Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI BELAJAR BRUNER

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Matematika Sekolah Dasar
Dosen Pengampu: Budiharti, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Diota Matiin Anta 20144600002


2. Reni Septiana 20144600013
3. Aisah Diana Putri 20144600014
4. Aisyiah Hanum Latifah 20144600019
5. Diana Danisyah 20144600023
6. Elsa Nur Safitri 20144600031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Belajar Bruner” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teori pembelajaran Bruner,
karakteristik teori bruner dalam pembelajaran, tahap-tahap dalam proses belajar matematika,
metode penemuan (discovery), teorema berkaitan dengan pengajaran matematika, kelebihan
dan kekurangan teori Bruner, dan contoh implementasi teori belajar Bruner dalam
pembelajaran matematika di sekolah dasar bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Budiharti, M.Pd., selaku dosen mata
kuliah Pembelajaran Matematika SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini,kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran sangat kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 07 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II Pembahasan...........................................................................................................3
A. Teori pembelajaran Bruner...................................................................................3
B. Karakteristik Teori Bruner dalam Pembelajaran.................................................. 3
C. Tahap-Tahap dalam Proses Belajar Matematika.................................................. 3
D. Metode Penemuan (Discovery)............................................................................ 4
E. Teorema berkaitan dengan Pengajaran Matematika.............................................6
F. Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner............................................................. 8
G. Contoh Implementasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran Matematika
di Sekolah Dasar................................................................................................ 8
BAB III Penutup................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka....................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu
sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif
(Sutawijaya,1997:176). Menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide
(gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga
matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sekolah Dasar merupakan lembaga
pendidikan pertama yang dimasuki anak. Di lembaga itu diajarkan berbagai mata
pelajaran untuk membekali mereka agar memiliki kemampuan dasar untuk melanjutkan
pada jenjang yang lebih tinggi dan sebagai bekal hidup sehari- hari.
Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman siswa belajar
matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan
pengetahuan.Tugas guru sebagai fasilitator dan juga mengajar tentu saja tidak dapat
dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar
tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Teori belajar tidak dapat diharapkan
menentukan langkah demi langkah prosedur pembelajaran, namun bisa memberi arah
prioritas-prioritas dalam tindakan guru.
Salah satu untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural, guru perlu
mengetahui berbagai teori belajar matematika. Dalam makalah ini membahas dasar dan
konsep teori belajar matematika Bruner, menyebutkan ciri-ciri pembelajaran matematika
menurut teori belajar Bruner.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep teori belajar Bruner?
2. Bagaimana karakteristik Teori Bruner dalam Pembelajaran?
3. Apa saja tahap-tahap dalam proses belajar matematika ?
4. Bagaimana metode penemuan teori belajar Bruner ?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar Bruner ?
6. Bagaimana implementasi teori belajar bruner dalam pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar ?

1
C. Tujuan
 Agar mengetahui tentang konsep belajar teori Bruner.
 Mengetahui karakteristik Teori Bruner dalam Pembelajaran.
 Memahami tahapan dalam proses belajar matematika.
 Mengetahui metode penemuan teori belajar Bruner.
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar bruner.
 Memahami implementasi teori belajar bruner dalam pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran Bruner


Jerome S. Bruner (dalam Suherman E., 2003:43) menyatakan bahwa belajar
matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-
konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, serta
mencari hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan
mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan,
anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa
materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami
dan diingat anak.
Bruner melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak
baiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang
dirancang secara khusus dan dapat digunakan oleh siswa untuk memahami suatu
konsep matematika.

B. Karakteristik Teori Bruner dalam Pembelajaran


Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran (dalam Trianto, 2010) yaitu :
1. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari.
2. Membantu siswa dalam mencari hubungan antara konsep.
3. Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba sendiri cara untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.
4. Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif (daya atau
kemampuan mengetahui atau berusaha memahami sesuatu).

C. Tahap-Tahap dalam Proses Belajar Matematika


Ketika seseorang mempelajari suatu pengetahuan misalnya konsep
matematika, menurut Bruner pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap
tertentu. Jika pengetahuan yang dipelajari itu dalam tiga tahap, yang macam dan
urutannya adalah sebagai berikut:
a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda

3
konkret atau menggunakan situasi yang nyata. Misalnya untuk memahami
konsep operasi pengurangan bilangan cacah 7– 4, anak memerlukan pengalaman
mengambil/membuang 4 benda dari sekelompok 7 benda.
b. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret.
Contoh: kegiatan belajar dilakukan menggunakan gambar atau diagram yang
mewakili 5 kancing dan 3 kancing yang digabungkan dan kemudian dihitung
banyak kancing seluruhnya. Pada tahap yang kedua ini bisa juga siswa
melakukan penjumlahan itu dengan menggunakan pembayangan visual (visual
imagery) dari kancing-kancing yang telah ditunjukkan sebelumnya.
c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol
verbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang
matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya. Contoh: Berdasarkan
contoh sebelumnya, siswa melakukan penjumlahan kedua bilangan itu dengan
menggunakan lambang bilangan yaitu 5 + 3 = 8.
Tahapan dari representasi Bruner dapat disajikan dalam diagram di bawah
ini. Garis tebal menunjukkan urutan perkembangan yang diusulkan oleh Bruner,
bersama-sama dengan koneksi lain antar sistem.

D. Metode Penemuan (Discovery)


Satu hal menjadikan Bruner terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses
belajar dari pada hasil belajar. Oleh karena itu, menurut Bruner metode belajar
merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan

4
pemerolehan khusus. Metode yang sangat didukungnya yaitu metode penemuan
(discovery). Discovery learning dari Buner, merupakan model pengajaran yang
dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan
prinsip-prinsip konstruktivis. Di dalam discovery learning siswa didorong untuk
belajar sendiri secara mandiri.
Penemuan yang dimaksud disini bukan penemuan sungguh-sungguh, sebab
apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan orang. Jadi penemuan di sini
ialah penemuan pura-pura, atau penemuan bagi siswa yang bersangkutan saja.
Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikan
rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya
itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Dengan penemuan ini pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan
untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara
menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah
dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Dengan metode
ini anak didorong untuk memahami suatu fakta dan hubungannya yang belum dia
paham sebelumnya, dan yang belum diberikan kepadanya secara langsung oleh orang
lain.
Manfaat belajar penemuan adalah sebagai berikut:
 Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna.
 Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah diingat.
 Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang
diinginkan dalam belajar adar siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan
yang diterima.
 Transfer dapat ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh
siswa dari pada disajikan dalam bentuk jadi.
 Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam
menciptakan motivasi siswa.
 Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.

5
Adapun Tahap-Tahap Penerapan Belajar Penemuan
1. Stimulus ( pemberian perangsang/simuli)
Kegiatan belajar di mulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang
berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan
aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah
2. Problem statement (mengidentifikasi masalah)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih dan
merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah tersebut)
3. Data collecton ( pengumpulan data)
Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesa tersebut
4. Data prosessing (pengolahan data)
Yakni mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara,
observasi dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan
5. Verifikasi
Mengadakan pemerksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya
hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing
6. Generalisasi
Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil
verivikasi

E. Teorema berkaitan dengan Pengajaran Matematika


Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan observasi yang dilakukan oleh
Bruner pada tahun 1963 mengemukakan empat teorema /dalil-dalil berkaitan dengan
pengajaran matematika yang masing-masing disebut “teorema atau dalil”. Keempat
dalil tersebut adalah:
1. Contruction Theorem
Teorema atau dalil konstruksi (Contruction Theorem) menyatakan bahwa
anak dalam belajar lebih mudah memahami ide-ide yang abstrak dengan
menggunakan peragaan kongkret (enactive Representation) dilanjutkan ke tahap

6
semi kongkret (Iconic Representation) dan diakhiri dengan tahap abstrak
(Symbolic Representation). Contoh: anak mempelajari konsep perkalian yang
didasarkan pada prinsip penjumlahan berulang, akan lebih memahami konsep
tersebut. Jika anak tersebut mencoba sendiri menggunakan garis bilangan untuk
memperlihatkan proses perkalian tersebut. Misalnya 3 x 5, ini berarti pada garis
bilangan meloncat 3 kali dengan setiap loncatan sejauh 5 satuan, hasil loncatan
tersebut kita periksa ternyata hasilnya 15. Dengan mengulangi hasil percobaan
seperti ini, anak akan benar-benar memahami dengan pengertian yang mendalam,
bahwa perkalian pada dasarnya merupakan penjumlahan berulang.
2. Notation Theorem
Teorema atau dalil notasi (Notation Theorem) menyatakan bahwa
simbol-simbol yang abstrak harus dikenalkan secara tahap demi setahap, sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif anak dalam belajar. Contoh untuk siswa
sekolah dasar, yang pada umumnya masih berada pada tahap operasi kongkret,
misalkan ”Tentukanlah sebuah bilangan yang jika ditambah 5 akan menjadi 9”,
akan lebih sesuai jika direpresentasikan dalam diberikan bentuk ... + 5 = 9 atau
a + 5 = 9.
3. Contrast and Variation Theorem
Sesuatu konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa
apabila konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain, sehingga
perbedaan antara konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.
Contoh pemahaman siswa tentang konsep bilangan ganjil akan menjadi lebih
baik bila bilangan ganjil dibandingkan dengan bilangan yang bukan ganjil,
menjadi jelas.
4. Connectivity Theorem
Teorema atau dalil konektivitas menyatakan bahwa setiap konsep,
setiap prinsip, dan setiap keterampilan dalam matematika berhubungan dengan
konsep, prinsip, dan keterampilan yang lain. Contoh konsep bilangan prima dan
faktor prima digunakan untuk menyelesaikan FPB dan KPK. Penarikan akar
pangkat dua dikaitkan dengan menentukan panjang sisi suatu persegi jika
luasnya diketahui.

