NPM : 19180233
Jawaban
1. Konsep dari Motivasi adalah menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam
diri setiap individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku. Konsep ini digunakan
untuk menjelaskan perbedaaan-perbedaan dalam intensitas perilaku dimana perilaku yang
bersemangat adalah hasil dari tingkat motivasi yang kuat. Selain itu konsep motivasi
digunakan untuk menunjukkan arah perilaku.
2. Uraian konsep motivasi :
A. Teori Abraham Maslow
Didalam teori Maslow seperti yang dikutip oleh Hasibuan (2006:152) yang
menyatakan bahwa Maslow’s Need Hierarcy Theory atau Teori Hierarki Kebutuhan
adalah mengikuti teori jamak yakni seseorang berperilaku dan bekerja karena adanya
dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan.
1. Existence atau keberadaan adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup sesuai
dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman.
2. Relatedness atau hubungan mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslow.
3. Growth atau pertumbuhan adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk
memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan.
Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow.
Penjelasan dari sanggahan Alderfer terhadap teori hirarki Abraham Maslow adalah
sebagai berikut; seseorang menurut teori Maslow akan tetap pada tingkat kebutuhan
tertentu sampai kebutuhannya terpuaskan. Sedangkan menurut teori ERG, jika
kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi buruk maka seorang individu mungkin kembali
untuk meningkatkan kepuasan dari kebutuhan tingkat rendah. Ini disebut frustasi-
regresi dari aspek teori ERG.
Teori X dan Y merupakan teori yang dikemukakan oleh Douglas McGregor terhadap
pembawaan sebuah organisasi dan bagaimana pembawaan tersebut dapat
mempengaruhi karyawan dan pegawainya. Sesuai dengan namanya, teori ini dibagi
menjadi 2 domain. Domain X dan domain Y. Secara representatif, domain X
dilambangkan sebagai pembawaan authoritarian (otoriter), sedangkan domain Y
dilambangkan sebagai pembawaan participative (partisipatif).
Teori X
Teori Y
Teori Dua Faktor (juga dikenal sebagai teori motivasi Herzberg atau teori hygiene-
motivator). Teori ini dikembangkan oleh Frederick Irving Herzberg (1923-2000), seorang
psikolog asal Amerika Serikat. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang
manajemen dan teori motivasi.
Frederick Herzberg menyatakan bahwa ada faktor-faktor tertentu di tempat kerja yang
menyebabkan kepuasan kerja, sementara pada bagian lain ada pula faktor lain yang
menyebabkan ketidakpuasan. Dengan kata lain kepuasan dan ketidakpuasan kerja
berhubungan satu sama lain.
Dua faktor ini oleh Frederick Herzberg dialamatkan kepada faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik, dimana faktor intrinsik adalah faktor yang mendorong karyawan termotivasi,
yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik
yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya
bekerja.
Teori ini merupakan pengembangan dari teori hirarki kebutuhan Maslow. Dan juga
berhubungan erat dengan teori tiga faktor sosial McClelland.
1. Hygiene Factors
Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya
motivasi di tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka
panjang. Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor
ini adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor higienis juga disebut sebagai
dissatisfiers atau faktor pemeliharaan yang diperlukan untuk menghindari
ketidakpuasan. Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah gambaran kebutuhan
fisiologis individu yang diharapkan untuk dipenuhi. Hygiene factors (faktor kesehatan)
meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja,
hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan.
2. Motivation Factors
Menurut Herzberg, hygiene factors (faktor kesehatan) tidak dapat dianggap sebagai
motivator. Faktor motivasi harus menghasilkan kepuasan positif. Faktor-faktor yang
melekat dalam pekerjaan dan memotivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul
disebut sebagai faktor pemuas. Karyawan hanya menemukan faktor-faktor intrinsik
yang berharga pada motivation factors (faktor pemuas). Para motivator melambangkan
kebutuhan psikologis yang dirasakan sebagai manfaat tambahan. Faktor motivasi
dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang
menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan.
