Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEORI PEMBELAJARAN BIOLOGOI

TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

1. Nurhikmah. Hr (105441105218)
2. Husnul Khotima rusmanto (105441105218)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-
Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “teori belajar
kontruktivisme” yang disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah teori pembelajaran biologi
Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah memberikan petunjuk hingga akhir zaman untuk kita umatnya. Dalam penyusunan
makalah ini tentu penulis mengalami masalah, namun itu semua dapat teratasi dengan
berbagai dukungan dan bimbingan dari pihak lain. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih,kepada:
1. Nurdiyanti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Teori Pembelajaran Biologi
2. Semua teman-teman Pendidikan Biologi 18-C yang telah senantiasa memberikan
saran dan kritik dalam penyusunan makalah ini, serta
3. Kedua orang tua yang telah membantu baik dalam moril maupun materi.
Demikian penyusunan dari makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, khususnya dari Dosen Mata Kuliah Teori Pembelajaran Biologi guna
menjadi acuan bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang dan
demi kesempurnaan dari makalah ini.

Makassar,13 oktober 2019

penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................1
C. Tujuan ............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dasar teori kontruktivisme ................................................2


B. Karakteristik teori kontruktivisme .................................................6
C. Implikasi teori intruktivisme terhadap pembelajaran ....................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................9
B. Saran ..............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dari suatu proses belajar diperoleh suatu hasil yang sangat signifikan, dikarenakan yang
sebelumnya tidak mengetahui menjadi mengetahui dan yang sebelumnya belum memahamin
dapat menjadi paham setelahnya.
Dalam suasana saat ini, istilah belajar tidak hanya menjadi penggambaran suatu usaha
mengetahui sesuatu begitu saja, melainkan memiliki berbagai teori dan model yang terus
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Salah satu perkembangan teori belajar adalah teori
belajar konstruktivisme.
Meski bukan hal yang baru teori belajar konstruktivisme menjadi salah satu dasar teori
belajar yang sudah mengakar pada dunia pendidikan dengan berbagai karakteristik, kelebihan,
maupun kekuranganya.
Teori belajar konstruktivisme secara umum dapat didefinisikan sebagai
sebagai experimental learning, yang merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman
konkret di lapangan, di laboratorium, berdiskusi dengan teman, dan dikembangkan menjadi
pengetahuan, konsep, serta ide baru. Peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pembelajar.
Dari pengertian secara umum tersebut masih begitu banyak hal mengenai teori belajar
konstruktivisme. Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian lebih mendalam, sehingga
memunculkan pemahaman yang lebih luas akan teori belajar tersebut

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme?
2) Bagaimana karakteristik dari teori belajar konstruktivisme?
3) Bagaimana implikasi teori belajar konstruktivisme terhadap pembelajaran?

C. TUJUAN
1) Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme
2) Mengetahui dan memahami karakteristik dari teori belajar konstruktivistik
3) Mengetahui dan memahami implikasi teori belajar konstruktivisme terhadap
pembelajaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivistik didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat kognitif, yaitu


tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan
dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa
konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada;

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka;

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru;

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif
dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang sudah ada;

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku
apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasanya tidak konsisten atau sesuai dengan
pengetahuan ilmiah;

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk
menarik minat pelajar.

Konstruktivistik, constructivism dalam bahasa Inggris berasal dari kata construct yang
berarti membina. Konstruktivisme ialah teori yang bertunjangkan usaha pelajar mengaitkan ide
lama dengan ide baru dalam membina ilmu pengetahuan. Teori ini pertama kali diperkenalkan
dalam konteks pendidikan dan perkembangan anak-anak oleh Piaget dan John Dewey.

Konstruktivistik atau konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang


menekankan bahwa pengetahuan kita adalah sebuah konstruksi atau bentukan diri kita sendiri.
Dan menurut Piaget pembentukan atau konstruksi ini tak pernah mencapai suatu titik akhir
namun terus berkembang setiap kali diadakanya reorganisasi karena adanya suatu pemahaman
baru.

