Anda di halaman 1dari 59

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KADAR GLUKOSA


DARAH PUASA PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA

OLEH :

Fachrul Maulana Azis

11020190030

PEMBIMBING :

dr. Rasfayanah, M.Kes

Dr. dr. Armanto Makmum, M.Kes

PENGUJI

dr. Aryanti R Bamahry, M.Kes.,Sp.GK(K)

dr. Irna Diyana Kartika, M.Kes.,Sp.PK.,PhD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan metode literatur review ini dengan judul “Hubungan Status
Gizi Dengan Kadar Gulokasa Darah Puasa Pada Mahasiswa Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia”. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke
jalan yang lebih terang.
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan studi preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia. Dalam proses penyusunannya penulis mengucapkan terimakasih
dan memberikan penghargaan yang besar dengan tulus dan ikhlas kepada
yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Basri Modding, SE., M. Si selaku Rektor Universitas


Muslim Indonesia. Kami hanturkan terima kasih telah memberikan izin
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. dr. H. Nasrudin AM, Sp. OG (K)., MARS., M. Sc, Dekan FK UMI
Makassar yang telah memberikan izin dan bantuannya sehingga
penelitian ini dapat dilaksanakan.
3. Dr. Rasfayanah M,Kes dan Dr. dr. Armanto Makmum, M.Kes
selaku pembimbing dengan kesediaan, keikhlasan, dan kemurahan
hati meluangkan waktu untuk membimbing danmengarahkan penulis
selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.
4. Dr. Aryanti R Bamahry M,kes, Sp.GK(K) dan dr. Irna Diyana
Kartika, M.Kes., Sp.PK., Ph.D selaku penguji dengan kesediaan dan
ikhlasanuntuk meluangkan waktu memberi kritik, saran dan arahan
demi tercapainya hasil yang terbaik.
5. Bapak/ibu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia, terima kasih atas ilmu, tenaga dan setiap nasehat serta
pengalaman yang telah diberikan selama penulis menjalani
perkuliahan ini, serta seluruh staf Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia yang telah membantu penulis dalam pengurusan
administrasi selama perkuliahan dan hingga saat penulis akan meraih
gelar sarjana.

ii
6. Teristimewa kepada orang tua penulis Abdul Azis dan Fibriani
Sulianti. Saudara penulis (kakak dan adik penulis) beserta seluruh
keluarga besar yang telah mendukung dan membantu dari segala hal
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Saudara seperjuangan penulis yang tergabung dalam BMT, Lembah,
serta Axion 2019 yang telah mendukung dan membantu penulis.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis Akbar, Lutfi, Didit, Khaidir,
Taqdir, Putri, Astri, Hijriah, Aisyah dan Ana yang telah membantu,
menemani penulis dari awal perjuangan dan turut memberi beberapa
arahan yang baik kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
9. Serta seluruh pihak terkait dan telibat yang belum dituliskan dalam
Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak


yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari isi


maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca diharapkan
agar dapat menjadi lebih baik kedepannya dan semoga dapat bermanfaat
bagi semua orang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, 16 Februari 2023

Penulis

iii
ABSTRAK
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Fachrul Maulana Azis1, Rasfayanah2, Armanto Makmum 3, Aryanti R Bamahry4, Irna


Diyana Kartika5
1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UMI
2. Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UMI
3. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UMI
4. Bagian Ilmu Gizi Klinik Fakultas Kedokteran UMI
5. Bagian Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UMI
Email : fachrulmaulanaa16@gmail.com
Latar belakang: Status gizi adalah faktor yang dipengaruhi langsung oleh jumlah dan jenis
asupan makanan. Diartikan juga sebagai keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang
yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi ukuran-ukuran gizi tertentu.
Penumpukan jaringan lemak yang berlebihan didalam tubuh tersebut merupakan suatu
jaringan endokrin aktif yang dapat melepaskan sitokin-sitokin adiposa. Sitokin adiposa ini
memiliki efek proinflamasi dan juga dapat menganggu jalur persinyalan insulin yang
kemudian berakhir pada keadaan resistensi insulin yang mengakibatkan kadar glukosa
darah meningkat.
Tujuan: Untuk mengetahui Hubungan antara status gizi dengan kadar glukosa darah puasa
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Jenis penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel
bebas dan variabel terkait.
Hasil: Mahasiswa angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
memiliki status gizi normal sebanyak 25 responden, obesitas 1 16 responden, underweight
dan overweight 15 responden, dan obesitas 2 4 responden dan memiliki kadar glukosa
darah puasa yang normal dengan frekuensi 63 responden, prediabetes dengan frekuensi
12 responden, tidak didapatkan kadar glukosa darah puasa diabetes pada responden dan
didapatkan p value = 0,001 (α < 0,05)
Kesimpulan: Dari uji chi square terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi
dengan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia.
Kata Kunci: Status Gizi, Glukosa Darah Puasa

iv
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND LEVEL FASTING
BLOOD GLUCOSE IN STUDENTS UNIVERSITY FACULTY OF
MEDICINE INDONESIAN MUSLIM

Fachrul Maulana Aziz1, Rasfayana2, Armanto Makmum 3, Aryanti R Bamahry4, Irna


Diyana Kartika5
1. Students of the Medical Education Study Program, Faculty of Medicine, UMI
2. Department of Biochemistry, Faculty of Medicine, UMI
3. Department of Public Health, Faculty of Medicine, UMI
4. Department of Clinical Nutrition, Faculty of Medicine, UMI
5. Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, UMI
Email :fachrulmaulanaa16@gmail.com
Background: Nutritional status is a factor that is directly influenced by the amount and type
of food intake. Also interpreted as the physical condition of a person or group of people
determined by one or a combination of certain nutritional measures. The accumulation of
excessive fat tissue in the body is an active endocrine network that can release adipose
cytokines. This adipose cytokine has a pro-inflammatory effect and can also interfere with
insulin signaling pathways which then ends in a state of insulin resistance resulting in
increased blood glucose levels.
Purpose: To find out the relationship between nutritional status and fasting blood
glucose levels in medical faculty students class of 2019.
Methods: This type of research is an analytic observational research approach Cross
Sectionals. This type of research aims to find the relationship between independent
variables and related variables.
Results: Student class of 2019, Faculty of Medicine, Indonesian Muslim University, had
normal nutritional status of 25 respondents, obesity 1 16 respondents, underweight and
overweight 15 respondents, and obesity 2 4 respondents and had normal fasting blood
glucose levels with a frequency of 63 respondents, prediabetes with a frequency of 12
respondents and diabetic fasting blood glucose levels with 0 respondents.
Conclusion: There is a significant relationship between nutritional status and fasting blood
glucose levels in students of the Faculty of Medicine, Muslim University of Indonesia with a
p value = 0.001 (α < 0.05).
Keywords: Nutritional Status, Fasting Blood Glucose

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 4

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

1.5 Hasil Yang Diharapkan ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6

2.1 Status Gizi .................................................................................................. 6

2.1.1 Definisi................................................................................................... 6

2.1.2 Penilaian Status Gizi .............................................................................. 7

2.1.3 Indeks Antropometri ............................................................................... 9

2.1.4 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh .................................................. 10

vi
2.1.5 Kategori Indeks Massa Tubuh ............................................................. 11

2.2 Kadar Gula Darah ..................................................................................... 11

2.2.1 Definisi................................................................................................. 11

2.2.2 Pengertian Kadar Gula Darah Puasa ................................................... 12

2.2.3 Cara Pemeriksaan Glukosa ................................................................. 12

2.2.4 Metabolisme Glukosa .......................................................................... 13

2.3 Faktor Faktor Yang mempengaruhi Kadar Glukosa darah ......................... 16

2.3.1 Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah.......................................... 16

2.3.2 Mekanisme Resistensi Insulin .............................................................. 18

2.4 Kerangka Teori ......................................................................................... 19

2.5 Kerangka Konsep...................................................................................... 20

2.6 Hipotesis Penelitian................................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 21

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 21

3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................ 21

3.2.1 Populasi Penelitian .............................................................................. 21

3.2.2 Sampel Penelitian ................................................................................ 21

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian................................................................... 23

vii
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 23

3.5 Definisi Operasional .................................................................................. 24

3.6 Teknik Pengumplan Data .......................................................................... 24

3.7 Analisis Data ............................................................................................. 25

3.8 Alur Penelitian ........................................................................................... 26

3.9 Etika Penelitian ......................................................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 28

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 28

4.1.1 Hasil Analisis Univariat ......................................................................... 28

4.1.2 Hasil Analisis Bivariat ........................................................................... 30

4.2 Pembahasan ............................................................................................. 32

4.2.1 Hasil Analisis Karakteristik Sampel ...................................................... 33

4.2.2 Hasil Analisis Univariat ......................................................................... 34

4.2.3 Hasil Analisis Bivariat ........................................................................... 38

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 42

5.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 42

5.2 SARAN ..................................................................................................... 42

Daftar Pustaka ................................................................................................ 44

viii
ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi adalah faktor yang terdapat dalam level individu,

faktor yang dipengaruhi langsung oleh jumlah dan jenis asupan

makanan serta kondisi infeksi. Diartikan juga sebagai keadaan fisik

seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah

satu atau kombinasi ukuran-ukuran gizi tertentu.1

Status gizi berkaitan dengan asupan makronutrien dan energi.

Energi didapatkan terutama melalui konsumsi makronutrien berupa

karbohidrat, protein dan lemak. Selama usia pertumbuhan dan

perkembangan asupan nutrisi menjadi sangat penting, bukan hanya untuk

mempertahankan kehidupan melainkan untuk proses tumbuh dan

kembang. Di Indonesia, prevalensi konsumsi energi di bawah kebutuhan

minimal secara nasional mencakup 33,9% untuk kelompok usia 4-6 tahun

dan 41,8% untuk usia 7-9 tahun. Prevalensi konsumsi protein di bawah

kebutuhan minimal secara nasional mencakup 25,1% untuk kelompok

usia 4-6 tahun dan 30,8% untuk usia 7-12 tahun. Selain sebagai indikator

kesehatan masyarakat, status gizi secara individual juga berhubungan

dengan penentuan prestasi akademik. Status gizi yang baik sejalan

dengan prestasi akademik yang baik pula, meskipun beberapa penelitian

1
gagal menunjukkan hubungan tersebut. Kekurangan zat gizi secara

berkepanjangan menunjukkan efek jangka panjang terhadap

pertumbuhan1.

Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan

setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Kekurangan

energi dan protein (KEP) merupakan masalah gizi global terutama di

negera-negara berkembang yang banyak terjadi pada semua kelompok

umur, salah satunya pada anak usiasekolah (6 -12 tahun). Berdasarkan

hasil Riskesdas (2013), kejadian status gizi pendek dan kurus pada anak-

anak usia sekolah (5-12 tahun) masih tinggi. Sebesar 30.7% anak-anak

usia 5-12 tahun mengalami status gizi pendek dan sebesar 11,2%

memiliki status gizi kurus1.

Teori Guyton, menyebutkan bahwa obesitas merupakan faktor

predisposisi untuk terjadinya peningkatan kadar gula darah. Pada

obesitas, penumpukan jaringan lemak yang berlebihan didalam tubuh

tersebut merupakan suatu jaringan endokrin aktif yang dapat melepaskan

sitokin-sitokinadiposa. Sitokin adiposa ini memiliki efek proinflamasi dan

juga dapat menganggu jalur persinyalan insulin yang kemudian berakhir

pada keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin yang terjadi dapat

menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Terjadinya resistensi

terhadap aksi seluler insulin dikarakteristikkan oleh berkurangnya

kemampuan insulin untuk menghambat pengeluaran glukosa dari hati

2
dan kemampuannya untuk mendukung pengambilan glukosa pada lemak

dan otot.2

Teori diatas didukung oleh penelitian Eny Masruroh (2018) yang

menyatakan adanya Pengaruh status gizi berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT) dengan kadar gula darah. Hasil Penelitian menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan kadar gula

darah didapatkan nilai p value 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05 (0,000

> 0,05),dengan rata-rata responden memiliki indeks massa tubuh (IMT)

adalah 25,77 Kg/m2 yang menunjukkan status gizi obesitas.10 Hasil ini

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Risna Ningsih pada

tahun 2018 di Desa Kertajaya, Indramayu Jawa Barat menunjukkan

adanya hubungan signifikan antara obesitas.3

Maka dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti secara

langsung apakah ada hubungan status gizi dengan peningkatan kadar

gula darah terhadap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia Angkatan 2019.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti

dengan rumusan masalah : Hubungan Antara Status Gizi Dengan

Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Angkatan 2019.

3
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian

yang hendak dicapai adalah :

1.3.1 TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui Hubungan antara status gizi dengan kadar

glukosa darah puasa pada Mahasiswa fakultas kedokteran

angkatan 2019.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui status gizi pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Angkatan

2019.

2. Mengetahui kadar gula darah puasa pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Angkatan 2019.

3. Mengetahui hubungan status gizi dengan kadar glukosa

darah puasa.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a. Bagi dunia Pendidikan

Dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan obesitas dan peningkatan kadar gula

darah puasa.

4
b. Bagi pelayanan Kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan untuk melakukan

pencegahan terhadap kejadian obesitas yang merupakan

faktor risiko penyakit diabetes melitus.

c. Bagi masyarakat

Dapat menjadi bahan penyuluhan kesehatan untuk

masyarakat dalam upaya mencegahobesitas karena

dampaknya sebagai risiko penyakit diabetes melitus.

1.5 Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan penelitian yang dilakukan ini dapat dipublikasikan

pada jurnal nasional/internasional terakreditasi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Definisi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh

seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan

penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu status gizikurang, gizi normal, dan gizi lebih4.

Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana

terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh

dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan

individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari

karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya4.

Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition

merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk

lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena

jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu5.

Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi

seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar

dari jumlah energi yang dikeluarkan Hal ini terjadi karena jumlah energi

6
yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk

seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk lemak

yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk5.

2.1.2 Penilaiaan Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data

yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk

menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi

kurang maupun gizilebih5. Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Penilaian langsung

a. Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status

gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan

dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya

antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang.

Metode antropometri sangat berguna untuk melihat

ketidakseimbangan energi dan protein. Akantetapi, antropometri

tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang

spesifik5.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat

7
dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.

Pemeriksaan klinis dapatdilihat pada jaringan epitel yang terdapat

di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat

dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid)5.

c. Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat

perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan

tertentu, seperti kejadian buta senja5.

2. Penilaian tidak langsung

a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian

status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat

dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif

dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,

sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan

cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan

sesuai dengan kebutuhan gizi5.

8
b. Statistik vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status

gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang

berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur

tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik

pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan

dengan kekurangan gizi5.

c. Faktor ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi

karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor

ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya.

Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui

penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat

yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi

gizi5.

2.1.3 Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter.

Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap

satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan

tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks

Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index6.

9
IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan

berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan

seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

IMT hanya dapat digunakan untuk orang dewasa yang berumur diatas

18 tahun6.

Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks

MassaTubuh, terdiri dari :

1. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang

paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari

beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk

mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan

tinggi badan6.

2. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat

merefleksikan pertumbuhan skeletal6.

2.1.4 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan

dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter

10
kuadrat.6

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑐𝑚)

2.1.5 Kategori Indeks Massa Tubuh

Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang

batas IMT yang digunakan, seperti yang terlihat pada tabel 2.1 yang

merupakan ambang batas IMT untuk Indonesia.6

Tabel 1.1 Klasifikasi IMT Berdasarkan WHO


Klasifikasi IMT
Underweight <18,5

Normal 18,5-24,9

Overweight >23

Obesitas 1 25-29,9

Obesitas 2 >30

2.2 Kadar Gula Darah

2.2.1 Definisi

Gula darah (glukosa darah) merupakan istilah kesehatan yang

menunjuk pada kandungan gula dalam aliran darah ditubuh,

sehingga beresiko terjadinya pradiabetes. Glukosa darah adalah gula

yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam

11
makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan otot rangka.

Kadar gula darah tersebut merupakan sumber energi utama bagi sel

tubuh di otot dan jaringan. Otot akan menggunakan glukosa pada

aliran darah untuk bahan bakar, jadi semakin dipakai semakin rendah

kadar gula darah.7

2.2.2 Pengertian kadar gula darah puasa

Kadar gula darah puasa merupakan kadar glukosa darah yang diukur

setelah puasa selama 8 – 12 jam. Kadar gula darah ini

menggambarkan level glukosa yang diproduksi oleh hati. Nilai

normalnya ≤ 100 mg/dL, prediabetes 100 – 125 mg/dL, dan glukosa

darah puasa > 126 mg/dL dapat dikategorikan diabetes 8

Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan yang dilakukan

ketika pasien sudah melakukan puasa 8 sampai 12 jam sebelum

pemeriksaan8

Pengukuran kadar glukosa darah puasa dapat dilakukan jika

sebelumnya telah melakukan puasa (tidak makan dan minum kecuali

air putih) selama 8 - 12 jam8

2.2.3 Cara Pemeriksaan Glukosa

Adapun beberapa cara untuk mengukur kadar gula darah.8

1) Kadar Gula Darah Sewaktu

Gula darah sewaktu (GDS) merupakan parameter pemeriksaan

kadar gula darah yang dapat diukur setiap saat tanpa

12
memperhatikan waktu pasien terakhir kali makan8.

2) Kadar gula darah puasa

Kadar glukosa plasma normal didefinisikan sebagai di bawah 100

mg/dL selama puasa. Gula darah puasa (GDP) adalah parameter,

pemeriksaan kadar gula darah yang diukur setelah pasien

berpuasa setidaknya 8 jam8.

3) Kadar gula darah 2 jam setelah makan (Postprandial)

Kadar glukosa plasma normal didefinisikan sebagai di bawah dari

140 mg/dL 2 jam setelah makan8.

4) HbA1c

bA1c normal lebih rendah dari 5,7%. HbA1c mengukur jumlah

ratarata glikasi menjadi hemoglobin, biasanya terakumulasi

selama 2 hingga 3 bulan8.

2.2.4 Metabolisme Glukosa

Sebagian besar glukosa yang diserap setelah makan dengan

cepat disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Segera setelah glukosa

memasuki sel, ia menjadi terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat.

Reaksi ini dimediasi oleh glukokinase di hati dan heksokinase di

sebagian besar sel lain. Lalu, glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa

1-fosfat oleh fosfoglukomutase, suatu reaksi yang reversibel.

Fosfoglukomutase manusia diekspresikan dalam hati dan otot,

13
menjadi protein yang sangat polimorfik. Hati adalah sumber utama

produksi glukosa endogen bersih (melalui glikogenolisis dan

glukoneogenesis). Sebaliknya, hati dapat menjadi organ pengambilan

glukosa bersih dan sintesis glikogen.9

Otot dapat mengambil dan menyimpan glukosa sebagai glikogen,

atau memetabolisme glukosa (melalui glikolisis) menjadi piruvat,

yang, antara lain, dapat direduksi menjadi laktat atau ditransaminasi

untuk membentuk alanin. Laktat (dan piruvat) yang dilepaskan dari

otot dapat diangkut ke hati dan ginjal, berfungsi sebagai prekursor

glukoneogenik (siklus Cori atau glukosa-laktat). Alanin, glutamin, dan

asam amino lainnya juga dapat mengalir dari otot ke hati dan ginjal, di

mana mereka juga berfungsi sebagai prekursor glukoneogenik. Ini

merupakan siklus glukosaalanin dan glukosa-glutamin, di mana

pembentukan glukosa baru berasal dari prekursor (misalnya, asam

amino) di mana karbon tidak berasal dari glukosa. Meskipun secara

kuantitatif kurang penting daripada otot, lemak juga dapat mengambil

dan memetabolisme glukosa.9

Glukosa pada dasarnya adalah satu-satunya bahan bakar

metabolik untuk otak dalam kondisi fisiologis. Glukosa sebagian besar

mengalami oksidasi terminal di otak. Meskipun otak manusia dewasa

hanya terdiri dari sekitar 2,5% dari berat badan, metabolisme

14
oksidatifnya menyumbang sekitar 25% dari tingkat metabolisme basal

dan lebih dari 50% penggunaan glukosa seluruh tubuh. Otak dapat

menggunakan bahan bakar alternatif jika tingkat sirkulasinya

meningkat cukup tinggi untuk masuk ke otak dalam jumlah banyak.

