Anda di halaman 1dari 13

PSYCHOLOGY UMUM

TEORI KOGNITIF JEROME BRUNER

Disusun oleh Kelompok 2 :

Annisa Erladestami 5161111109

Diah ayu Cahya Ningsih 5161111088

Hastiningtyas Evita 5161111096

Luvi Rismawati 5161111110

Nurlaila Fahrunnisa 5161111092

Pricilla Inge Ghearanchika 5161111118

Riri Haryati 5161111115

Disususn Guna Memenuhi Tugas Psikologi Umum

Dosen Pengampu : Aneke Dewi Rahayu, S.Psi, Ma.,Psi

PROGRAM STUDI PSYCHOLOGY

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2016
PEMBAHASAN

A.    Konsep Belajar Dan Biografi Jerome Bruner


           Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi
yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses
pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner bersetuju dengan Piaget bahwa perkembangan
kognitif kanak-kanak adalah melalui peringkat-peringkat tertentu. Walau bagaimanapun,
Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan yaitu mengolah apa yang diketahui
pelajar itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada prinsip konstruktivisme).
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi
belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang
demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam
mempelajarai manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta
informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme
instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam
didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu
diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh
bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung
pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem
simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan
kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain
tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek
transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir
secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah. Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:
1)      Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari
segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.
2)      Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian,
ekonomi dan kuasa.
3)      Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal, dengan
memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi
pelajaran dan perbedaan individu.
4)      Bentuk dan pemberian reinforsemen.
Beliau berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Kanak-kanak membentuk konsep dengan mengasingkan
benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbezaan. Selain itu, pengajaran didasarkan
kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan sedia ada.
Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat
mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori
segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan
tertentu.
Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah:
1.      tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru
2.      tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru
serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain,
dan
3.      evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar
atau tidak.
Dalam proses belajar ketiga tahapan ini selalu terdapat. Yang menjadi masalah ialah
berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap tahapan tidak selalu
sama. Hal ini antara lain juga tergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar,
minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Konsep ini juga
menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal
peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar diberikan dikelas. Pengalaman yang
diberikan dalam pembelajaran harus bersifat penemuan yang memungkinkan peserta didik
dapat memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumya.
Oleh karena itu, konsep pembelajaran ini secara sadar mengembangkan proses belajar
siswa yang mengarah kepada aspek jiwa dan aspek raga. Sesuai dengan pengertian belajar itu
sendiri yaitu serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah ;laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan linkungannya yang
menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotorik.

B.     Tokoh Serta Pemikiran Belajar Penemuan  Menurut Jerome Bruner


Tokoh yang mencetuskan konsep belajar penemuan (discovery) ini yaitu Jerome Bruner
beliau dilahirkan pada tahun 1915. Jerome Bruner, bertugas sebagai profesor psikologi di
Universiti Harvard di Amerika Syarikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran
Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur
Projek Madison di Amerika Syarikat.  Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi
di Universiti Oxford di England.
Jerome Bruner (1966) adalah seseorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam
studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif menusia sebagai
berikut:
1.      Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu
rangsangan.
2.      Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan system penyimpanan informasi
secara realis.
3.      Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri
sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan
dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
4.      Interaksi secara systematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak
diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
5.      Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi
antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa
diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
6.      Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa
alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang
berurutan dalam berbagai situasi.
Teori fre discovery learning bertitik tolak pada teori belajar kognitif, yang menyatakan
belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan ini tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori kognitif ini adalah setiap
orang memiliki telah memiliki pengetahuan dan penglaman dalam dirinya. Pengalaman dan
pengetauan ini tertata dalam bentuk struktur kognetif. Proses belajar akan berjalan dengan
baik apabila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambungan) secara ‘klop’ dengan
struktur kognetif yang sudah dimilki oleh peserta didik.

