidikan Sarjana atau


Diploma 4.
 Kompetensi, yang akan ditekankan lagi pada saat pendidikan profesi guru.
 Sertifikat Pendidik, diberikan setelah melaksanakan sertifikasi guru dan
dinyatakan sudah bisa memenuhi standar profesional.
 Sehat Secara Jasmani dan Rohani.
 Memiliki Kemampuan, untuk mendukung terwujudnya Tujuan Pendidikan
Nasional.

Standar kompetensi yang wajib dimiliki guru:

18
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, guru harus memiliki kompetensi yang
akan menunjang tugas profesionalnya. Berdasarkan UU, ada 4 kompetensi
yang wajib dimiliki seorang guru, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik Guru adalah kemampuan atau keterampilan


guru yang bisa mengelola suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar
mengajar dengan peserta didik.
Setidaknya ada 7 aspek dalam kompetensi Pedagogik yang harus dikuasai,
yaitu:

 Karakteristik para peserta didik. Dari informasi mengenai karakteristik


peserta didik, guru harus bisa menyesuaikan diri untuk membantu
pembelajaran pada tiap-tiap peserta didik. Karakteristik yang perlu dilihat
meliputi aspek intelektual, emosional, sosial, moral, fisik, dll.
 Teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Guru harus bisa
menerangkan teori pelajaran secara jelas pada peserta didik. Menggunakan
pendekatan tertentu dengan menerapkan strategi, teknik atau metode yang
kreatif.
 Pengembangan kurikulum. Guru harus bisa menyusun silabus dan RPP
sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan. Mengembangkan kurikulum
mengacu pada relevansi, efisiensi, efektivitas, kontinuitas, integritas, dan
fleksibilitas.
 Pembelajaran yang mendidik. Guru tidak sekedar menyampaikan materi
pelajaran, namun juga melakukan pendampingan. Materi pelajaran dan
sumber materi harus bisa dioptimalkan untuk mencapai tujuan tersebut.
 Pengembangan potensi para peserta didik. Setiap peserta didik memiliki
potensi yang berbeda-beda. Guru harus mampu menganalisis hal tersebut
dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, supaya setiap peserta
didik bisa mengaktualisasikan potensinya.

19
 Cara berkomunikasi. Sebagai guru harus bisa berkomunikasi dengan
efektif saat menyampaikan pengajaran. Guru juga harus berkomunikasi
dengan santun dan penuh empati pada peserta didik.
 Penilaian dan evaluasi belajar. Penilaiannya meliputi hasil dan proses
belajar. Dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi terhadap efektivitas
pembelajaran juga harus bisa dilakukan.
 Kompetensi Pedagogik bisa diperoleh melalui proses belajar masing-
masing guru secara terus menerus dan tersistematis, baik sebelum menjadi
guru maupun setelah menjadi guru.
2. Kompetensi Kepribadian

 Kompetensi Kepribadian berkaitan dengan karakter personal. Ada


indikator yang mencerminkan kepribadian positif seorang guru yaitu:
supel, sabar, disiplin, jujur, rendah hati, berwibawa, santun, empati, ikhlas,
berakhlak mulia, bertindak sesuai norma sosial & hukum, dll.
Kepribadian positif wajib dimiliki seorang guru karena para guru harus
bisa jadi teladan bagi para siswanya. Selain itu, guru juga harus mampu
mendidik para siswanya supaya memiliki attitude yang baik.
3.Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional Guru adalah kemampuan atau keterampilan yang


wajib dimiliki supaya tugas-tugas keguruan bisa diselesaikan dengan baik.
Keterampilannya berkaitan dengan hal-hal yang cukup teknis, dan akan
berkaitan langsung dengan kinerja guru. Adapun indikator Kompetensi
Profesional Guru diantaranya adalah:

 Menguasai materi pelajaran yang diampu, berikut struktur, konsep, dan


pola pikir keilmuannya.
 Menguasai Standar Kompetensi (SK) pelajaran, Kompetensi Dasar (KD)
pelajaran, dan tujuan pembelajaran dari suatu pelajaran yang diampu.
 Mampu mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif sehingga bisa
memberi pengetahuan dengan lebih luas dan mendalam bagi peserta didik.

20
 Mampu bertindak reflektif demi mengembangkan keprofesionalan secara
kontinu.
 Mampu memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
proses pembelajaran dan juga pengembangan diri.

Dengan menguasai kemampuan dan keahlian khusus seperti yang sudah


dijelaskan di atas, diharapkan fungsi dan tugas guru bisa dilaksanakan
dengan baik.
Dengan demikian, guru mampu membimbing seluruh peserta didiknya
untuk mencapai standar kompetensi yang sudah ditentukan dalam Standar
Nasional Pendidikan.

4. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial berkaitan dengan keterampilan komunikasi, bersikap
dan berinteraksi secara umum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru,
tenaga kependidikan, orang tua siswa, hingga masyarakat secara luas.

Indikator dari Kompetensi Sosial Guru diantaranya:

 Mampu bersikap inklusif, objektif, dan tidak melakukan diskriminasi


terkait latar belakang seseorang, baik itu berkaitan dengan kondisi fisik,
status sosial, jenis kelamin, ras, latar belakang keluarga, dll.
 Mampu berkomunikasi dengan efektif, menggunakan bahasa yang santun
dan empatik.
 Mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Mampu beradaptasi dan menjalankan tugas sebagai guru di berbagai


lingkungan dengan bermacam-macam ciri sosial budaya masing-masing.

21
BAB IV
KEBIJAKAN TENTANG SERTIFIKASI GURU

A. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional: Pasal 42

1. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan setifikasi sesuai


dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menegah, dan pendidikan tinggi
dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
3. Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Undang-Undang Guru dan Dosen.

B. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen; BAB IV, bagian kesatu tentang kualifikasi, kompetensi, dan
sertifikasi:

 Pasal 8 :
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
 Pasal 9 :
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
Diploma empat.
 Pasal 13 :
1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran
untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik

22
bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat.
2) Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan pemerintah.

 Pasal 24 :
1) Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah,
kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara merata
untuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal serta untuk menjamin keberlangsungan
pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
2) Pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam
jumlah, kualifikasi akademik maupun dalam kompetensi secara
merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikan menengah
dan pendidikan khusus wajib memenuhi kewenangan.
3) Pemerintah kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan guru, baik
dalam jumlah, kualifikasi akademik maupun dalam kompetensi
secara merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar
dan pendidikan usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan.
C. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah ini mengubah ketentuan hasil Ujian


nasional yang semula sebagai salah satu syarat kelulusan menjadi
bukan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Perubahan mengenai kurikulum pendidikan anak usia dini dilakukan
melalui penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang dibangun

23
melalui kesatuan substansi kurikulum antara pendidikan anak usia dini
di jalur formal, nonformal, dan informal karena memiliki tujuan yang
sama. Perubahan terkait dengan akreditasi yang dilaksanakan oleh
BAN PAUD dan PNF perlu memperhatikan penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini. Badan Akreditasi Nasional perlu
melibatkan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan akreditasi
untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu
untuk diadakan penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan diamanatkan bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, serta kualifikasi
dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian.
D. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Peraturan ini diterbitkan sebagai amanat dan tindak lanjut dari
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Kerangka dari Peraturan Pemerintah ini terdiri 9 Bab 68 Pasal.
Berikut ini disajikan beberapa hal-hal yang dianggap penting
tenatang isi peraturan ini.
 Bab I Ketentuan Umum. Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
 Bab II Kompetensi dan Sertifikasi. Guru wajib memiliki Kualifikasi
Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan

24
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kompetensi Guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
 Bab III Hak. Guru yang memenuhi persyaratan berhak mendapat
satu tunjangan profesi. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
satuan pendidikan tetap diberi tunjangan profesi Guru apabila yang
bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai pendidik
 Bab IV Beban Kerja. Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok:
(a) merencanakan pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran;
(c) menilai hasil pembelajaran; (d) membimbing dan melatih peserta
didik; dan (e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
 Bab V Wajib Kerja dan Pola Ikatan Dinas. Dalam keadaan darurat,
Pemerintah dapat memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada
Guru dan/atau warga negara Indonesia lainnya yang memenuhi
Kualifikasi Akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas
sebagai Guru di Daerah Khusus di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat
menetapkan pola ikatan dinas bagi calon Guru untuk memenuhi
kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan
pembangunan daerah.
 Bab VI Pengangkatan, Penempatan, dan Pemindahan. Pengangkatan
dan penempatan Guru yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Guru yang ditempatkan pada jabatan
struktural kehilangan haknya untuk memperoleh tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan.
 Bab VII Sanksi. Guru yang tidak dapat memenuhi Kualifikasi
Akademik, kompetensi, dan Sertifikat Pendidik kehilangan hak
untuk mendapat tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan

25
fungsional, dan maslahat tambahan. Guru yang tidak dapat
memenuhi kewajiban melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh
empat) jam tatap muka dan tidak mendapat pengecualian dari
Menteri dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi,
tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan
maslahat tambahan.
 Bab VIII Ketentuan Peralihan. Guru Dalam Jabatan yang belum
memiliki Sertifikat Pendidik memperoleh tunjangan fungsional atau
subsidi tunjangan fungsional dan maslahat tambahan. Pengawas
satuan pendidikan selain Guru yang diangkat sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah ini diberi kesempatan dalam waktu 5 (lima)
tahun untuk memperoleh Sertifikat Pendidik.
 Bab IV Ketentuan Penutup, dan Penjelasan.
E. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
yang dimaksud dalam Sertifikasi guru ialah dalam Pasal 1 ayat 1
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18
tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan disebutkan
bahwa "Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Adalah Proses Pemberian
Sertifikasi Pendidik Untuk Guru Dalam Jabatan".
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 diterbitkan dalam rangka
pelaksanaan Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kualifikasi Akademik merupakan pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik. Pendidikan minimal ini
dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

26
Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Guru adalah salah satu
pendidik yang memegang peran esensial dalam sistem pendidikan.
Peran, tugas, dan tanggung jawab guru sangat bermakna dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru berperan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil,
makmur, dan beradab. Di dalam keseluruhan kegiatan pendidikan,
guru memiliki posisi sentral dan strategis. Karena posisinya tersebut,
baik dari kepentingan pendidikan nasional maupun tugas fungsional
guru, semuanya menuntut agar pendidikan dilaksanakan secara
profesional.
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal
mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia
Dini/Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah
pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar
biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK).
Standar kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan
integratif dalam kinerja guru.

27
BAB V
PERAN DAN TUGAS GURU

A. Peran Guru
Peran guru secara umum adalah sebagai tugas pendidikan meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih. Peran guru dalam menjalankan tugas di
sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua ke dua dan mampu
menarik simpati para siswa sehingga pelajaran apapun yang diberikan
hendaknya dapat menjadi motifasi bagi siswanya dalam mengajar. Usman
(Amiruddin, 2013:3).

Seorang guru juga berperan untuk membantu siswa dalam


mengembangkan keterampilan serta pengetahuan siswa. Oleh karena itu, guru
harus bisa membuat siswanya tertarik untuk mengikuti pelajaran. Bila
seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan
pertama adalah Ia tidak dapat menanamkan benih pengajaranya pada
siswanya, para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik
sehingga pelajaran tidak dapat diserap dengan baik dan setiap lapisan
masyarakat dapat mengerti bila menghadapi guru.

Dalam gambaran kelas masa depan, menurut Flewelling dan Higginson


(Suyono dan Hariyanto, 2011 :188) menggambarkan peran guru meliputi:

a. Memberikan stimulasi kepada siswa dengan menyediakan tugas-tugas


pembelajaran yang kaya dan terancang baik untuk meningkatkan
perkembanagan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial.
b. Berinteraksi dengan siswa untuk mendorong keberanian, mengilhami,
menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi,
menilai, dan merayakan perkembangan, pertumbuhan dan keberhasilan.
c. Menunjukan manfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu pokok
bahasan.
d. Berperan sebagai seorang yang membantu, seseorang yang mengarahkan
dan memberi penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami

28
siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah
dari seorang pembelajar yang berani mengambil resiko, dengan demikian
guru berperan sebagai pemberi informasi, fasilitator, dan seorang artis.
Dari pendapat diatas terkait peran guru ada hal penting yang bisa kita
garis bawahi yaitu guru sebagai pemberi stimulasi pada siswa dengan
menyediakan tugas-tugas pembelajran, berinteraksi dengan siswa, dan
guru juga berperan sebagai seorang yang memberi jiwa dan mengilhami
siswa.
Dalam kaitan ini, sebuah karya yang cukup monumental telah
dilahirkan oleh Pullias dan Young (1968) dalam bukunya A Teacher Is a
many Things. Dalam buku yang menjadi rujukan ini, mereka secara
gamblang mengutarakan apa saja peran guru sesungguhnya. Pullias dan
Young mengutarakan ada empat belas karakteristik yang melekat pada
seorang guru yang unggul itu adalah sebagai berikut:
a. Guru sebagai Guru
Bila seseorang yang cukup kompeten ditanya apa tugas pokok
seorang guru, maka secara sepontan menjawab, mendidik dan
mengajar. Mendidik bukanlah hal yang sederhana, mendidik yang
sesungguhnya harus mampu membawa orang lain beranjak dari
kegelapan menuju suatu pencerahan yang terang benderang.
b. Guru sebagai Teladan
Guru adalah model mental yang hidup bagi siswa. Kita ingat
pemeo guru, digugu lan ditiru (ditaati dan ditiru) guru adalah uswah
hasanah (teladan yang baik).
c. Guru sebagai Penasihat
Keliru jika kita menganggap bahwa hanya guru bimbingan dan
penyuluhan (BP) atau wali kelas saja, yang harus berperan sebagai
penasihat, setiap guru merupakan penasihat. Karena tingkat
kedewasaannya serta pengalamannya yang lebih banyak “makan
asam garam” maka setiap guru berfungsi sebagai penasihat.
d. Guru sebagai Pemegang Otoritas

29
Pemegang otoritas adalah jabatan guru saat ia ditugasi mata
pelajaran tertentu atau menjadi guru kelas dikelas tertentu. Guru
sebagai pemegang otoritas tahu tentang sesuatu, yaitu pengetahuan
tentang mata pelajaran yang diampunya, dan menyadari sepenuhnya
bahwa ia tahu tentang sesuatu itu.
e. Guru sebagai Pembaru
Belajar apa saja pada hakikatnya belajar sejarah. Oleh sebab itu
dapat dipahami bahwa murid sebagai generasi baru dengan
kesenjangan waktu yang cukup, mengalami kesulitan dalam
membaca, menerjemahkan dan mencerna berbagai karya yang agung
yang lahir dari berbagai khasanah pengetahuan itu. Inilah makna
guru sebagai pembaharu, dia harus memperbarui seluruh “bahasa”
dari karya agung manusia itu sehingga dapat dipahami lebih mudah
olegh muridnya.
f. Guru sebagai Pemandu
Pembelajaran adalah suatu wisata, wisata yang berjalan dari
suatu pos pengetahuan satu menuju pos pengetahuan yang lain, dari
suatu kompetensi dasar menuju kekompetensi dasar yang lain.
Sebagai pemandu, guru menetapkan tujuan, arah dan aturan atau
ketentuan perjalanan sesuai dengan keinginan dan kemampuan para
siswa.
g. Guru sebagai Pelaksana Tugas Rutin
Satu hal yang penting dicamkan, iklim belajar yang amat
diperlukan bagi tercapainya situasi pembelajaran produktif dan
efektif amat ditentukan oleh hadirnya rasa tenteram dan kesenangan,
konsistensi untuk mengerjakan tugas-tugas rutin semacam itu.
h. Guru sebagai Insan Visioner
Guru adalah seorang visioner, insan yang memiliki visi pribadi
dan dituntut untuk mampu memberikan ilham kepada muridnya agar
memiliki visi tentang kemuliaan dan kebesaran.
i. Guru sebagai Pencipta

30
Guru adalah seorang yang tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa dan dibentuk oleh pengalamannya. Karena pengalaman
selalu berubah, maka sebagaimana halnya orang dewasa yang lain,
guru selalu diciptakan dan dibentuk oleh kedewasaannya sendiri. Di
dalam proses “penciptaannya”, guru juga sedang membentuk,
mempengaruhi dan “menciptakan” seorang anak yang sedang
tumbuh dan berkembang, dan biasanya proses penciptaan itu secara
otomatis sering dilandasi cetakan pengalamannya sendiri.
j. Guru sebagai Orang yang Realistis
Guru adalah seorang yang berani menghadapi kenyataan. Ia
adalah seorang yang menyadari bahwa ada kekuasaan yang jauh
lebih besar dari pada dirinya yang mengatur seluruh hidup dan
kehidupannya.
k. Guru sebagai Penutur Cerita dan Seorang Aktor
Guru pada predikatnya sebagai pembawa suara hari manusia,
memberi nafas kehidupan baru kepada kehidupan masa lalu dengan
berperan sebagai penutur cerita.
l. Guru sebagai Pembongkar Kemah
Guru adalah seorang pembongkar kemah. Membongkar kemah
adalah suatu idiom, makna sesungguhnya adalah suatu pola pikir
atau sikap mental yang nonsistematis, berani mengambil resiko
untuk meninggalkan cara berpikir dan sikap pandang lama yang
sudah mapan.
m. Guru sebagai Peneliti
Guru adalah seorang peneliti,pencari tahu segala sesuatu.
Sebagai manusia sudah menjadi fitrah bawaannya bahwa ia
dilahirkan penuh oleh semangat kuriositas, rasa ingin tahu.
n. Guru sebagai Penilai
Manusia adalah makhluk penilai,dengan demikian tugas guru
sebagai penilai adalah tidak terelakan.

