Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PERTUMBUHAN MANUSIA

Disusun oleh :

Kelompok 4 :
Ernawati Purnama Zebua (21101696)
Rahayu Wulandari (21101698)
Ayu wulan ramadhani (21101695)
Isra Hulrahmi (21101697)
Puti Muthia Anastasia (21101699)
Agil Rifa'i (21101879)

Dosen Pengampuh :
Sumarni, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PPENDIDIKAN
STKIP NASIONAL
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat
dan kasihnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disususn
sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah KONSEP DASAR IPA dengan tema
BAGIAN-BAGIAN TATA SURYA DAN TEORI ALAM SEMESTA Dalam penyusunan makalah
ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi, namun dengan semangat ingin
belajar dan terus belajar, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu
Sumarni, M.Pd selaku dosen mata kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN yang telah
membantu mengarahkan dan memberi batasan penyusunan materi makalah, serta terima
kasih pula kepada seluruh pihak baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung
telah memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat ikut andil dalam memberikan informasi bagi kita
semua. Terima kasih.

Pauh Kambar, 28 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3
A. Pengertian Pertumbuhan .........................................................................................3
B. Pengertian Pertumbuhan Pribadi Manusia .............................................................4
C. Hukum-Hukum yang Mengatur..............................................................................8
D. Aspek-Aspek yang Memengaruhi Pertumbuhan ..................................................12
E. Pertumbuhan Fisik yang Normal ..........................................................................13
F. Dinamika Pertumbuhan Menuju Individuasi (Teori Jung) ...................................16
BAB III PENUTUP .......................................................................................................37
A. Kesimpulan ...........................................................................................................37
B. Saran .....................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................39

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dua bagian yang kondisional dari manusia meliputi pribadi yang bersifat
material kuantatif yang mengalami pertumbuhan dan pribadi yang fungsional
kualitatif yang mengalami perkembangan.
Pertumbuhan terjadi sebagai perubahan individu yang lebih mengacu dan
menekankan pada aspek perubahan fisik ke lebih maju. Pertumbuhan manusia di
tandai dengan bertambahnya ukuran berat badan dan tinggi pada tubuh.
Sedangkan perkembangan lebih mengacu kepada perubahan karakteristik yang
khas dari gejala-gejala psikologis ke arah lebih maju.perkembangan berkaitan
erat dengan pertumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia
merupakan proses biologis yang menuju kedewasaan.
Perkembangan fisik dan mental saat mencapai kematangan terjadi pada
waktu dan tempo yang berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Setiap
individu yang normal akan mengalami tahapan perkembangan, hal ini berarti
bahwa dalam menjalani hidupnya individu akan mengalami tahapan-tahapan
perkembangan, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi poko permasalahan dalam pembuatan makalah ini
yaitu:
1. Apa itu pertumbuhan?
2. Apa yang dimaksud pertumbuhan pribadi manusia?
3. Apa saja hukum-hukum yang mengatur pertumbuhan manusia?
4. Apa saja aspek-aspek yang memengaruhi pertumbuhan?
5. Bagimana pertumbuhan fisik yang norma itu?
6. Bagaimana dinamika pertumbuhan menuju individuasi (Teori Jung)

1
2

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari perumusan makalah ini yaitu untuk mengetahui permasalah
terkait?
1. Pertumbuhan
2. Pertumbuhan pribadi manusia
3. Hukum-hukum yang mengatur pertumbuhan manusia
4. Aspek-aspek yang memengaruhi pertumbuhan
5. Pertumbuhan fisik normal
6. Dinamika pertumbuhan menuju individuasi (Teori Jung)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertumbuhan
Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah,
terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi
manusia berubah menuju ke arah kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional
pribadi manusia itu meliputi:
1. Bagian pribadi materiil yang kuantitatif,
2. Bagian pribadi fungsional yang kualitatif.
Kenyataan itulah yang melahirkan perbedaan konsep antara pertumbuhan
dan perkembangan. Bagian pribadi materiil yang kuantitatif mengalami
pertumbuhan, sedangkan bagian pribadi fungsional yang kualitatif mengalami
perkembangan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil
sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif
ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari
kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan
sebagainya. Ini tidak berarti, bahwa pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal
yang bersifat kuantitatif, karena tidak selamanya materiil itu kuantitatif.
Materiil dapat terdiri dari bahan-bahan kuantitatif seperti atom, sel,
kromosom, rambut, molekul, dan lain-lain, dapat pula materiil terdiri dari bahan-
bahan kualitatif seperti kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, nilai, dan
lain-lain. Jadi, materiil itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas.
Kenyataan inilah yang barangkali membuat orang mengalami kesulitan dalam
membedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu kelengahan
orang adalah yang menyebut pertumbuhan materiil kualitatif sebagai
perkembangan.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan arti pertumbuhan pribadi sebagai
perubahan kuantitatif pada materiil pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh

3
4

lingkungan. Materiil pribadi seperti: sel, kromosom, butir darah, rambut, lemak,
tulang, adalah tidak dapat dikata- kan berkembang, melainkan
bertumbuh/tumbuh. Begitu juga materiil pribadi seperti: kesan, keinginan, ide,
pengetahuan, nilai, selama tidak dihubungkan dengan fungsinya tidak dapat
dikatakan berkembang, melainkan bertumbuh.
Struktur konsep tersebut di atas sesungguhnya masih perlu diterangkan atau
dijabarkan lebih lanjut, tetapi adalah bukan maksud kami dalam buku ini untuk
mengupas hal tersebut secara lebih mendetail.
Pertumbuhan dinyatakan dalam bentuk perubahan- perubahan yang terjadi
pada bagian-bagian materiil, akan tetapi pertumbuhan itu sendiri mempunyai
sifat kesatuan dan keumuman, dalam hal ini suatu organisme.

B. Pengertian Pertumbuhan Pribadi Manusia


Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia bertolak dari peristiwa awal
herediter. Manusia terbentuk dari materiil yang lemah. Materiil yang
dimaksudkan adalah materlil genetis. Pertumbuhan genetis manusia tidak jauh
berbeda dengan pertumbuhan genetis pada hewan, karena keduanya merupakan
organisme. Setiap organisme tumbuh dari keadaan sederhana dengan satu sel
tunggal menjadi banyak sel dan membentuk organisme yang bersusunan sangat
kompleks. Pertumbuhan pada masing-masing individu dalam segi proses
terdapat hal umum yang sama, tetapi dalam hal-hal yang khusus belum tentu
sama. Berikut ini dikemukakan ilustrasi singkat tentang peristiwa pertumbuhan
genetis manusia.
Manusia secara genetis mula-mula terjadi dari satu sperma dan satu telur.
Satu sperma memasuki sebuah telur dan satu individu baru mulai membentuk
diri. Kehidupan awal dari individu sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu, yaitu
wanita yang mengandungnya. Sedangkan peranan ayah dalam menumbuhkan
individu baru hanyalah memberikan kemungkinan yang tepat agar individu itu
terkonsep. Apa pun yang akan diturunkan oleh seorang ayah kepada anaknya
adalah berupa sifat-sifat yang terkandung di dalam satu sperma yang terbuahkan.
Untuk mengetahui secara pasti sifat-sifat apakah yang terkandung di dalam
sperma itu bukanlah hal yang mudah.
5

Pertama-tama, coba bayangkan betapa kecilnya sperma. Setiap satu tetes air
seperma dari pria saja sudah terdiri dari berjuta-juta sperma. Untuk dapat
melihat sperma ini orang harus terlebih dahulu menyempurnakan mikroskop.
Mula-mula orang membidikkan mikroskop untuk mengetahui bentuk dan sifat
sperma baru mendapatkan bayangan yang kurang jelas, lama sesudahnya orang
baru dapat melihat bentuk sperma yang terdiri dari bentuk bergerak yang
mempunyai bentuk menyerupai bulatan kepala dan berekor panjang. Dengan
ekornya itu sperma-sperma bergerak dan berenang cepat mencari sasarannya.
Lebih lanjut, orang ingin mengetahui apa yang terkandung di dalam kepala
sperma, tetapi mengalami kesulitan. Setelah bertahun-tahun orang berusaha
meneliti, barulah diketahui, bahwa dalam satu sperma yang kecil itu terkandung
benda-benda teramat kecil sejumlah dua puluh empat yang disebut kromosom
"chromosomes".
Ketika berjuta-juta sperma berenang memasuki rahim ibu, maka hanya satu
di antaranya yang dapat sampai ke sasaran yaitu telur. Ketika sperma menembus
dan memasuki telur, kepalanya mulai membuka dan mensenyawakan dua puluh
empat kromosom yang tadinya terbungkus itu.
Adapun proses dari sebuah sel telur yaitu, karena besar telur adalah beribu-
ribu kali besarnya sperma, maka mata telanjang kita dapat mengamatinya
sebesar mata ular. Berat sebuah telur manusia diperkirakan sekitar seperjuta
gram. Di dalam telur berisikan bahan-bahan makanan, dengan satu bulatan kecil
yang ringan yang disebut "nucleus". Isi telur itu baru dapat dilihat dengan
mikroskop ketika sperma (yaitu kepalanya saja) memasuki telur dan melepaskan
kedua puluh empat kromosomnya. Dalam waktu yang hampir bersamaan,
"nucleus" dalam telur pecah dan melepaskan pula kedua puluh empat
kromosomnya sebagai sumbangan dari pihak ibu untuk membentuk seorang
anak.
Dengan demikian, individu baru mulai terbentuk dari empat puluh delapan
kromosom setiap kromosom mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda-beda.
Dua puluh empat kromosom dari ayah dan dua puluh empat kromosom dari ibu,
masing-masing berpasangan di dalam indung telur. Dua puluh empat kromosom
6

