Anda di halaman 1dari 41

Skip to main content

Education Of Sosiology Blog


Learning About Everything

Book Report Sosiologi Pendidikan Abu Ahmadi

October 07, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Pendidikan adalah kunci kemajuan suatu bangsa dan selalu menjadi isu yang menarik
untuk dikaji. Sosiologi merupakan sebuah ilmu yang memberikan kontribusi dalam menilai
apa yang menjadi realitas di masyarakat. Tidak terkecuali juga dengan pembahasan dunia
pendidikan saat ini dari persfektif sosiologis dalam hal ini adalah ilmu sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan adalah alur ilmu yang menuntut peningkatan kepekaan dalam
melihat nilai, institusi, budaya dan kecenderungan realitas pendidikan dalam masyarakat.
Namun bagaimanakah sosiologi pendidikan yang sesungguhnya? Hal ini memacu ketertarikan
untuk mengetahui lebih banyak tentang sosiologi pendidikan sehingga saya memilih buku
yang bertema sosiologi pendidikan untuk disajikan sebagai book report. Buku yang saya pilih
berjudul ‘ Sosiologi Pendidikan ‘ merupakan buku karya Drs. H. Abu Ahmadi. Buku ini
terdiri dari empat belas bab, dengan jumlah halaman sebanyak 236 halaman, merupakan
cetakan kedua yang dicetak pada tahun 2007 oleh penerbit Rineka Cipta di Jakarta.
B.  Profil Buku
Adapun profil dari buku ini yaitu sebagai berikut:
1.        Judul   : Sosiologi Pendidikan
2.        Pengarang : Drs. H. Abu Ahmadi
3.        Penerbit   : Rineka Cipta
4.        Tahun terbit   : 2007
5.        Tempat Penerbit : Jakarta
6.        Tebal halaman : 239
7.        Cetakan : Kedua

 C.  Rumusan Masalah


Pembahasan dalam laporan buku ini perlu dibatasi guna tercapainya sasaran tujuan yaitu
membedah buku sosiologi pendidikan. Rumusan masalah dalam laporan buku ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah arti Sosiologi pendidikan?
2. Bagaimanakah pendekatan individu, pendekatan sosial, pendekatan interaksi dan teori
medan dalam sosiologi pendidikan?
3. Bagaimanakah ruang lingkup dari sosiologi pendidikan?
4. Bagaimanakah hubungan antara masyarakat, kebudayaan serta pendidikan?
5. Apakah yang dimaksud dengan sosiologi kurikulum?

D.    Tujuan Penulisan Laporan


Adapun yang menjadi tujuan laporan penulisan buku ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui arti Sosiologi pendidikan
2.    Untuk mengetahui pendekatan individu, pendekatan sosial, pendekatan interaksi dan
teori medan dalam sosiologi pendidikan
3.    Untuk mengetahui ruang lingkup dari sosiologi pendidikan
4.    Untuk mengtahui hubungan antara masyarakat, kebudayaan serta pendidikan
5.    Untuk mengetahui tentang sosiologi kurikulum

BAB II RESUME BUKU

BAB I. PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN


Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya “ Dicitionary Sociology “ , Sosiologi pendidikan
adalah sosiologi yang ditetapkan untuk memecahkan masalah – masalah pendidikan yang
fundamental. Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki antara
sosiologi pendidikan. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan,
sudut pandang, metode, dan susunan pengetahuan Obyek penelitian sosiologi adalah tingkah
laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangannya ialah memandang hakikat masyarakat
kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri
atas konsep – konsep dan prinsip – prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial,
kebudayaannnya dan perkembangan pribadi. Salah satu yang mendapat perhatian sosiologi ialah
penelitian mengenai tata sosial. Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.
Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki
struktur dan dinamika proses pendidikan. Yang termasuk dalam pengertian struktur ini ialah
teori dan filsafat pendidikan, system kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan
kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan dinamika, ialah proses sosial cultural, proses perkembangan
kepribadian dan hubungan semuanya itu dengan pendidikan.

Konsepsi dan Posisi Sosiologi Pendidikan.


Di dalam kegiatan manusia sebagai makhluk sosial menimbulkan berbagai ilmu
pengetahuan sendiri. Termasuk kegiatan manusia untuk mendidik generasi-generasi mudanya
dengan memberikan, mewariskan kebudayaan kepada anak cucunya. Dalam mendidik inilah
manusia berusaha untuk mengetahui bagaimana proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya,
ditinjau dari konstelasi sosialnya sehingga terjalin karya mendidik itu. Maka di sini timbulah
suatu cabang ilmu pengetahuan ialah sosiologi pendidikan.

Definisi Sosiologi Pendidikan


Ditinjau dari segi etimologi istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu
sosiologi dan pendidikan. Maka jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan yang menjadi
masalah sentralnya ialah aspek – aspek sosiologi di dalam pendidikan. Karena situasi pendidikan
adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial, yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara
pendidikan dengan anak didik, pendidik dengan pendidikan, anak – anak dengan anak – anak
pegawai dengan pendidikan, pegawai –pegawai dan anak –anak. Hubungan – hubungan dan
pergaulan – pergaulan sosial ini secara totalitas, merupakan suatu unit keluarga, ialah keluarga
sekolah, keluarga sekolah dapat tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Maka jelaslah di
dalam sosiologi pendidikan akan berlaku dan berkerjasama antara prinsip – prinsip sosiologi dan
prinsip – prinsip paedagogis berserta ilmu – ilmu bantuannya, misalnya psikologika ( ilmu
psikologi pendidikan ).
E.George Payne, yang disebut bapak sosiologi pendidikan seperti halnya A. Comte
sebagai bapak dari pada sosiologi. Disini Payne menekankan, bahwa di dalam lembaga –
lembaga, kelompok – kelompok sosial, proses sosial, terdapat social relationship, hubungan –
hubungan sosial ataupun secara tehnis disebut interaksi sosial, di dalam dan dengan interaksi
sosial ini individu memperoleh dan mengorganir pengalaman – pengalamannya. Inilah yang
merupakan aspek – aspek atau prinsip – prinsip sosiologinya. Jadi bukan saja pada anak – anak
tetapi juga pada orang – orang dewasa, kelompok –kelompok sosial, bahkan pada proses sosial
pun bahwa interaksi sosial membentuk tingkah laku manusia secara tertentu dianggap sebagai
system pendidikan yang berkembang terus. Artinya setiap kali didapati kondisi dan situasi baru
harus ada interaksi sosial yang baru dan seolah – olah individu – individu itu belajar berinteraksi
sosial. Inilah yang merupakan prinsip prinsip paedagoginya.
Charles A. Ellwood : Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau
menuju untuk melahirkan maksud hubungan – hubungan antara semua pokok – pokok masalah
antara proses pendidikan dan proses sosial.
Dr. Ellwood : Sosiologi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses
belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain.
E.B. Reuter : Sosiologi Pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evaluasi dari
lembaga – lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan dibatasi
oleh pengaruh – pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap
– tiap individu.
W. Dodsen : Mengatakan bahwa sosiologi pendidikan itu mempersoalkan pertemuan dan
percampuran dari lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, dengan begitu maka
terbentuklah tingkah laku, dan sekolah dianggap sebagai total cultural milien, sedangkan
sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha menemukan bagaimana memanipulasikan
proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian. Sosiologi Pendidikan adalah suatu
cabang ilmu pengetahuan (dari ilmu jiwa pendidikan) yang membahas proses interaksi sosial
anak - anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi - kondisi
sosio cultural yang terdapat di dalam masyarakat dan Negaranya. Atau secara singkat sosiologi
pendidikan ialah tinjauan sosiologi terhadap proses pendidikan dan pengajaran.
Adapun tujuan dari pada sosiologi pendidikan di Indonesia ialah :

1.    Berusaha memahami peranan sosiologi dari pada kegiatan sekolah terhadap
masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan interaksi.
2.    Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak
didiknya untuk mengembangkan kepribadian anak.
3.    Untuk mengetahui pembinaan ideologi Pancasila dan kebudayaan nasional Indonesia
di lingkungan pendidikan dan pengajaran.
4.    Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat sekitarnya
agar pendidikan mempunyai kegunaan praktis di dalam masyarakat dan Negara
seluruhnya.
5.    Untuk menyelidiki factor–factor kekuatan masyarakat bisa menstimulir pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian anak.
6.    Memberi sumbangan yang positif terhadap perkembangan pendidikan.
7.    Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip–prinsip untuk mengadakan sosiologi
sikap dan kepribadian anak didik.

Latar Belakang Timbulnya Sosiologi Pendidikan


Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai bidang kehidupan dan merupakan
masalah bagi semua institusi sosial, seperti industri, agama, perekonomian, pemerintahan,
keluarga, perkumpulan dan pendidikan. Masalah sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh
dunia pendidikan. Masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah dan pendidikan
dalam masyarakat merupakan refleksi masalah-maslah sosial di masyarakat.

Kajian Sosiologi Of Education


Perlu diketahui, kerangka umum sosiologi pendidikan (Sosiology Of Education).
Sebenarnya bukanlah barang baru. Beberapa tahun yang lalu, Angell telah memberikan suatu
definisi sahih dan berguna mengenai bidang ilmu itu. Dia memberikan suatu posisi, bahwa ahli
Education Sosiology harus benar– benar seorang ahli sosiologi yang menspesialisasikan pikiran
dan penelitian – penelitiannya pada proses – proses pendidikan. Dengan demikian Education
Sosiology merupakan ilmu pengetahuan murni, suatu cabang dari sosiologi” dikatakannya bahwa
ia lebih suka pendekatannya memandang sisitem pendidikan sebagai sumber data yang dianalisis
bukannya sebagai sesuatu yang dianggap sebagaimana lazimnya dikonsepsikan dalam Education
Sosiology.