31
B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab seorang guru diantaranya adalah menciptakan
suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk
senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Tugas seorang guru itu
mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut: guru memiliki tugas yang
beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut
meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan
kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
a. Tugas seorang guru dapat diartikan dalam arti luas sebagai berikut:
 Menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan
bersemangat.
 Memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang
kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan.
 Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
 Mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan.
 Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
 Sebagai orangtua kedua yang memiliki artian pengganti orang tua di
lingkungan sekolah.
 Merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
b. Tanggung jawab guru sebagai berikut:
 Tanggungjawab guru, yaitu guru sebagai pengajar, guru sebagai
pembimbing, dan guru sebagai administrator.

32
 Memiliki tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan
pengajaran.
 Memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang
dihadapi.
 Menjalinan antara pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
 Merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-
kegiatan belajar dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang diinginkan.
 Turut serta membina kurikulum sekolah.
 Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan
jasmaniah).

C. Guru Pada Abad Modern


Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi
berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya
secara profesional, sementara kondisi riil di lapangan masih sangat
memprihatinkan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas guru.
Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang masih
kompleks di era global ini.
Secara umum, sebagaimana diungkapkan oleh Tilaar (1995), pada masa
Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, masyarakat tidak dapat lagi menerima
guru yang tidak profesional. Hal ini sesuai dengan rekomendasi UNESCO,
yang ditekankan pada tiga tuntutan yaitu:
1. Guru harus dianggap sebagai pekerja profesional yang memberi layanan
kepada masyarakat.
2. Guru dipersyaratkan menguasai ilmu dan keterampilan spesialis.
3. Ilmu dan keterampilan tersebut diperoleh dari pendidikan yang
mendalam dan berkelanjutan.
Bertitik tolak dari rekomendasi tersebut serta profil guru pada saat ini,
seharusnya guru pada abad 21 benar-benar merupakan guru yang
profesional, agar mampu menghadapi tantangan abad 21. Untuk itu,

33
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial,
serta kompetensi pedagogik seorang guru perlu dikembangkan sehingga
mampu mendidik siswa yang mempunyai kemampuan memprediksi dan
menanggulangi.
1. Tantangan Guru Abad 21
Guru pada abad 21 dan abad selanjutnya ditantang untuk
melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan
komunikasi. Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas, pada abad ini
harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi.
Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :
a. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang
memiliki beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa.
b. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk
mengkonstruksi makna (konsep).
c. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
d. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
e. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan
baru mengenai kemampuan.
f. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
g. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Lebih lanjut, Yahya (2010) menambahkan tantangan guru di Abad 21
yaitu:
a. Pendidikan yang berfokus pada character building.
b. Pendidikan yang peduli perubahan iklim.
c. Enterprenual mindset.
d. Membangun learning community.
e. Kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan
kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills).
Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah
guru yang profesional yang memiliki kualifikasi akademik dan

34
memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional,
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial yang kualifaid.
 Kompetensi profesional
1. Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi: Menguasai
subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya.
2. struktur dan materi kurikulum bidang studi.
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran.
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas.
 Kompetensi pedagogic
Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:
1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan
kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya.
3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik.
4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang
mendidik.
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran.
7. Merancang pembelajaran yang mendidik.
8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.
9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
 Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa.

35
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur
bahasa yang baik.
4. Mengevaluasi kinerja sendiri.
5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
 Kompetensi sosial
Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang
tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan
masyarakat.
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat.
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional dan global.
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur
bahasa yang baik.
Guru yang profesional selain memiliki empat kompetensi tersebut di
atas, menurut Prof.Dr.Haris Supratno memiliki ciri-ciri profesional
sebagai berikut:
1. Memiliki wawasan global holistik.
2. Memiliki daya ramal ke depan.
3. Memiliki kecerdasan, kreatifitas dan Inovasi.
4. Memiliki kemampuan bermasyarakat.
5. Menguasai IPTEK.
6. Memiliki jiwa dan wawasan kewirausahaan.
7. Memiliki akhlakul karimah.
8. Memiliki keteladanan.
9. Bekerja secara efisien dan efektif.

36
10. Menguasai bahasa asing.
2. Karakteristik Guru Abad 21
Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal.
Sebagai konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti
perkembangan alam dan zaman akan semakin tertinggal sehingga
tidak bisa lagi memainkan perannya secara optimal dalam mengemban
tugas dan menjalankan profesinya.
Guru di abad 21 memiliki karakteristik yang spesifik dibanding dengan
guru pada abad-abad sebelumnya. Adapun karakteristik yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas
keimanan dan ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan
budaya di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam
memandang berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
Masih terkait dengan harapan-harapan yang digayutkan di pundak
setiap guru, H. Muhammad Surya, Ketua Umum Pengurus Besar
PGRI, mengemukakan ada sembilan karakteristik citra guru yang
diidealkan. Masing- masing adalah guru yang :
1. Memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketaqwaan yang mantap.
2. Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan
tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek.
3. Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain.
4. Memiliki etos kerja yang kuat.
5. Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir.

37
6. Berjiwa profesionalitas tinggi.
7. Memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material dan nonmaterial.
8. Memiliki wawasan masa depan.
9. Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa
diperhatikan, yaitu :
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal.
2. Sikap memelihara citra profesi.
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi.
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi.

3. Ciri-Ciri Guru Abad 21


Menghadapi tantangan abad 21, diperlukan guru yang benar-
benar profesional. Tilaar (1998) memberikan ciri-ciri agar seorang
guru terkelompok ke dalam guru yang profesional. Masing-masing
adalah :
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang.
2. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik.
3. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat.
4. Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan.
5. Menguasai subjek (kandungan kurikulum).
6. Mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran &
pembelajaran).
7. Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka.
8. Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology).
9. Memiliki kemahiran konseling.

4. Kecakapan Utama Guru Abad 21

38
a. Akuntabilitas dan Kemampuan Beradaptasi
Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan
dan diucapkan harus dapat dipercaya oleh orang lain.
b. Kecakapan Berkomunikasi
Kecakapan ini meliputi : memahami, mengelola, dan
menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi
baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan multimedia.
c. Kreatifitas dan Keingintahuan Intelektual
Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual tersebut
mencakup: mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan
responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
d. Berpikir Kritis dan Berpikir dalam Sistem
Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak
berdasarkan fakta yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai
dari identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan
timbul dari suatu perbuatan tersebut, berusaha untuk memberikan
penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan
yang rumit serta selalu memahami dan menjalin interkoneksi antara
sistem.
e. Kecakapan Melek Informasi dan Media
Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan
menantang, maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang
ini guru harus mampu menganalisa, mengakses, mengelola,
mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam
berbagai bentuk dan media.
f. Kecakapan Hubungan AntarPribadi dan Kerjasama
Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru
juga dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan
kepemimpinan, mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggungjawab, mampu bekerja secara produktif dengan yang lain,

39
mampu menempatkan empati pada tempatnya, serta mampu
menghormati perspektif yang berbeda dengan pendiriannya.
g. Identifikasi Masalah, Penjabaran, dan Solusi
Dalam menghadapi masalah sekecil apapun guru tidak boleh ceroboh
dalam menanggapinya. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikan masalah dengan baik.
h. Pengarahan Pribadi
Sebagai guru tentu setiap harinya menghadapi siswa yang perilakunya
bermacam-macam. Oleh karena itu guru dituntut memiliki
kemampuan dalam memonitor pemahaman diri dan mempelajari
kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran, menemukan sumber-
sumber belajar yang tepat, serta mentransfer pembelajaran dari satu
bidang ke bidang lainnya.
i. Tanggung Jawab Sosial
Orang tua/masyarakat menyekolahkan anaknya di suatu sekolah
mempunyai harapan agar anaknya berubah, baik dari segi prilaku
maupun kecakapan kompetensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang
yang dituntut mempunyai kompetensi sosial, maka tanggung jawab
dalam bertindak guru harus mengutamakan kepentingan masyarakat
yang lebih besar, menunjukkan perilaku etis secara pribadi, pada
tempat kerja, dan hubungan antarmasyarakat.

5. Keterampilan Guru Abad 21


Menurut International Society for Technology in Education
karakteristik keterampilan guru abad 21 dimana era informasi menjadi
ciri utamanya, membagi keterampilan guru abad 21 kedalam lima
kategori, yaitu :
1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas siswa,
dengan indikator diantaranya adalah sebagai berikut :

40
 Mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran
kreatif dan inovatif.
 Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia nyata (real world) dan
memecahkan permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber-
sumber digital.
 Mendorong refleksi siswa menggunakan tool kolaboratif untuk
menunjukan dan mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan
konseptual dan proses kreatif siswa.
 Memodelkan konstruksi pengetahuan kolaboratif dengan cara
melibatkan diri belajar dengan siswa, kolega, dan orang-orang lain
baik melalui aktifitas tatap muka maupun melalui lingkungan virtual.

2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessmen


era digital, dengan indikator sebagai berikut :
 Merancang atau mengadaptasi pengalaman belajar yang tepat yang
mengintegrasikan tools dan sumebr digital untuk mendorong belajar
dan kreatifitas siswa.
 Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi yang
memungkinkan semua siswa merasa ingin tahu dan menjadi partisipan
aktif dalam menyusun tujuan belajarnya, mengelola belajarnya sendiri
dan mengukur perkembangan belajarnya sendiri.
 Melakukan kostumisasi dan personalisasi aktifitas belajar yang dapat
memenuhi strategi kerja gaya belajar dan kemampuan menggunakan
tools dan sumber-sumber digital yang beragam.
 Menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai
dengan standar teknologi dan konten yang dapat memberikan
informasi yang berguna bagi proses belajar siswa maupun
pembelajaran secara umum.

3. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital, dengan


indikator sebagai berikut :

41
 Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer
pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.
 Berkolaborasi dengan siswa, sejawat, dan komunitas menggunakan
tool-tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan
inovasi siswa.
 Mengkomunikasikan ide/gagasan secara efektif kepada siswa, orang
tua, dan sejawat menggunakan aneka ragam format media digital.
 Mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif daripada
tool-tool digital terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan
memanfaatkan sumber informasi tersebut untuk mendukung penelitian
dan belajar.

4. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat


digital, dengan indikator diantaranya sebagai berikut :
 Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis
dalam menggunakan teknologi informasi digital, termasuk
menghagrai hak cipta, hak kekayaan intelektual dan dokumentasi
sumber belajar.
 Memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan
akses yang memadai terhadap tool-tool digital dan sumber belajar
digital lainnya.
 Mendorong dan mencontohkan etika digital tanggung jawab interkasi
sosial terkait dengan penggunaan teknologi informasi.
 Mengembangkan dan mencontohkan pemahaman budaya dan
kesadaran global melalui keterlibatan/partisipasi dengan kolega dan
siswa dari budaya lain menggunakan tool komunikasi dan kolaborasi
digital.

5. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional,


dengan indikator sebagai berikut :

42
 Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali
penerapan teknologi kreatif untuk meningkatkan pembelajaran.
 Menunjukkan kepemimpinan dengan mendemonstrasikan visi infusi
teknologi, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan
penggabungan komunitas, dan mengembangkan keterampilan
kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain.
 Mengevaluasi dan merefleksikan penelitian-penelitian dan praktek
profesional terkini terkait dengan penggunaan efektif daripada tool-
tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan pembelajaran.
 Berkontribusi terhadap efektifitas, vitalitas, dan pembaharuan diri
terkait dengan profesi guru baik di sekolah maupun dalam komunitas.
6. Peranan Guru Abad 21
Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru
memasuki abad ke-21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan
dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan
melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi
Internasional UNESCO untuk Pendidikan, yaitu:
 learning to know
 learning to do
 learning to be
 learning to live together
Jika dicermati keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk
kreatif, bekerja secara tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan
kemampuannya. Berdasarkan tuntutan tersebut seorang guru akhirnya
dituntut untuk berperan lebih aktif dan lebih kreatif.
1. Guru tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai produk, tetapi
terutama sebagai proses. Dia harus memahami disiplin ilmu
pengetahuan yang ia tekuni sebagai ways of knowing. Karena itu lebih
dari sarjana pemakai ilmu pengetahuan tetapi harus menguasai
epistimologi dari disiplin ilmu tersebut.

43
2. Guru harus mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai
pribadi yang sedang dalam proses perkembangan, baik cara
pemikirannya, perkembangan sosial dan emosional, maupun
perkembangan moralnya.
3. Guru harus memahami pendidikan sebagai proses pembudayaan
sehingga mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi yang
memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan,
nilai, sikap, dalam proses memperlajari berbagai disiplin ilmu.
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang
berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi
pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang
psikologis.

 Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi


pendidikan, guru berperan sebagai :
1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa
suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya.
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin.
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik.
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda
yang akan menjadi pewaris masa depan.
7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk
menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat.

44
 Di pandang dari segi diri pribadinya (self oriented), seorang guru
berperan sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar
secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan
keilmuannya.
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi
setiap peserta didik di sekolah.
4. Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh para peserta didik.
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik
diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.

 Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai:


1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang
memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
2. Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human relations),
artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan
suasana hubungan antarmanusia, khususnya dengan para peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu membentuk atau
menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai
tujuan pendidikan.
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang
mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang
baik.
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru
bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta
didik

45
BAB VI
BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA

A. Hakikat Belajar

1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai
kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Dalam
keseluruhan proses pendidikan disekolah kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan dan
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar
yang dilakukan siswa sebagai anak didik.
Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Untuk mendapatkan
sesuatu seseorang harus melakukan usaha agar apa yang di inginkan dapat
tercapai. Usaha tersebut dapat berupa kerja mandiri maupun kelompok
dalam suatu interaksi.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam suatu situasi.
Definisi hakikat belajar menurut beberapa ahli :

46
1. Skinner, dalam bukunya yang berjudul Educational Physchology : The
Teaching-Learning Process berpendapat bahwa belajar merupakan
suatu proses adaptasi dan penyesuaian tingkah laku yang progresif.
2. Chaplin, dalam bukunya Dictionary of Psychology membatasi belajar
menjadi dua rumusan, yang pertama: belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang menetap. Sedangkan rumusan yang
kedua: belajar merupakan proses memperoleh respons-respons sebagai
adanya latihan khusus.
3. Hintzman, dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam
diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman
yang mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
4. Wittig, dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan
belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai
suatu hasil pengalaman.
5. Raber, dalam kamus modern susunannya, Dictionary of Psychology
memberikan dua pengertian tentang belajar, pertama: belajar adalah
proses memperoleh pengetahuan. Kedua: belajar yaitu perubahan yang
bereaksi relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
6. Hillgard, mendefinisikan belajar sebagai upaya pengorganisasian
perubahan dalam merespons suatu situasi.
7. Morgan, mengungkapkan belajar sebagai perubahan perilaku yang
relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman masa lalu.
2. Ciri-Ciri Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa
perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar menurut
Djamarah (2002:15 16) sebagai berikut:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar

47
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan selalu bertambah dan tertuju
memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha
belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang
diperoleh.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat
saja seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya.
Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar suatu
sebagai hasil ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan.

B. Hakikat Menagajar

1. Pengertian Mengajar
Menurut Sagala (2012:9) mengajar adalah membantu (mencoba
membantu) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan
dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang
belajar. Artinya mengajar pada hakikatnya suatu proses, yakni prose
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga
menumbuhkan dan mendorong siswa belajar. Kemudian pengertian yang

48
lebih luas menurut Sardiman (2012:48), mengajar diartikan sebagai suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan ana, sehingga terjadi proses belajar. Atau
dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif
untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu
diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak
secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.
Pengertian mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok
dalam mengajar itu adalah menyediakan pembelajaran yang kondusif
dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah.
Berikut ini adalah definisi mengajar menurut beberapa ahli,
diantaranya :
1. Arifin, mendefinisikan mengajar sebagai rangkaian kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,
menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
2. Tyson dan Carrol, berpendapat bahwa mengajar adalah sebuah cara
dan sebuah proses berhubungan timbal balik antara siswa dan guru
yang sama-sama aktif melakukan kegiatan belajar tersebut.
3. Nasution, menerangkan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya kepada anak, sehingga terjadi proses belajar.
4. Tardif, mengemukakan bahwa mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang dengan tujuan membantu atau memudahkan
orang lain.

