PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Disusun Oleh :
KELOMPOK IV
Dosen Pembimbing :
(TAHUN 2019)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiratTuhan Yang Maha Esa, atas Berkat, rahmad dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Askep Pada Lansia
Perubahan Psikologis”
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mengalami berbagai masalah, atas
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, makalah ini dapat selesai.
Dalam kesempatan ini kami banyak mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
mahasiswa serta dosen Akper yang banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalahini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUJUAN PENULISAN 1
1.3 METODE PENULISAN 1
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak
mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan
yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia
tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-
marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat
sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya.
3. Kognitif
Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi,
menyalahkan diri sendiri, mencela diri sendiri, pikiran yang destruktif tentang diri sendiri,
pesimis, ketidakpastian.
4. Perilaku
Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan obat, intoleransi, mudah
tersinggung, kurang spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, isolasi
sosial, mudah menangis, dan menarik diri.
2. Depresi Sedang
Gejala :
a) Kehilangan minat dan kegembiraan
b) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
c) Kosentrasi dan perhatian yang kurang
d) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
e) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
3. Depresi Berat
Gejala :
a) Mood depresif
b) Kehilangan minat dan kegembiraan
c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesu¬dah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
d) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
e) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
g) Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
h) Tidur terganggu
i) Disertai waham, halusinasi
j) Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu
2. Afektif
Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan , murung, sedih, putus asa,
kehilangan semangat dan muram. Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak dicintai. Lansia
yang mengalami depresi menggambarkan dirinya berada dalam lubang gelap yang tidak
dapat terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana.
3. Somatik
Masalah somatik yang sering dialami lansia yang mengalami depresi seperti pola tidur
yang terganggu ( insomnia ), gangguan pola makan dan dorongan seksual yang berkurang.
Lansia lebih rentan terhadap penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya melemah, selain
karena aging proces juga karena orang yang mengalami depresi menghasilkan sel darah putih
yang kurang (Schleifer et all, 1984 ; Samiun, 2006).
4. Psikomotor
Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi motor. Sering
duduk dengan terkulai dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara sedikit dengan kalimat
datar dan sering menghentikan pembicaraan karena tidak memiliki tenaga atau minat yang
cukup untuk menyelesaikan kalimat itu. Dalam pengkajian depresi pada lansia, menurut
Sadavoy et all (2004) gejala-gejala depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan
pola tidur (sleep) pada lansia yang dapat berupa keluhan susah tidur, mimpi buruk dan
bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktifitas (interest), rasa bersalah
dan menyalahkan diri (guilty), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy),
penurunan konsentrasi dan proses pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetite),
gerakan lamban dan sering duduk terkulai (psychomotor) dan penelantaran diri serta ide
bunuh diri (suicidaly)
B. Stresor Pencetus
Ada 4 sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan ( depresi )
menurut Stuart dan Sundeen ( 1998 ), yaitu :
1. Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan cinta
seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik
melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi seseorang merupakan hal sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik. Seperti
infeski, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencentuskan
gangguan alam perasaan. Diantara obat-obatan tersebut terdapat obat anti hipertensi dan
penyalahgunaan zat yang menyebabkan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang
melemahkan tubuh juga sering disertai depresi.
Menurut Townsed (1998), penyebab depresi adalah gabungan dari faktor predisposisi
(teori biologis terdiri dari genetik dan biokimia), dan faktor pencetus (teori psikososial terdiri
dari psikoanalisis, kognitif, teori pembelajaran, teori kehilangan objek).
3. Pendekatan Kognitif
Menurut Beck (1967 ; 1976), Samiun (2006), seseorang yang mengalami
depresikarena memiliki kemapanan kognitif yang negatif (negative cognitive sets) untuk
menginterpretasikan diri sendiri, dunia dan masa depan mereka. Misalnya, seseorang yang
berhasil mendapatkan pekerjaan akan mengabaikan keberhasilan tersebut dan
menginterpretasikan sebagai suatu yang kebetulan dan tetap memikirkan kegagalannya.
