Anda di halaman 1dari 128

HUBUNGAN CULTURAL LIFEWAYS DENGAN PEMENUHAN

NUTRISI PADA IBU NIFAS YANG MEMILIKI LUKA


PERINEUM DI PUSKESMAS HAMPANG
KABUPATEN KOTABARU

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Kebidanan

Oleh:
Sarifah Wilda Eros Tina
NIM: 11194862111296

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023

i
ii
iii
iii
HUBUNGAN CULTURAL LIFEWAYS DENGAN PEMENUHAN
NUTRISI PADA IBU NIFAS YANG MEMILIKI LUKA
PERINEUM DI PUSKESMAS HAMPANG
KABUPATEN KOTABARU

Sarifah Wilda Eros Tina1, Dwi Rahmawati2, Sarkiah3


1
Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru,
2
Program Studi Sarjana Kebidanan, Fakultas Kesehatan, Universitas Sari Mulia
3
Program Studi Diploma III Kebidanan, Fakultas Kesehatan, Universitas Sari Mulia
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia
*Email : erostina.sy@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Infeksi masa nifas dapat disebabkan perlukaan perineum.


Penyembuhan luka perineum dapat di pengaruhi oleh nutrisi. Namun, asupan
nutrisi yang tepat seringkali menjadi masalah, hal ini dikarenakan masyarakat
memiliki Cultural Lifeways yang sering bertolak belakang dengan ketentuan
kesehatan
Tujuan : Menganalisis Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi
Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang
Kabupaten Kotabaru.
Metode : penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan
cross sectional. Sampel diambil sebanyak 30 orang dan dengan teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling.
dianalisis dengan uji pengujian statistik dengan Chi Square.
Hasil : hubungan cultural lifeways dengan pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang
memiliki luka perineum di puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru didapatkan
hasil p value sebesar 0,000<α (0,05), yang dimana nilai tersebut <0,05.
Simpulan : Dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan Cultural Lifeways Dengan
Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas
Hampang Kabupaten Kotabaru.

Kata Kunci: Hubungan Culture Lifeways, Ibu Nifas, Luka Perineum, Pemenuhan
Nutrisi

iv
v

THE RELATIONSHIP BETWEEN CULTURAL LIFEWAYS WITH


NUTRITION FULFILLMENT IN POSTPARTUM MOTHERS
WHO HAVE WOUNDS PERINEUM AT HAMPANG
HEALTH CENTER KOTABARU DISTRICT

Sarifah Wilda Eros Tina1, Dwi Rahmawati2, Sarkiah3


Hampang Health Center of Kotabaru District
1
2
Midwifery Study Program, Faculty of Health Sari Mulia University
3
Diploma III Midwifery Study Program, Faculty of Health Sari Mulia University
Banjarmasin, South Kalimantan, Indonesia
*Email : erostina.sy@gmail.com

Abstract

Background : Puerperal infection can be caused by perineal injury. Perineal


wound healing can be influenced by nutrition. However, proper nutritional intake
is often a problem, this is because the community has cultural lifestyles that often
conflict with health provisions
Objective : To analyze the relationship between cultural lifeways and nutritional
fulfillment in postpartum women who have perineal wounds at the Hampang
Health Center, Kotabaru District.
Methods : this study used an analytic survey method with a cross sectional
approach. Samples were taken as many as 30 people and with the sampling
technique in this study using purposive sampling. analyzed by statistical testing
with Chi Square.
Results : The relationship between cultural lifestyles and the fulfillment of
nutrition in postpartum women who have perineal wounds at the Hampang Health
Center, Kotabaru District, obtained a p value of 0.000<α (0.05), where the value
is <0.05.
Conclusion : It can be concluded that there is a relationship between cultural
lifeways and nutritional fulfillment in postpartum women who have perineal
wounds at the Hampang Health Center, Kotabaru District.

Keywords : Culture Lifeways Relations, Postpartum Mothers, Perineal Wounds,


Fulfillment of Nutrition
vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan pada tuhan Yang Maha Esa yang telah

mencurahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi

Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru“ dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Skripsi bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

program pendidikan di Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia Banjarmasin. Pada kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terimakasih yang dalam dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada:

1. Hj. Aizar Soedarto, BSC., MBA selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin.

2. Dr. RR. Hj. Dwi Sogi Sri Redjeki S.KG., M.Pd selaku Rektor Universitas Sari

Mulia Banjarmasin

3. Dede Mahdiah, M.Si. selaku Wakil Rektor I Universitas Sari Mulia

Banjarmasin.

4. Hariadi Widodo, S.Ked., MPH Wakil Rektor II Universitas Sari Mulia

Banjarmasin.

5. Dr. Adriana Palimbo, S.Si.T., M.Kes Wakil Rektor III Universitas Sari Mulia

Banjarmasin.

6. Putri Vidiasari Darsono, S.Si., M.Pd selaku Ketua Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Sari Mulia Banjarmasin.


vii

7. apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Far.,Klin selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia Banjarmasin.

8. Ika Mardiatul Ulfa,SST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Universitas

Sari Mulia Banjarmasin.

9. Dwi Rahmawati, SST., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, saran serta mengarahkan dalam penyusunan Skripsi ini.

10. Sarkiah, SST., M.Kes selaku Pembimbing II yang yang telah memberikan

bimbingan, saran serta mengarahkan dalam penyusunan Skripsi ini.

11. M. Sobirin Mohtar, Ns., M.Kep selaku Penguji yang yang telah memberikan

bimbingan, saran serta mengarahkan dalam penyusunan Skripsi ini.

12. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas

Kesehatan Universitas Sari Mulia Banjarmasin yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan.

13. Bapak Erwin Simanjuntak, SMK, MAP selaku Kepala Dinas Kesehatan Kab.

Kotabaru yang sudah memberikan ijin penelitian untuk pengambilan data dan

keperluan penelitian.

14. Bapak Muhammad Agus Renaldy, S.Farm, Apt selaku Kepala Puskesmas

Hampang yang sudah memberikan ijin penelitian beserta seluruh petugas

kesehatan di Puskesmas Hampang.

15. Seluruh ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Hampang yang turut serta

berpartisipasi dalam penelitian ini.


viii

16. Kedua orang tua,dan saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan

moril dan materil sehingga penyusunan Proposal Skripsi ini dapat

diselesaikan.

17. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan yang telah memberikan semangat

dan bantuan.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam Skripsi ini, oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun dari segenap pihak sangat

diharapkan demi penyempurnaan Skripsi ini. Semoga dari hasil Skripsi ini dapat

menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan manfaat bagi semua.

Kotabaru, Februari 2023

Sarifah Wilda Eros Tina


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING..................................ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI............................................iii

Abstract....................................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................5

1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................6

1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................6

1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................6

1.5 Keaslian Penelitian...................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10

2.1 Landasan Teori.......................................................................................10

2.1.1 Masa Nifas......................................................................................10

vii
viii

a. Pengertian Masa Nifas...............................................................10


b. Tahapan Masa Nifas..................................................................11
1) Periode immediate postpartum.............................................11
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu).......................11
3) Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)....................12
c. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.................................................12
1) Mobilisasi..............................................................................12
2) Perawatan Luka Perineum....................................................13
3) Nutrisi...................................................................................14
4) Defekasi................................................................................15
5) Teknik Menyusui..................................................................15
6) Laktasi...................................................................................16
2.1.2 Konsep Anatomi Perineum.............................................................16

2.1.3 Rupture Perineum...........................................................................19

a. Pengertian Rupture Perineum....................................................19


b. Klasifikasi..................................................................................20
c. Pencegahan Rupture Perineum..................................................20
2.1.4 Konsep Penyembuhan Luka Perenium...........................................21

a. Pengertian Luka.........................................................................21
b. Pengertian Penyembuhan Luka.................................................22
c. Proses Penyembuhan Luka........................................................23
1) Fase inflamasi.......................................................................23
2) Fase ploliferasi (regenerasi)..................................................25
3) Maturasi (remodeling)..........................................................26
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Perineum....................................................................................26
1) Mobilisasi..............................................................................26
2) Nutrisi...................................................................................27
3) Relaksasi...............................................................................28
4) Personal Hygiene..................................................................28
ix

5) Istirahat.................................................................................29
e. Pengukuran Kesembuhan Luka Perineum.................................30
2.1.5 Cultural Lifeways pada masa nifas.................................................32

a. Pengertian Cultural Lifeways....................................................32


b. Jenis – jenis gaya hidup.............................................................35
c. Indikator gaya hidup.................................................................36
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup..........................37
e. Cultural Lifeways pada Ibu Nifas..............................................40
f. Cultural Lifeways yang berhubungan dengan Pola Nutrisi.......41
g. Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas 42
2.2 Kerangka Teori.......................................................................................44

2.3 Kerangka Konsep...................................................................................45

2.4 Hipotesis.................................................................................................45

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................47

3.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian..................................47

3.1.1 Lokasi Penelitian.............................................................................47

3.1.2 Waktu Penelitian.............................................................................47

3.1.3 Sasaran Penelitian...........................................................................47

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................47

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................48

3.3.1 Populasi Penelitian..........................................................................48

3.3.2 Sampel Penelitian...........................................................................48

3.4 Variabel Penelitian.................................................................................49

3.4.1 Variabel Terikat (Dependent).........................................................49

3.4.2 Variabel Bebas (Independent)........................................................49

3.5 Definisi Operasional...............................................................................49


x

3.6 Jenis dan Sumber Data...........................................................................50

3.6.1 Jenis data.........................................................................................50

3.6.2 Sumber data....................................................................................50

a. Data Primer................................................................................50
b. Data sekunder............................................................................51
3.7 Instrumen data........................................................................................51

3.8 Uji Instrumen Penelitian.........................................................................51

3.9 Teknik Pengumpulan data......................................................................51

3.9.1 Editing.............................................................................................52

3.9.2 Coding.............................................................................................52

3.9.3 Data entry........................................................................................52

3.9.4 Melakukan teknik analisis..............................................................52

3.10 Analisis Data.........................................................................................52

3.10.1 Analisis Univariat.........................................................................53

3.10.2 Analisis Bivariat...........................................................................53

3.11 Etika Penelitian.....................................................................................54

3.11.1 Ethical Clereance.........................................................................54

3.11.2 Ijin Tempat Penelitian...................................................................54

3.11.3 Informed Consent..........................................................................54

3.11.4 Confidentiallity.............................................................................54

3.11.5 Benefit...........................................................................................55

3.11.6 Justice...........................................................................................55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................56

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................56


xi

4.1.1 Profil Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.......56

4.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten

Kotabaru...................................................................................................58

a. Visi Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.....58


b. Misi Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru....58
4.1.3 Tata Nilai Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru 59

4.1.4 Tenaga Medis Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten

Kotabaru...................................................................................................59

4.2 Hasil Penelitian.......................................................................................60

4.2.1 Karakteristik Responden.................................................................60

a. Umur Ibu....................................................................................60
b. Pendidikan Terakhir Ibu............................................................60
c. Pekerjaan Ibu.............................................................................61
d. Paritas Ibu..................................................................................61
4.2.2 Analisis Univariat...........................................................................62

a. Cultural Lifeways pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum


di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru...........................62
b. Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka
Perineum di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru...........63
4.2.3 Analisis Bivariat (Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan

Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas

Hampang Kabupaten Kotabaru)..............................................................63

4.3 Pembahasan............................................................................................64

4.3.1 Cultural Lifeways pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.............................................64


xii

4.3.2 Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum

di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.........................................66

4.3.3 Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu

Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru................................................................................68

4.4 Keterbatasan..............................................................................71

BAB V PENUTUP................................................................................................68

5.1 Simpulan.................................................................................................68

5.2 Saran.......................................................................................................69

a. Bagi Puskesmas.........................................................................69
b. Bagi Institusi Pendidikan...........................................................69
c. Bagi Peneliti Selanjutnya...........................................................69
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2. 1 Kerangka Teori..................................................................................44

Gambar 2. 2Kerangka Konsep...............................................................................45

Gambar 4. 1 Gambar Peta Kecamatan Hampang 56

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

tabel 4. 1 Gambaran Umur Ibu...............................................................................60

tabel 4. 2 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pendidikan.............................................60

tabel 4. 3 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan...............................................61

tabel 4. 4 Karakteristik Ibu Berdasarkan Paritas....................................................61

tabel 4. 5 Karakteristik Ibu Berdasarkan Observasi Tanda Reeda.........................62

tabel 4. 6 Cultural Lifeways pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum........62

tabel 4. 7 Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas.........................................................63

tabel 4. 8 Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu

Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten

Kotabaru.................................................................................................................64

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

2. Formulir Judul Penelitian

3. Surat Ijin Studi Pendahuluan

4. Surat Balasan dari Tempat Penelitian

5. Surat Ijin Penelitian

6. Surat Balasan dari Tempat Penelitian

7. Lembar Permohonan Menjadi Responden

8. Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

9. Master Tabel

10. Hasil Output Analisis Data

11. Lembar konsultasi Dosen Pembimbing I

12. Lembar konsultasi Dosen Pembimbing II

13. Berita Acara Perbaikan Proposal Skripsi

14. Berita Acara Perbaikan Skripsi

15. Surat Etik

16. Surat Plagiasi

17. Riwayat Hidup

xi
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Masa nifas juga merupakan masa pemulihan organ-organ reproduksi yang

mengalami perubahan selama kehamilan dan persalinan, seperti terjadinya

robekan perineum. Hal tersebut sering terjadi pada semua persalinan pertama,

namun tidak jarang pada persalinan berikutnya, sehingga diperlukan perawatan

yang intensif untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi

infeksi yang dapat diakibatkan karena keterlambatan (Abdurahman, E. S., Eka

Putri, 2020).

