Anda di halaman 1dari 17

Teori Van Hiele dan Pendekatan Realistik

Pada Pembelajaran Matematika


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Materi Pembelajaran Matematika SD”
Dosen Pengampu : Asih Mardati,M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 4
Veryna (1900005164)
Fadhilla Eka Roshydta (1900005168)
Siti Sahara Sulaiman (1900005170)
Annisa Nur hidayati (1900005178)
Syafrizal Dzikriansyah (1900005186)
Wisnu Alkhawarizmi (1900005196)
Maritsa Chazimah (190005208)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2021

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

C. Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Pengertian Teori Belajar dan Pendekatan Realistik ................................................. 3

B. Tujuan Teori Van Hielle dan Pendekatan Realistik ................................................. 7

C. Sintaks Pendekatan Pembelajaran Realistik............................................................. 9

D. Kelebihan dan Kekurangan ...................................................................................... 9

E. Contoh Penerapan Pendekatan pada Pembelajaran Matematika ............................ 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 13

A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Van
Hielle dan Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika” tepat pada
waktunya. Rasa hormat dan ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Asih
Mardati., selaku dosen pengampu mata kuliah Materi Pembelajaran Matematika SD atas
ilmu, bimbingan, motivasi, dan saran yang diberikan selama perkuliahan. Dalam
menyelesaikan makalah ini, tentu tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi materi, tata bahasa, penulisan kalimat, maupun kajian teori.
Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar kami dapat memperbaikinya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok
kami khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.

Yogyakarta, 10 Oktober 2021

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara pendidik dengan
peserta didik yang dilakukan secara sadar dan dilakukan dengan tujuan siswa
memahami konteks matematika yang diajarkan. Pembelajaran matematika
ditujukan untuk tercapainya standar kompetensi/kompetensi inti dan kompetensi
dasar pembelajaran dimana pembelajaran harus dilakukan secara
berkesinambungan. Guru juga harus memperhatikan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran. Melakukan evaluasi
yang relevan dan disesuaikan dengan proses dalam pembelajaran. Hal tersebut
tidak terlepas dari beberapa komponen pembelajaran seperti model, pendekatan,
strategi dan lain sebagainya.

Guru sebagai pemegang peranan utama dalam pembelajaran matematika tidak


hanya memiliki pengetahuan akan materi matematika yang diajarkan. Akan
tetapi guru juga harus memiliki pengetahuan konseptual dan prosedural yang
akan mengantarkan siswa ke topik pembelajaran, memiliki kecakapan untuk
menangani miskonsepsi yang mungkin terjadi dalam pengajaran matematika dan
memahami tahapan bahwa mereka masih memiliki sedikit pemahaman tentang
suatu materi menuju penguasaan materi tertentu. Salah satu pengetahuan
procedural tersebut yakni pengetahuan terhadap konsep dan implementasi teori
dan pendekatan pembelajaran. Oleh karena itu guru diharapkan mampu
mengetahui dan mengimplementasikan beberapa teori dan pendekatan
pembelajaran yang biasa diterapkan dalam pembelajaran matematika
diantaranya yaitu teori Van Hielle dan pendekatan realistik atau biasa dikenal
dengan (Realistic Mathematic Education) yang dapat membantu guru dalam
menciptakan pembelajaran yang optimal.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar Van Hielle dan pendekatan realistic
pembelajaran matematika?
2. Apakah tujuan pembelajaran yang dicapai melalui teori belajar dan
pendekatan pembelajaran matematika?
3. Bagaimana sintaks atau langkah dalam pendekatan pembelajaran
matematika?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori dan pendekatan pembelajaran
matematika?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian teori belajar Van Hielle dan pendekatan
pembelajaran realistik dalam matematika.
2. Dapat mengetahui tujuan pembelajaran yang dicapai melalui teori belajar
dan pendekatan pembelajaran matematika.
3. Dapat mengetahui sintaks atau langkah dalam pendekatan pembelajaran
matermatika.
4. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori dan pendekatan
pembelajaran matematika.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar dan Pendekatan Realistik


1. Pengertian Teori Belajar
Teori belajar atau teori perkembangan mental menurut Ruseffendi (1988)
adalah berisi uraian tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi
terhadap mental peserta didik. Sementara itu, pengertian tentang belajar itu
sendiri berbeda-beda menurut teori belajar yang dianut seseorang.