inilah penentu turunan pisik dan kehidupan pribadi manusia. Pertumbuhan


berlanjut terus dengan adanya proses "division" dan "redivision" (pembagian sel
dan pembagian/pembelahan kembali pada sel-sel). Pembelahan dan perpasangan
kromosom-kromosom menyerupai rangkaian mata rantai membentuk seperti
halnya per yang semakin lama semakin merapat. Pada saat- saat tertentu,
rapatan kromosom ini tumbuh lagi dan semakin banyak membentuk butiran-
butiran yang menyerupai embun yang disebut "beads". Beads berisikan "genes",
dan sejauh jangkauan ilmu pengetahuan, "genes" tersebut merupakan faktor
penentu hereditas. Setiap "gene" mempunyai fungsi tertentu dalam pertumbuhan
manusia.
Setelah itu semua, maka telur menjadi masak dan masuklah saraf dari pihak
ibu. Sel-sel tidak lagi tinggal bersama-sama. Tatkala jumlah sel masih terbatas,
sel-sel itu mulai mengadakan "specializing" (spesialisasi), yaitu beberapa
menjadi sel-sel tulang, sebagian menjadi sel-sel kulit, sebagian menjadi sel-sel
daging, sebagian menjadi sel-sel otak, sebagian menjadi sel-sel otot, dan
sebagainya. Semua sel yang telah terspesialisasi ini tumbuh terus dan
membentuk berbagai bagian dari tubuh manusia.
Di antara semua sel tersebut ada sejumlah sel tertentu dicadangkan untuk
fungsi lain. Sel-sel itu adalah sel-sel "germ" yang terambil dari sperma dan telur
yang akan berfungsi sebagai bahan pembenihan. Apabila proses ini terjadi pada
anak laki-laki, maka bahan inilah yang memproduksi sperma. Apabila proses ini
terjadi pada anak perempuan, maka bahan inilah yang memproduksi telur-telur
dalam kandungan. Produksi benih tersebut akan lebih nyata ketika anak
menginjak pubertas. Proses produksi berlangsung terus sepanjang hidup atau
hampir sepanjang hidup manusia. Pertumbuhan sperma agak berbeda dengan
pertumbuhan sel-sel. Apabila sel bertumbuh dari luar "germ" maka semua
bagian kromosom tumbuh. Tetapi dalam sel-sel "germ", sel-sel hanya tumbuh
dari tiap sepasang sel, jadi setiap satu sel germ akan menjadi sepasang sperma,
dan sperma tidak terbelah lagi. Jelasnya, dari satu sel "germ" yang terdiri dari
empat puluh delapan kromosom hanya menghasilkan dua sperma yang mana
masing-masing sperma terdiri dari dua puluh empat kromosom.
7

Produksi sperma pada pria tidaklah terbatas. Sperma- sperma terjadi dari
sel-sel "germ" yang cadangan sel-sel ini dari tahun ke tahun tidak berkurang.
Setiap satu kali persetubuhan pria mengeluarkan sekitar 200.000.000 sampai
dengan 600.000.000 sperma, maka segera setelah itu terproduksi lagi berjuta-
juta sperma pengganti. Tubuh selalu mensuplai bahan-bahan produksi sperma,
dan pekerjaan produksi ini secara mekanis seperti kegiatan mesin walaupun
tubuh sakit, terluka, atau ketuaan, paling-paling hanya mengurangi jumlah
produksi normal.
Pada wanita, meskipun telur-telur juga terjadi dari sel- sel "germ", namun
kelangsungan pertumbuhannya berbeda dengan pertumbuhan sperma.
Pertumbuhan telur tidak mencapai berjuta-juta jumlahnya. Ketika wanita
mencapai masa pubertas diharapkan secara normal hanya akan mematangkan
satu telur setiap bulan, ini pun hanya untuk semasa sekitar tiga puluh lima tahun.
Wanita sejak dilahirkan telah memiliki sel-sel "germ" yang baru akan siap
memproduksi telur setelah wanita itu menginjak pubertas. Kromosom-
kromosom yang akan ia wariskan kepada anak-anaknya di kemudian hari juga
telah terdapat di dalam masing-masing telurnya. Proses pematangan telur hanya
berupa pembesaran telur dengan pengisian bahan-bahan makanan yang dipakai
untuk memulai kehidupan individu baru Proses kejadian telur tidak jauh berbeda
dengan proses kejadian sperma. Proses kejadian telur dari sel-sel "germ" ini
disebut proses "reduction".
Setiap telur hanya terjadi dari separo kromosom ibu/wanita. Perubahan-
perubahan dalam struktur kromosom dapat mempengaruhi pekerjaan gene.
Apabila dalam masa tertentu "genes" masih berubah, maka sifat-sifat
nonherediter tidak akan berkembang, dan hal ini akan mengakibatkan adanya
sifat yang sama pada anak. Sifat- sifat yang dihasilkan dari perubahan "genes"
adalah sifat- sifat yang herediter. Dari sinilah tumbuh bakat atau pembawaan
pribadi seseorang, yaitu karena adanya perubahan-perubahan pada "genes".
Tidak semua aspek pribadi manusia adalah diwarisi dari orang tuanya. Hal-
hal yang tidak diwariskan meliputi beberapa aspek, baik materiil pertumbuhan
fisik, maupun mental. Dari sifat-sifat genes yang dimiliki, individu dapat saja
8

menjadi orang yang pemurung, periang, pendiam, lamban, ataupun cerdas. Akan
tetapi, keadaan-keadaan fisik dan mental seperti misalnya penyakit, kelelahan,
kemiskinan, kegagalan atau kemalasan adalah tidak diwariskan, melainkan
diperoleh dari pendidikan. Perlengkapan mental setiap individu sejak lahir
adalah sama seperti halnya pada orang dewasa, begitu pula perlengkapan fisik.
Kesamaan materiil herediter dapat melahirkan individu-individu yang
berbeda dalam penampakan fisis. Hal ini pun belum tentu disebabkan oleh faktor
hereditas, tetapi karena perbedaan kondisi pertumbuhan dalam tubuh ibu- ibu
yang melahirkannya. Dengan demikian, pertumbuhan itu dipengaruhi, baik oleh
hereditas maupun lingkungan.
Demikianlah telah dikemukakan peristiwa pertumbuhan awal dari individu
secara global. Dengan uraian di atas kita dapat memperoleh gambaran tentang
apa dan bagaimana pertumbuhan itu terjadi. Pertumbuhan terjadi secara
fisiologis terhadap materiil kehidupan. Pertumbuhan materil ternyata tidak
hanya kuantitatif, tetapi juga kualitatif.

C. Hukum-Hukum yang Mengatur


1. Pertumbuhan Adalah Kuantitatif serta Kualitatif.
Pertumbuhan mencakup dua aspek perubahan, yaitu perubahan
kuantitatif dan perubahan kualitatif. Perubahan kuantitatif mencakup
"division" dan perbanyakan kromosom sel-sel; penambahan jumlah seperti
gigi, rambut, pembesaran materiil jasmaniah. Hal yang demikian,
kejadiannya dapat kita sebut sebagai "tumbuh". Di samping itu, ada
perubahan kualitatif yang mencakup penyempurnaan struktur fisiologis;
penyiapan fungsi-fungsi pada setiap bagian tubuh, dan sebagainya. Kejadian
semacam itu dapat kita sebut "bertumbuh".
Mengenai hal "tumbuh" sudah jelas konteksnya yaitu materiil jasmaniah,
sedangkan hal "bertumbuh" di samping menyangkut aspek jasmaniah
(struktur dan fungsi), juga dapat dihubungkan dengan aspek rohaniah
(bertambahnya kesan, ide, pengetahuan sebagai akibat dari belajar).
Antara tumbuh dan bertumbuh terdapat perbedaan peristiwa, namun
keduanya terjadi secara sambung- menyambung dan saling menunjang.
9