Menurut WHO (2022) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak

303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per

100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat

sebesar 177 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada 2017 sehingga menempati

urutan tertinggi ketiga di ASEAN setelah Myanmar (250 kematian per 100.000

kelahiran hidup) dan Laos (185 kematian per 100.000 kelahiran hidup).

Berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar 76%

kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan dengan proporsi 24%

terjadi saat hamil, 36% saat persalinan dan 40% pasca persalinan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sebanyak 7.389 ibu di

Indonesia meninggal pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 59,69% dibandingkan

tahun sebelumnya yang sebanyak 4.627 orang. Jumlah Kematian Ibu di Indonesia

Meningkat 59,69% pada 2021 dengan sebagian besar kematian ibu disebabkan

1
2

oleh Covid-19. Berdasarkan Data Kemenkes RI (2022), hipertensi merupakan

penyebab pertama kematian ibu (AKI) di Indonesia dan Kalimantan Selatan. Data

kejadian kematian ibu akibat hipertensi sebesar 33,7%, perdarahan 27,3%,

komplikasi 15,7%, Komplikasi non-obstetrik 6,5% dan infeksi sebesar 4%.

Provinsi Kalimantan Selatan menduduki perikat 10 besar AKI tertinggi di

Indonesia, dengan rincian AKI akibat Covid 19 sebesar 45 kasus (32,14%),

hipertensi sebanyak 32 kasus (22,86%), perdarahan sebanyak 20 kasus (14,29%),

Gangguan metabolik sebanyak 5 kasus (3,57%), jantung sebanyak 4 kasus

(2,86%), infeksi sebanyak 3 kasus (2,14%), dan kasus lainnya sebanyak 29 kasus

(20,71%). Jumlah ibu bersalin di Indonesia tercatat sebanyak 5.050.637 orang,

jumlah kelahiran di Indonesia diperkirakan naik 20% pada setiap tahunnya dan

tercatat 90,32% ibu bersalin di Indonesia ditolong oleh tenaga kesehatan, yaitu

seperti dokter dan bidan.(Kemenkes RI, 2019)

AKI di Kabupaten Kotabaru tahun 2021 menduduki peringkat ke 5 di

Kalimantan Selatan sebanyak 12 per 100.000 KH lebih rendah dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yaitu 24 per 100.000 KH. Profil Kesehatan Kabupaten

Kotabaru menunjukkan data AKI pada tahun 2021 di Kabupaten Kotabaru

disebabkan oleh karena perdarahan dan karena sebab lainnya, salah satunya

adalah infeksi masa nifas yang disebabkan perlukaan perineum atau ruptur

perineum. (Dinkes Kabupaten Kotabaru, 2022)

Rupture perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di

bagian perineum. Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

perineum, diantaranya mobilisasi dini, vulva hygiene, luas luka, umur,


3

vaskularisasi, stressor dan juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1

minggu kondisi luka kering, menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

Prevalensi menunjukkan bahwa bagi ibu bersalin yang mengalami rupture

perineum di Indonesia sebesar 24% pada golongan umur 25-30 tahun, sedangkan

pada golongan umur 32-39 tahun sebesar 62 persen (Nurdahliana, 2019).

Keterlambatan penyembuhan luka perineum akan berdampak pada ibu

nifas itu sendiri. Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat

menunjang perkembangan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi

pada perineum, setelah itu akan mngakibatkan komplikasi karena munculnya

infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada

jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kadung kemih

maupun infeksi pada jalan lahir. Infeksi nifas yang dapat terjadi sebagai akibat

komplikasi luka perineum antara lain metritis, endometritis, peritonitis bahkan

sampai abses perlvik, hingga ahirnya terjadinya kematian ibu nifas. Apabila

terjadi penanganan yang lambat terhadap ibu nifas maka hal ini dapat berpotensi

menyebabkan kematian, hal ini karena kondisi fisik ibu nifas masih lemah

(Abdurahman, E. S., Eka Putri, 2020).

Penyembuhan luka perineum dapat di pengaruhi oleh nutrisi yang adekuat,

kebersihan, istirahat, posisi, umur, penanganan jaringan, hemoragi, hipovolemia,

edema, defisit oksigen, penumpukan drainase, medikasi, overaktifitas, gangguan

sistemik, status imunosupresi, stres luka. Data tersebut sesuai dengan teori bahwa

semakin baik konsumsi nutrisi semakin baik pula penyembuhan luka


4

perineumnya, karena dengan mengkonsumsi makanan yang memenuhi syarat gizi

dapat mempercepat penyembuhan luka (Mauren, 2018).

Pemberian nutrisi yang tepat pada Ibu Nifas dengan Luka Perineum

bertujuan untuk mengembalikan pemulihan kesehatan dan kekuatan ibu nifas,

meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, dan mencegah terjadinya infeksi masa

nifas. Namun, asupan nutrisi yang bergizi seringkali menjadi masalah, hal ini

dikarenakan masyarakat memiliki pengetahuan yang kurang memadai dan juga

memiliki kepercayaan, nilai atau norma yang sering bertolak belakang dengan

ketentuan kesehatan. (Oktarina & Wardhani, 2018)

Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Lifeway) merupakan bagian

dari perilaku masyarakat yang menunjang kehidupan sosial masyarakat sehingga

membentuk pola kebiasaan pada masyarakat itu sendiri. Tanpa disadari adat

istiadat yang berkembang di masyarakat menjadi penghambat pola hidup sehat di

lingkungan masyarakat, salah satu diantaranya yaitu kebiasaan masyarakat yang

berkaitan dengan pemenuhan nutrisi khususnya pada ibu nifas. Dalam ketepatan

memberikan asuhan pada ibu nifas yang memiliki luka perineum, diperlukan

pengkajian keperawatan transkultural yang berpusat pada nilai, norma dan

kepercayaan dengan tujuan memandirikan klien sesuai dengan budayanya

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru, didapatkan jumlah ibu postpartum sebanyak 189 orang

(2020), 172 orang (2021) dan 201 orang (2022). Dengan hasil tanya jawab

singkat pada 10 orang ibu post partum di Puskesmas Hampang Kabupaten

Kotabaru diketahui bahwa sebagian besar pasien (70%) masih mempunyai


5

kekhawatiran kalau makan-makanan yang mengandung protein seperti telur, ikan,

daging akan menyebabkan luka jahitan menjadi berbau, gatal dan membutuhkan

proses penyembuhan yang lama. Sehingga akan berpengaruh dalam pelaksanaan

diet tinggi kalori tinggi protein.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian “Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi

Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk

membahas tentang “Apakah ada Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan

Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru?”.

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi

Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru.

I.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi

Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru.
6

b. Mengidentifikasi Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka

Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

c. Menganalisis Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada

Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten

Kotabaru.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan informasi tentang pengaruh pendidikan

kesehatan tentang nutrisi dan perawatan luka terhadap penyembuhan luka pada

ibu nifas dengan luka perineum. Diharapkan pendidikan kesehatan yang diberikan

mampu meningkatkan penyembuhan luka menjadi lebih baik pada ibu nifas yang

memiliki luka perineum.

I.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi tenaga

kesehatan khususnya bidan untuk memberikan konseling dan penyuluhan

mengenai penyembuhan luka menjadi lebih baik pada ibu nifas yang

memiliki luka perineum.

b. Bagi profesi Bidan

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan mendukung pemberian

asuhan keperawatan maternitas khususnya pendidikan kesehatan tentang

Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas

Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru


7

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian

selanjutnya yang meneliti tentang Hubungan Cultural Lifeways Dengan

Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

I.5 Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkenaan dengan Hubungan Cultural Lifeways Dengan

Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas

Hampang Kabupaten Kotabaru .

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian


No Penulis Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 ItaSusanti (2022). Hubungan Metode yang faktor budaya
Pemenuhan Gizi digunakan dalam berhubungan dengan
Ibu Nifas Dengan penelitian ini proses penyembuhan
Pemulihan Luka adalah studi selama perawatan
Perineum. literature review masa nifas. Aspek
yaitu dengan budaya berperan
mengunjungi penting dalam
beberapa halaman keberhasilan
artikel dari word penyembuhan masa
wide web dengan nifas. Proses
pemaparan secara penyembuhan masa
naratif untuk nifas bergantung pada
melihat berbagai sikap penerimaan
hasil penelitian seseorang selama
tentang hubungan perawatan nifas
budaya dengan terhadap kebudayaan
proses yang berkembang di
penyembuhan masyarakat. Budaya
selama perawatan dalam perawatan nifas
masa nifas. di suatu lingkungan
masyarakat sudah
menjadi suatu
kebiasaan yang
merupakan bagian dari
tradisi masyarakat
yang dapat
memengaruhi status
derajat kesehatan
masyarakat, sehingga
diharapkan tenaga
kesehatan terus
8

No Penulis Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian


berupaya untuk
melakukan pendekatan
dengan tradisi/budaya
yang berkembang di
masyarakat, sehingga
mampu menyikapi
perbedaan budaya
yang berpengaruh
terhadap status
kesehatan masyarakat.
2 Inong Sri Rahayu Faktor Sebuah studi Adat istiadat dalam
(2017) kualitatif dengan perawatan nifas
Budaya Dalam pendekatan merupakan bagian dari
fenomenologi tradisi, keturunan dan
Perawatan Ibu deskriptif budaya dari daerah
dilakukan dengan setempat. Dimanapun
Nifas wawancara mereka berada, akan
mendalam pada 10 ada adat istiadat
orang partisipan tersendiri dari daerah
yang didapatkan yang sudah menjadi
dengan purposive bagian dari budaya
sampling. dalam perawatan nifas.
Transkripsi Budaya tersebut dapat
dianalisis dengan dilakukan dengan
menggunakan dimodifikasi atau
content analisis diubah dalam praktik
untuk keperawatan
mengidentifikasi tradisional yang dapat
kategori dan tema. mempengaruhi
terhadap budaya
prilaku hidup sehat.
3 Safira Fauzi (2021) Hubungan Faktor Metode penelitian Hasil
Budaya, Personal menggunakan penelitian
Hygiene Dan analitik dengan menunjukkan jika
Kebutuhan Nutrisi pendekatan cross faktor budaya buruk
Dengan sectional. Variabel dengan penyembuhan
Penyembuhan independen faktor luka perineum (45%)
Luka Perineum budaya, personal dengan nilai p-value
Pada Masa Nifas hygiene dan nutrisi, (0,008) terdapat
variabel dependen hubungan faktor
penyembuhan luka budaya dengan
pada perineum. penyembuhan luka
Jumlah populasi 45 perineum. Personal
dengan sampel 40 hygiene buruk dengan
responden. Simple penyembuhan luka
Rondom Sampling perineum (45%)
digunakan sebagai diperoleh p-value
metode untuk (0,001), terdapat
pengambilan hubungan personal
sampel. Instrumen hygiene dengan
yang digunakan penyembuhan luka
kuesioner. perineum. Nutrisi
Penelitian ini telah kurang dengan
dilakukan uji penyembuhan luka
9

No Penulis Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian


kelaiakan etik yang perineum (45%)
dilaksanakan oleh diperoleh p-value
KEPK. Uji statistik (0,000), terdapat
yang digunakan uji hubungan antara
Lambda nilai nutrisi dengan
kemaknaan α 0,05. penyembuhan luka
perineum

Berdasarkan tabel diatas perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian

yang akan dilakukan ini yaitu terletak pada tempat yang akan dilaksanakan oleh

peneliti di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru, sampel penelitian yaitu ibu

nifas yang memiliki luka perineum. Waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih 1

bulan yaitu bulan Februari 2023.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Masa Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa ini dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil (Saleha, 2019)

Di masa nifas ibu akan banyak mengalami perubahan-perubahan dan

bidan harus melakukan pemantauan yang tepat pada ibu dan bayi. Apakah

perubahan-perubahan yang terjadi termasuk fisiologis atau partologis,

sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dan sesuai untuk

memberikan asuhan kebidanan.

Pemeriksaan pada ibu nifas meliputi:

1) Keadaan Umum

2) Keadaan Payudara dan Putingnya

3) Dinding Perut

4) Keadaan Perineum

5) Kandung Kencing

6) Rectum

10
11

7) Flour Albus

8) Keadaan Serviks, Uterus dan Adnexa.

9) Adanya Erosi, Radang atau kelainan-kelainan

(Saleha, 2019).

b. Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Djami,

M. E., & Tjandra, 2019) :

1) Periode immediate postpartum

Masa ini dimulai dari plasenta lahir dan berakhir setelah 24 jam.

Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, seperti pendarahan karena

atonia uteri. oleh karena itu, bidan harus melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu dengan

teratur. Periode masa nifas yang beresiko terhadap kematian ibu terutama

terjadi pada periode immediate postpartum yaitu 50% kematian ibu.

2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia, involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,

lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan

makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. Selain itu,

pada fase ini ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat dirinya,

seperti melakukan mobilisasi dengan diperbolehkan berdiri dan berjalan

untuk melakukan perawatan diri. Hal tersebut akan memberikan manfaat

pada semua sistem tubuh. Sekitar 20% kematian terjadi pada masa ini.
12

3) Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. Periode immediate

postpartum dan early postpartum merupakan periode yang sering terjadi

komplikasi pada ibu, sedangkan pada masa late postpartum hanya sekitar

5%. Resiko kematian yang sering terjadi saat satu minggu pertama nifas

(Early postpartum) disebabkan karena hampir seluruh sistem tubuh

mengalami perubahan secara drastis. Waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna biasa berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan

terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi.

c. Asuhan Kebidanan Masa Nifas

1) Mobilisasi

Mobilisasi dini merupakan suatu aspek dasar yang terpenting,

dengan tujuan untuk mempertahankan kemandirian serta percepatan hari

rawat dan mengurangi resiko dan kompilkasi masa nifas. Pemberian

asuhan kebidanan pada ibu nifas hari pertama yaitu dua jam setelah

melahirkan, pada saat itu seorang ibu harus tidur terlentang kemudian

miring ke kiri atau ke kanan kemudian duduk dan berdiri.

