MAKALAH
Yang Diampu oleh Habidin, S.Pd, M.Pd, Ph.D dan Dr. Yayuk Mulyati, S.Si, S.Pd, M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Diana Dahniar (190351620411)
Hesti Fajar Lestari (190351620473)
Natalie Pniel Dipa P. (190351620451)
Februari 2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Pendidikan IPA. Dalam
kesempatan ini tak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Yth Bapak Habidin, S.Pd, M.Pd, Ph.D dan Ibu Dr. Yayuk Mulyati, S.Si, S.Pd, M.Si.
selaku Dosen pengampu mata kuliah Penilaian Pendidikan IPA.
2. Orang tua penulis yang telah memberi dukungan dan bantuan sehingga makalah dapat
selesai tepat waktu.
3. Rekan-rekan kelompok 8 yang telah ikut serta dalam pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna kesempurnaan penulisan ini.
Demikian semoga makalah ini bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Evaluasi Pembelajaran................................................................................3
2.2 Model Evaluasi Pembelajaran...........................................................................................6
2.3 Pendekatan Evaluasi Pembelajaran.................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik evaluasi pembelajaran
2. Untuk mengetahui model dari evaluasi pembelajaran
3. Untuk mengetahui pendekatan dari evaluasi pembelajaran
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Validitas
Validitas adalah suatu ketelitian dan ketepatan suatu alat pengukur yang bila
alat pengukur tersebut dipergunakan untuk mengukur akan memberikan hasil yang
sesuai dengan besar kecilnya gejala yang diukur. Dengan demikian, yang penting
dalam validitas adalah adanya ketepatan dan ketelitian dari suatu alat pengukur. Jika
dikaitkan dengan evaluasi pembelajaran, maka alat pengukur tersebut tentu saja adalah
instrumen yang digunakan dalam melakukan evaluasi. Instrumen dikatakan
mengandung validitas yang baik jika mampu secara tepat mengukur apa yang hendak
diukur, menilai apa yang hendak dinilai, mengevaluasi apa yang hendak dievaluasi.
Dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid juga.
Ada dua unsur penting dalam validitas ini, yaitu: pertama, validitas
menunjukkan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang, dan ada pula yang
rendah. Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang
spesifik.
Suatu evaluasi atau tes dikatakan memiliki concurrent validity jika hasilnya
sesuai dengan kriteria yang sudah ada, dalam artian memiliki kesimultanan
dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria yang sudah ada dapat berupa
instrumen lain yang mengukur hal yang sama, tetapi sudah diakui validitasnya,
misalnya dengan tes terstandar, namun kriteria dapat juga didapatkan dengan
catatan-catatan di lapangan.
3
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes itu sudah teliti dan
dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan
reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diujikan pada kelompok yang
sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.325 Dengan demikian, reliabilitas ini
lebih berkaitan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Namun, untuk bisa memperoleh gambaran yang ajeg memang sulit, karena unsur
kejiwaan manusia itu sendiri tidak ajeg, seperti dalam hal kemampuan, sikap, dan
sebagainya yang memang berubah-ubah sepanjang waktu.
Dengan demikian, reliabilitas yang tinggi menunjukkan adanya kesalahan
varian yang minim. Jika sebuah tes mempunyai reliabilitas tinggi, maka pengaruh
kesalahan pengukuran telah berkurang. Kesalahan pengukuran memengaruhi skor
dalam tampilan secara acak yang ditunjukkan dengan beberapa skor yang mungkin
bertambah saat yang lainnya berkurang secara tidak beraturan. Kesalahan itu sendiri
mungkin disebabkan karena beberapa faktor, diantara karakteristik tes evaluasi itu
sendiri, kondisi pelaksanaan tes yang tidak mengikuti aturan baku, tes item yang
meragukan dan anak didik langsung mengikutinya, status peserta didik yang mengikuti
tes, dan semacamnya.
Reliabilitas sendiri bisa diukur dengan menggunakan tiga kriteria, yaitu stabilitas,
dependabilitas, dan prediktabilitas. Stabilitas menunjukkan keajegan suatu tes dalam
mengukur gejala yang sama pada waktu yang berbeda. Dependabilitas menunjukkan
kemantapan suatu tes atau seberapa jauh tes dapat diandalkan. Sedangkan
prediktabilitas menunjukkan kemampuan tes untuk meramalkan hasil pada pengukuran
gejala selanjutnya.
4
2) Membagi sebuah tes menjadi dua bagian, yang kemudian bagian yang satu
dicari korelasinya dengan bagian yang lain.
c. Objektivitas
Objektivitas adalah hal yang sangat penting agar bisa mendapatkan hasil
evaluasi yang benar-benar objektif, tidak pilih kasih, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan aktual anak didik, dan mampu memberikan gambaran yang valid tentang
progresivitas anak didik. Lawan dari objektivitas adalah subjektivitas, di mana unsur
pribadi masuk ke dalam berbagai aspek penilaian yang bisa mempengaruhi hasil dari
penilaian itu sendiri. Ada dua faktor yang bisa mempengaruhi subjektivitas terhadap
hasil dari evaluasi pembelajaran ini, yaitu bentuk tes itu sendiri dan evaluatornya.