Dengan demikian, dalam pertumbuhan terjadi dua proses yang hampir


berbarengan, yaitu proses pertumbuhan sendiri dan proses pematangan.
Pertumbuhan dapat diamati misalnya dengan adanya penambahan besar
tubuh, sedangkan pematangan ditandai dengan adanya perubahan dalam
struktur tubuh beserta fungsi-fungsinya. Perubahan struktur dan fungsi-
fungsi jasmani dapat disebut orang sebagai perkembangan jasmani. Di
sinilah batas perkembangan aspek jasmaniah, yaitu dalam hal struktur dan
fungsi Perubahan struktur fisiologis dapat menyebabkan adanya perubahan
emosional.
Perubahan emosional ini menumbuhkan perangai pribadi manusia.
Diferensiasi struktur dan akumulasi pengalaman menghasilkan reaksi- reaksi
emosional yang lebih kompleks. Perubahan fungsi- fungsi fisiologis seperti
otak dan sistem saraf menghasilkan pertumbuhan kapasitas intelektual atau
kecakapan untuk melakukan sesuatu. Inilah kenyataan pertumbuhan
kualitatif diri manusia yang prosesnya menuju ke arah kematangan.
2. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan
teratur
Pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan, mulai dari
keadaan sederhana sampai pada keadaan yang kompleks. Kesinambungan
pertumbuhan ini pada manusia dapat kita renungkan, bagaimana bayi yang
lemah tergatung, tidak berkecakapan secara berangsur-angsur dapat menjadi
orang yang kuat, berdiri sendiri dan berkecakapan dalam menghadapi ujian
hidup. Hal ini, disebabkan karena manusia tumbuh terus melalui urutan-
urutan yang teratur di dalam organismenya. Bayangkan perubahan tingkah
laku manusia sejak lahir sampai dewasa. Manusia mulai hidup dalam
keadaan tidak berdaya, bergerak-gerak dalam kandungan. Struktur tubuh
semakin sempurna, tubuh semakin besar. Waktu dilahirkan, bayi dalam
keadaan lemah, hanya dapat berbaring dan bergerak-gerak. Lama kelamaan
bayi dapat memiringkan badan menelungkup, merayap, dan seterusnya. Kita
tidak dapat menjumpai seorang anak yang bisa berjalan sebelum ia dapat
merangkak dan belajar berdiri. Ini semua menunjukkan, bahwa pertumbuhan
10

merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan teratur. Tentu saja


pertumbuhan perlu dibantu dengan kegiatan latihan atau belajar.
3. Tempo Pertumbuhan Adalah Tidak Sama
Urutan atau sequence pertumbuhan tidak bergerak dalam waktu yang
konstan. Di samping itu, indikator- indikator kematangan tidak muncul
dalam saat-saat yang teratur. Ada saat-saat di mana pertumbuhan
berlangsung cepat, dan ada pula saat-saat di mana pertumbuhan berlangsung
lambat. Selama masa bayi dan prasekolah, anak mengalami pertumbuhan
pesat dan indikator-indikator kematangan muncul silih berganti secara cepat.
Pada masa sesudah prasekolah hingga pada usia sekolah, pertumbuhan anak
menjadi lambat. Ini tidak berarti, bahwa perubahan- perubahan penting tidak
berlangsung. Pada masa remaja, pertumbuhan anak berlangsung secara pesat
menuju tingkat kedewasaan jasmani.
4. Taraf Perkembangan Berbagai Aspek Pertumbuhan Adalah Berbeda-
beda
Tidak semua aspek pertumbuhan seperti fungsi jasmani, bahasa, dan
kapasitas intelektual berkembang dengan taraf yang sama dalam waktu yang
sama. Sebagai contoh, orang tua sering khawatir berhubung anak-anaknya
yang berumur satu tahun dapat menyebutkan tiga atau sampai tujuh kata,
tetapi pada umur tiga atau empat bulan berikutnya jarang sekali
menyebutkan kata-kata baru, bahkan beberapa kata yang pernah dikuasai
menjadi terlupakan. Perkembangan bahasa anak tidak sama cepat dengan
perkembangan fungsi jasmani. Pada suatu ketika per- kembangan bahasa
anak mengalami kelambatan akibat adanya perkembangan pesat pada fungsi-
fungsi jasmaninya. Perkembangan pesat pada fungsi-fungsi jasmani
memerlukan banyak energi, akibatnya energi untuk perkembangan bahasa
menjadi berkurang.
5. Kecepatan serta Pola Pertumbuhan dapat Dimo- difikasi oleh Kondisi-
kondisi di Dalam dan di Luar Badan
Kondisi-kondisi lingkungan internal seperti gizi, aktivitas, istirahat,
tekanan kejiwaan, kesehatan jasmani, dan sebagainya sangat menentukan
11

kecepatan pertumbuhan serta keterlibatan potensi-potensi pertumbuhan pada


individu. Lingkungan di mana individu hidup yang jelek dan kurang bersih
akan mengganggu kesehatan, lingkungan sosial yang kacau dan kurang
toleran akan mengganggu ketenangan jiwa, lingkungan yang sibuk dan
menentang aktivitas akan mengurangi istirahat. Keadaan lingkungan
eksternal sema- cam itu sangat mempengaruhi kecepatan dan keterlibatan
potensi-potensi pertumbuhan pada individu. Apabila kondisi lingkungan
eksternal adalah positif, maka pertumbuhan akan lebih cepat dan keterlibatan
potensi-potensi pertumbuhan akan lebih luas.
6. Masing-masing Individu Tumbuh Menurut Caranya Sendiri yang Unik
Tidak semua individu mengalami pertumbuhan dengan cara yang sama.
Ini terbukti, bahwa beberapa ada yang tinggi, beberapa yang lain adalah
pendek, ada yang gemuk dan ada pula yang kurus, ada yang hitam dan ada
yang putih, ada yang tampan dan ada pula yang kurang tampan, dan
sebagainya.
Keunikan pertumbuhan pada masing-masing individu itu antara lain
disebabkan oleh:
a. Perbedaan kondisi lingkungan internal; perbedaan kondisi lingkungan
eksternal;
b. Perbedaan materi herediter;
c. Perbedaan aktivitas; perbedaan kondisi fisiologis seperti cacat-cacat fisik;
d. perbedaan usia;
e. perbedaan jenis kelamin; dan
f. perbedaan hasil belajar.
7. Pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspeknya saling
berhubungan
Banyak kegagalan yang dialami oleh para ahli dalam menemukan
hubungan timbal-balik dalam pertumbuhan individu yang disebabkan karena
pertumbuhan sendiri merupakan suatu proses yang kompleks, sedangkan
berbagai aspek yang menunjang pertumbuhan itu saling berhubungan. Kita
takkan mungkin mengenal anak secara pisik tanpa dibarengi dengan
12

pengenalan tentang apa yang dipikir dan dirasakan oleh anak. Sama halnya
kita tidak akan mungkin mengenal perkembangan mental anak tanpa
mengenal jasmani dan kebutuhan anak. Sebagai gambaran, terdapat
hubungan yang sangat erat antara penyesuaian anak di sekolah dengan
perangai/emosinya, kesehatan jasmaninya, dan kapasitas mentalnya.

D. Aspek-Aspek yang Memengaruhi Pertumbuhan


Pertumbuhan yang menyangkut perubahan materiil dan struktur fisiologis,
sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek tertentu yang mana aspek sendiri saling
berhubungan. Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi:
1. Anak sebagai keseluruhan
Anak sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan interaksi dari setiap
aspek kepribadian yang ia miliki. Intelek anak berhubungan dengan
kesehatan jasmaninya, kesehatan jasmaninya sangat dipengaruhi oleh emosi-
emosinya; sedangkan emosi-emosinya dipengaruhi oleh keberhasilannya
di sekolah, kesehatan jasmaninya, dan kapasitas mentalnya. Pertumbuhan
anak, baik pisik, intelektual, maupun sosial sangat ditentukan oleh latar
belakang keluarganya, latar belakang pribadinya, dan aktivitas sehari-
harinya.
2. Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhannya
Umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental
anak menentukan prestasi belajarnya. Penelitian tentang hubungan antara
prestasi belajar dengan pertumbuhan anak pada umumnya telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat antara prestasi
belajar dan pertumbuhan atau tingkat kematangan anak.
3. Permasalahan tingkah laku sering berhubungan dengan pola-pola
pertumbuhan
Kita harus menyadari, bahwa pertumbuhan sendiri menimbulkan situasi-
situasi tertentu yang menimbulkan problem-problem tingkah laku. Anak-
anak yang pertum- buhannya cepat, lambat, atau tidak teratur sering menim-
bulkan problem-problem pengajaran. Anak memiliki energi yang diperoleh
dari makanan dan gizi. Energi anak digunakan untuk (a) aktivitas-aktivitas,
13

dan (b) pertumbuhan. Tatkala energi banyak digunakan untuk pertumbuhan,


maka aktivitas anak menjadi berkurang. Tatkala energi banyak digunakan
untuk aktivitas, maka pertumbuhan anak menjadi lambat dan bahkan seolah-
olah istirahat.
4. Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada anak akibat pertumbuhan dan
setelah dihadapkan dengan tantangan kultural masyarakat terutama harapan-
harapan orang tua, guru-guru dan teman-teman sebayanya, tercermin di
dalam penyesuaian sosialnya. Anak yang tidak menunjukkan kelainan-
kelainan menonjol dalam pergaulan sosialnya, itu dapat berarti, bahwa
pertumbuhan anak itu normal. Pertumbuhan luar biasa yang dialami oleh
anak dapat menyebabkan kelainan atau kesulitan dalam menyesuaikan diri
dalam pergaulan.