Menurut pandangan modern menganggap bahwa belajar merupakan kegiatan


mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan
tersebut dapat dilihat ketika siswa memperlihatkan tingkah laku baru, yang
berbeda dari tingkah laku sebelumnya. Selain itu, perubahan tingkah laku
tersebut dapat dilihat ketika seseorang memberi respons yang baru pada
situasi yang baru (Gledler, 1986). Hudoyo (1998) menyatakan bahwa belajar
adalah kegiatan yang berlangsung dalam mental seseorang, sehingga terjadi
perubahan tingkah laku, di mana perubahan tingkah laku tersebut bergantung
kepada pengalaman seseorang.
a) Teori Belajar Van Hielle
Dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre van
Hiele dan isterinya, Dina van Hiele-Geldof, pada tahun-tahun 1957
sampai 1959 mengajukan suatu teori mengenai suatu teori proses
perkembangan yang dilalui para siswa dalam mempelajari geometri.
Jadi, teori belajar Van Hiele adalah teori belajar tentang tahap berpikir
siswa dalam pembelajaran matematika khususnya materi geometri.
Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam
pembelajaran geometri, menurut Van Hielle adalah sebagai berikut:
1. Tingkat 1 : Tingkat Visualisasi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, siswa
memandang suatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan,

3
sesuatu yang wholistic. Pada tingkat ini siswa belum
memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing bangun.
Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal
nama suatu bangun, siswa belum mangamati ciri-ciri dari bangun
itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu bahwa sesuatu
bangun bernama persegi panjang, tetapi ia belum menyadari ciri-
ciri dari bangun yang bernama persegi panjang tersebut.

2. Tingkat 2 : Tingkat Analisis


Tingkat ini sering disebut juga tingkat deskriptif. Pada tingkat ini
siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-
ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat
ini siswa sudah bisa menganalisis bagian-bagian (unsur-unsur)
yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang
dimiliki oleh unsur-unsur tersebut. Sebagai contoh, pada tingkat
ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa sesuatu bangun
merupakan persegipanjang karena bangun itu “mempunyai empat
sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya
sikusiku”.

3. Tingkat 3 : Tingkat Abstraksi


Tingkat ini disebut juga tahap pengurutan (ordering) atau tingkat
relasional. Pada tingkat ini, siswa sudah mampu melakukan

4
penarikan kesimpulan, yang kita kenal dengan sebutan berfikir
deduktif. Namun kemampuan ini belum berkembang secara
penuh. Satu hal yang perlu diketahui adalah siswa pada tahap ini
sudah mulai mampu mengurutkan. Misalnya, ia sudah mengenali
bahwa bujur sangkar adalah jajaran genjang, bahwa belah ketupat
adalah layang-layang. Demikian pula dalam pengenalan benda-
benda ruang, siswa sudah memahami bahwa kubus adalah balok
juga, dengan keistimewaannya yaitu bahwa semua sisinya
berbentuk bujur sangkar. Pola berpikir siswa pada tahap ini masih
belum mampu menerangkan mengapa diagonal suatu persegi
panjang itu sama panjang. Anak mungkin belum memahami
bahwa bela ketupat dapat dibentuk dari dua segitiga yang
kongruen.

4. Tingkat 4 : Tingkat deduksi formal


Dalam tahap ini siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara
deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat
umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. Demikian pula ia
telah mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan.
Misalnya siswa sudah mulai memahami dalil. Selain itu, pada
tahap ini siswa sudah mulai mampu menggunakan aksioma atau
postulat yang digunakan dalam pembuktian Postulat dalam
pembuktian segitiga yang sama dan sebangun, seperti postulat
sudut-sudut-sudut, sisi-sisi-sisi atau sudut-sisi-sudut, dapat
dipahaminya, namun belum mengerti mangapa postulat tersebut
benar dan mengapa dapat dijadikan sebagai postulat dalam cara-
cara pembuktian dua segitiga yang sama dan sebangun
(kongruen).

5
5. Tingkat 5 : Tingkat Rigor
Tingkat ini disebut juga tingkat metamatematis. Pada tingkat ini,
siswa mampu melakukan penalaran secara formal tentang sistem-
sistem matematika (termasuk sistem-sistem geometri), tanpa
membutuhkan model-model yang kongkrit sebagai acuan. Pada
tingkat ini , siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih
dari satu geometri. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa,
menyadari bahwa jika salah satu aksioma pada suatu sistem
geometri diubah, maka seluruh geometri tersebut juga akan
diubah. Sehingga, pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami
adanya geometri-geometri yang lain di samping geometri
Euclides.