Menurut Bruner perkembangan kognetif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
1.      Tahap enaktif
Pada tahap ini anak didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami
lingkungan. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu
realitas. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan
motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
2.      Tahap ikonik
Pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan
(tampil) dan perbandingan (komparasi).
3.      Tahap simbolik
Pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem
symbol. Semakin dewasa seseorang maka system symbol ini semakin dominan. Peserta didik
telah mampu memahami gagasan-gagasan abstrak. Peserta didik membuatabstraksi berupa
teoti-teori, penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan
dialami.
Menurut Bruner belajar untuk sesuatu tidak tidak usah ditunggu sampai peserta didik
mencapai tahap perkembangan tertentu.yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan
baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan kognetif seseorang
dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
Artinya menunutut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar terbaik menurut Bruner
ini adalah dengan memahami konsep arti, dan suatu kesimpulan (free discovery lerning).
Atau dapat dikatangan sebagai belajar dengan menemukan (discovery).
C.    Ciri-ciri Belajar Penemuan  Menurut Jerome Bruner
Dari penjelasan tentang kensep Belajar penemuan menurut Jerome Bruner di atas
tentu teori  ini memiliki perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan konsep atau teori belajar
yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh lain. Diamana dalam konsep belajar penemuan menurut
Jerome Bruner ini  seseorang anak didik tidak saja dituntut untuk bisa menerima pengetahuan
saja, tapi tuntut untuk bisa mengolah dan bahkan mengevaluasi serta mengembngkan
pengetahuan tersebut.  Jadi, secara umum terdapat dua ciri konsep belajar penemuan Jerome
Bruner ini, yaitu:
1. Tentang (discovery) itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, diamana
teori ini mengarahkan agar peserta didik mendiri dalam menemukan, mengolah, memilah dan
dan mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar
berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya seperti teori discovery
Bruner ini.
2. Konsep kurikulum spiral merupakan cirri khas dari teori discovery Jerome Bruner ini.
Dimana dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan
yang sama namun diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam. Seperti
pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang di ajarkan pada sekolah dasar (SD)
kemudian ilmu penegtahuan tersebut masih dapat diajarkan di perguruan Tinggi seperti
Psikologi Belajar. Psikologi belajar merupakan pengetahuan yang sama dengan Ilmu
Pengetahuan Sosial  (IPS) namun pembahasan psikologi belajar lebih mendalam.

D.    Kelebihan dan kelemhan Belajar Penemuan  Menurut Jerome Bruner


Setiap sesuatu itu memilki kelebihan dan kelemahan begitu juga dengan teori
penemuan menurut Jerome Bruner. Sebagaimana dijelaskan Syaiful Bahri Djamarah, dalam
bukunya Psikologi belajar, bahwa teori-teori belajar yang baru hadir di mengisi lembaran
sejarah dalam dunia pendidikan,  tapi perlu dipahami setiap teori belajar tersimpan
kelemahan dibalik kelebihannya.
            Menurut syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya strategi belajar
mengajar menjelaskan bahwa kelebihan dan kelemahan konsep ini yaitu belajar mengajar
konsep ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognetif. Kelemahannya adalah
memakan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat
menjerumus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
            Penggunaan konsep discovery ini berusaha meningkatkan aktivitas belajar, maka
konsep ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Konsep ini membantu peserta didik mengembangkan bakatnya, membentuk sifat kesiapan
serta kemampuan keterampilan dalam proses kognitif peserta didik.
2. Peserta didik memndapatkan pengetahuan yang bersifat pribadi sehingga pengetahuan
tersebut dapat bertahan lama dalam diri peserta didik.
3. Konsep ini memberikan semangat belajar peserta didik, diamana dengan konsep belajar
mencari dan menemukan pengetahuan sendiri tentu rasa ingin tau itu timbul sehinnga
akan membentuk belajar yang ikhlas dan aktif.
4. Konsep ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menegembangkan
kemampuannya dan keterampilannya sendiri sesuai dengan bakat dan hobi yang
dimilikinya.
5. Konsep ini mampu membantu cara belajar peserta didik yang baik, sehingga peserta
memiliki motivasi yang kuat untuk tetap semangat dalam belajar.
6.  Memberikan kepercayaan tersendiri bagi peserta didik karena mampu menemukan,
mengolah, memilah dan mengembangkan pengetahuan sendiri.
7.  Konsep ini berpusat pada peserta didik, dan guru hanya membantu saja.