E. Pertumbuhan Fisik yang Normal


Pertumbuhan fisik berhubungan dengan perubahan tubuh yang
menjadi lebih besar, lebih berat, atau lebih banyak. Secara kuantitatif,
pertumbuhan fisik dapat diukur dengan inci, centimeter, meter, gram, ons,
kilogram, dan sebagainya. Jantung semakin besar, tulang semakin panjang,
keras, dan berat, daging semakin besar, kenyal, dan liat. Pertumbuhan tidak
selalu diikuti dengan perkembang- an. Anak atau orang dewasa dapat
tumbuh menjadi sangat gemuk dan berat, namun pertumbuhan semacam itu
belum tentu diikuti dengan kematangan yang berarti atau efekti- vitas pribadi
yang besar.
Pertumbuhan manusia dimulai dalam kandungan ketika bertemunya dua
sel "germ", masing-masing adalah sperma dari pria dan ovum dari wanita.
Selama proses pertumbuhan awal yang disebut konsepsi, calon bayi yang
disebut "embrio" tumbuh dengan pesat terutama selama separo masa
kandungan. Kemudian selama separo masa kandungan berikutnya calon bayi
mengalami pertumbuhan berat enam kali lipat dari masa sebelumnya.
Selama sembilan bulan bayi mengalami pertumbuhan sehingga memiliki
bentuk dan struktur tubuh yang lengkap meliputi jari kaki, lengan, genital,
14

sistem saraf, organ-organ indra, kelenjar- kelenjar indokrin, tulang, kulit,


otot-otot, dan lain-lainnya. semakin tegap. Pertumbuhan seksual yang secara
pesat dimulai dari masa pubertas berlangsung terus secara pesat hingga umur
20 tahun.
Dengan demikian pertumbuhan jasmani sejak umur 21 tahun sampai tua
terjadi secara konstan tetapi pasti. Mengenai pertumbuhan yang
berhubungan dengan tinggi dan berat badan, hal ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi ling- kungan internal (misalnya makanan, gizi, perangai, dan lain-
lain); kondisi lingkungan eksternal (misalnya suhu udara, aktivitas sosial,
dan lain-lain), dan materiil herediter.
Mengenai tinggi badan anak dapat ditafsirkan. Berapakah tinggi badan
anak nanti setelah ia dewasa dan ditafsir berdasarkan keadaan tinggi badan
kedua orang tuanya. Hal ini hanya berlaku dalam kondisi pertumbuhan
normal. Adapun untuk menafsirkan tinggi badan anak dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
- Tinggi badan anak laki-laki
Tinggi badan ayah + 100% tinggi badan ibu
2
- Tinggi badan anak perempuan
Tinggi badan ibu + 92 % tinggi badan ayah ¹
2
Dapatlah kita simpulkan bahwa tumbuh adalah berbeda dengan
berkembang. Pribadi yang bertumbuh mengandung arti yang berbeda dengan
pribadi yang berkembang. Karena itu, dibedakan antara pertumbuhan dan
perkembangan.
Dalam pribadi manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah,
terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi
manusia berubah menuju ke arah kesempurnaan. Adapun dua bagian
kondisional pribadi manusia itu meliputi:
1. Bagian pribadi materiil yang kuantitatif, dan
2. Bagian pribadi fungsional yang kualitatif.
15

Kenyataan itulah yang melahirkan perbedaan konsep antara pertumbuhan


dan perkembangan. Bagian pribadi materiil yang kuantitatif mengalami
pertumbuhan, sedangkan bagian pribadi fungsional yang kualitatif
mengalami perkembangan. Uraian ini kiranya cukup memberikan bayangan
tentang perbedaan pengertian antara pertumbuhan dan perkembangan.
Terlebih dahulu, uraian berikut ini adalah mengenai pertumbuhan pribadi
manusia.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materiil
sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan
kuantitatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada
menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari
sempit menjadi luas, dan sebagainya. Ini tidak berarti, bahwa pertumbuhan
itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak
selamanya materiil itu kuantitatif. Materiil dapat terdiri dari bahan-bahan
kuantitatif seperti atom, sel, kromosom, rambut, molekul, dan lain-lain,
dapat pula materiil terdiri dari bahan-bahan kualitatif seperti misalnya kesan,
keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, nilai, dan lain-lain.
Jadi materiil itu dapat terdiri dari kualitas ataupun kuantitas. Kenyataan
inilah yang barangkali membuat orang mengalami kesulitan dalam
membedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu kelengahan
orang adalah yang menyebut pertumbuhan materiil kualitatif sebagai
perkembangan.
Dari uraian di atas dapatlah kita merumuskan arti pertumbuhan pribadi
sebagai perubahan kuantitatif pada materi pribadi sebagai akibat dari adanya
pengaruh lingkungan. Materi pribadi seperti sel, kromosom, butir darah,
rambut, lemak, tulang, adalah tidak dapat dikatakan berkembang, melainkan
bertumbuh/tumbuh. Begitu juga materi pribadi seperti: kesan, keinginan, ide,
pengetahuan, nilai, selama tidak dihubungkan dengan fungsinya tidak dapat
dikatakan berkembang melainkan bertumbuh.
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia bertolak dari peristiwa awal
herediter. Manusia terbentuk dari materi yang lemah. Materi yang
16

dimaksudkan adalah materi genetis. Pertumbuhan genetis manusia tidak jauh


berbeda dengan pertumbuhan genetis pada hewan, karena keduanya
merupakan organisme. Setiap organisme tumbuh dari keadaan sederhana
dengan satu sel tunggal menjadi banyak sel dan membentuk organisme yang
bersusunan sangat kompleks. Pertumbuhan pada masing-masing individu
dalam segi proses terdapat hal umum yang sama, tetapi dalam hal- hal yang
khusus belum tentu sama.

F. Dinamika Pertumbuhan Menuju Individuasi (Teori Jung)


1. Pengertian Individuasi
Menurut Jung (1953, CW ll:9l), setiap manusia memiliki kapasitas dalam
kehidupan psikisnya untuk memungkinkan realisasi suatu bentuk kesadaran
eksistensial yang lebih penuh dan lebih terintegrasi. Jung menamakan situasi
psikologi itu sebagai individuasi,"kedatangan kedirian", "realisasi diri",
"konsep diri", yang memberikan suatu pengobatan yang unik atas persoalan
sosial manusia dalam upaya menuju kedewasaan kepribadian yang sejati.
Konsep individuasi ini sering pula dipahami secara salah. Individuasi
bukan individualisme oleh karena yang dititik beratkan dalam individuasi
bukan ego tetapi diri (self). Perkembangan diri yang utuh tidak bersifat
eksklusif (anti sosialitas). Malahan individuasi merupakan perwujudan
intersubjektivitas dalam persekutuan manusia dan rasa bersatu dengan
kosmos. Tujuan individuasi bukan pula kesempurnaan moral dan religius
yang bulat melainkan keutuhan psike. Aspek-aspek negatif, jahat dan salah
(shadow) dalam keutuhan itu diterima sebagai negatif dalam psike. Keutuhan
pribadi tercapai ketika individu batiniah menciptakan keseimbangan tanpa
menghilangkan salah satu unsur psike. Inilah kebutuhan psikis yang
terintegrasi sebagai tujuan individuasi, bukannya kesempurnaan moral dan
religius yang bulat.
Istilah proses individuasi pertama kali terdapat dalam karya Carl Gustav
Jung Psychological Types yang mulanya diterbitkan tahun 1921, namun ide
tersebut dapat ditemukan dalam disertasi doktor Jung On the Psychology and
Pathology, of So-Called Occult Phenomena (1902). Ide proses individuasi
17

ini mencapai puncaknya dalam karya utama terakhirnya Mysterium


Coniunctionis (1955-1956). Jung dalam disertasi pertamanya
mengemukakan suatu serangan otonom dalam wilayah kesadaran oleh
komponen kepribadian yang komprehensif yang tersembunyi dalam jiwa
alam tak sadar menimbulkan fenomena alam sadar ganda yang merupakan
formasi karakter baru atau usaha kepribadian masa depan untuk melakukan
terobosan, dan konsekuensinya ialah timbulnya kesulitan khusus yang
menimbulkan gangguan-gangguan alam sadar (Jung,1970, C\V l:79).
Kesimpulan ini mendorong Jung melakukan usaha ilmiah dan terapeurik
tanpa mengenal lelah untuk menemukan suatu prosedur metodologis untuk
dapat membawa komponen-komponen tersebut kepada alam sadar dan
mengasosiasikannya dengan ego, agar dapat mengenal "kepribadian yang
lebih besar" yang secara potensial ada dalam setiap individu (Jacobi,
1967'.I2).
Sebagai kesimpulan teori individuasi Jung berupaya menangani dua
pertanyaan mendasar yaitu:
a. Individu yang bagaimana yang berbeda dari dunia sosial di mana dia eksis,
b. Bagaimana proses keseimbangan antara pikiran alam sadar dengan alam
tidak sadar.
2. Tahap-tahap proses perkembangan Individuasi
Perkembangan kehidupan manusia secara sosial menuju kedewasaan
bukanlah secara mekanis yaitu menurut ketentuan hukum alamiah ataupun
disebut sebagai proses homogen. Menurut Carl Gustav Jung, perkembangan
menuju realisasi diri menurut hukum alam adalah tidak signifikan dan tidak
sesuai dengan realita. Perkembangan kepribadian manusia secara sosial
menurut proses "alamiah" hanya akan menjadikan manusia itu sebagai objek
yang pasif yaitu membiarkan dirinya mengikuti dan mengalami
pembentukan dirinya melalui proses "alamiah" tersebut.
Oleh karena itu, kebanyakan orang tidak menghidupi kehidupan mereka
sendiri dan tidak mengenal sifat diri mereka yang sejati. Mereka berusaha
"beradaptasi" hanya untuk berbuat menurut pendapat, aturan, hukum,
18

kebiasaan dan tuntutan lingkungan yang dipandang sebagai 'Yang benar".