2. Pengertian Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam
menentukan kegiatan pembelajaran. artinya, pendekatan merupakan landasar
berpikir atau filosofi dalam menentukan pembelajaran.
a) Pendekatan Realistik
Pendekatan realistik secara bahasa didefinisikan sebagai suatu frase yang
terbentuk dari kata pendekatan dan realistik. Maulana (2011, hlm. 85)
mengungkapkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara yang
ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang
disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Sedangkan kata realistik sendiri
sering diartikan sebagai sesuatu yang real atau nyata. Sehingga
pendekatan realistik merupakan suatu pendekatan atau cara pembelajaran
dimana mendekatkan siswa kepada hal yang bersifat nyata yaitu dengan
memanfaatkan lingkungan disekitar sebagai materi pembelajaran. Senada
dengan pendapat Tarigan (2006, hlm. 4) bahwa pendekatan matematika
realistik merupakan pendekatan yang orientasinya menuju kepada
penalaran siswa yang bersifat realistik yang ditujukan pada
pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan

6
berorientasi kepada penalaran matematika dalam menyelesaikan
masalah. Siswa dalam pendekatan realistik dituntun agar terlibat secara
aktif dalam pembelajaran yakni dalam memecahkan masalah matematika
baik secara individu maupun diskusi kelompok. Dalam pendekatan
tersebut guru bersifat sebagai fasilitator kegiatan pembelajaran karena
pembelajaran realistik bertajuk situated learning yaitu proses
pembelajaran yang diarahkan kepada dunia nyata atau student center.
Dengan demikian pendekatan matematika realistik merupakan suatu
pendekatan metodologi pembelajaran yang mengutamakan kenyataan
dan lingkungan sebagai alat bantu pembelajaran dimana mempunyai
maksud kebermaknaan kepada siswa sehingga pembelajaran dapat
tercapai secara optimal. Hal tersebut menjadikan realita ataupun
lingkungan menjadi sumber utama dalam pembelajaran. Realita tersebut
bukan hanya sesuatu yang bersifat fisik saja melainkan dengan segala
sesuatu yang dapat dibayangkan dengan realitas imajinasi siswa.

B. Tujuan Teori Van Hielle dan Pendekatan Realistik


1. Tujuan Teori Van Hielle
Teori belajar Van Hiele bisa dijadikan alternatif untuk mengatasi masalah
siswa yang kesulitan memahami geometri karena teori belajar Van Hiele
merupakan teori yang fokus terhadap geometri.

Geometri adalah suatu konsep abstrak yang dapat diilustrasikan dengan benda
konkret yang memiliki sifat yang sama dengan bangun geometri.
Pembelajaran geometri di sekolah dasar dapat memberikan kontribusi kepada
siswa dalam belajar matematika, baik untuk pembentukan sikap, pola pikir,
dan keterampilan. Geometri dapat dikatakan sebagai salah satu materi yang
dianggap penting dalam matematika.
Usiskin (1982) memberikan alasan mengapa geometri perlu diajarkan yaitu:
a) Pertama, geometri satu-satunya bidang matematika yang dapat
mengaitkan matematika denganbentuk fisik dunia nyata,

7
b) Kedua, geometri satu-satunya yang dapat memungkinkan ide-
idematematika yang dapat divisualisasikan,
c) Dan yang ketiga, geometri dapat memberikan contohyang tidak tunggal
tentang sistem matematika. Dalam proses mempelajari geometri, siswa
akan melalui tingkatan-tingkatan berpikir yang berurutan.

Menurut van Hiele (Ikhsan, 2008) dalam mempelajari geometri,


seseorang akan melewati tingkatan berpikir yang hirarkis.

2. Tujuan Pendekatan Realistik


Pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik
merupakan salah satu usaha meningkatkan kemampuan siswa memahami
matematika dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
kembali dan merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa
mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep matematika. Beberapa
penelitian pendahuluan di beberapa negara menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan pendekatan realistik, sekurang-kurangnya dapat
membuat:
a. Matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan
tidak terlalu abstrak
b. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa
c. Menekankan belajar matematika pada (learning by doing)
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa
menggunakan pe-nyelesaian (algoritma) yang baku
e. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika
(Kuiper&Knuver, 1993).