BAB II . PENDEKATAN INDIVIDU


Untuk memahami tata kehidupan masyarakat perlu dibahas tentang tata kehidupan
individu yang membentuk masyarakat tersebut. Individu sebagai titik tolak dipengaruhi oleh dua
factor yakni factor intern dan extern. Factor intern meliputi faktor – factor biologis dan
psikologis sedangkan factor extern mencakup factor – factor lingkungan fisik dan lingkungan
sosial.

1. Faktor Biologis pada tingkah laku manusia.


Perbedaan antara factor biologis dan psikologis pada tingkah laku manusia adalah pada
factor biologis yang memandang manusia sebagai organisme murni dan sederhana, sedangkan
pada factor psikologis memandang manusia sebagai organisme yang intelligent,organisme yang
mempunyai inteligensi.
Tandanya factor – factor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat ialah adanya
kebebasan, fasilitas ekonomis, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial yang luas dan
keagamaan.

2.Faktor Psikologis pada Tingkah Laku Manusia


Pengaruh psikologis pada biologis semua bersifat semiphilosphis dan abstrak. Misalnya
pada science of mind pengetahuan tentang proses berfikir tetapi sebaiknya ketika terbit buku
Darwin, Origin Of Species pada tahun 1859 biologi berpengaruh besar pada psikologi. Misalnya
dengan pesatnya studi tingkah laku hewan, maka jadilah pengetrapannya pada studi tentang
manusia, yaitu tingkah laku manusia dijabarkan dengan tingkah laku hewan. Suatu contoh
misalnya pada tingkah lalu insektual semut, burung, terdapatlah suatu tingkah laku yang
sebagian besar dideterminir oleh instinct sesuatu yang tidak dipelajari, relative sifat sterotypis
dan response otomatis pada situasi terutama.

BAB III. PENDEKATAN SOSIAL


Cara lain untuk membahas tingkah laku manusia ialah dengan mempergunakan approach
sosial, approach kelompok, societal approach, group approach, titik pangkal dari pada approach
sosial adalah masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok – kelompok dengan berbagai
aktivitasnya, secara kongkret approach sosial ini membahas aspek – aspek atau komponen
kebudayaan manusia seperti keluarga, tradisi, adat istiadat, moral, norma dan sebagainya. Jadi
segala sesuatu yang dianggap sebagai produk bersama dan milik bersama adalah milik
masyarakat. Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami tingkah laku
masyarakatnya. Individu harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang
dikehendaki oleh masyarakat atau dikondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Implikasi di
bidang pendidikan, guru-guru harus mendidik anak-anak kearah pola tingkah laku masyarakat
dan negara.
Studi tentang tingkah laku masyarakat dilakukan oleh sosiologi. Sosiologi mempelajari
manusia dalam hidup bersama, hidup sosial dengan berbagai lembaga dan organisasinya. Jadi
pendekatan sosial titik beratnya terletak pada masyarakat dan demografi, tingkah laku manusia
ditentukan oleh faktor fisik dan kultural. Dalam berinteraksi individu akan menunjukan segi
kesosialannya dan selalu mengadakan penyesuaiaan diri dengan lingkungannya.
Menurut Woodworth, bahwa manusia di dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
selalu mengalami 4 macam proses :
1.Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
2. Individu dapat menggunakan lingkungan
3. Individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungan
4. Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
Mengenai penyesuaian diri ini dapat kita kemukakan secara luas:
a.       Penyesuaian diri yang berarti mengubah diri kita sesuai dengan lingkungan
autoplatis
b.      Penyesuaian diri yang berarti mengubah lingkungan sesuai dengan kehendak kita
(alloplastis)
Dalam pelaksanaan interaksi social ini dapat dijalankan melalui Imitasi
(peniruan), Sugesti (memberi pengaruh), Identifikasi, Simpati (seperasaan)

BAB III. PENDEKATAN INTERAKSI


Di dalam approach interaksional ini kita memperhatikan factor – factor individu dan
sosial, di mana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dan hubungan timbal balik antara
individu dan masyarakat, ada hubungan interaksi antara individu dapat mempengaruhi inidvidu
pengaruh – pengaruh yang bersifat dinamis dan kreatif.
Approach interaksional mengindahkan approach individu dengan factor – factor biologis
dan psikologisnya pada tiap – tiap individu sebagai kekuatan potensial dan approach sosial
mempunyai factor – factor yang memberikan kesempatan untuk dikembangkan kearah
kemanfaatan dalam tata hidup manusia di dalam masyarakat dan negara.
Dengan adanya interaksi maka manusia dari lahirnya telah mempengaruhi tingkah laku
orang – orang lainnya dan benda – benda di dalam milieu sekitarnya dan sebaliknya tingkah laku
orang- orang lain dan benda – beda mempengaruhi kepada bayi itu dalam pertumbuhan
seterusnya.
Oleh karena itu situasi interaksi adalah situasi hubungan sosial, maka dapat dikatakan
bahwa manusia itu memasyarakat diri, atau dengan perkataan lain manusia membudayakan diri
dan memasyarakatan, pembudayaan ini tidak aka nada habis – habisnya sampai akhir zaman.
Kesimpulan pendekatan ini mengatakan bahwa mengetahui tingkah laku manusia harus
dilihat dari individu dan masyarakat. Jadi approach education of sociology semata–mata
individual atau social tetapi kedua-duanya. Educational sociology adalah studi tentang interaksi
individu dan lingkungan kulturalnya yang terkandung di dalamnya individu – individu lain,
kelompok – kelompok sosial dan pola – pola tingkah laku, di mana seorang individu yang lahir
selalu dipengaruhi orang dan kebudayaan disekitarnya.
Menurut E. George Payne ( bapak sosiologi pendidikan mendefinisikan : Educational
sociology adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan dan menerangkan lembaga – lembaga
kelompok sosial dan proses – proses sosial, dimana dalam hubungan itu individu memperoleh
dan menyusun pengalaman-pengalamannya. Jadi prinsipnya antara invidu dengan lembaga-
lembaga itu selalu saling mempengaruhi.
Hubungan sosiologi pendidikan dengan psikologi pendidikan
Persamaannya:
Kedua- keduanya mencari jalan untuk menentukan dan memberikan arah terhadap efek sekolah
bagi tingkah laku individu. Kedua ilmu itu tersebut merupakan alat untuk merealisasi tercapainya
tujuan pendidikan
Perbedaannya
Psikologi pendidikan berhubungan dengan teknik bagi membentuk kebiasan– kebiasaan baru
dalam diri anak. Sedangkan sosiologi pendidikan tertarik perhatiannya di dalam implikasi –
implikasi bagi pembuatan kurikulum –kurikulum, organisasi kelas dan metode – metode
Sedang Payne menggambarkan perbedaan tersebut sebagi berikut :
Psikologi pendidikan adalah suatu ilmu yang terpakai (applied science ) ilmu terutama sekali
berhubungan dengan hukum – hukum dari ilmu jiwa praktis untuk mencari, mengumpulkan dan
mengevaluasi pengalaman – pengalaman atau masalah – masalah tentang belajar.
Sosiologi pendidikan ialah juga sebagai ilmu yang terpakai tetapi ilmu ini tidak
berhubungan dengan metode pencarian atau pengumpulan, pengalaman tetapi berhubungan
dengan efek belajar atas kehidupan kelompok. Ilmu ini menerangkan bagaimana pendidikan
sebagai suatu proses dapat di bawah kondisi – kondisi yang optimum menghilangkan kekurangan
– kekurangan sosial dan mencoba bagi masyarakat yang ideal.
Jadi prinsipnya psikologi pendidikan menitikberatkan pendidikan sebagai proses belajar
sedangkan sosiologi pendidikan menitikberatkan pendidikan sebagai proses education. Brown
menegaskan bahwa psikologi pendidikan adalah pendidikan yang menggunakan hukum-hukum
psikologi sedangkan sosiologi pendidikan adalah pendidikan yang menggunakan hukum-hukum
sosiologi. Sosiologi pendidikan tidak hanya berhubungan dengan tujuan pendidikan, kurikulum,
metode dan pengukuran tetapi juga berhubungan dengan sekolah dan masyarakat.

BAB V. TEORI MEDAN

Membahas tiga macam approach terhadap tingkah laku manusia, baik manusia sebagai
makhluk individu dan sosial dengan approach – approach individual, sosial dan interaksional,
ada cara lain untuk meneliti tingkah laku manusia, dengan membahas medio sosiopsychis
manusia, dengan membahas medan sosial manusia.
Cara pembahasan ini terkenal dengan nama teori medan atau field theory yang diajarkan oleh Dr.
Kurt Lewin dalam psikologi dan dikembangkan dalam psikologi sosial oleh J.F Brown.
Inti dari pada teori medan ialah meneliti struktur medan hidup ( life space ) beserta
pribadinya, personnya, life space sosial atau medan sosial. Medan hidup ini merupakan kondisi –
kondisi syarat – syarat dan situasi konkret yang menyertai gerak pribadi, gerak person tadi.
Objek manusia dianggap sebagai ornaisme
Cara berkerja teori medan itu mempergunakan metode pothetico deduktif (hypotheticv
deductive method)
Selanjutnyauntuk menentukan tingkah laku manusia di rumus sebagai berikut :
B = R ( PE ) di mana dalam manusia ini terdapat simbol – simbol : B = Behavior ( tingkah
Laku ) P = Person, manusianya E = Environment, milieu F = fungsi, sehingga rumus tadi harus
dibaca : tingkah laku (B) adalah fungsi person (P) dan milieu (E) artinya bahwa tingkah laku
manusia itu bergantung kepada pribadi (Person) dan lingkungan sekitarnya (Milieu). Secara
prinsipil dalam teori medan untuk mengubah pribadi maka harus dapat mengubah medan
sosialnya dan medan psikologisnya.

