Anda di halaman 1dari 20

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Oleh
Kelompok 6

Sintong Djampang 1701513020


Nasma Sari 1701513014
Saiful Bachri 1701513016

PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Psikologi Pendidikan Matematika
Sholawat serta salam tak lupa senantiasa kami curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang membimbing kita dari jaman jahilliyah menuju jaman yang
terang.
Makalah ini berjudul Teori Konstruktivisme. Dalam penulisan makalah
ini, kami merasa banyak kekurangan dan jauh dari sempurna baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu, kami sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi diri penulis
maupun bagi pembaca pada umumnya. Demi tercapainya peningkatan kualitas
tenaga pengajar dan siswa.

Palopo, 22 September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Konstruktivsme ............................................................. 3
2.2 Pengertian Teori Konstruktivsme Menurut Para Ahli .............................. 3
2.3 Ciri-ciri Teori Konstruktivisme ................................................................ 6
2.4 Strategi-strategi Teori Konstruktivisme .................................................... 6
2.5 Prinsip-prinsip Teori Konstruktivisme...................................................... 8
2.6 Implikasi Teori Konstruktivisme .............................................................. 8
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme.................................. 10
2.8 Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Matematika ............ 11
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................... 16
3.2 Saran ........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokraris serta bertanggung jawab
Sistem pendidikan Indonesia yang telah di bagun dari dulu sampai
sekarang ini, teryata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan
tantangan global untuk masa yang akan datang, Program pemerataan dan
peningkatan kulitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih
menjadi masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia ini.
Masalah yang muncul dalam dunia pendidikan di Indonesia antara lain dari
kualitas guru sebagai pendidik, yang harus menguasai tekhnik, model dan teori
belajar yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.Fenomena yang ada
dalam pendidikan di Negara Indonesia akan dapat diselesaikan jika keberhasilan
belajar pada peserta didik merata yang dapat menghasilkan peserta didik yang
berkualitas. Pada kenyataannya tenaga pendidik di Indonesia tidak melaksanakan
program Belajar-Mengajar yang sesungguhnya, yakni Guru beserta Siswa harus
aktif. Namun, saat ini Guru yang lebih aktif dari pda siswa itu sendiri, presentase
keaktifannya Guru 75% dan Siswa 25%. Siswa hanya menerima apa yang diberikan
oleh Guru tersebut, padahal pada prinsip terapannya siswalah yang seharusnya lebih
aktif mencari dan mengelola informasi agar apa yang ia pelajari seolah-olah
menjadi miliknya sendiri, dan dalam hal ini siswa lebih mudah mengingatnya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami membuat makalah tentang
teori belajar konstruktivisme yang dapat berguna bagi para pendidik untuk
meningkatkan kualitas peserta didiknya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ditemukan antara lain:
1. Apa yang di maksud dengan Teori Belajar Konstruktivisme ?
2. Bagaimankah prinsip-prinsip belajar Konstruktivisme ?
3. Bagaimana strategi-strategi konstruktivisme?
4. Bagaimana implementasi teori belajar Konstruktivisme dalam pelajaran
Matematika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori belajar Kontruktivisme.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar konstruktivisme.
3. Untuk mengetahui strategi-strategi konstruktivisme.
4. Untuk mengetahui Implementasi teori belajar Konstruktivisme dalam
pelajaran Matematika
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Konstruktivisme


Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
1. Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern.
2. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas.
3. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhnnya dengan
kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut
dengan bantuan fasilitas orang lain.
Jadi kesimpulannya adalah Teori Konstruktivisme adalah teori yang
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.

2.2 Pengertian Teori Konstruktivisme menurut para ahli


1. Teori Jean Piaget
Teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dikenal
dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya
berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan
berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi. Lebih jauh Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh
seseorang, melainkan melalui tindakan. Ada empat konsep dasar yang
diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:
a. Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan
individu ketika beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri
terbentuk dalam struktur pekiran (Intellectual Scheme) sehingga
dengan intelektualnya itu manusia dapat menata lingkungan barunya.
b. Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima
sehingga menjadi sesuatu yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian
yang dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah informasi yang akan
diterima, sehingga memilki kesamaan dengan apa yang sudah
ada dalam skema.
c. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam
schemata ynag sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu
menyesuiakan diri.
d. Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh
individu terhadap lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai
struktural mental atau svhemata yang stabil atau seimbang antara
asimilasi dan akomodasi.

2. Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan
pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi
oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata
nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi.
Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial,
unsur budaya, dan aktivitas yang membentuk pengembangan dan
pembelajaran individu. Vigosky dalam penelitiannya membedakan dua
macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan
diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah diperoleh
dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini
saling berhungan antara satu dengan yang lain.
Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana
pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang
bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan
menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan internal
mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi
faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).