Mobilisasi dini dilakukan segera setelah beristirahat beberapa jam

dengan beranjak dari tempat tidur ibu (pada persalinan normal). Apabila

tidak melakukan mobilisasi dini maka dapat menyebabkan bendungan

lochea dalam rahim, memperlambat mobilisasi alat kelamin ke keadaan


13

semula, thrombosis vena, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh

tubuh dan sirkulasi darah, subinvolusio uteri dan pernapasan terganggu.

Bagi ibu post partum yang saat melahirkan dibantu oleh tenaga

medis yaitu bidan dapat menjalankan mobilisasi dini yang dijalankan

sesuai anjuran. Tetapi apabila penanganan persalinan dibantu oleh dukun

beranak, tidak akan ada penyuluhan tentang tindakan mobilisasi dini,

akibatnya sang ibu tidak akan mengerti tentang pentingnya mobilisasi

dini.

Pemulihan masa nifas (puerpurium) lebih aktif dengan dianjurkan

untuk melakukan ”mobilisasi dini” (early mobilization). Perawatan

mobilisasi dini mempunyai keuntungan :

a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium

b) Mempercepat involusi alat kandungan

c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal alat perkemihan

d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

(Saleha, 2019).

2) Perawatan Luka Perineum

Luka perineum adalah robekan yang terjadi di daerah perineum

secara spontan atau sengaja (episiotomi) untuk mempermudah kelahiran

bayi. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama

dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Hampir 90% dari
14

proses persalinan mengalami robekan perineum, baik dengan atau tanpa

episiotomi.

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa

menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis

lebih kecil dari biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke

belakang, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran

yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau

anak yang dilahirkan dengan pembedahan vaginal.

Penyembuhan luka dapat terjadi, Per Primam yaitu penyembuhan

yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya

dengan jahitan dan Per Sekunden yaitu luka yang tidak mengalami

penyembuhan per primam. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks

dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka dan biasanya

dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi atau

terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan

pembentukan jaringan granulasi (Saleha, 2019).

3) Nutrisi

Nutrisi sangat berpengaruh terhadap penyembuhan luka seperti

pada ibu nifas yang sudah mengerti tentang pemenuhan nutrisi dan mau

mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan maupun ikan, daging dan

telur dalam masa nifas sehingga proses penyembuhan luka baik dan

cepat. Diet yang diberikan pada ibu nifas harus bermutu, bergizi tinggi,
15

cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan (Saleha,

2019).

4) Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 2-3 hari pasca melahirkan. Pada

seseorang yang mengalami konstipasi, tinja akan menjadi lebih padat dan

mengeras, menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga berdampak

kontraksi uteri lembek, infeksi,lamanya penyembuhan luka jahitan, dan

ambeien. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi

berak keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal.

5) Teknik Menyusui

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI yang

tepat kepada bayi dengan tujuan mencapai keberhasilan dalam menyusui.

Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi posisi ibu dan

bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch),

keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking) (Rinata, E.,

Rusdyati, T., & Sari, 2019). Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan

dengan cara:

a) Pembalutan mammae sampai tertekan

b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan

parlodel.

c) Dianjurkan sekali supaya menyusukan bayinya karena sangat baik

untuk kesehatan bayinya.


16

6) Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma,

yaitu:

a) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan

lemak bertambah.

b) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut kolustrum,

berwarna kuning-putih susu.

c) Hypervskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-

vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

d) Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen danprogesteron hilang.

Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktinyang

akan merangsang air susu. Disamping itu, penaruh oksitosin

menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air

susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2–3 hari pasca

melahirkan.

(Rinata, E., Rusdyati, T., & Sari, 2019).

II.1.2 Konsep Anatomi Perineum

Perineum yang dalam bahasa Yunani disebut Perineos adalah daerah

antara kedua belah paha, yang pada wanita dibatasi oleh vulva dan anus, dengan

simpisis pubis di bagian anterior, tuber ishiadikum dibagian lateral dan os

koksigeus dibagian posterior (Afni, R., & Pitriani, 2019).


17

Perineum terdiri dari otot dan fasia urogenitalis serta diafragma pelvis,

yang merupakan bagian penting dalam kebutuhan fisiologis, tidak hanya berperan

penting dalam proses persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol proses

buang air besar dan buang air kecil, menjaga aktivitas peristaltic agar tetap normal

(dengan menjaga tekanan intra abdomen) dan fungsi seksual yang sehat setelah

bersalin (Ayu Putri, 2019).

Perineum merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak di

bawah dasar panggul, berada di daerah antara vulva dan tepi depan anus, batas-

batas diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis, dengan panjangnya rata-rata 4

cm.. Saat persalinan, tidak hanya ditentukan oleh organ-organ genitalia interna

saja seperti uterus dan vagina, tetapi bagian seperti otot-otot, jaringan-jaringan

ikat dan ligamen- ligamen juga mempengaruhi jalan lahir. Perineum meregang

saat persalinan dan terkadang perlu tindakan episiotomi untuk memperbesar jalan

lahir dan mencegah ruptur (Marmi, 2018).

Berikut ini gambar Anatomi perineum Wanita:

Sumber: (Marmi, 2018) Gambar 2.1.1Anatomi Perineum


18

Adapun penjelasan anatomi perineum pada gambar yaitu:

a. Regio Anal:

1) Canalis analis

Panjang kanalis sekitar 4 cm dan membentuk sudut postero-inferior.

2) Sphincter ani

Terdiri dari komponen sphincter externadan interna. Sphincter ani interna

merupakan lanjutan dari otot polos sirkular rektum. Sphincter ani externa

menyatu dengan puborectalis membentuk area penebalan yang disebut

anulus anorectalis.

3) Fossa ischiorectalis

Terletak di kedua sisi canalis analis. Dinding medial dan lateral fossa

ischiorectalis adalah m. levator ani dan canalis analis serta obturatorius

internus. Fossa terisi oleh lemak.

b. Regio Urogenital : Regio ini berbentuk segitiga. Membrana perinealis

merupakan lapisan fasia kuat yang melekat ke tepi trigonum urogenitalis.

Pada wanita, membran ini ditembus oleh uretra dan vagina.

1) Vulva

Merupakan istilah untuk menyebut genitalia eksterna wanita. Mons pubis

merupakan tonjolan lemak yang menutupi symhphisis pubis dan os.

pubis. Labia mayora adalah bibir berlemak yang memiliki rambut yang

meluas ke posterior dari mons pubis. Labia minora terletak di sebelah

dalam labia mayora dan di posterior menyatu membentuk fourchette.


19

2) Uterus

Pada wanita, uretra berukuran pendek sekitar 3-4 cm. Faktor ini

menyebabkan predisposisi infeksi saluran kemih akibat penyebaran

organisme. Uretra berjalan dari leher kandung kemih menuju meatus

eksterna, meatus ini terletak di antara klitoris dan vagina.

3) Vagina

Vagina adalah saluran berotot yang berjalan ke arah atas dan belakang

dari orificium vagina. Pasokan darah vagina didapat dari vaginalis dan

cabang vaginalis serta uterina

(Marmi, 2018).

II.1.3 Rupture Perineum

a. Pengertian Rupture Perineum

Rupture Perineum merupakan perlukaan jalan lahir yang terjadi pada

saat kelahiran bayi baik spontan maupun dengan bantuan alat. Rupture

spontan biasanya lebih dikarenakan posisi bersalin yang kurang tepat,

besarnya janin dan dari kekuatan ibu (his) saat proses persalinan. Sedangkan

rupture dengan tindakan (episiotomi) dikarenakan adanya indikasi bayi besar,

perineum kaku, posisi meneran yang kurang benar, persalinan dengan

menggunakan alat vacum (Herawati, 2019).

Ruptur perineum dengan berbagai derajatnya merupakan komplikasi

yang sering teriadi pada proses persalinan. Ruptur perineum derajat tiga dan

empat memerlukan perhatian khusus karena melibatkan sphinchter ani dan

mukosa rektum. Diagnosis yang tepat, diperlukan untuk melakukan tindakan


20

yang tepat pula. Jika tidak ditangani dengan tepat, berbagai keluhan akibat

kegagalan repair dapat terjadi. Mulai dari inkontinensia anal (termasuk fistula

rectova-eina) hingga dislungsi seksual yang mengganggu kualitas hidup

(Herawati, 2019).

b. Klasifikasi

Klasifikasi Rupture Perineum sebagai berikut:

1) Derajat I : Robekan derajat I meliputi mukosa vagina, fourchettedan kulit

perineum tepat di bawahnya.

2) Derajat II : Pada ruptur perineum derajat 2 mengenai kulit dan membran

mukosa, fasia dan otot-otot perineum, tetapi tidak mengenai sphincter ani

3) Derajat III : Mengenai seluruh Perineum dan otot sphinter ani.

4) Derajat IV : Robekan meluas sampai ke mukosa rektum sehingga lumen

rektum., robekan mengenai kulit, otot dan mele bar sampai sphincter ani

dan mukosa rektum

(Saleha, 2019).

c. Pencegahan Rupture Perineum

Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan prasat manual yang tepat dapat

mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi.

Penolong memberikan ibu arahan dan melakukan prasat manual saat

kepala bayi berada pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva

(crowning) karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter


21

kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya robekan.

2. Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan

kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi

yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan

belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar

secara bertahab melewati introitus dan perineum. Melindungi perineum

dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahab dan hati-hati

dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan

perineu

(Mauren, 2018).

II.1.4 Konsep Penyembuhan Luka Perenium

a. Pengertian Luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat

proses patologis mengenai organ tertentu yang berasal dari internal maupun

eksternal. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang

bisa disbabkan oleh trauma benda tajam atau tumpu, perubahan suhu, zat

kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Mauren, 2018).

Klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas kulit,

penyebab luka, keparahan, luasnya cedera atau kerusakan jaringan,

kebersihan luka, atau gambaran kualitas luka, misalnya warna. Luka penetrasi

akibat pisau disebut luka terbuka dan luka kontusi disebut luka tertutup. Luka

terbuka menimbulkan resiko infeksi yang lebih besar dari pada luka tertutup.
22

Menurut teori, tepi luka merupakan bagian luka yang secara normal

terlihat mengalami imflamasi pada hari ke-2 sampai hari ke-3, tetapi lama

kelamaan imflamasi ini akan menghilang dalam waktu 7-10 hari luka dengan

penyembuhan normal akan terisi sel epitel dan bagian pinggirnya akan

menutup. Bagian tepi luka akan terlihat bengkak dan meradang jika terjadi

infeksi (Mauren, 2018).

b. Pengertian Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena

adanya kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara

berkesinambungan. Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler, dan

terbentuknya senyawa kimia sebagai substansi mediator di daerah luka

merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka.

Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi

yang bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti umur,

nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, dan kondisi metabolik. Proses

penyembuhan luka dibagi ke dalam lima tahap, meliputi tahap homeostasis,

inflamasi, migrasi, proliferasi, dan maturasi. Ketika terjadi luka, tubuh

memiliki mekanisme untuk mengembalikan komponen-komponen jaringan

yang rusak dengan membentuk struktur baru dan fungsional.

Insisi bedah yang bersih merupakan contoh luka dengan sedikit

jaringan yang hilang, luka bedah akan mengalami penyembuhan primer. Tepi

tepi kulit merapat atau saling berdekatan sehingga mempunyai resiko infeksi

yang rendah serta penyembuhan cenderung terjadi dengan cepat.


23

Penyembuhan luka didefinisikan oleh Wound Healing Society (WHS)

sebagai suatu yang kompleks dan dinamis sebagai akibat dari pengembalian

kontinuitas dan fungsi anatomi (Mauren, 2018).

c. Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan terjadi dalam beberapa tahap, yang terdiri dari fase

inflamasi, poliferasi, dan maturasi.

1) Fase inflamasi

Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang

dimulai setelah beberapa menit dan berlangsung selama sekitar 3 hari

setelah cidera. Proses perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan

(hemostasis), mengirim darah dan sel ke arah yang mengalami cidera,

dan membentuk sel-sel epitel pada tempat cedera (epitelialisasi). Selama

proses hemostasis, pembuluh darah yang cedera akan mengalami

kontraksi dan trombosit berkumpul untuk menghentikan perdarahan.

Bekuan-bekuan darah membentuk matriks fibrin yang nantinya akan

menjadi kerangka untuk perbaikan sel.

Jaringan yang rusak menyekresi histamin, yang menyebabkan

vasodilatasi kapiler disekitarnya dan mengeluarkan serum dan sel-sel

darah putih ke dalam jaringan yang rusak. Hal ini menimbulkan reaksi

kemerahan, edema, hangat, dan nyeri lokal. Respon inflamasi merupakan

respon yang menguntungkan dan tidak perlu mendinginkan area

inflamasi atau mengurangi bengkak kecuali jika bengkak terjadi dalam

ruang tertutup.
24

Leukosit (sel darah putih) akan mencapai luka dalam beberapa

jam. Leukosit utama yang bekerja pada luka adalah neutrofil, yang mulai

memakan bakteri dan debris yang kecil. Neutrofil mati dalam beberapa

hari dan meninggalkan eksudat enzim yang akan menyerang bakteri atau

membantu perbaikan jaringan. Pada inflamasi kronik, neutrofil yang mati

akan membentuk pus. Leukosit penting yang ke dua adalah monosit yang

akan berubah menjadi makrofag (sel kantong sampah) yang akan

membersihkan luka dari bakteri, sel-sel mati dan debris dengan cara

fagositosis.