Mereka menjadi budak dari "apa yang kebanyakan orang pikirkan dan
lakukan". Perilaku ini memimpin kepada sikap yang salah, yang
mengakibatkan terjadinya pemisahan yang sangat besar antara sifat diri
mereka yang sejati dengan sifat kepalsuan, sehingga dapat menimbulkan
neurosis atau krisis hidup.
Menurut C. G. Jung ada enam tahap proses perkembangan kepribadian
individu mencapai realisasi diri, yaitu keseluruhan yang tidak terdiferensiasi,
inflasi, alienasi, manusia masa, integrasi, dan terdiferensiasi (individu asli).
a. Keseluruhan yang tidak terdiferensiasi
Tahap ini adalah kondisi kekanak-kanakan yaitu arketipe kolektifnya
baru mulai diaktifkan dan ego melihat dirinya sangat penting bahkan
lebih penting dari self (Edinger, 1973:6-T). Tahap ini ego tidak melihat
batas-batas dirinya, oleh karena ketika berada dalam kandungan ibunya
individu mengalami kondisi yang aman dan selalu cukup asupan
makanan tanpa harus mengekspresikan kebutuhannya. Kondisi ini
berlangsung hingga empat atau lima tahun pertama kehidupan individu.
Oleh karena itu pengasuh individu pada tahun-tahun tersebut mendorong
individu untuk mengekspresikan kebutuhannya. Ketidaksediaan individu
mengekspresikan kebutuhannya adalah reaksi yang menolak untuk
mengembangkan dirinya pada tahap proses individuasi yang
selanjutnya.
Kondisi ini dalam teori Jean Piaget disebut tahap sensorimotor.
Tahap sensorimotor disebut demikian karena bayi baru belajar
menguasai anggora tubuhnya dan menafsirkan inderanya. Kemampuan
berpikir bayi periode sensorimotor adalah belajar menguasai penerimaan
inderawi (penglihatan,pendengaran, peraba, penciuman dan pengecap),
dan bagaimana menguasai gerakan anggota tubuh serta bagaimana
memusatkan perhatian matanya. Tahap ini bayi berpikir bahwa segala
sesuatu adalah dirinya". Dia belum mampu memisahkan dirinya dengan
orang lain atau objek lain (Neil J, Salkind, l98l: 202)
19

b. Inflasi
Tahap yang kedua dalam proses individuasi adalah inflasi yaitu
individu menangani dirinya, egonya, dan kapasitas pribadinya
dihubungkan dengan keilahian (Edinger,l973: 65). Keadaan ini seperti
kasus Nietzsche dalam karyanya Thus spake Zarathustra, dia ingin
menjadi Allah namun tidak dapat. Inflasi adalah regresi alam sadar ke
alam tidak sadar. Kekuatan diri alam tidak sadar menjadi lebih jelas dan
dominan karena menelan kandungan ego alam sadar dan
mengesampingkan ego dari bagian penting totalitas kepribadian.
sepanjang diri alam tak sadar. Menjadi dominan dan asimilasi secara
sadar, maka ego menjadi Allah (1ung,tdoa, cw t2: 4gl).
Jung mengemukakan pula ada dua konsekuensi dari inflasi, pertama
ialah suatu kehendak universal untuk menghancurkan, dan kedua adalah
pemusnahan tradisi. Kehendak universal untuk menghancurkan seperti
teror kejahatan dalam masyarakat, kejahatan yang digambarkan dalam
media elektronik, tidak adanya rasa aman di sepailang iatan-lalan kora
besar, pembunuhan, pemerkosaan dan segala -inif.rtu.i kriminal yang
tidak terhitung jumlahnya. Jung melihat pula adanya kecenderungan
pemusnahan yang diekspresikan dalam karya-karya seni. Menurut Jung,
perkembangan seni modern dan nihilistiknya yang cenderung mengarah
pada disintegrasi harus dipahami sebagai suatu gejala dan simbol suatu
keadaan jiwa dari pemusnahan universal
Konsekuensi kedua dari inflasi adalah pemusnahan atau penghapusan
tradisi. Menurut Jung (1959, CW 9.2:181) kecenderungan sekarang ini
untuk menghapus segala tradisi merupakan kecenderungan dan
perkembangan dari barbarisme beberapa tahun yang lalu. Kehilangan
akar dan ketidakpedulian pada tradisi neurotisasi massa dan
mempersiapkan mereka bagi histeria kolektif.
Kegemaran melanggar tradisi menurut Jung oleh karena adanya
keinginan mencoba-coba dan menentukan nilai dan makna segala hal
menurut penilaian diri sendiri, terpisah dari tradisi. Padahal tradisi sangat
20

diperlukan untuk mengenal diri ..sendiri. Menurut Jung kurangnya


pengenalan mengenai para leluhur dan wawasan mereka, mengakibatkan
kurangnya pengenalan pada diri sendiri, dengan demikian segala
kekuatan digunakan untuk merampok individu dari akar-akarnya dan dari
naluri penuntunnya, sehingga individu tersebut menjadi suatu bagian
terkecil dalam massa yang menguasainya. Keadaan ini menjadikan
individu menjadi manusia masa yang ditandai dengan dekadensi moral
dan mental namun dipandang sebagai kewajaran.
c. Alienasi
Individu yang mengalami alienasi kehilangan hubungan batinnya
dengan diri. Individu yang menjadi takluk pada alienasi mengakibatkan
semua gejala kehidupan yang kosong dan tidak bermakna mengisi hari-
hari hidupnya. Mereka yang menderita alienasi ini khususnya pada
mereka yang Berada dalam parohan hidup kedua. Mereka tidak
menampakkan manifestasi-manifestasi penyakit neurosis seperti teror,
obsesi, ketakutan dan manifestasi lainnya, tetapi mereka hanya
merasakan suatu kekosongan dan kesendirian yang sangat dalam
sehingga pikiran mereka menjadi kacau dan tidak punya kemampuan
menjelaskannya, apalagi mengatasinya. Jung berkata, seorang
psikoneurosis harus dipahami sebagai seorang penderita dari suatu jiwa
yang belum menemukan maknanya. Penderita neurosis melihat
bahwa dia tidak memiliki cinta kecuali seksualitas, tidak memiliki iman
karena dia takut menggapai-gapai dalam kegelapan, tidak memiliki
pengharapan karena selalu memandang kesuraman masa depan dalam
hidup dan dunia ini, dan tidak memiliki pengertian karena dia gagal
membaca makna eksistensi dirinya, yang adalah satu-satunya makna
yang dapat membebaskan (Jung, 1953, CW ll: 330-331).
Alienasi adalah akibat kehilangan hubungan batin dengan diri alam
tak sadar, sehingga ego atau alam sadar harus berusaha sendiri
menghadapi dan mengenal peranan dan kekuatan diri. Hal ini terjadi
disebabkan ada hambatan untuk mengenal diri alam tak sadar atau
21