BAB VI. WARISAN BUDAYA


1.      Pengertian kebudayaan
Kebudayaan : Cultuur ( Bahasa Belanda ), Culture ( Bahasa Inggris ), berasal dari
perkataan Latin “ Cuolere “ yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan, terutama mengola tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembang arti culture
sebagai “ segala daya dan aktivitet manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “ Budhayah “
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan
hidupnya.
Jadi kebudayaan itu mempunyai sifat kompleks, banyak seluk beluknya dan merupakan
totalitas, merupakan keseluruhan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
custom dan lain – lain kapabilitas dan kebijaksanaan – kebijaksaaan yang diperoleh oleh manusia
di dalam masyarakat. Pencipta kebudayaan adalah manusia, focus kebudayaan adalah
masyarakat.
Jelasnya “ Kebudayaan “ adalah suatu hasil ciptaan dari pada hidup bersama yang
berlangsung berabad – abad. Kebudayaan adalah suatu hasil dan hasil itu dengan sengaja atau
tidak sesungguhnya ada dalam masyarakat.
Unsur – unsur atau bagian – bagian kebudayaan menurut Limton culture atau
kebudayaan sebagai bagian besar dan umum secara totalitas, terbagi – bagi atas:
1.    Cultural universal : misalnya mata pencarian, kesenian agama, ilmu pengetahuan ,
kekerabatan dan sebagainya.
2.    Cultural Activitis : Kegiatan – kegiatan kebudayaan misalnya dari mata pencarian tadi
terhadap pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan dan sebaginya
3.    Traits Complexes adalah bagian – bagian dari cultural activities tadi
4.    Traits adalah bagian – bagian darit raits complexes tadi
5.    Items adalah bagian – bagian di dalam traits kebudayaan.

2.      Manusia Makhluk Berkebudayaan


Istilah kebudayaan di sini sebenarnya kurang tepat seolah olah kebudayaan itu dapat
ditinggalkan seperti membuka baju. Jadi tepatnya manusia itu berbudaya, manusia itu
aktif menciptakan kebudayaan, manusia itu membudaya terus menerus dari saat manusia
itu ada ( bayi lahir ) sampai dia meninggal dunia. Tetapi sebagian dari kebudayaan masih
tetap ada, ialah yang berupa warisan kebudayaan.
Komponen – komponen kebudayaan itu adalah sebagi berikut :
1.    Alam pikiran ideologis dan religio
2.    Bahasa
3.    Hubungan sosial
4.    Hidup perekonomiannya
5.    Ilmu pengetahuan dan teknologi
6.    Keseniannya
7.    Politik pemerintah
8.    Pewarisan kebudayaan atau pendidikan
Pola tingkah laku kelompok
Mores adalah cara bertingkah laku dengan nada emosi yang dihubungkan dengan sikap
benar atau salah. Sedangkan Institusi atau lembaga adalah pola tingkah laku telah terkait
oleh kebudayaan atau pertimbangan yang spesifik
Ciri – ciri dari pada kebudayaan adalah spesifik, khas atau karaktristik
( khas dari pada kebudayaan ialah komulatif, dinamis, disfertif) Hakikatnya adalah
komulatif, merupakan tumpuk – tumpukkan, merupakan lapisan – lapisan atau
stratifikasi.

3.    Hakikat Sosial dari Pendidikan


Fungsi – fungsi dari pendidikan :
1.    Asimilasi dari tradisi – tradisi
2.    Pengembangan dari pola – pola sosial yang baru
3.    Kreatifitas atau peranan yang bersifat membangun di dalam pendidikan
Menurut Brown , ada 3 pelaku pendidikan :
1.    Lembaga – lembaga pendidikan formal
2.    Kelompok – kelompok yang teroganisir yang mempunyai fungsi pendidikan yang
penting
3.    Organisasi – organisasi yang bersifat komersial dan industry

BAB VII. KELOMPOK SOSIAL


Di dalam memasuki suatu kelompok harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
1.      Dia harus tunduk pada orang yang lebih tua (senior)
2.      Dia tidak boleh makan makanan tertentu
3.      Dia tidak boleh mengganggu wanita – wanita milik orang lain
4.      Dia harus menjaga rahasia, dan sebagainya
Bahkan pada suku lain : dia diberi pisau dan disuruh masuk ke hutan untuk hidup
selama 1 tahun dan harus menghadapi tantangan – tantangan musim dingin dan
musim panas. Sehingga dengan demikian individu – individu tersebut berkembang
dan mempunya dua fungsi yaitu sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk
sosial
1.      Klasifikasi Kelompok Sosial
Dari beberapa macam klasifikasi kelompok sosial antara lain yang dibahas dalam bab
ini ialah sebagai berikut:
1.    Willian G. Summer mengemukakan adanya in group atau we-group dan out-
group atau others-group atau every body else. Di dalam in-group ada sosialisasi
kearah mana tiap – tiap individu anggota kelompok kesetiaan dan solidaritas dan
di situ terdapatlah usaha identifikasi pribadi satu sama lain kearah adanya rasa
persahabatan, kerja sama, rasa tanggung jawab, terutama di dalam saat – saat yang
mendesak dan gawat.
2.    Cooley mempergunakan dasar “ we and the group “ dari sumner yang
mengemukakan adanaya jenis – jenis kelompok sosial – sosial primair, sekundair
dan tertier atas dasar intimitas perasaan individu – individu atau kelompok –
kelompok lainnya.

2.      Relasi – Relasi Intergroup


Ada cara – cara lagi untuk memahami relasi – relasi intergroup, atau hubungan –
hubungan inter kelompok, yaitu apa yang dinamakan jarak sosial atau social distance
dan ethnosentrisme.
Jarak sosial itu ada dua macam yaitu jarak sosial- sosial vertical, ialah adanya rasa
perbedaan antara individu dan kelompok yang di dasarkan atas status.
Yang dimaksud jarak sosial horizontal ialah didasarkan atas sikap ontimitas atau taraf
rasa kekamian ( degree of feeling ) “ rasa peka atau rasa erat keanggotaan kelompok,
jarak sosial horizontal mana terdapat pada pribadi perseorangan atau pun bersifat
sosial.
3.      Fungsi Kelompok Sosial
Fungsi dari pada kelompok sosial dapat bersifat individu dan sosial. Fungsi individual
dari pada kelompok ialah dalam tarap – tarap tertentu dapat memenuhi kebutuhan –
kebutuhan individu, dimana individu – individu melalui kelompok dapat dimiliki
pengetahuan – pengetahuan yang essensial, kecakapan, sikap yang penyesuaian
dalam pengalaman – pengalaman pendewasaannya dalam kelompok yang lebih luas.
4.      Dinamika Kelompok Sosial
Seperti telah disinggung – singgung dalam pembahasan lewat, bahwa masyarakat dan
kebudayaan – kebudayaan manusia itu tumbuh dan berkembang terus menerus, jadi
ada perubahan – perubahan kearah kemajuan, jadi ada gerak, ada dinamika dari pada
sosialnya. Perubahan – perubahan itu terjadi pada bentuk – bentuk dari pada folkways
(kebiasaan harian), mores dan institusi, tetapi fungsinya tak berubah.

5.      Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan


Adapun faktor – faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak itu
dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
a. Status Sosial Ekonomi Keluarga
b. Faktor Kebutuhan Keluarga
c. Sikap Kebiasaan – kebiasaan Orang Tua

BAB VIII. PROSES SOSIAL


1.      Manusia sebagai makhluk Biososial
Manusia itu di lahirkan di dalam masyarakat mempunyai tata hidup dan penghidupan
serta pola tingkah laku yang komplek. Untuk menganalisa betapa pengaruh
kebudayaan kepada pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi orang dewasa
yang berpribadian sempurna atau integral, demikian juga betapa kekuatan – kekuatan
kodarat atau faktor – faktor keturunan biologis pada manusia yang menjadi milik
pribadi sebagai individualitas dapat menjamu kepribadian seseorang, kedua masalah
itu akan dibahas dalam bab ini.
2.      Interaction, Dasar Proses Sosial
Dengan kata lain : proses dua arah dimana setiap individu atau group menstimulir
yang lain dan mengubah tingkah laku daripada partisipan.
3.      Klasifikasi Interaksi Sosial
Klasifikasi interaksi sosial, antara lain :
a. Yang melibatkan dalam sejumlah orang
b. Ada tingkat – tingkat keintiman
c. Ada yang berproses sosial
Termasuk dalam proses yang menyatakan (integrasi) ialah : Coperation (Koperasi),
Consensus (kerjasama) dan Asimilation (assimilasi).
a.    Coperation (Koperasi)
Ada 3 jenis koperasi ( kerja sama ) yang didasarkan perbedaan di dalam organisasi
group atau didalam sikap group, yaitu:
-          Kerjasama primer
Disini group dan individu sungguh – sungguh dilebur menjadi satu
-          Kerjasama sekunder
Apabila kerjasama primer characteristic dan masyarakat primitive, maka kerja sama
sekunder adalah khas pada masyarakat modern.
-          Kerjasama tertier (accommodation)
Dalam hal ini yang menjadi dasar kerjasama yaitu adalah konflik yang laten.
b.    Consensus (kerjasama)
Consensus di maksudkan suatu persetujuan, baik yang diucapkan maupun tidak, di
atas mana syarat–syarat kerjasama itu diletakkan.
c.    Asimilation(assimilasi)
Assimilasi adalah proses di mana berbagi – bagi kebudayaan melebur menjadi satu-
satunya yang homogen

2.        Klasifikasi Interaksi Sosial


Konflik adalah usaha yang sengaja menentang, melawan atau memaksa kehendak
orang lain. Di pandang dari segi terjadinya, maka konflik ini ada 2 macam, yaitu :
Corparate Conflict dan Personal Conflict.
3.         Kompetisi (persaingan)
Persaingan adalah hubungannya dengan konflik, tetapi berbeda kompetisi tidak
mengandung usaha dengan sengaja untuk menentang kehendak orang lain dan tidak
mengandung paksaan.