3. Teori Jhon Dewey Dan Von Graselfeld


Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar kontruktivisme
adalah Jhon Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal ini seperti
dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa Constructivist views
of learning include a range of theories that share the general perspective
that knowledge is constructed by learners rather than transmitted to
learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John
Dewey. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme
mengenai belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif
umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer
ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon
Dewey. Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak selayaknya dibagi ke
dalam dua bagian, satunya emotional dan yang lainnya intelektualyang
satunya materi nyata, lainnya imajinatif.

4. Teori David Ausubel


David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang
terkenal dengan terkenal dengan Teori Belajar Bermakna ( meaningfull ).
Ausubel membedakan anatara belajar menemukan dengan belajar
menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal
menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh
siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.
Menurut Ausubel ( Dahar, 1996 : 112 ) pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru kepada konsep
konsep relevan yang terapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif meliputi fakta fakta, konsep konsep dan generalisasi
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
2.3 Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivisme

Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu:
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada
hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6. Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses
pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata

2.4 Strategi-strategi Teori Belajar Konstruktivisme


Dalam praktik pembelajaran dalam kelas, beberapa strategi pembelajaran
Konstruktivisme antara lain:
1. Proses Top Down
Siswa memulai dengan masalah masalah yang komplek untuk
dipecahkan dan selanjutkan memecahkan atau menemukan ( dengan
bantuan guru ) keterampilan keterampilan dasar yang diperlukan.
Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk menuliskan suatu susunan
kalimat, dan baru kemudian belajar tentang mengeja, tata bahasa, dan tanda
baca.
2. Pembelajaran dengan bantuan (Scaffolding)
Scaffolding merupakan strategi yang pertama tama dikenalkan Vygotsky
dimana di dalam strategi ini guru diharapkan dapat memberikan bantuan
belajar bagi siswa pada saat saat yang paling penting dalam pembelajaran
mereka. Scaffolding merupakan konsep pembelajaran dengan bantuan atau
dikenal juga dengan istilah Assisted Learning atau Mediated Learning.
Dalam Scaffolding guru memberikan bantuan belajar pada siswa yang
lebih terstruktur pada awal pelajaran dan secara bertahap mengalihkan
tanggung jawab belajar kepada siswa umtuk bekerja atas arahan diri
mereka sendiri.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooverative Learning)
Strategi ini merupakan pembelajaran di mana siswa diharapkan dapat
menyelesaikan tugas tugas terstruktur yang komplek dalam tim atau
kemlompok kerja yang heterogen. Dengan demikian siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep konsep yang sulit juka
mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
4. Pembelajaran Generatif (Generative Learning)
Pembelajaran generatif menekankan pada pengintegrasian aktif materi
baru dengan skemata yang ada dibenak siswa. Belajar itu ditemukan
meskipun apabila kita menyampaikan suatu kepada siswa, mereka harus
melakukan operasi mental dengan informasi itu untuk membuat informasi
masuk ke dalam pemahaman mereka.
5. Pembelajaran dengan penemuan
Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep konsep dan prinsip peinsip, dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip prinsip untuk diri
mereka sendiri.
2.5 Prinsipprinsip Teori Belajar Konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam


belajar mengajar adalah:
1 Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2 Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3 Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
4 Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi
berjalan lancar.
5 Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6 Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7 Mencari dan menilai pendapat siswa.
8 Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak
boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu
proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar

2.6 Implikasi-implikasi Teori Belajar Konsruktivisme


Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini
dipaparka tentang penerapannya.
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong
siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas
intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan
kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan
tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah
masalah (problem solver)
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar
gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan
pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa
mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang
para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-
respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan
dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan
mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa
lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat
intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan
gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan
apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain,
maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang
didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan
nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna
akan terjadi di kelas
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali
siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang
menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama
melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata
6. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan
para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia
nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau
pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara
bersama-sama.

2.7 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Konstruktive

Kelebihan:
1. Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru,
murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat
keputusan;
2. Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu
mengapliksikannya dalam semua situasi;
3. Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid
dapat meningkatkan kefahaman mereka; Justeru mereka lebih yakin
menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru;
4. Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila
seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan
guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru;
5. Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat,
yakin dan berinteraksi dengan lihat, maka mereka akan berasa seronok
belajar dalam membina pengetahuan baru.

