Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH


SITUASIONAL
Dosen: Firman Hidayat, M.Kep., Ns.,Sp.Kep.Jiwa

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Dini Fitriaeni (C1021010)


2. Eka Nanda Kurniawan (C1021011)
3. Ines Nuramalia Hidayah (C1021012)
4. Fregina Dwi Sulistiowati (C1021013)
5. Heka Ilham Nuryanto (C1021014)
6. Himmatul Aulia Faradillah (C1021015)
7. Indah Wiwi Rahayu (C1021016)
8. Iqbal Catur Prakoso (C1021017)
9. Khairina Nur Sobah (C1021018)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Harga Diri
Rendah Situasional dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu
bapak Firman Hidayat, M.Kep., Ns.,Sp.Kep.Jiwa yang telah memberikan
bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini.
Tidak lupa juga kami ucapkan kepada teman-teman yang juga ikut serta dalam
mengerjakan tugas sehingga makalah ini dapat selesai pada waktu yang telah
ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk penyusunan
makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami
susun masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah
lain yang lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat.

Slawi, Mei 2023


Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

Kata Pengantar.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................

A. Definisi...........................................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................
C. Rentang Respon Adaptif dan Mal Adaptif.....................................................
D. Patways..........................................................................................................
E. Penatalaksanaan.............................................................................................
F. Pengkajian......................................................................................................
G. PatwaysDiagnosa Keperawatan (Sesuai Teori).............................................
H. Intervensi........................................................................................................
I. Jurnal..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

mencapai keinginan (menurut keliat, 1998). Menurut klasifikasi diagnostic

and statisyical manual of mental disorder text revision (DSM IV, TR 2000),

harga diri rendah merupakan salah satu jenis gangguan jiwa ketegori

gangguan kepribadian (Rusly, 2014). Harga diri rendah adalah perasaan

negatif terhadap dirinya sendiri menyebabkan kehilangan rasa percaya diri,

pesimis dan tidak berharga dikehidupan. Harga diri rendah adalah evaluasi

negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri disertai kurangnya

perawatan diri tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk,

berbicara lambat dan suara lemah (Meryana, 2017).

Prevalensi gangguan jiwa di Amerika Serikat sekitar 50% dari penduduk

yang berusia lebih dari 18 tahun ke atas pernah memiliki masalah kejiwaan

dan penyalahgunaan zat dalam rentang hidupnya. tahun 1995 DALY’s

(Disability Adjusted Life Years) akibat gangguan 8,1% lebih tinggi di banding

TBC (7,2%), kanker (5,8), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria 2,6.

DALY’s akibat gangguan jiwa menjadi 12,3% pada tahun 2000 dan

diproyeksikan menjadi 15% pada tahun 2020. Gangguan jiwa di Indonesia

sebesar 26 juta penduduk. Gangguan jiwa yang berlangsung 6 (enam) bulan dan
mengalami kemunduran secara progresi 60-80% akan menjadi kronik dan

gangguan jiwa berat. Prevalensi gangguan jiwa cukup tinggi dan

membutuhkan penanganan yang serius serta berkesinambungan agar tidak

masuk dalam gangguan jiwa berat.

Keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan tujuan untuk

1
meningkatkan dan memelihara perilaku-perilaku yang mendukung

terwujudnya suatu kesatuan yang harmonis (integrated). Klienya dapat berupa

individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau masyarakat (Direja, 2011).

Adapun peran perawat jiwa yang harus dilakukan meliputi : peran

promotif adalah meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau

menurunkan angka kesakitan dengan cara memberikan penyuluhan

tentang kesehatan, peran preventif adalah mengidentifikasi prilaku khusus

dan menghindari kegagalan peran, peran kuratif adalah menyediakan

lingkungan yang kondusif, memecahkan masalah, merawat kesehatan fisik

atau mencegah usaha bunuh diri melalui terapi psikoterapi dan terapi

medik, peran perawat rehabilitatif adalah dengan mengikut sertakan klien

dalam kelompok, mendorong tanggung jawab klien terhadap lingkungan

dan melatih keterampilan klien sehingga Harga Diri Rendah dapat

ditangani dengan baik

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
"Bagaimanakah Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Konsep
Diri Dengan Harga Diri Rendah"

C. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Untuk metahui bagaimana respon klien setelah dilakukan asuhan keperawatan
b) Tujuan Khusus
1. Mengkaji data yang terkait dengan masalah klien harga diri rendah
2. Menetapkan diagnosis keperawatan klien harga diri rendah
3. Melakukan rencana keperawatan kepada klien dan keluarga klien
dengan harga diri rendah
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada klien dengan harga diri
rendah

2
5. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga klien dan klien
dengan harga diri rendah
6. Mengevaluasi asuhan keprawatan pada klien denga harga diri rendah
7. Mengevaluasi kemampuan klien dan keluarga klien dalam menerapkan
SP klien dan SP keluarga dengan harga diri rendah.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Dermawan (2013), gangguan konsep diri adalah orang-orang
dengan konsep diri yang tidak sehat, menyatakan perasaan tidak berharga,
perasaan dibenci, dan selalu merasakan kesedihan yang mendalam dan juga
mudah putus asa. Biasanya hal tersebut berkaitan erat dengan harga diri dari
seseorang. Adapun harga diri itu merupakan penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
diri(Muhith, 2015). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri
yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka
cenderung mengalami harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri
dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari
orang lain (Muhith, 2015).
Menurut Keliat, 1998, Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan rendah hati dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Iyus Yosep, 2016). Harga diri seseorang diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika
kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan
interpersonal yang buruk.
Harga diri rendah merupakan salah satu respon maladaptif dalam rentang
respon neurobiologi. Respon terhadap stressor pada pasien harga diri rendah
memunculkan respon secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial.
Respon-respon tersebut akan dianalisis lebih lanjut, sehingga memunculkan
rentang respon (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).

B. Etiologi
Harga diri rendah situasional disebabkan karena adanya ketidakefektifan
koping individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab harga

4
diri rendah juga dapat muncul pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Menurut NANDA (2017) faktor yang mempengaruhi harga diri rendah
meliputi faktor Predisposisi dan faktor Presipitasi yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakkepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi pada harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau
produktifitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga
diri rendah ini dapat terjadi secara stuasional atau kronik. Secara
situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
menjalani operasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara. Termasuk
dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan
karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien
tidak nyaman (Yosep, 2016).
3. Perilaku
Perawat mengumpulkan data meliputi meliputi perilaku yang objektif dan
dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien sendiri.
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya
mengkritik diri sendiri.

5
C. Rentang Respon Adaptif dan Mal Adaptif
Prabowo, (2014 hal 109) menjelaskan rentang respon adaptif dan maladaptif
klien dengan harga diri rendah adalah :
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.
2. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
b. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dan mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai kepribadian
secara intim

6
D. Patways

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

Faktor Psikologis:
Faktor Biologi: Faktor Sosial Budaya:
1. Penolakan dan
1. Faktor herediter harapan orang tua 1. Penilaian negatif
2. Riwayat yang tidak dari lingkungan.
penyakit/trauma realistis. 2. Sosial ekonomi
kepala 2. Kegagalan yang rendah.
berulang. 3. Tekanan dari
3. Kurang kelompok teman
mempunyai sebaya.
tanggung jawab 4. Perubahan struktur
personal. sosial.
4. Ketergantungan
pada orang lain.

1. Trauma: Penganiayaan seksual dan


psikologis, menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran: transisi peran
perkembangan, transisi peran situasi transisi
peran sehat-sakit.

Harga diri rendah

. Koping individu
tidak efektif

Menarik diri: Isolasi


sosial

7
E. Penatalaksanaan
Penatalaksaan harga diri rendah yaitu dengan komunikasi terapeutik,
komunikasi terapeutik ini merupakan suatu komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
Komunikasi terapeutik memperhatikan klien secara holistik meliputi aspek
keselamatan, menggali penyebab, tanda-tanda dan mencari jalan terbaik atas
permasalahan klien. Selain itu hubungan saling percaya antara perawat dan
klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien gangguan jiwa (Purwasih dan Susilowati, 2016).
F. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengambilan data yang dilakukan pertama kali oleh
perawat setelah klien masuk. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Disini semua data dikumpulkan secara sistematis untuk
menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social maupun
spiritual klien. Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis.
Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian
keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan
yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya
dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian
klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-
masalah aktifitas harian (Sitorus, 2019).
Menurut (Dwi, 2020) isi pengkajian keperawatan jiwa:
1. Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, No RM, tanggal masuk RS, tangal
pengkajian.
2. Alasan masuk: Tanyakan kepada klien dan keluarga apa alasan klien
dibawa ke rumah sakit, Keluhan utama klien dengan harga diri rendah
kronis biasanya merenung atau menyendiri serta mengkritik atau
menyalahkan diri sendiri.
3. Faktor Predisposisi
a. Riwayat Kesehatan Dahulu

