Disusun Oleh :
Irwan Ardianto [ 1710201080]
Nur Fitri Eka Dewi [ 1710201081 ]
Faida Rahmani [ 1710201083]
Yunita Qotrunnada [ 1710201084 ]
Yuniar Intan Safira [ 1710201085 ]
Alfi Zakiyah [ 1710201088 ]
Septiana Zahrul M. [ 1710201089 ]
Eko Arvin Witanto [ 1710201090 ]
Nur Afifah L. [ 1710201091 ]
Yunita Nur Atika [ 1710201093 ]
Viqi Maqhviroh [ 1710201094 ]
Nur Fitriana Rahmawati [ 1710201095 ]
Ifa Alifah [ 1710201096 ]
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial keperawatan kritis skenario 1.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah
keperawatan kritis. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman diri. Demi kesempurnaannya, kami selalu
mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.
Dalam penyusunan makalah ini tentu melibatkan banyak pihak yang turut serta
membantu menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu kami mengucapkan
terimakasih kepada:
Makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diperlukan.
Penyusun
(kelompok B1)
I
DAFTAR ISI
A. Definisi ..............................................................................................4
B. Etiologi dari ......................................................................................5
C. Tanda dan gejala ...............................................................................6
D. Patofisiologi ......................................................................................7
E. Pathways ...........................................................................................9
F. Penatalaksanaan ................................................................................9
A. Kesimpulan .......................................................................................17
B. Saran .................................................................................................17
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fraktur merupakan salah satu penyebab cacat salah satunya akibat
suatu trauma karena kecelakaan. Fraktur yang terbanyak di Indonesia
yaitu fraktur ekstremitas bawah. Bagian tubuh yang
banyak mengalami cedera adalah ekstremitas bagian bawah
(Riskesdas, 2018). Fraktur ekstremitas bawah, yang sebagian besar
merupakan hasil dari trauma akibat kecelakaan, memiliki tingkat rawat
inap yang tinggi, lama rawat dan operasi. Fraktur terbanyak disebabkan
oleh suatu kecelakaan. Menurut WHO (World health Organization)
angka kecelakaan fraktur di dunia akan semakin meningkat seiring
bertambahnya kendaraan. Usia produktif merupakan usia yang
rentang mengalami cedera akibat kecelakaan, begitu juga lanjut usia
dapat terjadi fraktur akibat penurunan masa tulang sehingga rentan
terjadi fraktur (Platini, 2020).
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga dibawah
penyakit jantung koroner dan tuberculosis. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 didapatkan bahwa angka
kejadian cidera mengalami peningkatan dibandingkan dari hasil pada
tahun 2007. Kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena
terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan 2 trauma benda tajam atau tumpul.
Kecenderungan prevalensi cedera menunjukkan kenaikan dari 7,5 % pada
tahun 2007 menjadi 8,2% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).
Peristiwa terjatuh terjadi sebanyak 45.987 dan yang mengalami fraktur
sebanyak 1.775 orang (58 %) turun menjadi 40,9%, dari 20.829, kasus
kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang
(25,9%) meningkat menjadi 47,7%, dari 14.125 trauma benda tajam atau
tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (20,6%) turun
menjadi 7,3%. Fraktur yang sering terjadi yaitu fraktur femur. Fraktur
1
femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (Helmi, 2012).
Fraktur dapat menyebabkan kerusakan fragmen tulang, dan
mempengaruhi fungsi sistem muskuloskeletal yang berpengaruh pada
toleransi aktivitas sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup
penderita (Platela, 2020). Fraktur dapat disebabkan oleh keadaan patologis
selain dari faktor traumatik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari STEMI?
2. Apa etiologi dari STEMI?
3. Apa saja tanda dan gejala dari STEMI?
4. Bagaimana patofisiologi dari STEMI?
5. Bagaimana pathways dari STEMI?
6. Bagaimana komplikasi dari STEMI?
7. Bagaimana penatalaksanaan STEMI?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien STEMI?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari STEMI
2. Untuk mengetahui etiologi dari STEMI
3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari STEMI
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari STEMI
5. Untuk mengetahui bagaimana pathways dari STEMI
6. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari STEMI
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan STEMI
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien STEMI
D. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat digunakan untuk menjadi tambahan referensi
belajar bagi mahasiswa.
2. Bagi Pembaca
2
Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
terkait STEMI beserta asuhan keperawatan pada pasien STEMI.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Teori
a. Definisi
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu
tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga
sering kali terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan
keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau
ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang
pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
tulang rawan yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik . Fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya, yang disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan mendadak dan kontaksi otot ekstern. Meskipun
patah tulang, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh,
mengakibatkan edema jaringan lunak dan kerusakan pembuluh darah.
Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan
oleh fraktur atau fragmen tulang.
Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada
kontinuitas tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisisatau
kartilago (Beberapa pengertian fraktur menurut para ahli antara lain :
1.) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, fraktur terjadi ketika
tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau tekanan yang
sedang pada tulang yang terkena penyakit, misalnya osteoporosis
(Grace & Borley, 2007 : 85).
2.) Fraktur atau yang seringkali disebut dengan pataha tulang, adalah
sebuah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
4
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006 dalam
Wijaya & Putri, 2013 : 235).
3.) Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan
menghasilkan daya untuk menekan. Ketika terjadi fraktur pada sebuah
tulang , maka periosteum serta pembuluh darah di dalam korteks,
sumsum tulang, dan jaringan lunak di sekitarnya akan mengalami
disrupsi. hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung patahan
tulang serta di bawah periosteum, dan akhirnya jaringan granulasi
menggantikan hematoma tersebut (Wong, 2009 : 1377).
b. Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan
suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan
jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan,
edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada
tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi
disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna
sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal
sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat
dibedakan menjadi:
a) Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat
disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap
tulang sehingga tulang patah secara spontan
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada
jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan
berjulur sehingga menyebabkan fraktur klavikula
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang
mendadak
b) Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat proses penyakit
dengan trauma minor mengakibatkan :
5
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul salah satu proses yang
progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus
menerus
c. Manifestasi klinis
1. Riwayat
Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan
menggunakan tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu
dari tempat yang cedera suatu pukulan dapat menyebebkan fraktur
pada kondilus femur, batang femur, pattela, ataupun acetabulum.
Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting, kalau fraktur
terjadi akibat cedera yang ringan curigailah lesi patologik nyeri,
memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering ditemukan,
tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan
lunak, deformitas jauh lebih mendukung.
2. Tanda-tanda umum
Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien penting untuk
mencari bukti ada tidaknya
1) Syok atau perdarahan
2) Kerusakan yang berhubungan dengan otak, medula spinalis
atau visera
3) Penyebab predisposisi (misalnya penyakit paget)
3. Tanda-tanda lokal
1) Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan
yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin
terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu
utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan
fraktur, cedera terbuka
6
2) Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga
memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi
dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah
keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
3) Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan,
tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat
menggerakan sendi – sendi dibagian distal cedera.
d. Patofisiologi
Tidak terjadinya gerakan berarti tidak adanya aktifitas dari otot yang
dapat mengurangi kekuatan otot. 17 Menurut Kisner, saat terjadi
gangguan pada jaringan lunak baik akibat cedera mekanis (termasuk
pasca operasi) maupun iritasi kimia, memiliki respon sel dan vaskuler
yang sama. Kisner membagi respon tersebut menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Acute stage Tahap ini biasanya terjadi 4-6 hari. Pada tahap ini
terjadi bengkak, nyeri saat istirahat dan kehilangan fungsi. Nyeri
yang timbul diakibatkan oleh teriritasinya saraf oleh cairan kimia
lokal didaerah cedera (oedem). Saat adanya gerakan, nyeri akan
timbul dan menyebabkan pasien cenderung menahan atau
membatasi gerakan. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus
7
dalam waktu yang lama akan megakibatkan perunan aktifitas otot
dan kekakuan sendi.
2. Subacute stage Pada tahap ini sudah terjadi penurunan nyeri
progresif. Nyeri saat adanya gerakan sudah berkurang atau nyeri
timbul saat adanya gerakan maksimal. Pada tahap ini terjadi
kelemahan otot akibat dari tahap sebelumnya dan mengakibatkan
keterbatasan fungsional. Tahap ini biasanya berlangsung selama
10-17 hari.
3. Chronic stage Pada tahap ini tanda-tanda peradangan sudah tidak
lagi muncul. Keterbatasan gerak masih terjadi akibat dari adanya
kontraktur atau adhesi serta adanya kelemahan otot yang
menyebabkan keterbatasan fungsional. Selain kelemahan otot,
penyebab dari terjadinya 18 keterbatasan fungsional juga
dikarenakan oleh daya tahan otot yang berlangsung 6bulan-1tahun
tergantung tingkat kerusakan dari jaringannya (Kisner & Colby,
2007).
8
e. Pathways
f. Penatalaksanaan
9
Selama proses penyembuhan, tulang baru akan terbentuk di sekitar tepi
potongan yang patah. Jika tulang benar-benar selaras dan stabil, tulang
baru pada akhirnya akan menghubungkan potongan-potongan.
2. Penggunaan gips
Dokter Anda mungkin menggunakan gips untuk menstabilkan tulang
patah Anda. Gips Anda kemungkinan besar terbuat dari plester
atau fiberglass. Ini akan membantu menjaga area yang cedera stabil
dan mencegah potongan tulang yang rusak bergerak saat patah tulang
sembuh.
3. Penggunaan katrol
Dalam kasus yang jarang terjadi, Anda mungkin memerlukan daya
tarik untuk menstabilkan area yang cedera. Traksi meregangkan otot
dan tendon di sekitar tulang Anda.
4. Pembedahan
Untuk fraktur kompleks, Anda mungkin perlu pembedahan. Dokter
mungkin menggunakan reduksi terbuka, dan fiksasi internal atau
fiksasi eksternal untuk menjaga agar tulang tidak bergerak.
10
Dalam fiksasi eksternal, dokter akan menaruh pin atau sekrup ke
tulang di atas dan di bawah area fraktur. Dokter akan menghubungkan
pin atau sekrup ini ke batang penstabil logam yang diposisikan di
bagian luar kulit Anda. Batang akan menahan tulang di tempatnya saat
penyembuhan.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun dirawat di ICU, dengan riwayat tidak
sadarkan diri setelah terjadi kecelakaan lalu lintas dengan luka dibagian kepala
yang mengalami perdarahan dan terjadi pembengkakan di bagian mata. Hasil
pengkajian fisik : tersedasi, hidung bersih dan mulut tampak kotor, terdapat
obstruksi jalan nafas, ada trauma servikal, ada sianosis disekitar mulut dan
mukosa/kuku, nafas tersumbat sekret cukup banyak, Pernafasan dengan ventilator
mekanik mode control, ada suara nafas tambahan, RR: 22x/Menit. TD : 136/82
mmHg, N : 60x/menit, S : 38,6°C, Capillary Refil <2 Detik, Kesadaran : Koma,
GCS E: 2, V:t, M:1 = -, Pupilisokor, Pemeriksaan fisik kepala oedem, terdapat
laserasi, fraktur, luka ruam, perdarahan. Mata oedem, konjungtiva anemis, sclera
berwarna putih, reflek cahaya (+), kelopak mata tampak cekung.
Hasil laboratorium
- Oedem serebral
- Tampak EDH,dan SDH
12
A. Analisi data
No Data Diagnosa
1. DS : - Hambatan ventilas spontan
DO : berhubungan dengan gangguan
Klien mengalami penurunan metabolism
kesadaran
Pasien terpasang ventilator
Ada suara nafas tambahan
Hasil CT scan edema serebal
Tampak EDH dan SDH
GCS E 2 V ; t, M;1
Hasil TTV, TD : 136/82 mmHg,
RR: 22x/menit, Nadi: 60x/menit
2 DS : - Kerusakan Integritas Jaringan
DO : dengan kurang pengetahuan
Luka di bagian kepala terdapat tentang perlindungan integritas
laserasi jaingan
Fraktur
Luka ruam
Pendarahan bagian kepala
Pembengkaka di bagian mata
Trauma vertikal
B. Format perencanaan
13
No Diagnosa NOc NIC
1. Hambatan Setelah dilakukan tindakan NIC Label : Manajemen
ventilas spontan keperawatan selama 3×24 jam Jalan Nafas Buatan
berhubungan masalah hambatan ventilator Lakukan universal
dengan spontan dapat teratasi dengan precautions
gangguan kriteria hasil : Menggunakan APD
metabolism NOC label Status Pernafasan : dengan cara yang tepat
Pertukaran gas Monitor suara ronkhi dan
1. Sianosis 1 (sangat berat) -3 crackles di jalan nafas
(cukup) Monitpr warna, jumlah
2. Keseimbangan ventilasi dan dan konsistensi sekret
perfusi 1 deviasi berat dari Inpeksi adanya cairan,
kisaran normal) -3 (deviasi kemerahan, iritasi dan
sedang dari kisaran normal) pendarahan pada kulit
3. PH arteri 1-3 sekitar stoma trakel
Tekanan persial
karbondioksida di darah arteri
(PaCO2) 1-3
2. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC perlindungan infeksi :
Integritas keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor adanya tanda dan
Jaringan masalah hambatan ventilator gejala infeksi sitematik dan
behubungan spontan dapat teratasi dengan lokal
dengan kurang kriteria hasil : 2. Tingkatkan asupan nutrisi
pengetahuan NOC management diri: yang cukup
tentang penyakit rtei peifer : 3. Amjurkan istrirahat
perlindungan 1. memantau tanda dan gejala 4. Periksa kulit dan selaput
integritas enyakit rteri perifer (skala 1 lendir untuk adanya
jaingan sampai skala 5) kemerahan, kehangtan
2. Menggunakan obat-obatan esktrim, atau drainase
sesuai resep (dari skala 2 ke
skala 5)
3. Memantau tanda dan gejala
memberatnya penyakit arteri
14
perifer (dari skala 1 ke skala 5)
4. Memantau kekuatan otot
ekstremitas bawah (dari skala 1
ke skala 5)
C. IMPLEMENTASI
P:
Lanjutkan intervensi.
Memonitor suara ,
nafas, warna, jumlah,
konsistensi secret
15
dengan kurang dan gejala infeksi beraktivitas
pengetahuan tentang sitematik dan lokal merasakan nyeri
perlindungan 2.Tingkatkan asupan
integritas jaingan nutrisi yang cukup O:
3.Amjurkan istrirahat Luka di
4.Periksa kulit dan bagian kepala
selaput lendir untuk terdapat
adanya kemerahan, laserasi
kehangtan esktrim, atau Fraktur
drainase Luka ruam
Pendarahan
bagian kepala
Pembengkaka
di bagian
mata
Trauma
vertikal
A :kerusakan
intehritas jaringan
belum teratasi
sebagian
P:lanjutkan
intervensi, pantau
adanya infeksi
BAB IV
16
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fraktur merupakan salah satu penyebab cacat salah satunya
akibat suatu trauma karena kecelakaan. Fraktur yang terbanyak di
Indonesia yaitu fraktur ekstremitas bawah. Bagian tubuh
yang banyak mengalami cedera adalah ekstremitas bagian bawah
(Riskesdas, 2018). Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang
menyebabkan suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot
dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan,
edema, dan hematoma.
B. SARAN
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan dalam isi maupun penyusunannya, dengan demikian penulis
mengharap kritikan, saran dan masukan untuk memperbaiki dalam
membuat makalah selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://doktersehat.com/patah-tulang-fraktur/
18