Ketiga teori ini perlu kita pahami ketika kita membahas tentang teori
motivasi karena dua hal, yaitu teori -teori ini menjadi dasar bagi teori motivasi
kontemporer yang berkembang kemudian dan para manajer aktif masih
1
menggunakan teori -teori ini beserta terminologinya dalam menjelaskan motivasi
karyawan.
2
Maslow memisahkan kelima kebutuhan itu mulai dari kebutuhan tingkat
rendah sampai kebutuhan tingkat tinggi. Kebutuhan psikologis dan kebutuhan
akan keamanan digambarkan sebagai kebutuhan tingkat rendah yang umumnya
dipenuhi secara eksternal semisal dengan upah, kontrak serikat buruh, dan masa
kerja. Sedangkan kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan aktualisasi
diri sebagai kebutuhan tingkat tinggi yang pemenuhannya secara internal (dalam
diri orang itu sendiri).
Aktualisasi
Diri
Penghargaan
Sosial
Keamanan
Psikologis
B. Teori X dan Y
3
X, dan yang lain positif, yang ditandai dengan teori Y. Menurut Teori X, empat
asumsi yang dipegang para manajer adalah sebagai berikut:
1) Karyawan secara inheren tidak menyukai kerja dan bila dimungkinkan akan
mencoba menghindarinya.
2) Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus dipaksa, diawasi, dan
diancam dengan hukuman untuk mencapai sasaran.
3) Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal
bila mungkin.
4) Kebanyakan karyawan yang menempatkan keamanan di atas semua faktor lain
yang terkait dengan kerja akan menunjukkan ambisi yang rendah.
1) Karyawan dapat memandang kerja sebagai kegiatan alami yang sama dengan
istirahat atau bermain.
2) Orang-orang akan melakukan pengarahan diri dan pengawasan diri jika
mereka memiliki komitmen pada sasaran.
3) Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan,
tanggung jawab.
4) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif menyebar luas ke semua
arah dan tidak hanya milik mereka yang berada dalam posisi manajemen.
Apa saja yang menjadi implikasi pada motivasi jika kita menerima analisis
McGregor? Jawabnya paling baik diungkapkan dalam kerangka yang disajikan
oleh Maslow.
4
yang mengkonfirmasikan bahwa masing-masing rangkaian asumsi itu sahih atau
bahwa menerima asumsi Teori Y dan mengubah tindakan seseorang agar sesuai
dengan asumsi itu akan mendorong pekerja lebih termotivasi.
Teori dua faktor (kadang -kadang disebut juga teori motivasi -higiene)
dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg. Dalam keyakinannya bahwa
hubungan individu dengan pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa
sikap seseorang terhadap kerja dapat sangat menentukan kesuksesan atau
kegagalan individu itu. Herzberg menelaah pertanyaan, “Apa yang diinginkan
orang-orang dari pekerjaan mereka?”, ia meminta orang-orang untuk
menguraikan, secara terperrinci, situasisituasi di mana mereka merasa luar biasa
baik atau buruk menyangkut pekerjaan mereka. Respon-respon tersebut
ditabulasikan dan dikategorikan.
5
adanya kontinuum (rangkaian ganda): lawan “kepuasan” adalah “tidak ada
kepuasan,” dan lawan “ketidakpuasan” adalah “tidak ada ketidakpuasan.”
Teori dua faktor tidaklah tanpa cacat. Kritik terhadap teori itu antara lain
adalah sebagai berikut:
6
4) Teori itu tidak konsisten dengan riset sebelumnya. Teori dua faktor
mengabaikan variabel -variabel situasi.
5) Herzberg mengasumsikan hubungan antara kepuasan dan produktivitas.
Tetapi metodologi riset yang dia gunakan hanya memandang pada
kepuasan, bukan produktivitas. Untuk membuat agar riset semacam itu
relevan, kita harus mengasumsikan hubungan yang kuat antara kepuasan
dan produktivitas.
Terlepas dari kritik-kritik itu, teori Herzberg telah dibaca luas, dan hanya
sedikit manajer yang tidak familier dengan rekomendasi -rekomendasinya.
7
2. Teori Kontemporer tentang Motivasi
A. Teori ERG
1) Lebih dari satu kebutuhan dapat berjalan pada saat yang sama, dan
2) Jika kepuasan pada kebutuhan tingkat lebih tinggi tertahan, maka hasrat
untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih rendah meningkat.
8
Hierarki kebutuhan Maslow mengikuti kemajuan yang bertingkat-tingkat
dan kaku. Teori ERG tidak mengasumsikan hierarki yang kaku di mana kebutuhan
yang lebih rendah harus lebih dahulu dipuaskan secara substansial sebelum
orang dapat maju terus. Misalnya, seseorang dapat mengusahakan pertumbuhan
(growth) meskipun kebutuhan eksistensi (existence) dan keterhubungan
(relatedness) belum terpuaskan; atau ketiga kategori kebutuhan dapat berjalan
sekaligus.