Makrofag juga mencerna dan mendaur ulang zat-zat tertentu,

seperti asam amino dan gula yang dapat membantu dalam perbaikan

luka. Makrofag akan melanjutkan proses pembersihan debris luka,

menarik lebih banyak makrofag dan menstimulasi pembentukan fibriblas,

yaitu sel yang mensintesis kolagen. Kolagen dapat ditemukan paling

cepat pada hari kedua dan menjadi komponen utama jaringan parut.

Setelah makrofag membersihkan luka dan menyiapkannya untuk

perbaikan jaringan, sel epitel bergerak dari bagian tepi luka di bawah

dasar bekuan darah.

Sel epitel berkumpul di bawah rongga luka selama sekitar 48 jam,

lalu di atas luka akan terbentuk lapisan tipis dari jaringan epitel dan

menjadi barier terhadap organisme penyebab infeksi. Terlalu sedikit

proses inflamasi yang terjadi akan menyebabkan fase inflamasi

berlangsung lama dan proses perbaikan menjadi lambat, seperti yang


25

terjadi pada penyakit yang terlalu banyak inflamasi juga dapat

memperpanjang masa penyembuhan luka karena sel yang tiba pada luka

akan bersaing untuk mendapatkan nutrisi yang memadai.

2) Fase ploliferasi (regenerasi)

Dengan munculnya pembuluh darah baru sebagai hasil

rekonstruksi, fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari. Aktivitas

utama selama fase regenarasi ini adalah mengisi luka dengan jaringan

penyambung atau jaringan gramlasi yang baru dan menutup bagian atas

luka dengan epitelisasi.

Fibroblast adalah sel-sel yang mensintesis kolagen yang akan

menutup defek luka. Fibroblas membatuhkan vitamin E dan C, oksigen,

dan asam amino agar dapat berfungsi dengan baik. Kolagen memberikan

kekuatan dan integritas struktur pada luka. Selama periode ini luka mulai

tertutup oleh jaringan yang baru. Bersamaan dengan proses rekonstruksi

yang terus berlangsung, daya elastisitas luka meningkat dan risiko

terpisah atau ruptur luka akan menurun.

Selain itu juga terbentuk jaringan berwarna kemerahan dengan

permukaan berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Setelah

tumbuh jaringan granulasi terjadi proses epitelisasi, tepi luka yang terdiri

atas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan

luka. Kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.

Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup

seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses


26

fibroblasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti

dan mulailah proses pematangan dalam fase maturasi.

1)

2)

3) Maturasi (remodeling)

Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka,

dapat memerlukan waktu lebih dari 1 tahun. Bergantung pada kedalaman

dan keluasan luka, jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi

dan akan menguat setelah beberapa bulan. Namun, luka yang telah

sembuh biasanya tidak memiliki daya elastisitas yang sama dengan

jaringan yang digantikannya.

Serat kolagen mengalami remodeling atau reorganisasi sebelum

mencapai bentuk normal. Biasanya jaringan parut mengandung lebih

sedikit sel-sel pigmentasi (melanosit) dan memiliki warna yang lebih

terang dari pada warna kulit normal (Mauren, 2018).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Perineum

1) Mobilisasi

Mobilisasi ialah kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehat. Mobilisasi berpengaruh pada proses penyembuhan luka,

karena dengan mobilisasi dini dapat memperbaiki tonus otot,

meningkatkan mobilisasi sendiri memperbaiki toleransi otot untuk

latihan, meningkatkan masa otot pada sistem toleransi otot, membantu


27

proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan secara episiotomy

(Harahap, 2021).

2) Nutrisi

Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan

tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh, serta sebagai sumber tenaga.

Penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Secara

fisiologis pada pasien post operasi terjadi peningkatan metabolik

ekspenditur untuk energi dan perbaikan, meningkatnya kebutuhan nutrien

untuk homeostasis, pemulihan, kembali pada kesadaran penuh, dan

rehabilitasi ke kondisi normal. Protein dan albumin sangat berfungsi

sebagai zat pembangun sel-sel yang telah rusak sehingga penyembuhan

luka akan berlangsung lebih cepat. Salah satu jenis makanan yang

mengandung banyak protein adalah putih telur.

Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya

protein, vitamin terutama A dan C serta mineral renik zink dan tembaga.

Sumber Vitamin A yang utama adalah hati, wortel, mentega, susu, dan

margarin. Vitamin A juga terdapat diminyak ikan, hati, mentega, susu,

keju, telur, serta minyak nabati. Vitamin C yang merupakan senyawa

berwarna putih, berbentuk kristal dan sangat larut dalam air, terdapat

pada sayuran dan buah-buahan segar. Selain itu juga terdapat dipangan

hewani seperti hati, ginjal mentah, susu segar. Vitamin C berfungsi

mendukung pembentukan semua jaringan tubuh, terutama jaringan ikat

karena jaringan ikat dibutuhkan untuk mensitesis kolagen, Kolagen


28

adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas

dari protein yang dimakan. (Warsito, 2019).

3) Relaksasi

Relaksasi bertujuan untuk menciptakan suasana intern yang

nyaman sehingga mengalirkan fokus terhadap sensasi nyeri pada

hipotalamus sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri yang dirasakan

oleh individu yang bersangkutan. Relaksasi benson berperan untuk

menurunkan intensitas persepsi nyeri bekerja dengan cara mengalihkan

fokus seseorang terhadap nyeri dan dengan menciptakan suasana nyaman

serta tubuh yang rileks maka tubuh akan meningkatkan proses analgesia

endogen.

Diperkuat pula dengan adanya kalimat atau mantra yang memiliki

efek menenangkan atau menggunakan kata-kata yang mampu

mempengaruhi korteks serebri karena tehnik relaksasi benson

menyatakan unsur religi didalamnya, dimana semua umat yang percaya

akan “sang pencipta” juga percaya akan “kuasanya”. Hal ini semakin

memberikan efek relaksasi yang pada akhirnya meningkatkan proses

analgesia endogen sehingga mampu menggurangi persepsi nyeri

seseorang (Murniati, 2018).

4) Personal Hygiene

Personal hygiene merupakan upaya seseorang dalam memelihara

kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik

dan sikologis kurangnya personal hygiene mengakibatkan seseorang


29

rentan terhadap penyakit karna kuman-kuman menumpuk dibadan dan

merupakan sumber penyakit.

Pada masa postpartum dilakukan perawatan vulva dengan tujuan

untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum maupun

didalam uterus. Cara perawatan vulva seperti mencuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah

depan dan setelah BAB cebok ke arah belakang, serta dilakukan pada

pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang

air besar. Kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi proses

penyembuhan luka disebabkan kuman setiap saat dapat masuk melalui

luka bila kebersihan diri kurang (Anita Rizky Abdullah, 2019).

5) Istirahat

Secara umum, istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan

jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar.

Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh

ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-

ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah

berbeda.

Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan

kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Karena

kelelahan dan perubahan dalam pola tidur dapat menimbulkan efek

negatif pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial.


30

Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk

memulihkan kembali kesehatannya begitu juga wanita setelah

melahirkan. Berbagai macam penyebab kesulitan tidur setelah

melahirkan diantaranya nyeri perineum, rasa tidak nyaman di kandung

kemih, serta gangguan bayi sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi

daya ingat dan kemampuan psikomotor.

Dengan istirahat dan tidur yang cukup, membuat tubuh berfungsi

secara optimal dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Istirahat dan

tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu, tetapi

diyakini bahwa tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental,

emosional, dan kesehatan. Selama tidur, seseorang akan mengulang

(review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses, dan

menggunakan untuk masa depan (Anita Rizky Abdullah, 2019).

e. Pengukuran Kesembuhan Luka Perineum

Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka

perineum dengan terbentuknya jaringan-jaringan baru menutupi luka

perineum dalam jangka waktu 6-14 hari (Potter & Perry, 2005). Kriteria

penilaian penyembuhan luka terlihat pada table berikut :

Tabel II.1Lama Penyembuhan Luka Perineum Menurut Waktu


Kategori Waktu Keterangan
Cepat 1-6 hari Penutupan luka baik, jaringan granulasi tidak
tampak, pembentukan jaringan parut minimal
Normal 7-14 hari Penutupan luka baik jaringan granulasi tidak
tampak, pembentukan jaringan parut minimal
akan tetapi lebih lama
Lama >14 hari Luka tidak saling merapat, proses perbaikan
kurang, kadang di sertai adanya pus dan waktu
penyembuhan lebih lama
31

REEDA adalah untuk mengkaji redness, edema, echymosis (purplish

patch of blood flow), discharge, dan approximation (closeness of skin edge)

yang berhubungan dengan trauma perineum setelah persalinan. (Puspita,

2019).

Penilaian sistem REEDA meliputi : Redness tampak kemerahan pada

daerah penjahitan. Edema adalah adanya cairan dalam jumlah besar yang

abnormal di ruang jaringan intraselular tubuh, menunjukkan jumlah yang

nyata dalam jaringan subkutis, yang disebabkan oleh obstruksi vena atau

saluran limfatik atau oleh peningkata permeabilitas vaskular. Ecchymosis

adalah bercak perdarahan yang kecil, lebih lebar dari petekie (bintik merah

keunguan kecil dan bulat sempurna tidak menonjol), pada kulit perineum

membentuk bercak biru atau ungu yang rata, bulat atau tidak beraturan.

Discharge adalah adanya ereksi atau pengeluaran dari daerah yang luka

perineum. Approximation adalah kedekatan jaringan yang dijahit.

Sistem skoring Davidson dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel II.2Penilaian Skala REEDA


Point Redress Edema Echymosis Discharge Approximation
0 Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tertutup
sekitar 0,25 Sekitar 0,25
Kurang dari
cm pada cm Jarak kulit 3
1 cm
1 kedua bilateral/ Serum mm atau
dari
sisi 0,5 cm kurang
insisi
insisi unilateral
Sekitar 0,5 Sekitar 0,5-1
Terdapat jarak
cm pada Sekitar 1-2 cm
antara kulit
2 kedua cm dari bilateral/ serosanguinous
dan lemak
sisi insisi 0,5-2 cm
sukut
insisi unilateral
32

Terdapat jarak
Lebih dari 0,5 Lebih dari 1
antara
cm pada Lebih dari 2 cm
kulit,
3 kedua cm dari bilateral/ Darah, purulen
lemak
sisi insisi 2 cm
subkutan
insisi unilateral
dan fasia

Total
II.1.5 Cultural Lifeways pada masa nifas

a. Pengertian Cultural Lifeways

Menurut Setiadi (2018) gaya hidup didefinisikan sebagai, cara hidup

yang didefinisikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa

yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya.

Menurut Sutisna (2010) gaya hidup dapat diidentifikasikan bagaimana

pola kehidupan seseorang dalam menghabiskan waktunya (aktivitas), minat

(ketertarikan) dan perilakunya pada kegiatan sehari-hari (pendapat).

Menurut Sumarwan (2011) gaya hidup sering digambarkan dengan

kegiatan, minat dan opini dari seseorang (activities, interests, and opinions).

Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang

mungkin dengan cepat mengganti model dan merek pakaiannya karena

menyesuaikan dengan perubahan hidupnya.

Menurut Plummer (1983), gaya hidup adalah cara hidup individu yang

diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka

(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan)

dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.

Menurut Kotler dan Keller (2012), Gaya hidup adalah pola hidup

seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya.

Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi


33

dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang

dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.

Gaya hidup adalah seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), Gaya hidup adalah pola tingkah laku

sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat. Sedangkan dari sisi

ekonomi, gaya hidup adalah perilaku seseorang dalam membelanjakan

uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktunya

Gaya hidup berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan

teknologi, hal itu sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat akan

pelayanan kesehatan berkualitas dengan memberikan bantuan pada individu,

keluarga, masyarakat dalam memenuhi kegiatan dasar sehari-hari, adaptasi

terhadap keadaan sehat atau sakit, serta mencapai derajat kesehatan yang

optimal.

Dalam perkembangannya, teori keperawatan terbagi menjadi 4 level,

yaitu metha theory, grand theory, midle range theory, dan practice theory.

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah

Transcultural Nursing Theory (teori keperaatan transkultural). Teori ini

berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks

keperawatan. Teori ini menjabarkan tentang konsep keperawatan yang

didasari pada pemahaman tentang adanya perbedaan nilai - nilai kultural yang

melekat dalam masyarakat. Theory ini beranggapan keanekaragaman

budayAa2011 dan niai-nilai sangatlah penting diperhatikan dalam penerapan

asuhan keperawatan. (Putri & Rachmawati, 2018)


34

E.B. Tylor (dalam Soekanto, 2017) menyebutkan, Kebudayaan adalah

kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-

kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan adalah kesenian, dalam arti luasnya kebudayaan yaitu seluruh

total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada

nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah

suatu proses belajar. (Koentjaraningrat, 2020).

Menurut Teori keperawatan Transkulural Leininger proses pengkajian

didasarkan pada 7faktor / komponen, yaitu Faktor teknologi, Faktor agama

dan falsafah hidup (religious and philosophical factors), faktor sosial dan

keterikatan keluarga (kinship and social factors), faktor nilai budaya dan gaya

hidup (cultural values and lifeways), faktor kebijakan dan peraturan (political

and legal factors), faktor ekonomi (economical factors) dan faktor

pendidikan (educational factors). (Pratiwi, 2011)

Dalam teori Leininger mendefinisikan faktor ke 4 yaitu Cultural

Lifeways sebagai gaya hidup yang berkaitandengan nilai budaya dengan

konsep – konsep dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan

buruk dan ditetapkan oleh penganut budaya serta menjadi patokan perilaku

yang dianggap pantas, baik bahasa yang digunakan maupun bahasa nonverbal

yang ditunjukkan.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Cultural

Lifeways lebih menggambarkan perilaku seseorang atau kegiatan yang


35

dilakukan seseorang setiap harinya dengan merujuk pada nilai budaya yang

dianutnya.

b. Jenis – jenis gaya hidup

Menurut Momen dan Minor, terdapat 9 jenis gaya hidup yaitu sebagai

berikut (Suwarman, 2021) :

1) Funcionalists. Menghabiskan uang untuk hal-hal yang penting.