Akibat dari persepsi yang negatif itu, individu akan memiliki self-concept sebagai seorang
yang gagal, menyalahkan diri, merasa masa depannya suram dan penuh dengan kegagalan.
Masalah utam pada lansia yang depresi adalah kurangnya rasa percaya diri (self-
confidence) akibat persepsi diri yang negatif (Townsend, 1998).
Negative cognitive sets digunakan individu secara otomatis dan tidak menyadari
adanya distorsi pemikiran dan adanya interpretasi alternative yang lebih positif, sehingga
menyebabkan tingkat aktifitas berkurang karena merasa tidak ada alasan berusaha.
Individu menjadi tidak dapat mengontrol aspek-aspek negative dari kehidupannya dan
merasa tidak berdaya (helplessness). Perasaan ketidakberdayaan ini yang menyebabkan
depresi (Abramson, 1978; Peterson, 1984; Samiun, 2006).
Menurut Kaplan et all (1997), Interpretasi yang keliru (misinterpretation) kognitif
yang sering adalah melibatkan distorsi negative pengalaman hidup, penilaian diri yang
negative, pesimistis dan keputusasaan. Pandangan negative dan ketidakberdayaan yang
dipelajari (learned helplessness) tersebut selanjutnya menyebabkan perasaan depresi.
Pengalaman awal memberikan dasar pemikiran diri yang negative dan ketidakberdayaan
ini, sepertio pola asuh orang tua, kritik yang terus menerus tanpa diimbangi dengan pujian,
dan kegagalan-kegagalan yang sering dialami individu (Beck, et al., 1979; Samiun, 2006).
5. Pendekatan Fisiologis
Teori fisiologis menerangkan bahwa depresi terjadi karena aktivitas neurologis yang
rendah (neurotransmiter norepinefrin dan serotonin) pada sinaps-sinaps otak yang
berfungsi mengatur kesenangan. Neurotransmitter ini memainkan peranan penting dalam
fungsi hypothalamus, seperti mengontrol tidur, selera makan, seks dan tingkah laku motor
(Sachar, 1982; Samiun, 2006), sehingga seringkali seseorang yang mengalami depresi
disertai dengan keluhan-keluhan tersebut.
Pendekatan genetic terhadap kejadian depresi dengan penelitian saudara kembar.
Monozogotik Twins (MZ) berisiko mengalami depresi 4,5 kali lebih besar (65%) daripada
kembar bersaudara (Dizigotik Twins/DZ) yang 14% (Nurberger & Gershon, 1982;
Samiun, 2006). Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa secara genetic depresi itu
diturunkan.
Menurut Mangoenprasodjo (2004), depresi pada lansia merupakan perpaduan
interaksi yang unik dari berkurangnya interaksi social, kesepian, masalah social ekonomi,
perasaan rendah diri karena penurunan kemampuan rendah diri, kemandirian, dan
penurunan fungsi tubuh, serta kesedihan ditinggal orang yang dicintai, factor kepribadian,
genetic, dan factor biologis penurunan neuron-neuron dan neurotransmitter di otak.
Perpaduan ini sebagai factor terjadinya depresi pada lansia. Kompleksitasnya perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia, sehingga depresi pada lansia dianggap sebagai hal
yang wajar terjadi.
2.5.1.7. Faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada lanjut usia yang tinggal di Institusi
Terjadinya depresi pada lanjut usia yang tinggal dalam institusional seperti tinggal di panti
wreda (Endah dkk, 2003) :
a. Faktor Psikologis
Motivasi masuk panti wreda sangat penting bagi lanjut usia untuk menentukan
tujuan hidup dan apa yang ingin dicapainya dalam kehidupan di panti. Tempat dan situasi
yang baru, orang0orang yang belum dikenal, aturan dan nilai-nilai yang berbeda, dan
keterasingan merupakan stressor bagi lansia yang membutuhkan penyesuaian diri. Adanya
keinginan dan motivasi lansia untuk tinggal dipanti akan membuatnya bersemangat
meningkatkan toleransi dan kemampuan adaptasi terhadap situasi baru.
