OLEH:
BELLA PUTRI PERTIWI
REFFY DIANI NURCHIQAL
SHINTA HANDAYANI
SITI HIFDZILLA
WITRI DARMA RACHANI
SERPONG
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang
menyebabkan dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Penyakit
tersebut merupakan gangguan metabolisme yang mempengaruhi produksi
energi dalam sel. Diabetes melitus ditandai dengan ketidakmampuan untuk
mentolerir karbohidrat yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam
darah (Price & Wilson, 2006).
Menurut data (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018), angka
prevalensi penduduk provinsi Banten berdasarkan diagnosis dokter pada
penduduk umur 15 tahun ke atas dengan Diabetes adalah 2,25%. Jumlah ini
kemudian meningkat pada tahun 2019 menjadi 2,43% . Meningkatnya jumlah
orang terkena diabetes melitus dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
faktor keturunan, obesitas, perubahan gaya hidup, pola makan yang buruk,
minum obat yang mempengaruhi gula darah, kurangnya aktivitas fisik, proses
menua, kehamilan, perokok dan stres (Muflihatin, 2015).
Dibetes melitus memiliki dampak fisik, psikologi, sosial dan lingkungan
yang mengakibatkan stress. Dampak secara fisik yang biasanya dirasakan
oleh penderita diabetes melitus (DM) yaitu perubahan berat badan, perubahan
nafsu makan, sering merasakan nyeri, kelelahan dan gangguan tidur. Secara
psikologis penderita DM akan mengalami stres, kecemasan, ketakutan, sering
merasa sedih, merasa tidak ada harapan, tidak berdaya, tidak berguna, dan
putus asa (Tjokoprawiro, 2011). Dampak psikologis dari diabetes melitus
mulai dirasakan oleh pasien terdiagnosis diabetes melitus dan penyakitnya
telah berlangsung selama beberapa bulan. Pasien mulai mengalami gangguan
psikis diantaranya stres pada dirinya sendiri berkaitan dengan pengobatan
yang dijalani (Bistara et al., 2019).
Secara sosial penderita diabetes akan mengalami beberapa hambatan
berkaitan dengan pembatasan dalam diet yang ketat dan keterbatasan
aktivitas. Dalam bidang ekonomi, biaya untuk perawatan penyakit dalam
jangka panjang dan rutin akan menjadi beban tersendiri bagi pasien. Beban
tersebut masih dapat bertambah lagi dengan adanya penurunan produktifitas
kerja sekaligus penghasilan karena dampak akibat perawatan atas
penyakitnya tersebut. Hal ini akan menimbulkan stres bagi penderita diabetes
(Ma’ruf & Palupi, 2021). Menurut penelitian yang dilakukan (Labindjang et
al., 2015) stress yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan kadar gula
darah dalam tubuh, sehingga semakin stress seseorang dengan diabetes maka
semakin parah diabetesnya.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga pasien dan
diharapkan mampu mengetahui manajemen stress pada pasien diabetes
mellitus (DM)
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran
penyuluhan dapat mengetahui tentang:
1) Mengetahui pengertian stress
2) Mengetahui dampak stress pada pasien DM
3) Mengetahui manajemen stress pada pasien DM
4) Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stress pada
pasien DM
C. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Metode: ceramah dan diskusi
2. Media: Leaflet dan Poster
3. Materi (penjelasan terlampir):
1) Mengetahui pengertian stress
2) Mengetahui dampak stress pada pasien DM
3) Mengetahui manajemen stress pada pasien DM
4) Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stress
pada pasien DM
D. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan penyuluhan disajikan pada tabel berikut:
NO KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN
1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan dan
mendengarkan
2 Penyajian bahan tentang: 15 menit - Menjelaskan 1. Mendengarkan
1) Pengertian stress pengertian stress 2. Mempraktekkan
2) Dampak stress pada - Menjelaskan dampak
pasien DM stress pada pasien DM
3) Manajemen stress - Menjelaskan
pada pasien DM manajemen stress pada
4) Hal-hal yang perlu pasien DM
diperhatikan dalam - Menjelaskan hal-hal
manajemen stress yang perlu
pada pasien DM diperhatikan dalam
manajemen stress pada
pasien DM
E. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria Evaluasi Struktur
1) Menyusun Satuan Acara Penyuluhan Manajemen Stress pada Pasien
DM
2) Melakukan konsultasi Satuan Acara Penyuluhan yang telah disusun
dengan pembimbing
3) Melakukan kontrak waktu dan tempat penyuluhan
4) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan penyuluhan
5) Membentuk pengorganisasian dalam pelaksanaan penyuluhan,
dengan susunan sebagai berikut:
a) Penyaji :
1. Bella Putri Pertiwi
2. Reffy Diani Nurchiqal
b) Moderator : Shinta Handayani
c) Fasilitator : Siti Hifdzilla, Witri Darma Rachani
Penyaji
1. Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
2. Mampu menjelasakan materi secara sistematis
3. Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan audien
4. Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
Moderator
Mampu memimpin jalannya acara penyuluhan
Fasilitator
Mampu memfasilitasi acara penyuluhan
2. Evaluasi Proses
Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta
penyuluhan tentang materi penyuluhan sebelum penyuluhan
dilaksanakan
b. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta
penyuluhan setelah penyampaian materi penyuluhan.
c. Peserta menanggapi materi yang telah disampaikan penyaji.
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN STRESS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ada 2 pengertian stress: (1)
Gangguan atau kekacauan mental dan emosional (2) Tekanan secara teknis
psikologik, stress di definisikan sebagai suatu respons penyesuaian seseorang
terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan
orang bersangkutan. Jadi stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun
perilaku terhadap “stressor” hal yang dipandang menyebabkan cekaman,
gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal. Dalam
pengertian ini, bisa diperjelas bahwa stress bersifat subjektif sesuai persepsi orang
yang memandangnya.