Pendidikan rata-rata, pendapatan rata-rata, kebanyakan pekerja kasar

(buruh). Berusia kurang dari 55 tahun dan telah menikah serta memiliki

anak. 

2) Nurturers. Muda dan berpendapatan rendah. Mereka berfokus pada

membesarkan anak, baru membangun rumahtangga dan nilai-nilai

keluarga. Pendidikan diatas rata-rata. 

3) Aspirers. Berfokus pada menikmati gaya hidup tinggi dengan

membelanjakan sejumlah uang di atas rata-rata untuk barang-barang

berstatus, khususnya tempat tinggal. Memiliki karakteristik Yuppie

klasik. Pendidikan tinggi, pekerja kantor, menikah tanpa anak. 

4) Experientials. Membelanjakan jumlah di atas rata-rata terhadap

barangbarang hiburan, hobi, dan kesenangan (convenience). Pendidikan

rata-rata, tetapi pendapatannya diatas rata-rata karena mereka adalah

pekerja kantor.

5) Succeeders. Rumah tangga yang mapan. Berusia setengah baya dan

berpendidikan tinggi. Pendapatan tertinggi dari kesembilan kelompok.

Menghabiskan banyak waktu pada pendidikan dan kemajuan diri.


36

Menghabiskan uang di atas rata-rata untuk hal-hal yang berhubungan

dengan pekerjaan. 

6) Moral majority. Pengeluaran yang besar untuk organisasi pendidikan,

masalah politik dan gereja. Berada pada tahap empty-nest. Pendapatan

tertinggi kedua. Pencari nafkah tunggal. 

7) The golden years. Kebanyakan adalah para pensiunan, tetapi

pendapatannya tertinggi ketiga. Melakukan pembelian tempat tinggal

kedua. Melakukan pengeluaran yang besar pada produk-produk padat

modal dan hiburan. 

8) Sustainers. Kelompok orang dewasa dan tertua. Sudah pensiun. Tingkat

pendapatan terbesar dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari dan

alkohol. Pendidikan rendah, pendapatan terendah kedua.

9) Subsisters. Tingkat sosial ekonomi rendah. Persentase kehidupan pada

kesejahteraan di atas rata-rata. Kebanyakan merupakan keluarga-keluarga

dengan pencari nafkah dan orang tua tunggal jumlahnya di atas rata-rata

kelompok minoritas.

c. Indikator gaya hidup

Menurut Sunarto, terdapat tiga indikator gaya hidup seseorang yaitu

sebagai berikut (Mandey, 2009) :

1) Kegiatan (Activity) adalah apa yang dikerjakan konsumen, produk apa

yang dibeli atau digunakan, kegiatan apa yang dilakukan untuk mengisi

waktu luang. Walaupun kegiatan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk

tindakan tersebut jarang dapat diukur secara langsung. 


37

2) Minat (Interest) adalah objek peristiwa, atau topik dalam tingkat

kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus-menerus

kepadanya. Interest dapat berupa kesukaan, kegemaran dan prioritas

dalam hidup konsumen tersebut atau tentang apa yang dianggap menarik

sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan. 

3) Opini (Opinion) adalah pandangan dan perasaan konsumen dalam

menanggapi isu-isu global, lokal oral ekonomi dan sosial. Opini

digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi,

seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan

dengan peristiwa masa datang dan penimbangan konsekuensi yang

memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup. Menurut

pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat

dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan–kegiatan

untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan–kegiatan

tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2

faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor

yang berasal dari luar (eksternal).

1) Faktor Internal. Faktor  internal yang mempengaruhi gaya hidup yaitu :

a. Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang

dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek


38

yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara

langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi

oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

b. Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi

pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh

dari semua tindakannya di 1masa lalu dan dapat dipelajari, melalui

belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari

pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu

objek.

c. Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu

dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari

setiap individu. 

d. Konsep Diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian individu

adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang

dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep

diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu

memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek.

Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan

perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya. 

e. Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan

untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan

beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap


39

kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup

yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis. 

f. Persepsi. Persepsi adalah proses di mana seseorang memilih,

mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk

suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

2) Faktor Eksternal. Faktor  eksternal yang mempengaruhi gaya hidup yaitu

a. Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok yang

memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap

dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh

langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi

anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang

memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu

tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-

pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan

gaya hidup tertentu.

b. Keluarga. Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam

pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh

orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak

langsung mempengaruhi pola hidupnya.

c. Kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif

homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang

tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap

jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada
40

dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam

masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial

artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-

haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh

seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena

kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.

Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan dalam

kebudayaan.

d. Kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang

diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Terdiri dari segala

sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif,

meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak. Masalah sosial

yang disebabkan oleh faktor budaya dipicu karena adanya

ketidaksesuaian pelaksanaan norma, nilai, dan kepentingan sosial

akibat adanya proses perubahan sosial dan pola masyarakat yang

heterogen atau multikultural

e. Cultural Lifeways pada Ibu Nifas

Menurut Saifuddin (2014) kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan

membahayakan pada masa nifas, antara lain:

1) Mengindari makanan berprotein, seperti ikan atau telur.

2) Penggunaan bebet perut segera pada masa nifas (2-4 jam pertama).
41

3) Penggunaan kantong es batu pada masa nifas (2-4 jam pertama).

4) Penggunaan kantong es batu atau pasir untuk menjaga uterus

berkontraksi karena merupakan perawatan yang tidak efektif untuk atonia

uteri.

5) Memisahkan bayi dan ibunya untuk masa yang lama pada 1 jam setelah

kelahiran karena masa transisi adalah masa kritis untuk ikatan batin ibu

dan bayi untuk mulai menyusu.

6) Wanita yang mengalami masa puerperium diharuskan tidur telentang

selama 40 hari.

7) Wanita setelah melahirkan tidak boleh melakukan gerakan apapun

kecuali duduk bersenden ditempat tidur.

(Saifuddin, 2014 dalam skripsi Zulfa, 2017).

f. Cultural Lifeways yang berhubungan dengan Pola Nutrisi

Pantang makanan adalah tidak mengkonsumsi makanan tertentu

karena alasan yang bersifat budaya. Pantang makanan ini dipahami secara

turun temurun dengan alasan yang berkaitan dengan proses penyembuhan dan

pemulihan fisik ibu post partum. Ibu post partum diyakini akan mengalami

kondisi sakit apabila mengkonsumsi jenis makanan yang dipantang. Macam-

macam bahan makanan yang dipantang bagi ibu post partum berbeda antara

satu daerah dengan daerah lainnya (Swasono, 1997).

Menurut Swasono (1997), beberapa jenis makanan yang dipantang

serta alasannya yaitu :


42

1) ikan, karena dianggap menyebabkan perut menjadi sakit, telur dan daging,

karena telur dianggap akan mempersulit penyembuhan luka sedangkan

daging dianggap menyebabkan perdarahan yang banyak

2) buah-buahan yang berbentuk bulat, buah dengan rasa yang asam, mangga,

pepaya dan pisang karena dianggap akan menyebabkan perut menjadi

gendut seperti orang hamil

3) sayur yang licin seperti daun talas, daun seraung, kangkung, daun genjer,

daun kacang karena dianggap menyebabkan kemaluan menjadi licin

4) roti, kue apem, makanan yang mengandung cuka, ketupat dan makanan

yang ditusuk seperti sate dengan alasan akan menyebabkan perut menjadi

besar

5) makanan berserat seperti agar-agar, sayur dan buah dengan alasan

makanan berserat tersebut hanya untuk ibu yang susah buang air besar. Ibu

post partum hanya diperbolehkan mengkonsumsi lalapan pucuk daun

tertentu, nasi, sambel oncom, tahu, tempe dan kunyit bakar.

g. Faktor yang Memengaruhi Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas

Pelanggaran terhadap pantangan makanan tersebut akan menyebabkan

ibu mendapat sangsi sosial dari keluarga dan lingkungan terdekat, sehingga

terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ibu tetap melakukan pantang

makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang terdiri atas

faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong (Sleet &

Allergrante, 2019).
43

Faktor predisposisi meliputi pengetahuan, pendidikan, pengalaman,

pekerjaan status sosial ekonomi dan budaya. Faktor pendukung meliputi

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, sedangkan faktor pendorong

meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas

kesehatan, undang-undang dan peraturan yang terkait dengan kesehatan.

Faktor-faktor diatas mempengaruhi perilaku asupan nutrisi pada ibu

post partum. Hasil penelitian Budiyarti (2010) diketahui bahwa kebudyaan

merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku asupan makanan,

maka perlu adanya pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku berpantang

makanan pada masa post partum.


44

II.2 Kerangka Teori

Arikunto (2018) mengatakan, “Kerangka teori merupakan wadah yang

menerangkan variabel atau pokok permasalahan yang terkandung dalam

penelitian.” Teori-teori tersebut digunakan sebagai bahan acuan untuk

pembahasan selanjutnya. Dengan demikian, kerangka teoretis disusun agar

penelitian diyakini kebenarannya. Kerangka Teori dalam penelitian ini dapat

dilihat pada gambar 2.2.1 berikut:

Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan,
2. pendidikan
3. pengalaman
4. pekerjaan
5. status sosial ekonomi
6. Cultural Lifeways

Faktor Pendukung: Pemenuhan Nutrisi Ibu Nifas


ketersediaan sarana dan Yang Memiliki Luka Perineum
prasarana kesehatan

Faktor Pendorong
1. Sikap
2. Perilaku tokoh
masyarakat
3. tokoh agama, petugas
kesehatan
4. undang-undang dan
peraturan yang terkait
dengan kesehatan

Sumber: Modifikasi dari ( Sleet


& Allergrante, 2019)
Gambar 2. 1 Kerangka Teori
45

II.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,

2020). Adapun kerangka konsep dalam peneltiian dapat dilihat pada gambar

2.3. 2 berikut:

Cultural Lifeways Pemenuhan Nutrisi Ibu Nifas


Yang Memiliki Luka Perineum

Gambar 2. 2Kerangka Konsep

II.4 Hipotesis

Hipotesis atau anggapan dasar adalah jawaban sementara terhadap

masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan

kebenarannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya

sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan

melalui penelitian (Notoatmodjo, 2020). Hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Ha = Ada Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada

Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru.

b. H0 = Tidak ada Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi

Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru.
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian

III.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk

memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung (Notoatmodjo, 2020).

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

III.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah lamanya proses penelitian (Notoatmodjo, 2020).

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 – 16 Februari 2023.

III.1.3 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan

sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian juga membahas

karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, termasuk penjelasan

mengenai populasi, sampel dan teknik sampling yang digunakan (Notoatmodjo,

2020). Sasaran dalam penelitian ini yaitu Ibu Nifas yang memiliki Luka Perineum

di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

III.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan dalam proses penelitian

(Hidayat, 2018). Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan

pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui Hubungan Cultural

47
48

Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka

Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru. (Notoatmodjo, 2020).

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian

III.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sekumpulan dari individu yang memiliki ciri khusus,

kualitas dan juga karakteristik yang dibutuhkan oleh peneliti. Ciri ciri, karakter

dan keunikan ini disebut dengan variabel (Notoatmodjo, 2020). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua ibu nifas yang ada di Puskesmas Hampang Kabupaten

Kotabaru sebanyak 102 orang pada bulan November 2022 – Januari 2023.

III.3.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari Populasi. Apabila sampel kurang dari 100

maka sebaiknya diambil semua, sampel minimal sebanyak 30 (Notoatmojdo,

2020). Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel

minimal dengan pertimbangan jumlah ibu nifas yang tidak menentu setiap

bulannya, akses jarak tempuh antar desa dan rumah ibu yang cukup jauh serta

keadaan jalan rusak dan yang sering digunakan untuk keluar masuk jalur

anggkutan dapat menghambat proses penelitian. Atas pertimbangan permasalahan

tersebut, maka sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang ibu nifas di

wilayah kerja Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

Pengambilan sampel menggunakan teknik porpusive sampling yaitu

pengambilan sampel dengan kriteria seperti ibu nifas dengan ruptur perineum

derajat 1 – 4 tanpa komplikasi, ibu nifas tanpa penyakit lain seperti eklampsi,
49

jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya serta responden yang kebetulan ada dan

bersedia menjadi responden saat penelitian berlangsung pada bulan Februari 2023.

III.4 Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Notoatmojdo, 2020). Variabel dalam penelitian ini yaitu:

III.4.1 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel Terikat (Dependent) adalah variabel yang menjadi pusat

perhatian utama peneliti. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemenuhan

nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru

III.4.2 Variabel Bebas (Independent)

Variabel Bebas (Independent) yaitu variable yang mempengaruhi Variable

dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Cultural Lifeways ibu nifas di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

III.5 Definisi Operasional

Definisi operasional mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang

jelas (Notoatmodjo, 2020). Variabel yang didefinisikan secara operasional

tercantum dalam tabel 3.1:


50

Tabel 3. 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Cultural Cultural Lifeways kuesioner 1. Tinggi jika skor Ordinal


Lifeways sebagai gaya hidup yang responden ≥5
Dengan berkaitade ngan nilai 2. Rendah jika skor
Pemenuhan budaya dengan konsep– responden 0-4
Nutrisi Pada konsep dalam diri (Notoatmodjo, 2020)
Ibu Nifas Yang manusia mengenai apa
Memiliki Luka yang dianggap baik dan
Perineum di buruk dan ditetapkan
Puskesmas oleh penganut budaya
Hampang serta menjadi patokan
Kabupaten perilaku yang dianggap
Kotabaru pantas, baik bahasa
yang digunakan maupun
bahasa nonverbal yang
ditunjukkan.