8
C. Sintaks Pendekatan Pembelajaran Realistik
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan inti proses pembelajaran
melalui pendekatan realistic adalah sebagai berikut:
1) Memahami masalah kontekstual,
Pada langkah ini siswa diberi masalah kontekstual dan siswa diminta untuk
memahami masalah kontekstual yang diberikan.

2) Menjelaskan masalah kontekstual,


Pada langkah ini guru menjelaskan situasi dan kondisi masalah dengan
memberikan petunjuk atau saran seperlunya terhadap bagian tertentu yang
belum dipahami siswa.

3) Menyelesaikan masalah kontekstual,


Setelah memahami masalah, siswa menyelesaikan masalah kontekstual
secara individual dengan cara mereka sendiri, dan menggunakan
perlengkapan yang sudah mereka pilih sendiri. Sementara itu guru
memotivasi siswa agar siswa bersemangat untuk menyelesaikan masalah
kontekstual dengan cara mereka sendiri.

4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.


Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk
membandingkan jawaban soal secara berkelompok, untuk selanjutnya
dibandingkan dan didiskusikan di kelas. Di sini siswa dilatih untuk belajar
mengemukakan pendapat.

5) Menyimpulkan.
Setelah selesai diskusi kelas, guru membimbing siswa untuk mengambil
kesimpulan suatu konsep atau prinsip.

D. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan teori Van Hiele
Kelebihan teori Van Hiele dalam penerapan pembelajaran matematika yaitu:

9
a) Kemampuan pemahaman belajar siswa lebih baik jika menggunakan
teori Van Hiele,
b) Siwa mampu berkomunikasi lebih baik,
c) Objek akan menjadi jelas pada tahap berikutnya jika pada objek yang
lama masih kurang jelas.

Kekurangan teori Van Hiele


Kekurangan teori Van Hiele dalam penerapan pembelajaran matematika
yaitu:
a) Siswa tidak mampu melalui tingkat yang lebih tinggi tanpa kemantapan
konsep pada tingkat sebelumnya,
b) Teori Van Hiele hanya mengkhususkan pada pelajaran geometri.

2. Kelebihan Pendekatan Realistik


Kelebihan pendekatan realistic yang diterapkan pada pembelajaran
matematika yaitu:
a) Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang
tidak tampak,
b) Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa,
c) Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah
didapatkan,
d) Guru ditantang untuk mempelajari bahan,
e) Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga, dan,
f) Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

Kekuarangan Pendekatan Realistik


Kekurangan pendekatan realistic pada penerapan proses pembelajaran
matematika adalah:
a) Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40- 45 orang)
b) Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran
c) Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.

10
E. Contoh Penerapan Pendekatan pada Pembelajaran Matematika
Contoh penerapan pendekatan realistik pada pelajaran matematika SD yaitu
kelas V materi bangun ruang.
Langkah-langkah penerapan menggunakan pendekatan realistik pada materi
bangun ruang yaitu:
1) Memahami masalah kontekstual,
Contohnya:
Meminta siswa mengingat benda-benda yang menyerupai tabung, kerucut,
balok, kubus, dan bola sesuai pengalaman mereka masing-masing dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengingat sifat-sifat bangun ruang
tersebut, dan membayangkan cara menggambarnya sesuai dengan strategi
mereka masing-masing.

2) Menjelaskan masalah kontekstual .


Contohnya:
Menjelaskan secara formal sifat-sifat tabung, kerucut, kubus, balok, dan
bola, serta cara menggambarnya sesuai dengan sifat masing-masing.

3) Menyelesaikan masalah kontekstual,


Contohnya:
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, lalu meminta siswa untuk
menggambar bangun ruang balok. Ruang kelas, bisa diibaratkan sebagai
bangun balok. Lalu siswa diminta untuk menuliskan nama bangunnya,
jumlah rusuknya, jumlah sisinya, serta nama-nama sudutnya.

4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.


Contoh:
Setelah pekerjaan telah selesai, setiap perwakilan kelompok, siswa
diminta untuk membacakan hasil diskusinya.

11
5) Menyimpulkan.
Setelah selesai diskusi kelas, guru membimbing siswa untuk mengambil
kesimpulan suatu konsep atau prinsip.
Contohnya:
Dari beberapa hasil pekerjaan siswa yang telah dibacakan. Guru memberikan
kesimpulan terkait bangun ruang balok.