Menurut Maramis (1995), pada lanjut usia permasalah yang menarik adalah
kekurangan kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya. Penurunan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan stress
lingkungan sering menyebabkan depresi. Hubungan stress dan kejadian depresi seringkali
melibatkan dukungan social (social support) yang tersedia dan digunakan lansia dalam
menghadapi stressor. Ada bukti bahwa individu yang memiliki teman akrab dan dukungan
emosional yang cukup, kurang mengalami depresi bila berhadapan dengan stress (Billings,
et all, 1983; Samiun, 2006).
Rasa kurang percaya diri atau tidak berdaya dan selalu menganggap bahwa
hidupnya telah gagal karena harus menghabiskan sisa hidupnya jauh dari orang-orang
yang dicintai mengakibatkan lansia memandang masa depan suram dan selalu menyesali
diri, sehingga mempengaruhi kemampuan lansia dalam beradaptasi terhadap situasi baru
tinggal di institusi.
b. Faktor Psikososial
Kunjungan keluarga yang kurang, berkurangnya interaksi social dan dukungan
social mengakibatkan penyesuaian diri yang negative pada lansia. Menurunnya kepasitas
hubungan keakraban dengan keluarga dan berkurangnnya interaksi dengan keluarga yang
dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguana, merasa disingkirkan, tidak
dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam terjadinya depresi. Tinggal di
institusi membuat konflik bagi lansia antara integritas, pemuasan hidup dan keputusasaan
karena kehilangan dukungan social yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
memelihara dan mempertahankan kepuasan hidup dan self-esteemnya sehingga mudah
terjadi depresi pada lansia (Stoudemire, 1994).
Kemampuan adaptasi dan lamanya tinggal dipanti mempengaruhi terjadinya
depresi. Sulit bagi lansia meninggalkan tempat tinggal lamanya. Pada lansia yang harus
meninggalkan rumah tempat tinggal lamanya (relokasi) oleh karena masalah kesehatan
atau social ekonomi merupakan pengalaman yang traumatic karena berpisah dengan
kenangan lama dan pertalian persahabatan yang telah memberikan perasaan aman dan
stabilitas sehingga sering mengakibatkan lansia merasa kesepian dan kesendirian bahkan
kemeorosotan kesehatan dan depresi (Friedman, 1995).
Pekerjaan di waktu muda dulu yang berkaitan dengan peran social dan
pekerjaannya yang hilang setelah memasuki masa lanjut usia dan tinggal di institusi
mengakibatkan hilangnya gairah hidup, kepuasaan dan penghargaan diri. Lansia yang
dulunya aktif bekerja dan memiliki peran penting dalam pekerjaannya kemudian berhenti
bekerja mengalami penyesuaian diri dengan peran barunya sehingga seringkali menjadi
tidak percaya dan rendah diri (Rini, 2001).
c. Faktor Budaya
Perubahan social ekonomi dan nilai social masyarakat, mengakibatkan
kecenderungan lansia tersisihkan dan terbengkalai tidak mendapatkan perawatan dan
banyak yang memilih untuk menaruhnya di panti lansia (Darmojo & Martono, 2004).
Pergeseran system keluarga (family system) dari extendend family ke nuclear family
akibat industrialisasi dan urbanisasi mengakibatkan lansia terpinggirkan. Budaya
industrialisasi dengan sifat mandiri dan individualis menggangap lansia sebagai “trouble
maker” dan menjadi beban sehingga langkah penyelesainnya dengan menitipkan di panti.
Akibatnya bagi lansia memperburuk psikologisnya dan mempengaruhi kesehatannya.
