Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN IPS DI KELAS TINGGI


PRODI S1 PGSD – FIP UNIMED

Skor Nilai :

KONSEP LINGKUNGAN RUMAH


DAN LINGKUNGAN SEKOLAH

DOSEN PENGAMPU : RAHMILAWATI RITONGA, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

SARA LUCIATI HASIBUAN (1182111051)


RINI NOVITA SARI MANIK (1183111068)
INSYURIANI NABABAN (1183111075)
FADHILAH INDAH PUTRI (1183111078)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sampai saat
ini, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dan dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Rahmilawati Ritonga, S.Pd., M.Pd. yang
telah memberikan tugas yang sangat bermanfaat kepada mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan tugas makalah ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada kami dalam menyusun laporan tugas
makalah ini dapat bermanfaat dan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa. Akhir kata kami berharap agar laporan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................1
A.....................................................................................................................Pendahulu
an ...................................................................................................................1
B.....................................................................................................................Rumusan
Masalah..........................................................................................................1
C.....................................................................................................................Tujuan dan
Manfaat .........................................................................................................1

BAB II: PEMBAHASAN ........................................................................................


A.....................................................................................................................Konsep
Pendidikan Lingkungan Dalam IPS...............................................................2
B.....................................................................................................................Konsep
Lingkungan Rumah........................................................................................6
C.....................................................................................................................Konsep
Lingkungan Sekolah.......................................................................................7
BAB III: PENUTUP ................................................................................................9
A.....................................................................................................................Kesimpula
n .....................................................................................................................9
B.....................................................................................................................Saran 9
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................10

2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang satu sama lain saling membutuhkan.
Dalam interaksi sosialnya dengan sesama manusia, juga sangat dipengaruhi dengan
lingkungan dimana manusia membentuk konsep dirinya dan juga kehidupan
sosialnya. Oleh karena itu, tidak berlebihan bila ada penjulukan manusia selain
makhluk sosial juga sebagai makhluk lingkungan.
Lingkungan yang berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan individu.
Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan yang mendukung terciptanya
perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan, sepeti karakter cinta Tuhan dan
segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran/amanah,
diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka tolong-menolong, gotong
royong/kerjasama dan lain-lain. Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan
dan pemahaman saja, namun menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tahun 1930 mulai diperkenalkan cabang ilmu psikologi sosial yang objek
material dari psikologi sosial adalah fakta-fakta, gejala-gejala serta kejadian-kejadian
dalam kehidupan sosial manusia. Sekilas ternyata objek psikologi sosial mirip dengan
ilmu sosiologi dan bila digambarkan sebenarnya psikologi sosial adalah merupakan
pertemuan irisan antara ilmu psikologi dan ilmu sosiologi.
Sedangkan hubungan manusia dan lingkungan telah banyak
ditemukan ketidakcocokan antara manusia dan lingkungannya. Pertanyaannya,
seberapa besar lingkungan mempengaruhi anak sekolah dasar dalam membentuk
konsep diri-sosial dalam lingkungan rumah dan lingkuang sekolah?

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan lingkungan dalam IPS?
2. Bagaimana konsep lingkungan rumah?
3. Bagaimana konsep lingkungan sekolah?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Agar mahasiswa mengetahui definisi dan konsep pendidikan lingkungan
dalam IPS.