BAB IX. NILAI – NILAI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT


Yang dimaksud dengan pembangunan masyarakat antara lain:
a. Pembangunan menuju taraf hidup yang lebih baik, kesehatan yang lebih baik dan
memperoleh pendidikan.
b. Lebih menekankan kepada masyarakat dari pada individu sebgai suatu kesatuan
yang di hadapi dan sebagai suatu alat yang dilalui untuk mendapat kemajuan
c. Masyarakat harus dirangsang dan di bantu untuk maju dengan usaha dan isiatif
sendiri
d. Terhadap rangkaian pendapat kadang ada yang lain :
- Bahwa hasil yang banyak dalam rangsang masyarakat untuk membangun taraf
hidup yang lebih baik
- Bahwa apabila masyarakat dapat di dorong untuk serta dalam pembangunan dengan
menyediakan secara sukarela tenaga bebas dan bahan dari bersumber tempat mereka
sendiri
Pembangunan umum dua macam yang memecahkan trasisi yang harus kita ketahui :
1. Pemasukan pengaruh secara paksaan dalam segala hal
2. Rencana pembangunan secara kecil – kecilan.

BAB X. TEMPAT – TEMPAT INTERAKSI ANTARA PERSON DAN GROUP

1. Keluarga (Family)
a.    Fungsi Keluarga.
Menurut Ogbum fungsi keluarga itu adalah sebagai berikut : Fungsi kasih sayang,
fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan atau penjagaan, fungsi
rekreasi, fungsi status keluarga dan fungsi agama.
Menurut Bierstadt : keluarga berfungsi sebagai : Menggantikan keluarga, mengatur
dan menguasai implus – implus sexuil, menggerakkan nilai – nilai kebudayaan dan
menunjukkan status
b.    Peranan Sosial dan Keluarga
Dikatakannya bahwa kelas – kelas sosial dapat dibedakan enjadi 3 macam, yaitu:
- Upper Class : dalam kelas ini sikap terhadap anak adalah bangga dan menaruh
penghargaan.
-Midle–Class: disin itidak diadakan menyelidikan
- Lower-Class : di sini keinginan – keinginan seperti upper-class itu kurang karena
alasan–alasan.
2. Perbedaan Peer Group dengan orang Dewasa
a. Perbedaan Dasar : dalam dunia orang dewasa anak selalu di dalam posisi
subordinate status ( status bawahan ) , dengan kata lain status dunia dewasa selalu
diatas.
b. Perbedaan Pengaruh : pengaruh peer group ini makin lama makin penting
fungsinya, jadi pengaruh keluarga makin kecil.
3.Fungsi – fungsi daripada peer group
Peer Group adalah sebagai suatu wadah untuk sosialisasi. Menurut Havighurs peer
group ini mempunyai 3 fungsi, yaitu : mengajarkan kebudayaan, mengajarkan
mobilitas sosial dan membantu peranan sosial yang baru
4.Gang
Beberapa ketidakseimbangan akibat gang ialah:
- Penyesuaian yang buruk di dalam kehidupan keluarga
- Kepadatan penduduk
- Kesulitan – kesulitan lain yang timbul dari isolasi cultural
- Status ekonomi rendah, kekurangan tempat untuk bermain
- Fasilitas – fasilitas sosial dan rekreasi yang lain
5. Sekolah Dalam Masyarakat
a. Pendidikan, penduduk dan kecenderungan ekonomi
1.      Bersifat stabilisasi atau stabilits : suatu sifat stabil, tidak meningalkan
adanya perubahan (revolusioner)
2.      Bersifat Fluidity atau fluiditas : pendidikan itu dimungkinkan adanya
perubahan – perubahan, baik mengenai stabilitas atau riilnya, maupun
fluisitas atau idealnya.
Menurut masalah penduduk ini, menurut Widarno Surachmat dapat dipecahkan
dengan jalan transmigrasi, transplanetasi, teknologi makanan, keluarga berencana
b. .Bentuk – bentuk Sekolah
-    Bentuk sekolah tradisional.
-    Bentuk sekolah sebagai suatu modal dari masyarakat
-    Bentuk sekolah masyarakat
c. Sifat – sifat sekolah masyarakat
- Sekolah ini mengajarkan anak – anak untuk mendapatkan
- Sekolah ini melayani keseluruhan masyarakat
Kriteria sekolah masyarakat :
-  Sekolah sebagai guru kehidupan masyarakat terhadap anak–anak
-  Sekolah sebagai pusat kehidupan masyarakat dan tindakan untuk penduduk dari
semua umur dan kelasmembantu fasilitas – fasilitas fisik untuk belajar dan
berekreasi bagi semua umur didalam masyarakat itu.
-  Sekolah mempunyai programp endidikan orang dewasa
-  Membawa orang – orang muda dan orang – orang dewasa bersama untuk
bekerja atas masalah – masalah yang umum dari masyarakat
-  Membawa para guru ke dalam kehidupan masyarakat sebagai teman, dan teman
ini berkerja lebih daripada seorang specialis.

4.    Pro dan Kontra Masyarakat


Bagi yang pro bahwa belajar pada local masyarakat akan menjadi masyarakat
yang baik (jadi titik berat pada masyarakat)
Bagi yang kontra : menurut pandangan ini masyarakat adalah demikian
kompleksnya bagi anak untuk mempelajari secara intensif.
5.    Bedanya Sekolah Masyarakat dengan Sekolah Tradisional
Pada prinsipnya baik sekolah masyarakat maupun sekolah tradisional merupakan
pendirian yang dominan yang menguasai dalam masyarakat, sekolah adalah
merupakan cermin dari pada masyarakat.
Mengapa sekolah Converhensip itu perlu didirikan ? dalam hal ini terdapat
beberapa alasan : alasan isi pendidikan, alasan perkembangan anak didik, alasan
pengunaan terbaik dari sumber, sumber insani, alasan demokrasi dan alasan
efisiensi dan pembiayaan pendidikan.
Ada beberapa tipe organisasi internasional yang bekerja melampaui nasional,
yaitu:
- Tipe yang pengurusannya orang – orangtua,
- Organisasi yang bersifat pribadi, artinya organiosasi yang bersifat swasta
- Tipe yang bersifat pemerintahan, bersifat resmi.

BAB XI. SOSIOLOGI KURIKULUM


1. Kurikulum dan masyarakat
a. Pendidikan dan Kehidupan
b. Kurikulum dan Sekolah
Kurikulum adalah situasi dan kondisi yang ada untuk mengubah sikap anak.

Hal ini berarti bahwa situasi itu diarahkan atau dipimpin kepada pencapaian tujuan
yang telah ditentukan. Bahkan termasuk didalamnya: Subject matter, metode,
organisasi sekolah dan organisasi kelas serta pengukuran. Menurut Payne kurikulum
terdiri darisemua situasi dimana sekolah dapat menyelidiki dan menggorganisir secara
sadar untuk tujuan pengembangan kepribadian murid untuk membuat perubahan
tingkah laku. Kurikulum tidak dapat dibatasi oleh kepentingan anak dengan segera
tetapi meski di organisir dalam pengetahuan tentang nilai-nilai sosial
c. Pembagian Kurikulum
Di Amerika terdapat 3 pembagian kurikulum:
-       The classical curriculum : kurikulum yang bersifat tradisional, menekankan pada
bahasa asing, bahasa kuno, sejarah kesusasteraan, matematika dan ilmu yang murni
(pure scince)
-       The Vocation Curriculum : kurikulum yang pada prinsipnya menyiapkan
mahasiswa untuk bekerja, dan dapat hidup layak di dalam masyarakat
-       Life Adjustment Curriculum : kurikulum yang dititik beratkan untuk pembangunan
kepribadian mahasiswa dan kegunaan sosial dari apa yang dipelajari dalam life
experience curriculum (kehidupan)