C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran perlu dibuat guru apabila indikator mengandung
tuntutan kerja yang belum operasional (tidak mudah diukur). Hal ini yang
menentukan perlunya dibuat tujuan pembelajaran adalah jika materi dalam
indikator terlalu luas. Selain itu ada kalanya dalam indikator terkandung
tuntutan keterampilan yang lain. Pada prinsipnya, tujuan pembelajaran

49
(instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi,
dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tertentu. Atau bisa juga sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi
(Kurniasih dan Sani, 2014:14). Tujuan pembelajaran adalah tercapainya
perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan tersebut dirumuskan dalam
bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk digaris
bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan
tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini
mengandung implikasi bahwa setiap pereencanaan pembelajaran seyogyanya
dibuat secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan tujuan pembelajaran
dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana
Syaodih (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pemvbelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar
mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan
belajarnya secara lebih mandiri.
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran.
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran atau sering
dikanl deengan istilah SME, mendeskripsikan bahwa pendekatan ini akan
menciptakan pembelajaran yang spesifik sesuai dengan bidangnya.
Pendekatan ini lebih mempertimbangkan apa yang harus dipelajari tentang
materi tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa identifikasi tujuan pembelajaran
melalui pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran, mengandung makna
sebagai pengetahuan dan pengertian berdasarkan informasi yang diterima.
Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan penguraian isi pembelajaran.

50
Pendekatan ini lebih menetapkan berdasarkan fakta-fakta dari masalah yang
ditampilkan, tapi sebuah asumsi menyatakan bahwa frekuensi akan
mempengaruhi masalah seperti siswa yang berada dalam kelas ungul tetapi
tidak belajar dengan tipr yang benar atau tidak sesuai dengan isi
pembelajaran. Pendekatan ini sering terjadi jika “tipe yang benar dan sesuai
dengan isi pembelajaran” sesuai dengan isi standar kurikulum dan bagan
kerja, perangkat pembelajaran, pelatihan manual, dan lain sebagainya.
Masalah pada pendekatan ini, harus sesuai dengan standar isi dimana tidak
banyak yang sesuai atau tidak ada jalan keluar yang cukup mampu untuk
organisasi atau kebutuhan sosial. Tujuan khusus melalui pendekatan tugas
akan valid jika melalui perencanaan yang tepat dan melalui latihan dengan
petugas yang ahli dalam pelatihan tersebut atau jika pendesain pembelajaran
dapat melatih pemhaman dan kecakapan untuk mengkonfirmasi atau
mengubah tujuan pembelajaran setelah menemukan fakta. Pendekatan yang
keempat yaitu pendekatan pada teknologi penampilan, dimana dalam tujuan
pembelajaran disusun dalam menanggapi masalah atau kesempatan dalam
sebuah struktur. Tidak ada pertimbangan atas gagasan sebelumnya dari apa
yang harus dipelajari dari apa yang akan termasuk dalam tujuan pembelajaran
atau dalam kenyataan adanya kebutuhan untuk semua pembelajaran.
Pendesain terlibat dalam analisis pelaksanaan dan proses asesmen kebutuhan
untuk mengidentifikassi masalah dengan tepat, dimana hal tersebut bukanlah
tugas yang mudah. Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan
salah satu tugas penting gutu dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam
prespektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan
bahwa salah satu komponen dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang didalamnya
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Agar proses pembelajaran
dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu
menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan tegas.

51
Dengan harapan dapat memberikan pemahaman kepada para guru agar dapat
merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas dari mata pelajaran
yang menjadi tanggung jawabnya. Salah satu sumbangan terbesar dari aliran
psikologi Behaviorisme terhadap pembelajaran bahwa pembelajaran
Seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran
pertama kali dikemukakan oleh B,F. Skinner pada tahun 1950. Kemudian
diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 kemudian sejak pada tahun 1970
hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir diseluruh lembaga
pendidikan di dunia, termasuk Indonesia. Merujuk pada tulisan Hamzah B.
Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa
tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp
(1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran
suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan
hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan
pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil
belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .

D. Teori-Teori Belajar
Untuk mengetahui teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para
ahli, Syaiful Bahri Djamarah (2008:17—26) menjelaskan sebagai berikut.
1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Para ahli ilmu jiwa mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia
mempunyai daya-daya.Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia.
Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya
sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal.
Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berfikir,
daya fantasi, dan sebagainya.

52
Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih semua daya itu,
untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cara
menghafal kata-kata atau angka istilah-istilah asing dan melatihnya
dengan memecahkan permasalahannya dari yang sederhana sampai yang
kompleks, untuk meningkatkan daya fantasi seseorang harus
membiasakan diri merenungkan sesuatu dengan usaha tersebut maka
daya-daya itu dapat tumbuh dan berkembang dan tidak lagi bersifat laten
(tersembuyi) di dalam diri.
Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang di
dapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka.Penguasaan bahan yang
bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian, walaupun begitu, teori ini
dapat digunakan untuk menghafal rumusan dalil, kata-kata asing dan
sebagainya.Oleh karena itu, menurutnya para ahli ilmu jiwa daya, bila
ingin berhasil dalam belajar, latihlah semua daya yang ada di dalam diri.
2. Teori Tanggapan
Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang
teori belajar yang dikemukakan oleh ilmu jiwa daya.Herbart adalah
orang yang mengemukakan teori tanggapan. Menurut Herbart, teori
yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi
daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh karena itu,
Herbart mengajukan teorinya, yaitu teori tanggapan.Menurutnya
unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.
Menurut teori tanggapan, belajar adalah memasukan
tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-
jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai, sedikit
tanggapan berarti dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai
berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan
dalam otaknya.
Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan,
maka belajar adalah masukan kesan-kesan ke dalam otak dan

53
menjadikan orang pandai, kesan dimaksud disini tentu berupa ilmu
pengetahuan yang di dapat setelah belajar.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh
Koffka dan Kohler dari Jerman.Teori ini berpandangan bahwa
keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian.Misalnya seorang
pengamat yang mengamati seseorang dari kejauhan.Orang yang
jauh itu pada mulanya hanyalah satu titik hitam yang terlihat
bergerak semakin dekat dengan si pengamat.Semakin dekat orang
itu dengan si pengamat maka semakin jelas terlihat bagian-bagian
atau unsur-unsur anggota tubuh orang tersebut. Si pengamat dapat
berkata bahwa orang itu mempunyai kepala, tangan, kaki, dahi,
mata, hidung, mulut, telinga, baju, celana, sepatu, kacamata, jam
tangan, ikat pinggang, topi dan lain sebagainya.
Dalam belajar, menurut teori belajar yang terpenting adalah
penyesuaian, pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan
yang tepat.Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang
harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar
dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukan
sejumlah kesan belajar dengan insight (pengertian) adalah sebagai
berikut:
a. Insight tergantung dari kemampuan dasar;
b. Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan
(dengan apa yang dipelajari);
c. Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian
rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati;
d. Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari
langit;
e. Belajar dengan insight dapat diulangi;
f. Insight dapat digunakan untuk menghadapi situsi yang baru.
4. Teori Belajar dari R. Gagne

54
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua
definisi.Pertama, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah
laku. Kedua, belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari
oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the
domainds of learning, yaitu sebagai berikut ini.
a. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan,
misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil,
mengetik huruf dan sebagainya.
b. Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara
inilah yang disebut "kemampuan intelektual". Misalnya,
membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yanag
sejenis.
c. Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan dengan berbicara, menulis,
menggambar, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk
mengatakan sesuatu itu perlu inteligensi.
d. Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal
(internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat
dan berfikir.Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan
intelektual, karena ditujukan ke dunia luar dan tidak dapat
dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan
perbaikan-perbaikan terus-menerus.
e. Sikap

55
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-
ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan
verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam
proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil
dengan baik.
5. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori Sarbond. Sarbond
singkatan dari stimulus, respons, dan bond. Stimulus berarti
rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond berarti
dihubungkan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan
tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah
asosiasi.
Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya
terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-
unsurnya.Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep
keseluruhan.Misalnya, sepeda.Konsep sepeda diberikan untuk
kendaraan roda dua tanpa mesin bemula dari sekumpulan bagian-
bagian yang dirangkai menjadi satu kesatuan komponen yang
bersistem, menurut fungsi, dan peranannya masing-masing.
Bagian-bagian yang membentuk konsep sepeda itu diantaranya
adalah pedal, stang, lonceng, rem, ban luar dan dalam, tempat
duduk, jari-jari, lampu dan rantai. Dari aliran ilmu jiwa asosiasi
ada dua teori yang sangat terkenal, yaitu teori konektionisme dari
Thorndike dan teori conditioningdari Ivan P. Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Thorndike adalah orang yang mengemukakan teori
konektionisme.Dari penelitiannya dia menyimpulkan respons
lepas dari kurungan itu lambat lain diasosiasikan dengan situasi
stimulus dalam belajar coba-coba, triad and error.Inilah
kesimpulan Thorndike terhadap perilaku binatang dalam
kurungan.

56
Respons benar lambat laun tertanam atau diperkuat melalui
percobaan yang berulang-ulang.Respons yang tidak benar
diperlemah atau tercabut.Gejala ini disebut substitusi respons.
Teori itu juga dikenal dengan nama kondisioning instrumental,
karena pemilihan suatu respons itu merupakan alat atau
instrumen bagi memperoleh ganjaran.
Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya
dari hasil-hasil penelitiannya, ketiganya adalah hukum efek,
hukum latihan, dan hukum kesiapan.
1. Hukum efek
Hukum ini menyebutkan bahwa keadaan
memuaskan menyusul respons memperkuat pautan antara
stimulus dan tingkah laku.Sedangkan keadaan yang
menjengkelkan memperlemah pautan itu.Thorndike
kemudian memperbaiki hukum efek itu. Sehingga hukuman
tidak sama pengaruhnya dengan ganjaran dalam belajar.
2. Hukum latihan
Hukum ini menjelaskan keadaan seperti dikatakan
pepatah ―latihan menjadi sempurna‖. Dengan kata lain
pengalaman yang diulang-ulang akan memperbesar
timbulnya respons (tanggapan) yang benar, akan tetapi
pengulangan-pengulangan yang tidak disertai keadaan yang
memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.
3. Hukum kesiapan
Hukum ini melukiskan syarat-syarat yang
menentukan keadaan yang disebut ―memuaskan, atau
menjengkelkan‖ itu.Secara singkat, pelaksanaan tindakan
sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat
menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang-halangi
pelaksanaan tindakan atau memaksanya menimbulkan
kejengkelan.

57
E. Tipe-Tipe Belajar
Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne
(1985) mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut
adalah:

1. Belajar Isyarat (Signal Learning)


Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
karena adanya tanda atau isyarat. Misalnya berhenti berbicara Ketika
mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak boleh
ribut; atau berhenti mengendarai sepeda motor di perempatan jalan pada
saat tanda lampu merah menyala.

2. Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning)


Belajar stimulus-respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan
dari luar. Misalnya, menendang bola ketika ada bola di depan kaki,
berbaris rapi karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing
menggonggong di belakang, dan sebagainya.
3. Belajar Rangkaian (Chaining Learning)
Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus
respon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan
perilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-
dingin, ibu-bapak, kaya-miskin, dan sebagainya.
4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning)
Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan
bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal. Misalnya
perahu itu seperti badan itik atau kereta api seperti keluang (kaki seribu)
atau wajahnya seperti bulan kesiangan.
5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)
Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda,
suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan
hal-hal yang jumlahnya banyak itu. Misalnya, membedakan jenis

58
tumbuhan atas dasar urat daunnya, suku bangsa menurut tempat
tinggalnya, dan negara menurut tingkat kemajuannya.
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data
yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang
abstrak. Misalnya, binatang, tumbuhan dan manusia termasuk makhluk
hidup; negara-negara yang maju termasuk developed-countries; aturan-
aturan yang mengatur hubungan antar-negara termasuk hukum
internasional.
7. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan/hukum terjadi bila individu menggunakan beberapa
rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang
diberikan sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari
data tersebut menjadi suatu aturan. Misalnya, ditemukan bahwa benda
memuai bila dipanaskan, iklim suatu tempat dipengaruhi oleh tempat
kedudukan geografi dan astronomi di muka bumi, harga dipengaruhi oleh
penawaran dan permintaan, dan sebagainya.
8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai
konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya,
mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk
perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi
jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Urutan jenis-jenis belajar tersebut merupakan tahapan belajar yang
bersifat hierarkis. Jenis belajar yang pertama merupakan prasyarat bagi
berlangsungnya jenis belajar berikutnya. Seorang individu tidak akan
mampu melakukan belajar pemecahan masalah apabila individu tersebut
belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan seterusnya.

59
BAB VII
PERENCANAAN MENGAJAR

A. Pengertian Perencanaan Mengajar

Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri atas dua


kata, yakni kata perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berasal dari
kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bahwa perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan
(merancangkan), sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Sementara Herbert Simon mendefinisikan perencanaan adalah sebuah


proses pemecahan masalah, yang bertujuan adanya solusi dalam suatu
pilihan. Bintoro Cokroamijoyo menyebut perencanaan adalah proses
mempersiapkan kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan utuk
mencapai tujuan tertentu. Sedang Hamzah B. Uno menjelaskan
perencanaan sebagai suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan
dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang
antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Jadi, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses pemecahan


masalah dengan mempersiapkan secara sistematis yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan


pembelajaran sebagai suatu proses kerjasama, tidak hanya menitikberatkan
pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa
secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan.

60
Dari pengertian perencanaan dan pembelajaran yang telah diuraikan di
atas, maka juga dapat disimpulkan pengertian dari perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara
rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu perubahan
tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang hatus dilakukan sebagai upaya
pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan
sumber belajar yang ada.

Dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa perencanaan


pembelajaran mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir

b. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa


sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

c. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang


harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

1. Komponen Perencanaan Pembelajaran

Pada dasarnya komponen perencanaan pembelajaran ada


3, yaitu : a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran merupakan komponen utama yang terlebih


dahulu harus dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar, karena
dengan perencanaan itu akan ditunjukkan tujuan yang harus dicapai
(visi,misi dan sasaran). Dengan kata lain, tujuan adalah arah yang
mempersatukan kegiatan pembangunan, tanpa adanya tujuan kegiatan
pembelajaran/ pendidikan tidak akan berarti dan tidak terkandali.
Tujuan merupakan cita-cita (harapan) atau visi – misi atau sasaran dan
merupakan hal yang abolut dan tidak dapat ditawar lagi.

b. Bagaimana Perencanaan Itu Dimulai

61
Perencanaan harus dimulai dari titik yang pasti, dalam arti tidak
dimulai dari nol sama sekali, melainkan dimulai dari tingakat yang
telah dicapai selama ini. Disini mangindikasikan bahwa pendidikan
itu bersifat continue, yang dalam pelaksanaanya pun harus
mengembangkan apa yang telah dicapai sebelumnya, tak ubahnya
dalam perencanaannya.

c. Cara Pencapain Tujuan

Cara pencapaian tujuan merupakan alternatif cara atau upaya untuk


mencapai tujuan dari titik berangkat yang telah ditentukan itu. Upaya
ini dapat saja berbentuk pendekatan, kebijakan, juga strategi yang
kemungkinannya sedikit banyak tergantung pada kemamuan untuk
memilih man yang paling tepat dan efektif untuk mencapai tujuan
tersebut.

2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi diantaranya seperti


dijelaskan berikut :

a. Fungsi kreatif

Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan


dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai
kelemahan yang ada sehingga akan dapat meningkatkan dan
memperbaiki program.

b. Fungsi Inovatif

Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya


kelemahan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami proses
yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan diprogram
secara utuh.

62
c. Fungsi selektif

Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang


dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi
selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang
dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.

d. Fungsi Komunikatif

Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada


setiap orang yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan
pihak eksternal seperti orang tua dan masyarakat.

e. Fungsi prediktif

Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan


berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang
akan diperoleh.

f. Fungsi akurasi

Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap


waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu,
dapat menghitung jam pelajaran efektif.

g. Fungsi pencapaian tujuan

Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga


membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang dalam
aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan.
Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara seimbang.

h. Fungsi kontrol dan evaluatif

Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan


bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran.

63
Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi
pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan
dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan
program pembelajaran selanjutnya.

3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan pengertian-pengertian perencanaan pembelajaran di


atas dapat ditarik suatu penegasan, bahwa perencanaan pembelajaran
adalah sebagai kegiatan yang terus menerus dan menyeluruh, dimulai dari
penyusunan suatu rencana, evaluasi pelaksanaan dan hasil yang dicapai
dari tujuan yang sudah ditetapkan.

Sementara dalam prakteknya, pengembangan perencanaan pembelajaran


harus memperhatikan prinsip-prinsip sehingga proses yang ditempuh dapat
dapat dilaksanakan secara efektif, diantara prinsip-prinsip tersebut adalah:

a. Kompetensi yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran harus


jelas, makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin
tepat kegiatan- -kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk
kompetensi tersebut.

b. Perencanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat


dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan
kompetensi siswa

c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam perencanaan


pembelajaran harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi yang
telah ditetapkan.

d. Perencanaaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan


menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.