Misalnya, selama puasa yang diperpanjang, peningkatan kadar keton

dalam sirkulasi yang nyata dapat mendukung sebagian besar

kebutuhan energi otak dan mengurangi pemanfaatan glukosa.

Khususnya, ketogenesis ditekan selama episode hipoglikemia yang

dimediasi insulin sehingga sekali lagi, otak sangat bergantung pada

pasokan glukosa yang hampir terus menerus dari sirkulasi.10

15
Gambar 1.Metabolisme Glukosa

2.3 Faktor Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah

2.3.1 Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah

Tubuh manusia berusaha untuk mempertahankan homeostasis

dalam kadar glukosa darah (4 sampai 6 mmol atau sekitar 72 sampai

108 mg/dL). Hal ini dipengaruhi oleh kapasitas fungsional sel beta

pankreas, sensitivitas seluler (otot rangka, hati, dan jaringan adiposa)

16
terhadap insulin.11

Homeostasis glukosa dalam darah tergantung pada

keseimbangan hormon glukagon dan insulin. Kedua hormon

dilepaskan dari pankreas (insulin dari sel beta yang ditemukan di

Pulau Langerhans dan glukagon dari sel alfa) sebagai respons

terhadap kadar glukosa plasma. Sebagai respons terhadap kadar

glukosa yang tinggi, insulin mendorong pengambilan glukosa ke

dalam sel yang memiliki transporter glukosa tipe 4 (GLUT4), yang

ditemukan di jaringan adiposa dan otot rangka serta jantung. Insulin

memberikan efeknya melalui pengikatan pada reseptor insulin, yang

berpuncak pada peningkatan ekspresi GLUT4. Selain itu, insulin

dapat menurunkan regulasi reseptornya sendiri, yang dapat

berkontribusi pada patofisiologi resistensi insulin (defek reseptor dan

pascareseptor) pada disregulasi metabolik obesitas. Secara khusus,

reseptor insulin ditemukan menurun pada obesitas dan meningkat

pada kelaparan. Tindakan lain insulin untuk memodulasi konsentrasi

glukosa darah termasuk merangsang glikogenesis di hati dan

jaringan otot dan deposisi lemak dan menghambat glikogenolisis dan

glukoneogenesis. Glukagon meningkatkan pelepasan glukosa ke

dalam darah melalui glukoneogenesis, yang terjadi terutama di hati,

dan glikogenolisis, yang terjadi di hati dan otot. Ini juga meningkatkan

17
konsentrasi asam lemak dan asam keto dalam darah.12

2.3.2 Mekanisme Resistensi Insulin

Insulin diproduksi oleh sel beta di pankreas sebagai respons

terhadap peningkatan kadar glukosa darah, yang merupakan

pengontrol utama sekresi insulin. Pada fase postprandial, insulin

memfasilitasi transportasi glukosa dari aliran darah ke dalam sel.

Selanjutnya, insulin memungkinkan hati untuk menghambat

glukoneogenesis, dan memfasilitasi penyimpanan glukosa dalam

bentuk glikogen dan lemak yang masing-masing berfungsi sebagai

penyimpan energi jangka pendek dan jangka panjang.11

Resistensi insulin terutama dimanifestasikan oleh penurunan

transpor glukosa yang dirangsang insulin dan metabolisme di otot

rangka, gangguan supresi insulin terhadap lipolisis adiposit, dan

gangguan kemampuan insulin untuk menekan keluaran glukosa

hepatik.13 Resistensi insulin mengganggu pembuangan glukosa,

menghasilkan peningkatan kompensasi dalam produksi insulin sel

beta dan hiperinsulinemia.14

Peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi dikarnakan adanya

peradangan. Stimulasi berlebihan dari proses inflamasi sering

menyebabkan berbagai kelainan seperti disfungsi organ dan cedera

jaringan. Selain itu, sitokin spesifik adiposa (leptin, adiponektin, dan

18
sitokin inflamasi (tumor necrotic factor-α (TNF-α)) dan interleukin-6

(IL-6)) disekresikan oleh adiposit viseral. Peningkatan jumlah jaringan

adiposa dapat menginduksi resistensi insulin hati dan sistemik.12

Resistensi insulin berhubungan dengan adipositas visceral dan

ukuran adiposit pada manusia. Predisposisi jaringan adiposa viseral

untuk peradangan yang meningkat dan sekresi sitokin berikutnya

yang mengubah pensinyalan insulin sangat berkontribusi terhadap

resistensi insulin pada obesitas.12

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Skema Kerangka Teori

19
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Kadar Glukosa
Status
Gizi Darah Puasa

Keterangan

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

2.6 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka konsep yang telah dibentuk menjadi hubungan

variabel tersebut, maka hipotesis dapat pada penelitian ini adalah :

1. Hipotesis nol (H0)


Hipotesa nol diterima, hipotesa alternatif ditolak. Tidak terdapat

hubungan antara status gizi dengan peningkatan kadar gula

darah pada mahasiswa/i di Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia.

2. Hipotesis alternatif (H1)

Hipotesa nol ditolak, hipotesa alternatif diterima. Terdapat

hubungan antara status gizi dengan peningkatan kadar gula

darah pada mahasiswa antara status gizi dengan peningkatan

kadar gula darah pada mahasiswa/I di Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia.

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan menggunakan

penelitian analitik observasional. Penelitian analitik observasional

merupakan penelitian dengan hanya mengukur fenomena saja tanpa

melakukan intervensi terhadap variabel. Berdasarkan waktu penelitian,

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur variabel hanya satu kali,pada

satu saat sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

desain studi cross sectional, Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

dan menilai hubungan status gizi dengan peningkatan kadar gula darah

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa/i

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2019.

