Sistem pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan dimana anak berkebutuhan khusus
terpisah dari sistem pendidikan anak pada umumnya. Penyelengggaraan sistem pendidikan
segregasif dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk
anak pada umumnya.
Pendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem
persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan
khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A
(untuk anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita),
SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan
pendidikan khusus (SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai
satuan pendidikan khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari
sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan,
sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya. Kelemahan dari sekolah
segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena
lingkungan pergaulan yang terbatas.
Tersedia alat-alat bantu belajar yang dirancang khusus untuk siswa. Sebagai contoh
tunanetra, seperti buku-buku Braille, alat bantu hitung taktual, peta timbul, dll.
Jumlah siswa dalam satu kelas tidak lebih dari delapan orang sehingga guru dapat
memberikan layanan individual kepada semua siswa.
Lingkungan sosial ramah karena sebagian besar memiliki pemahaman yang tepat
mengenai disability anak.
Lingkungan fisik aksesibel karena pada umumnya dirancang dengan
mempertimbangkan masalah mobilitas disability, dan kami mendapat latihan
keterampilan orientasi dan mobilitas, baik dari instruktur O&M maupun tutor sesama
disability.
Dapat menemukan orang disability yang sudah berhasil yang dapat dijadikan sebagai
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak dengan disabilias kurang,
belajar bersama anak pada umumnya, tetapi mereka tidak memperoleh pelayanan pendidikan
secara memadai atau mereka tidak mendapatkan sekolah dengan alasan yang tidak jelas. Hal
ini disebabkan salah satunya karena kurangnya sumber daya manusia dan banyak tenaga ahli
yang belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang anak dengan disabilitas kurang atau
rasio penyelenggaraan yang sangat mahal, sehingga masih sedikit sekolah yang mau
menerima mereka karena berbagai alasan di atas. Menyelenggarakan pendidikan integrasi
disekolah merupakan kemajuan yang baik, tetapi tidak semudah membalikkan tangan.
Namun kita harus berani memulai supaya anak dengan disabilitas kurang mendapat tempat
dan penanganan yang terbaik.
Menempatkan anak dengan disabilitas dengan anak pada umumnya secara penuh
Pendidikan yang berupaya mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani,
intuisi
Mengintegrasikan pendidikan anak autis dengan pendidikan pada umumnya
Mengintegrasikan apa yang dipelajari disekolah dengan tugas masa depan
Mengintegrasikan manusia sebagai mahluk individual sekaligus mahluk social
Konsekuensi dari perubahan-perubahan tersebut adalah bahwa beberapa siswa yang mungkin
sebelumnya menghabiskan seluruh waktu sekolahnya dalam lingkungan yang terpisah,
sekarang akan mempunyai kelas regular. Oleh karena itu merupakan hal yang penting bahwa
guru kelas regular merasa berkopeten untuk mengajar semua siswa.
2. Istilah Integrasi
Istilah yang luas untuk merujuk pada bersekolahnya seorang anak berkebutuhan khusus pada
sekolah regular. Dapat diartikan pada proses memindahkan seorang siswa pada lingkungan
yang tidak terlalu terpisah. Seorang anak berkebutuhan khusus yang bersekolah pada sekolah
regular, tetapi berada pada unit atau kelas khusus. Meskipun siswa tersebut berada pada kelas
khusus, jelas bahwa apabila kelas tersebut pada sekolah regular, peluang untuk berinteraksi
dengan warga sekolah secara umum jauh lebih besar dari pada anak yang berada pada
sekolah khusus yang terpisah.
Banyak sekolah yang mempunyai kelas khusus mempunyai program khusus untuk
mendorong interaksi antara siswa dengan dan tanpa kebutuhan pendidikan khusus. Misalnya,
pada beberapa sekolah, anak-anak menghabiskan pagi harinya pada kelas khusus dan
siangnya pada kelas regular. Para guru dan asisten dari kelas khusus biasa mendukung
penempatan pada kelas khusus. Peluang-peluang bagi interaksi tersebut, berdasarkan atas
prinsip normalisasi. Jauh mungkin untuk terjadi apabila anak tersebut diintegrasikan pada
sekolah reguler.
Sekolah Inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa
reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program yang sama, dari satu jalan untuk
menyiapkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah pentingnya pendidikan
Inklusif, tidak hanya memenuhi target pendidikan untuk semua dan pendidikan dasar 9 tahun,
akan tetapi lebih banyak keuntungannya tidak hanya memenuhi hak-hak asasi manusia dan
hak-hak anak tetapi lebih penting lagi bagi kesejahteraan anak, karena pendidikan Inklusi
mulai dengan merealisasikan perubahan keyakinan masyarakat yang terkandung di mana
akan menjadi bagian dari keseluruhan, dengan demikian anak berkebutuhan khusus akan
merasa tenang, percaya diri, merasa dihargai, dilindungi, disayangi, bahagia dan bertanggung
jawab. Inklusi terjadi pada semua lingkungan sosial anak, pada keluarga, pada kelompok
teman sebaya, pada sekolah, dan pada institusi-institusi kemasyarakatan lainnya.
Inklusi memang mengikut sertakan anak berkebutuhan khusus. Namun, secara luas inklusif
juga berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali, seperti:
1. anak yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa pengantar yang
digunakan di dalam kelas.
2. anak yang beresiko putus sekolah karena sakit, kelaparan atau tidak berprestasi
dengan baik.