4. Manfaat Perencanaan Pembelajaran

64
Ada beberapa manfaat yang didapat dari perencanaan pembelajaran :

a. Melalui proses perencaan yang matang kita akan terhindar dari


keberhasilan yang untung-untungan

b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah

c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat

d. Perencaaan akan membeuat pemebelajaran sistematis

Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu


guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani
kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan
sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses


belajar mengajar yaitu:

a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan

b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap
unsur yang terlibat dalam kegiatan

c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun
unsur murid

d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap


saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja

e. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja

f. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

5. Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Dibawah ini dijelaskan beberapa kriteria penyusunan perencanaan


pembelajaran : a. Signifikansi

65
Bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar
prosespembelajaran berjala efektif dan efisien

b. Relevan

Bahwa perencanaan yang kita susun memiliki kesesuaian baikinternal


maupun eksternal

c. Kepastian

Bahwa perencanaan pembelajaran tidak lagi memuat pilihan – pilihan


akan tetapi berisi langkah – langkah pasti yang dapat dilakukan secara
sistematis dimana guru menentukan langkah – langkah yang sesuai dan
dapa diimplementasikan

d. Adaptibilitas
Perencanaan pembelajaran hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku

e. Kesederhanaan

Sederhana disini maksudnya bahwa perencanaan pembelajaran harus


mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan tidak rumit

f. Prediktif
Perencanaan dapat menggambarkan ”apa yang akan terjadi,
seandainya...” .

6. Jenis-jenis Perencanaan Pembelajaran

a. Perencanaan Permulaan (Preliminary Planning)

Perencanaan ini sangat diperlukan oleh guru- guru baru dan guru
yang baru mulai tugasnya disuatu skekolah. Dari tugasnya ini perlu
mengadakan serangkaian penyesuaian diri terhadap situasi- situasi
baru, membantu murid dalam belajar, memberi kesan yang
menyenangkan bagi murid, sehingga menjadi betah bersekolah.

b. Perencanaan Tahunan

66
Perencanaan tahunan berfungsi sebagai rencana jangka panjang.
Langkah – langkahnya :

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Menyusun skor pelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

3) Mengorganisasikan isi pelajarandalam bentuk masalah – masalah


atau unit – unit atau minat siswa

4) Menentukan metode mengajar.

c. Perencanaan Hari Pertama

Dalam rencana ini memuat : melaksanakan hal- hal yang bersifat rutin,
prosedur dan bahan pengajaran, pengaturan tempat duduk murid, cara
pendekata guru dengan murid dan lain- lain.

d. Perencanaan Terus Menerus

Di maksudkan untuk merevisi rencana yang telah dibuat sebelumnya,


karena rencana yang telah disusun sebelumnya itu masih dalam
tartaran garis besarnya saja. Juga dalam perencanaan ini merupakan
kelanjutan dari perencanaan yang sebelumnya.

e. Perencanaan Bersama (Resource Unit)

Dalam perencanaan ini, penyusunan rencana menjadio tanggung jawab


bersama dari semua guru, kepala sekolah, penilik, dan pengawas.
Mereka bersama- sama dalam suatu kelompok kerja menyusun suatu
rencana yang luas yang dapat menjadi pegangan para guru.

f. Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan

Sebelum membuat perencanaan dengan murid, guru terlebih dahulu


menyusun pre- planning dan telah mengadakan penjajakan sebelumnya
tentang kebutuhan dan minat murid, sehingga pre- planning itu dapat

67
sejalan dengan keiinginan mereka dan menghindari perubahan-
perubahan yang tidak perlu.

g. Perencanaan Jangka Panjang

Rencana ini berisikan rencana harian dan mingguan untuk setiap mata
pelajaran, dan untuk rencana mingguan dibuat secara garis besarnya
saja.
Aspek-aspeknya antara lain :

1) Perumusan tujuan- tujuan pembelajaran

2) Memilih isi dan kegiatan belajar

3) Mengorganisasi isi menjadi unit-unit. Belajar

4) Menyusun unit- unit belajar

5) Mengadakan seleksi atas prosedur- prosedur mengajar

6) Mempertimbangkan metode evaluasi yang akan digunakan

7) Perencanaan pengajaran unit

8) Perencanaan harian dan mingguan.

h. Rencana Kerja Harian

Rencana kerja harian terdiri dari dua kegiatan, yaitu; resitasi dan
directed study. Dimana kedua kegiatan tersebut sangat berkaitan erat
dengan unit dan tujuan pembelajaran.
B. Langkah-langkah Pembuatan Rencana Pembelajaran

1. Merumuskan Tujuan

Dalam merancang pembelajaran tugas guru yang utama dalah


merumuskan tujuan pembelajara khusus beserta materi pelajarannya.
Rumusan tujuan pembelajaran menurut Bloom (1956) harus mencakup 3
aspek :

a. Domain Kognitif

68
Pada domain kognitif, tujuan pembelajaran berkaitan dengan aspek
intelektual siswa, melalui penguasaan pengetahuan dan informasi
mengenai data dan fakta, konsep, generalisasi, dan prinsip. Semakin
kuat seseorang dalam menguasai pengetahuan dan informasi, maka
semakin mudah seseorang dalam melaksanakan aktivitas belajar.

b. Domain Afektif

Domain afektif adalah domain yang berhubungan dengan penerimaan


dan apresiasi seseorang terhadap suatu hal dan perkembagan mental
yang ada dalam diri seseorang.

c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah domain yang menggambarkan kemampuan
dan ketrampilan seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja atau
performance yang berupa ketrampilan fisik dan ketrampilan non fisik.
Ketrampilan fisik adalah ketrampilan seseorang untuk mengerjakan
sesuatu dengan menggunakan oto, sedangkan ketrampilan nonfisik
adalah ketrampilan seseorang dalam menggunakan otak sebagai alat
utama dalam mengerjakan dan memecahkan suatu permasalahan.

2. Pengalaman Belajar

Memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan


tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya mencatat dan menghafal akan
tetapi proses berpengalaman, sehingga siswa harus didorong secara aktif
untuk melakukan kegiatan tertentu, mencari dan menemukan sendiri fakta.
Ada kalanya proses pembelajaran juga dilakukan dengan simulasi dan
dramatisasi. Tujuan yang hendak dicapai tidak hanya sekedar untuk
mengingat, tapi juga menghayati suatu peran tertentu yang berkaitan
dengan perkembangan mental dan emosi siswa. Ada kalanya siswa juga
diberi kesempatan untuk belajar secara berkelompok yang memberikan
pengalaman pada siswa untuk mampu bersosialisasi dengan orang lain.

69
3. Kegiatan Belajar Mengajar

Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai, pada dasarnya guru


dapat merancang melalui penedekatan kelompok atau individual.
Pendekatan kelompok adalah pembelajaran yang dirancang dengan
menggunakan pendekatan klasikal, yakni pembelajaran di mana setiap
siswa belajar secara berkelompok baik kelompok besar maupun kelompok
kecil. Pendekatan Pembelajaran individual adalah pembelajaran di mana
siswa belajar secara mandiri melalui bahan ajar yang dirancang demikian
sehingga siswa dapat belajar menurut kecepatan dan kemampuan masing-
masing.

4. Orang-orang Yang Terlibat

Perencanaan pembelajaran bertanggung jawab dalam menentukan orang


yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Orang-orang yang
terlibat dalam pembelajaran khususnya yang berperan sebagai sumber
belajar meliputi guru dan juga tenaga profesional. Peran guru dalam proses
pembelajaran adalah sebagai pengelola pembelajaran. Agar guru dapat
melaksanakan fungsi dan tugasnya secara maksimal, maka guru harus
memiliki kemampuan untuk berbicara dang berkomunikasi dengan
menggunakan berbagai media. Selain itu, guru juga berperan sebagai
pengatur lingkungan belajar yang memberikan pengalaman belajar yang
memadai bagi siswa. Guru dituntut untuk dapat mendesain dan mengatur
lingkungan agar siswa dapat belajar dngan penuh semangat sesuai dengan
gaya belajarnya masing-masing.

70
5. Bahan dan Alat

Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dari sistem


perencanaan pembelajaran. Penentuan bahan dan alat dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Keberagaman kemampuan intelektual siswa

b. Jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus


dicapai siswa

c. Tipe-tipe media yang diproduksi dan digunakan secara khusus

d. Berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan


pembelajaran

e. Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan

f. Fasilitas fisik yang tersedia.

6. Fasilitas Fisik

Fasilitas fisik merupakan faktor yang juga akan berpengaruh terhadap


keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas,
pusat media, laboratorium, dan lain-lain. Guru dan siswa akan bekerja
sama menggunakan bahan pelajaran, memanfaatkan alat, berdiskusi, dan
lain sebagainya dan kesemuanya itu dapat digunakan melalui proses
perencanaan yang matang melalui pengaturan secara profesional termasuk
adanya dukungan finansial sesuai dengan kebutuhan.

7. Perencaaan Evaluasi dan Pengembangan

71
Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan perencanaan
pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Evaluasi terhadap hasil belajar siswa akan memberikan informasi :

a. Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran

b. Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti


pengalaman belajar

c. Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus

d. Kelemahan – kelemahan instrumen yang digunakan untuk mengukur


kemampuan siswa mencapai tujuan pembelajaran

Perlu diperhatikan juga hal yang tidak kalah pentingnya dalam


penyusunan perencanaan pembelajaran, yaitu memperhatikan hal – hal
yang harus dipersiapkan : a. Memahami kurikulum

b. Menguasai bahan pengajaran

c. Menyusun program kerja

d. Melaksanakan program kerja

e. Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang


telah dilaksanakan.

Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum menyusun


langkah-langkah pembelajaran :

a. Menidentifikasi faktor pendukung dan penghambat

b. Ketersediaan sumber belajar

c. Merumuskan Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

d. Memilih dan menetapkan isi dan muatan (bahan ajar)

e. Merencanakan dan memperkirakan kebutuhan waktu yang sesuai.

72
BAB VIII
METODE DALAM PEMBELAJARAN

A. Jenis-jenis Metode dalam Pembelajaran


Pengertian metode pembelajaran (learning methods) adalah suatu proses
penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan teratur oleh tenaga pengajar atau guru. Metode pembelajaran
juga diartikan sebagai suatu strategi atau taktik dalam melaksanakan kegiatan
belajar dan mengajar di kelas yang diaplikasikan oleh tenaga pengajar sehingga
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Jenis –
Jenis metode Pembelajaran yaitu :

1. Metode Pembelajaran Ceramah

Metode pembelajaran ini memposisikan guru sebagai fokus, sebagai


sumber belajar. Sedangkan siswa sebagai pendengar. Metode ceramah
merupakan sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000).
2. Metode Pembelajaran Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan


barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah
( 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

3. Metode Pembelajaran Diskusi

73
Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan
masalah (problem solving). Metode ini biasanya dilaksanakan secara
berkelompok, masing-masing kelompok diberi masalah yang harus
dipecahkan sediri. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan pengarah
jalannya diskusi.

4. Metode Pembelajaran Laboratorium

Metode ini sering pula disebut sebagai metode percobaan karena proses
pembelajaran dilaksanakan di laboratorium. Metode percobaan adalah
metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful
Bahri Djamarah, (2000). Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen
adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan
tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.

5. Metode Pembelajaran Pengalaman lapangan

Metode pembelajaran ini dilaksanakan disuatu tempat yang berkaitan


dengan materi pelajaran. Pada umumnya dengan mengunjungi tempat-
tempat wisata seperti wisata alam dan wisata laut. Kemudian siswa
diarahkan untuk membuat laporan perjalanan, kegiatan dan hal-hal yang
telah direncanakan sebelumnya oleh guru dan siswa.Menurut Djamarah
(2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah,
untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan
sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya
dengan melihat kenyataannya.

6. Metode Pembelajaran Brainstorming

74
Metode brainstorming atau sering disebut dengan metode curah pendapat
merupakan metode pembelajaran untuk mencari dan menemukan
pemecahan masalah (problem solving). Metode ini bertujuan untuk melatih
siswa mengekspresikan gagasan- gagasan baru menurut daya imajinasinya,
dan untuk melatih daya kreativitas berpikir siswa.(Suciati, 1997).Suciati
(dalam Suparman:1997) menuliskan metode brainstorming adalah model
pembelajaran untuk mencari suatu pemecahan masalah (problem solving)
yang dapat digunakan dalam penyusunan program, manual kerja, dan
sebagainya. Metode ini juga sering disebut “badai otak” yang dipergunakan
untuk menggambarkan proses berpikir yang dinamis dan terjadi pada saat
seseorang menanggapi suatu masalah.

7. Metode Pembelajaran Debat

Metode pembelajaran debat pada hakikatnya untuk meningkatkan


kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket
pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Kemudian
melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Selanjutnya guru
dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat
dalam prosedur debat.

8. Metode Pembelajaran Penugasan

Metode pembelajaran penugasan adalah metode pembelajaran dengan cara


pemberian tugas yang dilakukan oleh guru kepada siswa yang dapat
dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, serta dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok.

B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang


mengutamakan eksistensi kelompok. Setiap siswa dalam kelompok

75
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah)
dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda dan memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kolaborasi dalam memecahkan masalah untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif ialah hasil belajar akademik siswa


meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya,
serta pengembangan keterampilan sosial.

b. Hasil belajar akademik.

c. Penerimaan perbedaan individu.

d. Pengembangan keterampilan sosial.

3. Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai


berikut:

e. Setiap anggota kelompok (siswa) memiliki bertanggung jawab atas


semua yang dilakukan dalam kelompoknya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) harus tahu bahwa semua anggota
kelompok memiliki tujuan yang sama.
g. Setiap anggota kelompok (siswa) harus berbagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota kelompok.
h. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.

i. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan


membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
pembelajaran.

76
j. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta bertanggung jawab
secara individual atas materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.

4. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :


a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif melengkapi materi
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan berbeda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari berbagai ras, budaya,
suku dan memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan lebih ditekankan dalam kelompok daripada masing-
masing individu. Dalam pembelajaran kooperatif diskusi dan
komunikasi dikembangkan dengan tujuan agar siswa berbagi
kemampuan, belajar satu sama lain untuk berpikir kritis, berbagi
pendapat, saling memberikan kesempatan untuk menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, menilai kemampuan dan peran
mereka sendiri dan teman-teman teman lain.
5. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
a. Menyampaikan tujuan serta memotivasi siswa. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang
ingin dicapai dan memotivasi siswa.
b. Penyajian informasi. Guru memberikan informasi kepada siswa.
c. Atur siswa menjadi kelompok belajar. Guru memberi tahu
pengelompokan siswa.
d. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi dan memfasilitasi
pekerjaan siswa dalam kelompok belajar kelompok.
e. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

77
pembelajaran yang telah diterapkan.
f. Berikan penghargaan. Guru menghargai hasil belajar individu dan
kelompok.

6. Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif


Elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Jonson and
Smith,1991; Anita Lie, 2004):
a. Saling ketergantungan positif.
b. Tanggung jawab perseorangan.
c. Tatap muka.
d. Komunikasi antar anggota.
e. Evaluasi.

7. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif


Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Di sini
akan diuraikan secara ringkas masing-masing pendekatan tersebut.
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD,
juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi
verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi
kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai
suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan
diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa

78
diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor
perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor
mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar
penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim
dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor
perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada
kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria
tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

b. Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.
Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan
STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang
dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka.
Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit
daripada pendekatan yang lebih terpusat pada guru.
Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang
heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu.
Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada
seluruh kelas.
c. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-
kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan
lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan
struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

79
siswa.
Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di
mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa
memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur
yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan
kooperatif, daripada penghargaan individual.
Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan
isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan
keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur
yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together,
yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau
untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan
active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang
dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.
d. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins
(Arends, 2001). Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara
keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering
disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif.
C. Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi di dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari (Depdiknas, 2002). Menurut Johnson (2008)

80
metode pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan
yang bertujuan menolong para siswa melihat makna dari materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-
subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka,
yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya. Pengetahuan
dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Menurut Suherman (2003) pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang di mulai dengan mengambil (mempraktekkan,
menceritakan, berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata
kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke dalam
konsep yang dibahas. Menurut Johnson (2008) pembelajaran
kontekstual adalah suatu konsep tentang pembelajaran yang membantu
guru-guru untuk menghubungkan isi bahan ajar dengan situasi dunia
nyata serta penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam kegiatan
belajar yang dituntut dalam pelajaran.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sementara siswa
memperoleh pengetahuan dari konteks yang terbatas.

b. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Beberapa komponen dari pembelajaran kontekstual (depdiknas, 2002)


yaitu:

a. Kontruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan

81
CTL. Pandangan dari kontruktivisme ini bahwa siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar. Dasar pembelajaran tersebut harus dikemas
menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Guru-guru pada dasarnya telah menerapkan filosofi ini dalam
pembelajaran sehari-hari dan bentuk terbatas, namun perlu
dikembangkan lagi lebih banyak. Strategi dalam pandangan
konstruktivisme lebih diutamakan, dibandingkan seberapa banyak
siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan cara:

1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

2. Memberi kesempatan pada siswa menemukan dan menerapkan


idenya sendiri.