Pembelajaran bangun ruang di sekolah dasar cenderung berorientasi pada


guru. Guru jarang memulai pelajarannya dengan masalah nyata mengenai
bangun ruang, yang kemudian diarahkan pada penemuan konsep, prosedur
matematika, dan prinsip bangun ruang itu sendiri. Akibat dari pembelajaran
tersebut adalah siswa kurang mampu dalam penalaran bangun ruang.

Selama kegiatan pengamatan di kelas berlangsung, penyebab rendahnya


prestasi belajar siswa adalah guru dalam mengajar cenderung menggunakan
metode konvensional, siswa terlihat pasif, guru jarang memposisikan
pembelajaran ke dalam suatu konteks atau pembelajaran yang menggunakan
permasalahan realistik, sehingga siswa kurang mampu membayangkan
konsep yang sedang dibahas. Sehubungan dengan itu, alternatif pendekatan
yang dipandang sesuai diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR). Dalam pendekatan
ini, siswa diberikan kesempatan sendiri untuk menemukan ide maupun
konsep-konsep, dimana dalam konsep ini diawali dengan masalah realistik.

Suatu masalah realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di dunia
nyata dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa, namun suatu
masalah disebut realistik jika masalah tersebut dapat dibayangkan atau nyata
dalam pikiran siswa. Dalam pembelajaran matematika realistik,
permasalahan realistik digunakan sebagai fondasi dalam membangun
konsep matematika, kemudian definisi akhir, sifat dan teorema dapat

12
ditemukan. Untuk hal tersebut siswa diharapkan lebih aktif berdiskusi dan
melakukan refleksi agar dapat mengkonstruksi konsep-konsep matematika.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori belajar Van Hiele adalah teori belajar tentang tahap berpikir siswa dalam
pembelajaran matematika khususnya materi geometri. Tahapan berpikir atau
tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri, menurut Van
Hielle yaitu tingkat visualisasi (tingkat pengenalan), tingkat analisis (tingkat
deskriptif), tingkat abstraksi (pengurutan), tingkat deduksi formal
(menyimpulkan), dan tingkat rigor (penalaran).

Pendekatan matematika realistik merupakan pendekatan yang orientasinya


menuju kepada penalaran siswa yang bersifat realistik yang ditujukan pada
pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis, dan jujur dengan berorientasi
kepada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah.

Tujuan teori belajar Van Hiele yaitu untuk mengatasi masalah siswa yang
kesulitan memahami geometri karena teori belajar Van Hiele merupakan teori
yang fokus terhadap geometri. Sedangkan tujuan pendekatan realistic yaitu
meningkatkan kemampuan siswa memahami materi matematika dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan
merekonstruksi konsep-konsep materi pembelajaran matematika.

Sintaks Pendekatan Pembelajaran Realistik yaitu memahami masalah


kontekstual, menjelaskan masalah kontekstual, menyelesaikan masalah
kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan menyimpulkan.

13
Penerapan teori Van Hiele pada pembelajaran matematika SD memiliki
kelebihan dan kekurangannya sendiri, begitu juga dengan penerapan pada
pembelajaran menggunakan pendekatan realistic.

DAFTAR PUSTAKA

Sutriani, lilis., Oyon, Pranata., & Yusuf, Suryana. (2018). Implementasi Teori Belajar
Van Hiele Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Sifat-Sifat Bangun
Datar Sederhana. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5, 99-110.

Abrar, Andi Ika. (2013). Belajar Van Hiele. Al-Khawarizmi, 2, 77-86.

Khotimah, Sita, Husnul., & Muhammad,As’ad. (2020). Pendekatan Pendidikan


Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, 4, 491-498.

Aini, Z., Maidiyah, E., & Hidayat, M. (2018). Tingkat Kemampuan Berpikir Siswa
berdasarkan Teori van Hiele pada Materi Segiempat Kelas VIII SMP Negeri 1
Darussalam. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika, 3(2), 60-62.

Mustamin, Hasmiah. (2017). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistik.


Lentera Pendidikan Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Kejuruan, 20(2), 231-239.
DOI:10.24252/lp.2017v20n2i8

Suherman,dkk. (2003). Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer. Jica.(edisi


revisi) Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai