SKRIPSI
Disusun oleh :
Dinda Ayu Fadillah
1711401015
SKRIPSI
Disusun oleh :
Dinda Ayu Fadillah
1711401015
i
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Disusun oleh:
DINDA AYU FADILLAH
1711401015
Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi Program
Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Oleh:
Tanda tangan :
ii
iii
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA
REMAJA PUTRI
ABSTRAK
Latar belakang: Anemia pada remaja putri merupakan masalah gizi yang diperhatikan oleh
tenaga kesehatan. Pola makan, tingkah laku, aktivitas fisik serta pembatasan jenis makanan
dengan cara berdiet dilakukan oleh para remaja putri supaya mereka terlihat menarik. Lebih
dari setengah remaja tidak sering sarapan, sebagian besar remaja tidak mengkonsumsi serat
baik yaitu berasal dari buah-buahan maupun sayur-sayuran, serta lebih cenderung
mengkonsumsi masakan yang berpenyedap. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Metode:
Metode penelitian yang digunakan yaitu lietature review dengan framework PICOST
(Population, Intervention, Comparation, Output, Study, Time). Mengidentifikasi artikel
menggunakan database (PubMed dan google scholar), seleksi artikel menggunakan Critical
Appraisal untuk desain study Cross Sectional, kemudian memasukkan kedalam PRISMA
flowchart, data hasil ulasan narasi, menyusun, meringkas, dan melaporkan hasil. Hasil: Dari
230 artikel yang teridentifikasi, didapatkan 10 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Dari 10 artikel tersebut 7 artikel di antaranya menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri, sedangkan 3 artikel lainnya
menyatakan tidak terdapat hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Artikel yang menunjukan terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia
pada remaja putri disebabkan oleh remaja putri sering melakukan pantangan makan,
membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan serta kurangnya
mengkonsumsi makanan yang kaya zat heme, sayuran hijau, buah-buahan dan tablet Fe.
Sedangkan yang tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada
remaja putri dikarenakan walaupun pola makan remaja putri tidak baik namun jika jumlah
asupan protein dan zat besinya masih memenuhi untuk kebutuhan pembentukan Hb, maka
remaja putri tidak mangalami anemia. Kesimpulan: Terdapat hasil yang variatif dimana
metode pengumpulan dan pengukuran data mempengaruhi hasil antara terdapat dan tidak
terdapatnya hubungan pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Kata Kunci: Remaja putri, pola makan, anemia.
iv
THE CORRELATION BETWEEN DIET AND THE INCIDENCE OF
ANEMIA IN FEMALE ADOLESCENT
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
mahasiswa program studi SI Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta dalam tugas akhir. Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang senantiasa memberikan motivasi dan bimbinganya hingga
proposal penelitian ini selesai. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
vi
8. Semua teman-teman gizi khusunya angkatan 2017 yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN DALAM...................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................................ii
ABSTRAK...................................................................................................................iv
ABSTRACT................................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR.................................................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Perumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian............................................................................................3
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................4
F. Keaslian Penelitian............................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................65
LAMPIRAN...............................................................................................................68
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO 2018, Pada umur 10– 19 tahun setiap orang mengalami
perkembangan mulai dari munculnya tanda-tanda seksual sekunder sampai
tercapainya kematangan seksual, masa ini disebut dengan masa remaja (WHO,
2018). Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI no 25 tahun 2014,
mengakatakan masa remaja merupakan penduduk dalam rentang usia 10- 18
tahun (Permenkes RI, 2014). Kemudian menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional tentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah (BKKBN, 2016)
Data WHO 2015 menunjukkan lebih dari 30% penduduk dunia
mengalami anemia. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh WHO,
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 29%.
Prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun mencapai 41,5% di
negara berkembang. Indonesia ialah salah satu negara berkembang dengan
prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 37% lebih tinggi dari
prevalensi anemia di dunia (WHO, 2015). Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2018) menunjukkan persentase anemia pada Wanita Usia Subur di
Indonesia alami kenaikan dibanding data Riskesdas 2013 menjadi 48,9%.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017, prevalensi
anemia di antara anak usia 5-12 tahun di Indonesia yaitu 26%, pada wanita usia
13-18 tahun yaitu 23%. Prevalensi anemia pada laki-laki usia 13-18 tahun lebih
rendah dibandingkan wanita yaitu 17%. (WHO, 2018). Sejalan dengan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2016, melaporkan prevalensi anemia
pada remaja putri usia 15-20 tahun yaitu 57,1%. (SKRT, dalam Ersila & Prafitri,
2017).
Anemia pada remaja putri merupakan masalah gizi yang diperhatikan
oleh tenaga kesehatan. Pola makan, tingkah laku, aktivitas fisik serta
pembatasan jenis makanan dengan cara berdiet dilakukan oleh para remaja putri
supaya mereka terlihat menarik (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Lebih dari
1
setengah remaja tidak
1
2
sering sarapan, sebagian besar remaja tidak mengkonsumsi serat baik yaitu
berasal dari buah-buahan maupun sayur-sayuran, serta lebih cenderung
mengkonsumsi masakan yang berpenyedap. Apabila cara konsumsi ini
berlangsung terus menerus dan menjadi kebiasaan makan tetap para remaja,
maka akan menambah risiko terjadi penyakit tidak menular termasuk anemia
(Kemenkes RI, 2019). Pola makan remaja yang tergambar dari data Global
School Health Survey (2015), antara lain: tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian
besar remaja kurang mengkonsumsi serat sayur buah (93,6%) dan sering
mengkonsumsi makanan berpenyedap (75,7%). Remaja juga kurang melakukan
aktifitas fisik (42,5%). (Kemenkes RI, 2019).