2. Agar mahasiswa mengetahui konsep lingkungan rumah.

1
Agar mahasiswa mengetahui konsep lingkungan sekolah.BAB II

PEMBAHASAN
A. KONSEP PENDIDIKAN LINGKUNGAN DALAM IPS
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber
daya alam yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Salah satu dari sepuluh
paradigma yang ditawarkan Johar adalah pendidikan harus menghasilkan manusia yang
peduli terhadap lingkungannya. Pendidikan lingkungan meliputi lingkungan alam dan
lingkungan hidup. Seperti yang dikemukakan oleh Tilaar bahwa sejak lama manusia berupaya
menaklukan lingkungan alamnya, mengeksploitasi lingkungan untuk kepentingannya sendiri.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah menyebabkan degradasi lingkungan oleh karena kerakusan
manusia yang mengeksploitasi sumber daya alam tanpa batas. Manusia bukan lagi sebagai
pelindung lingkungannya, sekarang telah menjadi perusak lingkungan yang mengakibatkan
bahaya terhadap kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Karena itu, pendidikan lingkungan
berarti kesadaran untuk memelihara lingkungan yang merupakan sumber kehidupan dari
generasi sekarang dan generasi yang akan datang merupakan proses pendidikan. Sedangkan
menurut Northern Illionis University, pendidikan lingkungan adalah suatu proses
mereorganisasi nilai dan memperjelas konsep-konsep untuk membina keterampilan dan sikap
yang diperlukan untuk memahami dan menghargai antarhubungan manusia, kebudayaan dan
lingkungan fisiknya. Dari batasan-batasan tersebut, tersirat bahwa pendidikan berwawasan
lingkungan tidak hanya pemahaman tentang perlunya keseimbangan hubungan antar makhluk
hidup dengan alamnya, tetapi juga untuk meningkatkan sikap dan nilai positif terhadap
permasalahan lingkungan, sehingga mendorong peserta didik melakukan beberapa bentuk
perbuatan langsung. Pendidikan berwawasan lingkungan tidak selalu membutuhkan ahli atau
pakar yang mengulas dalam berlembar-lembar kertas tentang metode penyelamatan
lingkungan beserta hasil anaisisnya. Tetapi yang lebih dibutuhkan oleh peserta didik adalah
penyajian pendidikan yang berwawasan lingkungan secara sederhana dan mudah dimengerti
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan berwawasan lingkungan sebenarnya
bukan hal baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sejak diterapkan dalam kurikulum 1984
sampai sekarang hasil dan dampaknya belum banyak dirasakan bagi lingkungan atau
masyarakat. Buktinya, masih banyak ditemui para peserta didik yang membuang sampah
sembarangan, merokok di kendaraan umum, mencorat-coret tembok atau pohon dan kegiatan
merusak lingkungan lainnya. Bahkan di lingkungan persekolahanpun sering terlihat

2
lingkungan kotor dan tidak terawat dengan baik. Padahal pengenalan pendidikan berwawasan
lingkungan di dunia persekolahan ditujukan sebagai upaya jangka panjang untuk menghambat
“perilaku era pembangunan” yang berfalsafah “manusia penakluk alam”. Mohamad Soeryani
mengungkapkan bahwa pembangunan disebut sebagai suatu rekayasa untuk meningkatkan
kualitas hidup dengan memanfaatkan berbagai sumber daya pendukungnya melalui perubahan
tatanan lingkungan hidup serta kehidupan secara keseluruhan.

Berdasarkan paparan di atas, pendidikan yang berwawasan lingkungan dapat dibentuk