8
1) Adanya riwayat gangguan pada klien atau keluarga.
2) Adanya gangguan fisik atau penyakit termasuk gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
b. Riwayat Psikososial
1) Pada klien harga diri rendah riwayat psikososial yang perlu
diketahui adalah pernah atau tidak melakukan atau mengalami dan
atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam rumah tangga, aniaya, dan tindakan
kriminal.
2) Merasakan pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan
baik biologi, psikologi, sosiologi, kultural, maupun spiritual.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Harga diri rendah kronis dapat disebabkan oleh keturunan. Oleh karena
itu, pada riwayat penyakit keluarga harus dikaji apakah ada keluarga
yang pernah mengalami gangguan jiwa.
4. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang harga diri rendah kronis disebabkan oleh setiap
situasi yang dihadapi individu dan ia tak mampu menyelesaikan masalah
yang di hadapi . Situasi atas stressor ini dapat mempengaruhi terjadinya
harga diri rendah kronis.
5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
a. Genogram
Perbuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu
dan keluarga.
b. Konsep Diri
1) Gambaran Diri

9
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya,bagian tubuh yang
disukai,reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
2) Identitas Diri
Kaji kepuasan klien terhadap jenis kelaminya, status sebelum
dirawat di rumah sakit. Klien merasa tidak berdaya dan rendah diri
sehingga tidak mempunyai status yang di banggakan atau di
harapkan di keluarga ataupun masyarakat.
3) Fungsi peran
Biasanya klien mengalami penurunan produktifitas dan merasa
tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
4) Ideal diri Tanyakan harapan tubuh, posisi status, peran. Harapan
klien terhadap lingkungan, dan harapan klien terhadap
penyakitnya.
5) Harga Diri Klien mengejek dan mengkritik dirinya sendiri,
menurunkan martabat, menolak kemampuan yang dimiliki.
c. Hubungan Sosial
Tanyakan siapa orang terdekat dikehidupan klien tempat mengadu,
berbicara, minta bantuin, atau dukungan. Serta tanyakan organisasi
yang diikuti dalam kelompok/ masyarakat (Febriana et. al, 2016).
1) Klien tidak mempunyai orang yang di anggap sebagai tempat
mengadu dan meminta dukungan.
2) Klien merasa berada di lingkungan yang mengancam.
3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.
4) Klien sulit berinteraksi.
d. Spritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/ menjalankan keyakinan,
kepuasaan dalam menjalankan keyakinan. Menurut Yosep. 2019,
1) Falsafah hidup, klien merasa perjalanan hidupnya penuh
dengan ancaman, tujuan hidupnya biasanya jelas.

10
2) Konsep kebutuan dan praktek keagamaan, klien mengakui
adanya Tuhan tapi tidak yakin terhadap Tuhan, putus asa
karena tuhan tidak memberikan sesuai apa yang dia inginkan
dan tidak mau menjalankan kegiatan agama.
7. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan tidak rapi karena klien kurang minat untuk perawatan diri.
Kemunduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian, bau badan karena
tidak mandi merupakan salah satu tanda gangguan jiwa dengan harga
diri rendah kronis.
b. Pembicaraan: Klien dengan frekuensi lambat, tertatah, volume suara
rendah, sedikit berbicara inkoheren dan bloking.
c. Aktivitas Motorik: Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan
aktivitas interaksin
d. Alam Perasan: Klien biasanya merasakan tidak mampu dan pandangan
hidupnya selalu pesimis.
e. Afek emosi: Terkadang afek klien tampak tumpul, emosi klien
berubahubah, kesepian, apatis, depresi atau sedih, dan cemas.
f. Interaksi selama wawancara
1) Tidak kooperatif, atau mudah tersinggung.
2) Kontak mata kurang: tidak mau menatap lawan bicara.
3) Defensif: selalu mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
g. Persepsi-sensori Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang
mengancam atau memberi perintah.
h. Proses berpikir
1) Arus Pikir:
a) Koheren: pembicaraan dapat dipahami dengan baik.
b) Inkoheren: kalimat tidak berbentuk, kata-kata sulit dipahami.
c) Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai
pada tujuan.