Penyebab anemia secara umum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu usia, pendidikan, pengetahuan, konsumsi zat besi, status
ekonomi, status gizi dan pola makan (Hidayah, 2016). Dampak jangka pendek
anemia pada remaja diantaranya menurunnya imunitas, konsentrasi, prestasi
belajar, kebugaran tubuh dan produktifitas. Dampak jangka panjang anemia
pada remaja putri antara lain meningkatnya AKI, melahirkan bayi yang
prematur dan bayi BBLR karena status gizi remaja putri atau pranikah memiliki
peran yang besar terhadap kesehatan dan keselamatan baik pada saat kehamilan
maupun kelahiran ketika remaja putri menjadi ibu (Kemenkes, 2018).
Penanggulangan anemia remaja putri dilakukan melalui pemberian tablet
tambah darah (TTD). Pemberian tablet tambah darah (TTD) telah dilakukan
oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas berupa 4 tablet yang dikonsumsi selama 1
bulan, setiap 1 tablet dikonsumsi selama 1 minggu (Kemenkes, 2018).
Dalam survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan DIY, pada tahun
2018 dengan sasaran 1500 remaja putri di 5 Kabupaten dan Kota, menunjukkan
bahwa sebanyak 19,3% remaja putri mengalami anemia (Hb dibawah 12 g/dl).
Prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri dalam penelitian Apriliani dan
Arisjuliyanto tahun 2018 di DIY usia 12-19 tahun yaitu 36,0%. Masa remaja
adalah waktu yang tepat untuk melakukan intervensi dalam mengatasi anemia.
Upaya Dinas Kesehatan DIY dalam memberantas anemia pada remaja yaitu
melaksanakan kegiatan pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi semua
remaja putri. Cakupan Remaja putri yang telah mendapatkan tablet tambah
darah (TTD) di Kabupaten/Kota yang ada di DIY pada tahun 2018 yaitu Kota
Yogyakarta
3
4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana pembelajaran sekaligus mengaplikasikan ilmu yang sudah di
dapat selama perkuliahan dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi peneliti
selajutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Materi
Materi yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai pola makan
dengan kejadian anemia. Lingkup penelitian ini adalah anemia defisiensi zat
besi. Pola makan remaja dapat mempengaruhi kesehatan pada masa
kehidupan berikutnya (setelah dewasa dan berusia lanjut). Remaja putri
membutuhkan lebih banyak zat besi karena remaja putri setiap bulannya
mengalami menstruasi yang berdampak kurangnya asupan zat besi dalam
darah sebagai pemicu anemia.
2. Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri, pola makan dan
kejadian anemia.
3. Lingkup Waktu
Artikel yang dipublikasikan dari 1 Januari 2010 - 30 Desember 2020
4. Lingkup Tempat
Database yang digunakan yaitu PubMed dan Google Scholar
5
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
No Nama Peneliti Judul Jenis dan Hasil Penelitian Perbedaan
dan Tahun Penelitian metode dengan
Penelitian Penelitian
Saat ini
1 Krishna Hubungan pola Observasiona Tidak ada Lingkupnya
Satyagraha makan dengan l analitik, hubungan pola pada remaja
Kusuma Putera, kejadian Cross makan dengan putri usia 10-
Meitria anemia di SMP Sectional kejadian anemia 19 tahun
Syahadatina Negeri 18 pada remaja putri
Noor, Farida Banjarmasin di SMPN 18
Heriyani, 2019/2020 Banjarmasin.
(2020).
2 Zubir, (2018). Hubungan pola Observasiona Terdapat Lingkupnya
makan dengan l analitik, hubungan antara pada remaja
kejadian Cross pola makan putri usia 10-
anemia pada Sectional dengan anemia 19 tahun
remaja putri pada remaja putri.
SMK
Kesehatan
AsSyifa
School Banda
Aceh
3 Sumy Dwi Pola makan Kuantitatif, Terdapat Lingkupnya
Antono, Arika pada remaja Cross hubungan pola pada remaja
Indah Setyarini, berhubungan Sectional makan pada putri usia 10-
Mashlachatul dengan remaja dengan 19 tahun
Mar’a`h, (2020) kejadian kejadian anemia
anemia pada pada remaja putri
siswi kelas VII
4 Desri Suryani, Analisis pola Kuantitatif, Tidak terdapat Lingkupnya
Riska Hafiani, makan dan Cross hubungan antara pada remaja
Rinsesti Junita, anemia gizi Sectional pola makan putri usia 10-
(2017) besi pada dengan kejadian 19 tahun
remaja putri anemia
kota bengkulu
5 Divia Ayu Hubungan Literatur Terdapat Lingkupnya
Sartika, Lilis konsumsi e Review hubungan pada pola
Majidah, Sri makanan cepat konsumsi makan
saji dengan makanan cepat
6
A. Tinjauan Teori
1. Pola Makan
a. Definisi
Pola makan merupakan kesesuaian jumlah, jenis makanan dan frekuensi
yang dikonsumsi setiap hari atau setiap kali makan oleh responden yang
terdiri dari jenis makanan pokok, lauk pauk (lauk hewani dan nabati) serta
sayur dan buah (Khairiyah, 2016). Pola makan yang baik beriringan
dengan keadaan gizi yang baik, apabila konsumsi makannya baik maka
akan memunculkan status gizi yang baik pula selama tidak ada faktor-
faktor lain yang menyertainya seperti penyakit infeksi (Nuzrina, 2016).
Pola makan merupakan cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan, porsi makan,
dan jenis makan yang berdasarkan faktor-faktor sosial, budaya dimana
mereka hidup (Diatsa, 2016).