Pemenuhan Kebutuhan yang harus Kuesioner a. Baik jika skor Ordinal


nutrisi pada Ibu dipenuhi oleh ibu respoden 76-
Nifas dengan selama masa pemulihan 100%
Luka Perineum masa nifas (Saleha, b. Cukup jika skor
di Puskesmas 2019) responden 56-
Hampang 75%
Kabupaten c. Kurang jika skor
Kotabaru responden <56%

III.6 Jenis dan Sumber Data

III.6.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,

yang berarti menekankan analisisnya pada data-data numerial (angka) yang

kemudian diolah dengan menggunakan metode statistika, hasil dari analisis

selanjutnya dapat ditarik sebagai sebuah kesimpulan.

III.6.2 Sumber data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan cara

melakukan penyebaran kuesioner kepada responden mengenai Hubungan


51

Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki

Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru. Pengambilan

data primer atau yang diukur di lapangan dilakukan dengan pengisian

kuisioner yang ditujukan pada ibu nifas yang memiliki luka perineum di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru, mengenai Hubungan Cultural

Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka

Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

b. Data sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari dokumen yang diambil di

puskesmas Hampang tahun 2022 – Januari 2023.

III.7 Instrumen data

Instrument dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup.

Kuesioner adalah instrumen penelitian yang terdiri dari rangkaian pertanyaan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari responden. Kuesioner dalam

penelitian ini yaitu kuesioner kebudayaan yang terdiri dari 10 item pernyataan dan

kuesioner pemenuhan gizi yang terdiri dari 10 item pernyataan.

III.8 Uji Instrumen Penelitian

Uji instrumen penelitian tidak dilakukan disebabkan kuesioner yang

digunakan bersalah dari teori yang sudah ada dari Swasono (2017).

III.9 Teknik Pengumpulan data

Data dikumpulkan melalui hasil yang di dapat dari observasi dan

kuesioner. Data yang diambil meliputi Hubungan Cultural Lifeways Dengan

Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas
52

Hampang Kabupaten Kotabaru. Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu

data harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Langkah-

langkah proses pengolahan data, dapat dilakukan sebagai berikut:

III.9.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dikumpulkan pada tahap pengumpulan

data atau data terkumpul.

III.9.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa katagori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan computer.

III.9.3 Data entry

Data entry adalah kegiatan dalam memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

III.9.4 Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dianalisis.

III.10 Analisis Data

Analisis data terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat yaitu

sebagai berikut:
53

III.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran dan distribusi

masing-masing variabel meliputi frekuensi dan persentase. Dalam penelitian ini

yang menjadi bahan untuk analisis univariat yaitu persentase Hubungan Cultural

Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka

Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

III.10.2 Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi menggunakan pengujian statistik dengan Chi Square untuk

mengetahui Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu

Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten

Kotabaru dengan menggunakan bantuan perangkat lunak computer. Nilai

kepercayaan yang dipakai dalam uji statistik adalah 95% dan didasarkan atas

kesalahan 5% (α=0,05) (Sugiyono, 2018). Hasil analisa dari uji statistik Chi

Square antara lain:

a. Jika hasil ρ < 0,05 maka Ha diterima yang berarti ada Hubungan Cultural

Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka

Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

b. Jika hasil ρ > 0,05 maka Ha ditolak yang berarti tidak ada Hubungan Cultural

Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka

Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru.

(Notoatmodjo, 2020)
54

III.11 Etika Penelitian

Penelitian adalah upaya untuk menemukan kebenaran. Etika dalam proses

penelitian menjadi bagian yang esensial dalam upaya menemukan kebenaran,

maka segi etika penelitian harus diperhatikan yang meliputi:

III.11.1 Ethical Clereance

Kelayakan etik suatu penelitian kesehatan ditandai dengan adanya surat

rekomendasi persetujuan etik dari suatu komisi penelitian etik kesehatan.

Penelitian ini mendapatkan surat persetujuan etik.

III.11.2 Ijin Tempat Penelitian

Peneliti mengurus perizinan penelitian pada pihak bidan. Pengambilan

data sekunder dilakukan setelah memperoleh izin dari Kepala Puskesmas

Hampang dalam pengambilan data pada pasien.

III.11.3 Informed Consent

Informed Consent adalah lembar persetujuan yang diberikan kepada subjek

penelitian. Peneliti harus menjelaskan tentang manfaat, tujuan, prosedur dan

dampak yang akan timbul akibat dari tindakan yang dilakukan. Jika subjek

penelitian setuju maka lembar informed consent harus ditandatangani oleh subjek

penelitian yang bersangkutan.

III.11.4 Confidentiallity

Confidentiality adalah menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari

subjek penelitian . Beberapa kelompok data yang diperlukan akan dilaporkan

dalam hasil penelitian. Data yang dilaporkan merupakan data yang dapat
55

menunjang hasil penelitian. Peneliti harus mampu memberi jaminan kerahasiaan

seluruh data dan informasi yang diterima.

III.11.5 Benefit

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian

dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficience).

III.11.6 Justice

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, professional,

berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor ketetapan, keseksamaan

dan kecermatan. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan keuntungan dan

beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan

bebas masyarakat (Notoatmodjo, 2020).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

IV.1.1 Profil Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

Kecamatan Hampang terletak pada 69 mil arah barat laut dari ibukota
kabupaten Kotabaru dengan luas ± 1.899, 29 km2 yang terdiri dari 7 desa yaitu
Hampang, Cantung Kanan, Cantung kiri Hulu,Pramasan 2 x 9, Lalapin, Muara
Urie dan limbur, namun pada tahun 2009 terjadi desa pemekaran yaitu Limbungan
dan Hulu sampanahan, sehingga sekarang menjadi 9 Desa.
gambar 4. 1 Gambar Peta Kecamatan Hampang

56
57

Dengan batas wilayah :


a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Sungai durian

b. Sebelah Timur dengan Kecamatan Kelumpang Hulu

c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tanah Bumbu

d. Sebelah Barat dengan Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu sungai Selatan

Wilayah kecamatan Hampang terdiri dari sungai, dataran rendah, dataran

tinggi/gunung, hutan dan rimba dan suhu udara berkisar antara (25°C) -

(30°C), dengan jumlah penduduk 11.409 jiwa yang terdiri dari 6016 jiwa laki-

laki dan 5393 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga 3.210 KK

Gambaran Sosial Ekonomi masyarakat Kecamatan Hampang dalam

presentasi adalah : Suku Dayak 60%, Banjar 27%, Jawa 8% , Bugis 4%, suku

lainnya 1 %, Mata pencaharian: bertani (ladang berpindah) 55%,

menambang/mendulang 30%, mencari hasil hutan 10%, berdagang 4% serta

pegawai 1%.

Dari 9 desa di wilayah Kecamatan Hampang 6 desa bisa dicapai dengan

kendaraan roda 2 dan 4 sedangkan 3 desa hanya bisa ditempuh dengan berjalan

kaki karena berada dilereng pegunungan meratus.

Puskesmas Puskesmas Hampang merupakan salah satu Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama di Kabupaten Kota Baru. Puskesmas Hampang beralamat di

Jalan Datu Tangiang RT.05 Desa Hampang Kecamatan Hampang, Kabupaten

Kotabaru, Kalimantan Selatan 72163. Kode Puskesmas : 1060466 dengan Tipe

Puskesmas : Rawat Inap.


58

Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Hampang terdiri

dari 9 desa, Adapaun desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas

Hampang adalah sebagai berikut :

1) Desa Lalapin dengan luas Wilayah 149,24 Km²

2) Desa Limbungan dengan luas Wilayah 238,50. Km²

3) Desa Hampang dengan luas Wilayah 104,59 Km²

4) Desa Cantung Kanan dengan luas Wilayah 140,70 Km²

5) Desa Cantung Kiri Hulu dengan luas Wilayah 236,57 Km²

6) Desa Pramasan Dua Kali Sanga dengan luas Wilayah 261,47 Km²

7) Desa Muara Urie dengan luas Wilayah 267,68 Km²

8) Desa Limbur dengan luas Wilayah 331, 24 Km²

9) Desa Hulu Sampanahan dengan luas Wilayah 169,30 Km²

IV.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

a. Visi Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Hampang

melalui Upaya Kesehatan dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan

b. Misi Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

1) Terpenuhinya Tenaga Kesehatan yang Kompeten,

2) Meningkatkan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penunjang Pelayanan


Kesehatan,
3) Meningkatkan Mutu Pelayanan yang Berkualitas,
4) Meningkatkan Kemandirian dan Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pembangunan Kesehatan
5) Memberikan pelayanan yang bermutu dan meningkatkan peran serta
masyarakat
59

IV.1.3 Tata Nilai Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

“SADAR DIA BUNGAS”

a. SADAR : Setiap Petugas menyadari akan Tugas Pokok & Fungsi dan
Tanggung Jawab dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada
pengguna layanan.
b. DIA : Disiplin dan Adil, yaitu setiap Petugas selalu menerapkan disiplin
waktu dan kerja adil dalam memberikan pelayanan kepada pengguna layanan.
c. BUNGAS
1) B : Bertindak cepat dalam menanggapi segala hal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas, serta
tepat dan akurat.
2) U : Unggul dalam pelayanan.
3) N : Nyaman, pelayanan yang diberikan harus nyaman bagi pasien dan
petugas
4) G : Gunakan 5 S, Dalam memberikan pelayanan kesehatan selalu
menggunakan asas 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun)
5) A : Aman, Pelayanan Kesehatan harus berpegang pada prinsip keamanan
diri dan lingkungan.
6) S : Sehati, “Sehat Harga Mati”, atau mewujudkan kerukunan dan
kerjasama yang baik oleh seluruh komponen baik lintas program dan
lintas sektor.
IV.1.4 Tenaga Medis Puskesmas Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

Seluruh staf Puskesmas Puskesmas Hampang berjumlah 30 orang

yang terdiri dari 1 dokter umum (S1), 1 dokter gigi (S1). Bidan terdiri dari

13 staf 1 orang diantaranya memiliki latar pendidikan pendidikan DIV dan

12 bidan Diploma III. Perawat berjumlah 8 orang, 4 diantaranya sarjana

keperawatan dan 4 lainnya dengan latar belakang pendidikan Diploma III.

Sanitarian berjumlah 1 orang (S1), tanaga gizi 1 orang (Diploma III), analis
60

kesehatan 1 orang (Diploma III), tenaga farmasi 1 orang (S1), tenaga

promosi kesehatan berjumlah 3 orang dengan latar belakang pendidikan S1.

IV.2 Hasil Penelitian

IV.2.1 Karakteristik Responden

a. Umur Ibu

Distribusi karakteristik responden pada umur ibu dapat dilihat pada

tabel 4.1 berikut:

tabel 4. 1 Gambaran Umur Ibu

No. Umur f %
1 Beresiko (<20/>35 tahun) 11 36,7
2 Tidak Beresiko (20-35 tahun) 19 63,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer (2023)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden,

kategori mayoritas ibu umur tidak beresiko (20-35 tahun) sebanyak 63,3%.

b. Pendidikan Terakhir Ibu

Distribusi karakteristik pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut:

tabel 4. 2 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan f %
1 Rendah (Tidak sekolah/SD/SMP) 8 26,7
2 Tinggi (SMA/SMK/MA/PT) 22 73,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer (2023)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden, kategori

pendidikan terakhir ibu mayoritas berpendidikan menengah/Tinggi

(SMA/PT) sebanyak 73,3%.


61

c. Pekerjaan Ibu

Distribusi karakteristik pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut:

tabel 4. 3 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan f %
1 Tidak Bekerja 10 33,3
2 Bekerja 20 66,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer (2023)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden,

kategori pekerjaan ibu mayoritas banyak bekerja sebanyak 66,7%.

d. Paritas Ibu

Distribusi karakteristik paritas ibu dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

tabel 4. 4 Karakteristik Ibu Berdasarkan Paritas

No. Paritas F %
1 Beresiko (Primi/Grande) 19 63,3
2 Tidak Beresiko (Multipara) 11 36,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer (2023)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden,

kategori ibu paritas mayoritas tidak beresiko sebanyak 36,7%.

e. Observasi Tanda Reeda

Distribusi karakteristik observasi tanda reeda dapat dilihat pada tabel

4.5 berikut:
62

tabel 4. 5 Karakteristik Ibu Berdasarkan Observasi Tanda Reeda

No. Observasi Tanda Reeda F %


1 Baik 23 76,7
2 Kurang Baik 7 23,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer (2023)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden,

kategori luka perineum pada ibu nifas berdasarkan observasi tanda Reeda

mayoritas baik sebanyak 76,7%.

IV.2.2 Analisis Univariat

a. Cultural Lifeways pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

Gambaran Cultural Lifeways lifeways culture pada ibu nifas yang

memiliki luka perineum di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru dapat

dilihat pada tabel 4.6 berikut:

tabel 4. 6 Cultural Lifeways pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum

Cultural Lifeways pada Ibu Nifas yang


No. f %
Memiliki Luka Perineum
1 Tinggi 10 33,3
2 Rendah 20 66,7
Total 30 100
Sumber: Data Primer (2023)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden, kategori

Cultural Lifeways pada ibu nifas tinggi sebanyak 10 orang (33,3%), dan

kategori Cultural Lifeways pada ibu nifas rendah sebanyak 20 orang (66,7%).
63

b. Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

Gambaran pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka

perineum di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru dapat dilihat pada

tabel 4.7 berikut:

tabel 4. 7 Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas

No. Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas f %


1 Kurang 7 23,3
2 Cukup 5 16,7
3 Baik 18 60,0
Total 30 100
Sumber: Data Primer (2023)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden,

kategori pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum

kurang sebanyak 7 orang (23,3%), kategori pemenuhan nutrisi pada ibu nifas

yang memiliki luka perineum cukup sebanyak 5 orang (16,7%) dan kategori

pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum baik sebanyak

18 orang (60%).