melalui pemberdayaan mata pelajaran yang sudah ada. Demikian pun dengan mata pelajaran
IPS yang berwawasan lingkungan dapat disajikan dengan terpadu, interdisipliner atau secara
eksklusif dikaji berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Dengan perkataan lain, pembelajaran IPS
yang berwawasan lingkungan dapat dilakukan dengan menjelaskan konsep-konsep
lingkungan tertentu yang dilakukan dengan cara memanfaatkan beberapa disiplin ilmu
sekaligus. Agar tujuan meluaskan visi dan misi pendidikan IPS berwawasan lingkungan di
kalangan peserta didik dapat tercapai dan bermakna maka diperlukan : Perubahan cara
pandang tentang hakekat mengajar dan belajar. Pesera didik belajar menjalin pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan dan sikap dari mata pelajaran IPS yang berwawasan lingkungan
yang mereka anggap berguna bagi kehidupannya di sekolah atau di luar sekolah. Sedangkan
pengajaran ditekankan kepada pendalaman gagasan-gagasan penting yang terdapat dalam
topik-topik yang dibahas dalam mata pelajaran IPS berwawasan lingkungan demi
pemahaman, apresiasi dan aplikasi peserta didik. Perubahan strategi pembelajaran.
Kebermaknaan dan pentingnya materi pengajaran ditekankan kepada bagaimana cara
penyajiannya dan dikembangkannya melalui kegiatan aktif, sehingga interaksi di dalam kelas
dapat difokuskan pada pendalaman topic-topik terpilih yang bersifat terpadu dan
interdisipliner bukan pada pembahasan sekilas sebanyak mungkin materi yang disampaikan.
Perubahan penyediaan “pengalaman belajar peserta didik”. Peserta didik ditumbuhkan
kesadarannya tentang IPS yang berwawasan lingkungan dengan cara metode berpikir kritis,
berpikir reflektif, dan inovatif melalui pendekatan inkuiri, konstruktivisme, berbagai diskusi,
cooperative learning dan lain sebagainya. Menurut Gary D. Borich, pengajaran efektif seperti
yang dikemukakandi atas, dapat dilakukan oleh guru yang efektif. Untuk menjadi guru yang
efektif dalam mengembangkan sikap dan mengubah cara pandang peserta didik, guru perlu
menggunakan sejumlah strategi antara lain: (1) menampilkan contoh konkret keteladanan, (2)
menyediakan lingkungan kondusif dan (3) memberikan program pembiasaan yang konsisten
setiap waktu. Untuk itu dalam pembelajaran IPS berwawasan lingkungan, guru dapat
3
menerapkan berbagai macam alternative kegiatan belajar mengajar di kelas, seperti contoh
berikut ini:

Guru IPS di tingkat SD, SLTP atau SMU, ingin mengembangkan sikap peduli
terhadap lingkungan untuk tidak membuang limbah domestic secara sembarangan, guru perlu
memberikan contoh membuang sampah pada tempatnya. Guru bersama-sama dengan peserta
didik dan juga pihak sekolah perlu menyediakan lingkungan yang kondusif seperti
menyediakan tempat sampah, tempat cuci tangan, kemoceng di setiap kelas dan di lingkungan
sekolah serta membuat tanaman gantung atau pot-pot kecil memanjang tepat di bawah
turunnya air dari atap, sehingga air cucuran atap yang terbuang siasia dapat diminimalkan.
Selain itu, di setiap kegiatan pembelajaran sebaiknya selalu diselingi kegiatan yang
mengkondisikan peserta didik untuk membuang sampah pada tempat, misalnya sebelum
pelajaran di mulai kelas harus dalam keadaan bersih dari sampah. Atau mengkondisikan
peserta didik untuk membuang dan memilah sampah organic dan non-organik . Sampah
organic dapat diolah bersama-sama guru dan siswa dengan bantuan guru IPA dan matematika,
sedangkan sampah non-organik dimasukkan pada tempat khusus yang telah disediakan.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, dalam pendidikan IPS yang berwawasan


lingkungan, peserta didik harus mempelajari perkembangan berbagai konsep dan fenomena
lingkungan dari waktu ke waktu, harus memiliki kesadaran dalam orientasi tempat dan inter-
relasi tempat dalam konsep waktu dan ruang, harus mengerti bekerjanya berbagai lembaga
dan proses pemerintahan yang sedang berlangsung, mampu mengkaji secara interdisipliner
berbagai gagasan atau fenomena, serta memahami dan menghayati berbagai konsep secara
reflektif dan aktif melalui membaca, berpikir, berdiskusi dan menulis serta memiliki
pengalaman belajar dari lingkungan sekitar sekolah dan atau lingkungan rumah. Dengan
demikian dapat menanamkan daya kreasi dan kecintaan yang mendalam pada lingkungan
alam dan lingkungan hidup, sehingga lingkungan dapat merangsang kreativitas pada diri
peserta didik, dan pada masa yang akan datang, jika peserta didik tumbuh dewasa, diharapkan
dapat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya menjaga lingkungan yang
harmonis dan mengacu pada keseimbangan ekosistem.