3.2.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik

simple random sampling. Teknik simple random sampling dilakukan

dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria. Dengan menggunakan

rumus:

21
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑 )2

252
𝑛=
1 + 252(0,1)2

252
𝑛=
1 + 252(0,01)

252
𝑛=
1 + 2,52

252
𝑛=
3,52

n = 71,59 (Dibulatkan menjadi 72

Keterangan :
n: jumlah sampel.
N: jumlah populasi.
d: presisi yang ditetapkan.

A. Kriteria

a) Kriteria Inklusi

1. Bersedia Menjadi Responden

2. Mahasiswa FK UMI Angkatan 2019

3. Mampu mengikuti rangkaian penelitian

b) Kriteria Eksklusi

1. Responden memiliki Riwayat penyakit diabetes melitus

2. Tidak mengkonsumsi obat/herbal yang mempengaruhi kadar

gula darah puasa.

22
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat :

a) Variabel Bebas (X) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel

lain, sifatnya bebas dan hasilnya tidak dipengaruhi apapun.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah IMT.

b) ) Variabel Terikat (Y) yaitu variabel penelitian yang diamati atau

diukur variasinya sebagai hasil yang diduga berasal dari variabel

bebas.Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

kadar gula darah.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian

3.4.1 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2023.

3.4.2 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di kampus Universitas Muslim

Indonesia Makassar

23
3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Oprasional Pengukuran
1. Status Gizi Status gizi Timbangan Underweight:<18,5 Nominal
adalah suatu Analog/Digital Normal:≥18,5<24,9
dan microtoise Overweight:≥23
ukuran Obes l:25-29,9
mengenai Obes ll: ≥30
kondisi tubuh
seseorang
yang dapat
dilihat dari
makanan yang
dikonsumsi
yang di nilai
dari
penimbangan
berat badan
dan
pengukuran
tinggi badan
imt
2. Glukosa Pemeriksaan kadar Gluko Meter 1. ≤ 100 mg/dl Rasio
darah gula darah yang Digital Normal
puasa diukur pada 2. 100-125 mg/dl Pre
mahasiswa FK diabetes
UMI Angkatan 3. ≥ 126 mg/dl
Diabetes
2019 setelah
berpuasa
setidaknya 8 jam

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer. Data

primer diperoleh dari hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) diikuti

dengan pemeriksaan kadar gula darah puasa pada sampel yang telah

dipilih.

Sebelum data diambil, subjek penelitian harus diperiksa dan

dipastikan memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.

24
Lalu, peneliti melakukan informed consent kepada subjek peneliti untuk

pengambilan data. Sebelum melakukan informed consent, subjek terlebih

dahulu diberikan pengarahan dan diminta kesediaannya untuk dilakukan

pengukuran tinggi badan menggunakan meteran tinggi badan, berat

badan dengan timbangan, lalu kemudian ditentukan apakah subjek

termasuk obesitas dengan melakukan perhitungan indeks massa tubuh.

Pengambilan darah responden untuk pengukuran kadar gula darah

menggunakan alat glukometer digital dengan strip glukosa. Hasil data

yang diperoleh dikelola dan diuji validitas hubungan obesitas dengan

kadar gula darah.

3.7 Analisis Data

Pada penelitian ini, setelah dikumpulkan, data diolah, disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis. Dalam

menganalisis data digunakan analisis bivariat menggunakan uji korelasi

untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hubungan antar variabel yaitu

hubungan obesitas dengan kadar gula darah. Uji korelasi yang digunakan

adalah uji korelasi pearson jika data berdistribusi normal atau uji korelasi

spearman jika data tidak berdistribusi normal (nonparametrik). Penelitian

bermakna jika nilai signifikan probabilitas (p) <0.05 Hasil data yang

diperoleh akan dikelola dan diuji validitas menggunakan program

komputer windows SPSS (Statistical Product and Science service).

25
3.8 Alur Penelitian

Proposal

Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran


Universitas Muslim Indonesia
angkatan2019

Kriteria Inklusi dan


ekslusi

Informed Consent

Pengukuran BB, TB
Dan IMT

Penetapan
Status Gizi

Pemeriksaan
Kadar Gula
Darah Puasa

Kesimpulan

26
3.9 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta

surat permohonan izin penelitian ke Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia Makassar. Setelah mendapatkan izin, subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diberikan penjelasan secara lisan

dan harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent) untuk

ikut dalam penelitian secara sukarela dan bila karena suatu alasan,

subjek berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

27
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Analisis Univariat

Setelah mendapatkan data primer yang diperoleh dari hasil

pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) diikuti dengan pemeriksaan

kadar gula darah puasa dengan 75 responden yang dilaksanakan

pada bulan Januari 2023 mengenai hubungan status gizi dengan kadar

glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia, data yang didapatkan diolah dan hasil

penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi.

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa yang

dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi masing-masing kategori

variabel independen (status gizi) dan variabel dependen (glukosa

darah puasa). Data disajikan dalam bentuk tabel dan teks.

Adapun analis univariat dalam penelitian hubungan status gizi

dengan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dapat diuraikan sebagai

berikut :

28
1. Karakterisitik Sampel

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel


No. Kategori Frekuensi Presentase %
1 Laki-laki 23 30,67
2 Perempuan 52 69,33
Total 75 100,0
Sumber : Analisa Data Primer, 2023

Berdasarkan table 4.1 menunjukkan hasil

bahwa frekuensi karakteristik sampel pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dengan

jumlah 75 responden yaitu mayoritas berjenis kelamin

perempuan berjumlah 52 responden (69,33%), dan berjenis

kelamin laki-laki berjumlah 23 responden (30,67).

2. Status Gizi

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi status gizi


No Status Gizi Frekuensi Persentase %
1 Underweight 15 20,0
2 Normal 25 33,3
3 Overweight 15 20,0
4 Obes l 16 21,3
5 Obes ll 4 5,4
Total 75 100,0
Sumber : Analisa Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa

frekuensi status gizi dengan kadar glukosa darah puasa pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

dengan jumlah 75 responden yaitu mayoritas terdapat pada

status gizi normal berjumlah 25 responden (33,3%), status gizi

29
obes I berjumlah 16 responden (21,3%), status gizi underweight

berjumlah 15 responden (20,0%), status gizi overweight

berjumlah 15 responden (20,0%) dan status gizi obes II

berjumlah 4 responden (5,4%).

3. Glukosa Darah Puasa


Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan glukosa darah puasa
No Glukosa Frekuensi Persentase %
Darah Puasa
1 Normal 62 82,7
2 Pre Diabetes 13 17,3
3 Diabetes 0 0,0
Total 75 100,0
Sumber : Analisa Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan hasil bahwa

frekuensi glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dengan jumlah 75

responden yaitu mayoritas terdapat pada glukosa darah puasa

normal berjumlah 63 responden (84,0%), glukosa darah puasa

pre diabetes berjumlah 12 responden (16,0%) dan glukosa

darah puasa diabetes berjumlah 0 responden (0,0%).