3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri


dalam belajar.
b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran


berbasis CTL. Pengertian dari menemukan ini adalah inquiry,
prinsip ini mempunyai seperangkat siklus, yaitu observasi,
bertanya, mengajukan, dugaan, mengumpulkan data, dan
menyimpulkan. Sebagai sebuah modul pembelajaran, prinsip
inquiry sangat tepat bagi penanaman konsep yang membutuhkan
kerja eksplorasi dalam bentuk induktif. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri. Nurhadi
(2003) menyatakan bahwa langkah-langkah inquiry adalah:

1. Merumuskan masalah.

2. Mengamati atau melakukan observasi.

82
3. Bertanya dan menduga.

4. Menganalisis dan menyajikan hasil-hasil penemuan dalam


bentuk gambar, bagan, laporan, tabel dan hasil kerja lainnya.
5. Mengkomunikasikan hasil karya atau temuan kepada pembaca,
teman sekelas, guru atau audien lain.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir
siswa. Salah satu kegiatan dalam bentuk formalnya adalah
mengawali, menguatkan, dan menyimpulkan sebuah konsep.
Bentuknya bisa dilakukan guru langsung kepada siswa atau justru
memancing siswa untuk bertanya kepada guru, kepada siswa lain,
atau kepada orang lain secara khusus. Kegiatan ini sangatlah
menunjang setiap aktivitas belajar. Bukankah pengetahuan yang
dimiliki seseorang biasanya dimulai dari“bertanya”.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain (antara teman sejawat,
antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu).
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga
meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Prakteknya dalam pembelajaran dapat terwujud dalam
pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli
ke kelas dan lain-lain.
e. Pemodelan (Modelling)

Suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada


model yang bisa ditiru. Model tersebut dapat berupa, cara
mengoperasikan sesuatu, melafalkan bunyi, cara menemukan kunci

83
dalam bacaan, dan lain-lain. Jika seorang siswa pernah
memenangkan lomba baca puisi siswa itu ditunjuk untuk
mendemonstrasikan keahliannya di depan teman sekelasnya maka
siswa itu dikatakan sebagai model.
f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalaah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajarai atau
berfikir ke belakang tentang hal – hal yang telah dilakukan pada
masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas,
atau perkembangbiakan secara vegetatif seorang siswa merenung
“bearti menanam biji pohon jambu teman saya itu dalah cara yang
kurang tepat,mestinya saya canngkok saja agar rasanya sama’’.
Pembelajaran guru hendaknya menyisakan waktu refleksi, misalnya
pernyataan langsung twntang hal – hal yang baru diperoleh, kesan
dan saran, diksusi, catatan atau jurnal di buku siswa.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)


Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran,
oleh karena itu assessment dilakukan sepanjang proses dan kegiatan
nyata yang dilakukan siswa saat melakukan pembelajaran.
Kemajuan belajar tidak hanya dinilai dari hasil ujian tertulis, tapi
dari proses yang dinilai dari berbagai cara.

c. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Strategi Pembelajaran Kontekstual Beberapa strategi pembelajaran


kontekstual (Nurhadi,2003) diantaranya sebagai berikut :

a. Pemecahan masalah, penyajian masalah yang nyata kepada siswa


bertujuan agar siswa berfikir secara kritis dalam rangka mencari dan
menemukan pemecahannya melalui berbagai sumber belajar.

84
b. Kebutuhan pembelajaran terjadi diberbagai konteks, misalnya
rumah, masyarakat, dan tempat kerja. Bagaimana dan dimana siswa
memperolah dan memunculkan pengetahuannya menjadi sangat
berarti dan pengalaman belajarnya ini akan diperkaya jika mereka
mempelajari berbagai macam keterampilan di dalam konteks lain
yang bervariasi (rumah, keluarga, masyarakat, tempat kerja dan
sebagainya).

c. Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa,


sehingga menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated
learner) untuk selanjutnya menjadi pembelajar sepanjang
hayat (life long education) yang mampu mencari,
menganalisa dan menggunakan berbagi macam informasi.

d. Kondisi siswa sangat heterogen dalam hal nilai, adat


istiadat, sosial, dan perspektif. Perbedaan tersebut
dimanfaatkan sebagai pendorong dalam belajar sekaligus
akan menambah dalam kompleksitas pembelajaran
kontekstual.

e. Mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya dan


bersama-sama dengan saling ketergantungan
(interdependent learning group). Kenyataan setiap orang
selalu hidup dalam kebersamaan yang saling
mempengaruhi dan berkontribusi terhadap pengetahuan
dan kepercayaan orang lain.

f. Menggunakan penilaian autentik (authentic assessment),


artinya penilaian sejalan dengan proses pembelajarannya
bahwa pembelajaran telah terjadi secara menyatu dan
memberikan kesempatan dan arahan kepada siswa untuk
maju dan sebagai alat kontrol untuk melihat kemajuan
siswa dan umpan balik bagi pembelajaran.

85
86
BAB IX
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Media Pembelajaran

Pengertian media pembelajaran adalah media yang digunakan untuk membantu


merangsang pikiran, perasaan, kemampuan dan perhatian siswa dalam proses
belajar mengajar di kelas. Media tersebut dapat berupa alat ataupun bahan
mengajar.

Dalam pengertian lain, media pembelajaran adalah bahan, alat atau segala sumber
daya yang digunakan dalam proses penyampaian informasi guru kepada murid.
Baik berbentuk fisik ataupun piranti lunak.

87
Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli

 Menurut H. Malik (1994), Pengertian Media Pembelajaran adalah segala


sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan
perasaan.
 Menurut Gerlach dan Ely (1971) Media belajar merupakan alat-alat
grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
 Menurut Latuheru, Definisi media pembelajaran adalah bahan, alat atau
teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud
agar proses interaksi, komunikasi, edukasi antara guru dan siswa dapat
berlangsung secara tepat guna dan berdaya. 

 Kesimpulan: Pengertian Media Pembelajaran adalah alat, bahan atau


segala sumber daya yang digunakan untuk menyampaikan materi-materi
pelajaran dari guru kepada murid-murid dalam proses kegiatan belajar
mengajar.

B. Karakteristik Media Pembelajaran


Media pembelajaran mempunyai karakteristik-karakteristik yang berbeda
antara satu dan lainnya. Karakteristik tersebut dikelompokan disesuaikan
dengan jenis dan juga penggunannya dalam proses kbm.

 Media Visual adalah media yang hanya dapat dilihat dan didalamnya
terdapat unsur unsur berupa bentuk, garis, tekstur dsb
 Media audio adalah media yang hanya dapat didengar. Isi pesan media ini
diterima melalui indra pendengaran atau telinga
 Media audio visual adalah media kombinasi audio dan visual ia dapat
menampilkan unsur verbal dan juga suara. Artinya ia dapat didengar dan
dilihat secara bersamaan

88
 Multimedia adalah media yang merangsang semuda indra dalam satu
kegiatan pembelajaran.

1. Fungsi Media Pembelajaran


Media pembelajaran mempunyai beragam fungsi. Secara definisi, fungsi-
fungsi tersebut kadang berbeda, semuanya tergantung siapa ahli yang
menjabarkannya. Berikut adalah fungsi media pembelajaran;

A. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Para Ahli (Levie & Lentz)

 Fungsi Atensi adalah menarik perhatian siswa agar semakin


berkonsentrasi dan memusatkan perhatian pada isi materi pelajaran
 Fungsi Afektif adalah kenyamanan siswa ketika belajar atau membaca.
Misalnya teks bergambar
 Fungsi Kognitif Mempermudah memahami dan mengingat informasi
 Fungsi Kompensantoris Mengakomodasi/membantu siswa yang lemah
dan lambat menerima pelajaran yang disajikan secara verbal atau teks

C. Fungsi Media Pembelajaran Secara Umum

1. Menarik Perhatian Siswa

Terkadang siswa kurang tertarik atau antusias terhadap suatu pelajaran


dikarenakan materi pelajaran yang sulit dan susah dicerna. Dengan media
pembelajaran, suasana kelas akan lebih fresh dan siswa dapat lebih
berkonsentrasi, terlebih ketika media pembelajaran yang digunakan bersifat
unik dan menarik.

2. Memperjelas Penyampaian Pesan

Dalam pelajaran, terkadang ada hal-hal berkonsep abstrak yang sulit bila
dijelaskan secara lisan. Misalnya bagian-bagian tubuh manusia. Dengan
media pembelajaran, seperti misalnya video, gambar ataupun kerangka

89
manusia tiruan. Siswa akan lebih jelas memahami apa yang dijelaskan oleh
guru di kelas.

3. Mengatasi Keterbatasan Ruang,Waktu dan Biaya

Ketika menjelaskan tentang misalnya hewan-hewan karnivora. Tidak


mungkin rasanya kita membawa Harimau, singa atau buaya kedalam kelas.
Dengan media pembelajaran seperti gambar, siswa mengerti apa yang
dimaksudkan guru walaupun belum melihat bentuk objek secara langsung.

2. Menghindari Kesalahan Tafsir

Ketika guru berbicara secara verbal, sudut pandang murid kadang


berbeda antara satu dengan lainnya dan maksud yang disampaikan guru
berbeda dengan pemahaman para murid. Dengan media pembelajaran tafsir
sebuah teori menjadi sama dan tidak ada kesalah pahaman informasi.

5. Mengakomodas iPerbedaanTipe Gay aBelajar Siswa

Manusia dibekali kemampuan berbeda-beda, termasuk dalam hal gaya


belajar. Dalam sebuah teori, setidaknya ada 3 tipe gaya belajar, yakni
Visual, auditori dan kinestetik. Dengan memperpadukan media
pembelajaran dalam bentuk audio, audio video, gambar atau tulisan. Siswa
yang lemah dalam menangkap pelajaran secara lisan bisa tertutupi dengan
media pembelajan lain yang lebih dia pahami.

6. Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran Secara Efektif

Dengan media pembelajaran, proses belajar mengajar dikelas diharapkan


sukses sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh tenaga pendidik
di kelas. Selain yang disebutkan diatas masih banyak fungsi-fungsi media

90
belajar lain yang dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti misalnya Fungsi
semantik, fungsi manipulatif, fungsi psikologis. fungsi motivasi, fungsi sosio
kultura dan lain sebagainya.

91
D. Macam-Macam Jenis Media Pembelajaran 

Media pembelajaran terbagi menjadi beberapa macam jenis. Diantara jenis jenis
media pembelajaran adalah sebagai berikut;

JENIS MEDIA CONTOH MEDIA PEMBELAJARAN

Media Cetak Buku, modul, majalah, gambar, poster, peta,


foto-foto, majalah dinding, papan planel, LKS,
guntingan koran, handout 

Media Audio Siaran radio, cd/dvd, podcast, lagu, musik, file


mp3, telepon, lab bahasa 

Media Audio Visual Film, televisi, video 

Multimedia Interaktif Game, aplikasi-aplikasi berbasis android dll.

92
E-Learning Udemy, codeacademy, ruangguru, zenius,
google classroom, dll

Media Realia Tumbuhan, bebatuan, pepohonan, mata uang


dll

1. Media Cetak (Print Out)

Media pembelajaran dalam bentuk cetak adalah media yang berasal dari teks,
gambar serta ilustrasi pendukung lainnya yang digunakan sebagai penyampai
informasi belajar.

Media cetak terbagi kedalam 3 golongan, yakni (1) media cetak lepas (buku,
modul, majalah, gambar, leaflet, handout dan foto-foto. (2) Media cetak
dipajang (poster, peta, papan planel, mading) dan (3) Media cetak
diproyeksikan seperti OHP atau slide proyektor.

2. Media Audio

Media audio adalah media berbasis suara. bunyi-bunyian dan kesan non-verbal.
Media pembelajaran ini cocok untuk siswa bertipe auditori. Contoh media
audio diantaranya radio, cd dvd player, mp3, game interaktif dll.

report this ad

3. Media Audio Visual

Media yang menayangkan gambar dan audio dalam waktu bersamaaan. Media
ini adalah media yang dapat didengar sekaligus dilihat.

93
4. Multimedia Interaktif

Multimedia Interaktif adalah media pembelajaran berbasis multimedia yang


dilengkapi alat pengontrol yang dapat dioperasikan pengguna sehingga alat
dapat memberi respon dan ada hubungan timbal-balik antara alat dan
pengguna.

5. E-Learning

E-learning adalah media pembelajaran berbasis elektronik yang memanfaatkan


komputer/laptop yang terhubung dengan jaringan komputer ataupun jaringan
internet. Media pembelajaran ini adalah media modern yang sudah banyak
diterapkan.

Elektronik learning atau e learning mencakup pembelajaran berbasis website,


mobile (m-learning) dan juga blended learning.

6. Media Realia

Media pembelajaran realita adalah alat atau benda yang terdapat dalam
kehidupan nyata. Umumnya benda ini adalah benda alam yang dapat
ditemukan disekitar tempat belajar atau dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
tumbuhan, bebatuan, pepohonan dsb. 

94
BAB X
PENILAIAN PENDIDIKAN

A. konsep penilaian

 Pengertian Penilaian, Penilaian adalah tindakan mengambil keputusan


terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk (bersifat kualitatif). Penilaian
berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada
ukuran baik dan buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan lain
sebagainya. 

Pengambilan keputusan atau data untuk penilaian ialah berupa atau berbentuk
kata-kata, seperti keterangan tentang kejadian, transkip wawancara, dari
dokumen tertulis. Kata-kata harus dibaca untuk artinya dan iluminasi artinya,
tafsiran kejadian dapat digambarkan sebagai tujuan pokok analisis data
kualitatif.

Data kualitatif juga mempunyai mempunyai kriteria yang perlu diketahui, yaitu
:

95
1. Kriteria kualitatif tanpa pertimbangan. Dalam menyusun kriteria
kualitatif tanpa pertimbangan, penyusun kriteria tinggal menghitung
banyaknya indikator dalam komponen, yang dapat memenuhi persyaratan.

2. Kriteria kualitatif dengan pertimbangan. Kriteria kualitatif dengan


pertimbangan disusun melalui dua cara, yaitu 1) kriteria kualitatif dengan
pertimbangan mengurutkan indikator dan 2) kriteria kualitatif dengan
menggunakan pembobotan .

 Pengertian Penilaian Pembelajaran, Penilaian merupakan suatu tindakan


pengambil keputusantu merupakan tentang sesuatu. Dan menilai ialah
mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berpegang pada ukuran baik dan
buruk. Jika dalam dunia pendidikan, maka Penilaian Pendidikan/Pembelajaran
adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan.
 Tujuan dan Fungsi Penilaian Pembelajaran, 
Dalam penilaian dijelaskan pula adanya tujuan atau fungsi Penilaian dan ciri-
ciri penilaian dalam Pendidikan.

Tujuan atau fungsi penilaian terbagi menjadi dua, penilaian berfungsi selektif
dan penilaian berfungsi diagnostik.

 Penilaian yang berfungsi selektif tujuannya adalah :


1. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.

2. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat


berikutnya.

3. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

4. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah,


dan sebagainya.

 Penilaian yang berfungsi diagnostik. Dengan adanya penilaian,


sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan

96
kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, maka
akan lebih mudah untuk dicari cara untuk mengatasinya.
 Penilaian Berfungsi Sebagai Penempatan. Untuk dapat menentukan
dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, perlu
digunakannya suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil
penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam
belajar.
 Penilaian Berfungsi Sebagai Pengukuran Keberhasilan. Fungsi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan. 
 Ciri-Ciri Penilaian dalam Pembelajaran, yaitu :

1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung.

2. Penggunaan ukuran kuantitatif. 

3. Penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang


tetap karena IQ 105 termasuk anak normal. Anak lain yang hasil
pengukuran IQ nya 80, menurut unit ukurannnya termasuk anak dungu.

4. Bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu
ke waktu lain.

5. Dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.


Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu :

 Terletak pada alat ukurnya

 Terletak pada orang yang melakukan penilaian

 Terletak pada anak yang dinilai

 Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung.

97
B. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan


informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap,
aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana
dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.

Sedangkan untuk mengukur ketercapaian menggunakan KKM (Kriteria


Ketuntasan Minimal). KKM SMA Muhammadiyah 2 Surabaya Tahun 2017 –
2018 adalah 75 dengan kategori sebagai berikut :

D = A = SANGAT
KKM C = CUKUP B = BAIK
KURANG BAIK

75 < 75 75 ≤ X ≤ 83 84 ≤ X ≤ 92 ≥ 93

Interval Predikat untuk KKM = 75

Interval Predikat

93 – 100 A

84 – 92 B

75 – 83 C

<  75 D

98
1.Penilaian  Hasil  Belajar  oleh  Pendidik  memiliki  tujuan untuk:

2.Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi;

3.Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi;

4.Menetapkan  program   perbaikan   atau   pengayaan berdasarkan tingkat


penguasaan kompetensi;

5.Memperbaiki proses pembelajaran.