Pendidikan di lingkungan sangat penting. Karena sebagai makhluk sosial, manusia


senantiasa harus berhubungan dengan lingkungan sekitar. Dan ketika berada di lingkungan,
sangatlah wajar jika manusia mendapatkan hal-hal yang tidak semuanya sesuai dengan
keinginannya. Karena sebenarnya, lingkungan ialah sekolah yang sebenarnya. Anak-anak
4
bisa belajar secara langsung dari lingkungan. Dan apa yang mereka pelajari secara langsung
akan cepat terpatri dalam pikran mereka dan terekam terus sehingga sulit untuk dilupakan.
Untuk itu, jika lingkungannya baik, maka akan sangat mendukung untuk kebaikan si anak.
Namun, jika lingkungannya kurang mendukung untuk tumbuh kembang si anak, maka akan
sangat mungkin hal itu akan menjadi parasit perusak otak dan virus pembunuh jiwa bagi
anak-anak kita. Mungkin manusia sering mendengar, bagaimana lingkungan bisa merubah
perilaku seseorang. Anak yang baik jika setiap hari berada di lingkungan yang tidak baik,
maka secara cepat atau lambat, anak tersebut akan menjadi tidak baik. Untuk itu peran semua
pihak merupakan hal yang paling penting untuk menciptakan pribadi-pribadi yang terpelajar
dan terdidik. Yang terpenting bagi kita sekarang ialah bagaimana menciptakan suasana
belajar yang kondusif. Tidak menumpahkan semua kewajiban kepada pihak sekolah, ataupun
menyalahkan pihak orangtua 100 %, dan bahkan mengkambinghitamkan kekejaman
lingkungan. Kita semua punya andil dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Mengubah
pola pikir yang sudah terpatri dalam otak seseorang, bukanlah hal yang mudah. Namun guru
dan orangtua harus yakin, kalau tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ketika seseorang
pesimis dengan apa yang diperbuat, maka jangan harap akan berhasil.

Untuk itu, jadilah guru yang baik. Guru yang tidak hanya sebagai alat untuk
mentransfer ilmu saja. Guru harus bersikap sebagai motivator dan fasilitator bagi para
siswanya. Jika sebagai orangtua, jadilah orangtua yang bijak. Orangtua yang bisa memahami
kelebihan dan kekurangan anak-anaknya. Jadilah orangua yang menyenangkan bagi anak-
anaknya, yang bisa menjadi teman, sahabat dan bagian dari hidupnya. Jika seseorang sebagai
siswa, jadilah siswa yang cerdas. Cerdas mengolah rasa, mengasah pikir dan menata
perilaku. Jadilah siswa yang tidak hanya cerdas secara intelegensi, tetapi juga cerdas secara
emosional dan spiritual. Jika seseorang sebagai masyarakat, jadilah masyarakat yang bijak.
Masyarakat yang bisa mendorong kemajuan pendidikan, bekerjasama dengan orangtua dan
guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan memberi teladan bagi anak-anak.

Jika semua pihak telah bersikap dan berperilaku sesuai dengan kapasitasnya masing-
masing, maka sangatlah mungkin kualitas pendidikan di Negara Indonesia akan lebih baik dan
lebih maju. Manusia akan mampu mencetak tunas-tunas bangsa yang memiliki kecerdasan
intektual, emosional, dan spiritual. Sehingga tidak akan ada orang yang pintar secara
akademik namun bodoh dalam akhlak dan keimanan. Ketika masyarakat sudah cerdas, itu
artinya akan siap bersaing denganNegara-negara lain. Dan tidak akan lagi menjadi bangsa

5
peniru dan pengikut bangsa lain. Karena telah menjadi bangsa yang bangga akan Negara
sendiri.