Pola makan yang baik dan didukung konsumsi protein hewani serta
sayuran hijau setiap hari dapat mencegah terjadinya anemia. Pola makan
yang tidak baik, kebiasaan makan yang buruk dan ketidaksukaan yang
berlebihan pada makanan tertentu menyebabkan status gizi menjadi
kurang bahkan kurus (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Pemerintah Indonesia
telah membuat Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Pedoman tersebut
bertujuan untuk menyediakan pedoman makan dan perilaku sehat bagi
seluruh lapisan masyarakat berdasarkan prinsip konsumsi aneka ragam
pangan, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal.
Harapannya masyarakat dapat patuh terhadap pedoman tersebut sehingga
angka anemia turun khususnya pada remaja putri (Permenkes RI, 2014).
Dalam buku Pengantar Gizi Masyarakat yang dikutip oleh Merryana
Adriani, perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa yaitu melalui
fase remaja. Pada fase ini fisik seseorang semakin berkembang, demikian
pula aspek sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang
7
8
1. Faktor Ekstrinsik yang merupakan faktor yang berasal dari luar diri
manusia yang terdiri dari lingkungan alam, lingkungan ekonomi,
lingkungan sosial , lingkungan budaya dan agama.
ukuran kecil 60 gram. Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati
dan lauk hewani, jumlah atau porsi makan antara lain: daging 50 gram,
telur 50 gram, tempe 50 gram (dua potong) tahu 100 gram (dua
potong). Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan
sayuran antara lain: sayur 100 gram. Buah merupakan suatu hidangan
yang disajikan setelah makanan utama berfungsi sebagai pencuci
mulut. Jumlah porsi buah ukuran 100 gram, ukuran potongan 75 gram
(Diatsa et al., 2016)
c. Perilaku Makan Sehat Pada Remaja
Anjuran untuk menciptakan pola kebiasaan pangan yang baik bagi
remaja adalah sebagai berikut :
1) Mendorong remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan yang
baru, mengkonsumsi beberapa makanan di pagi hari, makan bersama
keluarga serta menyeleksi makanan yang bergizi seimbang.
2) Menggariskan tujuan untuk setidaknya sekali dalam sehari membuat
waktu makan menjadi menyenangkan untuk berbagi pengalaman di
antara anggota keluarga.
3) Mengetahui jadwal kegiatan remaja sehingga waktu makan tidak
terbentur dengan kegiatan aggota keluarga yang lain.
4) Menyiapkan data dasar tentang pangan dan gizi seimbang sehingga
remaja dapat memutuskan jenis makanan yang akan dikonsumsi
berdasarakan informasi. (Diatsa et al., 2016).
2. Anemia
a. Definisi Anemia
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah (WHO, 2015). National Institute of Health (NIH) Amerika,
2011 menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah
sel darah merah yang cukup (Fikawati et al., 2017). Anemia merupakan
kondisi berkurangnya sel darah merah atau yang biasa disebut dengan
eritrosit dalam sirkulasi darah atau hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan
(Astutik, 2018). Anemia merupakan suatu kondisi tubuh dimana jumlah dan
ukuran sel darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah dari
normal, yang akan
10
Gambar 2. 1 Ilustrasi heme, hemoglobin dan sel darah merah (Miller, 2018).
Terdapat beberapa kelompok populasi yang paling rentan terhadap anemia
gizi besi. Kelompok tersebut di antaranya adalah anak-anak di bawah
usia 5 tahun, terutama bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun, remaja,
wanita usia reproduksi (15–49 tahun), dan wanita hamil serta lansia. Berikut
adalah empat mekanisme dasar mengapa dapat terjadi kekurangan besi di
dalam tubuh: 1) rendahnya asupan besi dari makanan, 2) meningkatnya
kebutuhan besi akibat perubahan fisiologis dalam tubuh, 3) rendahnya
absorbsi atau penyerapan besi di saluran cerna, dan 4) meningkatnya
kehilangan zat besi (Etim, 2014).
c. Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga
diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang
terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom),
untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Tanda-tanda dari
anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan
bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya
kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya
simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah
protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya
yang khas yaitu rendahnya kadar Hb (Gutrie, dalam Fitriany & Saputri,
2018).
e. Diagnosis Anemia
Diagnosis anemia dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah dengan menggunakan metode
Cyanmethemoglobin (WHO, dalam Kemenkes, 2018). Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan No 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. Remaja putri dan WUS
13
f. Gejala Anemia
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu,
Letih, Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (kepala muter),
mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai sertas sulit
konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan pucat pada
muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan (Kemenkes,
2018).
g. Dampak Anemia
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada remaja putri
dan WUS, yaitu:
1) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah
terkena penyakit infeksi.
2) Menurunkan kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya
oksigen ke sel otot dan sel otak.
3) Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.
14
4) Remaja Putri
a. Definisi
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10
hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI no 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.
Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan
universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa
remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa
yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan dalam hidup.
17
B. Kerangka Teori
Menstruasi
Frekuensi Makan
Porsi Makan
Jenis Makan Kehilangan darah
Sosial Rendahnya asupan Fe
Keadaan Jasmani
Asupan vitamin
AsupanC zat
rendah
penghambat penyerapan tinggi (inhibitors)
Emosional
Artinya: “Hai manusia, makanlah yang halal dan baik dari apa yang terdapat di
bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena
sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Makanan adalah bahan yang selain mengandung obat yang mengandung zat-
zat gizi dan unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat di ubah menjadi zat gizi oleh
25
tubuh yang berguna bila dimasukkan didalam tubuh. Keterkaitan zat-zat gizi
dalam makanan dengan al-qur’an terlihat dalam surat Al-Maidah ayat 96:
Artinya: “Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal)
dari laut yang lezat bagimu dan bagi orang-orang dalam perjalanan; dan di
harapkan atasmu (menangkap) hewan darat, selama kamu ihram. Dan
bertaqwalah kamu kepada Allah dan kepada-Nya kamu akan dikumpulkan
(kembali)”.
Surat Al-Maidah ayat 96 menjelaskan bahwa halal untuk hewan laut seperti
ikan, udang dan lainnya karena makanan tersebut memiliki banyak kandungan
protein yang berfungsi mengangkat zat-zat gizi.
Artinya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah dan tempuhlah jalan
tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang dapat
menyembuhkan penyakit manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda kebesaran tuhan bagi orang-orang yang memikirkan”.
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian literature review dengan
menggunakan metode menganalisis jurnal. Studi literature review adalah cara
yang digunakan untuk megumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada
sebuah topik tertentu yang bisa didapatkan dari berbagai sumber seperti jurnal,
buku, internet, dan atau pustaka lainya.
B. Jalannya Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam literature review adalah sebagai berikut :
c. Kriteria Elegibility
Kriteria artikel yang akan dicari dan digunakan sebagai sumber literature
review disusun dalam bentuk kriteria inklusi dan eksklusi, kriteria inklusi
dan eksklusi yang disusun untuk mendapatkan artikel yang dipilih adalah:
Tabel 3. 2 Format kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
a. Research article a. Artikel dalam bentuk artikel
opini, dan naskah publikasi.
b. Artikel diterbitkan dalam rentang b. Artikel berbayar.
waktu 2010-2020.
c. Artikel dapat diakses secara
full text
d. Artikel yang membahas pola
makan pada remaja putri
e. Artikel dengan bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris
f. Artikel dengan desain Cross
Sectional Study
Identification
Databased Grey Literature
PubMed (n= 18) Google scholar (n= 212)
30
31
dapat diandalkan?
4 Apakah objektif,
kriteria standar yang
√ √ √ √ √
digunakan untuk
pengukuran kondisi?
(Tujuan)
5 Apakah faktor
perancu
√ √ √ √ √
diidentifikasi?
6 Apakah strategi
untuk menangani
√ √ √ √ √
faktor perancu
dinyatakan?
7 Apakah hasil diukur
dengan cara yang
√ √ √ √ √
valid dan reliabel?
8 Apakah analisis
statistik yang tepat
√ √ √ √ √
digunakan?
32
Lanjutan dari tabel 3.4 JBI Critical Appraisal untuk desain study Cross Sectional
(Arisnawati, 2018) (Engidaw & (Rakesh PS, et al., (Suryani et al., 2017) Kumar B. Shill, et
Belakang, 2018) 2019) al., 2014)
No PERTANYAAN
Q3 Q3 Q3
S4 S3
Iya Tidak TJ TB Iya Tidak TJ TB Iya Tidak TJ TB Iya Tidak TJ TB Iya Tidak TJ TB
Apakah kriteria
untuk dimasukkan
1 √ √ √ √ √
dalam sampel
didefinisikan dengan
jelas?
Apakah subjek
penelitian dan setting
2 √ √ √ √ √
dijelaskan secara
rinci?
Apakah eksposur
(Penyebab/variabel
3 √ √ √ √ √
bebas) diukur dengan
cara yang valid dan
dapat diandalkan?
4 Apakah objektif,
kriteria standar yang
33
digunakan untuk √ √ √ √ √
pengukuran kondisi?
(Tujuan)
5 Apakah faktor
perancu
√ √ √ √ √
diidentifikasi?
6 Apakah strategi
untuk menangani
√ √ √ √ √
faktor perancu
dinyatakan?
7 Apakah hasil diukur
dengan cara yang
√ √ √ √ √
valid dan reliabel?
8 Apakah analisis
statistik yang tepat
√ √ √ √ √
digunakan?
*Keterangan:
TJ: Tidak Jelas
TB: Tidak Berlaku
34
Matrik Sintesis
Literatur review dilakukan terhadap 10 artikel dengan rentang penelitian tahun 2010 s.d. 2020 yang di peroleh dari pencarian
menggunakan google scholar dan PubMed dengan menggunakan kata kunci: “Remaja putri, students, female, teenagers, adolescent, pola
makan, food habit, dietary patern, food patern, eating patern, eating habit, anemia, anaemia”.
1 Hubungan Pola Indonesia Untuk mengetahui Menggunakan data Informed 88 Remaja putri Tidak ada hubungan antara
Makan dengan apakah terdapat consent dan lembar SMPN 18 pola makan dengan kejadian
Kejadian Anemia hubungan pola wawancara. Adapun alat yang Banjarmasin anemia. (P = 0,104)
Pada Remaja makan dengan digunakan dalam penelitian ini
Putri di SMP kejadian anemia adalah alat tulis,
Negeri 18 pada remaja putri di Hemoglobinometer, kuesioner
Banjarmasin SMP Negeri 18 jenis, frekuensi, food recall,
2019/2020, Banjarmasin dan aplikasi NutriSurvey. Alat
(Satyagraha et al., 2019/2020. pengukur kadar hemoglobin,
yaitu menggunakan Hb elektrik
35
2 Pola makan pada Indonesia Untuk mengetahui Pengambilan data 66 siswi kelas VII Terdapat hubungan pola
remaja hubungan pola menggunakan kuisioner MTs Sunan makan pada remaja dengan
berhubungan makan pada remaja food recall dan pemeriksaan Kalijaga. kejadian anemia pada
dengan kejadian dengan kejadian haemoglobin remaja putri. (P <0,05)
anemia pada siswi anemia pada siswi
kelas VII, kelas VII MTs
(Antono & Sunan kalijaga
Setyarini, 2020) Kranding Mojo
Kediri
3 Apakah Citra Indonesia Untuk mengetahui Pengumpulan data 343 siswa SMK Tidak ada hubungan antara
Tubuh dan Risiko adakah hubungan menggunakan timbangan berat di Kota Bekasi risiko gangguan makan dan
Gangguan Makan body image dan badan dan microtoise untuk yang sesuai anemia. (P = 0,27).
Berisiko Anemia? risiko gangguan menghitung status gizi, untuk dengan kriteria
Studi Kasus Pada makan dengan pengukuran body image inklusi dan
Siswa Putri, kejadian anemia menggunakan kuesioner Body eksklusi.
(Marsyuman, et pada remaja putri Shape Questionnaire 34,
36
4 Faktor Yang Indonesia Menganalisis Instrumen yang digunakan Besar sampel 87 Terdapat hubungan antara
Berhubungan hubungan faktor dalam penelitian ini adalah responden dari pola makandengan Kejadian
Dengan Kejadian Predisposisi, kuesioner. total populasi 671 Anemia diperoleh nilai (p <
Anemia pada pemungkin dan remaja putri. 0,05).
Remaja Putri di penguat dari remaja
Wilayah Kerja putri dengan
Puskesmas kejadian anemia di
Kambaniru wilayah kerja
Kabupaten Sumba Puskesmas
Timur, Kambaniru.
(Sukartiningsih &
Amaliah, 2018)
37
5 Hubungan Pola Indonesia Untuk mengetahui Pengambilan data 185 remaja putri Terdapat hubungan antara
Makan dengan hubungan pola menggunakan kuisioner di SMK pola makan dengan anemia
Kejadian Anemia makan dengan Kesehatan pada remaja putri. (P =
pada Remaja anemia pada remaja Assyifa School 0,003)
Putri SMK putri di SMK Banda Aceh
Kesehatan Kesehatan AsSyifa
AsSyifa School School Banda Aceh
Banda Aceh,
(Zubir, 2018)
6 Hubungan Indonesia Untuk mengetahui Pengumpulan data dengan 42 remaja putri di Terdapat hubungan yang
kebiasaan makan hubungan kebiasaan menggunakan kuesioner dan SMA Al Hikmah signifikan antara kebiasaan
pagi makan pagi dengan pemeriksaan laboratorium 2 Benda sarapan pagi dengan
dengan kejadian kejadian anemia digunakan untuk mengukur Sirampog Brebes. kejadian anemia pada
anemia pada pada remaja putri di kadar hemoglobin darah remaja putri. (P = < 0,05).
remaja putri di SMA Al Hikmah 2 menggunakan alatEasy Touch
SMA Al Hikmah Benda Sirampog GCHB sebagai batasan anemia.
2 Benda Brebes.
Sirampog Brebes,
(Arisnawati,
38
2018)
7 Anemia and Ethiopia Untuk menentukan Kuesioner yang berisi 437 remaja putri. Remaja putri yang
associated factors Tenggara prevalensi anemia pertanyaan-pertanyaan terkait mengkonsumsi makanan
among adolescent dan faktor terkait di sosiodemografi, status sumber zat besi heme
girls living in antara remaja putri kesehatan, hemoglobin, status kurang dari 1 kali perbulan
Aw-Barre refugee berusia 10-19 tahun gizi, frekuensi dan jenis diet, lebih berisiko terkena
camp, Somali di kamp pengungsi makanan lain dan sumber anemia dibandingkan
regional state, Aw-Barre, negara pendapatan di luar ransum remaja putri yang
Southeast bagian Somalia, umum beserta alat timbangan mengkonsumsi zat besi
Ethiopia, Ethiopia Tenggara. berat HemoCuvettes, mesin heme lebih dari dua kali
(Engidaw & HemoCueHb 301, dan bahan seminggu.
Belakang, 2018) saniter seperti kapas, alkohol,
dan sarung tangan.
8 Anaemia among Kerala, India. untuk Pengambilan data 10 laki-laki dan Yang terkena anemia yaitu
school children memperkirakan menggunakan kuesioner food 10 perempuan karena tidak terbiasa
from southern prevalensi anemia recall dan pemeriksaan dari kelas V mengonsumsi daging,
Kerala, India: A pada anak sekolah di haemoglobin. sampai IX sayuran berdaun hijau, dan
cross-sectional distrik Kollam, buah jeruk.
39
9 Analisis pola Indonesia Untuk mengetahui Pengumpulan data dengan 1200 remaja putri Tidak terdapat hubungan
makan dan pola makan dan kuesioner dan peme-riksaan SMP dan SMA di antara pola makan dengan
anemia gizi besi kejadian anemia gizi kadar Hemoglobin dengan Kota Bengkulu. kejadian anemia. (P = >
pada remaja putri besi pada remaja menggunakan metode 0,05)
kota Bengkulu. putri di Kota cyanmethemoglobin.
(Suryani et al., Bengkulu.
2017)
10 Prevalence of Bangladesh Untuk menilai Menggunakan kuesioner food 300 siswa remaja Hasil analisis menunjukkan
Iron-deficiency prevalensi dan recall, Hemoglobinometer, dan (150 perempuan 55,3% siswa remaja
Anaemia among penyebab anemia software SPSS for Windows dan 150 laki-laki) menderita anemia, di
University defisiensi besi (versi 16) antaranya 63,3% adalah
Students in melalui evaluasi perempuan; dengan
Noakhali Region, laboratorium demikian, anemia
Bangladesh, terhadap kadar ditemukan lebih umum pada
(Kumar B. Shill, hemoglobin individu perempuan dibandingkan
40
41
42
Populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 671 remaja putri, besar
sampel dalam penelitian ini 87 responden. Teknik pengambilan sampel
mengunakan Simple Random Sampling.
b. Hasil
1) Hasil Analisis Secara Univariat
Distribusi frekuensi pola makan remaja putrimenunjukkan bahwa dari 87
responden sebagian besar yaitu 55 responden (63,2%) pola makan kategori
makananan tidak sehat dan pola makan kategori makananan sehat
sebanyak 32 responden (36,8%).
2) Hasil Analisis Secara Bivariat
Hasil menunjukkan bahwa kejadian anemia terbanyak pada remaja putri
dengan pola makan tidak sehat yaitu 41 orang (47,1%). Secara terperinci
berdasarkan pola makan remaja putri dengan kejadian anemia kategori
pola
43
3. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri SMK
Kesehatan AsSyifa School Banda Aceh. (Zubir, 2018)
a. Tahapan
1) Lokasi penelitian ini di lakukan di SMK Kesehatan Assyifa School Banda
Aceh. Data dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner. Analisa data
dilakukan dengan cara univariat dan bivariat bertujuan untuk menjelaskan
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel
pola makan, anemia dan remaja.
2) Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang bersekolah di
SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh Tahun 2018 berjumlah 185
orang. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel adalah Random
Sampling yaitu diambil sebagian dari jumlah populasi secara acak dengan
menggunakan rumus (Slovin). Jadi jumlah sampel dibulatkan menjadi 65
orang remaja putri.
b. Waktu
c. Hasil
1) Hasil Analisis Secara Univariat
Pola makan remaja putri yang tidak baik berjumlah 44 orang (67,7%).
2) Hasil Analisis Secara Bivariat
44
4. Hubungan kebiasaan makan pagi dengan anemia pada remaja putri di SMA Al
Hikmah 2 Benda Sirampog Brebes. (Arisnawati, 2018)
a. Tahapan
1) Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA Al Hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Sirampog Kab.
Responden memenuhi kriteria inklusif yaitu: remaja putri yang tidak
sedang berpuasa, remaja putri yang sudah menstruasi. Sedangkan kriteria
inklusinya adalah : tidak dalam keadaan sakit, remaja yang tidak bersedia
diperiksa kadar hemoglobin. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengukur kadar
hemoglobin darah menggunakan alat Easy Touch GCHB sebagai batasan
anemia.
2) Populasi pada penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi remaja
putri siswa SMA Al Hikmah 2 yang diambil dengan menggunakan teknik
stratified sampling remaja putri siswa SMA Al Hikmah 2 Benda Sirampog
Brebes yang berjumlah 42 orang.
b. Waktu
c. Hasil
1) Hasil Analisis Univariat
45
Hasil analisis menunjukan bahwa proporsi remaja putri yang sering makan
pagi lebih banyak yaitu sebesar (52,4%) dibandingkan remaja putri yang
kadang – kadang makan pagi (9,5%) sedangkan yang jarang makan pagi
yaitu sebesar (38,1%)
2) Hasil Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil uji chi square dapat diketahui bahwa nilai p value > 0,05
(0,02), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan sarapan pagi dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Hasil ini dapat diartikan bahwa remaja putri yang jarang mempunyai
kebiasaan makan pagi berpeluang 8 kali terkena anemia.
c. Hasil
Anemia paling umum terjadi pada kelompok usia 12-14 tahun (35,3%). Di
antara remaja putri yang mengonsumsi minimal 40 tablet suplementasi IFA
setiap minggu, 26,3% mengalami anemia, sedangkan di antara mereka yang
tidak teratur mengonsumsi tablet 32% mengalami anemia. Sekitar sepertiga
(34,2%) dari mereka yang melaporkan minum teh/kopi bersama dengan
makanan utama mengalami anemia sedangkan 26,9% dari mereka yang
melaporkan tidak minum teh/kopi dengan makanan utama mengalami anemia
(p <0,001). Selain itu, sekitar sepertiga dari anak-anak (32,1%) dengan gizi
buruk mengalami anemia, sementara 31,2% anak dengan gizi normal
mengalami anemia (p = 0,68). Di antara anak-anak (30,3%) yang dilaporkan
tidak mengonsumsi daging minimal seminggu sekali mengalami anemia,
31,9% yang mengonsumsi daging minimal seminggu sekali (p = 0,34)
mengalami anemia. Di antara anak-anak yang diteliti 35,3%, 22,3% dan
45,3% melaporkan bahwa mereka tidak terbiasa mengonsumsi daging,
sayuran berdaun hijau, dan buah jeruk, setidaknya setiap minggu.
8. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMP
Negeri 18 Banjarmasin 2019/2020. (Satyagraha et al., 2020)
a. Tahapan
1) Lokasi penelitian ini dilakukan di SMPN 18 Banjarmasin tahun ajaran
2019/2020. Penelitian ini menggunakan data Informed consent dan lembar
wawancara. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
tulis, Hemoglobinometer, kuesioner jenis, frekuensi, food recall, dan
aplikasi NutriSurvey. Alat pengukur kadar hemoglobin, yaitu
menggunakan Hb elektrik merk Easy Touch (finger prick).
2) Populasi
88 remaja putri di SMPN 18 Banjarmasin dengan kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah 1) Tidak dalam mengkonsumsi tablet tambah darah
50
atau tablet besi dalam 1 bulan terakhir; 2) Tidak sedang haid pada saat
penelitian; 3) Tidak mengalami penyakit TB.
b. Hasil
Responden yang pola makan tidak baik lebih banyak yang tidak mengalami
anemia dibandingkan yang mengalami anemia. Kemudian pada responden
yang memiliki pola makan baik lebih banyak yang tidak anemia
dibandingkan yang anemia. Data ini tidak memenuhi syarat dari uji Chi
Square karena ada cell dengan nilai frekuensi harapan kurang dari 5, sehingga
menggunakan uji alternatif yaitu uji fisher. Pada uji fisher didapatkan nilai p
adalah 0,1 (p>0,05), sehingga hasil uji ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri di
SMPN 18 Banjarmasin.
9. Apakah Citra Tubuh dan Risiko Gangguan Makan Berisiko Anemia? Studi
Kasus Pada Siswa Putri. (Marsyuman, et al., 2020)
a. Tahapan
1) Lokasi penelitian ini dilakukan di 5 SMK di Kota Bekasi, Jawa Barat.
