Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIF

DOSEN PENGAMPU: BU RURI NURUL AENI WULANDARI

NAMA KELOMPOK 4:

ELYSA ALVIANA SAPUTRI (22080314106)

IVA DEWI SAFITRI (22080314107)

ALLIN RETNO SIAMINDARI (22080314131)

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT,yang telah melimpahkan


segala karunianya kepada kami semua,Sehingga dalam kesempatan kali ini kami
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Dasar Kependidikan. Sholawat serta
salam kami sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW,yang telah membawa
kita semua kepada alam yang penuh pengetahuan,sehingga pada saat ini kami
dapat mengerti dan memahami dalam penyusunan makalah ini.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu dosen Mata Kuliah Teori Belaja
“Ruri Nurul Aeni Wulandari” Yang telah memberikan pengarahan kepada kami
dalam penyusunan makalah ini. Kami sebagai penyusun disini mengucapkan
mohon maaf sebesar-besarnya atas penyusunan makalah ini,apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan kata maupun penyampaian materi. Karena kami juga
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. `
Kami sebagai penyusun berharap agar makalah ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya dan bisa bermanfaat bagi kita semua yang membaca dan
mengamalkan materi yang ada di dalamnya.

Surabaya, 16 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin “Cogitare” artinya berfikir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang
berhubungan atau melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang
empiris. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi popular
sebagai salah satu wilayah psikologi, baik psikologi perkembangan maupun
psikologi Pendidikan. Dalam psikologi, kognitif mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental manusia yang berhubungan
dengan masalah pengertian, pemahaman, mempertimbangkan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, berpikir, keyakinan dan sebagainya.

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Teori kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual. Teori belajar
kognitif memandang bahwa tingkah laku seseorang ditentukan persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai usaha untuk


mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh peserta didik. Keaktifan
itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah,
mencermati lingkungan, mempraktekan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.
para psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi /
pengetahuan baru.

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian – bagian dari suatu situasi
saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah – misahkan
atau membagi – bagi situasi / materi pelajaran menjadi komponen – komponen
yang kecil dan mempelajarinya secara terpisah, akan kehilangan makna. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek – aspek kejiwaan lainnya.
Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.

B. Rumusan masalah

a. Pengertian Teori Belajar Kognitif

b. Teori Kognitif Menurut Para Ahli

c. Implikasi Teori Kognitif Dalam Pembelajaran

d. Kekurangan dan Kelebihan Teori Kognitif

C. Tujuan

a. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Belajar Kognitif

b. Untuk Mengetahui Teori Kognitif Menurut Para Ahli

c. Untuk Mengetahui Implikasi Teori Kognitif Dalam Pembelajara

d. Untuk Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan Teori Kognitif


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang memiliki persamaan
dengan “knowing” yang berarti menegetahui. Dalam arti luas kognition/kognisi
adalah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan Nurhadi (dalam Muhibbin,
2005: 65). Teori belajar kognitif berbeda dengan toeri belajar behavioristik, teori
belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Dalam belajar tidak sekedar melibatkan antara stimulus dan respon sebagaimana
dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan meggunakan teori
kognitive lebih melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks (Nugroho,
2015:290).

Menurut Wilhelm Wundt (Bapak Psikologi) kognitif merupakan sebuah


proses aktif dan kreatif yang bertujuan membangun struktur melalui pengalaman-
pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang
aktif dan krataif yang kemudian disimpan di dalam memori (DiVesta, 1987).
Dalam teori ini menekankan bahwa perilaku sesesorang ditentukan oleh presepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.

Dijelaskan oleh Baharuddin dkk. (2008: 87) menurut aliran kognitif, belajar
adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan. Belajar melibatkan proses mental yang kompleks,
termasuk pada memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan problem
solving penjelasan tersebut dikemukakan oleh pakar psikologi kognitif modern
(Nugroho, 2015: 291). Menurut Martinus Yamin dkk, (2013:25) Model belajar
kognitif merupakan model pemrosesan pengetahuan dengan menyatakan bahwa
pengetahuan yang diterima terlebih dahulu akan disimpan pda pendaftar sensor.

