: 1,5 6 tahun
: 6 12 tahun
: 12 tahun ke atas
Dalam peringkat sensomotorik (0 - 1,5 tahun) aktivitas kognitif berpusat pada alat
indera (sensori) dan gerak (motor). Artinya dalam peringkat ini anak hanya mampu
melakukan pengenalan lingkungan melalui alat inderanya dan pergerakannya.
Dalam pringkat pre-operasional (1,5 6 tahun), anak telah menunjukkan aktifitas
kognitif dalam menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berpikirnya belum
belum mempunyai system yang terorganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas
dilingkungan dengan menggunakan tanda tanda dan symbol. Cara berpikir anak pada
peringkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis.
Dalam pringkat concrete operational (6 12 tahun) anak telah dapat membuat
pemikiran tentang situasi atau hal konkrit secara logis. Perkembangan kognitif pada
peringkat operasi konkret, memberikan kecakapan anak untuk berkenaan dengan konsepkonsep klasifikasi, hubungan dan kuantitas.
Konsep klasifikasi: kecakapan anak untuk melihat secara logis persamaan-persamaan
suatu kelompok objek dan memilihnya berdasarkan cirri-ciri yang sama.
Konsep hubungan: kenmatangan anak memahami hubungan anak antara suatu perkara
dengan perkara laainnya.
Konsep kuantitas: kesadaran anak bahwa suatu kuantitas akan akan tetap sama meskipun
bentuk fisiknya berubah, asalkan tidak ditambah atau dikurangi.
Peringkat formal operational (12 tahun keatas), perkembangan kognitif ditandai
dengan kemampuan individu untuk berpikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta,
memahami konsep abstrak dan mempertimbangkan kemungkinan cakupan yang luas dari
perkara yang sempit. Perkembangan kognitif pada tingkat ini merupakan cirri
perkembangan remaja dan dewasa menuju kearah proses berpikir dalam tingkat yang
lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah (problem
solving).
2. Teori Belajar Bruner
Salah satu teori belajar kognitif yang sangat berpengaruh adalah teori Jerome
Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning).
Menurut Bruner belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka
memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk
memperoleh struktur informasi, peserta didik harus aktif dimanamereka harus
mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar menerima
penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong
peserta didik untuk melakukan kegiatan penemuan.
Selain ide tentang belajar penemuan (discovery learning). Bruner juga berbicara
tentang adanya pengaruh kebudayaan tentang tingkah laku seseorang. Bruner menyatakan
bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat lingkungan. Pertama tahap enaktif, dimana individu melakukan aktifitas
dalam upaya memahami lingkungannya. Kedua tahap ekonik,dimana individu melihat
dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Ketiga tahap simbolik, dimana
individu mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika
berpikirnya. Komunikasi dalam hal ini dilakukan dengan pertolongan system symbol.
3. Teori Belajar Ausubel
Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational Psyichology: A Cognitive
View mengatakan bahwa:
the most important single factor influencinglearning is what the learner already
knows. Ascertain this and tech him accordingly
Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti teori belajarnya, yaitu belajar
bermakna. Jadi agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau pengetahuan baru
harus dikaitkan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif belajar.
Perkembangan kognitif
Benda konkrit
Keaktifan
Keterlibatan langsung/pengalaman
Penyederhanaan materi
Pemahaman belajar
7. Perbedaan individual