Teori dua faktor juga memiliki keterbatasan lain yaitu variabel situasional. Herzberg
dilakukan oleh Herzberg menekankan pada kepuasan dan mengabaikan produktivitas.
Tidak ada ukuran komprehensif kepuasan digunakan. Seorang karyawan mungkin
menemukan pekerjaannya diterima meskipun fakta bahwa ia mungkin membenci obyek
pekerjaannya.
Teori dua faktor menurut para ahli juga tidak bebas dari bias karena didasarkan pada
reaksi alami dari karyawan ketika mereka ditanya sumber kepuasan dan ketidakpuasan di
tempat kerja. Mereka akan menyalahkan ketidakpuasan pada faktor-faktor eksternal
seperti struktur gaji, kebijakan perusahaan dan hubungan dengan karyawan lainnya. Juga,
karyawan tentunya subyektif terhadap diri mereka sendiri untuk menilai faktor kepuasan
kerja.
Individu dengan kebutuhan akan pencapaian atau prestasi tinggi ini sangat
termotivasi oleh pekerjaan yang menantang dan bersaing. Mereka mencari peluang
promosi dalam pekerjaan dan memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan umpan
balik atas pencapaian mereka. Mereka akan berusaha mendapatkan kepuasan dalam
melakukan hal-hal dengan lebih baik. Pencapaian atau Prestasi tinggi akan
berkaitan langsung dengan kinerja tinggi. Individu yang berkinerja lebih baik dan
di atas rata-rata sangat termotivasi. Orang-orang ini dapat memikul tanggung jawab
untuk menyelesaikan masalah di tempat kerja.
Contoh Kebutuhan akan Pencapaian ini diantaranya seperti seorang pengacara yang
memenangkan kasus dan diakui oleh banyak orang ataupun Seorang pelukis yang
berhasil melukis sebuah lukisan terkenal.
2. Kebutuhan akan kekuasaan ( Need for Power )
Umumnya, manajer dengan kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi akan menjadi
manajer yang lebih efisien dan sukses. Mereka lebih bertekad dan loyal kepada
organisasi tempat mereka bekerja. Kebutuhan akan kekuasaan tidak harus selalu
dianggap negatif. Ini dapat dipandang sebagai kebutuhan untuk memiliki efek
positif pada organisasi dan untuk mendukung organisasi dalam mencapai tujuan
organisasinya.
Individu-individu yang termotivasi oleh kebutuhan akan berafiliasi ini lebih suka
menjadi bagian dari suatu kelompok. Mereka suka menghabiskan waktu
bersosialisasi dan menjaga hubungan dan memiliki keinginan kuat untuk dicintai
dan diterima. Orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini cenderung
mematuhi norma-norma budaya di tempat kerja yang bersangkutan dan biasanya
tidak akan mengubah norma-norma di tempat kerja karena takut ditolak oleh orang-
orang disekitarnya.
Mereka bukan pencari risiko dan lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya.
Individu-individu ini bekerja secara efektif dalam peran yang didasarkan pada
interaksi sosial, seperti layanan klien (customer service) dan tugas-tugas yang
dapat berinteraksi pelanggan lainnya.
Penelitiannya mendukung persis apa yang telah dikemukakan oleh Locke mengenai
hubungan tak terpisahkan antara penetapan tujuan dan kinerja. Pada tahun 1990, Locke
dan Latham menerbitkan karya bersama mereka, ‘A Theory of Goal Setting and Task
Performance’.
Dalam buku ini, mereka memperkuat argumen kebutuhan untuk menetapkan tujuan
spesifik dan sulit. :
1. Kejelasan
Tujuan harus jelas terukur, tidak ambigu, dan ada jangka waktu tertentu yang
ditetapkan untuk penyelesaian tugas. Manfaatnya ketika ada sedikit
kesalahpahaman dalam perilaku maka orang masih akan tetap menghargai atau
toleran. Orang tahu apa yang diharapkan, dan orang dapat menggunakan hasil
spesifik sebagai sumber motivasi.
2. Menantang
Salah satu karakteristik yang paling penting dari tujuan adalah tingkat tantangan.