C. Ketuntasan Minimal

Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM


adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan. Dalam menetapkan KKM,
satuan pendidikan  harus merumuskannya secara bersama antara kepala
sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya. KKM dirumuskan
setidaknya dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek: 

karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran


(kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya
dukung) pada proses pencapaian kompetensi. Secara teknis prosedur
penentuan KKM mata pelajaran pada satuan pendidikan dapat dilakukan
antara lain dengan cara berikut. 

a.  Menghitung jumlah KD setiap mata  pelajaran pada masing-masing


tingkat kelas dalam satu tahun pelajaran. 

b.  Menentukan nilai aspek karakteristik peserta didik (intake), karakteristik


mata pelajaran (kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan
pendidikan (daya dukung) dengan memperhatikan komponen-komponen
berikut.

99
1)  Karakteristik Peserta Didik (Intake) 

Karakteristik peserta didik (intake) bagi peserta didik baru (kelas VII)
antara lain  memperhatikan rata-rata nilai rapor SD, nilai ujian sekolah SD,
nilai hasil seleksi masuk peserta didik baru di jenjang SMP. Bagi peserta didik
kelas VIII dan IX antara lain diperhatikan rata-rata nilai rapor semester-
semester sebelumnya. 

2)  Karakteristik Mata Pelajaran (Kompleksitas) 

Karakteristik Mata Pelajaran (kompleksitas) adalah tingkat kesulitan dari


masing-masing mata pelajaran, yang dapat ditetapkan antara lain melalui 
expert judgment  guru mata pelajaran melalui forum Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah, dengan memperhatikan hasil analisis
jumlah KD, kedalaman KD, keluasan KD, dan perlu tidaknya pengetahuan
prasyarat. 

3)  Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) 

Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) meliputi antara lain


(1)kompetensi pendidik (misalnya nilai Uji  Kompetensi  Guru); (2) jumlah
peserta didik dalam satu kelas; (3) predikat akreditasi sekolah; dan (4)
kelayakan sarana prasarana sekolah. 
D. Penetapan Kriteria Ketuntasan (KKM)

Contoh Kriteria dan skala penilaian penetapan KKM. Untuk memudahkan


analisis setiap KD, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata
pelajaran. 

100
c.  Menentukan KKM setiap KD dengan rumus berikut

Misalkan:  

aspek daya dukung mendapat nilai 90 

aspek kompleksitas mendapat nilai 70 

aspek intake mendapat skor 65 

Jika bobot setiap aspek sama, nilai KKM untuk KD tersebut adalah sebagai
berikut: 

101
Dalam menetapkan nilai KKM KD, pendidik/satuan pendidikan dapat juga
memberikan bobot berbeda untuk masing-masing aspek.

Jika KD memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan in-take
peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah: 

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67. 

d.  Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan rumus:

102
BAB XI
SUPRERVISI PENDIDIKAN

A. Konsep dasar Superviasi


Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan
“vision” yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi
supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat
dalam hubungannya dengan masalah supervisi dapat diartikan dengan menilik,
mengontrol, atau mengawasi.

Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi
belajar-mengajar yang lebih baik. Orang yang melakukan supervisi disebut
dengan supervisor.

Dalam Dictionary of Education, Good Carter (1959) memberikan pengertian


bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin
guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran,
termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan
guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode, dan
evaluasi pengajaran (Sahertian,2008: 17).

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai


berikut :“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching
learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi
pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan
supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material,
technique, method, teacher, student, an envirovment).

Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan


ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu
mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.Supervisi dapat kita artikan
sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala

103
sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi
diartikan pula pembinaan guru.
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
A. Tujuan supervisi pendidikan

Adapun tujuan supervisi pendidikan dapat dirinci sebagai berikut :

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.

2. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah


sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan


yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan berhasil secara optimal.

4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.

5. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan dan


kekurangan, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi
sekolah sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.

Menurut Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai


bantuan dan kemudahan yang diberikan pada guru untuk belajar
bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan
belajar. Dengan supervise diharapkan kegiatan belajar mengajar jadi lebih
baik.

Sahertian (1981) mengemukakan tujuan supervisi adalah :

1). Membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan.

2). Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.

3). Membantu guru dalam menggunakan sumber pengalaman belajar


murid.

104
4). Membantu guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran
modern.

5). Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan murid.

6). Membantu guru dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan
guru itu sendiri.

7). Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru
dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.

8). Membantu guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan


tugas yang diperolehnya.

9). Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap,


masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber masyarakat dan
seterusnya.

10). Membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya
dalam pembinaan sekolah.

 Sasaran supervisi pendidikan

Sasaran supervisi pendidikan ada dua yaitu :

a. Secara umum sasarannya adalah proses pembelajaran peserta didik


dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Karena itu supervisi pendidikan menaruh perhatian utama pada upaya-
upaya peningkatan provesionalitas guru sehingga memiliki
kemampuan:

1). Merencanakan kegiatan pembelajaran,

2). Melaksanakan pembelajaran,

3). Menilai proses dan hasil pembelajaran,

105
4). Memanfaatkan hasil penilaian

5). Memberikan umpan balik,

6). Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan,

7). Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,

8). Mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu pembelajaran,

9). Memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia,

10). Mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode, dan teknik),

11). Melakukan penelitian praktis untuk perbaikan pembelajaran.

b. Secara khusus dapat diklasifikasikan:

1). Sasaran administratif (teknis administratif) misal perangkat


pembelajaran, meliputi administrasi personal, material, keuangan serta
administrasi sarana dan prasarana pendidikan.

2). Sasaran edukatif (teknis edukatif) misal pelaksanaan pembelajaran,


kegiatan yang meliputi kurikulum, PBM dan evaluasi.

3). Sasaran lembaga, yaitu ditujukan pada keseluruhan aktifitas sekolah.

C. Supervisi Pendidikan
A. Tugas Supervisi Pendidikan

Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang


pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas
perannya. Sesuai dengan pengertian hakiki supervisi, maka supervisi
berperan atau bertugas memberi support (supporting), membantu (assisting)
dan mengikutsertakan (sharing).

106
Selain itu, seorang supervisior bertugas sebagai:

a). Koordinator.

b). Konsultan.

c). Pemimpin Kelompok.

d). Evaluator .

Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas akademik, yakni


mencakup hal-hal berikut:

1). Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih


keras serta bersemangat dalam mengajar.

2). Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga


berlaku prinsip belajar tuntas, yaitu guru harus berupaya agar murid
benar-benar menguasai apa yang telah diajarkan dan tidak begitu saja
melanjutkan pengajaran ke tingkat yang lebih tinggi jika murid Belum
tuntas penguasaannya.

3). Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk mencapai tujuan


pengajarannya, dengan disertai bantuan (support) yang memadai bagi
keberhasilan tugasnya.

4). Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan sekolah mengenai


jenis dan tingkatan dari target output yang harus mereka capai
sehubungan dengan keberhasilan pengajaran.

5). Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian (assessment)


terhdap keberhasilan (efektifitas) mengajar guru, khususnya dalam
kaitannya dengan kesepakatan yang dibuat pada butir (4) di atas.

6). Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka pelaksanaan


butir-butir di atas, menyusun dokumentasi dan laporan bagi setiap

107
kegiatan, serta mengembangkan sistem pengelolaan data hasil
pengawasan.

7). Melakukan koordinasi serta membuat kesepakatan-kesepakatan yang


diperlukan dengan kepala sekolah, khususnya dalam hal yang
berkenaan dengan pemantauan dan pengendalian efektifitas pengajaran
serta hal yang berkenaan dengan akreditas sekolah yang bersangkutan.

B. Fungsi Supervisi Pendidikan

Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini


berbagai pendapat para tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:

a). Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program


pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.

b). Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan


terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga
kualitas kehidupan akan diperbaiki.

c). W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari
supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi hal belajar.

d). Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki


situasi belajar anak-anak.

Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinu sesuai dengan perubahan


masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan.Perubahan masyarakat
membawa pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran.Suatu
penemuan baru mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif
baru dalam bidang ilmu penegetahuan.

Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci


supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan
supervisi yang diberikan kepada guru-guru, menurut T.H. Briggs juga

108
merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru.

Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh swearingen,


terdapat 8 fungsi supervisi, yakni:

1. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.


Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk
mengikuti perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-
usaha sekolah yang makin menyebar, diantaranya:

a. Usaha tiap guru.

b. Usaha-usaha sekolah.

c. Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.

2. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah

Yakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki


ketrampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.

7. Memperluas Pengalaman
Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staf
sekolah, sehingga selalu anggota staf makin hari makin bertambah
pengalaman dalam hal mengajarnya.

8. Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif


Yakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-
anak, orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.

9. Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinu


Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki
bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara

109
mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan
kontinyu.

10. Menganalisa Situasi Belajar


Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi
kemungkinan bagi guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid
untuk mencapai tujuan pendidikan.

11. Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf


Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka
memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.

12. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan


Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok
agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran
akan kemampuan diri sendiri.
Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting,
sebagaimana tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang
menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan wewenag
penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan,
penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan.

.4. Prinsip-prinsip Dasar Supervisi Pendidikan

Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi


klinis, adalah:

1. Hubungan antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru
dengan mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh
tanggung jawab.

110
2. Diskusi atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada
data hasil pengamatan.

3. Bersifat interaktif, terbuka, obyektif dan tidak bersifat menyalahkan.

4. Pelaksanaan keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.

5. Hasil tidak untuk disebarluaskan

6. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap
berada di ruang lingkup pembelajaran.

7. Prosedur pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap


pelaksanaan (pengamatan) dan tahap siklus balikan.

Pancasila yang merupakan prinsip asasi merupakan landasan utama


pelaksanaan tugas sebagai supervisi. Selain delapan hal diatas prinsip
supervise dapat digolongkan menjadi 2 yaitu prinsip positif dan prinsip
negative. Prinsip positif adalah prisip yang patut diikuti oleh seorang
supervisi, sedangkan prinsip negatif merupakan prinsip yang sebaiknya
dihindari.

1). Prinsip positif

a). Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.

b). Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif.

c). Supervisi harus scientific dan efektif.

d). Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru.

e). Supervisi harus berdasarkan kenyataan.

f). Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk
mengadakan self-evaluation.

g). Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter.

111
h). Seorang supervisor tidak bolah mencari kesalahan guru-guru.

2). Prinsip Negatif

a). Tidak otoriter.

b). Tidak berasas kekuasaan.

c). Tidak lepas dari tujuan pendidikan.

d). Bukan mencari kesalahan.

e). Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil.

5. Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan

1. Tipe Otokrat

Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan


model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari
kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas
mengawasi pekerjaan guru.Supervisi ini dijalankan terutama untuk
mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah
sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh
atasannya.

2. Tipe Laisses Faire

Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi
bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada
supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya
tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar
sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi,
pemilihan metode ataupun alat pelajaran.

3. Tipe Coersive

112
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi.Sifatnya memaksakan
kehendaknya.Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik,
meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang
disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi
kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin
masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal.Contoh
supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar.Dalam
keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi
mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.

4. Tipe Training dan Guidance

Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan.Hal yang


positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan
latihan dan bimbingan dari kepala sekolah.Sedangkan dari sisi negatifnya
kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu
mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh
atasannya.

5. Tipe Demokratis 

Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan


kondisi dan situasi yang khusus.Tanggung jawab bukan hanya
seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau
didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing.

6. Tehnik-tehnik Supervisi Pendidikan

Teknik supervisi Pendidikan adalah atat  yang digunakan oleh supervisor untuk


mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan
perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.  Dalam
pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan
memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai

113
macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara
perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung
bertatap muka atau melalui media komunikasi (Sagala 2010 : 210).

Adapun teknik – teknik Supervisi adalah sebagai berikut  :

1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok

Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik  supervisi yang


dilaksanakan dalam pembinaan guru secara  bersama – sama oleh supervisor
dengan sejumlah guru dalam satu kelompok (Sahertian 2008 : 86).  Teknik
Supervisi yang bersifat kelompok antara lain : (Sagala 2010 : 210 - 227)

a. Pertemuan Orientasi bagi guru baru.

Pertemuan orientasi adalah pertemuan anatar supervisor dengan


supervise (Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee
memasuki suasana kerja yang baru dikutip menurut pendapat Sagala
(2010 : 210) dan Sahertian (2008 : 86). Sistem kerja yang berlaku di
sekolah itu.

b.  Rapat guru

Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang
dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara
meningkatkan profesi guru. (Pidarta 2009 : 71).

c.  Studi kelompok antar guru

Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti
MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar
kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal – hal yang tidak

114
ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan
ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.

d.  Diskusi

Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu


percakapan tentang suatu masalah untuk mencari alternatif
pemecahannya. Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok
yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan
pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan
dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain.
Melalui teknik ini supervisor  dapat membantu para guru untuk saling
mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga
secara bersama – sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan
masalah tersebut (Sagala 2010 : 213). 

e.  Workshop 

Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari


sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok.

f.   Tukar menukar pengalaman Tukar menukar pengalaman “Sharing of


Experince” suatu teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan
pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang
sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling
belajar satu dengan yang lain.

2. Teknik Individual dalam Supervisi 

Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216)
adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada

115
pribadi – pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah.
Teknik – teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain :

a. Teknik Kunjungan kelas

Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan


supervisor ke dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan
tujuan untuk membantu guru menghadapi masalah/kesulitan mengajar
selama melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Teknik Observasi Kelas

Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor


mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang
segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai
dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru yang
diobservasi.

c. Percakapan Pribadi 

 Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan


supervisornya, yang membahas tentang keluhan – keluhan atau
kekurangan yang dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana
di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya. Dalam percakapan
ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan
kekurangannya.

d. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)

Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju


dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah –
sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui
kiat – kiat yang telah diambil sampai seekolah tersebut maju.

e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.  

116
Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek – aspek belajar
mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru,
supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek – aspek
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor
harus mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang
digunakan guru untuk mengajar.

f. Menilai diri sendiri

Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini


dapat memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor
tersebut,yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan
belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan tugas yang
tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik karena selama
ini guru hanya menilai murid-muridnya

7. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Supervisi Pendidikan

Seperti telah dikemukakan, supervisi pendidikan bertujuan utnuk


membantu guru dalam memperbaiki proses belajar mengajar melaluyi
peningkatan kompetensi guru itu sendiri dalam melaksanakan tugas profesional
mengajarnya. Seperti juga berlaku untuk segala kegiatan, usaha bantuan ini
tidak akan berhasil apabila tidak ada keinginan untuk bekerjasama dan tidak
ada sikap kooperatif baik dari yang dibantu yaitu guru sendiri maupun
supervisor. Dengan demikian peranan guru terhadap berhasil tidaknya program
supervisi ini adalah sngat besar. Peranan guru dalam supervisi secara lebih rinci
dapat ditelusuri dari proses pelaksanaan supervisi itu sendiri.

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan


menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervise juga
harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi
belajar mengajar menjadi lebih baik .Meskipun tujuan akhir dari pemberian

117
supervisi adalah tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan
adalah bantuan kepada guru.Karena guru adalah pelaksana pendidikan.

8. Implementasi Guru Sebagai Supervisor

1. Guru Sebagai Contoh

Dalam The Professional Teacher, Norlander-Case, Reagen, dan Charles


Case  mengungkapkan bahwa tugas mengajar merupakan profesi moral yang
mesti dimiliki oleh seorang guru. Senada dengan prinsip tersebut, Zakiah
Darajat menyatakan bahwa persyaratan seorang guru di samping harus
memiliki kedalaman ilmu pengetahuan, ia juga bahkan mesti seorang yang
bertakwa kepada Allah dan mempunyai akhlak atau berkelakuan baik.

       Hal ini berarti bahwa syarat krusial bagi seorang guru adalah
kepribadiannya yang luhur, mulia, dan bermoral sehingga mampu menjadi
cermin yang memantulkan semua akhlak mulia tersebut bagi seluruh murid-
muridnya.  Dengan kata lain, seorang guru yang berkepribadian mulia
adalah seorang guru yang mampu memberi keteladanan bagi murid-
muridnya.

       Sebab, secara sederhana mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertakwa
sangat sulit atau tidak mungkin bisa mendidik murid-muridnya menjelma
orang-orang yang bertakwa kepada Allah. Begitu pula para guru yang tidak
memiliki akhlak yang mulia atau budi pekerti yang luhur tidak akan
mungkin mampu mendidik siswa-siswa mereka menjadi orang-orang yang
berakhlak mulia.

       Guru sebagai contoh bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan


kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh
aspek kehidupannya. Dalam paradigma sebagian pakar pendidikan,
kepribadian seorang guru tersebut meliputi:

Ø  kemampuan mengembangkan kepribadian

118
Ø  kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif bijaksana

Ø  kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.