Instrument yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan berat
badan dan microtoise untuk menghitung status gizi, untuk pengukuran
body image menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire 34,
kemudian untuk penilaian risiko gangguan makan menggunakan kuesioner
Eating Attitude Test 26
2) Populasi
343 responden dengan kriteria inklusi sehat, tidak sedang berpuasa dan
bersedia menjadi responden sedangkan responden yang memiliki riwayat
penyakit terkait anemia tidak diikutkan pada penelitian.
b. Hasil
51
c. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pola makan
dengan kejadian anemia pada remaja putri (p>0,05). Remaja dengan pola
makan tidak baik memiliki risiko 1,2 kali untuk menderita anemia dibanding
remaja yang memiliki pola makan baik.
B. PEMBAHASAN
Hasil riview 10 artikel pada penelitian ini menggunakan karakteristik responden;
remaja putri dengan rentan usia 10-19 tahun. Lokasi penelitian di lingkup nasional
yaitu; Kediri, Sumba Timur, Banda Aceh, Brebes, Banjarmasin, Bekasi, Bengkulu.
Untuk lingkup internasional yaitu; Southeast Ethiopia, India, dan Bangladesh.
Dari hasil 10 artikel, tingkat pengetahuan pada responden yaitu kurang, hal ini
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan
selanjutnya akan berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang bersangkutan
termasuk status anemia. Rendahnya pengetahuan remaja tentang anemia
mengakibatkan kurangnya konsumusi makanan sumber protein hewani.
Rendahnya kadar hemoglobin pada remaja putri disebabkan beberapa faktor
antara lain adanya zat penghambat absorbsi, kebutuhan zat besi meningkat
karena pertumbuhan fisik, dan kehilangan darah disebabkan perdarahan kronis,
penyakit parasit dan infeksi (Suryani et al., 2017). Sesuai dengan teori yang
dikatakan oleh (Notoatmodjo dalam Sukartiningsih & Amaliah, 2018) bahwa
pengetahuan seseorang dipengaruhi berbagai hal di antaranya pendidikan,
pengalaman, informasi, umur, pekerjaan, minat dan budaya setempat. Faktor –
faktor tersebut di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Asumsi kedua
peneliti bahwa pengetahuan remaja putri yang cukup bila tidak ditunjang dengan
sarana prasarana yang baik maka kejadian anemia pada remaja putri akan dapat
diminimalkan.
Frekuensi konsumsi makanan kaya zat besi heme dan frekuensi konsumsi
telur ditemukan berhubungan positif dengan status anemia pada remaja putri.
Remaja akhir 2 kali lebih mungkin mengalami anemia dibandingkan dengan
remaja awal. Remaja putri yang makan makanan kaya zat besi heme kurang dari
satu kali per bulan, lebih besar kemungkinannya untuk terkena anemia
dibandingkan dengan mereka yang makan lebih dari dua kali dalam seminggu.
Remaja putri yang mengkonsumsi telur lebih dari dua kali seminggu lebih kecil
kemungkinannya untuk terkena anemia dibandingkan dengan remaja putri yang
mengkonsumsi sekali per bulan (Engidaw & Belakang, 2018).
Metode yang digunakan untuk mengukur anemia pada penelitian ini yaitu:
pada elektrodastrip. Ketika sampel darah menyetuh area target sampel strip,
darah secara otomatis ditarik ke zona reaksi strip. Hasil tes akan ditampilkan
setelah 6 detik untuk hemoglobin. Kenggulan dari EasyTouch GCHb adalah
mudah digunakan dilapangan dan sudahterdaftar Depkes RI AKL NO :
20101902214.
3. Metode Hemocue
Metode ini dilakukan dengan pengukuran optical density pada kuvet
yang mepunyai kapasitas volume sebesar 10 mikroliter oleh sinar yang
berasal dari lampu 16 berjarak 0,133 milimeter sampai pada dinding parallel
celah optis tempat kuvet berada. Pereaksi kering dimasukkan ke dalam
kuvet. Secara spontan, sampel darah akan bercampur dengan pereaksi
kering. Kuvet dimasukkan ke dalam alat Hemocue photometer untuk
dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 565 dan 880 nm. Alat akan
menghitung sendiri sehinga angka yang muncul pada layar pembacaan
adalah kadar Hb darah yang diperiksa. Alat penentuan Hb dengan metode
Hemocue ini juga mempunyai kelebihan yaitu ringan dibawa, praktis, dapat
menggunakan bateri, tidak tergantung listrik, dan hasilnya dapat langsung
diketahui saat itu juga (Handayani, 2012). Namun adapun kekurangan dari
metode ini yaitu harga alat relatif lebih mahal dibandingkan dengan alat
lainnya.
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
a/(a+b) : proporsi (prevalensi) subyek yang mempunyai faktor risiko
yang mengalami efek
c/(c+d) : proporsi (prevalensi) subyek tanpa faktor risiko yang
mengalami efek
Rasio prevalensi harus selalu disertai dengan nilai interval kepercayaan
(confidence interval) yang dikehendaki, misalnya interval kepercayaan
95%. Interval kepercayaan menunjukkan taksiran rentang nilai pada
populasi yang dihitung dengan nilai yang diperoleh pada sampel.