Orang sering termotivasi oleh prestasi, dan mereka akan menilai tujuan berdasarkan
pentingnya sebuah pencapaian yang telah diantisipasi. Ketika orang tahu bahwa apa
yang mereka lakukan akan diterima dengan baik, akan ada motivasi alami untuk
melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan catatan sangat penting untuk
memperhatikan keseimbangan yang tepat antara tujuan yang menantang dan tujuan
yang realistis.
3. Komitmen
Tujuan harus dipahami agar efektif. Karyawan lebih cenderung memiliki tujuan
jika mereka merasa mereka adalah bagian dari penciptaan tujuan tersebut. Gagasan
manajemen partisipatif terletak pada ide melibatkan karyawan dalam menetapkan
tujuan dan membuat keputusan. Mendorong karyawan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan mereka sendiri, dan mereka menjadi berinisiatif memperoleh
informasi tentang apa yang terjadi di tempat lain dalam organisasi. Dengan cara ini,
mereka dapat yakin bahwa tujuan mereka konsisten dengan visi keseluruhan dan
tujuan perusahaan.
4. Umpan Balik
5. Kompleksitas Tugas
Orang-orang yang bekerja dalam peran yang kompleks mungkin sudah memiliki
motivasi tingkat tinggi. Namun, mereka sering mendorong diri terlalu keras jika
tindakan tidak dibangun ke dalam harapan tujuan untuk menjelaskan kompleksitas
tugas, karena itu penting untuk memberikan orang waktu yang cukup untuk
memenuhi tujuan atau meningkatkan kinerja.
Teori ini menyatakan bahwa intensitas kecenderungan untuk melakukan dengan cara
tertentu tergantung pada intensitas harapan bahwa kinerja akan diikuti dengan hasil
yang pasti dan pada daya tarik dari hasil kepada individu.
a. Harga diri.
b. Keberhasilan waktu melaksanakan tugas.
c. Bantuan yang dicapai dari seorang supervisor dan pihak bawahan.
d. Informasi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas
e. Bahan-bahan baik dan peralatan baik untuk bekerja.
Sementara teori harapan menyatakan bahwa motivasi karyawan adalah hasil dari
seberapa jauh seseorang menginginkan imbalan (Valence), yaitu penilaian bahwa
kemungkinan sebuah upaya akan menyebabkan kinerja yang diharapkan (Expectancy),
dan keyakinan bahwa kinerja akan mengakibatkan penghargaan (Instrumentality ).
Singkatnya, Valence adalah signifikansi yang dikaitkan oleh individu tentang hasil
yang diharapkan.
Ini adalah kepuasan yang diharapkan dan tidak aktual bahwa seorang karyawan
mengharapkan untuk menerima setelah mencapai tujuan. Harapan adalah keyakinan
bahwa upaya yang lebih baik akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Harapan
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepemilikan keterampilan yang sesuai untuk
melakukan pekerjaan, ketersediaan sumber daya yang tepat, ketersediaan informasi
penting dan mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Teori ini membangun kesadaran yang lebih luas terhadap dimensi penilaian masing-
masing individu sebagai manifestasi keadilan yang lebih luas dibanding teori motivasi
lainnya.
Teori ini berfokus sepenuhnya pada apa yang terjadi pada seorang individu ketika ia
bertindak. Teori ini adalah alat yang kuat untuk menganalisis mekanisme pengendalian
untuk perilaku individu. Namun, tidak fokus pada penyebab perilaku individu.
Menurut Skinner, lingkungan eksternal organisasi harus dirancang secara efektif dan
positif sehingga dapat memotivasi karyawan. :
pemberian secara konstan penguatan terhadap tindakan, dimana setiap kali tindakan
tertentu dilakukan diberikan terhadap subjek secara langsung dan selalu menerima
penguatan. Metode ini tidak praktis untuk digunakan, dan perilaku diperkuat rentan
terhadap kepunahan
1. Penguatan Positif
2. Penguatan Negatif
Ini berarti menghargai karyawan dengan menghapus konsekuensi
negatif/tidak diinginkan. Baik penguatan positif dan negatif dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan/diperlukan.
3. Hukuman
4. Kepunahan