Tinggal di panti wreda harusnya merupakan alternative yang terakhir bagi lansia,
karena tinggal dalam keluarga adalah yang terbaik bagi lansia sesuai dengan tugas
perkembangan keluarga yang memiliki lansia untuk mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan dan mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi (Duvall, 1985 yang
dikutip oleh Friedman, 1998).
3) Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah pandangan dan pola pikit tentang
keberhasilan masa lalu dan sekarang dengan cara mengidentifikasi pemikiran negative
yang mempengaruhi suasana hati dan tingkah laku, menguji individu untuk menentukan
apakah pemikirannya benar dan menggantikan pikiran yang tidak tepat dengan yang
lebih baik (Beck, et al, 1979; Samiun, 2006). Dasar dari pendekatan ini adalah
kepercayaaan (belief) individu yang terbentuk dari rangkaian verbalisasi diri (self-talk)
terhadap peristiwa/pengalaman yang dialami yang menentukan emosi dan tingkah laku
diri.
Menurut Kaplan et all (1997), upaya pendekatan ini adalah menghilangkan
episode depresi dan mencegah rekuren dengan membantu mengidentifikasi dan uji
kognisi negative, mengembangkan cara berpikir alternative, fleksibel dan positif, serta
melatih respon kognitif dan perilaku yang baru dan penguatan perilaku dan pemikiran
yang positif.
5) Pendekatan Farmakologis
Dari berbagai jenis upaya untuk gangguan depresi ini, maka terapi
psikofarmaka (farmakoterapi) dengan obat anti depresan merupakan pilihan alternative.
Hasil terapi dengan obat anti depresan adalah baik dengan dikombinasikan dengan
upaya psikoterapi.
D. Diet Sehat
Me(-) asupan gizi yg me(+) kadar stress jg perlu dilakukan.
Memperhatikan jenis makanan yg akan disajikan kpd lanjut usia yg mengalami depresi.
Makanan berat scr otomatis akan memicu tindakan bagian syaraf parasimpatik cabang dr
sistem syaraf otonom yg me kesadaran.
Depresi berhub. dg tingkat kesadaran yg rendah. Kesadaran mengacu pd proses psikologis yg
meliputi hal-hal seperti kemampuan utk memusatkan perhatian seseorang & kemampuan utk
bekerja scr efektif.
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. M
TTL : Bengkulu, 21 Januari 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
TB/BB : 151 cm/45 kg
Penampilan : Bersih, kurang rapi, gigi ompong
Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri, kifosis
Alamat : Jl.Basuki Rahmat No.21
Orang Yang Dekat : Ny. S
Hubungan : Anak kandung
Alamat/Telepon : Jl.Basuki Rahmat No.21
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram
Keterangan:
X = Meninggal
V = Pasien
O = Tinggal Serumah
2. Riwayat Keluarga
Klien adalah anak kedua dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari pasangan
petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4 SD. Sedangkan ibu klien
meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri tidak tahu penyakit apa yang pernah diderita
oleh mendiang orang tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia, awalnya klien tinggal
bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya kakak pertamanya menikah.
Klien akhirnya tinggal berdua dengan adiknyak sampai akhirnya adik klien juga menikah.
Klien lupa kapan tepatnya klien menikah. Klien menikah dengan seorang guru dan memiliki3
orang anak dam suami klien meninggal 3 tahun yang lalu. Setelah suami klien meninggal
dunia tahun 2003 karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di rumah.
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini : -
Alamat Pekerjaan : -
Jarak Dari Rumah : -
Alat Transportasi : -
Pekerjaan Sebelumnya : -
Jarak Dari Rumah : -
Alat Transportasi : -
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :
Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan anak-anak
klien terutama anak bungsu klien.