Adapun kelemahan konsep belajar penmuan menurut Jerome Bruner, yaitu:


1.     Konsep belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan
mental. Peserta didik harus berani dan berkeinginan mengetahuai keadaan disekitarnya. Jika
tidak memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan gagal.
2.      Konsep ini kurang berhasil apabila di laksanakan didalam kelas yang besar.
3.     Konsep ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/pembentukan sikap dan keterampila bagi peserta didik.
4.     Konsep ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk bepikir secara kretaif.

Dari beberapa penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan konsep penemuan menurut
Jeromi Bruner, tentu kita harus mampu mempergunakan konsep belajar ini sesuai dengan
keadaan dan tempatnya, sehingga nantinya dapat memaksimalkan penggunaaan konsep ini
dan tidak terjadinya kegalalan pembelajaran karena salah dalam penggunaannya.
E.     Implikasi Konsep Belajar Penemuan Menurut Jerome Bruner Dalam Kegiatan
Pembelajaran.

Meneurut Syiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain impliklasi konsep belajar discovery
dalam  pembelajaran yaitu:
1.      Simulation, guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh
anak didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuata uraian permasalahan.
2.      Problem Statement, anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan.  Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel
untuk dipecahakan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statemen) sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang di ajukan.
3.      Data collection, Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (Collection) berbagai
informasi yang relavan, membaca literature,m mengamati obyek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
4.      Data prossesing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara observasi, dan
sebagainya, semunya diolah, diacak, diklasifikasikn, ditabulasi, bahkan apabila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5.      Verfication, atau pembuktian. Berasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6.      Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan verfikasi tadi, anak didik belajar
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.

System belajar yang dikembangkan Brunner ini menggunakan landasan pemikiran


pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar cara ini lebih mudah dihapal dan diingat, mudah
dtransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didikbersangkutan
lebih jauhdapat menumbuhkan motivasi instrik, karena anak merasa puas atas
penggunaannya sendiri.

            Kemudian Oemar Halik dalam bukunya perencanaan  Pengajaran Berdasarkan


Pendekatan Sistem, menjelaskan konsep belajar penemuan Jerome Bruner dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran dalam bentuk pendekatan komunikasi satu arah dan
komunikasi dua arah, tergantung pada besarnya kelas.

1.            Sistem satu arah (ceramah Reflektif)


      Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah (penuangan/expotision) yang
dilakukan oleh guru. Struktur penyajiaannya dalam bentuk usaha merangsang siswa
melakukan proses penemuan (discovery) didepan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan
kemudian memecahkan masalah-masalah tersebut melalui discovery. Caranya adalah
mengajukan pertanyaan kepada kelas, memberikan kesempatan kepada kelas untuk
melakukan refleksi. Selanjutkan guru menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan itu. Dalam
prosedur ini guru tidak menentukan/menunjukkan aturan-aturan yang harus digunakan oleh
siswa. Guru mengharapkan agar siswa secara keseluruhan berhasil melibatkan dirinya dalam
proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya
secarareflektif. Dalam eadaan ini, sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa adanya penyajian
oleh guru. Penggunaan discovery dalam kelompok kecil sangat bergantung pada kemampuan
dan pengalaman guru sendiri, serta waktu dan kemampuan mengantisifikasi kesulitan siswa.
2. System dua arah.
Melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan
discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/benar. Sekalipun di dalam
kelas yang terdiri dari 20-3o orang siswa. Hanya beberapa orang saja yang benar-benar
melakukan discovery, sedangkan yang lainnya berpartisipasi dalam proses discovery
misalnya dalam system ceramah reflektif. Dalam kelompok yang lebih kecil, guru dapat
melibatkan hamper semua siswa dalam prose situ. Dalam system ini guru perlu memilki
keterampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan –kesulitan siswa dan
memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Namun demikian, tidak
berarti guru menggunakan metode ceramah reflektif sebagaimana halnya pada strategi diatas.
Adapun Menurut Ahmad Sabri pendekatan ini merupakan pendekatan mengajar yang
mberusaha meletakkan dasar dan mengembangan berpikir cara ilmiah. Pendekatan ini
menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam
memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar. Peranan
guru dalam pendekatan ini adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama
guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh
siswa sendiri. Tiugas beriutnya dari guru adlah menyediakan sumber belajar bagi siswa
dalam memecahkan masalah. Sudah tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap
diperlukan, namun campur tangan interverensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan
masalah, harus dikurangi.
Pendekatan ini merupakan pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk
dilaksanakann disetiap sekolah. Adanya tuduhan sekolah menciptakan kultur bisu, tiak akan
terjadi apabila pendekatan inidigunaka. Selanjutnya Ahmad Sabri menambahkan bahwa ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendekatan ini.
a)      Guru harus terampil memilih persoalan yang relavan untuk diajukan kepada kelas
(persoalan yang bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan
sesuai dengan nalar siswa.
b)      Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan penciptaan situasi belajar
yang menyenangkan.
c)      Adanya faslitas dan sumber belajar yang cukup lengkap sehingga dapat memfalisitsi
pendekatan ini.
d)     Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya dan berdiskusi.
e)      Partisipasi seto\iap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan
f)       Guru tidak banyak campurtangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.