Teori kognitivisme mengungkapakan bahwa belajar yang dilakukan individu


adalah hasil dari interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga
menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Pembelajaran dengan
teori kognitivisme terjadi dengan mengaktifkan indra siswa agar memperoleh
pemahaman. Pengaktifan indra dapat dilaksanakan dengan menggunakan media
atau alat bantu melaluui berbagai metode. Pendidikan menurut teori belajar
kognitif adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan menghasilkan individua tau peserta didik yang memiliki


kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
3. Latihan memecahkan masalah sering kali di lakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari
4. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai dengan dirinya
5. Guru hanya berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat
situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.

B. Teori Kognitif Menurut Para Ahli

Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif tampak dalam rumusan-rumusan


seperti : “tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh J. Piaget (1896-
1980), pemahaman konsep oleh Jerome Bruner (1915-2016), dan Advance
Organizer oleh David Ausubel (1918-2008). Berikut ni akan diuraikan lebih rinci
beberapa andangan dari tokoh-tokoh tersebut:

1. Jean Piaget (1986-1980)

Teori piaget adalah teori konflik sosiokognitif atau perkembangan kognitif yang
berkembang menjadi aliran kontrukstivistik. Menurut piaget melalui hasil
peneitihannya ada 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan dari kognitif,
yaitu:

a) Lingkungan fisik
b) Kematangan
c) Pengaruh sosial
d) Proses pengendalian diri.

Teori piget merupakan psikogenesis, yaitu pendapat bahwa pengetahuan berasal


dari individu dan terpisah dengan interaksi sosial, serta penciptaan makna/
pengetahuan merupakan akibat kematangan biologis.

Piaget sendiri mendeskripsikan proses atau perubahan strutur kognitif terjaddi


melalui adaptasi yang berimbang (ekuilirium) yang mencakup proses asimilasi
dan akomodasi. Pada awalnya piaget membagi proses kognitif menjadi tiga tahap,
yakni:

A. Proses asimilasi, yaitu penyatuan informasi baru ke struktur kognitf yang


sudah ada dalam benak anak.
B. Proses akomodasi, yaiu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru.
C. Proses akuilibrium, yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodasi. Dan jika tahapan ini berhasil maka akan diperoleh
keseimbangan pemikiran.

Namun pada akhirnya piaget membuat sebuah perubahan karena perubahan


struktur kognitif merupakan fungs dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut piaget sendiri, proses belajar
seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, yang artinya harus dilalui
berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada
di luar dari tahap kognitifnya. Piaget sendiri membagi tahap-tahap perubahan
kognitif menjadi 4, antara lain:

Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan

Sensorimotor 0 – 2 tahun  Berdasarkan tindakan


 Langkah demi langkah
Properasional 2 – 7/8 tahun  Penggunaan symbol/bahasa
tanda
 Konsep intiutif
Operasional 7/8 - 11/12  Pakai aturan jelas/logis
Kongkrit tahun  Revesibel da kekekalan

Operasional Formal 11/12 – 18  Hipotesis


tahun  Abstract
 Deduktif dan indiktuf
 Logis dan prbalitas

Penjelasan mengenai ciri pokok perkembangan kognitf

Tahapan Ciri-ciri

Sensorimotor Perkembangan mental ditandai oleh kemajuan


yag pesat dalam kemampuan bayi dalam
(membentuk
mengorganisasikan dan mengoordinasikan
pemahaman melalui
sensasi melalui gerakan dan tindakan fisik.
pengalaman indra dan
aksi fisik)

Pra-operasional Anak dapat membut imitasi yang secara tidak


lngsung dari bendanya sendiri, melakukan
(menceritakan dunia
ermainan simbolis,dapat menggambar realistis,
mengguakan kata dan
tetapi tidak proporsional, mengetahui bentuk-
gmbaran)
bentuk dasar geometris (bulat, bundar, persegi),
mulai menggunakan suara sebagai representasi
benda atau kejadian.perkemangan bahasa sangat
memperlancar perkembangan konseptual anak
dan juga perkembangan kognitif anak,
pemikiran anak berkembang pesat secara
bertahap kea rah tahap konsepualisasi, namun
belum bisa berpikir multidimensi. Anak masih
egoentris (belum bisa melihat dari prespektif
orang lain), adaptasi dilakukan tapa gambaran
yang akurat, dan belum mampu meniadakan
suatu tindkan dengan memikirkan tindakan
tersebut dalam arah yang sebaliknya.