E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi/Minat : Berkebun dan Menyulam
Keanggotaan Organisasi ; Organisasi Wanita Wredatama
Liburan/Perjalanan : -
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat : Ny.N
Jarak dari rumah : 2 Km
Rumah Sakit : RSUD M Yunus Jarak 3,5 km
Klinik : - Jarak
Pelayanan Kes. Dirumah : -
Makanan yg dihantarkan : -
Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah: -
Lain-lain : -
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat
Yang Lainnya : mengaji setiap shalat magrib berakhir
H. STATUS KESEHATAN
§ Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu :
Setahun yang lalu klien sempat dirawat di RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas
dengan anak klien. Klien mengalami luka lecet di pergelangan tangan dan kaki klien.
§ Status Kesehatan Umum Selama 3Tahun Yang lalu :
Klien sering melamun,nangis dan terkadang kurang berinteraksi dengan para tetangganya..
§ Keluhan Utama : Gangguan Spikology
1. Provocative/Paliative : Klien Mengalami Depresi Karena ditinggal suaminya
2. Quality/Quantity : Merenung,Diam diri
terkadang terasa sakit berkisar antara 10-15 menit
§ Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong orang
yang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit klien akan segera berobat. Klien juga tahu
kalau dia menderita arthritis gout atau umumnya dikenal oleh orang awam (termasuk klien)
dengan asam urat.semenjak ditinggal suaminya klien mengalami depresi karena klien merasa
kesepian.
§ Obat-obatan:
Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin (karena sampel sudah
tidak ada)
K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD: 130/70 mmHg N: 68x/m
RR: 20x/m T: 36,3oC
TB: 152 cm BB: 48 Kg
L. PENGKAJIAN PERSISTEM
§ PERNAFASAN (B1: BREATHING)
1. Bentuk Dada : Simetris
2. Sekresi dan Batuk : Tidak Ada
3. Pola Nafas
a. Frekuensi nafas : 20x/m dan teratur
4. Bunyi Nafas
b. Normal : Vesikuler di semua lapang paru
c. Abnormal : -
d. Resonen lokal : -
5. Pergerakan dada : -
6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -
7. Alat Bantu Pernafasan : -
§ CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
1. Nadi
Frekuensi : 68x/m dan reguler
2. Bunyi jantung : Normal
3. Letak jantung : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira-kira satu jari
medial dari garis midclavicula
4. Pembesaran jantung : Tidak
5. Nyeri dada : Tidak
6. Edema : Tidak
7. Clubbing finger : Tidak
M. REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara : Bentuk simetris, Tidak ada benjolan
Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause
N. ENDOKRIN
Klien tidak memiliki kelainan endokrin
O. PENGETAHUAN
Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia
dan akan ren
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Nama klien :
No.Reg :
Ruang :
MINI MENTAL SKORE
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
1. Tanggal berapa hari ini? (dd/mm/hh) √
2. Hari apa hari ini? √
3. Apakah nama tempat ini? √
4. Berapa no.telp,bila tidak ada,no. rumah √
/jalan
5. Berapakah usia anda? √
6. Kapan anda lahir? (tanggal/bulan/tahun) -
7. Siapa nama presiden Indonesia sekarang? √
8. Siapa nama presiden sebelumnya? -
9. Siapa nama ibumu sebelum menikah? √
10. 20 dikurang 3 dan seterunya? √
JUMLAH KESALAHAN
0-2 Kesalahan : Baik
3-4 kesalahan :Gangguan Intelektual Ringan
5-7 kesalahan : Gangguan Intelektual Sedang
8-10 kesalahan : Gangguan Intelektual Berat
HASIL :0 – 2 kesalahan : baik
INDEKS KATZ ( AKS)
Katz A Mandiri dalam :
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Toilet,
4. Berpindah
5. Kontinen BAK/BAB
6. Makan
Katz B Mandiri, untuk 5 fungsi diatas
Katz C Mandiri,kecuali mandi
Katz D Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi diatas
Katz E Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1 fungsi
diatas
Katz F Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet,
Berpindah& 1 fungsi diatas
Katz G Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas
GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SKALA DEPRESI)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS TIDAK √
DENGAN KEHIDUPAN ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN √ YA
BANYAK KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?
3. APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN √ YA
ANDA KOSONG?
