2016
PEMBAHASAN
Menurut Bruner perkembangan kognetif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
1. Tahap enaktif
Pada tahap ini anak didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami
lingkungan. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu
realitas. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan
motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
2. Tahap ikonik
Pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan
(tampil) dan perbandingan (komparasi).
3. Tahap simbolik
Pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem
symbol. Semakin dewasa seseorang maka system symbol ini semakin dominan. Peserta didik
telah mampu memahami gagasan-gagasan abstrak. Peserta didik membuatabstraksi berupa
teoti-teori, penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan
dialami.
Menurut Bruner belajar untuk sesuatu tidak tidak usah ditunggu sampai peserta didik
mencapai tahap perkembangan tertentu.yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan
baik maka dapat diberikan kepadanya. Dengan kata lain perkembangan kognetif seseorang
dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan belajar yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
Artinya menunutut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar terbaik menurut Bruner
ini adalah dengan memahami konsep arti, dan suatu kesimpulan (free discovery lerning).
Atau dapat dikatangan sebagai belajar dengan menemukan (discovery).
C. Ciri-ciri Belajar Penemuan Menurut Jerome Bruner
Dari penjelasan tentang kensep Belajar penemuan menurut Jerome Bruner di atas
tentu teori ini memiliki perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan konsep atau teori belajar
yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh lain. Diamana dalam konsep belajar penemuan menurut
Jerome Bruner ini seseorang anak didik tidak saja dituntut untuk bisa menerima pengetahuan
saja, tapi tuntut untuk bisa mengolah dan bahkan mengevaluasi serta mengembngkan
pengetahuan tersebut. Jadi, secara umum terdapat dua ciri konsep belajar penemuan Jerome
Bruner ini, yaitu:
1. Tentang (discovery) itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, diamana
teori ini mengarahkan agar peserta didik mendiri dalam menemukan, mengolah, memilah dan
dan mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar
berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya seperti teori discovery
Bruner ini.
2. Konsep kurikulum spiral merupakan cirri khas dari teori discovery Jerome Bruner ini.
Dimana dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan
yang sama namun diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam. Seperti
pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang di ajarkan pada sekolah dasar (SD)
kemudian ilmu penegtahuan tersebut masih dapat diajarkan di perguruan Tinggi seperti
Psikologi Belajar. Psikologi belajar merupakan pengetahuan yang sama dengan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) namun pembahasan psikologi belajar lebih mendalam.
Dari beberapa penjelasan tentang kelebihan dan kelemahan konsep penemuan menurut
Jeromi Bruner, tentu kita harus mampu mempergunakan konsep belajar ini sesuai dengan
keadaan dan tempatnya, sehingga nantinya dapat memaksimalkan penggunaaan konsep ini
dan tidak terjadinya kegalalan pembelajaran karena salah dalam penggunaannya.
E. Implikasi Konsep Belajar Penemuan Menurut Jerome Bruner Dalam Kegiatan
Pembelajaran.
Meneurut Syiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain impliklasi konsep belajar discovery
dalam pembelajaran yaitu:
1. Simulation, guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh
anak didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuata uraian permasalahan.
2. Problem Statement, anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel
untuk dipecahakan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statemen) sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang di ajukan.
3. Data collection, Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (Collection) berbagai
informasi yang relavan, membaca literature,m mengamati obyek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
4. Data prossesing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara observasi, dan
sebagainya, semunya diolah, diacak, diklasifikasikn, ditabulasi, bahkan apabila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verfication, atau pembuktian. Berasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau
informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan verfikasi tadi, anak didik belajar
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
Serta ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan ini, yakni:
a) Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa.
b) Menetapkan jawaban sementara atau yang lebih lebih dikenal dengan istilah hipiotesis.
c) Siswa mencari informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahn atau
hipotesis.
d) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.
e) Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Dari beberapa penjelasan para pakar tentang bagaimana pengaplikasian konsep
penemuan menurut Jerome Bruner diatas, tentu dapat dipahami bahwa ada beberapa hal yang
benar-benar harus disiapkan dalam pengaplikasian. Karena konsep ini dalam pengpliksiannya
di dalam pembelajaran memerlukan persiapan dari segi fsilitas, guru dan juga muridnya.
Penerapan Model Kognitif dalam pembelajaran:
Belajar Karakteristik Teori Penerapan Dalam pembelajaran
Menurut Bruner perkembangan kognetif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik yaitu,
tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik.
Ada tiga tahapan konsep penemuan Jerome Bruner tersebut saling berkaitan. Yaitu:
1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
2. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
3. Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Secara umum terdapat dua ciri konsep belajar penemuan Jerome Bruner ini, yaitu:
1. Tentang (discovery) itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, diamana teori
ini mengarahkan agar peserta didik mendiri dalam menemukan, mengolah, memilah dan dan
mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar
berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya seperti teori discovery
Bruner ini.
2. Konsep kurikulum spiral merupakan cirri khas dari teori discovery Jerome Bruner ini.
Dimana dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan
yang sama namun diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam.
Kelebihan dan kelemahan konsep ini yaitu belajar mengajar konsep ini sangat cocok untuk
materi pelajaran yang bersifat kognetif. Kelemahannya adalah memakan waktu yang cukup
banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjerumus kepada kekacauan
dan kekaburan atas materi yang dipelajari
Impliklasi konsep belajar discovery dalam pembelajaran yaitu: Simulation, Problem
Statement, Data collection, Data prossesing, Verfication, atau pembuktian. Generalization.
DAFTAR PUSTAKA