Operasional konkret Logika tentang sifat timbal balik dan kekekalan,


melakukan klasifikasi, tidak lagi bersifat
(mengetahui alasan
egosentris, pikiran asih terbatas pada hal-hal
logis-rasional tentang
konkret, belum dapat memecahkan persoaan
kejadian konkret dan
yang abstrak.
dapat mengalompokan
benda)

Operasional formal Perkembangan nalar dan logika mulai


berkembang, asimilasi, dan akomodasi berperan
(mulai berpikir abstrak
membentuk skema yang lebih menyeluruh.
dan logis)
Mampu berpikir deduktif, induktif, dan
abstraktif.

2. Jerome Bruner (195-2016)

Jerome Bruner adalah seorang pengikut setia teoei kognitif, khususnya dalam
studi perkembangan fungsi kognitif. Jerome Bruner sendiri mengembangkan teori
miliknya yang disebut free discvery learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika pendidian memberika
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan (termasuk
konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang
menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.

Jerome Bruner menyatakan untuk menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya


jangan menggunakan penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kogntif pserta
didik. Menurut Jerome Bruner perkemangan kognitif seseorang terjadi melalui
tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu :

A. Tahap enaktif, yaitu seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam


upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Yang artinya dalam
memahami dunia sekitarnya anak enggunakan pengetahuan motoriknya.
Contoh: sentuhan, pegangan, gigitan, dan lain sebagainya.
B. Tahap ikonik, yaitu seseorang memahami obyek-obyek atau duniaya
melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Artinya, dalam
memahami dunia sekitar anak belajar melalui bentuk perumpamaan
(tampil) dan prbandingan (komporasi).
C. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-
gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi ole kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui symbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak system
simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan
system enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya system
enaktif dan ikonik dalam proses belajar.

3. Teori David Ausubel (1918-2008)

David Ausubel mengembangkan teori belajar bermakna dengan menjelaskan


bahwa bahan pelajaran akan lebih mudah dipahamim jika bahan ajar dirasakan
bermakna bagi peserta didik. Proses belajar terjadi jika peserta didik mampu
mangasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang
dipelajari (belajar mandiri bermakna/meaning full learning. Bahan ajar untuk
belajar bermakna harus sesuai dengan struktur keilmuan, serta memuat keterkaitan
seluruh bahan. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah “peta konsep”, yaitu bagan
atau struktur tentang keterkaitan seluruh konsep secara terpadu dan
terorganisasibaik secara hierarkis dan distributive. Adapun tahap-tahap terjadinya
proses belajar yaitu:

a. Memperhatikan stimulus yang diberikan


b. Memahami makna stimulus
c. Menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajrannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa,
dengan itu akan memengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Adapun
salah satu aplikasi teori belajar bermakna, yakni menggunakan “Advancd
Organizer”. Advanced Organizer adalah konsep atau gambaran secara singkat
tentang isi pelajaran atau bahan ajar yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced
Organizer memiliki tiga manfaat yaitu:

1) Menyediakan suatu kerangka konseptual sebagai titik proses belajar


2) Sebagai jembatan atau penghubung antara ilmu yang akan dipelajari
dengan apa yang sudah dimiliki oleh peserta didik
3) Dapat membantu siswa untuk memahami bahanbelajar secara lebih mudah
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik,
dengan itu ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan
inklusif yang mewadahi apa yang diajarkan. Guru juga harus memiliki logika
berfikir yang baik agar dapat memilah-milah materi pembelajaran,
menjelaskannya dengan penejelasan yang singkat, serta mengurutkan materi
tersebut kedalam struktur yang baik dan mudah dipahami.