B. KONSEP LINGKUNGAN RUMAH

Pendidikan rumah, inilah sebenarnya asal mula seseorang mengetahui siapa dirinya.
Rumah, terutama seorang ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi setiap insan. Bisa
dilihat dan diamati baik tidaknya seseorang, dari pendidikan di keluarganya. Banyak kasus
yang terjadi sekarang ini, kenakalan anak-anak di sekolah disebabkan karena mereka kurang
perhatian dari orangtuanya. Orangtua mereka jarang atau bahkan tidak pernah memberikan
kasih sayang dan perhatian yang sebenarnya. Orangtua hanya memberikan kasih sayang
semu. Mereka berpikir telah memberikan perhatiannya, karena telah memberikan materi yang
lebih kepada anak-anaknya. Sehingga mereka didik anak-anak mereka dengan uang, yang
pada akhirnya anak-anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang hedonis.

Tapi, kadang para orangtua tidak sadar. Ketika anak mereka melakukan
penyimpangan. Yang pertama disalahkan ialah pihak sekolah terutama guru. Mereka
berpendapat, guru di sekolah tidak mendidik mereka dengan baik. Padahal, kalau kita
perhatikan, kuantitas waktu lebih banyak di rumah dibandingkan dengan di sekolah. Dan
yang paling terpenting sebenarnya, orangtua seharusnya lebih dekat dengan anak. Kedekatan
emosional yang terjalin anatara orangtua dan anak merupakan hal yang terpenting untuk
mencetak anak-anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual. Orangtua
haruslah menjadi teladan dan tempat mencurahkan setiap rasa bahagia dan sedih bagi anak-
anaknya. Anak harus merasakan rumahnya ialah tempatnya belajar tentang indahnya hidup.
Bukan sebaliknya, yang dirasakan oleh sebagian anak-anak sekarang ini, rumah hanya
dijadikan seperti ‘hotel’. Hanya tempat tidur dan makan. Tidak ada sapaan manis dari ayah,
tidak ada belaian lembut seorang ibu, dan tidak ada senda gurau antara orangtua dan anak-
anak. Jadikan rumah kita bukan sekedar ‘house’ tapi ‘home’. Artinya rumah bukan sekedar
fisiknya saja, tetapi perasaan nyaman dapat kita rasakan disitu.

Jangan mengaharap anak-anak mencintai orangtua sepenuh hati, jika orangtua sendiri
tidak mengajarkan cinta kepada mereka. Jangan mengharapkan mereka menjadi pribadi-
pribadi yang santun, jika di rumah tidak pernah memberikan teladan kesopanan. Jangan
harapkan mereka akan selalu mengingat keluarga, jika orangtua tidak pernah memberikan
6
waktu kita untuk mereka. Ada sebuah peribahasa dalam bahasa Inggris, “like father, like son”
atau dalam bahasa Indonesia pun ada pepatah yang menyebutkan, “Buah tidak jatuh jauh dari
pohonnya.” Jadi, jika ingin anak-anak baik, maka keluarga dahulu yang harus memberikan
contoh yang baik. Jika ingin anak-anak menjadi manusia berakhlak baik, dahulu orang yang
dirumah harus memiliki akhlak yang baik. Warisan yang paling berharga dari para orangtua,
bukanlah harta yang tak akan pernah habis atau jabatan yang tinggi. Tapi, pendidikanlah yang
merupakan warisan paling berharga yang tetap berguna sepanjang masa. Berikan kail berupa
pendidikan kepada anak-anak kita untuk memacing kekayaannya sendiri. Dalam lingkungan
rumah, anak SD harus bisa menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di
lingkungan keluarga, mendeskripsikan letak rumah, dan menjelaskan lingkungan rumah sehat
dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah. Itu semua perlunya peran orang tua dalam
membantu mencapai Tujuan Pembelajaran IPS di SD.