Konstruktivisme pembelajaran ialah desain pembelajaran yang menekankan kemampuan


peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuanya sendiri, bukan serta merta pendidik yang
selalu menjadi senter penerang dikala gelap melanda. Namun di sinilah setiap peserta didik
secara individual harus dan layak memiliki kemampuan untuk memperdayakan fungsi-fungsi

2
psikis dan mental yang dimilikinya. Yaitu kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman yang lalu, membandingkan dan mengambil sebuah keputusan dan kemampuan yang
lebih menyukai satu dari yang lainya.

Prinsip dasar yang mendasari filsafat konstruktivis adalah bahwa semua pengetahuan
dikonstruksikan (dibangun) dan bukan dipersepsi secara langsung oleh indera (penciuman,
penglihatan, perabaan) bahwa konstruktivisme berakar pada asumsi bahwa pengetahuan, tidak
peduli bagaimana pengetahuan itu didefinisikan, terbentuk didalam otak manusia, dan subjek
yang berpikir tidak memiliki alternatif selain mengkonstruksikan apa yang diketahuinya
berdasarkan pengalamanya sendiri. Semua pikiran kita didasarkan oleh pada pengalaman kita
sendiri, dan oleh karenanya bersifat subjektif.

Setara dengan di atas, Budingsih juga mengemukakan bahwa faktor-faktor yang juga
mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan seseorang yang telah ada, domain
pengalaman, dan jaringan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses dan hasil konstruksi
pengetahuan yang telah dimiliki seseorang akan menjadi pembatas konstruksi pengetahuan yang
akan datang. Pengalaman akan fenomena yang baru menjadi unsur pentingdalam membentuk
dan mengembangkan pengetahuan. Keterbatasan pengalaman seseorang pada suatu hal juga akan
membatasi pengetahuanya akan hal tersebut. Pengetahuan yang telah dimiliki orang tersebut
akan membentuk suatu jaringan struktur kognitif dirinya.

Semua kalangan dari paham konstruktivis menyetujui bahwa pengetahuan secara aktif
dikonstruksi oleh manusia, entah secara individual atau pun dalam kelompok, bukanya diterima
dari sumber natural. Selain ini, definisi konstruktivisme beragam menurut permasalahan yang
diperdebatkan bersama dengan perubahan konstruktivis. Bidang perdebatan yang paling dasar
dipresentasikan oleh suatu rangkaian dalam memandang belajar sebagai suatu tindakan instruksi
secara individual untuk melihat belajar sebagai sebuah konstruksi sosial. Rangkaian ini
dipusatkan pada satu posisi yang dikenal sebagai konstruktivisme radikal atau psikologikal, yang
menggambarkan konstruksi pengetahuan sebagai suatu proses yang terjadi dalam mind dari
individu. Pada sisi lain dari rangkaian tersebut diberlakukan dengan posisi yang dikenal
sebagai ”social constructivism or sociocultural position” yang melihat “mind” sebagai hampir
secara keseluruhan melekat pada social practice of the culture (kenyataan sosial budaya).

Dengan demikian, konstruktivisme adalah satu filsafat pengetahuan yang menekankan


bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri. Pengetahuan bukan juga gambaran
dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang
ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan
baru. Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang.
Manusia mengkonstruksi pengalamanya. Konstruktivitik mengarahkan perhatianya pada
bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamanya, struktur mental, dan
keyakinan yang digunakan untuk mengintepretasikan objek dan peristiwa-peristiwa. Pandangan
konstruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah instrumen penting dalam mengintepretasikan
kejadian, objek, dan pandangan dunia nyata, di mana intepretasi tersebut terdiri dari pengetahuan
dasar manusia secara individual. Dalam konstruktivis menyatakan bahwa semua pengetahuan

3
yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka menolak kemungkinan transfer
pengetahuan dari seseorang kepada yang lain bahkan secara prinsipil.

Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konsteks filsafat pendidikan,


konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-
fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dari memberi makna melalui pengalaman nyata.

Pembelajaran Menurut Paradigma Konstruktivisme

Menurut Suparno, paham konstruktivistik pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan)


dari orang mengenal sesuatu (skema). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang
lain karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan
pengetahuan merupakan proses kognitif tempat terjadi asimilasi dan akomodasi untuk mencapai
suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema (jamak skema) yang baru. Seseorang yang
belajar berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus.
Konstruksi bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah
suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme adalah
landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.