4.1.2 Hasil Analisis Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen (status gizi) dan variabel dependen (glukosa darah

puasa) yang dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square

menggunakan komputerisasi Statistik Program Social Science (SPSS)

yang merupakan suatu paket atau program statistik yang dibuat untuk

30
mengolah atau menganalisa data. Dimana batas kemaknaan yaitu 0,05.

Bila nilai p value < 0,05 berarti Ho ditolak sehingga ada hubungan

antara variabel independen dan dependen dan bila p value > 0,05

berarti Ho diterima sehingga tidak ada hubungan bermakna antara

variabel independen dan dependen, yang hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4 Hubungan status gizi dengan kadar glukosa darah puasa

No Status Gizi Glukosa Darah Puasa Jumlah P Value

Normal Pre Diabetes Uji chi


Diabetes square
n % n % n % N % 0,001
1. Underweight 15 100,0 0 0,0 0 0,0 15 100,0
2. Normal 25 100,0 0 0,0 0 0,0 25 100,0
3. Overweight 12 80.0 3 20.0 0 0,0 15 100,0
4. Obes l 9 56,2 7 43,8 0 0,0 16 100,0
5. Obes ll 1 25.0 3 75.0 0 0,0 4 100,0
Jumlah 62 82.7 13 17.3 0 0,0 75 100,0
Sumber : Analisa Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa dari 15 responden

didapatkan status gizi underweight dengan glukosa darah puasa normal

berjumlah 15 responden (100,0%), glukosa darah puasa pre diabetes

berjumlah 0 responden (0,0%) dan glukosa darah puasa diabetes

berjumlah 0 responden (0,0%). Dari 25 responden didapatkan status gizi

normal dengan glukosa darah puasa normal berjumlah 25 responden

(100,0%), glukosa darah puasa pre diabetes berjumlah 0 responden

(0,0%) dan glukosa darah puasa diabetes berjumlah 0 responden (0,0%).

Dari 15 responden didapatkan status gizi overweight dengan glukosa

31
darah puasa normal berjumlah 12 responden (80,0%), glukosa darah

puasa pre diabetes berjumlah 3 responden (20,0%) dan glukosa darah

puasa diabetes berjumlah 0 responden (0,0%). Dari 16 responden

didapatkan status gizi obes l dengan glukosa darah puasa normal

berjumlah 9 responden (56,2%), glukosa darah puasa pre diabetes

berjumlah 7 responden (43,8%) dan glukosa darah puasa diabetes

berjumlah 0 responden (0,0%). Sedangkan dari 4 responden didapatkan

status gizi obes lI dengan glukosa darah puasa normal berjumlah 1

responden (25.0%), glukosa darah puasa pre diabetes berjumlah 3

responden (75.0%) dan glukosa darah puasa diabetes berjumlah 0

responden (0,0%).

Dari Uji Statistik Chi Square didapatkan p value = 0,001 (α < 0,05)

yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

status gizi dengan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

4.2 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan analisa data dan

temuan penyebaran data primer yang diperoleh dari hasil pengukuran

Indeks Massa Tubuh (IMT) diikuti dengan pemeriksaan kadar gula darah

puasa untuk memberikan kontribusi mengenai hubungan status gizi dengan

kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia.

32
4.2.1 Hasil Analisis Karakteristik Sampel

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi

karakteristik sampel jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dengan jumlah 75 responden

yaitu mayoritas berjenis kelamin perempuan berjumlah 52 responden

(69,3%) dan berjenis kelamin laki-laki berjumlah 23 responden (30,7%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Damayanti (2021) yang berjudul hubungan usia, jenis kelamin dan

kadar gula darah sewaktu dengan kadar kreatinin serum pada pasien

diabetes mellitus Di RSUD Prambanan Sleman Yogyakarta,

menunjukkan hasil bahwa karakteristik jenis kelamin dengan jumlah 81

responden yaitu mayoritas berjenis kelamin perempuan berjumlah 46

orang (56,8%) dan berjenis kelamin laki-laki berjumlah 35 orang (43,2

%).15

Jenis kelamin termasuk salah satu faktor yang berhubungan

dengan terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Perempuan cenderung lebih

berisiko terkena diabetes mellitus tipe 2. Hal ini dikarenakan perempuan

memiliki kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan juga

terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup

sehari-hari yang sangat mempengaruhi kejadian diabetes mellitus tipe

2. Jumlah lemak pada laki-laki 15-20% dari berat badan sedangkan

33
perempuan 20-25% dari berat badan. Jadi peningkatan kadar lemak

pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, sehingga faktor

terjadinya diabetes mellitus pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi

dibandingkan pada laki-laki yaitu 2-3 kali.16

Peneliti berasumsi bahwa pasien diabetes pada perempuan lebih

besar dibanding laki-laki. Perempuan memiliki komposisi lemak tubuh

yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, sehingga perempuan

lebih mudah gemuk yang berkaitan dengan risiko obesitas dan

diabetes.

4.2.2 Hasil Analisis Univariat

1. Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi status

gizi dengan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dengan jumlah 75 responden

yaitu mayoritas terdapat pada status gizi normal berjumlah 25

responden (33,3%), status gizi obes I berjumlah 16 responden (21,3%),

status gizi underweight berjumlah 15 responden (20,0%), status gizi

overweight berjumlah 15 responden (20,0%) dan status gizi obes II

berjumlah 4 responden (5,4%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuni (2021) yang berjudul hubungan indeks massa tubuh dengan

kadar gula darah puasa pada mahasiswa program studi Kedokteran

34
Universitas Muhammadiyah Jakarta, menunjukkan hasil bahwa dari 68

responden yaitu mayoritas terdapat status gizi normal berjumlah 26

responden (38,2%), status gizi obesitas 1 berjumlah 16 responden

(23,5%), status gizi overweight berjumlah 14 responden (20,6%), status

gizi obesitas 2 berjumlah 7 responden (10,3%) dan status gizi

underweight berjumlah 5 responden (7,4%).17

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang

diperlukan oleh tubuh. Salah satu cara untuk memantau status gizi

orang dewasa adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh IMT).

Indeks massa tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan

dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan

obesitas pada orang dewasa.17

Masalah status gizi berlebih dan kegemukan/obesitas dapat memicu

timbulnya peningkatan intoleransi glukosa karena tubuh seseorang

menjadi gemuk lantaran terjadi penimbunan lemak, penimbunan terjadi

karena makanan yang masuk ke dalam tubuh sangat berlebihan dan

kelebihan tersebut tidak dibakar menjadi energi, sebab orang yang

bersangkutan kurang beraktivitas, sedangkan masalah gizi kurang juga

banyak menimbulkan peningkatan intoleransi glukosa. 18

Inflamasi sebagai manifestasi dari peningkatan stres oksidatif, yang

meningkat pada seseorang dengan obesitas. Mekanisme inflamasi

35
pada obesitas terkait dengan adanya jaringan adiposa yang

memproduksi adipokine dan protein fase akut yang dipicu oleh hipoksia.

