Anda di halaman 1dari 8

TEORI BELAJAR JEROME BRUNER

Handout
Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran

Dosen :
Riri Aisyah, M.Pd
Imelda Helsy, M. Pd

Disusun oleh :
Kelompok 1/Pendidikan Kimia/4B
 Dini Rahmani (1182080014)
 Hinda Sri K. (1182080022)
 Laelatul Fitri (1182080026)
 Selviani Iqlima (1182080056)
 Yurra Dhia Shidqi (1182080074)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020
A. Teori Belajar Menurut J. Bruner

Jerome Bruner (1915), seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi
belajar kognitif, yang menjabat sebagai direktur pusat untuk studi kognitif di Harvard
University. Teori Bruner tidak mengembangkan suatu teori bulat tentang belajar
sebagaimana yang dilakukan oleh Robert M. Gagne. Refleksinya berkisar pada
manusia pengolah aktif terhadap informasi yang diterimanya untuk memperoleh
Pemahaman.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap


yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu; enactive, iconic, dan
symbolic.
1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya
imtuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia
sekitamya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui
gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2. Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi).
3. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-
gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan
sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan
sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik
dalam proses belajar.

Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan


cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap
perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral
curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro,
menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi
secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama
dalam cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari umum ke rinci yang
dikemukakannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian
antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang
belajar.

Demikian juga model pemahaman konsep dari Bruner(dalam Degeng, 1989),


menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua
kcgiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda
pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan
contoh-contoh (objck-objek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan
menggunakan dasar kriteria tertentu. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep
sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep adalah sebaliknya,
yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori baru. Jadi merupakan tindakan
penemuan konsep.

B. Ciri Khas Teori Pembelajaran menurut Bruner

1. Empat Tema tentang Pendidikan


Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini
perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat,
bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan
satu dengan yang lain.Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut
Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih
sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-
ketrampilan yang lebih tinggi.Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam
proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada
formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui
apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.Tema
keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang
tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2.       Model dan Kategori


Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi.
Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu
proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa
orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak
hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini
mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi
dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan
membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan
hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.   

3. Belajar sebagai Proses Kognitif


Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu menurut
Bruner, murid mengorganisir bahan yang dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori
ini disebutnya dengan discovery learning, atau dengan kata lain bagaimana cara
orang memilih mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif, dan
inilah menurut Bruner inti dari belajar. Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga
tahap, yaitu:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi
yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama, memperluas dan
memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru bertentangan dengan
informasi yang lama.
2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, yaitu informasi harus dianalisis
dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konsetual agar
dapat digunakan dalam hal lebih luas.
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap
ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui mana-
mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala-gejala lain.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori J. Bruner

 Kelebihan Teori Bruner


1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar
sudah bermakna.
2. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan
mudah diingat.
3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah
sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat
mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
4. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan
sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam
menciptakan motivasi belajar.
6. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir
secara bebas.

 Kekurangan Teori Bruner


1. Teori belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan
kematangan mental. Peserta didik harus berani dan berkeinginan
mengetahui keadaan disekitarnya. Jika tidak memiliki keberanian dan
keinginan tentu proses belajar akan gagal.
2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau
kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan
dan kekaburan atas materi yang dipelajari.

D. Implikasi Teori Belajar J. Bruner

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara


menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari serta disebut discovery
learning. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda
berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran
didasarkan kepada merangsang siswa  menemukan konsep yang baru dengan
menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.
Pengetahuan itu adalah proses bukan suatu produk yang lahir begitu
saja dari diri seseorang proses belajar discovery Bruner memberikan
kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan
atau kelompok, dalam suatu tanya jawab dengan guru, atau oleh guru, atau
oleh siswa-siswa lain untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

Dengan demikian proses belajar discovery jelas, bahwa peranan guru


lain sekali bila dibandingkan dengan peranan guru yang mengajar secara
klasikal dengan metode ceramah.

Dalam proses belajar ini guru tidak begitu mengendalikan proses


belajar mengajar. Hal ini dapat terlihat dari peranan seorang guru dalam
belajar discovery berikut:

1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu


berpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diketahui oleh siswa,
baik secara kelompok maupun secara individu.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para
siswa untuk memecahkan masalah. Berupa:
a. Menggunakan fakta-fakta yang belawanan.
b. Menggunakan hal yang sudah dikenali oleh siswa.
c. Siswa akan merasa ragu dengan jawaban sehingga lahirlah
hipotesis siswa.
d. Menemukan konsep atau teori dari masalah yang sesungghnya.
3. Memperhatikan tiga hal, berupa cara enaktik (berifat manupulatif),
ikonik (bersifat latar belakang kemampuan internal siswa), dan cara
simbolik (berdasarkan media berpikir)
4. Jika dilakukan di Labolatorium, maka guru adalah sebagai
pembimbing (tutor) atau fasilitator siswa.
5. Menilai hasil belajar, setelah adanya proses penarikan kesimpulan dari
guru secara keseluruhan. Memberikan motivasi kepada siswa untuk
terus mencari dan berpikir terhadap materi-materi yang dipandang
belum diketahui. Meber penghargaan yang berhasil dan memotivasi
bagi yang kurang beruntung.

Adapun implikasi dari konsep belajar menurut Bruner terhadap siswa,


yaitu :
1. Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu
masalah
2. Anak akan berusaha membandingkan realita diluar dirinya dengan modal
mental yang telah dimilikinya
3. Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaik-an atau
mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk
mencapai keseimbangan di dalam benaknya
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas,dkk. 2007. Pengembagan Pembelajaran Simetri Lipat


SD. Jakarta : Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. (online),
(http://newbornagain.wordpress.com), diakses 10 Maret 2020.
Dahar, R. Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pemebelajaran. Bandung:
ProsPect Bandung.

Anda mungkin juga menyukai