2. Sekolah Masyarakat (community school)


a. Ciri – ciri sekolah masyarakat
Menurut Olsen ciri – ciri community school ialah sebagai berikut :
1.   Sekolah itu memperbaiki untuk kehidupan setempat.
2.   Sekolah itu menggunakan masyarakat laboratorium tempat belajar.
3.   Gedung sekolah itu menjadi pusat kegiatan masyarakat
4.   Sekolah itu mendasarkan kurukulum pada proses – proses dan problem
kehidupan masyarakat.
5.   Sekolah itu mengikutsertakan orang tua dalam urusan – urusan sekolah.
6.   Sekolah itu ikut serta mengkoordinasikan masyarakat
7.   Sekolah itu dapat melaksanakan dan menyebarkan filsafat negara dalam segala
hubungan antar manusia.
b. Education and Social Policy
c. Social Stability and Social Fluidity
3. Paradox – Paradox Kebijaksanaan
a. Akibat Perkembangan penduduk dan Ekonomi
b. Akibat daripada Kenaikan Produksi
Pada prinsipnya angka kelahiran ini dipengaruhi oleh 2 faktor interaksi, yaitu :
Produktivitas Ekonomi dan pengetahuan penduduk tentang pengendalian
kelahiran (birthcontrol)
c. Perubahan – perubahan di dalam Distribusi Pembagian Umur
d. Pendidikan kebijaksanaan Sosial
Beberapa tipe paradox secara internasional antara lain :
1.   Welfare versus productivity = kesejahteraan atau produktivitas
2.   Saving versus consumption = menabung atau konsumsi
3.   Urban versus rutal sectors = kota atau desa
4.   Kodern tehnology versus employment = teknologi modern atau tenaga kerja
5.   Consumer goods versus producer goods = barang – barang yang bersifat
konsumsi atau produksi atau yang dihasilkan.
e. Educated Employment = Penganguran – pengangguran
f.Fungsi ganda dari pendidikan formil
Fungsi tersebut ialah :
1.   Sekolah selalu memandang peranan dalam beberapa fungsi di dalam
menyiapkan individu untuk mencari nafkah dan ikut serta struktur
pekerjaanyangberkembang
2.   Di mana – mana sekolah menolong memperkenalkan anak kepada kebudayaan
masyarakatnya dan meluaskan partisipasinya dari batas local ke batas nasional,
yang sangat penting di anatara gambaran yang dimungkinkan, dan pentingnya
kemajuan teknologi menjadi satu tujuan yang menonjol.
3.   Sekolah menciptakan individualitas
4.   Sekolah behubungan dengan pekerjaan – pekerjaan lain, menyelesaikan
mensinyalir elite-elite yang akan membawa teangung jawab yang terberat baik
local maupun nasional (elite merupakan creative minority)
5.   Akhirnya kebanyakan di sekolah direncanakan untuk mengabdikan dan
memperbaiki system pendidikan itu sendiri untuk melindungi hal –hal yang
telah ada dan memperkenalkan system inteketual yang baru

4.     Perkembangan Kurikulum


Dalam sejarah perkembangan kurikulum, setelah abad ke-17, juga mulai
menyebar kepada pembicaraan mengenai metode pengajaran. Sebagaimana
diketahui, pada kurikulum tradisional, begitu mapannya metode tradisional,
seperti dikte, menghafal dan meniru. Selanjutnya, berlangsung secara agak
alamiah, dasarnya penekanan kepada buku – latihan dan penguasaan membaca
buku atau literatur. Setelah berakhirnya reformasi, pada tahun 1832, terjadi
kebutuhan yang meningkat terhadap sekolah bertipe komersial, di mana mata
ajarannya dilengkapi dengan hal – hal yang jelas – jelas bermanfaat untuk usaha
bisnis (disamping ilmu hitung, sejarah geografi, berbahasa inggris, dan ilmu
fisika, juga diajarkan tata buku serta ilmu pengukuran atau penelitian tanah.
Hal tersebut menunjukkan, bukan saja betapa luasnya kurikulum itu di
dalam jumlah mata ajarannya, tetapi juga demikian luas aspek kegunaan sosial
yang dicakupnya.

BAB XII. PROSES SOSIALISASI


Salah satu masalah yang menjadi pusat penelitian dan pengembangan
sosiologi pendidikan ialah proses sosialisasi anak. Ada ahli – ahli sosiologi
pendidikan yang berpendapat, bahwa proses sosialisasi merupakan satu-satunya
obyek penelitian sosiologi pendidikan.
Definisi tentang sosialisasi :
1.    Havighurst dan Neugarten : proses sosialsisasi adalah proses belajar
2.    Thomas Ford Hoult : bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar
individu dalam bertingkah laku sesuai dengan standard yang terdapat
dalam kebudayaan masyarakat.
3.    R.S. Lazarus : proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana
individu menghambat atau mengubah implus – implus sesuai dengan
tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola – pola dan tingkah laku
yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat.
4.    G.H Mead berpendapat : bahwa dalam proses sosialisasi itu individu
mengadopsi kebiasaan, sikap dan idea-idea dari orang lain, dan
menyusunnya kembali sebagai suatu system dalam diri pribadinya.

Dari beberapa definisi tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa:


1.    Proses sosialisasi adalah proses belajar
2.    Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan sikap, idea –
idea, pola - pola nilai dan tingkah laku, dalam masyarakat di mana dia
hidup
3.    Semua sifat kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun
dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan system dalam diripribadinya.

Konsep Penyesuaian diri (Adjustment)


Konsep penyesuaian diri ini berasal dari biologi, dan merupakan konsep
dasar dalam teori evolusi Darwin. Dalam biologi, Istilah yang digunakan ialah
adaptasi. Menurut teori tersebut hanya organism yang berhasil menyesuaikan diri
terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat tetap hidup.
Konsep adaptasi yang berasal dari biologi itu dalam ilmu – ilmu sosial (khususnya
psikologi) diberi nama baru, adjustment baik adaptasi maupun adjustment kita
terjemahkan dengan “ proses penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Proses penyesuaian diri itu merupakan reakasi terhadap
tuntutan – tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan – tuntutan tersebut dapat
digolongkan menjadi tuntutan internal dan eksternal.
Tuntutan internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang
timbul dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial.
Proses penyesuaian diri dapat di pandang dari dua sudut, yaitu :
1. Kualitas atau efesiensinya
2. Proses berlangsung
Ada dua tipe proses penyesuaian diri, yaitu:
a.    Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah atau menahan implus
implus dalam dirinya
b.   Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah tuntutan atau kondisi
lingkungan dalam dirinya
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi
a.       Sifat dasar : Merupakan keseluruhan potensi – potensi yang diwarisi oleh
seseorang dari ayah dan ibunya.
b.      Lingkungan prenatal : lingkungan dalam kandungan ibu
c.         Perbedaan individu : individu mendapatkan pengaruh – pengaruh tidak
langsung dari ibu.
d.        Motivasi : kekuatan – kekuatan dari dalam diri individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat. Motivasi ini dibedakan menjadi
dorongan dan kebutuhan.
Dua Aspek Perkembangan Sosial Manusia
Perkembangan manusia tampak dalam dua aspek, yaitu:
a.    Aspek biologic : makan, minum dan perlindungan telah mengubah bayi
menjadi manusia yang dewasa jasmaninya
b.    Aspek personal sosial : pengalaman dan pengaruh manusia lain telah
mengubah snak menjadi pribadi sosial, warga masyarakat bertanggung
jawab.
c.    Perkembangan sosial manusia itu mempunyai du aspek, yaitu :
a. Proses belajar sosial (process of learning) atau proses sosialisasi
b. Proses pembentukan kesetiaan sosial (formation of social loyalities)
Perkembangan Tingkah Laku Kelompok
Perkembangan sosial anak terjadi melaui interaksi sosial dengan orang
– orang di sekitarnya, baik orang dewasa maupun teman sebaya. Terhadap
pengaruh orang – orang dewasa, pada umunya anak bersifat patuh dan
menerimanya dengan percaya.
Perkembangan selanjutnya ialah munculnya permainan kelompok yang
lebih teratur. Fase ini merupakan perkebangan lebih lanjut dari pada fase – fase
sebelumnya. Ciri pokok ada fase ini ialah kepatuhan kepada pimpinan pada
permainan ini.
Keluarga dan Sosialisasi
Dari beberapa definisi keluarga, yaitu:
1.    Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ibu
dan anak
2.    Hubungan anta anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa
tanggung jawab
3.    Hubungan sosial di antara anggota kelaurga relative tetap dan didasarkan atas
ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi
4.    Fungsi kelaurga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam
rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan jiwa sosial.
Perubahan Fungsi Sosial Ekonomi Keluarga
Dahulu keluarga merupakan kesatuan ekonomi dalam arti kesatuan
proseksi dan konsumsi. Proses perubahan ekonomi pada masyarakat industry
telah mengubah sifat keluarga, dari institusi pedesaan dan agrarian ke industry
kekotaan dan industry. Dengan demikian peran anggota – anggota keluarga juga
mengalami perubahan karenanya.
Perubahan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan fungsi – fungsi
sosial keluarga . fungsi – fungsi sosial yang mengalami perubahan ialah Fungsi
pendidikan, Fungsi rekreasi, Fungsi keagamaan, Fungsi perlindungan. Dengan
hilangnya fungsi sosial keluarga, maka fungsi yang masih tetap melekat sebagai
ciri hakiki keluarga ialah Fungsi biologic, Fungsi afektif, Fungsi sosialisasi.
Keluarga Sebagai Kelompok Primer
Sebagai kelompok primer, keluarga berpengaruh terhadap anggota anggotanya
karena:
1. Keluarga memberikan kesempatan yang unik kepada anggotanya untuk
menyadari dan memperkuat nilai kepribadiannya
2. Keluarga mengatur dan menjadi perantara hubungan anggota – anggotanya
dengan dunia luar. Dalam hubungan ini dapat di bedakan dua macam corak
keluarga,yaitu:
- Keluarga terbuka : keluarga yang mendorong anggota – anggotanya untuk
bergaul dengan masyarakat luas.
- Keluarga tertutup : keluarga yang menutup diri terhadap hubungan dengan
dunia luar.
Sosialisasi Dalam Keluarga
Dari pembahasan di atas dapatlah diketahui, bahwa keluarga merupakan institusi
yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialsasi manusia. Kondisi –
kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam proses
sosialisasi anak ialah :
a.    Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota – anggotanya berinteraksi
face to-face secara tetap
b.    Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak
merupakan buah cinta kasih hubungan suami-istri
c.     Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relative tetap, maka
orang tua memainkan peran sangat penting terhadap proses sosialisasi anak
Hubungan Orang Tua – Anak
Corak hubungan orang tua-anak sangat menentukan proses sosialisasi anak.
Corak hubungan prang tua- anak ini, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Fels Reseach institute, dapat dibedakan menjadi tiga pola , yaitu:
a.    pola menerima-menolak, pola ini berdasarkan atas taraf kemesraan orang
tua terhadap anak.
b.    Pola memiliki-melepaskan, pola ini berdasarkan atas dasar sikap protektif
orangtua terhadap anak
c.    Pola demokrasi-otokrasi, pola ini berdasarkan atas taraf partisipasi anak
dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga

2.Sekolah dan Sosialisasi


Fungsi pendidikan sekolah adalah memberantas kebodohan dan memberantas
salah pengertian. Secara positif, kedua fungsi tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut:
a.    Menolong anak untuk melek huruf dan mengembangkan kemampuan –
kemampuan intelektualnya.
b.    Mengembangkan pengertian yang luas tentang manusia lain yang berbeda
kebudayaan dan interestnya.
Transmisi Kebudayaan
1.transmisi pengetahuan dan keterampilan
2.transmisi sikap, nilai–nilai dan norma–norma
Integrasi Social
Untuk menjamin integrasi social itu, caranya ialah :
1.    sekolah mengajarkan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia
2.    sekolah mengajarakan pengalaman – pengalaman yang sama kepada anak
memalui keseragaman kurikulum dan buku – buku pelajaran dan buku
bacaan disekolah.
3.    Sekolah mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional(national
identity) memalui pelajaran sejarah, dan geografi nasional, upacara –
upacara bendera, peringatan hari besar nasional, lagu–lagu nasional dan
sebagainya.
4 Perkembangan Kepribadian Anak
Sekolah tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang
bertujuan mempengaruhi perkembangan intelek anak, melainkan juga
memperhatikan perkembangan jasmaninya melalui program olah raga dan
kesehatan.
Kebudayaan Sekolah
Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsure penting, yaitu :
1.    Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, mebiler,
perlengkapan yang lain).
2.    Kurikulum sekolah yang memuat gagasan – gagasan maupun fakta –
fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan
3.    Pribadi – pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas
siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi
4.    Nilai – nilai nomal, system peraturan dan iklim kehidupan sekolah.
Pendidikan Sekolah
Mobilitas sosial ialah gerakan individu dari suatu posisi sosial ke posisi sosial
lain dalam suatu struktur sosial. Kita membedakan dua macam mobilitas
sosial, yaitu: mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial Horisontal

Kelompok Sebaya dan Sosialisasi


Kelompok – kelompok sebaya itu merupakan bagian dari generasi. Jadi
semua orang, yang lahir dalam suatu periode waktu tertentu mewujudkan
suatu generasi. Generasi ini terdiri atas kelompok – kelompok sebaya dari
berbagai tipe dengan berbagai macam fungsinya bagi anggotanya
Dari beberapa batasan tersebut di ats dapat dirumuskan sejumlah unsure
pokok dalam pengertian kelompok sebaya sebagai berikut:
1.    Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan antara
anggotanya intim
2.    Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang
mempunyai kelompok sebaya usia dan status atau posisi sosial
3.    Istilah kelompok sebaya dapat menunjuk kelompok anak – anak,
kelompok remaja atau kelompok orang dewasa.
Kelompok sosial mengajarkan mobilitas sosial. Meskipun kebanyakan
kelompok sosial itu sendiri anak – anak yang mempunyai status sosial yang
sama, namun di dalam kelas atau dalam perkumpulan pemuda kerap kali
terjadi pergaulan antara anak – anak dari kelas sosial bawah bergaul akrab
dengan anak – anak dari kelas sosial menegah dan kelas sosial atas.
Menyadari besarnya peranan kelompok sosial dalam memberikan motivasi
sosial ini banyak pendidik yang berpendirian sebaiknya sekolah menerima
siswa yang heterogen, artinya siswa – siswa yang berasal dari bermacam –
macam kelas sosial dan subculture yang lain.
Di dalam kelompok sebaya anak belajar patuh kepada aturan sosial yang
impersonal ( impersonal ) “ rule of the game ) dan kewibawaan yang
impersonal pula. Di dalam kelompok sebaya akan bersikap patuh terhadap
aturan dan kewibawaan tanpa memandang dari siap aturan itu dan siap yang
memberikan perintah dan larangan itu
Jenis–jenis Kelompok Sebaya
Ditinjau dari sifat organisasinya, kelompok sebaya dibedakan menjadi :
a. Kelompok sebaya bersifat informal
b.Kelompok sebaya yang bersifat formal
Academic adalah kelompok sebaya mahasiswa yang menonjol secara
intelaktual, mengadakan identifikasi dengan dosennya, banyak
menggunakan waktunya di perpustakaan dan laboratorium, dan telah
merencanakan kelulusannya dan karier profesionalnya.
Non – cosformist. Kelompok sebaya ini terdiri atas beberapa macam tipe,
yaitu secara intelektual agresif, yang mencari identitas dirinya dan suka
memberotak.

BAB XII. MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN


A.       Bentuk – Bentuk Kebudayaan
Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa isi dari kebudayaan itu
dapat menjadi duah buah unsure komponen yang nyata, yaitu komponen material dan
non material.
1.    Kebudayaan Materi
Bagian materi dari suatu kebudayaan itu meliputi segala sesuatu yang telah
diciptakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan
diraba. Eksistensi yang konkrit dari suatu produk buatan manusia, tanpa memandang
apa pun juga ukuran, kerumitan pembuatan, yujuan ataupun nemtuknya, memberikan
cirri kepada kebudayaan materi itu.
2.         Kebudayaan Non Materi
Aspek non-materi dari kebudayaan itu merangkum semua buah karya manusia
yang ia gunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan –
tindakannya, dan itu tak hanya dapat ditemukan di dalam pikirannya orang – orang.
Dikenal dua buah kategori dari kebudayaan non-materi itu :
a. Meliputi apa yang secara luas dapat didefinisikan sebagai norma – norma individu
b. Meliputi kelompok – kelompok norma – norma yang membentuk pranata sosial
( social institutions )
B.  Komponen – Komponen Struktur Dari Kebudayaan
Komponen – komponen Struktur kebudayaan ialah suatu cara untuk meninjau isi atau
susunan dari kebudayaan, yang mempunyai keuntungan – keuntungan analisa tertentu.
Yang terutama ialah bahwa cara ini memberikan kemugkinan kepada orang itu untuk
membuat daftar catalog dari tingkah laku yang konkrit yang mungkin menjadi ciri dari
satu individu atau kelompok tertentu.
1.      Elemen – elemen Kebudayaan ( Cultural Traits )
Unit terkecil dari kebudayaan yang dapat didentifikasir ( kenali ) disebut Istilah
Elemen Kebudayaan. Suatu elemen kebudayaan materi boleh jadi lebih mudah
dikenali daripada suatu elemen kebudayaan non-materi. Contoh untuk yang pertama
antara lain ialah benda – benda seperti bola sepak, pensil, dasi, lipstick atau ujung
anak panah. Elemen kebudayaan non-materi antara lain ilah tindakan – tindakan serta
praktek – praktek seperti aturan yang mengatakan bahwa gadis – gadis yang tinggal
di asrama harus sudah masuk ke kamarnya pada jam 1.00 malam dan lain-lain.
2.      Kompleks Kebudayaan
Suatu kombinasi dari elemen – elemen yang saling berkaiatan yang membentuk
persyaratan – persyaratan kebudayaan untuk situasi – situasi atau aktivitas – aktivitas
tertentu ialah Kompleks Kebudayaan.
3.      Pola Kebudayaan
Kompleks – kompleks kebudayaan juga saling berpadu untuk membentuk unit – unit
yang luas dari kebudayaan. Unit – unit yang terkhir ini disebut dengan istilah Pola –
pola atau konfigurasi – konfigurasi kebudayaan.
C.       Tipe – Tipe Partisipasi Kebudayaan
Para ahi ilmu sosial banyak berhutang budi kepada ahli antropologi bernama
Linton berkat klasifikasinya yang baik atas tipe – tipe partisipasi kebudayaan sebagai
berikut :
1.        Partisipasi Menyeluruh ( universal ), adalah trait – trait kebudayaan yang
diperlukan bagi seluruh anggota dari suatu masyarakat.
2.        Partisipasi Pilihan ( alternatives ), adalah situasi – situasi di mana individu bisa
memilih beberapa kemungkinan tindakan yang sama, atau hamper sama baiknya
di mata masyarakat yang lebih besar.
3.        Partisipasi Kekhususan ( speciality ), adalah aspek – aspek unik dari kebudayaan
yang tidak diikuti oleh khalayak ramai secara umum

D. Relativisme Kebudayaan
Standar – standar tingkah laku berhubungan dengan kebudayaan di mana standar
– standar itu berlaku, yaitu suatu gejala yang di sebut dengan istilah Realivitas
Kebudayaan. Relativitas kebudayaan menjelaskan apa sebabnya suatu perbuatan
tertentu. Sifat relative dari kebudayaan itu memberikan suatu penjelasan mengenai
tingkah laku. Tiga dari perwujudan – perwujudan dan konsekuensi – konsekuensi
tingkah laku sebagai akibat prasyarat – prasyarat yang ditentukan oleh kebudayaan itu
ialah:
1.    Fanatisme Suku bangsa ( Ethnosentrisme )
Pengamatan yang arif, selagi bepergian dari negeri yang satu ke negeri yang lain,
ia kana melihat bahwa hamper semua individu yang dijumpai akan menganggap
bahwa kebudayaannya lebih baik atau lebih tinggi dari pada kebudayaan – kebudayaan
lainnya dalam satu atau lain hal.
2.    Goncangan Kebudayaan ( Culture Shock )
Istilah Culture Shock ini pertama – tama dipopulerkan oleh Kalervo Oberg. Ia
menggunakan istilah ini untuk menyatakan apa yang ia sebut sebagai suatu penyakit
jabatan dari orang – orang yang secara tiba – tiba dipindahkan ke dalam suatu
kebudayaan yang berbeda dari kebudayaannya sendiri.
Oberg mengemukakan 4 tahapan yang membentuk sirkus Culture Shock bagi
orang yang terjun di bidang karier ( sedang orang – orang yang lain dapat di duga akan
mengikuti pola yang serupa ).
1.   Tahapan Inkubasi ( kadang – kadang disebut tahapan bulan madu ), ialah tanpa
waktu orang merasakannya sebagai suatu pengalaman baru yang menarik
2.   Suatu perasaan dendam dan tahapan ini disebut tahapan Kritis.
3. Pertentangan Kebudayaan ( Culture Conflict )
Keyakinan – keyakinan yang berlainan sehubungan dengan system pemerintahan,
praktek – praktek di bidang perekonomian kehidupan keluarga, dan pendidikan,
kesemuanya itu merupakan factor – factor yang menimbulkan konflik kebudayaan.

