DOSEN PENGAMPU :
MATA KULIAH :
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Jurusan/Semester : BKI-1/II
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji adalah milik Allah Swt. Kita memuji, memohon pertolongan, serta
ampunan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Saw, penuntun jalan kebenaran, teladan bagi umat Islam, dan rahmad
bagi seluruh alam.
Dengan segala pengharapan dan do’a semoga pemakalah rekayasa ide ini
dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bagian ini dikaji tantang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan
aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Mesing-
masing teori pendidikan memiliki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang
professional akan dapat akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan
tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, karakteristik materi pelajaran tujuan
tertentu, dengan cirri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan
sertasarana dan prasarana yang tersedia.
A. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Teori Kognitif?
2. Bagaimana Tahap-tahap Perkembangan Teori Kognitif?
B. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Teori Kognitif
2. Agar Mengetahui Tahap-tahap Perkembangan Teori Kognitif
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A. Teori Kognitif
1
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia Learning Center. 2016. hlm:26- 27
Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang
masih sederhana.
Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah
dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. 4. Tahap formal – operational, yakni
perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang
terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola
pikir “kemungkinan”. Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan
lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan
informasi yang baru diterima.Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan
pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus mengembangkan dan
menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat
dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang
dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan intelek
seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi
Discovery learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut:
• Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-
curiousity(keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.
• Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang ada.
Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan pengenalan.
• Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan secara
enaktif, ekonik, dan simbolik.
• Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional
sebagai arah informatif.
• Kreatifitasmetaforik dan creativeconditioning yang bebas dan bertanggung jawab
memungkinkan kemajuan.
Brunern menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga
cara atau bentuk, yaitu: enactive, iconic dan simbolic. Pembelajaran enaktif
mengandung sebuah kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam teori Piaget.
Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek –
melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik
sangat mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali (‘melakukan’
kecakapan tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas
tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran.
a.Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya.
b.Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
c.Suka memperhatikan sesuat lebih lama.
d.Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
e.Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
a.Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
b.Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih
kompleks.
c.Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
d.Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap
sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa
pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia
7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu
dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
PENERAPAN IDE
Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses
berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget
adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap
perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar
individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemapuan
mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan adalah tidak kuantitatif,
melainkan kualitatif.
Dengan ini semua, maka ditekankan piaget bahwa unsure bawaan dan unsure
pendidikan mempunyai pengaruh yang kuat. Unsure bawaan seperti keadaan fisik, susunan
syaraf dan jaringan otak anak mempunyai pengaruh kuat dalam perkembangan kognitif anak.
Dalam hal ini peran pendidik yang sangat membantu dan tidak dapat di abaikan dalam
menyediakan pengalaman yang menantang terjadinya proses ekuilibrasi. Pengetahuan baru
yang telah dikonstruksikan perlu dilatih dengan pengulangan agar semakin berarti dan
tertanam.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat
hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat
belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, Budi. 2004. Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, Sidoarjo:
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.