Agar tidak terjadi subjektivisme dalam proses evaluasi hasil pembelajaran ini, ada tiga
hal yang patut diperhatikan.
1. Evaluasi harus dilakukan secara berkelanjutan agar bisa diketahui tingkat
kemajuan anak didik dalam proses pembelajaran secara objektif dan
tersistematisasi. Karena pada setiap evaluasi, kondisi anak tentu akan berbeda-
beda yang akan membuat hasil evaluasi juga akan berbeda.
2. Penilaian itu harus dilakukan secara komprehensif dan holistik. Dengan
demikian, evaluasi harus memasukkan semua materi yang telah dipelajari,
melibatkan berbagai aspek berpikir baik dari sisi ingatan, pemahaman, analisis,
aplikasi, dan sebagainya. Selain itu, evaluasi juga harus dilakukan dengan
berbagai cara dan metode, mulai dari tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan,
pengamatan, dan sebagainya.
3. Evaluasi atau penilaian itu harus bisa dipraktekkan dengan baik baik dari segi
penggunaannya maupun pengaturannya. Inilah yang dinamakan dengan
praktikabilitas. Kepraktisan di sini memiliki makna bahwa suatu evaluasi itu
bersifat mudah, baik dalam mempersiapkan, menggunakan, mengolah, dan
menafsirkan, maupun dalam mengadministrasikannya. Praktikabilitas atau
kepraktisan dalam hal evaluasi ini sangat penting dan menjadi syarat bahwa
suatu evaluasi itu menjadi terstandarkan. Kebanyakan orang membuat tes hanya
5
untuk kepentingan dirinya sendiri dan tidak berpikir untuk orang lain yang
mengerjakannya. Akibatnya, saat tes tersebut digunakan orang lain, orang
tersebut tidak mampu untuk menganalisis, memahami, dan menalar soal tes
tersebut dengan baik.
Dari tiga hal yang diatas agar sebuah evaluasi bisa berjalan dengan baik
memang pada dasarnya evaluasi itu adalah bertujuan ingin mengukur sampai
sejauh mana daya serap, daya nalar, dan daya tangkap siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Karena itulah, hasil data evaluasi yang valid, objektif, dan
mampu memberikan ruang yang lebih besar bagi siswa untuk bereksplorasi
menjadi hal yang baik untuk dilakukan dalam mengadministrasi suatu
instrumen tes. Dengan evaluasi yang dilakukan secara terstruktur, terencana,
dan administrasi yang baik, diharapkan tingkat perkembangan pembelajaran
siswa bisa tergambarkan dengan baik.
Model Goal Oriented Evaluation merupakan model yang muncul paling awal.
Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang
yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan, terus menerus, mengecek seberapa jauh tujuan tersebut sudah
terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Model ini dikembangkan oleh
Tyler. Di samping itu, Sukardi juga mengatakan bahwa model ini secara konsep
menekankan adanya proses evaluasi secara langsung didasarkan atas tujuan
instruksional yang telah ditetapkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika
seorang guru berinteraksi dengan para siswanya menjadi sasaran pokok dalam proses
pembelajaran. proses pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung
model yang dikembngkan tyler ini, apabila para siswa yang mengalami proses
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar
mengajar. Tujuan sebagai pedoman untuk dievaluasi secara konsep diajukan oleh
Tyler dalam Basic Principles of curriculum and Instruction, Ia menyatakan bahwa
6
proses evaluasi esensinya adalah suatu proses dan kegiatan yang dilakukan oleh
seorang evaluator untuk menentukan pada kondisi apa tujuan bisa dicapai. Usaha
memahami tujuan hidup seorang siswa dalam proses belajar tidaklah mudah. Hal ini
karena pada prinsipnya akan selalu terjadi perubahan, seiring dengan umur, hasil
belajar dan tingkat pengalaman hidup seorang anak manusia. Dalam proses
pembelajaran, tujuan perlu direncanakan oleh seorang guru, dengan prinsip bahwa
untuk menentukan hasil perubahan yang diinginkan dalam bentuk perilaku siswa,
seorang guru perlu melakukan evaluasi. Dengan evaluasi ini diharapkan seorang guru
dapat menentukan derajat atau tingkat perubahan perilaku siswa yang terjadi, sebagai
akibat perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru kepada
para siswa. Jika dibandingkan dengan beberapa macam model pendekatan lain,
pendekatan Tyler ini memiliki model yang berbeda. Pendekatan Tyler ini pada
prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalam proses belajar mengajar.