BAB XIV. MANUSIA DALAM MENGHADAPI MASA DEPAN


A.       Arti Dan Tujuan Pendidikan ( Population Education )
Pendidikan kependudukan ( population education ) adalah istilah yang sangat popular
dewasa ini , istilah ini berasal dari Prof. Sloan Wayland yang diucapkan kira – kira tujuh
tahun yang lalu. Rumusan atau definisi tentang pendidikan kependudukan cukup banyak
jumlah jenisnya, kebanyakkan definisi itu dinyatakan secara operasional untuk mencapai
tujuan tertentu yang bersifat umum dan khusus dengan tekanan yang berbeda. Sifatnya
instruksional dengan harapan bahwa anak didik itu kemudian dapat menarik kesimpulan dan
mengambil keputusan yang rasional.
Menurut Seminar Nasional Pendidikan Kependudukan tahun 1970, pendidikan
kependudukan dirumuskan sebagai berikut Pendidikan kependudukan adalah program
pendidikan yang membina anak didik memiliki pengertian, kesadaran sikap dan tingkah laku
yang bertanggung jawab tentang pengaruh perkembangan penduduk terhadap aspek – aspek
kehidupan manusia yang menyangkut segi – segi sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, Negara dan dunia .
Pendidikan Kependudukan di Ciloto tanggal 31 Agustus 1973 menjelaskan antara lain
sebagai berikut :
Pendidikan Kependudukan merupakan satu usaha baru yang berhubungan dengan
pembangunan Negara, khususnya dalam menanggulangi masalah kependudukan , terutama
pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara cepat dan perlu dikendalikan .
Pendidikan Kependudukan adalah suatu usaha yang mutlak dan perlu sebagai bagian dari
pendidikan sekarang dengan maksud memberikan pengertian tentang kependudukan yang
merupakansalah satu masalah dunia yang besar yang pengaruhnya terhadap perkembangan
hidup kelak.
Tujuan Pendidikan Kependudukan
Tujuan umum pendidikan kependudukan adalah :
1.      Agar anak didik memiliki pengertian dan kesadaran mengenai faktor – faktor yang menyebabkan
perkembangan penduduk yang cepat serta interaksi yang erat antara perkembangan penduduk
dengan program pembangunan untuk menaikkan tingkat hidup rakyat.
2.      Agar anak didik memiliki pengertian dan kesadaran akan sebab akibat dari besar kecilnya
keluarga terhadap situasi kehidupan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
3.      Agar anak didik memiliki sikap yang rasional dan betanggung jawab dalam lingkungan
kehidupan bangsa ( Negara dan dunia ), dapat diperinci menjadi memiliki sikap dan tingkah laku
yang rasional dan bertanggung jawab terhadap program pemerintah mengenai kependudukan
4.      Agar anak didik memiliki sikap yang rasional dan bertangung jawab dalam lingkungan
kehidupan keluarga dan masyarakat.
B. Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan
Drs. J.W. Kandou mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan kependudukan
sebagai suatu program untuk dilaksanakan, ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian,
yakni aspek pendidikan dan aspek kependudukan.
Tentang aspek kependudukan ia berpendapat bahwa hal itu menjadi tanggung jawab
instansi tertentu ( dalam hal ini ialah BKKBN ). Sedangkan sebagai subject matter ( mata
pelajaran ) materi itu diberikan kepada anak didik sebagai aspek pendidik, yakni sebagai
suatu proses yang pelaksanaannya dipertanggung jawabkan kepada instansi – instansi lain
( departemen P dan K ).

C. Hubungan Antara Kehidupan Keluarga Dan Kecerdasan Manusia


Pengalaman menunjukkan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi atau
memecahkan kesukaran itu ditentukan oleh kecerdasan seseorang. Makin cerdas
seseorang, akan lebih mudah mengatasi kesukaran. Maka kecerdasan merupakan salah
satu faktor penentu dalam menuju sukses atau kebahagian hidup. Begitu pula makin
cerdas seseorang, maka cepat pula menangkap segala macam ilmu.Banyak factor yang
menentukan perkembangan hidup manusia. Faktor – faktor itu ialah :
1. Faktor keturunan. Yaitu faktor yang ada di dalam menusia itu sendiri
2. Faktor lingkungan, yaitu faktor yang ada di luar yang diperoleh sejak manusia
dilahirkan hayatnya.
D. Hubungan Antara Besar Keluarga Dan Test IQ
Ada hubungan antara rangsangan intelek dengan jumlah besarnya keluarga, makin
banyak atau besar keluarga, meminta perhatian ibu dan ayah lebih besar, di
samping penyediaan fasilitas yang makin besar.
Tentang hal ini penyelidikan Tauran Dh.D mengungkapkan , bahwa :
“ Pada umumnya keluarga yang mempunyai banyak anak terdapat dalam tingakt
sosio ekonomis yang rendah. Orang tua yang berasal dari tingkat sosio
ekonomisnya yang tinggi dan menengah cenderung membatasi anak-anak mereka
dengan jumlah yang relative kecil sehingga sanggup membelanjai pendidikannya
sampai tingkat tinggi, orang tua yang berasal tingkat sosio ekonomis rendah
biasanya tidak memperhitungkan faktor – faktor tersebut ketika menentukan jumlah
anak yang mereka kehendaki. Sekali lagi pengaruh jumlah anak terutama kelihatan
pada angka test inteligensi yang kurang dari normal. Angka inteligensi yang tinggi
lebih sering terdapat di antara anak – anak tunggal atau yang hanya mempunyai
satu atau dua saudara. Angka inteligensi rendah terdapat di antara mereka yang
mempunyai empat saudara atau lebih.

 
BAB III
ANALISIS BUKU

Sosiologi pendidikan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari seluruh aspek