7
F. Kelebihan dan Kelemahan Teori Bruner
Seperti teori-teori yang lain Teori Bruner juga memiliki kelebihan dan
kekurangan, sebagai berikut:
Kelebihan Teori Bruner:
1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna.
2. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah diingat.
3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang
diinginkan dalam belajar agar siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan
yang diterima.
4. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh
siswa daripada disajikan dalam bentuk jadi.
5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam
menciptakan motivasi belajar.
6. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Kekurangan Teori Bruner
1. Teori belajar ini menuntut siswa untuk memiliki kesiapan dan kematangan mental.
Siswa harus berani dan berkeinginan mengetahui keadaan disekitarnya. Jika tidak
memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan gagal.
2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin
atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang
dipelajari.

G. Contoh Implementasi Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran Matematika di


Sekolah Dasar
a. Konsep Perkalian
Untuk mengajarkan konsep perkalian menggunakan tahapan teori Bruner
dijabarkan sebagai berikut.
1) Tahap enaktif
Pada tahap ini siswa dapat diajak untuk mengamati sepeda di tempat parkir
sekolah. Siswa mengamati jumlah roda masing-masing sepeda. Misalkan
ada 4 sepeda, setiap sepeda memiliki 2 roda. Jadi, jumlah roda dari 4
sepeda adalah 2 + 2 + 2 + 2 = 8
2) Tahap ikonik
Selanjutnya siswa diperlihatkan gambar sepeda.

8
3) Tahap simbolik
Pada tahapan ini siswa sudah mulai diarahkan menyelesaikan dengan
menggunakan simbol-simbol matematika. 2 + 2 + 2 + 2 sama artinya
dengan 4 x 2 =8.

b. Ukuran Berat
1) Tahap enaktif
Siswa memanipulasi atau memperagakan dengan menggunakan timbangan
untuk satuan berat benda. Adapun benda yang dimanipulasi siswa terdiri
dari : 1 benda dengan berat 1 kilogram (kg); 10 benda dengan berat
masing-masing 1 hektogram (hg), 10 benda dengan berat masingmasing 1
dekagram (dg), 10 benda dengan berat masing-masing 1 gram, dan 100
benda dengan berat masing-masing 1 dekagram dan gram.
2) Tahap ikonik
Anak diperlihatkan gambar yang sesuai dengan peragaan nyata yang
dilakukan pada tahap enaktif tadi. Misalkan:

Atau dengan diperlihatkan gambar tangga satuan berat

3) Tahap simbolik
Untuk tahap simbolik, siswa langsung diajarkan merubah satuan berat
menggunakan simbol matematika. Misalkan:
1 kg = 1 x 10 hg = 10 hg
4 hg = 4 x 100 gram = 400 gram
20 cg = 20 : 10 dg = 2 dg

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar Bruner lebih mengarah pada belajar penemuan (Discovery
Learning). Dalam hal ini, siswa diarahkan untuk memperoleh pengetahuannya
sendiri dengan cara terlibat aktif dalam proses pemecahan masalah. Ketika belajar
mandiri siswa dapat memiliki pengetahuan yang bermakna dan lebih tahan lama.
Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri.

B. Saran
Kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih sangat banyak
terdapat kekurangandan kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca sehingga makalah yang akan datang akan lebih baik lagi.
Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta menambah
pengetahuan kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Atiaturrahmaniah, dkk. 2017. Pengembangan Pendidikan Matematika SD. Nusa Tenggara


Barat: Universitas Hamzanwadi Press.
Hawa, Siti. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas
Maudanna, Farra Eva, dkk. 2013. Psikologi Pembelajaran Matematika. Surabaya: Univeristas
Negeri Surabaya.
Suherman Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
JICA:Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Wahab, G. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran.

11

Anda mungkin juga menyukai