Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu
interaksi anatra guru dengan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi belajar kelompok.
Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran. Pembelajaran secara
umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosiaonal, dan
lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat
perubahan, pengetahuan, nilai, keterampilan, dan pandangan dunia.
Belajar sebgaai suatu proses berfokus pada apa yang teradi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori – teori belajar. Teori
belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga
membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli
teori belajar berusaha merumusksn pengertian belajar. Dalam makalah ini akan membahas
mengenai apa itu teori belajar, bagaimana cara mengaplikasikan teori belajar, apa saja ciri
– ciri teori belajar, dan apa saja kelebihan dan kelemahan teori belajar, berdasarkan teori
belajar menurut Bruner dan Gestalt.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh suatu permasalahan yaitu :
1. Bagaimana teori belajar menurut Bruner ?
2. Bagaimana belajar penemuan yang baik menurut Bruner ?
3. Bagaimana alat pengajaran yang baik menurut Bruner ?
4. Apa ciri – ciri teori belajar menurut Bruner ?
5. Bagaimana kelemahan dan kelebihan teori belajar menurut Bruner ?
6. Bagaimana pengertian belajar menurut teori Gestalt ?
7. Bagaimana prinsip-prinsip belajar teori belajar kognitif menurut teori Gestalt ?
8. Apa saja hukum-hukum belajar menurut teori Gestalt ?
9. Apa saja pokok-pokok teori belajar menurut aliran teori Gestalt ?
10. Bagaimana teori Gestalt mengaplikasikan teori belajarnya ?
11. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif Gestalt ?

1
C. TUJUAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dengan adanya makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu teori belajar menurut Bruner
2. Mengetahui bagaimana belajar penemuan yang baik menurut Bruner
3. Mengetahui alat pengajaran yang baik menurut Bruner
4. Mengetahui ciri – ciri teori belajar menurut Bruner
5. Mengetahui kelemahan dan kelebihan teori belajar menurut Bruner
6. Mengetahui apa itu pengertian belajar menurut teori Gestalt
7. Mengetahui prinsip-prinsip belajar teori belajar kognitif menurut teori Gestalt
8. Mengetahui hukum-hukum belajar menurut teori Gestalt
9. Mengetahui pokok-pokok teori belajar menurut aliran teori Gestalt
10. Mengetahui bagaimana teori Gestalt mengaplikasikan teori belajarnya
11. Menegtahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif Gestalt

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR MENURUT JEROME S. BRUNER


Jerome Bruner lahir di new york tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi
yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses
pengajaran dan falsafah pendidikan. Pada usia dua tahun ia menderita penyakit katarak dan
harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang menyebabkan ia
harus pindah ke rumah keluarganya dan kerap kali putus sekolah dan pindah-pindah
sekolah. Meskipun demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University
Durham, New York City. Ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh
Ph.D dari Harvard University tahun 1941
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Kanak-kanak membentuk konsep dengan mengasingkan
benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pengajaran
didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan sedia ada.
Misalnya, kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat
mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori
segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.
Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi perubahan-
perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang
antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam memandang
proses belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang. Dengan teorinya yang disebut “(Free discovery learning)”
(Budiningsih,2008).Ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
Dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran
umum. Misalnya untuk memahami konsep kejujuran, siswa pertama-tama tidak menghafal
definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari
contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata “kejujuran”.
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata
pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual
kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan

3
sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak.
Berhubungan dengan hal itu, antara lain:
a. Perkembangan Intelektual Anak
Menurut Brunner perkembangan kognitif seseorang terjadi melaui tiga tahap
pembelajaran yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu :
1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitar, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, dan sebagainya.
2. Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-
gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak
belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3. Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika,
matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan
banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi
menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannnya sistem enaktif dan
ikonik dalam proses belajar
b. Tahap-Tahap dalam Proses Belajar Mengajar
Selain itu Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif,
yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa
kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri
suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga
tahap (Muhbidin Syah,2006:10). Ketiga tahap itu adalah:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru.
2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin
bermanfaat untuk hal-hal yang lain.

4
3. Ealuasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi
benar atau tidak. Teori belajar Bruner dikenal dengan teori Free Discovery
learning.
Dalam mengajar guru tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final,
tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar, prosedurnya
sebagai berikut :
1) Stimulus (pemberian perangsang/stimuli) : Kegiatan belajar dimulai dengan
memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir si belajar, menganjurkan dan
mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah) : Memberikan kesempatan kepada
si belajar untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan
bahan belajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban
sementara dari masalah tersebut).
3) Data Collection (pengumpulan data) : Memberikan kesempatan kepada para si
belajar untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.
4) Data Processing (pengolahan data) : Mengolah data yang telah diperoleh siswa
melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data tersebut
ditafsirkan.
5) Verifikasi : Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar dan
tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing.
6) Generalisasi : Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan
hasil verifikasi.