Kekuragan:

1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil


konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa
4. Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan
5. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu
sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan
yang lainnya

2.8 Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Matematika


Strategi pembelajaran seperti dinyatakan di atas dapat dikatakan lebih
menekankan kepada para siswa untuk mengingat, menghafal dan tidak menekankan
pentingya penalaran (reasoning), pemecahkan masalah (problem-solving),
komunikasi (communication), ataupun pemahaman (understanding). Di samping
itu, dengan strategi pembelajaran seperti itu, kadar keaktifan siswa menjadi sangat
rendah. Para siswa hanya menggunakan kemampuan berpikir tingkat rendah.
Perlunya Perubahan Strategi Pembelajaran. Sejalan dengan munculnya teori
belajar terbaru yang dikenal dengan konstruktivisme, konstruktivisme menyatakan
bahwa pengetahuan akan terbentuk atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri
ketika ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada
kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Dengan strategi pembelajaran konstruktivisme, diharapkan adanya perubahan
dari:
1. Mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir
(thinking) dan pemahaman (understanding).
2. Model ceramah ke pendekatan: discovery learning, inductive learning, atau
inquiry learning.
3. Belajar individual ke kooperatif.
4. Positivist (behaviorist) ke konstruktivisme, yang ditandai dengan perubahan
paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan dipindahkan dari
otak guru ke otak siswa (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif,
investigatif, eksploratif, open ended, keterampilan proses, modeling,
ataupun pemecahan masalah.
5. Subject centred ke clearer centred (terkonstruksinya pengetahuan siswa).
Karena itulah pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat disarankan
adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada suatu pendapat bahwa
pemahaman suatu konsep atau pengetahuan haruslah dibangun sendiri
(dikonstruksi) oleh siswa.

Contoh Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme

Berikut ini adalah contoh pembelajaran pengurangan dasar bilangan


Seperti (137).

Langkah-langkah proses pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap awal, Guru mengajukan masalah seperti berikut di papan tulis,
di transparansi, ataupun di kertas peraga.
2. Guru bertanya kepada para siswa, berapa kelereng yang dimiliki Ardi pada
awalnya? Jawaban yang diinginkan adalah 12. Guru lalu menggambar di
papan tulis, 12 buah kelereng seperti gambar di bawah ini dengan
menekankan bahwa 12 bernilai 1 puluhan dan 2 satuan atau 12 = 10 + 2.
3. Guru meminta siswanya bekerja dalam kelompok dengan menggunakan
benda-benda konkret yang dimilikinya untuk menggambarkan 12 kelereng
yang dimiliki Ardi.
4. Guru bertanya kepada siswa, berapa butir kelereng yang diberikan kepada
adiknya dan berapa sisa kelereng yang dimiliki Ardi sekarang? Biarkan siswa
bekerja sendiri-sendiri atau bekerja di kelompoknya untuk menjawab soal
tersebut.
5. Ada dua kemungkinan jawaban siswa atau kelompok siswa, seperti yang
terlihat pada gambar di bawah ini. Pada waktu diskusi kelompok, Bapak
atau Ibu Guru sebaiknya menawarkan alternatif kedua ini kepada
beberapa kelompok.
12=10+2
129=3
129=2+1=3
Ardi memiliki 12 kelereng.
9 kelereng diberikan kepada adiknya.
Berapa kelereng yang dimiliki Ardi sekarang?
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk melaporkan
cara mereka mendapatkan hasilnya. Diskusikan juga, yang mana dari dua
cara tersebut yang lebih mudah digunakan.
7. Guru memberi soal tambahan seperti 139 dan 128. Para siswa masih boleh
menggunakan benda-benda konkret. Bagi siswa yang masih menggunakan
alternatif pertama, sarankan untuk mencoba alternatif kedua dalam proses
menjawab dua soal di atas.
8. Guru memberi soal tambahan seperti 149 dan 138. Bagi siswa atau
kelompok siswa yang sudah dapat menyelesaikan soal ini tanpa
menggunakan benda konkret dapat mengerjakan soal-soal yang ada di
buku.