IV.2.3 Analisis Bivariat (Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan

Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas

Hampang Kabupaten Kotabaru)

Hasil penelitian menggunakan uji analisis Chi Square mengenai

Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang

Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru tersaji

dalam tabel 4.8:


64

tabel 4. 8 Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada


Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten
Kotabaru

Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas


Total
No. Cultural Lifeways Kurang Cukup Baik
f % f % f % f %
1 Tinggi 5 50,0% 4 40,0% 1 10,0% 10 100
2 Rendah 2 10,0% 1 5,0% 17 85,0% 20 100
Total 7 23,3% 5 16,7% 18 60,0% 30 100
Nilai Pearson Chi Square= 0,000<α (0,05)

Dari hasil tabel diatas nilai dari p value sebesar 0,000<α (0,05), yang

dimana nilai tersebut <0,05. Ada Hubungan Cultural Lifeways Dengan

Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas

Hampang Kabupaten Kotabaru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang ibu, sebanyak 5 orang

(50%) ibu yang menyatakan Cultural Lifeways tinggi dengan pemenuhan nutrisi

pada ibu nifas yang memiliki luka perineum kurang, dan sebanyak 17 orang

(85%) ibu yang menyatakan Cultural Lifeways rendah dengan pemenuhan nutrisi

pada ibu nifas yang memiliki luka perineum baik.

IV.3 Pembahasan

IV.3.1 Cultural Lifeways pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden, kategori

Cultural Lifeways pada ibu nifas tinggi sebanyak 10 orang (33,3%), dan kategori

Cultural Lifeways pada ibu nifas rendah sebanyak 20 orang (66,7%). Cultural

Lifeways merupakan bagian dari perilaku masyarakat yang menunjang kehidupan

sosial masyarakat sehingga membentuk pola kebiasaan pada masyarakat itu


65

sendiri. Tanpa disadari adat istiadat yang berkembang di masyarakat menjadi

penghambat pola hidup sehat di lingkungan masyarakat, salah satu diantaranya

yaitu kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi khususnya

pada ibu nifas. Derajat kesehatan yang optimal sangat erat kaitannya dengan

pemenuhan nutrisi yang seimbang baik kuantitas maupun kualitas dari nutrisi

yang di konsumsi oleh setiap individu. Asupan nutrisi yang bergizi seringkali

menjadi masalah, hal ini dikarenakan masyarakat memiliki pengetahuan yang

kurang memadai dan juga memiliki kepercayaan, nilai atau norma yang sering

bertolak belakang dengan ketentuan kesehatan (Oktarina & Wardhani, 2020).

sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Susanti (2022) Ibu nifas

dengan kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi. Tidak terpenuhinya kebutuhan gizi

ibu nifas disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu masih terdapat budaya

pantang makan pada ibu pasca persalinan. Ia menyebutkan bahwa ibu nifas tidak

diperbolehkan mengkonsumsi telur, daging ayam, ikan, dan makanan lainnya

yang berasal dari laut. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan

pemenuhan zat gizi dengan pemulihan luka perineum pada ibu nifas. Responden

yang terpenuhi kebutuhan gizinya berdampak pada proses penyembuhan luka

yang lebih cepat, demikian juga sebaliknya. (Susanti, 2022)

Pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan sehari hari. Adat dan tradisi

merupakan dasar perilaku tersebut. Fenomena inilah yang masih mempengaruhi

kebiasaan masyarakat dalam hal memilih dan menyajikan makanan. Masyarakat

masih mempercayai adanya pantang makanan, mereka menerima dan menolak

jenis pangan tertentu. Bagi ibu nifas, terdapat pantangan atau mitos yang sulit
66

diubah walaupun tidak rasional. Ibu nifas dilarang makan ikan, telur, dan daging

supaya jahitan lukanya cepat sembuh. Hal tersebut tidak benar, justru sebaliknya,

ibu nifas sangat memerlukan asupan protein yang lebih tinggi untuk membantu

penyembuhan luka. Bila asupan protein tidak cukup, penyembuhan luka akan

lambat dan berpotensi terinfeksi. (Reiza, 2018)

IV.3.2 Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas yang Memiliki Luka Perineum di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden, kategori

pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum kurang sebanyak

7 orang (23,3%), kategori pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka

perineum cukup sebanyak 5 orang (16,7%) dan kategori pemenuhan nutrisi pada

ibu nifas yang memiliki luka perineum baik sebanyak 18 orang (60%). Rupture

perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian perineum.

Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum, diantaranya

mobilisasi dini, vulva hygiene, luas luka, umur, vaskularisasi, stressor dan juga

nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu kondisi luka kering,

menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Prevalensi menunjukkan bahwa bagi

ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia sebesar 24% pada

golongan umur 25-30 tahun, sedangkan pada golongan umur 32-39 tahun sebesar

62 persen (Nurdahliana, 2019).

Dampak keterlambatan penyembuhan luka perineum yang pertama adalah

terjadinya infeksi, kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat

menunjang perkembangan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi


67

pada perineum. Yang kedua terjadi komplikasi, munculnya infeksi pada perineum

dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat

berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kadung kemih maupun infeksi pada

jalan lahir. Infeksi nifas yang dapat terjadi sebagai akibat komplikasi luka

perineum antara lain metritis, endometritis, peritonitis bahkan sampai abses

perlvik. Ketiga, adalah terjadinya kematian ibu nifas, apabila terjadi penanganan

yang lambat terhadap ibu nifas maka hal ini dapat berpotensi menyebabkan

kematian, hal ini karena kondisi fisik ibu nifas masih lemah (Abdurahman, E. S.,

Eka Putri, 2020).

Proses penyembuhan luka bahwa ada dua macam penyembuhan luka yaitu

Intensi Primer dan Intensi Sekunder. Secara Intensi Primer yaitu jaringan

granulasi yang dihasilkan, sangat sedikit. Dalam waktu 10-14 hari re-epitelialisasi

secara normal sudah sempurna, dan biasanya hanya menyisakan jaringan parut

tipis, yang dengan cepat dapat memudar dari warna merah muda menjadi putih.

Sedangkan secara Intensi Sekunder terjadi pada luka-luka terbuka, dan terdapat

kehilangan jaringan yang signifikan (Ariestanti, D. R., & Purwaningtias, 2018).

Penyembuhan luka perineum dapat di pengaruhi oleh nutrisi yang adekuat,

kebersihan, istirahat, posisi, umur, penanganan jaringan, hemoragi, hipovolemia,

edema, defisit oksigen, penumpukan drainase, medikasi, overaktifitas, gangguan

sistemik, status imunosupresi, stres luka. Data tersebut sesuai dengan teori bahwa

semakin baik konsumsi nutrisi semakin baik penyembuhan luka perineum karena

makanan yang memenuhi syarat gizi dapat mempercepat penyembuhan luka

(Mauren, 2018).
68

Pemberian nutrisi yang tepat pada Ibu nifas yang memiliki luka perineum

bertujuan untuk mengembalikan pemulihan kesehatan dan kekuatan ibu nifas dan

mencegah terjadinya infeksi masa nifas. Ibu nifas dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin

dan mineral yang bermanfaat dalam proses penyembuhan luka perineum. Jika ibu

nifas kekurangan protein, maka ibu akan mengalami keterlambatan dalam proses

penyembuhan luka (Komala, 2017).

IV.3.3 Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu

Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang

Kabupaten Kotabaru

Ada hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu

Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten

Kotabaru (p value = 0,000<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30

orang ibu, sebanyak 5 orang (50%) ibu yang menyatakan Cultural Lifeways tinggi

dengan pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum kurang,

dan sebanyak 17 orang (85%) ibu yang menyatakan Cultural Lifeways rendah

dengan pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum baik.

Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi

peningkatan jumlah penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini

memungkinkan adanya multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah.

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun

semakin tinggi. Hal ini menuntut setiap tenaga kesehatan profesional termasuk

bidan untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin dengan prespektif global
69

dan medis bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang

kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan

memperhatikan namun tetap pada tujuan utama yaitu memberikan asuhan

kebidanan yang berkualitas. Penanganan pasien dengan latar belakang budaya

disebut dengan transkultural nursing. Tanskultural nursing adalah suatu

daerah/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek kebidanan yang

fokusnya memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan

menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,

kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan

kebidanan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepda manusia (Leininger,

2002). Proses kebidanan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik

perbedaan budaya atau lintas budaya antara bidan sebagai profesional dan pasien.

Cultural Values and Lifeways (Faktor Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup)

dimana Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai

apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai-nilai budaya adalah

sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap

baik dan buruk. Norma adalah suatu aturan sosial atau patokan perilaku yang

dianggap pantas. Normanorma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat

penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. (Mohtar, 2022)

Melakukan Cultural Care Repatterning or Restructuring Yaitu prinsip

merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi

kesehatan dan pola hidup keluarga ke arah yang lebih baik. Proses restrukturisasi

meliputi membantu, Cultural Care Preservation or Maintenance yaitu prinsip


70

membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu

individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan. Prinsip

ini juga memungkinkan tindakan dan keputusan yang membantu keluaga dan

klien dari budaya tertentu untuk mempertahankan atau melestarikan nilai-nilai

perawatan yang relevan, sehingga mereka dapat menjadi lebih baik, pulih dari

penyakit, atau menghadapi cacat dan atau kematian.(Mohtar, 2022)

Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas,

maka ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup kalori dan protein, serta

membutuhkan istirahat yang cukup dsb. Namun yang terjadi pada kenyataannya

masih banyak ibu nifas yang melakukan pantang makanan, hal ini dipengaruhi

oleh latar belakang sosial budaya setempat yang beranggapan bahwa dengan tarak

akan mempercepat proses kesembuhan luka jalan lahir. Kebiasaan ini dipengaruhi

oleh sosial budaya yang telah tertanam sejak dulu walaupun bentuk perilaku dan

sikap tersebut, terbukti kurang untuk mengadakan perubahan. Apabila ibu post

partum masi menganut budaya yang kental untuk melakukan adanya pantang

makanan maka tidaklah dipungkiri bila proses kesembuhan luka berlangsung

lambat dan hal ini dapat menjadi proses infeksi jika perawatannya kurang. Dokter

atau bidan dapat masuk dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat tempat ia

bertugas. Untuk menyikapi fenomena budaya nifas di Indonesia, perlu ditanamkan

bahwa kehadiran dokter atau bidan di masyarakat bukan untuk menggantikan

posisi dukun beranak. Keduanya hadir untuk membantu seorang ibu dari awal

kehamilan hingga menjalani proses persalinan yang aman.


71

4.1

4.2

4.3

4.4 Keterbatasan

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa kelemahan yang disebabkan

oleh keterbatasan penelitan, diantaranya:

a Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan

cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui Hubungan Cultural

Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki

Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru, sehingga

masih banyak variabel yang dapat mempengaruhi hasil penelitian

b Kondisi geografis wilayah penelitian seperti letak 3 desa yang berada

didaerah pegunungan serta akses jalan desa lainya yang rusak menjadi

salah satu kendala bagi peneliti dalam pengumpulan data primer

c Peneliti yang baru pertama kali melakukan penelitian sehingga masih

banyak kekurangan selama dilakukan penelitian dan butuh banyak

bimbingan serta masukan dalam melakukan penelitian


BAB V

PENUTUP

V.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Cultural Lifeways

Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru, yang dilakukan dengan jumlah

responden sebanyak 30 orang ibu, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden, kategori

Cultural Lifeways pada ibu nifas tinggi sebanyak 10 orang (33,3%), dan

kategori Cultural Lifeways pada ibu nifas rendah sebanyak 20 orang (66,7%).

b. kategori pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum

kurang sebanyak 7 orang (23,3%), kategori pemenuhan nutrisi pada ibu nifas

yang memiliki luka perineum cukup sebanyak 5 orang (16,7%) dan kategori

pemenuhan nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum baik sebanyak

18 orang (60%).

c. Ada hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas

Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

(sig. = 0,000<0,05).