Adapun menurut Tran Vui, konstruktivisme adalah suatu filsafat yang dibangun atas
pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan teori konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhanya tersebut dengan bantuan fasilitas
orang lain. Manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi pengetahuan atau teknologi,
dan hal lain yang diperlukan gina mengembangkan dirinya.

Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa teori konstruktivisme


memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya. Adanya
motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggungjawab siswa. Sedangkan, tujuan teori
konstruktivisme sebagai berikut.

a. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri


pertanyaanya;

b. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap;

4
c. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekankan
kepada proses belajar, bagaimana belajar itu.

Hal yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya. Seorang guru dapat membantu
proses ini dengan cara membuat pembelajaran menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi
siswa. Selain itu, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
ide-ide dan mengajak siswa menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru. Apa yang dilalui dalam
kehidupan manusia selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman. Hal ini menyebabkan seseorang memunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti pembelajaran aktif
membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. Dalam konteks pembelajaran,
pembelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.

Konstruktivisme sebagai deskripsi koqnitif manusia sering di asosiasikan dengan


pendekatan pedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan kompetensi diri, pengetahuan atau teknologi, dan
hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya. Menurut asalnya, teori konstruktivisme
bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khusunya filsafat ilmu. Pada
tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan
manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil kontruksi manusia
atas realitas yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh
dari disiplin psikologi, terutama psikologi kognitif Piaget, yang berhubungan dengan mekanisme
psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar
merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh
beberapa hal sebagai berikut:

a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai;

b. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup;

c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih berorientasi pada pengembanGan
berfikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari
perkembangan, melainkan perkembangan-suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan
pengaturan kembali pemikiran seseorang

d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disequilibrium merupakan situasi yang baik dalam
belajar;

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa;

f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.

5
B. Karakteristik Teori Belajar Konstruktivisme

Berikut ini uraian mengenai karakteristik dari teori belajar konstruktivisme, antara lain:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri;

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecualai hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar;

3. Murid-murid mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan dengan
lancar

5. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan selain itu yang
paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada
siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri mereka sendiri untuk belajar

6. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasi dan mengakomodasi pengalaman baru ke
dalam kerangka kognitifnya

7. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para
siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan, dan yang dibuat para
siswa untuk mendukung model-model itu

8. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep
materi sehingga guru dalam mengajar bukanya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya
sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang
membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan

9. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan
dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik

10. Latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari

11. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan
dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi konsdusif
untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

12. Memberi peluang kepada pembelajar untuk membina pengetahuan baru melalui keterlibatanya
pada dunia sebenarnya;

6
13. Mendorong ide-ide pembelajar sebagai panduan merancang pengetahuan;

14. Mendukung pembelajaran secara kooperatif;

15. Mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh pembelajar

16. Mendorong pembelajar mau bertanya dan berdialog dengan guru

17. Menganggab pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran;

18. Mendorong proses inquiry pembelajar melaui kajian dan eksperimen.

C. Implikasi Teori Konstruktivistik dalam Pembelajaran

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konatruktivisme, Tyler mengajukan


beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dengan dengan bahasa
sendiri

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamanya sehingga menjadi
lebih kreatif dan imajinatif

c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru

d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa

e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka

f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Selain itu, Slavin menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori konstruktivisme


adalah topdown processing (siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk
dipecahkan. Kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan), cooperative learning (strategi
yang digunakan untuk proses belajar agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem yang
dihadapi), dan generative learning (strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara
materi atau pengetahuan yang harus diperoleh dengan skemata).

Implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:

a. Tujuan pendidikan menurut teori ini adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi

b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan
dan keterampilan dapat dikonstruksikan oleh peserta didik. Selain itu latihan memecahkan
masalah sering dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam
kehidupan sehari-hari.

7
c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan
dirinya. Guru hanya berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Teori konstruktivisme membawa implikasi dalam pembelajaran yang harus bersifar


kolektif atau kelompok. Proses sosial masing-masing siswa harus dapat diwujudkan.

Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari


guru kepada siswa, melainkan penciptaan sesuatu yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuanya. Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-sama siswa dalam
membangun pengetahuanya, membuat makna mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
mengadakan jastifikasi. Jadi, mengajar adalah kegiatan belajar. Menurut prinsip konstruksinya,
guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan
sebagaimana mestinya. Sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan tugas guru sebagai
berikut:

a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dan


merencanakan aktivitas belajar, proses belajar, serta yang diperoleh dari belajar;

b. Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Guru hendaknya
menciptakan rangsangan belajar melalui penyediaan situasi problematik yang memungkinkan
siswa untuk memecahkanya;

c. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan tingkat perkembangan berpikir siswa. Guru dapat
menunjukkan dan mempertanyakan sejauh mana pengetahuan siswa untuk menghadapi
persoalan baru yang berkaiatan dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non-objektif bersifat temporer, selalu


berubah, dan tidak menentu. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret,
aktivitas kolaboratif dan rerefleksi serta intepretasi. Seseorang yang belajar akan memiliki
pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamanya dan perspektif dalam
mengintepretasikanya. Teori ini menekankan pada diri siswa Dalam penyusun pengetahuan yang
ingin diperoleh oleh siswa teori menuntut siswa untuk menyadarkan keaktifan siswa untuk
belajar. Sedangkan tujuan dari teori belajar konstruktivisme ini adalah:

a. Adanya motivasi untuk siswa belajar dan bertanggung jawab atas dirinya

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri


pertanyaanya

c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pembuatan konsep secara lengkap

d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri

e. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar.

8
PENUTUP
KESIMPULAN

Teori konstruktivistik didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat kognitif, yaitu


tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan
dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Teori belajar konstruktivisme memiliki beberapa karakteristik antara lain; memberi


peluang kepada pembelajar untuk membina pengetahuan baru melalui keterlibatanya pada dunia
sebenarnya, mendorong ide-ide pembelajar sebagai panduan merancang pengetahuan,
mendukung pembelajaran secara kooperatif, mendorong dan menerima usaha dan hasil yang
diperoleh pembelajar, mendorong pembelajar mau bertanya dan berdialog dengan guru,
menganggab pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran,
mendorong proses inquiry pembelajar melaui kajian dan eksperimen, dll.

Dalam teori belajar konstruktivistik, pada aplikasinya memiliki kelebihan yaitu siswa di
tuntut mandiri untuk mengkonstruksi mengetahuanya. Sehingga menghasilkan suatu komposisi
tingkat pengetahuan yang kuat dalam ingatan serta membuat siswa semakin kreatif dan dapat
mengerjakan setiap masalah dengan pemecahanya sendiri. Namun selain kelebihan yang
dimiliki, teori belajar konstruktivistik juga memiliki kelemahan, antara lain; dengan segala
tuntutan yang diberikan untuk siswa menjadikan peran guru sangat berkurang, selain itu siswa
berbeda persepsi satu dengan yang lainya, serta dengan cakupan yang luas terkadang terlalu
menyulitkan.

Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari


guru kepada siswa, melainkan penciptaan sesuatu yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuanya. Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-sama siswa dalam
membangun pengetahuanya, membuat makna mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
mengadakan jastifikasi.

SARAN

Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk menuju proses mengetahui
dari sebelumnya belum mengetahui ataupun kurang tahu. Dalam perkembangnya, belajar bukan
lagi sekedar aktivitas sederhana, melainkan memiliki berbagai teori yang pada dasarnya
bertujuan untuk menyukseskan tujuan dari belajar itu sendiri.

Upaya pembaharuan dalam dunia belajar mengajar hendaknya bukan menjadi kendala
yang menyulitkan kegitan belajar itu sendiri, tetapi harus memberikan suatu sentuhan pencerahan
yang semakin membawa kemajuan. Oleh karena itu, perkembangan-perkembangan yang terjadi
khususnya dalam sisi positif perlu kiranya untuk selalu dijadikan referensi yang diushakan
menjadi perbaikan pada masa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar. [26 Agustus 2015].

Saefuddin, Asis. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suardi, Mohamad. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

Tobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran - Teori dan Praktik. Yogyakarta: Arruz Media.

10

Anda mungkin juga menyukai