Pendekatan penataan materi dan umum ke rinci yang dikemukakannya dalam


model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian antara materi dipelajari dengan
tahap perkembangan kognitif orang yang belajar. Sejalan dengan pernyataan di atas,
maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap
perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka
dapat diberikan padanya. Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat

5
ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
c. Kurikulum Spiral

J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk


spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep
dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih
tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak
dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan
konsep Bruner dimulai dari cara intuitif keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan.
Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan
dengan tiga anggotanya.
Contoh: Himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan
3 contoh himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga.

1. Belajar Penemuan Menurut Jerome S. Bruner


Bruner adalah tokoh yang mencetuskan konsep belajar penemuan
(discovery), Beliau juga seseorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam
studi perkembangan fungsi kognitif, dan menandai perkembangan kognitif menusia
sebagai berikut:
Pertama Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan
dalam menanggapi suatu rangsangan. kedua Peningkatan pengetahuan tergantung
pada perkembangan system penyimpanan informasi secara realis. ketiga
Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri
sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah
dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan
pada diri sendiri. keempat Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau
orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya. kelima Bahasa
adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi
antara manusia. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada
orang lain. keenam Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk
mengemukakan beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat,
dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.

6
Teori free discovery learning bertitik tolak pada teori belajar kognitif,
yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan ini
tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori
kognitif ini adalah setiap orang memiliki telah memiliki pengetahuan dan penglaman
dalam dirinya. Pengalaman dan pengetauan ini tertata dalam bentuk struktur kognetif.
Maka dari itu Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran yang
baru, beradaptasi atau berkesinambungan secara ‘klop’ dengan struktur kognetif yang
sudah dimilki oleh peserta didik.

2. Alat Mengajar Menurut Jerome S. Bruner


Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam menurut
fungsinya antara lain:
1) Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti pengalaman
yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak dapat mereka peroleh
secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman
suara dan sebagainya.
2) Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu
gejala misalnya model molekul, model bangun ruang.
3) Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film
tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala.
4) Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma yang
menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau
feedback tentang respon siswa.
Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang penting adalah
bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu system yang terintegrasi.

3. Ciri Khas Teori Pembelajaran Menurut Jerome S. Bruner


1. Empat Tema tentang Pendidikan
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.
Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk
untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan,
dapat dihubungkan satu dengan yang lain.

7
Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner
kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana
yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan-keterampilan
yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.
Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi
tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah
formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak.
Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar
dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2. Model dan Kategori


Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilaku Bruner yakin bahwa orang
yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak
hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya
dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan
yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model
Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang
khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita
akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk
mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal
yang diketahui.

3. Belajar sebagai Proses Kognitif


Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang
berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah:
a. Memperoleh informasi baru,
b. Transformasi informasi
c. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat sedemikian

8
rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar
cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita
memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan
mengubah bentuk lain.

4. Kelebihan dan Kelemahan Belajar Penemuan Menurut Jerome S. Bruner


Menurut Djamarah dan Zain dalam bukunya strategi belajar mengajar
menjelaskan bahwa kelebihan dan kelemahan dalam konsep ini diantaranya:
a) Kelebihan
Konsep ini membantu peserta didik mengembangkan bakatnya,
membentuk sifat kesiapan serta kemampuan keterampilan dalam proses kognitif
peserta didik. Peserta didik mendapatkan pengetahuan yang bersifat pribadi
sehingga pengetahuan tersebut dapat bertahan lama dalam diri peserta didik.
Konsep ini memberikan semangat belajar peserta didik, dimana dengan konsep
belajar mencari dan menemukan pengetahuan sendiri tentu rasa ingin tau itu
timbul sehinnga akan membentuk belajar yang ikhlas dan aktif. Konsep ini
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya dan keterampilannya sendiri sesuai dengan bakat dan hobi yang
dimilikinya. Konsep ini mampu membantu cara belajar peserta didik yang baik,
sehingga peserta memiliki motivasi yang kuat untuk tetap semangat dalam belajar.
Memberikan kepercayaan tersendiri bagi peserta didik karena mampu
menemukan, mengolah, memilah dan mengembangkan pengetahuan sendiri,
Konsep ini berpusat pada peserta didik, dan guru hanya membantu saja.
b) Kelemahan
Konsep belajar penemuan menurut Bruner, yaitu: memakan waktu yang
cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjerumus
kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari. Konsep belajar ini
menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan mental. Peserta
didik harus berani dan berkeinginan mengetahuai keadaan disekitarnya. Jika tidak
memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan gagal. Konsep ini
kurang berhasil apabila di laksanakan didalam kelas yang besar. Konsep ini
terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi peserta didik. Konsep

9
ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk bepikir secara kretaif. Dari
beberapa penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan konsep penemuan menurut
Bruner, tentu kita harus mampu mempergunakan konsep belajar ini sesuai dengan
keadaan dan tempatnya, sehingga nantinya dapat memaksimalkan penggunaaan
konsep ini dan tidak terjadinya kegalalan pembelajaran karena salah dalam
penggunaannya.

B. TEORI BELAJAR MENURUT GESTALT


1. Pengertian Belajar Berdasarkan Teori Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai
“bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau
peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Gestalt merupakan aliran yang mengembangkan paradigma pemikiran yang berpijak
pada kerangka menyeluruh dalam melihat obyek, khususnya dalam proses belajar.
Karena itu, perlu diingat bahwa psikologi Gestalt utamanya berminat pada persepsi
dan proses problem solving. (Hidayati, 2012).
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari
pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan
menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. Suatu
konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu
pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-
bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan
ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Pendiri awal teori belajar Gestalt adalah Max Wetheimer (1880-1943) dan
bekerja sama dengan dua tokoh lainnya yang dianggap juga pendiri teori belajar
Gestalt yaitu Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1886-1941). Menurut
pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap
hubungan hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya
tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah
lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang dari pada dengan hukuman dan
ganjaran.

10
a. Max Wetheimer
Max Wetheimer mengemukakan penemuan awalnya tentang Gestalt yaitu
ketika sedang naik kereta api. Kemudian melakukan eksperimen di kamar hotelnya
menggunakan stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat
untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis
yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan
secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak,
dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut
bergerak dari tegak ke melintang.
Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis
tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Max Wetheimer
menamakan ilusi tersebut dengan phi phenomena, yaitu bergeraknya objek statis
menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat
dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Wetheimer
menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima.

b. Kurt Koffka
Ia merupakan penulis terkenal dari kelompok Berlin. Koffka menghabiskan
banyak waktunya untuk memberi kuliah di Amerika sebelum akhirnya berpindah
secara permanen pada tahun 1927. Ia mengajar di Smith Collage dan terus menulis,
salah satu buku kreatifnya adalah ’’Grown of The Mind”, sebuah buku yang sangat
relevan dengan prinsip-prinsip gestalt. Tahun 1925 dia mempublikasikan Principles
of Gestalt Psycology, sistem utama di dalam psikologi Gestalt.
Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi
yang hanya akan berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang
mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani
rohani. Sebagai individu, manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar
melalui caranya sendiri. Secara pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi
kepada suatu perangsang dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara membabi
buta atau secara trial and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung
kepada bagaimana ia menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang
ada padanya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas
memilih cara bagaimana ia bereaksi dstimuli mana yang diterimanya dan mana
yang ditolaknya ( dalam Dewi, 2013).

11
c. Wolfgang Kohler
Kohler menggunakan sejumlah rangkaian eksperimen yang memuat tentang
eksperimentasinya mengenai kera dan ayam untuk mengetes berbagai masalah
yang berkaitan dengan belajar, yaitu:
1) Percobaan dengan simpanse

Eksperimen I : Simpanse dimasukkan dalam sangkar dan diletakkan satu tongkat


serta di luar sangkar diberi pisang. Pada awalnya simpanse mencoba berkali-kali
mengambil pisang dengan tangannya tetapi tidak berhasil. Kemudian simpanse
mengambil tongkat yang ada di dalam sangkar untuk mengambil pisang yang ada
di luar sangkar dan simpanse berhasil mengambil pisang yang ada di luar sangkar
dengan tongkatnya.

Eksperimen II : sama dengan eksperimen I, perbedaanya dalam sangkar


diletakkan dua tongkat dan diberi pisang di luar sangkar. Pada awalnya simpanse
mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan satu tongkat tetapi tidak berhasil.
Kemudian tiba-tiba simpanse menyambung dua tongkat yang ada di dalam
sangkar dan simpanse berhasil mengambil pisang tersebut.

Eksperimen III : Simpanse dimasukkan dalam sangkar dan di sudut sangkar


diletakkan satu kotak, serta di atas sangkar digantung pisang. Pada awalnya
simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan tangannya tetapi tidak
berhasil. Akhirnya simpanse mengambil dan menyusun kotak yang ada di sudut
sangkar, kemudian simpanse berdiri di atas kotak dan berhasil mengambil pisang
yang digantung dengan tangannya.

12
Eksperimen IV : sama dengan eksperimen III. Perbedaannya, di dalam sangkar
diletakkan dua kotak dan di atas sangkar digantung pisang. Pada awalnya
simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan berdiri di atas satu
kotak dan gagal. Akhirnya simpanse berhasil menyusun kotak dan berdiri di atas
kotak tersebut dan simpanse berhasil mengambil pisang yang digantung dengan
tangannya.

2) Percobaan dengan Ayam

Ayam dibentuk untuk mendekati warna kertas yang agak gelap dan tidak
mendekati warna terang. Setelah dilatih secukupnya, bila ayam diberi pilihan untuk
memilih terang dan agak gelap, ayam akan memilih gelap (karena hasil latihan).
Periode berikutnya, bila ayam diberi pilihan untuk memilih yang agak gelap
dengan gelap, maka ayam akan memilih mendekati gelap (tidak memilih yang agak
gelap seperti dilatihkan). Apabila kita berfikir secara behavioristik, ayam itu
mestinya memilih yang agak gelap sesuai dengan latihan. Tetapi Gestalt
berpendapat bahwa ayam itu menemukan prinsip mana yang lebih gelap. Dengan
demikian, bila diberi pilihan antara gelap dan gelap sekali, maka akan memilih
gelap sekali. Jadi jelas bahwa dalam belajar itu yang terpenting adalah menemukan
prinsip, sehingga mudah terjadi transposition (Bila suatu prinsip belajar dalam
situasi pemecahan problem diterapkan kepada pemecahan problem lain).

2. Prinsip-Prinsip Belajar Teori Belajar Kognitif Gestalt


 Prinsip – prinsip belajar dalam teori belajar kognitif Gastal yaitu :
a. Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
b. Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam
arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
c. Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk
sebelumnya.
d. Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola.

13
e. Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan
mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
f. Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan
suatu obyek seperti ukuran, potongan, warnadan sebagainya membedakan figure
dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, makaakan terjadi
kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan
merubah persepsi tentang melodi.
g. Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.

 Prinsip umum gestalt berbunyi:


a. Keseluruhan adalah primer atau utama, dan bagian atau unsur merupakan hal
skunder atau bukan hal pokok.
b. Bagian atau unsur tidak mempunyai makna bila tidak dalam konteks keseluruhan.
c. Keseluruhan bukan sekedar penjumlahan dari bagian

3. Hukum-Hukum Belajar Gestalt


a. Hukum Pragnanz adalah suatu keadaan yang teratur, seimbang, simetri, dan
harmonis. Untuk menemukan Pragnanz diperlukan adanya pemahaman atau
insight, menurut Ernest hilgard ada enam ciri dari belajar pemahaman ini yaitu :
1) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar.
2) Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu yang relevan.
3) Pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi, sebab insight itu hanya
mungkin terjadi apabila situasi belajar itu diatur sedemikian rupa sehingga
segala aspek yang perlu dapat diamati.
4) Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba, sebab insight bukanlah hal
yang dapat jatuh dari langit dengan sendirinya, melainkan adalah hal yang
harus dicari.
5) Belajar dengan pemahaman dapat diulangi, jika sesuatu problem yang telah
dipecahkan dengan insight lain kali diberikan lagi kepada pelajar yang
bersangkutan, maka dia dengan langsung dapat memecahkan problem itu
lagi.
6) Suatu pemahaman dapat diaplikasikan atau dipergunakan bagi pemahaman
situasi lain.
14
b. Hukum keterdekatan, hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat
cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
c. Hukum ketertutupan, hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan
totalitas tersendiri.
d. Hukum kesamaan, Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita
persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas. Contohnya :

OOOOOOOOOOOOO

XXXXXXXXXXXXX

OOOOOOOOOOOOO

Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar


dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan
tegak.

e. Hukum kontinuitas, orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada


obyek-obyek yang ada.

4. Pokok-pokok teori belajar menurut aliran teori gestalt:


a. Belajar sebagai proses Reinfoncement, artinya sesuatu yang diperkuat atau
dipertahankan atau sesuatu yang selalu diingat kembali. Maka teori belajar ini
pada intinya adalah memusatkan perhatian kita kepada akibat atau effect pada
orang yang sedang belajar.
b. Belajar sebagai proses Pengamatan
Teori belajar ini menekankan bahwa sebagian besar teori belajar adalah
meliputi perubahan dalam cara memandang dunia sekitar dan tidak menghendaki
apabila proses belajar atau kelakuan dipecah-pecah menjadi unsur-unsur (elemen)
yang khusus.
c. Belajar sebagai proses Pengertian (insight)
Belajar berhubungan erat dengan seluruh pengertian yang disebabkan
oleh adanya interaksi antara individu dengan sekitarnya. Insight/ Pemecahan
masalah. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya
pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini

15
adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam
eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
1) Kesanggupan : Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi
individu.
2) Pengalaman : Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman
dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
3) Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan
semakin sulit diatasi
4) Latihan : Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam
situasi yang bersamaan
5) Trial and Error : Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah,
seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya
menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

5. Aplikasi Teori Belajar Gestalt


Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight) : tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek
atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Semakin jelas makna hubungan suatu unsur akan semakin efektif sesuatu yang
dipelajari.
c. Perilaku bertujuan (purposive behavior). Perilaku terjadi akibat hubungan
stimulus-respons dan terkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah
aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space) : perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
e. Transfer dalam Belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar

16
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam
situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain
dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan
prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah
dalam situasi lain.

6. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif Gestalt


a. Kelebihan Teori Gestalt
1) Dapat meningkatkan kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi.
2) Meningkatkan motivasi belajar.
3) Peserta didik dapat aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya.

Tytler (Hidayati, 2012) juga menambahkan bahwa dengan upaya


mengimplementasikan teori belajar kognitif dalam rancangan Pembelajaran maka:

1) Siswa dengan mudah dapat mengemukakan gagasannya dengan bahasa


sendiri.
2) Siswa dapat dengan mudah berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi
lebih kreatif dan imajinatif.
3) Siswa mempunyai kesempatan untuk mencoba gagasan baru.

b. Kekurangan Teori Gestalt


1) banyaknya fasilitas pendukung yang dibutuhkan.
2) keberhasilan belajar tidak dapat di lihat dari satu peserta didik saja tapi harus
dilihat secara keseluruhan.
3) sulit menemukan pemahaman dalam mempelajari hal-hal yang sangat
beragam.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Teori belajar adalah


upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu
kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Bruner berpendapat bahwa
seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari.
Lain halnya dengan teori Gestalt, dimana teori Gestalt mengembangkan paradigma
pemikiran yang berpijak pada kerangka menyeluruh dalam melihat obyek, khususnya
dalam proses belajar. Ciri – ciri teori belajar menurut Bruner memuat empat tema tentang
pendidikan, model dan kategori, serta belajar sebagai proses kognitif. Kelemahan teori
belajar menurut Bruner yaitu memakan waktu yang cukup banyak, dan jika kurang
terpimpin atau kurang terarah dapat menjerumus kepada kekacauan dan kekaburan atas
materi yang dipelajari. Sedangkan kelebihan dari teori tersebut yaitu konsep ini membantu
peserta didik mengembangkan bakatnya, membentuk sifat kesiapan serta kemampuan
keterampilan dalam proses kognitif peserta didik.

Selain teori belajar menurut Bruner juga terdapat teori belajar Gestalt, dimana
teori belajar ini memiliki prinsip – prinsip yaitu : Principle of Proximity, Principle of
Similarity, Principle of Objective Set, Principle of Continuity, Principle of Closure/
Principle of Good Form, Principle of Figure and Ground, dan Principle of Isomorphism.
Dalam teori ini juga terdapat hukum-hukum belajar yaitu : hukum pragnanz, hukum
keterdekatan, hukum ketertutupan, hukum kesamaan, serta hukum kontinuitas. Kelebihan
teori belajar ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi dan meningkatkan motivasi belajar. Sedangkan kekurangan teori
ini yaitu : banyaknya fasilitas pendukung yang dibutuhkan, keberhasilan belajar tidak
dapat di lihat dari satu peserta didik saja tapi harus dilihat secara keseluruhan, serta sulit
menemukan pemahaman dalam mempelajari hal-hal yang sangat beragam.

B. SARAN
Dalam menerapkan teori brunner dan gestalt sebaiknya memperhatikan
kemampuan peserta didik, agar proses pembelajaran dapat diterima dengan baik dan
memperoleh hasil yang diinginkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

 http://math-succes.blogspot.co.id/2015/01/teori-belajar-gestalt.html
 http://stuwadi.blogspot.co.id/2013/11/resume-teori-belajar-kognitif-gestalt.html
 http://makalahpendidikanislamismail.blogspot.co.id/2015/12/teori-belajar-gestalt-
dalam-psikologi.html
 http://Asbarsalim009.blogspot.co.id/2015/01/teori-belajar-jerome-s-bruner.html

19

Anda mungkin juga menyukai