C. KONSEP LINGKUNGAN SEKOLAH

Sekolah merupakan suatu tempat dimana setiap pribadi belajar dari tidak tahu menjadi
tahu, dari belum paham menjadi paham, dari salah menjadi benar. Disini kegiatan belajar dan
mengajar bukan hanya murid yang mendapat tambahan ilmu tetapi juga para pendidik (guru).
Mungkin selama ini sebagian orang berpikir bahwa sekolah ialah tempat dimana anak-
anaknya bisa menuntut ilmu pengetahuan menjadi orang yang pintar dan ujung-ujungnya bisa
mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar kelak. Sehingga yang terjadi saat ini, para siswa
cenderung ‘mengejar target’ dari orangtuanya dengan menghalalkan segala cara. Mereka
menghalalkan menyontek, berbohong pada guru, dan sebagainya. Hal ini mereka lakukan,
karena apabila nilai mereka jelek, orangtua akan memarahi mereka dan mengatakan kalau
masa depan mereka akan jelek jika nilai matematika, IPA, IPS dan bahasa Inggris jelek.
Sehingga kemarahan orangtua bagai murka seorang raja kepada rakyatnya. Hal ini sangat
menyedihkan karena terlalu dangkal memaknai kecerdasan dan kesuksesan. Pendidikan ialah
proses memanusiakan manusia. Dengan pendidikan manusia akan semakin tahu siapa aku,
darimana asalku, dan untuk apa aku ada.

Pendidikan sekolah seharusnya menjadikan anak merasa nyaman untuk mempelajari


apa yang mereka inginkan dan cintai bukan mempelajari apa yang dipaksakan kepada mereka.
Ada sebuah peribahasa dalam bahasa Inggris “Possible things is usual, usual thing is forced

7
or loved”, yang mempunyai makna, bisa itu karena biasa, biasa itu karena terpakasa atau
mencintai. Jangan paksa anak-anak SD untuk menjadi apa yang kita inginkan, tapi biarlah
mereka menjadi apa yang mereka inginkan dan berikan kepercayaan kepada mereka.
Mempercayai mereka dan membiarkannya menemukan jawaban dari mereka sendiri
merupakan dua hadiah paling besar yang diberikannya pada orangtua. Sebagai guru berusaha
mengawasi dan memberikan arahan agar mereka tidak salah jalan. Dalam pembelajaran IPS
guru perlu menceritakan lingkuangan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah untuk
dirawat, dijaga dan dilestarikan. Pendidikan IPS juga pelu mengembangkan pemahaman anak
untuk memelihara perkarangan sekolahnya, membuat denah dan peta sekolah, dan tumbuhkan
rasa saling kerja sama dan bertanggung jawab antara sesama siswa SD maupun kepada guru,
serta membangan komunikasi dan sosial yang baik disekolah. Dengan demikian IPS dapat
diterapkan anak SD dengan baik di lingkungan sekolah.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pendidikan di lingkungan sangat penting. Karena sebagai makhluk sosial, manusia


senantiasa harus berhubungan dengan lingkungan sekitar. Dan ketika berada di lingkungan,
sangatlah wajar jika manusia mendapatkan hal-hal yang tidak semuanya sesuai dengan
keinginannya. Karena sebenarnya, lingkungan ialah sekolah yang sebenarnya. Anak-anak
bisa belajar secara langsung dari lingkungan. Dan apa yang mereka pelajari secara langsung
akan cepat terpatri dalam pikran mereka dan terekam terus sehingga sulit untuk dilupakan.
Untuk itu, jika lingkungannya baik, maka akan sangat mendukung untuk kebaikan si anak.
Namun, jika lingkungannya kurang mendukung untuk tumbuh kembang si anak, maka akan
sangat mungkin hal itu akan menjadi parasit perusak otak dan virus pembunuh jiwa bagi
anak-anak kita.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini sangat
jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Sehingga penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA
9
Hasan, Said Hamid. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Depdikbud

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS:Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

NN. Diunduh tanggal 30 September 2019.

Tersedia.http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196601131990012-
YANI_KUSMARNI/Mengembangkan_Pendidikan_IPS_Berwawasan_Lingkungan.pdf

Kompasiana. Diunduh tanggal 30 September 2019.

Tersedia.https://www.kompasiana.com/ruangmaknaqu/55109866813311d338bc69cb/pendidik
an-integral-rumah-sekolah-dan-masyarakat

10

Anda mungkin juga menyukai