pengenalan potensi diri alam tidak sadar itu ditarik mundur, akibatnya
individu tetap tidak dapat mengatasi persoalannya (Moreno, 1985: 402).
d. Manusia Massa
Tahun l9l2 Jung menerbitkan isinya Neru Path Psychology yang kini
terdapat pada karyanya Two Essays on Analytical Psychology, 1966,
hal.245' 268. Menurut Jung pada esai tersebut, proses kedewasaan yang
disebut proses individuasi tidak saja mengemukakan persoalan manusia
massa tetapi juga merupakan pengobatan yang ditawarkan Jung bagi
situasi sulit dari manusia massa.
Manusia modern dicirikan oleh kegagalan pengembangan persona
(identitas diri yang unik dan sejati) dan dihubungkan dengan ekstraversi
dan rasionalitas yang berlebihan. Kegagalan pengembangan persona
timbul akibat dari proses adaptasi yang menekan semua potensialitas dan
keunikan individu, menutupi dan menghambatnya di dalam faktor-faktor
kolektif masyarakat, hanya agar dirinya dapat diterima oleh masyarakat.
Adapun penyebab kegagalan pengembangan persona ini adalah
manusia modern dipisahkan atau teralienasi dari akarnya di masa lalu.
Dengan kata lain, ia kehilangan jamahan dengan sumber semua tradisi
atau nilai-nilai universal dan abstrak. Konsekuensi sosial dari kegagalan
pengembangan persona adalah adaptasi dan penaklukan total dan tanpa
kritik pada peranan dan harapan-harapan yang didikte oleh negara,
Diagnosis Jung terhadap identifikasi manusia masa dibahas Jung
pada essaynya Civilization in Transition, I970, pada pembahasannya
tentang Undiscovered Self', hal. 245-305. Essei ini memberikan
penekanan pada keintiman atau relasi kausatif yang Jung lihat antara
meningkatnya manusia massa dan merosotnya agama tradisional, dan
kemampuan psikologi analitik untuk mengobati situasi itu yaitu dengan
menafsirkan kembali agama tradisional.
Jung memulai analisisnya dari apa yang ia sebut kondisi yang sulit
dan serius dari individu pada masyarakat massa. Peningkatan sikap
ilmiah menekan individu untuk memikirkan dirinya sebagai yang rata-
22

rata secara statistik. oleh karena negara yang otoritarian telah merampas
individu dari keutuhan manusianya (sifat ilahi), maka masyarakat
menyerah pada apa yang Jung sebut "pemikiran massa", "aturan massa",
"gerakan buta dari massa", "keadaan mimpi yang berperilaku kanak-
kanak dari manusia massa" dan psikologi massa. Maksud Jung dari
terminologi itu bahwa manusia masa telah kehilangan kontak dengan
sumber daya alam tak sadar dan tradisi yang dapat membuat manusia
masa itu dapat memikirkan dirinya sebagai yang otonom, mampu
mengatur diri sendiri dan bertanggung jawab atas keberadaannya dalam
dunia. sebaliknya, jika manusia masa itu menjadi keberadaan yang
kolektif yaitu bergantung pada lembaga yang secara sosial didasarkan
pada struktur otoritas, maka manusia masa itu membiarkan dirinya
didefinisikan oleh ideal-ideal kolektif masyarakat dan mematikan
pengembangan pengenalan dirinya.
Pembahasan Jung mengenai asal mula situasi sulit ini, kemudian
mengalihkan perhatian Jung pada pembahasan agama. Agama secara
tradisional telah menjadi sumber daya inti yang melindungi
individualitas manusia. Ketergantungan pada Tuhan adalah jalan keluar
dari kolektivitas rasionalisme dan komunalisme. Agama
mengorganisasikan dan memberikan bentuk-bentuk simbolik yang
membangun menuju fakta-fakta rasional pada pengalaman pribadi.
Pengalaman ini adalah pengalaman batiniah dan transenden, yang dapat
melindungi manusia dari ketenggelaman dalam massa. Agama dalam
kehidupan masyarakat kontemporer telah mengkristal dalam doktrin,
pengakuan iman, dan keyakinan sehingga agama menjadi otoritarian,
seperti totalitarian politik. Jung kemudian melihat tidak ada perbedaaan
antara penyembahan gereja Kristen dengan pengakuan iman komunisme
dan materialisme ilmiah.
Jung,pada esseinya itu, juga memberikan solusinya bagi situasi sulit
yang dialami manusia massa, di bawah pembahasannya mengenai
pengertian diri dan pengetahuan diri. Alam kesadaran manusia masih
23

berada dalam konflik antara pengenalan dirinya yang sejati yang


terekspresi dalam bentuk agama tradisional, dengan kebutuhan
kontemporernya untuk beradaptasi pada norma-norma rasionalistik dan
kolektivisme. Konflik ini adalah esensi neurosis. Psikologi analitik
adalah alat diagnosis untuk persoalan modernitas ini dan merupakan satu-
satunya penyembuhan yang mungkin bagi manusia massa
Selanjutnya, Jung masih pada esseinya pula, mengemukakan
serangkaian berbagai konsep terapi dan keunggulan dari psikologi
analitik. Manusia masa yang dicirikan oleh komitmen rasionalistik pada
kolektivitas, yangJung sebut kegagalan pengembangan persona dan sikap
ekstraversi, maka ada suatu situasi psikologis yang dikenal sebagai
individualis dapat memberikan suatu pengobatan yang unik.
e. Integrasi
Tahap integrasi dimulai dari kondisi pertentangan psikologis dari
ego. Pada saat itu ego sedang membentuk dan menegaskan identitas
dirinya, dengan menciptakan pemisahan nilai-nilai, kepercayaan-
kepercayaan dan sikap-sikap tertentu yang dikaitkan dengan pemisahan
persona dan shadow, maskulin dan feminin, alam sadar dan alam tidak
sadar, anima/ animus tidak diterima sebagai identitas diri. Tahap
integrasi bagian-bagian yang terpisah dan disangkal sebagai bagian dari
kepribadian kini disatukan kembali. Proses tahap integrasi itu melalui
beberapa aktivitas berikut ini:
1) Aktivitas Psikis
Menurut Jung aktivitas psikis tidak terpisah dari pertentangan dua
kutub antara kekuatan alam sadar dengan alam tidak sadar (Jarang,
1966, CW 7:64). Tanpa pertentangan-pertentangan mustahil dapat
dialami totalitas/ keseluruhan psikis. Mustahil pula memperoleh jalan
masuk ke dalam dunia sakral, dunia ilahi (Jung, 1968, CW I2:20).
Ruang lingkup kekuatan-kekuatan yang bertentangan itu dalam
kehidupan psikis berupa maskulin dan feminin, misteri dan roh,
24

terang dan gelap, introversi dan ekstroversi, regresi dan progresi, dan
seterusnya.
Aktivitas psikis ini diperluas pengertiannya oleh Jung dengan
menghubungkannya dengan energi psikis yang diperkirakan sebagai
suatu istilah inklusif bagi intensitas psikis. Energi psikis dikenal pula
dengan istilah libido yang oleh Freud dibatasi dalam aspek
seksualitas saja, tetapi Juga menempatkannya dalam posisi yang
lebih "netral" yaitu mencakup keseluruhan keinginan dan dorongan
manusia, apakah itu hal-hal yang naluriah, emosional, spiritual dan
seterusnya, tanpa menempatkan salah satunya sebagai yang lebih
tinggi atau dominan dalam kehidupan psikis. Jika fisika sebagai
proses dinamis bagi pondasi antitesis dan bagi aliran energi diantara
dua kutub, maka sifat aktivitas psikis adalah memiliki sifat mengatur
sendiri (self regulating) dan sifat purposif dan terarah. Sifat
purposive ini digambarkan oleh Jung dalam pemahamannya
mengenai kompensasi. Fungsi kompensatori dari bentuk-bentuk
simbolik dalam kehidupan psikis diturunkan oleh alam tidak sadar
Kompensasi alam tidak sadar dari sikap alam sadar seseorang
neurotik mengandung semua elemen yang secara efektif dapat
mengoreksi satu aspek saja (one-sidedness) yaitu pikiran alam sadar
(Jmg, 1966, CW 7: I2I). Sifat berikutnya dari aktivitas psikis adalah
kecenderungan alamiah dari proses fisika yang selalu mencari
representasinya.
Jung berkata, psike terdiri dari gambaran-gambaran. Serangkaian
gambaran dalam pengertian yang paling benar, suatu struktur yang
penuh makna dan tujuan; dan suatu "penggambaran" dari segala
aktivitas yang vital. Jung berbicara mengenai psike dalam aktivitas
psikis adalah secara vitalistik dan sinergistik dalam istilah yang
dinamis, pada satu pihak, namun pada pihak lain Jung membicarakan
psike dalam istilah gambaran dan bentuk khusus, sehingga energi itu
berarti pula dalam dirinya sendiri tidak baik atau buruk, tidak
25

merusak atau membangun, melainkan netral, sepanjang segala


sesuatu bergantung pada bentuk di mana energi melewatinya. Bentuk
memberikan energi kualitasnya, namun pada pihak lain, bentuk saja
tanpa energi adalah netral. Aktivitas psikis dalam pemahaman Jung
adalah hubungan antara energi dengan gambaran pada psikis manusia
untuk menjadi sesuatu yang saling bergantung.

2) Konflik Psikis

Kapasitas purposif dan penggambaran aktivitas psikis pada psikis


manusia itu tidak berarti selalu mengungkapkan tanpa pernah
menyembunyikan apalagi pada saat terjadi konflik yang
menimbulkan luka yang mendalam. Jung dalam esainya "On Psychic
Energi' berusaha menjelaskan mengenai asal mula timbulnya konflik.
Konflik bermula dari hubungan antara diri dan dunia yang
menyediakan kerangka kerja yang individu situasikan perhitungannya
atas konflik. Sampai pada suatu tahap tertentu psike menunjukkan
kemampuannya pada banyak tuntutan antara diri dengan dunia yang
saling bersaing. Ketika proses regulasi dan adaptasi ini berjalan baik,
aliran dari energi psike akan mampu menjadi perantara antara yang
saling bertentangan itu, antara diri dan dunia, atau dapat pula
dikatakan antara diri dengan yang lain. Selama perkembangan libido,
pasangan yang bertentangan itu disatukan dalam aliran yang
terkoordinasi dari proses psikis(lutung,1969, CW 8: 32-40).