4. APAKAH ANDA MERASA SERING BOSAN? √ YA
5. APAKAH ANDA MEMPUNYAI SEMANGAT TIDAK √
YANG BAIK SETIAP SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT SESUATU √ YA
YANG BURUK AKAN TERJADI PADA
ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA UNTUK TIDAK √
SEBAGIAN BESAR HIDUP ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK √ YA
BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH YA
DARI PADA PERGI KELUAR DAN
MENGERJAKAN SESUATU HAL YANG
BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI √ YA
BANYAK MASALAH DENGAN DAYA INGAT
ANDA DIBANDINGKAN KEBANYAKAN
ORANG?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA HIDUP TIDAK√
ANDA SEKARANG MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA ME RASA TIDAK √ YA
BERHARGA SEPERTI PERASAAN ANDA
SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA PENUH TIDAK√
SEMANGAT?
14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA √ YA
KEADAAN ANDA TIDAK ADA HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG √ YA
LAIN LEBIH BAIK KEADAANNYA DARI
PADA ANDA?
*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAI MERUPAKAN SKOR “ 1”
( SATU)KETERANGAN :
SKOR 5-9 : KEMUNGKINANA DEPRESI
SKOR 10 ATAU LEBIH : DEPRESI
HASIL : skor 5 – 9 = kemungkinan depresi
NO KEADAAN PASIEN SKOR
1. KONDISI FISIK UMUM
Baik 4 √
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat Buruk 1
2. KESADARAN
Komposmentis 4 √
Apatis 3
Konfus/spoor 2
Stupor/koma 1
3. AKTIVITAS
Ambualan 4 √
Ambualan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
4. MOBILITAS
Bergerak bebas 4 √
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tiduran 1
5. INKONTINENSIA
Tida ada 4
Kadang-kadang 3 √
Sering inkontinensia urine 2
Inkontinensia alvi dan urine 1
KATEORI SKOR
16-20 : kecil sekali /tidak terjadi
12-15 :kemungkinan terjadi kecil
< 12 :kemungkinan besar terjadi
HASIL : 19, kecil sekali / tidak terjadi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
3. Ketidak berdayaan
4. Risiko bunuh diri
5. Gangguan pola tidur
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia tidak
mencederai diri.
Kriteria Hasil:
Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.
Lansia tampak lebih bahagia.
Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.
4.1 Kesimpulan
Gangguan depresif merupakan salah satu gangguan mental-emosional yang cukup
sering dijumpai pada orang usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh karena faktor penyebab
dari gangguan depresif begitu besar kemungkinan akan dialami oleh orang usia lanjut. Di lain
pihak, walaupun terapi untuk gangguan depresif tersebut bisa dilaksanakan namun hasilnya
tidaklah dapat mencapai hasil yang maksimal, mengingat kekurangan secara fisik dan
psikososial pada orang usia lanjut tidaklah dapat dikembalikan seperti semula.
4.2 Saran
Asuhan keperawatan pada lansia haruslah diakukan secara profesional dan
komprehensip, yaitu dengan memandang pada aspek boi-psiko-sosial-spiritual pada lansia.
Aspek psikologis pada lansia merupakan aspek yang tak kala penting dari aspek yang lain,
olehnya itu pelaksanaan asuhan keperawataan lansia dengan gangguan psikososial harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya demi terciptanya lansia yang sehat jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA
http://abiums.blogspot.com/2007/05/askep-lansia-depresi.html
http://tenreng.wordpress.com/2009/02/19/asuhan-keperawatan-dengan-pasien-depresi
http://pinkersaya.wordpress.com/2012/11/24/askep-lansia-dengan-gangguan-psikologis-
depresi
http://mklh12depresi.blogpot.com
http://id.wikipedia.org/wiki.Depresi
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2009/05/15/Depresi-pada-lansia
Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI. Jakarta:
Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA
Depkes R.I. 1999. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi Media
Nugroho Wahyudi. 1995. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC
Muhibbinsyah. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.