Aplikasi teori Ausubel dalam proses belajar mengajar adalah:

a. Menentukan tujuan instruksional


b. Mengukur kesiapan peserta didik
c. Memilih materi pelajran
d. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang haru dikuasai peserta didik
e. Menyajikan pandangan menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari
f. Menggunakan Anvance organizer dengan cara membuat rangkuman
g. Memfasilitasi peserta didik untuk memahami konsep dan prinsip dengan
focus pada hubungan antara konsep yang ada
h. Mengevaluasi proses dan hasil belajar

Ausubel mengklasifiksi belajar ada dua dimensi, yaitu: Dimensi pertama


berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada
peserta didik melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut
cara bagimana peserta didik dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur
kognitif yang telah ada (Dahar,2006)

C. Implikasi Teori Kognitif Dalam Pembelajaran


Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan peserta didik.
Meskipun proses perkembangan peserta didik mengikuti urutan yang sama,
namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan itu berbeda.
Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan perkembangan
mempengaruhi kecepatan belajar peserta didik, oleh sebab itu interaksi dalam
bentuk diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi tanda bagi
perkembangan penalaran peserta didik. Perlu disadari bahwa penalaran
bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara langsung, namun
perkembangannya dapat disimulasikan. Hakekat belajar menurut teori kognitif
dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaian dengan penataan
informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran
yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan
pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan peserta didik secara
aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna
bagi peserta didik. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-
prinsip sebagai berikut:
a) Peserta didik bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya
b) Anak usia para sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda konkrit.
c) Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam belajar amat dipentingkan karena
hanya dengan mengaktifkan peserta didik maka proses asimilasi dan akomodasi
pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwasanya dalam teori belajar yang
dikembangkan oleh bruner melalui 3 tahap, yaitu tahap enaktif, tahap ikonik dan
tahap simbolik. Ketiga tahapan ini dilakukan pada kegiatan inti pembelajaran.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014) menerapan teori Bruner
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran simetri lipat,
menerapkan 3 tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu tahap awal, tahap inti, dan
tahap akhir. Strategi ini dipilih karena dipandang dapat mengoptimalisasikan
interaksi semua unsur pembelajaran. Penerapan teori Bruner dalam pembelajaran
dapat menjadikan peserta didik lebih mudah dibimbing dan diarahkan. Adapun
tahapan dalam teori Bruner sebagai berikut:
1) tahap enaktif; pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan
menggunakan bendabenda konkret atau dengan menggunakan situasi nyata
2) tahap ikonik; pada tahapa ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk
bayangan visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkret yang
terdapat pada tahap enaktif
3) tahap simbolik; pada tahap ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol. Pedagodi
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan intelekstual peserta didik sangat menetukan
untuk dapat tidaknya suatu konsep dipelejari dan dipahami peserta didik.
Terdapat dua fase dalam menerapkan teori belajar Ausubel (Sulaiman,
1988), yaitu:
1) Fase perencanaan
Pada fase perencanaan, guru melakukan beberapa hal seperti dibawah ini,
a) Menetapkan Tujuan Pembelajaran, tahapan pertama dalam kegiatan
perencanaan adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Model Ausubel ini dapat
digunakan untuk mengajarkan hubungan antara konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi. Model Ausubel tidak dirancang untuk mengajarkan konsep atau
generalisasi, melainkan untuk mengajarkan “Organized bodies of content” yang
memuat bermacam konsep dan generalisasi.
b) Mendiagnosis latar belakang pengetahuan peserta didik, model
Ausubel ini meskipun dirancang untuk mengajarkan hubungan antar konsep-
konsep dan generalisasi-generalisasi dan tidak untuk mengajarkan bentuk materi
pengajaran itu sendiri, tetapi cukup fleksibel untuk dipakai mengajarkan konsep
dan generalisasi, dengan syarat guru harus menyadari latar belakang pengetahuan
peserta didik, Efektivitas penggunaan model ini akan sangat tergantung pada
sensitivitas guru terhadap latar belakang pengetahuan peserta didik, pengalaman
peserta didik dan struktur pengetahuan peserta didik. Latar belakang pengetahuan
peserta didik dapat diketahui melalui pretes, diskusi atau pertanyaan.
c) Membuat struktur materi, membuat struktur materi secara hierarkis
merupakan salah satu pendukung untuk melakukan rekonsiliasi integratif dari
teori Ausubel.
d) Memformulasikan Advance Organizer. Advance organizer dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) mengkaitkan atau menghubungkan materi
pelajaran dengan struktur pengetahuan peserta didik. 2) mengorganisasikan materi
yang dipelajari peserta didik
2) Fase Pelaksanaan
Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model Ausubel ini.
Untuk menjaga agar peserta didik tidak pasif maka guru harus dapat
mempertahankan adanya interaksi dengan peserta didik melalui tanya jawab,
memberi contoh perbandingan dan sebaginya berkaitan dengan ide yang
disampaikan saat itu Guru hendaknya mulai dengan advance organizer dan
menggunakannya hingga akhir pelajaran sebagai pedoman untuk mengembangkan
bahan pengajaran. Langkah berikutnya adalah menguraikan pokok-pokok bahan
menjadi lebih terperinci melalui diferensiasi progresif. Setelah guru yakin bahwa
peserta didik mengerti akan konsep yang disajikan maka ada dua pilihan langkah
berikutnya yaitu:
a) Menghubungkan atau membandingkan konsep-konsep itu melalui rekonsiliasi
integrative
b) Melanjutkan dengan diferensiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi
lebih luas.
D. Kekurangan dan Kelebihan Teori Kognitif

Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-


unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami
stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan
pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar
kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53)
bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu
proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia
sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Yang berbeda dari teori belajar kognitif ini adalah bahwa belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan stimulus dan respon. Sedangkan teori
belajar konstruktifistik merupakan pembelajaran yang menekankan pada
proses dan lebih menghargai pada pemunculan dan pertanyaan ide-ide peserta
didik.teori ini juga memandang kebebasan sebagai penentu hasil
pembelajaran.

Teori Kognitif mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut:


1) Teori ini di anggap lebih dekat kepada psikologi belajar anak,sehingga
penerapannya pada proses belajar anak tidak mudah.
2) Teori ini di anggap susah di praktekkan sebab seringkali kita tidak mungkin
memahami struktur teori kognitif tersebut menjadi bagian-bagian yang jelas.
3) Teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat di ukur
dengan hanya satu orang peserta didik saja.
4) Teori ini dapat menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
5) Teori ini sulit dipraktekkan, terutama untuk usia lanjut.

Kelebihan Teori Kognitif adalah sebagai berikut:


1) Teori kognitif ini dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah (problem solving).
2) Teori ini juga dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
3) Teori kognitif ini juga dapat menjadikan lebih kreatif dan mandiri.
4) Dalam teori ini dapat membantu peserta didik memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang menjelaskan hal – hal
yang berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami berbagai
pengalamannya. Teori ini meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha
individu dalam memaknai pengalaman – pengalaman yang berada di
sekitarnya. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang melibatkan individu
secara aktif. Karena melibatkan seluruh kemampuan mental secara optimal.
Hal ini tercermin dari cara berfikir yang digunakan indvidu dalam menghadapi
sebuah situasi, dan hal itulah yang mempengaruhi cara ia belajar.
Dalam teori kognitif proses belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah – pisah, tapi melalui proses yang
mengalir, berkesinambungan dan menyeluruh.
B. Saran
Setiap guru hendaknya mampu memilih model pembelajaran yang
tepat bagi anak didiknya. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
model pembelajaran adalah keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran, serta
sumber – sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat
diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Seorang
guru hendaknya juga diharapkan memiliki motivasi dan semangat
pembaharuan dalam proses pembelajarannya
DAFTAR PUSTAKA

Dahar, R. W. (2011). teori-teori belajar & pembeajaran. Bandung: Erlangga.


Munawaroh, I. (-). Teori Belajar. Modul Belajar Mandiri, 44.
Nugroho, Puspo. 2015. Pandangan Kognitifisme Dan Aplikasinya Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini. ThufuLA:
Jurnal Inovasi Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Vol. 3 | No. 2 |
Juli-Desember
Nurhadi. (2020). Teori kognitivisme serta aplikasinya dalam pembelajaran. jurnal
edukasi dan sains, 19.
Sani, R. A. (2016). Inovasi Belajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suyono, & Hariyanto. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
.

Anda mungkin juga menyukai