Kompetensi kepribadian terkait pula dengan penampilan sosok guru


sebagai individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik,
bertanggungjawab, memiliki komitmen, dan menjadi teladan.

 Menjadi seorang guru yang mampu memberi contoh mengartikan bahwa


jabatan guru sebagai pilihan utama yang keluar dari lubuk hati yang paling
dalam.

2. Guru sebagai Proses Sharing Of Ideas

Guru sebagai Sharing of ideas mengartikan bahwa guru mempunyai bagian


dalam membicarakan pandangan ke depan tentang kemajuan sekolah.
Misalnya dalam penentuan metode mengajar yang cocok, media yang
digunakan, dan semua unsure dalam menunjang proses belajar.

3. Guru Dalam Merancang Supervisi Klinis

Johan J. Bolla ( 1985 : 19 ) mengatakan bahwa,  supervisiklinis adalah suatu


proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan
profesional guru dalam pelaksanaan proses pemelajaran. Bimbingan
diarahkan pada upaya pemberdayaan guru dalam menguasai aspek teknis
pemelajaran. Dengan bimbingan tersebut diharapkan terjadi peningkatan
kualitas pemelajaran.

             Pelaksanaan supervisiklinis menuntut perobahan paradigma guru dan


supervisor. Supervisi dilakukan bukan dalam kontek mencari kesalahan dan
kelemahan guru yang di supervisi. Antara guru yang disupervisi dengan
supervisor adalah mitra sejajar, bukan merupakan hubungan antara bawahan dan
atasan dan atau hubungan antara guru dengan murid. Secara kemitraan keduanya

119
menganalisis proses pemelajaran yang telah dirancang dan disepakati, kemudian
dicarikan alternatif pemecahan permasalah yang ditemui dalam proses
pemelajaran tersebut agar dapat ditingkatkan kualitasnya.

120
BAB XI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Definisi Penelitian Tindakan Kelas


Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah
penelitian tindakan (action research) . Oleh karena itu, untuk memahami
pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih
dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai
negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di
bidang ilmu sosial dan humaniora . Orang-orang yang bergerak di bidang itu
dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan di
lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah
direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran praktik sosial mereka (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal
ini, penelitian tindakan memiliki kawasan yang lebih luas daripada PTK.
Penelitian tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu di luar pendidikan,
misalnya dalam kegiatan praktik bidang kedokteran, manajemen, dan industri
(Basrowi & Suwandi, hal. 25). Bila penelitian tindakan yang berkaitan pada
bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka
penelitian tindakan tindakan ini disebut PTK.[1]

    Tindakan ini di kalangan pendidikan dapat diterapkan pada sebuah kelas


sehingga sering disebut Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research).

Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut,maka ada


tiga pengertian yang dapat diterangkan:

1. Penelitian-menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan


menggunakan cara-cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh

121
data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal
yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan--- menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan


dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan.

3. Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan ‘kelas'
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. 

       Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1)


penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan
arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan umum yang terdapat
dalam penelitian tindakan guru adalah penonjolan tindakan yang
dilakukannya sendiri, misalnya guru memberikan tugas kelompok kepada
siswa. Pengutaraan kalimat seperti itu kurang pas. Seharusnya guru
menonjolkan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa
mengamati proses mencair es yang ditempatkan di panci tertutup dan panci
terbuka, atau di dalam gelas. Siswa juga diminta membandingkan dan
mencatat hasilnya.[3] Dengan kata lain, guru melaporkan berlangsungnya
proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka pada
proses yang terjadi, dan sebagainya.

B. Tujuan dan Syarat Penelitian Tindakan Kelas

Dewasa ini perkembangan masyarakat berlangsung dengan cepat, tuntutan


akan pendidikan yang berkualitas pun semakin meningkat oleh karena itu kita

122
sebagai guru yang dengan kata lain merupakan praktisi lapangan di dunia
pendidikan dituntut dapat lebih cepat untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
tersebut dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Oleh karena itu guru
sebagai praktisi lapangan dituntut untuk terus- menerus mencari dan mencoba
hal-hal baru yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui penelitian
tindakan kelas, pendidik dapat meningkatkan dan memperbaiki layananan
pendidikan yang dalam hal ini adalah segala yang terjadi dalam proses belajar
mengajar di kelas. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tujuan utama PTK 
adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam
menangani proses belajar di dalam kelas. Tujuan itu dapat dicapai dengan
melaukakan tindakan alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Fokus penelitian ini terdapat pada tindakan yang direncanakan oleh guru, yang
selanjutnya akan diterapkan pada peserta didik, kemudian dievaluasi apakah
berhasil atau tidak.

C. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas


Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik
tentang penelitian tindakan, perlu kiranya difahami bersama prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi apabila sedang melakukan penelitian tindakan
kelas.Dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya,kiranya
apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-prinsip
dimaksud adalah sebagai berikut. 

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin.


Mengapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak
dapat dijamin akan dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh
karena itu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus,
tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

2.   Adanya kesadaran untuk memperbaiki diri

123
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia
tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu
yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan
terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara,
karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang
susul menyusul. Dengan kata lain, penelitian tindakan dilakukan bukan
karena ada paksanaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas
dasar sukarela, dengan senang hati, karena menunggu hasilnya yang
diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, yang dirasakan belum
memuaskan dan perlu ditingkatkan.

3.  SWOT sebagai dasar berpijak

Penelitian tindakan harus dimulai dari melakukan analisis SWOT, terdiri


dari unsur-unsur S (Strength) - kekuatan, W (Weaknesses) - kelemahan, O
(Opportunity) - kesempatan, dan T (Threat) - ancaman. Empat hal tersebut
dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai
tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal yang disebutkan, penelitian
tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara kondisi
yang ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru
sebelum menentukan jenis tindakan yang akan dicobakan, memerlukan
pemikiran yang matang.

4.   Upaya empirik dan sistemik

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan


telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan
penelitian tindakan, sudah mengikuti prinsip empirik (terkait dengan
pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan
keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Jika
guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang
sarana pendukung dan hal-hal yang terkait dengan cara baru tersebut.

5.  Ikuti SMART dalam perencanaan

124
SMART adalah kata bahasa Inggris artinya cerdas, akan tetapi dalam
proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf
bermakna.

• S - Specific, khusus, tidak terlalu umum

• M- Managable, dapat dikelola, dilaksanakan

• A - Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau

- Achievable, dapat dicapai, dijangkau

• R - Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan

• T - Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.

Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal- hal


yang disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus
khusus, tidak sulit dilakukan, dapat diterima oleh subjek yang dikenai
tindakan dan lingkungan, nyata bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang
dikenai tindakan. Selain itu yang sangat penting adalah bahwa tindakan
tersebut sudah tertentu jangka waktunya. Penelitian tindakan dapat
direncanakan dalam waktu satu bulan, satu semester, atau satu tahun.

D. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya.
PTK memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut:

1. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau
nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam
kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian, PTK
didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses
belajar-mengajar di kelas.

2. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK


yang dilakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan

125
masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasnya melalui suatu
tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses
pembelajaran di kelasnya. PTK akan dilaksanakan jika guru sejak awal dan
dini menyadari ada permasalahan dalam peraktik pembelajaran sehari-hari
yang dihadapi guru. Jika guru merasa bahwa apa yang dilakukannya dikelas
dalam PBM tidak bermasalah PTK tidak diperlukan. Dengan kata lain, PTK
diperlukam jika guru merasa ada yang tidak beres dalam PBM dikelas dan
ia merasa perlu untuk memperbaiki secara profesional.

3. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK


dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
PBM yang dilakukan oleh guru di kelasnya. Dengan peningkatan mutu
pendidikan secara makro. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik
kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.

4. Ciclic (siklus). Konseo tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui


urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus
dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan,
melakukan tindakan pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.

5. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan


(treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM dikelas. Jadi, tindakan dalam
PTK adalah sebagai alat atau cara untuk memperbaiki masalah dalam PBM
yang dihadapi guru dikelas. Perbedaan yang menonjol antara PTK dengan
penelitian penelitian lainnya adalah harus ada perbaikan tindakan yang
dirancang untuk mengatasi masalah yang dihadapi saat itu dalam konteks
dan situasi saat itu pula. Tindakan (action) itu benar-benar dimaksudkan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bukan untuk mengembangkan
atau menguji sebuah teori, dan juga tidak dimaksudkan untuk menari solusi
yang berlaku umum disetiap situasi dan kondisi. Jadi, tidak perlu ada

126
generalisasi hasil PTK. Disamping adanya tindakan, dalam PTK tindakan
yang dilakukan tadi harus ditelaah, kelebihan dan kekurangannya,
pelaksanaannya, kesesuaiannya dengan tujuan semula, penyimpangan yang
terjadi selama pelaksanaan. Telaah terhadap tindakan ini dilakukan pada
saat pengamatan atau observasi.

6. Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dampak tindakan yang dilakukan


harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberikan dampak
positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan
dampak negatif yang merugikan pesertan didik.   

7. Specifics contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang


dihadapi oleh guru dalam PBM di lahan kelas. Permasalahan dalam PTK
adalah permasalahan yang sifatnya spesifik kontekstual dan situasional
sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut. Oleh karena itu
dalam PTK berbeda dengan penelitian pada umumnya. Misalnya penelitia
survey, ekperimen, deskripsi dan beberapa jenis penelitian lainnya. Dalam
PTK populasi dan sempelnya tidak terlalu canggih sebagaimana penelitian
pada umumnya. Metodologi dalam PTK bersifat longgar dan fleksibel tidak
terlalu mengedepankan pembukuan instrumen. Namun, sebagai kajian
ilmiah pengumpulan data dalam PTK tetap dilakukan dengan menekankan
objektifitas. Tujuan PTK bukan menemukan pengetahuan baru yang dapat
digeneralisasikan, tetapi bersifat pragmatis dan praktis, yakni memperbaiki
atau meningkatkan mutu PBM dikelas. Solusi terhadap masalah-masalah
yang digarap di dalam suatu kegiatan PTK tdak untuk digeneralisasikan
secara langsung. Jadi, setiap msalah yang muncul harus segera dicarikan
solusinya untuk saat itu dan kondisi dan konteks saat iru pula. Tidak harus
menunggu suatu cara penyelesaian yang dapat berlaku umum di setiap
situasi, konidsi, dan konteks. Namun demikian, tidak berarti PTK tidak
dapat menemukan solusi yang bersifat general. Dari kegiatan PTK yang
berkesinambungan dan terorganisasi dengan baik, pola situasi umum untuk

127
beberapa masalah akan muncul sehingga generalisasi hasil suatu kegiatan
PTK mungkin juga dicapai tetapi setelah melalui beberapa kegiatan PTK.

8. Participatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan


bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu
ada partisipaasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini
diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam
pelaksanaannya, seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan
kepala sekolah, guru dengan widyaswara dengan dosen dan guru dengan
pengawas.

9. Peneliti sekaligus sebagai praktis yang melakukan refleksi. Kegiatan


penting lainnya dalam PTK adalah adanya reflesi. Dalam refleksi ini
banyak hal yang harus dilakukan, yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan
sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan
lain dalam siklus berikutnya. Refleksi adalah merenungkan apa yang sudah
kita kerjakan baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Sebenarnya kegiatan
refleksi ini sering dilakukan guru tanpa guru itu menyadarinya. Sebagai
contoh refleksi yang sering dilakukan oleh guru adalah pada saat seorang
guru mengeluhkan tingkah laku negatif seorang siswa atau sekelompok
siswa di dalam kelas ketika proses belajar mengajar. Dengan melakukan
kegiatan refleksi menyebabkan munculnya berbagai pertanyaan pada diri
seorang guru, seperti: jangan-jangan ia mengajar kurang baik, atau jangan-
jangan penampilannya kurang disukai siswa, atau jangan-jangan siswa
merasa bosan dengan pelajarang yang ia ajarkan, atau jangan-jangan siswa
kurang tertarik kepada pelajaran itu, atau seterusnya. Jadi sebenarnya guru
sering sekali melakukan kegiatan refleksi terhadapr apa yang terjadi dalam
PBM di kelasnya itu guru tersebut tertarik untuk mencari solusinya dengan
melakukan kegiatan PTK atau keluhan-keluhan tersebut berlalu begitu saja.

10. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana


dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planing), tidakan

128
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan
selanjutnya diulang kembali beberapa siklus.

Sedangkan menurut Richart Winter, ada 6 karakteristik PTK:

1. Kritik refleksi; salah satu langkan dalam penelitian kualitatif pada umumnya,
dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi
mengenai latar dan kegiatan suatu aksi.

2.  Kritik dialektik; peneliti melakukan kritik terhadap fenomena yang di


telitinya.

3.  Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan adanya suatu kerjasama dengan


pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, peserta
didik dan sebagainya. Ke semuanya itu di harapkan dapat di jadikan sumber
data atau data sumber.

4.  Resiko; dengan adanya ciri resiko di harapkan dan di tuntut agar peneliti
berani mengambil resiko, terutama pada aktu proses penelitian berlangsung.
Resiko yang mungkin ada di antaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b)
adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi.

5.  Susunan jamak; bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua


komponen pokok supaya bersifat komprehensif.

6.  Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa
antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan
tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling
bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.

Jadi, karakteristik PTK yang paling jelas adalah bahwa penelitian ini  bukan
sekedar ingin tahu persoalan, tapi ingin mencari solusi persoalan dalam
rangka memperbaiki keadaan pembelajaran.

129
E. Materi dalam Penelitian Tindakan Kelas

1. Asal Mula Penelitian Tindakan Kelas

Mengapa diberi nama penelitian tindakan kelas? Nama ini berasal dari
kata penelitian tindakan. Penelitian tindakan awalnya berkembang dan
banyak dilakukan di negara – negara Amerika serta Eropa. Penelitian ini
dilakukan untuk menjawab berbagai permasalahan serta keresahan dalam
lingkup sosio – humaniora, seperti misalnya permasalahan pengangguran
yang terus meningkat setiap tahunnya di negara tersebut.
Penelitian tindakan banyak dilakukan di kalangan sosio –
humaniora dengan praktik langsung di lapangan. Di dalam penelitian
tindakan, kalangan sosio – humaniora mempraktikkan secara langsung
sebuah tindakan yang telah direncanakan sebelumnya untuk mengatasi
sebuah permasalahan yang sedang terjadi.
Selanjutnya dalam kurun waktu tertentu tindakan tersebut diukur
kelayakannya. Apakah layak atau tidak sebagai penyelesaian
permasalahan. Demikian secara garis besar penelitian tindakan bekerja.
Seiring berjalannya waktu dan melihat dampak dari sebuah
penelitian tindakan, akhirnya metode tersebut berkembang. Tidak hanya
lini sosio – humaniora saja, namun juga dunia pendidikan. Penelitian
tindakan yang dilakukan dalam bidang pendidikan oleh para praktisi
pendidikan dan dilakukan dalam lingkup kelas, maka penelitian tindakan
ini dikenal sebagai penelitian tindakan kelas atau sering disingkat menjadi
PTK.

1. SISWOJO HARJODIPURO
Memaknai penelitian tindakan kelas sebagai pendorong seorang guru
untuk lebih memerhatikan praktik mengajarnya agar menjadi lebih
kritis dan bersedia memperbaikinya atau melakukan perubahan demi
kualitas pendidikan yang lebih baik.

2. JOHN ELLIOT (1982)

130
Mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah sebuah kajian
mengenai suatu permasalahan sosial yang dilakukan untuk
meningkatkan unsur tindakan di dalamnya yang dimana semua
prosesnya berpengaruh dan diperlukan sebagai bahan evaluasi untuk
berkembang ke arah profesional.

3. KEMMIS DAN TAGGART (1988)


Keduanya berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk
refleksi diri secara kolektif terhadap sebuah situasi sosial guna
meningkatkan penalaran dan keadilan dalam situasi di tempat
dilakukannya penelitian tindakan tersebut.

4. CARA DAN KEMMIS DALAM SISWOJO HARJODIPURO (1997)


Mengembangkan dari pendapat Kemmis dan Taggart (1998) yaitu
yang melakukan refleksi diri adalah partisipan yang terdiri dari guru,
murid, maupun kepala sekolah. Situasi sosial yang dimaksud adalah
dalam bidang pendidikan guna memperbaiki rasionalitas serta
kebenaran terkait praktik pendidikan yang dilakukan sendiri,
pengertian mengenai praktik tersebut, hingga situasi tempat
dilaksanakannya praktik.

2. TUJUAN DILAKUKANNYA PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Membicarakan mengenai penelitian, tidak ada sebuah penelitian yang tidak


memiliki tujuan. Begitupun halnya dengan penelitian tindakan kelas yang
memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Membuat seorang guru menjadi lebih peka dan tanggap terhadap


dinamika pembelajaran di dalamkelasnya.
2. Membuat seorang guru lebih reaktif dan kritis terhadap perilaku murid-
muridnya dan juga bagaimana sebaiknya seorang guru menghadapi
murid-muridnya.