Proses psikis menjadi problematik pada tahap psike tidak dapat


mengimbangi kompleksitas dan kecepatan perubahan kondisi
kehidupan. Suatu sikap yang tidak dapat lagi memuaskan tuntutan
adaptasi dapat saja terjadi oleh karena perubahan yang terjadi dalam
kondisi lingkungan yang menghendaki suatu sikap yang berbeda
(Jung, 1969, CW 8'.32). Sikap alam sadar cenderung menentang
sehingga perilaku adaptasi mengalami penderitaan "perkembangan
hanya pada satu aspek saja (one-sidedness) yang diinginkan secara
sadar". Perkembangan libido terhenti, beku dalam alurnya, kemudian
terbendung dalam psike.
26
Penghentian aliran energi ini meningkatkan intensitas dorongan
atau gambaran psikis tertentu, menimbulkan kompleks yang diartikan
sebagai konstelasi tertentu dari unsur-unsur psikis yang beraksentuasi
secara kuat dan emosional dan hal itu mengindikasikan bahwa unsur
unsur tersebut tidak dapat eksis bersamaan dengan sikap kebiasaan
alam sadar (ung, 1969, CW 8:122) Jung menggabungkan kompleks-
kompleks itu kepada kecenderungan alamiah psike untuk terpisah
yang disebut disosiasi (Jung, 1969, CW 8: 122), sebab kebersamaan
kompleks meningkatkan kondisi emosional diantara pertentangan
yang timbul sebagai akibat dari pembendungan energi psike.
Penghentian selalu ditandai dengan terpisahnya pasangan yang
bertentangan. Semakin lama penghentian berakhir, lebih banyak
posisi- posisi yang bertentangan (ung, 1969, CW 8'. 32'33).

Dasar teoritis Jung mengenai konflik dibentuk dari pemahaman


mengenai energi psike, kompleks, dan disosiasi. Jung berkata kondisi
emosional menimbulkan konflik, konflik menimbulkan usaha-usaha
untuk saling menekan, jika suatu kekuatan yang menentang berhasil
ditekan, timbul disosiasi, pecahnya kepribadian, atau tidak adanya
penyatuan dengan diri (]ung,1969, CW 8:32-33). Jung memandang
konflik psikis sebagai suatu bentuk putusnya hubungan bagian psikis
yang bertentangan, atau suatu keadaan yang digerakkan oleh
putusnya hubungan antara diri dan dunia. Ketika keadaan emosional
antara yang saling bertentangan mencapai tahap disosiasi aktual,
kapasitas psike untuk mengatur dengan sendirinya (self regulating)
berada dalam keadaan berbahaya, oleh karena keberadaan oposisi
yang ditekan dalam alam tidak sadar secara akut mengganggu psikis,
mengganggu keseimbangan interaksi alam sadar dan alam tidak
sadar, dan menghambat kemajuan (Jung,1969, CW 8: 32-33).
Kecenderungan dan dorongan alam tidak sadar tidak dapat lagi
memberi kompensasi bagi orientasi alam sadar, melainkan hanya
dapat semakin menambah kesulitan pada pengalaman individu dalam
beradaptasi.
27

3) Regresi

Pembahasan yang lebih penting dalam penjelasan Jung mengenai


konflik psikis adalah upaya mengatasi konflik tersebut. Persaingan
antara yang saling bertentangan tidak akan menghasilkan apa-apa
jika proses regresi, pergerakan mundur libido, tidak mulai dengan
menyingkir dari konflik, (Jung 1969, CW B'.32-33). Regresi berarti
suatu pembalikan ke dalam, suatu penarikan energi psikis ke
kedalaman batin pribadi, sama seperti penarikan diri dari dunia.
Langkah mundur diperlukan untuk langkah maju selanjutnya dalam
aliran energi. Regresi bersama dengan aliran energi yang dihambat
oleh putusnya hubungan antara diri dan lingkungannya dialihkan dari
lingkungan ke arah dasar yang lebih dalam pada alam tidak sadar, di
mana kandungan dan proses fantasi diaktifkan oleh sejumlah besar
energi. Kandungan tersebut adalah awal kehidupan baru dan
kemungkinan- kemungkinan viral bagi masa depan. Pergerakan
regresi dari energi batin, kemudian, secara profesional beradaptasi
pada dunia barin individu, yang dalam pergerakannya membebaskan
individu kepada bentuk-bentuk baru adaptasi aras dunia alamnya dan
sosial individu yang lebih luas (Jung, 1969, CW 8: 36). Hal ini sesuai
dengan pandangan Jung mengenai perkembangan psikis sebagai
suatu proses dialektik dari pergerakan regresif dan progresif dalam
beradaptasi, suatu proses yang mengarahkan arus energi ke dalam
dan ke luar.

4) Transformasi Energi Psikis

Betapa pun regresi dapat memperimbangkan jalan bagi


kehidupan baru, namun tidak dapat menghasilkan kehidupan itu
dalam dan dari dirinya sendiri. Persoalan penyaluran kembali
(rechanneling) energi yang telah terbendung dalam psike tidak dapat
berfungsi hingga mencapai "tingkat yang tepat" (Jung, 1966, CW
7.6:'63). Sama seperti aliran air yang terbendung tidak dapat mengalir
hingga mencapai suatu tingkat dimana aliran air tersebut meluap
keluar. Aliran energi psikis yang ditentang dalam situasi konflik,
mengambil langkah masuk lebih dalam di dalam psike, atau menarik
diri ke dalam masa lalu psikis, mengaktifkan kembali fantasi dan
kerinduan perilaku kanak-kanak hingga pada perilaku kanak-kanak
28
yaitu kandungan kolektif alam tidak sadar. Sepanjang proses
pengaktifan kembali ini energi disalurkan ke dalam langkah baru.
Jung memaksudkan penyaluran (kanalisasi) ini sebagai transfer
intensitas atau nilai psikis dari satu kandungan ke kandungan lain
(Jung, 1969, CW 8: 4l). Energi ditransformasikan dari suatu bentuk
ke bentuk lain. Transformasi energi naluriah dicapai oleh
kanalisasinya ke dalam suatu analogi objek naluri (Jung, 1969,
C\V8:42).

Jung memahami nilai dan simbol agama sebagai makna utama


transformasi tersebut, oleh karena nilai dan simbol agama
memberikan analogi bagi naluri dan membentuk kembali tingkat
selanjutnya energi psikis individu. Nilai dan simbol agama dapat
mengerjakan hal tersebut sebab manusia memiliki energi lebih
banyak dari yang dikonsumsikan oleh nilainya; ada surplus energi
dalam psikis manusia yang diperlukan untuk memper cukupkan
aliran kehidupan secara teratur. Nilai dan simbol agama menutup dan
melepaskan energi, untuk mengaturnya menuju tingkat yang lebih
tinggi, dengan begitu memungkinkan menyalurkan libido ke dalam
bentuk yang lain. Ketika arah regresif dari aliran energi ditentang,
maka jalan baru menuju realisasi dari dari libido ditemukan. Adaptasi
antara diri dan dunia menuju arah yang baru.

Peran nilai dan simbol agama dalam Pproses Integrasi sangat


kuat Pada pembahasan mengenai transformasi energi psikis telah
sedikit disinggung mengenai peran nilai dan simbol agama dalam
perkembangan psike. Kapasitas nilai dan simbol agama memberi
pengaruh bagi transformasi energi psikis, meratakan jalan bagi
penyelesaian konflik psikis. Nilai dan simbol agama dalam
menjalankan fungsinya bertindak sebagai jembatan yang
memperdamaikan antara alam sadar dengan alam tidak sadar dan
merangkul keduanya

Tindakan nilai dan simbol agama sebagai mediator antara dunia


alam sadar dengan alam tidak sadar untuk memenuhi kebutuhan
psikis yang esensial, yaitu memfasilitasi pergerakan energi dalam
psike dan mengaktifkan saling memengaruhi antara semua
kekuatannya. Nilai dan simbol agama tidak saja menjadi perantara
antara alam tidak sadar dengan alam sadar, tetapi juga antara
keseluruhan ruang lingkup kekuatan dan faktor yang terkandung
29

dalam psikis manusia. Kapasitas nilai dan simbol agama yang


menjadi perantara hal-hal tersebut menghasilkan konjungsi atau
kesatuan aspek psikis yang beroposisi demi menuju suatu pergerakan
baru.