3. anak yang berasal dari golongan agama atau kasta yang berbeda.
4. anak yang terinfeksi HIV atau AIDS, dan
5. anak yang berusia sekolah tetapi tidak sekolah.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan inklusi, yang membedakan dengan sistem integrasi, apalagi
segregasi adalah:
1. Semua anak, siapapun dia, memiliki hak untuk menempuh pendidikan di sekolah
mana pun, dan sekolah wajib menerima murid, siapapun dia.
2. Setiap anak/murid adalah individu yang unik, olehkarenanya, sistem pendidikan harus
dibuat fleksibel, memberikan kemungkinan pada guru untuk melakukan penyesuaian,
guna mengakomodasikan kebutuhan khusus setiap siswa.
3. Sistem pendidikan dalam suatu negara harus dibuat satu sistem, dan sistem
pendidikan untuk anak-anak yang menyandang kecacatan merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan umum tersebut; bukan terpisah atau khusus.
Guru-guru di sekolah umum harus memiliki wawasan dan keterampilan untuk mengajar
siswa, siapa pun dia. Itu sebabnya, pendidikan/pelatihan untuk guru harus melakukan
penyesuaian dengan sistem ini. Inklusi berarti bahwa sebagai guru bertanggung jawab untuk
mengucapkan bantuan dalam menjaring dan memberikan layanan pendidikan pada semua
anak dari otoritas sekolah, masyarakat, keluarga, lembaga pendidikan, layanan kesehatan,
pemimpin masyarakat, dan lain-lain.
Istilah inklusif dan eksklusif berkaitan dengan dunia pendidikan. Kata inklusif merujuk pada
penggambaran masyarakat yang terbuka pada keberagaman budaya. Inklusif menjelaskan
keterbukaan masyarakat pada toleransi, menerima, dan berinteraksi dengan budaya lain.
Selain kata inklusif, ada juga kata eksklusif.
Mengutip dari gramedia.com, eksklusif kebalikan dari inklusif. Pengertian eksklusif yaitu
sekelompok masyarakat yang membatasi, memisahkan, hingga menutup diri dari luar.
Kelompok eksklusif ini membatasi diri pada kelompok lain.
Pengertian Inklusif
Definisi inklusif menurut KBBI adalah termasuk atau terhitung. Kata inklusif berasal dari
bahasa Inggris yaitu "inclusion", yang artinya mengajak masuk atau mengikutsertakan.
Sedangkan kata eksklusif berasal dari "exclusion", yang artinya mengeluarkan atau
memisahkan.
Inklusif adalah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan lingkungan yang lebih
terbuka. Berdasarkan buku Pengembangan Kurikulum dan Implementasi Pendidikan Inklusi
di Sekolah Dasar, inklusif bertujuan untuk mengajak dan ikut serta semua orang yang
memiliki latar belakang berbeda.
Sikap inklusif bermanfaat untuk menerapkan dan memahami masalah. Inklusif ini bertujuan
untuk mengajak dan ikut serta dalam lingkungan. Kelompok masyarakat inklusif akan
terbuka dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Contoh sikap inklusif di
lingkungan yaitu sikap hormat pada lebih tua dan menghargai ke yang lebih muda.
Pada dasarnya sikap inklusif membantu menjaga hubungan antar manusia. Sikap ini perlu
diterapkan untuk memahami perbedaan etnis, budaya, latar belakang, status, hingga
karakteristik. Menurut Marriam D.Skrdjen menjelaskan tujuan pendidikan inklusif, yaitu
mengurangi kekhawatiran, membangun, loyalitas dalam persahabatan, sikap membangun,
dan menghargai.
Manfaat Inklusif
Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Menurut UU
Nomor 20 Tahun 2003, pasal 5 ayat 1 berbunyi 'bahwa setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang merata dan berpengaruh pada pengembangan
pendidikan'. Pendidikan inklusif penting untuk menekan sikap anti diskriminasi, perjuangan
hak dan kewajiban, serta kualitas pendidikan. Anak-anak berhak mendapatkan perkembangan
dan kemajuan pendidikan. ‘
Sosialisasi terbatas
Penyelenggaraan pendidikan yang relative mahal
Bebas bersaing
Egoistik, menumbuhkan kesenjangan kualitas pendidikan
Efektif dan efisien untuk kepentingan individu
Menumbuhkan disintegrasi
Tidak terikat
Mahal dan butuh fasilitas banyak Spesifik dan spesialis
Memperlemah persatuan nasional
Potensial untuk pengembangan otonomi
Dibandingkan dengan sistem segregasi, sistem integrasi ini merupakan suatu kemajuan, yaitu:
Keuntungan dari pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus maupun anak pada umumnya
dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di
masyarakat, dan kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-masing.
KESIMPULAN
Dengan adanya sistem pendidikan Segregasi, integrasi, dan Inklusi, para siswa yang
mempunyai disabilitas dapat menentukan alternatif sistem yang tepat untuk mendapatkan
haknya dalam memperoleh pendidikan. Sebagai pendidik, seharusnya berusaha untuk dapat
mendidik para siswanya baik itu dengan disabilitas ataupun yang tidak. Karena, pada
dasarnya tidak ada manusia yang sempurna.
Dikarenakan siswa tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk
dapat bergabung dalam masyarakat maka diperlukan sistem yang mengajarkan berinteraksi
dengan teman-teman sebaya ataupun yang lain.