11
d) Flight of ideas: pembicaraan yang melompat dari satu topik ke
topik lainnya masih ada hubungan yan tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan.
e) Bloking: pembicaraan terhenti tiba-tiba kemudian dilanjutkan
kembali.
f) Neologisme: membentuk kata-kata baru yang tidak di pahami
oleh umum.
g) Sosiasi bunyi: mengucapkan kata-kata yang mempunyai
persamaan bunyi.
2) Isi Pikir: Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak
diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.
i. Tingkat kesadaran
Menurut Stuart. (2016) Biasanya klien tampak bingung dan kacau,
stupor adalah gangguan motorik seperti kelakuan, gerakan berulang-
ulang, anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang dipertahankan
dalam waktu lama tetapi pasein menyadari semua yang terjadi
dilingkungan, sedasi yaitu klien mengatakan bahwa ia merasa
melayang-layang antara sadar atau tidak sadar.
j. Memori
1) Daya ingat jangka panjang:mengingat kejadian masa lalu lebih dari
satu bulan
2) Daya ingat jangka menengah:dapat mengingat kejadian yang
terjadi 1 minggu terakhir.
3) Daya ingat jangka pendek:dapat mengingat kejadian yang terjadi
saat ini.
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
1) Peratikan klien mudah berganti dari satu obyek ke obyek lain atau
tidak.
2) Tidak mampu berkonsentrasi.
3) Tidak mampu berhitung.
l. Kemampuan penilaian mengambil keputusan

12
1) Ringan: dapat mengambil suatu keputusan yang sederhana dengan
dibantu.
2) Bermakna : tidak mampu mengambil suatu keputusan walaupun
sudah dibantu.
m. Daya tilik diri
Klien tidak menyadari bahwa dia mengalami gangguan jiwa.
G. Diagnosa Keperawatan (Secara teori)
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala harga diri
rendah yang ditemukan. Pada pasien gangguan jiwa, diagnosis keperawatan
yang ditegakkan adalah (Badan PPSDM, 2012):
a. Harga diri rendah
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
H. Intervensi
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah Tujuan: Setelah dilakukan MANAJEMEN
keperawatan selama 2×24 PERILAKU
jam maka harga diri Observasi:
meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi harapan
hasil dan mengelola untuk
1. Penilaian diri positif mngendalikan
membaik perilaku
2. Perasaan memiliki Terapeutik:
kelebihan atau 1. Bicara dengan nada
kemampuan positif rendah dan tenang
meningkat Edukasi:
3. Minat mencoba hal baru 1. Informasikan
meningkat keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar pembentukan

13
kognitif
2 Koping individu Tujuan: Setelah dilakukan DUKUNGSN
tidak efektif keperawatan selama 2×24 PENGAMBILAN
jam maka Status Koping KEPUTUSAN
meningkat dengan kriteria Observasi:
hasil: 1. Identifikasi persepsi
1. Komunikasi jelas sesuai mengenal masalah
usia meningkat dan informasi yang
2. Kemampuan membuat memicu konflik
keputusan membaik
3. Pemahaman makna Terapeutik
situasi meningkat 1. Fasilitasi
mengklarifikasi nilai
dan harapan yang
membantu membuat
pilihan
Edukasi
1. Informasikan
alternatif solusi
secara jelas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
dalam menfasilitasi
pengambilan
keputusan.

3. Isolasi social Tujuan: Setelah dilakukan PROMOSI


keperawatan selama 2×24 SOSIALISASI
jam maka Keterlibatan Observasi:
Sosial meningkat dengan 1. Identifikasi

14
kriteria hasil: kemampuan
1. Verbalisasi tujuan yang melakukan interaksi
jelas meningkat dengan orang lain
2. Minat terhadap Terapeutik:
aktivitas meningkat. 1. Motovasi berpartisipasi
3. Verbalisasi perasaan dalam aktivitas baru
berbeda dengan orang dan kegiatan
lain menurun kelompok
Edukasi:
1. Anjukan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap

I. Jurnal
 Judul: Efektifitas Logoterapi Terhadap Harga Diri Rendah Situasional
Pada Mahasiswa
 Penulis: Ira Ocktavia Siagian, Susanti Niman
 Pembahasan:
Harga diri mencakup keyakinan tentang diri sendiri dan respons emosional pada
keyakinan tersebut. Artinya, harga diri termasuk merasa layak, bahagia dan
mampu mengatasi tantangan hidup. Harga diri merupakan penentu penting
kesehatan dan perkembangan mental remaja. Harga diri yang rendah dapat
mempengaruhi perkembangan remaja yang optimal dan transisi ke masa dewasa.
Harga diri menjadi pemicu masalah depresi, kecemasan, bunuh diri, gangguan
makan, perilaku kekerasan, aktivitas perilaku seksual dini, dan penggunaan
narkoba (McClure, et al. 2010). Harga diri merupakan kognisi diri yang global
dan secara teoritis individu dengan harga diri rendah memiliki skema negatif
yang membentuk dasar pemikiran mengkritik diri sendiri (Gittins, & Hunt, 2020).
Tabel 1 menampilkan bahwa usia responden yang mengalami harga diri rendah
(n=20; 66.7%)adalah remaja. Jenis kelamin terbanyak responden yanga
mengalami harga diri rendah (n= 17; 56.7%) adalah perempuan. Berdasarkan
hasil wawancara mendalam pada saat awal, peneliti menemukan bahwa memiliki

15
perasaan tidak berharga, minder dan tidak mampu sebagai mahasiswa dan hal ini
sesuai dengan tanda gejala pada diagnosa keperawatan harga diri rendah
situasional. Tabel 2 menunjukan bahwa ada peningkatan jumlah responden
dengan harga diri tinggi (n= 25; 83,33%) setelah diberikan intervensi logoterapi.
Harga diri terkait dengan kemampuan mekanisme individu menghadapi stres.
Masa remaja termasuk kelompok mahasiswa merupakan masa terjadinya
gangguan psikologis. Perubahan fisik pada masa remaja, membuat harga diri
menjadi proporsi yang paling signifikan pada remaja. Artinya, harga diri
merupakan prediktor kesehatan jiwa pada remaja dan dewasa muda (Pazos,
Austregésilo, & Goes, 2019). Logoterapi pada prinsipnya mengajarkan manusia
untuk bertanggung jawab. Individu bertanggung jawab atas kehidupan dalam
pekerjaan, cinta, atau penderitaan. Logoterapi bertujuan menemukan makna pada
saat ini untuk mengaktualisasikan kemanusiaan seseorang. Setiap individu
mendapatkan kesempatan untuk melampaui diri dalam komitmen etis dan supra-
etis, bersaksi tentang martabat spiritual pribadi manusia dalam prosesnya
(Schimmoeller, & Rothhaar, 2021). Hasil penelitian berdasarkan tabel 2 sebelum
diberikan intervensi logoterapi 100% responden mengalami harga diri rendah
situasional. Intervensi sesi 1 logoterapi responden mampu melakukan identifikasi
masalah yang dialaminya. Intervensi sesi 2,3 dan 4 merupakan intervensi yang
membantu responden menemukan makna hidup sebagai mahasiswa dan
bagaimana mengaktulisasikan diri sebagai mahasiswa. Peneliti melihat bahwa
intervensi yang diberikan selama 8 kali pertemuan telah membantu responden
menemukan makna hidup. Makna hidup yang ditemukan mendorong responden
untuk mencoba mengaktualisasikan diri sehingga berdasarkan hasil tabel 2
setelah diberikan intervensi logoterapi 83.33% responden mengalami
peningkatan harga diri.

16
DAFTAR PUSTAKA
Fatah, A. A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Harga Diri Rendah
Kronis di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Tahun 2018.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika
Purwasih, R., & Susilowati, Y. (2016). Penatalaksanaan Pasien Gangguan Jiwa
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Di Ruang Gathotkoco
Rsjd Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal Profesi Keperawatan
(JPK), 3 (2).
Safitri, A. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita
Skizofrenia Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Kronis (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Samosir, E. F. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An. A Dengan
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Di Lingk. XVI Lorong Jaya.
Siagian, I. O., & Niman, S. (2022). Efektifitas Logoterapi terhadap Harga Diri
Rendah Situasional pada Mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 10(2),
337-344.
Syafitri, F. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan
Masalah Harga Diri Rendah.

17

Anda mungkin juga menyukai