Serta ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan ini, yakni:
a)      Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa.
b)      Menetapkan jawaban sementara atau yang lebih lebih dikenal dengan istilah hipiotesis.
c)      Siswa mencari informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahn atau
hipotesis.
d)     Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.
e)      Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Dari beberapa penjelasan para pakar tentang bagaimana pengaplikasian konsep
penemuan menurut Jerome Bruner diatas, tentu dapat dipahami bahwa ada beberapa hal yang
benar-benar harus disiapkan dalam pengaplikasian. Karena konsep ini dalam pengpliksiannya
di dalam pembelajaran memerlukan persiapan dari segi fsilitas, guru dan juga muridnya.
Penerapan Model  Kognitif dalam pembelajaran:
Belajar Karakteristik Teori Penerapan Dalam pembelajaran

Kognitif Model ini sangat1.   Menentukan tujuan-tujuan instruksional


Bruner membebaskan peserta2.   Memilih materi pelajaran
didik untuk belajar3.   Menentukan topik-topik yang akan dipeserta didiki
sendiri. Teori ini4.   Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang
mengarahkan peserta dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
didik untuk belajar5.   Mengatur topik peserta didik  dari konsep yang paling
secara discovery kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke
learning. kompleks
6.   Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Bermakna Dalam aplikasinya1.   Menentukan tujuan-tujuan instruksional
Ausubel menuntut peserta2.   Mengukur kesiapan peserta didik (minat, kemampuan,
didik belajar secara struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw,
deduktif (dari umum pertanyaan dll.
ke khusus) dan lebih3.   Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk
mementingkan aspek penyajian konsep-konsep kunci
struktur kognitif4.   Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai
peserta didik peserta didik dari materi tsb.
5.   Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang
apa yang harus dikuasai pesertadidik
6.   Membuat dan menggunakan “advanced organizer”
paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap
materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian
singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi
yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan
7.   Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan
memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep
yang ada
8.   Mengevaluasi proses dan hasil belajar
KESIMPULAN

Menurut Bruner perkembangan kognetif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik yaitu,
tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik.

Ada tiga tahapan konsep penemuan Jerome Bruner tersebut saling berkaitan. Yaitu:
1.      Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
2.      Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
3.      Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Secara umum terdapat dua ciri konsep belajar penemuan Jerome Bruner ini, yaitu:
1.      Tentang (discovery) itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, diamana teori
ini mengarahkan agar peserta didik mendiri dalam menemukan, mengolah, memilah dan dan
mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar
berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya seperti teori discovery
Bruner ini.
2.      Konsep kurikulum spiral merupakan cirri khas dari teori discovery Jerome Bruner ini.
Dimana dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan
yang sama namun diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam.
Kelebihan dan kelemahan konsep ini yaitu belajar mengajar konsep ini sangat cocok untuk
materi pelajaran yang bersifat kognetif. Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup
banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjerumus kepada kekacauan
dan kekaburan atas materi yang dipelajari
Impliklasi konsep belajar discovery dalam  pembelajaran yaitu: Simulation, Problem
Statement, Data collection, Data prossesing, Verfication, atau pembuktian. Generalization.
DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rienika Cipta, 2005.


Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2005.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2008
Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002.
http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-belajar-
penemuan%E2%80%9D/

Anda mungkin juga menyukai