Belajar arti Konstruktivisme dari contoh proses pembelajaran pengurangan di atas


dapat dikemukakan beberapa hal berikut:
1. Peran guru sebagai fasilitator dalam membantu siswanya dapat dengan
mudah melakukan operasi pengurangan dasar bilangan. Dengan cara seperti ini,
pengetahuan diharapkan dapat dengan mudah terkonstruksi atau terbangun di
dalam pikiran siswanya.
2. Dengan alternatif rancangan pembelajaran seperti itu, para siswa sendirilah
yang harus membangun pengetahuan bahwa 12 9 = 2 + 1, 13 9 = 3 + 1,
12 8 = 2 +2, 14 9 = 4 + 1, dan seterusnya.
3. Para siswa juga dibimbing gurunya untuk secara demokratis menentukan
pilihan-pilihan, dan secara dini belajar untuk menghargai pendapat teman
lainnya meskipun berbeda dengan pendapatnya sendiri.
4. Dengan alternatif rancangan pembelajaran seperti itu, ketika para siswa
diminta menentukan hasil dari 15 8 misalnya, di dalam pikiran siswa akan
muncul gambaran (sebagai hasil pengalaman belajar di kelasnya), kelereng
sejumlah 1 puluhan dan 5 satuan yang jika diambil 8 akan menghasilkan 5 +
2 = 7.
5. Pengalaman belajar yang dirancamg ini tidak akan berhasil jika siswa tidak
atau kurang terampil menentukan hasil 10 9 = 1, 10 8 = 2, 10 7 = 3 dan
seterusnya. Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat
menentukan berhasil tidaknya suatu proses
pembelajaran.
6. Proses pembelajaran ini sesungguhnya didasarkan pada suatu keyakinan
dari para penganut konstruktivisme yang menyatakan bahwa suatu
pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari otak seorang guru dengan
begitu saja ke dalam otak siswa. Siswa sendirilah, yang dengan bantuan
guru, akan dapat menemukan kembali pengetahuan yang sudah
ditemukan para ahli matematika.
7. Dengan fasilitasi dari para guru matematika sebagaimana dinyatakan para
pakar pendidikan matematika, prosedur pengurangan dasar bilangan
seperti 129 maupun 138 ditemukan kembali (guided re-invention) si
pembelajar seperti ketika para siswa menemukan kembali rumus, konsep,
ataupun prinsip seperti yang ditemukan para matematikawan.

Implikasinya pada Pembelajaran


Dengan demikian,belajar matematika merupakan proses memperoleh pengetahuan
yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman
individu siswa.
Berdasar penjelasan dan contoh di atas, implikasi konstruktivisme pada
pembelajaran di antaranya adalah:
1. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak mesti diikuti dengan hasil
yang bagus pada siswanya. Setiap siswa SD harus mengkonstruksi
(membangun) pengetahuan matematika di dalam benaknya masingmasing
berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam
benaknya.
2. Tugas setiap guru adalah memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan
matematika dibangun atau dikonstruksi para siswa sendiri dan bukan
ditanamkan oleh para guru.
3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental
yang digunakan para siswa, karenanya para guru harus mau bertanya dan mau
mengamati
pekerjaan siswanya. Setiap kesalahan siswa harus menjadi umpan balik
dalam proses penyempurnaan rancangan proses pembelajaran berikutnya.
4. Pada konstruktivisme, siswa perlu mengkonstruksi pemahaman mereka
sendiri untuk masing-masing konsep matematika sehingga peranan guru
membantu perkembangan siswa membuat konstruksi-kontruksi mental yang
diperlukan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap
manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri
dan cocok untuk di kembangkan dan di terapkan oleh tenaga pendidik, agar
siswa lebih memahami dan mengingat materi secara mendalam.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan mengenai pendekatan pembelajaran matematika
menurut konstruktivisme adalah dalam pembelajaran guru tidak dapat hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun
sendiri pengetahuan dalam benaknya. Guru hanya membantu agar informasi
menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa dengan menunjukkan
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan strategi-strategi yang
dimilikinya untuk belajar. Selain itu, posisi guru dalam pembelajaran
matematika adalah untuk bernegosiasi dengan siswa, bukan memberikan
jawaban akhir yang telah jadi. Tidak hanya itu, guru seharusnya diharapkan
dapat bertindak sebagai mediator dan fasilitator yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri siswa. Melalui
pemberian tugas rumah dengan pendekatan konstruktivis, diharapkan dapat
memberikan suatu motivasi kepada siswa untuk memahami suatu konsep secara
utuh melalui pengerjaan tugas dengan kondisi dan situasi yang tidak hanya
terpaku pada ruang kelas dan keterbatasan waktu dalam proses belajar. Siswa
dapat berusaha memahami suatu masalah beserta pemecahannya berdasarkan
kecepatan dan kemampuannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://dewin221106.blogspot.co.id/2009/11/pendekatan-konstruktivisme-
dalam.html diakses tanggal 22 September 2017
https://id.scribd.com/doc/28035981/Penerapan-Konstruktivisme-Dalam-
Pembelajaran-Matematika-Di-Sekolah-Dasar, diakses tanggal 22 September
2017
https://www.academia.edu/19576401/TEORI_KONSTRUKTIVISME,
diakses tanggal 22 September 2017

Anda mungkin juga menyukai