Perhitungan
62
Efek
Ya Tidak Jumlah
Ya a b a+b
Uji Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
C. Keterbatasan Penelitian
Pada jenis metode penelitian literature review ini, artikel yang digunakan
memiliki beberapa karakteristik metode penelitian yaitu desain study Cross
Sectional yang dapat menimbulkan bias pada hasil penelitian. Pada desain study
Cross Sectional ini kurang tepat jika digunakan untuk analisis klausal, mengingat
penelitian dan penilaian dalam analisis klausal menuntut adanya sekuensi waktu
yang jelas antara paparan dengan penyakit. Serta dalam literature riview ini
menunjukkan hasil yang variatif, dimana untuk artikel yang berhubungan
menggunakan metode yang terstandar sedangkan artikel yag tidak berhubungan
menggunakan metode yang tidak terstandar. Metode yang tidak terstandar tersebut
yaitu tidak menggunakan FFQ atau Food recal 24jam hanya menggunakan
kuesioner.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil literature riview menunjukkan hasil yang variatif, dimana untuk
artikel yang berhubungan menggunakan metode yang terstandar sedangkan artikel yang
tidak berhubungan menggunakan metode yang tidak terstandar.
Terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri,
disebabkan oleh pola dan gaya hidup modern membuat remaja putri cenderung lebih
menyukai makan di luar rumah bersama kelompoknya. Remaja putri sering
mempraktikkan diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan pantangan-
pantangan, membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan.
Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik. Beberapa remaja
khususnya remaja putri sering mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak
seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut kegemukan serta kurangnya
mengkonsumsi makanan yang kaya zat heme, sayuran hijau, buah-buahan dan tablet Fe.
Tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian anemia pada remaja
putri karena asupan protein yang dibutuhkan remaja putri sebesar 56 gram per harinya
dan asupan zat besi yang dibutuhkan remaja putri sebesar 15 mg per hari. Walaupun pola
makan remaja putri tidak baik namun jika jumlah asupan protein dan zat besinya masih
memenuhi untuk kebutuhan pembentukan Hb, maka remaja putri tidak mangalami
anemia.
B. SARAN
1. Bagi Remaja Putri
Bagi remaja putri perlu menjaga pola makan dengan baik sehingga asupan makanan
terjadi secara adekuat dan zat makanan yang dikonsumsi dapat diserap secara
sempurna dalam tubuh. Selalu mengkonsumsi makanan yang kaya zat heme, sayuran
hijau, buah-buahan dan tablet Fe. Serta remaja putri perlu meningkatkan budaya
makan pagi dan remaja putri di dorong untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
setempat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada remaja seperti
status gizi dan skrining anemia.
2. Bagi Mahasiswa Gizi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
63
64
Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk referensi dan memberikan sumbangan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di prodi gizi mengenai pola makan
pada remaja putri.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang hubungan
pola makan dengan kejadian anemia pada remaja putri dihubungkan dengan
konsumsi makanan dan minuman penghambat zat besi.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012a). Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana Prenada
Media Grup.
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012b). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.
Kencana Prenadamedia Group.
Briawan, D. (2012). Anemia: Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Diatsa, B. (2016). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja
di Pondok AL-Hikmah, Trayon, Karanggede, Boyolali.
Diatsa, B., Muhlisin, A., Kep, M., Yulian, V., & Kep, S. (2016). Hubungan Pola
Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja di Pondok AL-Hikmah,
Trayon, Karanggede, Boyolali.
Dinas Kesehatan DIY. (2018). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2018. Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Engidaw, M. T., & Belakang, L. (2018). Anemia dan faktor terkait di antara gadis
remaja yang tinggal di kamp pengungsi Aw-Barre , negara bagian. 1–13.
Ersila, W., & Prafitri, L. D. (2017). Layanan Kesehatan Reproduksi Remaja Dalam
Upaya Pencegahan Anemia Pada Remaja di Kabupaten Pekalongan.
Implementasi Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan
Kekayaan Intelektual, September, 635–641.
65
66
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/2934/2857
Fikawati, S., Syafiq, A., & Veratamala, A. (2017). Gizi Anak dan Remaja (Cetakan 1).
PT Raja Grafindo Persada.
Fitriany, J., & Saputri, A. I. (2018). Anemia Defisiensi Besi. AVERROUS: Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh, 4(2), 1.
https://doi.org/10.29103/averrous.v4i2.1033
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Mardalena, I., & Suryani, E. (2016). Ilmu Gizi (Cetakan 1). Kementrian Keseharan RI.
Nuzrina, R. (2016). Analisis Perbedaan Pola Konsumsi Makanan Dan Asupan Pulau
Sumatera Dan Jawa ( Analisis Data Riskesdas 2010 ). NutrireDiaita, Volume 8
N.
Satyagraha, K., Putera, K., Noor, M. S., & Heriyani, F. (2020). Hubungan Pola
Makan Dengan Kejadian Anemia Di Smp Negeri 18 Banjarmasin 2019 / 2020.
217–222.
Suryani, D., Hafiani, R., & Junita, R. (2017). Analisis Pola Makan Dan Anemia Gizi
Besi Pada Remaja Putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,
10(1), 11. https://doi.org/10.24893/jkma.v10i1.157
Zubir. (2018). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
SMK Kesehatan AsSyifa School Banda Aceh. Serambi Saintia, 6(2), 12–17.
68
LAMPIRAN
69
No Kegiatan Sept-‘20 Okt-‘20 Nov-‘20 Des-‘20 Jan-‘21 Feb-‘21 Mar-‘21 Apr-‘21 Mei-‘21 Juni-‘21 Juli-‘21
1 Pengajuan judul
2 Penyusunan BAB I
3 Revisi BAB I
4 Penyusunan BAB II
5 Revisi BAB II
6 Penyusunan BAB III
7 Revisi BAB III
8 Proposal Penelitian
9 Seminar Proposal
10 Revisi Proposal
11 Penyerahan Proposal
12 Penyusunan BAB IV
13 Penyusunan BAB V
14 Laporan Hasil Akhir Skripsi
15 Ujian Skripsi
16 Revisi Skripsi
17 Pengumpulan Skripsi
Lampiran II Kartu Bimbingan
70
71
72
73
Lampiran III table hasil Critical Appraisal untuk desain study Cross Sectional