Dalam teori ini, Maslow mengemukakan konsep hierarki kebutuhan, yang menunjukkan
bahwa kebutuhan manusia memiliki tingkatan yang berbeda dalam pengaruhnya terhadap
motivasi individu dalam menjalankan suatu aktivitas. Dengan kata lain, terdapat hierarki
atau tingkat prioritas yang berbeda dalam memotivasi tindakan, termasuk dalam konteks
bekerja. Urutan tersebut mulai dari yang terkuat hingga yang terlemah dalam memotivasi
diri mulai kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
status/kekuasaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
a. Kebutuhan yang lebih rendah memiliki pengaruh yang lebih kuat dan harus dipenuhi
terlebih dahulu. Ini berarti bahwa kebutuhan fisik seperti makanan, minuman,
pakaian dan tempat tinggal merupakan hal yang paling mendesak dan paling
menjadi pendorong seseorang untuk bekerja, terutama untuk mendapatkan
penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik tersebut.
b. Kebutuhan yang meberikan memotivasi dalam jangka pendek, karena setelah
terpenuhi, dalam kekuatan motivasinya akan melemah bahkan hilang. Oleh karena
itu, usaha untuk memotivasi pekerja dengan memenuhi kebutuhan mereka perlu
diulang-ulang jika motivasi mereka melemah dalam menjalankan tugas-tugas
mereka.
c. Ada lebih banyak cara untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kebutuhan yang berbeda pada urutan yang lebih rendah. Sebagai contoh,
untuk memenuhi kebutuhan fisik, satu-satunya cara yang efektif adalah dengan
memberikan penghasilan yang memadai. Namun dalam hal aktualisasi diri, banyak
cara yang berbeda yang memerlukan kreativitas dan inisiatif dari para manajer untuk
menginspirasi pekerja. Seperti contoh manajer dapat memberikan pengakuan dan
apresiasi kepada pekerja, mendorong partisipasi dan keterlibatan, seta menciptakan
budaya kerja yang mendukung.
2. Teori Dua Faktor
Teori ini pertama disampaikan oleh Frederick Herzberg. Teori ini menyatakan bahwa ada
dua jenis faktor yang berperan dalam memberikan kepuasan dalam pekerjaan :
a. Faktor Sesuatu yang dapat memotivasi (motivator)
Ini adalah faktor-faktor yang secara positif mempengaruhi motivasi dan kepuasan
individu dalam pekerjaan. Contoh faktor-faktor ini meliputi pencapaian pribadi,
pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, dan karakteristik pekerjaan itu sendiri. Faktor-
faktor ini terkait dengan kebutuhan yang lebih tinggi dalam hierarki kebutuhan Maslow.
b. Faktor Kesehatan Lingkungan Kerja (Hygine Factors)
Faktor ini merupakan faktor yang jika tidak terpenuhi dapat menyebabkan
ketidakpuasan dalam pekerjaan. Contoh faktor ini termasuk gaji, hubungan
interpersonal, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, dan proses administrasi di
perusahaan. Faktor-faktor ini terkait dengan kebutuhan yang lebih rendah dalam
hierarki kebutuhan Maslow.
Teori ini menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara faktor motivasi dan faktor
kesehatan lingkungan kerja dalam organisasi. Kepuasan kerja dapat terancam jika salah satu
faktor ini tidak terpenuhi. Oleh karena itu, manajer perlu memastikan para pekerja
memenuhi kebutuhan dasar mereka dan juga memiliki kesempatan untuk meraih kepuasan
melalui motivasi seperti pencapaian dan pengakuan. Organisasi harus menciptakan
pekerjaan yang menarik, memberikan intensif sesuai, serta menjaga kondisi kerja yang
memadai. Dengan demikian, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang efisien,
memotivasi anggota, dan mendorong kontribusi terbaik dari mereka.
Ketika seseorang memiliki kebutuhan yang kuat, hal ini memotivasi mereka untuk
mengarahkan perilaku mereka menuju perubahan kebutuhan tersebut. Sebagai contoh,
individu dengan tingkat kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tujuan yang
konsisten, siap menghadapi tantangan, dan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Teori X dan Y
Douglas McGregor dikenal karena merumuskan dua asumsi tentang sifat manusia, yang
dikenal dengan teori X dan teori Y. Teori X menjelaskan pandangan yang kurang
menguntungkan, menganggap bahwa para pekerja cenderung memiliki motivasi rendah,
kurang antusias terhadap pekerjaannya, menghindari tanggung jawab dan perlu diawasi
agar dapat bekerja secara efektif. Sedangkan teori Y merupakan pandangan positif yang
menggambarkan bahwa karyawan menikmati pekerjaan mereka, menerima tanggung jawab
yang diberikan, serta selalu berusaha untuk mengembangkan diri.
Pendekatan yang dipilih oleh sebuah organisasi atau manajer dalam menerapkan teori X
atau Y dapat berpengaruh besar pada budaya kerja, produktivitas, dan kepauasan karyawan.
McGregor juga menggambarkan bahwa pendekatan manajemen yang didasarkan pada
padangan negatif (Teori X) dapat menciptakan perilaku yang sesuai dengan ekspektasi
negatif tersebut, sementara padangan positif (Teori Y) dapat mendorong perkembangan
potensi karyawan.
Dalam praktiknya, banyak organisasi mengadopsi pendekatan campuran yang mencoba
menggabungkan unsur-unsur dari kedua teori ini, yang disesuaikan dengan kebutuhan
spesifik mereka.