9
Beberapa studi telah mendukung teori ERG, tetapi ada juga bukti bahwa
teori ERG tidak berhasil dalam beberapa organisasi. Bagaimanapun, secara
keseluruhan teori ERG memperlihatkan hierarki kebutuhan versi yang lebih sahih.
Ada orang yang memiliki dorongan yang kuat sekali untuk berhasil. Merek
a bergulat demi prestasi pribadi bukannya untuk ganjaran sukses itu semata-
mata. Mereka mempunyai hasrat untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau
lebih efisien dari pada yang telah dilakukan sebelumnya. Dorongan ini adalah
kebutuhan akan prestasi (nAch – achievement need).
10
tidak, dan di mana mereka dapat menentukan sasaran yang cukup menantang.
Peraih prestasi tinggi bukanlah penjudi; mereka tidak menyukai keberhasilan yang
didapatkan karena kebetulan. Mereka lebih menyukai tantangan dalam
menyelesaikan masalah dan menerima baik tanggung jawab pribadi atas sukses
atau gagal, bukannya mengandalkan hal-hal yang bersifat kebetulan atau
mengandalkan tindakan orang lain.
“Anda memiliki satu kantong biji kacang dan lima sasaran dipasang di depan
Anda. Sasaran-sasaran itu dipasang mulai dari yang dekat sampai yang jauh
dari Anda, dan makin jauh makin sukar dikenai. Sasaran A mudah sekali karena
terletak hamper dalam jangkauan tangan Anda. Jika kena, Anda mendapat $2.
Sasaran B sedikit lebih jauh, tetapi 80% orang yang mencoba dapat
mengenainya. Hadiahnya $4. Sasaran C hadiahnya $8, dan sekitar separuh
orang yang mencobanya dapat mengenainya. Sangat sedikit orang mengenai
sasaran D, tetapi hadiahnya $16 jika dapat mengenainya. Sasaran E hadiahnya
$32, namun hampir mustahil dicapai. Jika Anda memilih C, maka kemungkinan
besar Anda termasuk dalam kelompok peraih prestasi tertinggi.”
Kebutuhan akan kekuasaan (nPow – need for power) adalah hasrat untuk
berpengaruh, dan mengendalikan orang lain. Individu -individu dengan nPow yang
tinggi menikmati “kekuasaan”, bertarung untuk dapat memengaruhi orang lain,
lebih menyukai ditempatkan dalam situasi kompetitif dan berorientasi status, dan
11
cenderung lebih peduli akan gengsi serta memperoleh pengaruh atas orang lain
daripada kinerja yang efektif.
12
dari level seseorang dalam organisasi hierarkis. Argumen belakangan
mengemukakan bahwa makin tinggi individu naik ke dalam organisasi, makin
besar motif kekuasaan sang pemegang jabatan (incumbent). Akibatnya, posisi-
posisi yang berkuasa akan menjadi rangsangan untuk munculnya motif
kekuasaan tinggi.
Teori ini berangkat dari adanya dua jenis pengarahan dalam menjalankan
suatu misi. Jenis pertama adalah pengarahan yang bersifat umum, yaitu
“Bekerjalah dengan sebaik -baiknya!” Sedangkan jenis pengarahan kedua adalah
pengarahan untuk mencapai target tertentu yang sifatnya spesifik, seperti “Dalam
Satu bulan ini Anda harus menyelesaikan minimal dua penugasan audit!”
Pada akhir 1960 -an, Edwin Locke mengemukakan bahwa niat -niat untuk
bekerja menuju sasaran merupakan sumber utama dari motivasi kerja. Artinya,
sasaran memberitahu karyawan apa yang perlu dikerjakan dan berapa banyak
upaya harus dilakukan. Kita dapat mengatakan bahwa sasaran khusus akan
meningkatkan kinerja. Artinya, bahwa sasaran yang sulit bila diterima dengan baik,
akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada sasaran yang mudah, dan
bahwa umpan balik menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada tidak ada
umpan balik. Kekhususan sasaran berfungsi sebagai rangsangan internal. Jika
13
faktor -faktor seperti kemampuan dan penerimaan sasaran itu dikonstankan, kita
dapat juga menyatakan bahwa makin sulit sasaran maka makin tinggi tingkat
kinerjanya. Akan tetapi, adalah logis untuk mengasumsikan bahwa sasaran yang
lebih mudah akan lebih besar kemungkinan untuk diterima. Tetapi begitu karyawan
menerima dengan baik tugas yang sulit, ia akan berusaha keras sampai tugas
tersebut dicapai, diturunkan, atau diabaikan.
14
mereka atau sama sekali menyerah. Sedangkan mereka dengan keefektifan diri
yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk menguasai tantangan itu. Di samping
itu,individu yang tinggi keefektifan dirinya tampaknya menanggapi umpan balik
yang negatif dengan meningkatkan upaya dan motivasi; sementara mereka yang
rendah keefektifan dirinya kemungkinan besar akan mengurangi upayanya bila
diberi umpan balik yang negatif.
15