PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh suatu permasalahan yaitu :
1. Bagaimana teori belajar menurut Bruner ?
2. Bagaimana belajar penemuan yang baik menurut Bruner ?
3. Bagaimana alat pengajaran yang baik menurut Bruner ?
4. Apa ciri – ciri teori belajar menurut Bruner ?
5. Bagaimana kelemahan dan kelebihan teori belajar menurut Bruner ?
6. Bagaimana pengertian belajar menurut teori Gestalt ?
7. Bagaimana prinsip-prinsip belajar teori belajar kognitif menurut teori Gestalt ?
8. Apa saja hukum-hukum belajar menurut teori Gestalt ?
9. Apa saja pokok-pokok teori belajar menurut aliran teori Gestalt ?
10. Bagaimana teori Gestalt mengaplikasikan teori belajarnya ?
11. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif Gestalt ?
1
C. TUJUAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dengan adanya makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu teori belajar menurut Bruner
2. Mengetahui bagaimana belajar penemuan yang baik menurut Bruner
3. Mengetahui alat pengajaran yang baik menurut Bruner
4. Mengetahui ciri – ciri teori belajar menurut Bruner
5. Mengetahui kelemahan dan kelebihan teori belajar menurut Bruner
6. Mengetahui apa itu pengertian belajar menurut teori Gestalt
7. Mengetahui prinsip-prinsip belajar teori belajar kognitif menurut teori Gestalt
8. Mengetahui hukum-hukum belajar menurut teori Gestalt
9. Mengetahui pokok-pokok teori belajar menurut aliran teori Gestalt
10. Mengetahui bagaimana teori Gestalt mengaplikasikan teori belajarnya
11. Menegtahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif Gestalt
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak.
Berhubungan dengan hal itu, antara lain:
a. Perkembangan Intelektual Anak
Menurut Brunner perkembangan kognitif seseorang terjadi melaui tiga tahap
pembelajaran yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu :
1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitar, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, dan sebagainya.
2. Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-
gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak
belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3. Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika,
matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan
banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi
menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannnya sistem enaktif dan
ikonik dalam proses belajar
b. Tahap-Tahap dalam Proses Belajar Mengajar
Selain itu Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif,
yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa
kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri
suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga
tahap (Muhbidin Syah,2006:10). Ketiga tahap itu adalah:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru.
2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang lain.
4
3. Ealuasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi
benar atau tidak. Teori belajar Bruner dikenal dengan teori Free Discovery
learning.
Dalam mengajar guru tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final,
tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar, prosedurnya
sebagai berikut :
1) Stimulus (pemberian perangsang/stimuli) : Kegiatan belajar dimulai dengan
memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir si belajar, menganjurkan dan
mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah) : Memberikan kesempatan kepada
si belajar untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan
bahan belajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban
sementara dari masalah tersebut).
3) Data Collection (pengumpulan data) : Memberikan kesempatan kepada para si
belajar untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.
4) Data Processing (pengolahan data) : Mengolah data yang telah diperoleh siswa
melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data tersebut
ditafsirkan.
5) Verifikasi : Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar dan
tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing.
6) Generalisasi : Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan
hasil verifikasi.
5
ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c. Kurikulum Spiral
6
Teori free discovery learning bertitik tolak pada teori belajar kognitif,
yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan ini
tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori
kognitif ini adalah setiap orang memiliki telah memiliki pengetahuan dan penglaman
dalam dirinya. Pengalaman dan pengetauan ini tertata dalam bentuk struktur kognetif.
Maka dari itu Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang
baru, beradaptasi atau berkesinambungan secara ‘klop’ dengan struktur kognetif yang
sudah dimilki oleh peserta didik.
7
Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner
kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana
yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan
yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.
Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi
tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah
formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak.
Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar
dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
8
rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar
cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita
memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan
mengubah bentuk lain.
9
ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk bepikir secara kretaif. Dari
beberapa penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan konsep penemuan menurut
Bruner, tentu kita harus mampu mempergunakan konsep belajar ini sesuai dengan
keadaan dan tempatnya, sehingga nantinya dapat memaksimalkan penggunaaan
konsep ini dan tidak terjadinya kegalalan pembelajaran karena salah dalam
penggunaannya.
10
a. Max Wetheimer
Max Wetheimer mengemukakan penemuan awalnya tentang Gestalt yaitu
ketika sedang naik kereta api. Kemudian melakukan eksperimen di kamar hotelnya
menggunakan stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat
untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis
yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan
secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak,
dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut
bergerak dari tegak ke melintang.
Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis
tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Max Wetheimer
menamakan ilusi tersebut dengan phi phenomena, yaitu bergeraknya objek statis
menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat
dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Wetheimer
menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima.
b. Kurt Koffka
Ia merupakan penulis terkenal dari kelompok Berlin. Koffka menghabiskan
banyak waktunya untuk memberi kuliah di Amerika sebelum akhirnya berpindah
secara permanen pada tahun 1927. Ia mengajar di Smith Collage dan terus menulis,
salah satu buku kreatifnya adalah ’’Grown of The Mind”, sebuah buku yang sangat
relevan dengan prinsip-prinsip gestalt. Tahun 1925 dia mempublikasikan Principles
of Gestalt Psycology, sistem utama di dalam psikologi Gestalt.
Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi
yang hanya akan berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang
mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani
rohani. Sebagai individu, manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar
melalui caranya sendiri. Secara pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi
kepada suatu perangsang dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara membabi
buta atau secara trial and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung
kepada bagaimana ia menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang
ada padanya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas
memilih cara bagaimana ia bereaksi dstimuli mana yang diterimanya dan mana
yang ditolaknya ( dalam Dewi, 2013).
11
c. Wolfgang Kohler
Kohler menggunakan sejumlah rangkaian eksperimen yang memuat tentang
eksperimentasinya mengenai kera dan ayam untuk mengetes berbagai masalah
yang berkaitan dengan belajar, yaitu:
1) Percobaan dengan simpanse
12
Eksperimen IV : sama dengan eksperimen III. Perbedaannya, di dalam sangkar
diletakkan dua kotak dan di atas sangkar digantung pisang. Pada awalnya
simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan berdiri di atas satu
kotak dan gagal. Akhirnya simpanse berhasil menyusun kotak dan berdiri di atas
kotak tersebut dan simpanse berhasil mengambil pisang yang digantung dengan
tangannya.
Ayam dibentuk untuk mendekati warna kertas yang agak gelap dan tidak
mendekati warna terang. Setelah dilatih secukupnya, bila ayam diberi pilihan untuk
memilih terang dan agak gelap, ayam akan memilih gelap (karena hasil latihan).
Periode berikutnya, bila ayam diberi pilihan untuk memilih yang agak gelap
dengan gelap, maka ayam akan memilih mendekati gelap (tidak memilih yang agak
gelap seperti dilatihkan). Apabila kita berfikir secara behavioristik, ayam itu
mestinya memilih yang agak gelap sesuai dengan latihan. Tetapi Gestalt
berpendapat bahwa ayam itu menemukan prinsip mana yang lebih gelap. Dengan
demikian, bila diberi pilihan antara gelap dan gelap sekali, maka akan memilih
gelap sekali. Jadi jelas bahwa dalam belajar itu yang terpenting adalah menemukan
prinsip, sehingga mudah terjadi transposition (Bila suatu prinsip belajar dalam
situasi pemecahan problem diterapkan kepada pemecahan problem lain).
13
e. Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan
mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
f. Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan
suatu obyek seperti ukuran, potongan, warnadan sebagainya membedakan figure
dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, makaakan terjadi
kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan
merubah persepsi tentang melodi.
g. Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
OOOOOOOOOOOOO
XXXXXXXXXXXXX
OOOOOOOOOOOOO
15
adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam
eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
1) Kesanggupan : Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi
individu.
2) Pengalaman : Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman
dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
3) Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan
semakin sulit diatasi
4) Latihan : Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam
situasi yang bersamaan
5) Trial and Error : Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah,
seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya
menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
16
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam
situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain
dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah
dalam situasi lain.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selain teori belajar menurut Bruner juga terdapat teori belajar Gestalt, dimana
teori belajar ini memiliki prinsip – prinsip yaitu : Principle of Proximity, Principle of
Similarity, Principle of Objective Set, Principle of Continuity, Principle of Closure/
Principle of Good Form, Principle of Figure and Ground, dan Principle of Isomorphism.
Dalam teori ini juga terdapat hukum-hukum belajar yaitu : hukum pragnanz, hukum
keterdekatan, hukum ketertutupan, hukum kesamaan, serta hukum kontinuitas. Kelebihan
teori belajar ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi dan meningkatkan motivasi belajar. Sedangkan kekurangan teori
ini yaitu : banyaknya fasilitas pendukung yang dibutuhkan, keberhasilan belajar tidak
dapat di lihat dari satu peserta didik saja tapi harus dilihat secara keseluruhan, serta sulit
menemukan pemahaman dalam mempelajari hal-hal yang sangat beragam.
B. SARAN
Dalam menerapkan teori brunner dan gestalt sebaiknya memperhatikan
kemampuan peserta didik, agar proses pembelajaran dapat diterima dengan baik dan
memperoleh hasil yang diinginkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://math-succes.blogspot.co.id/2015/01/teori-belajar-gestalt.html
http://stuwadi.blogspot.co.id/2013/11/resume-teori-belajar-kognitif-gestalt.html
http://makalahpendidikanislamismail.blogspot.co.id/2015/12/teori-belajar-gestalt-
dalam-psikologi.html
http://Asbarsalim009.blogspot.co.id/2015/01/teori-belajar-jerome-s-bruner.html
19