Pendekatan ini merupakan pendekatan sistematis, elegan, akurat, dan secara internal
memiliki rasional yang logis. Dibandingkan dengan model evaluasi lainnya
kesederhanaan model Tyler juga merupakan kelebihan tersendiri dan merupakan
kekuatan konstruk yang elegan serta mencakup evaluasi kontingensi.
7
model evaluasi ini, diharapkan bisa mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan tersebut sudah terlaksana atau tercapai.
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa Goal Free Evaluation
Model (model evaluasi lepas dari tujuan). Model evaluasi ini dikembang oleh
Michael Scriven. Model ini berlawanan dengan pertama di atas yang orientasinya
pada Tujuan, Sementara Model yang kedua ini adalah model evaluasi yang lepas dari
tujuan. Namun, penekanannya di sini bahwa lepas dari tujuan maksudnya adalah
lepas dari tujuan khusus, bukan dari tujuan umum. model ini masih tetap
mempertimbangkan tujuan umum dari sebuah program.
8
hasinya. Evaluasi masukan (input) dilaksanakan untuk menilai alternative
pendekatan, rencana tindak, rencana staf dan pembiayaan bagi kelangsungan program
dalam memenuhi kebutuhan kelompok sasarna serta mencapai tujuan yang
ditetapkan. Evaluasi ini berguna bagi pembuat kebijakan untuk memilih rancangan,
bentuk pembiayaan, alokasi sumber daya, pelaksana dan jadual kegiatan yang sesuai
bagi kelangsungan program. Evalusi proses (process) ditujukan untuk menilai
implementasi dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana
dalam menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelompok
pengguna lainnya untuk mengetahui program kerja dan memperkirakan hasilnya.
Evaluasi hasil (product) dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menilai
hasil yang dicapaiyang diharapkan dan tidak diharapkan, jangka pendek dan jangka
panjang, baik bagi pelaksana kegiatan agar dapat memfokuskan diri dalam mencapai
sasaran program maupun bagi pengguna lainnya dalam menghimpun upaya untuk
memenuhi kebutuhan kelompok sasaran. Evaluasi hasil ini dapat dibagi kedalam
penilaian terhadap dampak, efektivitas, keberlanjutan, dan daya adaptasi.
4. Model Kesenjangan
Tujuan dari evaluasi sumatif adalah menentukan efek atau hasil dari upaya
pengajaran. Tujuannya adalah menjumlahkan apa yang terjadi sebagai hasil dari
pendidikan . Evaluasi sumatif (hasil) mengukur perubahan yang terjadi akibat dari
pembelajaran dan pengajaran. Lingkup evaluasi hasil sebagian tergantung pada
perubahan yang akan di ukur yang pada gilirannya bergantung pada objektif yang
sudah ditetapkan bagi kegiatan pendidikan itu. Evaluasi sumatif (hasil) berfokus pada
jangka waktu yang lebih panjang. Evaluasi sumatif (hasil) lebih banyak
membutuhkan keahlian untuk mengembangkan strategi pengukuran dan
pengumpulan data, lebih banyak waktu untuk melakukan evaluasi, memerlukan
10
pengetahuan tentang penyusunan data dasar dan kemampuan untuk melakukan
perbandingan data yang dapat dipercaya dan valid setelah pengalaman belajar terjadi.
1) Pendekatan Tradisional
2) Pendekatan Sistem
11
proses, serta produk. Komponen-komponen inilah yang harus menjadi landasan
pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran secara sistematis.
Dalam literatur modern tentang penilaian, terdapat dua pendekatan yang dapat
digunakan untuk menafsirkan hasil evaluasi, yaitu evaluasi acuan patokan (criterion-
referenced evaluation) dan evaluasi acuan norma (norm-referenced evaluation).
Dengan demikian, nilai atau hasil yang diperoleh siswa selalu dihubungkan
dengan tingkat pencapaian penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dijadikan sebagai standar bagi
pencapaian tersebut. Dengan kata lain, hasil kinerja siswa akan menunjukkan
posisinya sendiri tanpa membandingkan dengan hasil penampilan siswa yang lain.
Interpretasinya pun dapat dibuat secara bervariasi tergantung pada evaluator dan
standar yang diinginkan (Sukardi, 2012 ).
Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan skor peserta
didik lainnya. Dalam pemahaman lain, EAN adalah sebuah pendekatan yang
membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya. Zaenal
Arifin (2009) mengatakan bahwa makna nilai dalam bentuk angka atau kualifikasi
memiliki sifat relatif. Artinya, jika pedoman konversi skor sudah disusun untuk
suatu kelompok, maka pedoman itu hanya berlaku untuk kelompok itu saja dan
12
tidak berlaku untuk kelompok yang lain, karena distribusi skor peserta didik sudah
berbeda.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Sedangkan evaluasi pembelajaran adalah suatu proses
atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas pembelajaran dan kriteria tertentu,
sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan pembelajaran.
13
DAFTAR PUSTAKA
14