Hipoksia akan dihasilkan selama pertumbuhan berlebih dari jaringan

adiposa selama obesitas. 19

Obesitas merupakan faktor predisposisi kadar gula darah yang

meningkat, hal ini dikarenakan sel-sel pulau langerhans menjadi kurang

peka terhadap rangsangan akibat naiknya kadar gula dan menimbulkan

resistensi reseptor insulin pada sel-sel di seluruh tubuh. Selain itu,

obesitas akan terjadi peningkatan produksi resistin yang akan

mendorong resistensi insulin dengan mengganggu kerja insulin.

Sebaliknya adiponektin, adipokin lainnya akan meningkatkan

sensitivitas terhadap insulin dengan meningkatkan efek insulin, tetapi

pada obesitas terjadi penurunan hormon ini. Selain itu asam lemak yang

dikeluarkan dari jaringan lemak dapat menumpuk abnormal di otot dan

mengganggu kerja insulin otot. Pengendalian berat badan (pada pasien

gemuk) dipercaya akan memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan

mempunyai potensi meningkatkan kontrol metabolik jangka lama. 19

Peneliti berasumsi bahwa Status gizi merupakan salah satu komponen

yang membentuk kecenderungan terhadap kadar gula darah seseorang

sehingga perlu status gizi yang seimbang. Semakin tinggi kategori IMT

(underweight, normal, overweight, obes l dan obes ll) maka semakin

tinggi pula atau memperburuk kadar gula darah didalam tubuh.

36
2. Glukosa Darah Puasa

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi glukosa

darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia dengan jumlah 75 responden yaitu mayoritas

terdapat pada glukosa darah puasa normal berjumlah 63 responden

(84,0%), glukosa darah puasa pre diabetes berjumlah 12 responden

(16,0%) dan glukosa darah puasa diabetes berjumlah 0 responden

(0,0%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Enggarningsih (2019) yang berjudul hubungan status gizi dan lingkar

pinggang dengan kadar glukosa darah lansia di Desa Bolon,

menunjukkan hasil bahwa sebagian besar sampel memiliki kadar

glukosa darah normal sebanyak 40 responden (62,5%) dengan rata-

rata kadar glukosa darah sebesar 163,13 ± 67,07 mg/dl. 20

Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa di dalam

plasma darah. Orang yang mengalami kelebihan berat badan, kadar

leptin dalam tubuhnya akan meningkat, leptin menghambat fosfolirasi

insulin reseptor substrate I yang menghambat ambilan glukosa

sehingga terjadi peningkatan kadar gula dalam darah. 21

Peningkatan penyumbang utama dalam peningkatan kadar gula

darah sehingga dapat menyebabkan diabetes melitus adalah berat

badan dan obesitas. Hal ini disebabkan, obesitas dan kegemukan

37
dapat mengganggu metabolisme glukosa dan terjadinya resistensi

insulin sehingga terjadi peningkatan gula dalam darah. 21

Peningkatan kadar gula darah dapat diukur melalui pemeriksaan

kadar gula darah. Pengukuran kadar glukosa darah puasa dapat

dilakukan jika sebelumnya telah melakukan puasa (tidak makan dan

minum kecuali air putih) selama 8 - 12 jam.21

Peneliti berasumsi bahwa kadar glukosa darah diatur sedemikian

rupa agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh.

4.2.3 Hasil Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15

responden didapatkan status gizi underweight dengan glukosa darah

puasa normal berjumlah 15 responden (100,0%), glukosa darah

puasa pre diabetes berjumlah 0 responden (0,0%) dan glukosa darah

puasa diabetes berjumlah 0 responden (0,0%). Dari 25 responden

didapatkan status gizi normal dengan glukosa darah puasa normal

berjumlah 25 responden (100,0%), glukosa darah puasa pre diabetes

berjumlah 0 responden (0,0%) dan glukosa darah puasa diabetes

berjumlah 0 responden (0,0%). Dari 15 responden didapatkan status

gizi overweight dengan glukosa darah puasa normal berjumlah 12

responden (80,0%), glukosa darah puasa pre diabetes berjumlah 3

responden (20,0%) dan glukosa darah puasa diabetes berjumlah 0

responden (0,0%). Dari 16 responden didapatkan status gizi obes l

38
dengan glukosa darah puasa normal berjumlah 9 responden (56,2%),

glukosa darah puasa pre diabetes berjumlah 7 responden (43,8%)

dan glukosa darah puasa diabetes berjumlah 0 responden (0,0%).

Sedangkan dari 4 responden didapatkan status gizi obes lI dengan

glukosa darah puasa normal berjumlah 1 responden (25.0%), glukosa

darah puasa pre diabetes berjumlah 3 responden (75.0%) dan

glukosa darah puasa diabetes berjumlah 0 responden (0,0%). Dari

Uji Statistik Chi Square didapatkan p value = 0,001 (α < 0,05) yang

berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan status

gizi dengan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Malo (2021) yang berjudul status gizi, activity daily living berkaitan

kadar gula darah lansia diabetes mellitus, menunjukkan hasil bahwa

ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa

penderita Diabetes Melitus tipe 2 (p value =0,000). Penelitian

Masruroh (2018) yang berjudul hubungan umur dan status gizi

dengan kadar gula darah penderita diabetes melitus tipe II,

menunjukkan hasil bahwa uji statistik paired t test didapatkan nilai p

value 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga

dapat dikatakan bahwa H1 diterima, H0 ditolak yang berarti ada

hubungan antara status gizi dengan kadar gula darah pada penderita

39
Diabetes Melitus tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Iskak

Tulungagung.22

Obesitas akan terjadi apabila produksi resistin meningkat, hal ini

akan mengganggu kerja insulin sehingga mendorong resistensi

insulin. Obesitas, menyebabkan hormon adiponektin yang berfungsi

meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dan meningkatkan efek

insulin, mengalami penurunan. Selain jaringan lemak dapat

mengeluarkan asam lemak yang apabila menumpuk abnormal di otot

dapat mengganggu kerja insulin otot. 23

Indeks massa tubuh (IMT) yang berlebih maka kadar gula darah

seseorang akan mengalami peningkatan. Resistensi insulin akan

mengurangi pasokan glukosa ke dalam sel dan kemudian akan

mendorong sel-sel beta pankreas untuk memproduksi dan

mengeluarkan insulin tambahan. Dengan adanya kadar insulin yang

tinggi pada umumnya dapat mengendalikan kadar gula darah untuk

beberapa bulan. Namun, hal tersebut dapat menyebabkan sel-sel

pada pankreas akan semakin menurun produktifitasnya karena

terlalu berat bekerja. Dan akhirnya produksi insulin akan semakin

lambat dan kemudian berhenti. Akibatnya, glukosa akan menumpuk

di dalam darah dan menyebabkan kadar glukosa dalam darah

menjadi tinggi.23

Peneliti berasumsi bahwa peningkatan berat badan dan obesitas

40
merupakan penyumbang utama dalam peningkatan kadar gula darah

sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan

meningkatkan risiko diabetes mellitus.