131
3. Meningkatkan tingkat profesionalitas seorang guru.
4. Membuat seorang guru menjadi lebih aktif dalam berupaya dan
berinovasi serta lebih kreaktif dalam menyampaikan pembelajaran
terhadap muridny, baik secara teknik, teori, maupun bahan ajar yang
digunakan.
5. Membuat seorang guru memperbaiki proses pembelajaran yang
diberikan sebagai respon terhadap permasalahan yang terjadi di
kelasnya.
6. Membantu seorang guru dalam menemukan solusi terhadap
permasalahan yang timbul di dalam kelasnya.
7. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara berkesinambungan
mampu meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang di tekankan
melalui kualitas guru yang terus di tingkatkan.

3. KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. KRITIK REFLEKSI
Yaitu dilakukannya tindakan refleksi pada penelitian tindakan kelas yang
merupakan bagian dari proses evaluasi atau penilaian dalam penelitian
tindakan kelas terhadap hasil observasi mengenai sebuah tindakan yang
telah dilakukan. Untuk dapat melakukan refleksi tersebut diperlukan
kritik agar terjadi perubahan – perubahan yang berarti terhadap tindakan
refleksi tersebut.

2. KRITIK DIALEKTIS
Yaitu kritik terhadap fenomena yang sedang menjadi kajiannya.
Kemudian melakukan pemeriksaan konteks secara menyeluruh di dalam
satu unit kajian dan tidak lupa di balik unit yang cenderung untuk
berubah meskipun bersifat stabil.

3. KOLABORATIF
Adalah karakteristik penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan
adanya kerjasama semua pihak yang menjadi sumber data dalam sebuah

132
penelitian tindakan kelas. Kemudian menerima sudut pandang dari
berbagai pihak tersebut mengenai pemahamannya terhadap sebuah
permasalahan.

4. RISIKO
Karakteristik ini mendorong seorang peneliti untuk berani mengambil
risiko selama proses penelitian berlangsung. Risiko yang biasa terjadi
selama proses penelitian tindakan kelas berlangsing seperti hipotesis
yang meleset (kurang tepat), tuntutan untuk dilakukannya transformasi
(perubahan secara bertahap) baik terhadap satu, beberapa, bahkan
seluruh bagian penelitian.
Risiko lainnya yang mungkin terjadi adalah perubahan terhadap sudut
pandang. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh dari sudut pandang yang
diberikan oleh unsur – unsur dalam penelitian.

5. SUSUNAN JAMAK
Bersifat jamak karena penelitian tindakan kelas melibatkan lebih dari
satu komponen demi tercapainya hasil yang komperhensif. Kemudian
sifat penelitian dalam kelas yang dialektif, reflektif, dan kolaboratif atau
partisipasi.

6. INTERNALISASI TEORI DAN PRAKTIK


Dalam penelitian tindakan kelas melihat bahwa teori dan praktik
adalah dua tahap yang berbeda, namun saling bergantung satu dengan
lainnya. Teori yang diperlukan sebagai dasar dari sebuah praktik, dan
praktik yang diperlukan sebagai aplikasi dari sebuah teori. Baik teori
maupun praktik mendukung dalam perubahan bertahap (transformasi).

JENIS – JENIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat kualitatif
eksperimen. Disebut kualitatif karena data atau hasil yang diperoleh

133
dianalisis menggunakan pendekatan dan metode kualitatif, yaitu tanpa
melaui proses perhitungan yang biasa dilakukan pada penelitian kuantitatif.
Kemudian disebut eksperimen karena tersusun secara sistematis
yang diawali dengan perencanaan dan dilakukannya evaluasi terhadap hasil
observasi. Berdasarkan jenisnya, maka penelitian tindakan kelas
dikelompokkan menjadi:

1. PENELITIAN TINDAKAN KELAS DIAGNOSTIK


Jenis PTK yang menggunakan diagnosa dan peneliti masuk secara
langsung dalam situasi penelitian, sehingga menuntun peneliti terhadap
suatu tindakan.

2. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PARTISIPAN


Jenis PTK yang mengharuskan peneliti terlibat langsung dari awal
hingga akhir penelitian, dan terus menerus, dari pembuatan perencanaan
hingga selesainya penelitian dan terbentuk sebuah laporan penelitian.
Pemantauan, pencatatan, pengumpulan data, dan menganalisa hasil yang
didapat dilakukan oleh peneliti.

3. PENELITIAN TINDAKAN KELAS EMPIRIS


Yaitu jenis PTK terkait dengan pembukuan atau pencatatan
terhadap pelaksanaan tindakan atau aksi yang dilakukan oleh peneliti.
Selain itu apa saja yang terjadi selama pelaksanaan tindakan atau aksi
pun menjadi data dalam penelitian nantinya.

4. PENELITIAN TINDAKAN KELAS EKSPERIMENTAL


Apabila Anda melakukan PTK tentang penerapan berbagai
teknik, strategi yang Anda nilai lebih efektif dan efisien digunakan
dakan kegiatan belajar – mengajar. PTK jenis eksperimental berguna
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diberikan sehingga mudah
diterima oleh murid – murid dalam kelas.

SUBJEK PENELITIAN TINDAKAN KELAS

134
Cukup banyak subjek yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas.
Diantaranya subjek peneliti, yaitu Anda. Subjek yang diteliti dalam
penelitian tindakan kelas di dunia pendidikan adalah murid – murid,
terutama bila dilakukan dalam lingkup kecil, yaitu di dalam kelas.
Penelitian dilakukan ketika kegiatan belajar – mengajar sedang
berlangsung, baik secara keseluruhan maupun terkait dengan materi
tertentu.

TAHAP – TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penelitian tindakan kelas sudah diperkenalkan sejak tahun 1946, dan


semenjak itu penelitian tindakan kelas terus mengalami perkembangan.
Dan seiring dengan perkembangan penelitian tindakan kelas, berkembang
pula tahapan dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini. Perkembangan
yang terjadi sebagai berikut:

1. Kurt Lewin (1990)


Sebagai tokoh yang memperkenalkan penelitian tindakan kelas pertama
kali membagi tahapan penelitian menjadi:
– Perencanaan/planning.
– Tindakan/aksi/action.
– Observasi/observing.
– Refleksi/reflection.

2. Ernest T (1996)
Mengembangkan tahapan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin menjadi:
– Perencanaan/planning.
– Pelaksanaan/implementing.
– Penilaian/evaluating.

3. John Elliot
Salah satu tokoh yang turut mengambangkan penelitian tindakan kelas
ini membuat tahapan penelitian menjadi lebih rinci. John Elliot melihat

135
dalam sebuah materi pembelajaran terdiri atas pokok materi dan
subpokok. Dan subpokok tersebut memerlukan langkah – langkah untuk
menyelesaikannya, tidak cukup hanya dengan satu langkah saja.
Sehingga John Elliot membuat tahapan penelitian tindakan kelas di
dalam satu siklus yang terdiri dari beberapa aksi, dan setiap aksi tersebut
dibagi lagi menjadi beberapa langkah – langkah penyelesaian untuk
direalisasikan dalam bentuk kegiatan belajar – mengajar.
F. SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 Siklus 1 PTK:

a. Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK,


antara lain sebagai berikut.

1). Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui


kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa.

2). Membuat rencana pelaksana pembelajaran.

3). Membuat media pembelajaran dalam rangka implementasi PTK.

4). Uraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka


pemecahan masalah.

5). Membuat lembar kerja siswa.

6). Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK.

7). Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan,


skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan dan prosedur
tindakan yang akan diterapkan.

c.  Pengamatan atau observasi, yaitu prosedur perekaman data mengenai


proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang. Penggunaan

136
instrumen yang telah disiapkan sebelumnya perlu diungkap secara rinci dan
lugas termasuk cara perekamannya.

d. Analisis dan refleksi. Berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan, serta criteria dan rencana bagi tindakan siklus
berikutnya.

 Siklus 2 PTK:
a. Perencanaan

Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi


pada siklus pertama.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran


hasil  refleksi pada siklus pertama.

c. Pengamatan

Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap


aktivitas pembelajaran.

d. Refleksi

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan


menyusun rencana (replaning) untuk siklus ketiga.

 Siklus 3 PTK:
a. Perencanaan

137
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
pada siklus kedua.

b. Pelaksanaan

Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil


refleksi pada siklus kedua.

c. Pengamatan

Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap


aktivitas pembelajaran.

d. Refleksi

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan


menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran
yang telah direncanakan dengan melaksanakan tindakan (treatment)
tertentu.

G. PENELITIAN KOLABORATIF
Kolaborasi penelitian merupakan kerja sama antar beberapa pihak untuk
melakukan sebuah penelitian. Kolaborasi bisa dilakukan antara para
akademisi, yang berasal dari bidang keilmuan yang sama, namun dengan
penguasaan metode riset atau kepemilikan data yang berbeda satu sama lain.
Bisa juga oleh mereka yang berasal dari bidang keilmuan berbeda, tetapi
saling melengkapi. Dalam artikel ini, akan dibahas strategi yang bisa dipakai
untuk menginisiasi kolaborasi penelitian secara efektif baik antar akademisi
maupun gabungan pemerintah, peneliti, akademisi, dan praktisi.

138
BAB XII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam profesi kependidikan ada beberapa hal yang dibahas diantaranya :
Secara etimologi, profesi berasal dari kata profession yang
memiliki arti pekerjaan. Dalam KBBI, mengartiakn bahwa profesi adalah
suatu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian seperti
ketrampilan, kejuruan dan lain sebagainya. Sedangkan secara isrilah, profesi
dapat diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang didasari akan keahlian
tertentu. Akan tetapi tidak semua orang yang memiliki kapasitas dan kahlian
tertentu saja akan tetapi ada syarat yang mengharuskan bahwa orang yang
memiliki keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatannya itu.
Kedudukan guru sebagai profesi bukan karena hasil dari cetakan
sosial, melainkankan karena seorang guru mengandung seperangkat teori
yang sistematis. Selain itu seorang guru memiliki otoritas terhadap anak
didiknya dan orang tua dari peserta didiknya. Dan yang terakhir adalah
seorang guru memiliki klaim atas uang negara berupa gaji yang diterimanya.
Profesi guru merupakan sebuah jabatan yang sangat mulia dan mengemban
tugas dalam suatu pembelajaran. Tugas pokok tersebut mencakup secara
keseluruhan dalam proses belajar-mengajar. Dan tugas pokok tersebut harus
dilaksanakan secara profesional.
Guru merupakan seorang pendidik profesional dengan tugas utama
untuk mendidik, mengarahkan, dan melatih serta menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal. Di dalam UU No. 20 Tahun 2003
istilah guru dimasukkan dalam jenis pendidik.
Peran guru secara umum adalah sebagai tugas pendidikan meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih. Peran guru dalam menjalankan tugas di
sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua ke dua dan mampu
menarik simpati para siswa sehingga pelajaran apapun yang diberikan

139
hendaknya dapat menjadi motifasi bagi siswanya dalam mengajar. Usman
(Amiruddin, 2013:3).
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai
kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami,
mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Dalam
keseluruhan proses pendidikan disekolah kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan dan
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang
dilakukan siswa sebagai anak didik.
Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri atas
dua kata, yakni kata perencanaan dan pembelajaran. Perencanaan berasal dari
kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan),
sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar.
Metode pembelajaran (learning methods) adalah suatu proses
penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan teratur oleh tenaga pengajar atau guru. Metode pembelajaran
juga diartikan sebagai suatu strategi atau taktik dalam melaksanakan kegiatan
belajar dan mengajar di kelas yang diaplikasikan oleh tenaga pengajar
sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan
baik.
Pengertian media pembelajaran adalah media yang digunakan
untuk membantu merangsang pikiran, perasaan, kemampuan dan perhatian
siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Media tersebut dapat berupa
alat ataupun bahan mengajar.

140
Pengertian Penilaian, Penilaian adalah tindakan mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk (bersifat kualitatif).
Penilaian berarti menilai sesuatu, sedangkan menilai itu mengandung arti
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau
berpegang pada ukuran baik dan buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh
dan lain sebagainya.
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super”
dan “vision” yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi
supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat
dalam hubungannya dengan masalah supervisi dapat diartikan dengan
menilik, mengontrol, atau mengawasi.Supervisi ialah pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
Orang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor.
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari
istilah penelitian tindakan (action research) . Oleh karena itu, untuk
memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan
terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan
berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang
bergerak di bidang ilmu sosial dan humaniora . Orang-orang yang bergerak di
bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan
di lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah
direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran praktik sosial mereka (Sanjaya, hal. 24). Dalam hal
ini, penelitian tindakan memiliki kawasan yang lebih luas daripada PTK.
Penelitian tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu di luar pendidikan,
misalnya dalam kegiatan praktik bidang kedokteran, manajemen, dan industri
(Basrowi & Suwandi, hal. 25). Bila penelitian tindakan yang berkaitan pada

141
bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka
penelitian tindakan tindakan ini disebut PTK

B. Saran
Dengan adanya makalah ini penyusun berharap pada pembaca agar dapat
menjadikan makalah ini sebagai rujukan serta sumber dalam proses belajar
mengajar dan dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai meteri yang
dibahas dalam makalah ini.

142
DAFTAR PUSTAKA

https://erna1501.blogspot.com/2017/11/makalah-profesi-
kependidikan_28.html?m=1
https://pintek.id/blog/kompetensi-guru/#:~:text=Kompetensi%20Pedagogik
%20Guru%20adalah%20kemampuan,belajar%20mengajar%20dengan
%20peserta%20didik.&text=Dari%20informasi%20mengenai
%20karakteristik%20peserta,pada%20tiap%2Dtiap%20peserta%20didik
http://www.jejakpendidikan.com/2016/11/pengertian-kompetensi-guru.html?
m=1
https://michaelchristiansite.wordpress.com/2016/02/11/pengertian-
profesional-profesi-profesionalisasi-profesionalisme-profesionalitas/
https://disdik.purwakartakab.go.id/upaya-mewujudkan-kode-etik-guru-
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kode-etik-guru/
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/01/16/peraturan-pemerintah-no-
74-tahun-2008-tentang-guru/
repository.radenfatah.ac.id
http://www.bphn.go.id/
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensidan Sertifikasi Guru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
https://anfieldvillage.wordpress.com/tag/hakikat-mengajar/. Diakses pada
[ 11 maret 2021].
https://silabus.org/tujuan-pembelajaran/. Diakses pada [ 11 maret 2021].
Prof. Dr. Udin S.Winataputra , M.A (2008). Hakikat Belajar dan
Pembelajaran, Universitas Terbuka Jakarta.
https://media.neliti.com/media/publications/300413-tugas-peran-dan-fungsi-
guru-dalam-pendid-4e6b20f0.pdf
https://www.kampungakreditas.web.id/2020/07/pengertian-guru-peran-tugas-
dan.html
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/20/guru-abad-21-2/

143
Abduh Madjid. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosda
Karya. http://masnoer80.blogspot.com/2013/01/perencanaan-
pembelajaran.html
http://asraasry.blogspot.com/2014/06/makalah-perencanaan-pembelajaran-
dan.html
http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/langkah-langkah-
penyusunanperencanaan.html
https://annisarahmatullahputri.blogspot.com/2016/04/penyusunan-langkah-
langkahpembelajaran.html
Pembelajaran Kontekstual: Pengertian, Metode, Komponen, dan Strategi -
Universitas Psikologi
https://www.gurupendidikan.co.id/pembelajaran-kooperatif/
http://voice-teacher.blogspot.com/2016/07/jenis-jenis-metode-
pembelajaran.html
https://www.pelajaran.co.id/2019/13/pengertian-metode-pembelajaran-
fungsi-tujuan-dan- jenis-metode-pembelajaran.html
https://pintek.id/blog/media-pembelajaran/
https://almasoem.sch.id/fungsi-dan-peran-media-dalam-kegiatan-belajar-
mengajar/#:~:text=Disitat%20dari%20laman%20jejakpendidikan%2C
%20fungsi,ditata%20dan%20diciptakan%20oleh%20guru
https://smamda.net/penilaian-hasil-belajar/#:~:text=Penilaian%20Hasil
%20Belajar%20oleh%20Pendidik,belajar%2C%20dan%20perbaikan
%20hasil%20belajar
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.radenintan.ac.id/75/7/BAB_II
.pdf&ved=2ahUKEwisqP_wl4zyAhXEbn0KHXUjBwwQFnoECA4QBg&us
g=AOvVaw1Ot0OIBkQdCoVrndY-xID9&cshid=1627695944840
http://supiandibiologi.blogspot.com/2015/03/makalah-penelitian-tindakan-
kelas.html?m=1
https://rizaalfarid.blogspot.com/2017/05/makalah-penilitian-tindakan-
kelas.html

144
https://iainpspblog.blogspot.com/2019/03/makalah-jenis-jenis-penelitian-
tindakan.html
https://thegorbalsla.com/penelitian-tindakan-kelas/

145

Anda mungkin juga menyukai