Nilai dan simbol agama sebagai mediator itu disebut juga sebagai
penyembuh dan pendamai dari semua perpecahan dan pembelahan
batin yang mengganggu kehidupan psikis. Nilai dan simbol agama
disebut pula sebagai "batu loncatan menuju aktivitas baru" dan
sebagai tanda yang memberi arah yang diperlukan dalam menuntun
kehidupan.

Fungsi nilai dan simbol agama dalam alam tidak sadar tidak saja
dapat lebih dulu mengetahui suatu perubahan yang belum disadari
dalam pribadi, tetapi juga memberikan kesaksian mengenai
penyatuan kekuatan yang telah terjadi dalam psike. Dengan kata lain,
kekuatan nilai dan simbol agama adalah aktual yang di dalam dan
dari dirinya menghasilkan sikap baru, dan sikap ini, jika ditangani
secara serius, digunakan untuk menguji kehidupan, akan
mempercepat proses pertumbuhan, akan menghasilkan buah dan
selamanya bertumbuh dalam mata air imajinasi manusia.

Nilai dan simbol agama adalah produk dari alam sadar maupun
alam tidak sadar maka nilai dan simbol agama memiliki sisi rasional
maupun irasional. Nilai dan simbol agama juga adalah ekspresi
spiritual. Nilai dan simbol agama juga memiliki aspek penuh makna.
Itu sebabnya nilai dan simbol agama mengartikan sesuatu dan
menuntut penafsiran. Aspek penuh makna nilai dan simbol agama ini
membicarakan pemahaman manusia dan membangkitkan refleksi dan
tidak hanya perasaan dan emosional. Nilai dan simbol agama adalah
kekuatan yang menghidupkan dan yang efektif, yaitu ia melampaui
kapasitas pengalaman alam sadar dan "merumuskan suatu komponen
alam tidak sadar yang esensial"

Alam sadar manusia menjadi dispiritualisasikan dan tiba pada


kesadaran diri melalui nilai dan simbol agama. Mitos, seni, agama
dan bahasa adalah ekspresi nilai dan simbol agama dari roh kreatif
manusia, melalui itu semua roh manusia menjadi sadar pada dirinya
di dalam alam sadar. Kebudayaan suatu bangsa atau kelompok
ditentukan oleh pelaksanaan nilai-nilai yang terdalam dan tertinggi
30
yang mengorganisasikan agama, seni, upacara, dan kehidupan sehari-
hari.

Sepanjang kebudayaan berada dalam keadaan keseimbangan, maka


individu aman dalam kerangka kerja konon budaya yang diikat kuat
dan dipelihara oleh vitalitasnya. Dengan kata lain, keberadaan nilai
dan simbol agama alam tidak sadar kolektif cukup menjamin
keseimbangan psikis. Situasi yang mendasar, bahwa sepanjang
kebudayaan "alam keseimbangan" individu akan berada dalam
hubungan yang memuaskan dengan alam tidak sadar kolektif, apalagi
jika hubungan itu menyangkut kanon budaya dan nilai tertinggi.

Fase perkembangan kepribadian dalam paruh pertama


kehidupan, didominasi oleh ego, dalam fase paruh kedua kehidupan
di dominasi oleh asimilasi kandungan suprapersonal dan
transpersonal yang mengakibatkan pergantian posisi pusar dari ego
personal sebagai pusat alam sadar, ke diri sebagai pusat keseluruhan
psike. Integrasi semua kekuatan kepribadian dalam keseluruhan
kesatuan psike dipersatukan oleh simbol yang disebut Juga sebagai
"simbol yang menyatukan" dan "fungsi transenden".
f. Diferensiasi (individuasi)
Tahap diferensiasi adalah kondisi psikologis dari individualis. Tahap ini
ego dan self terpisah namun tidak terbagi melainkan sebagai kesatuan dan
keseluruhan. Tahap Diferensiasi ego mengintegrasikan dirinya dalam
totalitas psike, bagai ,air.t.. air di ,.ngelah samudera. Tahap diferensiasi atau
individuasi ini tidak tercapai dalam isolasi diri, namun pada saat yang sama
individuasi mengerjakan pertentangan norma sosial yang tidak memiliki
validitas dengan rumus., khusus dari individu (Samuel, 1986: 45).
pembahasan tahap "diferensiasi ini meliputi proses diferensiasi secara
psikoanalisis dan diferensiasi dalam hubungan sosial.

Faktor terpenting untuk mengerti perkembangan manusia adalah arah


dan pengaruh yang berbeda dari proses menjadi manusia psikologi dalam
dua fase Kehidupan. Fase pertama iaiah paruh pertama kehidupan memiliki
prototipe historisnya dalam formasi atau pembentukan ego dan
perkembangannya, yaitu ketika aktivitas proses menjadi manusia psikologi
melewati dari totalitas psikis diri alam tidak sadar dan bergerak menuju ego
31

Selama paruh pertama kehidupan, yaitu suatu periode egosentris yang


berakhir dalam pubertas, proses menjadi manusia psikologi menyatakan
dirinya sebagai suatu, hubungan kompensasi antara sistem alam sadar
dengan alam-tidak sadar, namun tetap tinggal dalam alam tidak sadar, ego,
dalam paruh pertama kehidupan, sebagai organ pusat proses menjadi
manusia psikologi tidak mengenal ketergantungan atas keseluruhan'
Sebaliknya, selama paruh kedua kehidupan (fase kedua), yaitu perubahan
psikologi uras kepribadian pada usia setengah baya, di dalam ego ada pe.ke-
bungan kesadaran proses menjadi manusia psikologi. Proses menjadi
manusia psikologi kemudian mulai beraksi, mengakibatkan diri sebagai
pusat psikis atas keseluruhan, tidak lagi bertindak hanya secara alam tidak
sadar tetapi juga dialami secara sadar

Hambatan menuju kedewasaan dan ketergantungan individu atas


kelompok sosial adalah karakteristik spesies manusia. Ada berbagai faktor
yang dapat menolong mencapai kedewasaan dan memfasilitasi individu
untuk beradaptasi dengan dunia dan kolektif. Salah satu faktor tersebut
adalah diferensiasi tipe psikologi yaitu tipe ekstrovert dan introvert.
Diferensiasi tipe memberi kesempatan maksimum individu beradaptasi
dengan fungsii yang paling efisien dan terbaik dikembangkan sebagai fungsi
utama. Fungsi yang paling kurang efisien ditekan, dibuat menjadi "interior"
dan tinggal dalam alam tidak sadar. Tujuan penting bagi perkembangan anak
dan pendidikan adalah meningkatkan kualitas individu agar menjadi anggota
yang berguna bagi masyarakat. Tujuan ini dapat dicapai melalui diferensiasi
dari komponen dan fungsi yang terpisah dari kepribadian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
pertumbuhan manusia itu adalah proses tumbuh kembangnya manusia baik
dari jasmaniah maupun yang rohaniah setelah itu berubah menuju kearah
kesempurnaan. Manusia secara genetic mula-mula terjadi dari satu sperma dan
satu telur. Satu sperma memasuki sebuah telur dan satu individu baru mulai
membentuk diri, kehidupan awal dari individu sangat dipengaruhi oleh kondisi
orang tua, terutama ibu.
Adapun dalam pertumbuhan manusia terjadi suatu urutan-urutan
perkembangan manusia secara khusus, didalam proses pertumbuhan manusia
trsebut ada suatu sebab dan gejolak-gejolak yang dihadapi dan tidak mungkin
dihindari pada manusia itu sendiri, hal trsebut memang sudah diatur oleh hukum
alam tempat manusia bersosialisasi
Jung berpendapat bahwa tingkah laku manusia tidak hanya dipengaruhi oleh
masa lalu, namun pandangan terhadap masa depan, tujuan dan aspirasi
merupakan salah satu untuk menuju kesuksesan dalam hidup individu. Menurut
Jung pribadi yang sehat ditandai dengan mampunya seorang individu menjadi
diri sendiri, menyeimbangkan sikap dan fungsi psikologis yang ada dalam diri
dan mampu merubah archetype. Namun tidak selamanya individu memiliki
pribadi yang sehat. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan ini
dibutuhkan terapi, salah satunya terapi bermain oleh tenaga yang ahli, sehingga
dapat membantu individu dalam meyimbangkan fungsi id, ego dan super ego.
Dengan harapan untuk berkembang dengan optimal.

B. Saran
Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari
perubahan psikis, dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan
fisik.perubahan Kualitatif tersebut sering disebut dengan “perkembangan”,
seperti perubahan dari tidak mengetahui menjadi mengetahuinya, dari kekenak-

37
38

kanakan menjadi dewasa, dst. Sedangkan perubahan Kuantitatif sering disebut


dengan “pertumbuhan”, seperti perubahan tinggi dan berat badan. Dengan
mempelajari pertumbuhan manusia harapan dari kempok kepada pembaca
terutama mahasiswa secara khusus jurusan PGSD untuk mampu mengetahui
bagaimana sinamika dari sebuah pertumbuhan dan mampu di implementasikan
DAFTAR PUSTAKA
Djaali. 2018. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT. Bumi Aksara
Sabri Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta

39

Anda mungkin juga menyukai