41
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan mengenai hubungan

status gizi dengan kadar gluosa darah puasa pada mahasiswa fakultas

kedokteran didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Terdapat 33,0% status gizi normal, 21,3% obesitas 1, 20,0%

underweight, 20,0% overweight, dan 5,4% obesitas 2 pada

mahasiswa Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia.

2. Terdapat 82,7% gula darah puasa normal, Prediabetes 17,3% dan

tidak didapatkan gula daarah puasa pada mahasiswa angkatan 2019

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

3. Terdapat hubungan bermakna status gizi dengan kadar glukosa

darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia.

5.2 Saran

Dapat dilakukan penelitian lain yang menggunakan desain penelitian

case control atau cohort serta mengontrol variable lain seperti asupan

makanan, aktivitas fisik dan riwayat penyakit diabetes melitus pada

keluarga. Selain itu kadar glukosa darah dapat menggunakan

pemeriksaan kadar guladarah puasa maupun HbA1c.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Yukimura. Klasifikasi Status Gizi. J. Kesehat. Prim. 22 (2019).

2. Rachman, L.V., Hartono, H., Novrianti, A., Wulandari. Guyton, A.C., &

Hall. J. E. Insulin,Glukagon, dan Diabetes Melitus. Guyton, A.C., Hall.

J.

E. Insul. dan Diabetes Melitus 11, 1–16 (2017).

3. KURNIAWAN, I. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar

Gula Darah Postprandial pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

Hub. antara Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah Postprandial

pada Anggota Kepol. Resor Karanganyar (2019).

4. Adriani, M. Pengantar Gizi Masyarakat. Kencana Prenada Media. (2019).

5. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia (2018).

6. Setiyawan. Pengukuran Antropometri. J. Chem. Inf. Model. 53, 1689–

1699 (2017).

7. Jiwintarum Y, Fauzi I, Diarti MW, Santika IN.Jiwintarum Y, Fauzi I, Diarti

MW, S. I. PENURUNAN KADAR GULA DARAH ANTARA YANG

MELAKUKAN SENAM JANTUNG SEHAT DAN JALAN KAKI. Jurnal

Kesehatan Prima. 2019;13(1). doi:10.32807/jkp.v13i1.192 vol. 2011

(Elsevier, 2011).

8. Valencia Andreani F, Belladonna M, H. M. HUBUNGAN ANTARA GULA

DARAH SEWAKTU DAN PUASA DENGAN PERUBAHAN SKOR

43
NIHSSPADA STROKE ISKEMIK AKUT. 7, 185–198 (2018).

9. Adeva-Andany MM, Pérez-Felpete N, Fernández-Fernández C

Donapetry García C, Pazos-García C. Liver glucose metabolism in

humans. Bioscience Reports. (Elsevier Inc., 2016). doi:10.1016/B978-0-

323-54642-3.00149-X.

10. Cryer PE, Arbeláez AM 38 – Hypoglycemia. (2020)

doi:10.20527/jps.v8i1.9720.

11. Mathew TK, Tadi P Blood Glucose Monitoring. Medical Devices and

Systems. Published online August 11,. doi:10.14710/jgi.6.2.90-93.

12. Tsegyie Wondmkun. Obesity, Insulin Resistance, and Type 2 Diabetes:

Associations and Therapeutic Implications. Diabetes, Metabolic

Syndrome and Obesity: Targets and Therapy.

13. Kahn CR, Ferris HA, Pathophysiology of Type 2 Diabetes Mellitus.

(Elsevier, 2020). doi:10.1093/med/9780199235292.003.1336.

14. Courtney CH, O. J. Insulin Resistance. Mechanisms of Insulin Action:

Medical Intelligence Unit. Publ. online July 10.

15. Damayanti, S., Nekada, C. & Wijihastuti, W. Hubungan Usia, Jenis

kelamin dan Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Kadar Kreatinin Serum

Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Prambanan Sleman

Yogyakarta. Pros. Semin. Nas. Keperawatan Univ. Muhammadiyah

Surakarta 28–35 (2021).

16. Komariah, K. & Rahayu, S. Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks

44
Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa

Barat. J. Kesehat. Kusuma Husada 41–50 (2020).

17. Wahyuni, T. et al. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula

Darah Puasa pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Jakarta. Muhammadiyah J. Nutr. Food Sci. 2, 88

(2022).

18. Yolan Anggita, F., Siregar, A., Yuniarti, H., Gizi, J. & Palembang, K.

Analisis Zat Gizi Makro, Status Gizi dan Kadar Glukosa Darah Pada

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal.Pustakagalerimandiri.Co.Id

vol. 1 (2022).

19. Susantiningsih, T. & Mustofa, S. Ekspresi IL-6 dan TNF- α Pada

Obesitas IL-6 and TNF- α Expression in Obesity. JK Unila vol. 2 174–

180 (2018).

20. Engganingsih, R. HUBUNGAN STATUS GIZI DAN LINGKAR

PINGGANG DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH LANSIA. Naskah

Publ. Inst. Teknol. Sains dan Kesehat. (2019).

21. Masruroh, E.-. Hubungan Umur Dan Status Gizi Dengan Kadar Gula

Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii. J. Ilmu Kesehat. 6, 153 (2018).

22. Ferdinan Yanto Malo, Ronasari Mahaji Putri & Ragil Catur Adi Wibowo.

Status Gizi , Activity Daily Living Berkaitan Kadar Gula Darah Lansia

Diabetes Melitus. Bul. Kesehat. Publ. Ilm. Bid. Kesehat. 5, 64–72 (2021).

45
23. Hasanah, R. & anita Candra, D. Hubungan Antara Status Gizi Dengan

Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di

Puskesmas Gamping I. Naskah Publ. Univ. ’Aisyiyah Yogyakarta

(2018).

46
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Kelayakan Etik

47
Lampiran 2. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik

48
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian

49
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

50

Anda mungkin juga menyukai