pendidikan baik struktur, dinamika, masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara
mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Sosiologi bisa masuk pada semua
keilmuan termasuk dalam keilmuan pendidikan, sosiologi pendidikan dianggap penting
karena manusia sebagai subjek selalu mengalami perubahan baik dalam tingkah lakunya
maupun dalam pola berfikirnya.
Sosiologi pendidikan memiliki pengertian ilmu yang mempelajari segala bentuk
pendidikan dari sudut struktur social masyarakat. Sedangkan menurut Charles A. Ellwood
sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari untuk melahirkan maksud
hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok permasalahan anatara proses pendidikan dan
proses social. Manusia selalu mengalami perubahan secara terus menerus sehingga
pembahasan mengenai pendidikan dilihat dari struktur sosialnya tidak akan habis. Sosiologi
pendidikan mempunyai posisi dalam upaya untuk mendidik generasi muda dengan jalan
memberikan, mewariskan kebudayaan yang ada dalam kelompok masyarakat.
Dalam buku sosiologi pendidikan karangan Abu ahmadi terbagi menjadi empat belas bab
yang membahas tentang pengertian sosiologi pendidikan, pendekatan individu pendekatan
social, pendekatan interaksi, warisan kebudayaan, kelompok sosial, proses sosial, tempat-
tempat interaksi sampai pada bab yang terakhir yang membahas tentang manusia dalam
menghadapi masa depan. Dalam bab pertama penulis memberikan pemahaman tentang
pengertian sosiologi pendidikan yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas proses
interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan
kondisi sosio kultural yang terdapat dalam masyarakat dan negaranya. Sosiologi pendidikan
adalah ilmu yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu
dengan orang yang lain. Jadi sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia baik individu maupun kelompok
dengan persekolahan sehingga terjalin kerjasama yang sinergi dan berkesinambungan antara
manusia dan pendidikan.
Untuk membahas tata kehidupan manusia seringkali kita melakukan transformasi
pemikiran. Artinya bagaimana untuk dapat memahami bahasa dan tata kehidupan individu
dalam masyarakat serta untuk mengerti kondisi masyarakat itu sendiri, watak individu,
mental individu dan sebagainya, apabila kita pahami padagilirannya akan memahami
kelompok individu tersebut. Tingkah laku kelompok dapat dikategorikan sebagai tingkah
laku masyarakat secara keseluruhan dari kelompok itu dan dapat disimpulkan sebagai
tingkah laku masyarakat negara pemilik kelompok tersebut. Menurut Abu Ahmadi terdapat
empat pendekatan sosiologis yang dapat digunakan dalam menganalisis masalah-masalah
pendidikan yaitu pendekatan individu, pendekatan sosial, pendekatan interaksi dan teori
medan, namun semua pendekatan ini tidak bisa berdiri sendiri sehingga dibutuhkan semua
pendekatan untuk menghasilkan analisis yang lebih akurat.
Menurut Abu Ahmadi Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam
kelompok. Sudut pandangnya ialah memandang hakekat masyarakat, kebudayaan dan
individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-
konsep dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan
perkembangan pribadi.
Menurut S. Nasution masalah-masalah yang diselidiki dalam sosiologi pendidikan
meliputi pokok-pokok masalah sebagai berikut :
1.    Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat meliputi:
a.     Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.    Hubungan dengan system pendidikan dengan proses control social dan system kekuasaan
c.     Fungsi system pendidikan dalam proses perubahan social dan cultural atau usaha
mempertahankan status quo
d.    Hubungan pendidikan dengan system tingkat/status social
e.     Fungsi system pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, cultural dan
sebagainya.
2.    Hubungan antar manusia dalam sekolah, meliputi :
a.     Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh mana ada perbedaan dengan kebudayaan di luar
sekolah
b.    Pola interaksi social atau struktur masyarakat sekolah
 Kepemimpinan dan hubungan kekuasaan
 Stratifikasi social
 Pola interaksi informal
3.    Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah meliputi
a.     Peranan social guru
b.    Hakikat kepribadian guru
c.     Pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak
d.    Fungsi sekolah terhadap sosialisasi murid
4.    Sekolah dalam masyarakat meliputi :
a.     Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
b.    Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam system-sistem social dalam
masyarakat luar sekolah
c.     Hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
d.    Factor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang bertalian dengan
organisasi sekolah.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi sosiologi pendidikan tidak hanya terbatas pada studi di
sekolah saja. Tetapi lebih luas lagi ialah mencakup institusi-institusi sosial dengan batasan
sepanjang pengaruh daripada totalitas terhadap perkembangan kepribadian anak. Karena
Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi diantara
individu-individu dan kelompok-kelompok agar dapat mengorganisir pengalaman-pengalaman.
Adapun hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat ialah :
1. Hubungan antara sistem pendidikan dengan dengan proses sosial dan perubahan kebudayaan atau
dengan pemeliharaan status quo
2. Fungsi sistem pendidikan formal di dalam proses pembaharuan sosial
3. Fungsi sistem pendidikan di dalam proses pengendalian sosial
4. Hubungan antara sistem pendidikan dengan pendapat umum
5. Hubungan antara pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status
6. Keberartian pendidikan sebagai suatu simbol terpercaya di dalam kebudayaan demokratis
Wilayah kajian sosiologi pendidikan yang cukup luas dengan segala aspek kehidupan
masyarakat dengan segala atributnya menjadikan sosiologi pendidikan merupakan disiplin
ilmu yang penting. Apa yang di kemukakan di atas merupakan suatu kajian yang
memungkinkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Lingkungan dan factor strategic
diatas tentu saja tidak semuanya relevan dengan bahasan atau konten sosiologi pendidikan.
Artinya masih bisa dipilah dan dipilih sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Dalam
memilah dan memilih pokok bahasan tersebut di butuhkan kearifan dan kecerdasan sehingga
pokok bahasan relavan dengan dan tujuan pembelajaran sosiologi pendidikan.
Hal yang menarik dalam buku ini terdapatnya pembahasan tentang sosiologi kurikulum,
proses sosialisasi, masyarakat dan kebudayaan dan pada bab terakhir yaitu manusia dalam
menghadapi masa depan. Pada pembahasan tentang sosiologi kurikulum diterangkan bahwa
kurikulum yang terdapat dalam sekolah formal tidak terlepas dari pembahasan sosiologi.
Brown memandang ada tiga prinsip sosiologi dalam memandang subjek matter, ketiga
prinsip tersebut adalah:
a. Bahwa perubahan kurikulum itu bersifat grandul, mencerminkan nilai-nilai dasar kulturil
dari masyarakat, dan pada saat yang sama menunjukan pekerjaan yang efektif dalam
pengarahan nilai-nilai yang paling tinggi.
b. Subjek matter dalam sekolah pasti berfungsi dalam hubungan dengan orang dewasa.
c. Subjek matter pasti terus menerus merubah menuju pada yang efektif dari tujuan social
yang telah ditentukan dari lingkungannya .
Pada dasarnya sosiologi kurikulum tidak menempatkan kurikulum diruang yang hampa
melainkan kurikulum dipahami sebagai gejala sosial yang dinamis, kontradiktif dan
contested. Asumsi dasar ini sama dengan berbagai gejala sosial lain seperti agama, industri,
demokrasi, kesehatan, pembangunan dan sebagainya. Karena menggunakan perspektif
sosiologis, maka pendekatannya berbeda dengan studi kurikulum pada umumnya. Studi
kurikulum sendiri pada awalnya menjadi rujukan utama perintis sosiologi kurikulum.
Sosiologi kurikulum tidak lagi mengakaji kurikulum secara praktis yang membahs
implementasi kurikulum di kelas. Meskipun demikian sosiologi kurikulum tetap
menempatkan kelas dan sekolah sebagai seting penting beroperasinya praktik kurikulum
tersebut.
Sosiologi kurikulum adalah studi yang membahas relasi sosial politik kurikulum di
masyarakat secara luas. Di dalamnya dijelaskan bagaimana terjadinya dominasi oleh
kelompok dan ideologi dominan terhadap kelompok yang secara sosial lebih lemah. Secara
umum yang menjadi pokok bahasan sosiologi kurikulum adalah:
1.    Kekuasaan, yang menjadi tema sentral dalam sosiologi kurikulum karena negara atau
kelompok dominan sangat berkepentingan dengan mekanisme kurikulum tersebut untuk
mempertahankan sekaligus mereproduksi alat kekuasaan maupun kepentingan
ideologisnya.
2.    Ideologi, konstruksi ideologi dapat ditransformasikan melalui kurikulum oleh aktor
dominan. Penetrasi ideologis dapat berjalan tanpa kesadaran kritis dari kelompok
dominan yang berkuasa
3.    Ketimpangan sosial ekonomi, kelompok dominan yang berkuasa sangat mungkin adalah
kelompok yang memiliki akses kapital lebih dibandingkan dengan kelompok sosial
lainnya.
4.    Ketimpangan Gender, praktik kurikulum di sekolah mewariskan ketimpangan gender
melalui seperangkat teks pelajaran yang diajarkan kepada murid-muridnya. Murid tanpa
disadari menerima teks dan penjelasan bias gender sebagai sebuah kebenaran
Meskipun sosiologi kurikulum tidak secara spesifik membahas mengenai hal ikhwal
kurikulum dipraktikkan di dalam kelas atau sekolah, tapi sosiologi kurikulum menjelaskan
mengenai implikasi praktik kurikulum tersebut dalam melahirkan kesadaran kritis di kalngan
aktor-aktor yang terlibat dalam praktik pendidikan tersebut.
Proses sosialisasi yang menjadi perhatian dalam sosiologi pendidikan adalah sosialisasi
tentang anak. Konsep penyesuaian diri dapat diterangkan sebagai reaksi terhadap tuntutan
dan tekanan. Karena manusia hidup dalam lingkungan maka tingkah lakunya tidak hanya
terbatas pada penyesuaian diri saja akan tetapi juga pada tuntutan lingkungan dimana ia
tinggal.
Kebudayaan merupakan totalitas yang kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan,
seni, hukum, moral, adat, kebiasaan- kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, apabila kebudayaan berubah maka
pendidikan juga bisa berubah dan apabila pendidikan berubah maka akan dapat mengubah
kebudayaan.
Dalam pembahasan buku terakhir membahas tentang manusia dalam menghadapi masa
depan, dalam bab ini tidak lebih menggambarkan manusia pada keadaan saat ini yang setiap
tahunnya terus bertambah yaitu 125 juta orang pada tahun 1973 dan pada sensus 1971
memberikan gambaran saat itu sebayak 119.182.542 jiwa. Dan memberikan gambaran
tentang pendidikan yang cocok untuk masa depan dalam rangka pemakmuran penduduk.
Selain itu juga memberikan pengetahuan kesadaran pendidikan kependudukan yang tidak
terlepas dari sex education

BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
Kelebihan dari buku sosiologi pendidikan ini dalam pembahasannya lebih bersifat konkrit
berdasarkan gejala-gejala pendidikan yang ada di masyarakat dikontekskan pada struktur
socialnya. Buku ini disajikan secara sederhana serta bahasa yang di pakai juga lugas
sehingga cukup mudah dipahami
Namun dalam buku ini juga terdapat kekurangan diantaranya yaitu penggunaan tata bahasa
tidak sesuai dengan kaidah baku (EYD) seperti dus, hal mana, kulturil. Selain itu tentang
teknis penulisan, banyak kutipan berbahasa asing tidak dicetak miring dan tidak ditulis
dengan benar. Tidak terdapat biodata penulis sehingga pembaca tidak mendapatkan
informasi tentang penulis dan karya lainnya. Dalam pembahasan terakhir tentang manusia
dalam menghadapi masa depan, pembahasannya masih teoritis belum ada langkah konkrit
mengenai model pendidikan yang cocok di terapkan di Indonesia apabila dilihat dari
persfektif sosiologisnya. Dari segi isi terkait dengan contoh yang digunakan masih
mengambil data tahun lama sehingga kurang up to date.

BAB V IMPLIKASI
Buku Sosiologi Pendidikan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi karena di
dalamnya memuat materi-materi lengkap dan mendalam tentang sosiologi pendidikan. Buku
ini bagus digunakan oleh mahasiswa yang belajar sosiologi pendidikan juga oleh tenaga
eduktif untuk menambah wawasan serta bermanfaat bagi para peminat untuk
mengembangkan pengetahuannya.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu, 2007, Sosiologi Pendidikan, Jakara : Rineka Cipta
Nasution, 2009, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Hidayat, Rakhmat, 2011, Pengantar Sosiologi Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Comments

Popular posts from this blog

Anda mungkin juga menyukai