68
69

V.2 Saran

a. Bagi Puskesmas

Kepada pelayanan kesehatan dan pihak tenaga kesehatan khususnya bidan

diharapkan dapat memberikan edukasi maupun praktik pada ibu nifas

tentang penggunaan rebusan daun sirih untuk penyembuhan luka perineum

sehingga ibu nifas dapat memahami manfaat maupun kerugian jika tidak

memenuhi kebutuhan nutrisi masa nifas.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sarana informasi atau

tambahan pengetahuan tentang Hubungan Cultural Lifeways Dengan

Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di

Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru. Selain itu diharapkan kepada

pihak akademik dapat memberikan pelatihan khusus terkait dengan

penyuluhan dan memperdalam pembelajaran mengenai budaya dan tradisi,

yang berguna untuk pengabdian masyarakat yang ditujukan pada ibu nifas.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain hendaknya dapat melakukan penelitian

langsung mengenai hubungan Cultural Lifeways dengan pemenuhan

nutrisi pada ibu nifas yang memiliki luka perineum sehingga dapat

melakukan observasi langsung terhadap objek penelitian, atau juga kepada

peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, E. S., Eka Putri, T. (2020). Hubungan Pemberian Tambahan Putih


Telur Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Derajat II Pada Ibu
Nifas Di Bpm Utin Mulia Tahun 2019. Jurnal Kebidanan Khatulistiwa, 3
(2). https://doi.org/https://doi.org/10.30602/jkk.v6i1.506
Afni, R., & Pitriani, R. (2019). Pencegahan Infeksi Perineum Dengan Perawatan
Luka Perineum Pada Ibu Hamil Trimester III hingga Nifas. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Multidisiplin, 2 (3), 221–225.
https://doi.org/https://doi.org/10.36341/jpm.v2i3.812
Andarmoyo, S., & S. (2020). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan : Konsep &
Aplikasi Manajemen Nyeri Persalinan (5th ed.). Ar-Ruzz Media.
Anita Rizky Abdullah, F. B. R. (2019). Upaya Pemenuhan Kebutuhan Istirahat
Tidur Pada Ibu Post Partum. Kebidanan, 4 (8), 21–28.
https://doi.org/http://eprints.ums.ac.id/52057/3/NASKAH PUBLIKASI
FAK.pdf
Ariestanti, D. R., & Purwaningtias, E. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin. Jurnal
Kebidanan, 5 (2), 12–17.
https://doi.org/https://repository.unair.ac.id/96351/1/Artikel
Ayu Putri, F. (2019). Asuhan Keperawatan Pasein Dengan Pospartum Partum
Spontan Di RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Kebidanan
Khatulistiwa, 1 (4), 12–20. https://doi.org/http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id
Dinkes Kabupaten Kotabaru. (2022). Profil Kesehatan. Dinkes Kabupaten
Kotabaru.
Djami, M. E., & Tjandra, O. (2019). Pencegahan Dan Penatalaksanaan Cedera
Perineum Dalam Persalinan. Jurnal Kebidanan, 8 (10), 116–119.
https://doi.org/https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.178
Farrer, H. (2020). Keperawatan Maternitas ( dr. A. Hartono (ed.); Edisi 4, V).
EGC.
Harahap. (2021). Penyembuhan Luka Perineum Dengan Putih Telur Ayam.
Penyembuhan Luka Perineum. Jurnal Kebidanan Kestra (Jkk), 2 (4), 11–22.
https://doi.org/https://doi.org/10.20473/jphrecode.v2i2.12190
Henderson, C., Jones, K. (2020). Buku Ajar Konsep Kebidanan. EGC.
Herawati, P. (2019). Hubungan Perawatan Perineum Dengan Kesembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas Hari Keenam Di Bidan Praktik Swasta (BPS) Ny.
Sri Suhersi Mojokerto Kedawung Sragen. Jurnal Kebidanan, 9 (1), 56–62.
https://doi.org/http://journal.unas.ac.id/health/article/view/1375/1012
Kemenkes RI. (2019). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. In
Kementerian Kesehatan RI.

49
50

Marmi. (2018). Intranatal Care-Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka


Belajar.
Mauren, B. (2018). Pemulihan Luka: Seri Praktik Kebidanan. EGC.
Mohtar, M. S. (2022). LITERATURE REVIEW : APLIKASI CULTURE CARE
DALAM PERTOLONGAN PERTAMA KELUARGA PADA PASIEN
DENGAN SERANGAN JANTUNG. http://dx.doi.org/10.4108/eai.23-11-
2019.2298392
Murniati, A. (2018). The Difference in the Length of Healing Process of the
Perineal Wound on the Puerperal Mother who Performs Abstinence Food
Pattern. The 2nd Joint International Conferences, 3 (2), 56–67.
https://doi.org/https://proceeding.tenjic.org/jic2/index.php/jic2/article/view/
36
Notoatmodjo, S. (2020). Metodologi Penelitian Kesehatan Notoatmodjo S, editor.
In Jakarta: PT. Rineka Cipta. Alfabeta.
Nurdahliana. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Perineum
Pada Ibu Pasca Persalinan Normal Di Wilayah Kerja Puskesmas Jeumpa,
Gandapura Dan Kuta Blang Kabupaten Bireun. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 1(3), 82–91.
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40733/117032198.pd
f?sequence=1&isAllowed=y
Oktarina & Wardhani. (2018). TINGKAT EKONOMI TERHADAP MINAT IBU
DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 – 6
BULAN DI PONKESDES SALEN KECAMATAN BANGSAL
KABUPATEN MOJOKERTO. Journal of Materials Processing Technology,
1(1), 1–8.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi.o
Reiza, Y. (2018). Budaya Nifas Masyarakat Indonesia, Perlu Tidak
Dipertahankan? EJournal Kedokteran Indonesia, 6(1), 1–3.
https://doi.org/10.23886/ejki.6.8060.
Rinata, E., Rusdyati, T., & Sari, P. A. (2019). Teknik Menyusui Posisi, Perlekatan
dan Keefektifan Menghisap. Jurnal Kebidanan, 5 (2), 34–42.
https://doi.org/https://media.neliti.com/media/publications/169879-ID-
teknik-menyusui-posisi-perlekatan-dan-ke.pdf
Saleha, S. (2019). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jurnal Kebidanan Kestra
(Jkk), 4 (2), 56–60. https://doi.org/http://elearning.fkkumj.ac.id/
Susanti. (2022). Hubungan Budaya Dengan Proses Penyembuhan. Prosiding
Seminar Nasional Biotik, 10(1), 165–169.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/PBiotik/index
Warsito, H. (2019). Ilmu Bahan Makanan Dasar. Nuha medika.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

33
Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

A.

B.

C.

D.

E.

F.

G.

H.

Tahun 2022-2023
JENIS
KEGIATAN November Desember Januari Februari
KEGIATAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1. Menelaah kepustakaan, observasi kondisi yang menjadi


PERSIAPAN masalah.
2. Pengajuan masalah yang akan diteliti.

33
34

3. Pengajuan Bab I (Pendahuluan).


PENYUSUNAN 4. Pengajuan Bab II
5. Pengajuan Bab III
PENGUMPULA
Pengumpulan data primer dan sekunder
N DATA
1. Editing data
PENGOLAHAN
2. Tabulasi data
DATA
3. Analisis data
A. Pembuatan Draft
PENULISAN
B. Penulisan Awal
LAPORAN
C. Editing
AKHIR
D. Penulisan Final
Lampiran 2

35
Lampiran 3

35
Lampiran 4

35
Lampiran 5

35
36

Lampiran 6
37

Lampiran 7
38
Lampiran 8

35
Lampiran 9

35
36
37
38

Lampiran 10

Master Tabel

Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

1. Karakteristik Responden

Umur Pendidikan Pekerjaan Paritas


No. R
Kategori Kode Kategori Kode Kategori Kode Kategori Kode
1 26 2 SMA 2 Bekerja 1 Multipara 2
2 19 1 SMP 1 Tidak Bekerja 2 Multipara 2
3 31 2 SMA 2 Bekerja 1 Multipara 2
4 30 2 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
5 36 2 SMA 2 Bekerja 1 Primipara 1
6 38 2 SMP 1 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
7 18 2 SMP 1 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
8 36 1 SMP 1 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
9 19 1 SMA 2 Bekerja 1 Primipara 1
10 20 2 SMA 2 Bekerja 1 Multipara 2
11 19 1 SMA 2 Bekerja 1 Primipara 1
12 20 2 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
13 22 2 SMA 2 Bekerja 1 Primipara 1
14 25 2 SMP 1 Bekerja 1 Primipara 1
15 28 2 SMP 1 Bekerja 1 Primipara 1
16 23 2 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
17 28 2 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Multipara 2
18 30 2 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Multipara 2
19 36 2 S1 2 Bekerja 1 Grande 1
20 38 1 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Multipara 2
21 39 1 SMA 2 Bekerja 1 Grande 1
22 36 1 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Multipara 2
23 36 1 S1 2 Bekerja 1 Primipara 1
24 21 2 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
25 19 1 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Multipara 2
26 27 2 S1 2 Tidak Bekerja 2 Multipara 2
27 19 1 SD 1 Tidak Bekerja 2 Multipara 2
28 38 1 S1 2 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
29 20 2 SMA 2 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
30 26 2 SD 1 Tidak Bekerja 2 Primipara 1
39

No. R Klasifikasi Kode


OBSERVASI TANDA REEDA

Redress Edema Echymosis Discharge Approximation f


1 0 0 0 0 0 0 Baik 2

2 0 0 0 0 0 0 Baik 2

3 0 0 0 0 0 0 Baik 2

4 1 0 0 0 1 2 Baik 2

5 1 0 1 0 1 3 Kurang 1

6 1 0 0 0 0 1 Baik 2

7 0 0 0 0 0 0 Baik 2

8 2 1 0 0 1 4 Kurang 1

9 0 0 0 0 1 1 Baik 2

10 0 0 0 0 0 0 Baik 2

11 1 1 0 0 1 3 Kurang 1

12 0 0 0 0 0 0 Baik 2

13 2 1 0 0 1 4 Kurang 1
40

14 2 0 0 0 0 2 Baik 2

15 1 0 0 0 0 1 Baik 2

16 0 0 0 0 0 0 Baik 2

17 0 0 0 0 0 0 Baik 2

18 0 2 0 0 0 2 Baik 2

19 1 1 0 0 0 2 Baik 2

20 1 2 0 0 2 5 Kurang 1

21 1 2 0 1 1 5 Kurang 1

22 1 0 0 0 0 1 Baik 2

23 0 2 1 1 0 4 Kurang 1

24 1 0 0 0 0 1 Baik 2

25 0 0 0 0 0 0 Baik 2

26 0 0 0 0 0 0 Baik 2

27 1 1 0 0 0 2 Baik 2

28 0 0 0 0 0 0 Baik 2
41

29 0 0 0 0 0 0 Baik 2

30 2 0 0 0 0 2 Baik 2

2. Lifeways Culture

Lifeways Culture
No. R f Klasifikasi Ket
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 4 Rendah 2
2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 4 Rendah 2
3 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 Rendah 2
4 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 Rendah 2
5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Rendah 2
6 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4 Rendah 2
7 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 Rendah 2
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah 2
9 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 4 Rendah 2
10 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 4 Rendah 2
11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 Tinggi 1
12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Rendah 2
13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Tinggi 1
14 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4 Rendah 2
15 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 Rendah 2
16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Rendah 2
17 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 4 Rendah 2
18 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4 Rendah 2
19 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 Tinggi 1
20 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Tinggi 1
21 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 7 Tinggi 1
22 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 4 Rendah 2
42

23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 Tinggi 1
24 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 6 Tinggi 1
25 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 4 Rendah 2
26 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 Tinggi 1
27 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7 Tinggi 1
28 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 Tinggi 1
29 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 Rendah 2
30 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 4 Rendah 2
3. Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas

Pemenuhan Nutrisi pada Ibu Nifas f % Klasifikasi Kode


No. R
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 3
2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80% Baik 3
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 3
4 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 60% Cukup 2
5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 20% Kurang 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 3
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 3
8 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 20% Kurang 1
9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 80% Baik 3
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 3
11 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 30% Kurang 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
13 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 30% Kurang 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80% Baik 3
20 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 4 40% Kurang 1
21 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 4 40% Kurang 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
43

23 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6 60% Cukup 2
24 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 40% Kurang 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
26 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6 60% Cukup 2
27 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 6 60% Cukup 2
28 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 60% Cukup 2
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 3
44

Lampiran 11

Hasil Output Analisi Data

Hubungan Cultural Lifeways Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Nifas Yang Memiliki Luka Perineum

Di Puskesmas Hampang Kabupaten Kotabaru

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid beresiko 11 36,7 36,7 36,7

tidak beresiko 19 63,3 63,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 8 26,7 26,7 26,7

Tinggi 22 73,3 73,3 100,0

Total 30 100,0 100,0


45

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak bekerja 12 40,0 40,0 40,0

bekerja 18 60,0 60,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid beresiko 19 63,3 63,3 63,3

tidak beresiko 11 36,7 36,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

observasi tanda reeda

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang baik 7 23,3 23,3 23,3

Baik 23 76,7 76,7 100,0

Total 30 100,0 100,0


46

cultural lifeways

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 10 33,3 33,3 33,3

Rendah 20 66,7 66,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

pemenuhan nutrisi pada ibu nifas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurang 7 23,3 23,3 23,3

cukup 5 16,7 16,7 40,0

baik 18 60,0 60,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

cultural lifeways * pemenuhan


30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%
nutrisi pada ibu nifas
47

cultural lifeways * pemenuhan nutrisi pada ibu nifas Crosstabulation

pemenuhan nutrisi pada ibu nifas

kurang cukup baik Total

cultural lifeways tinggi Count 5 4 1 10

Expected Count 2,3 1,7 6,0 10,0

% within cultural lifeways 50,0% 40,0% 10,0% 100,0%

% within pemenuhan nutrisi pada ibu


71,4% 80,0% 5,6% 33,3%
nifas

% of Total 16,7% 13,3% 3,3% 33,3%

rendah Count 2 1 17 20

Expected Count 4,7 3,3 12,0 20,0

% within cultural lifeways 10,0% 5,0% 85,0% 100,0%

% within pemenuhan nutrisi pada ibu


28,6% 20,0% 94,4% 66,7%
nifas

% of Total 6,7% 3,3% 56,7% 66,7%


Total Count 7 5 18 30

Expected Count 7,0 5,0 18,0 30,0

% within cultural lifeways 23,3% 16,7% 60,0% 100,0%

% within pemenuhan nutrisi pada ibu


100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
nifas

% of Total 23,3% 16,7% 60,0% 100,0%


48

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 15,721a 2 ,000


Likelihood Ratio 17,087 2 ,000
Linear-by-Linear Association 12,195 1 ,000
N of Valid Cases 30

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,67.
49

Lampiran 12
50
51
52

Lampiran 13
53
54
Lampiran14
36

Lampiran 15
37

Lampiran 16
38

Lampiran 17
39

Lampiran 18
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : SARIFAH WILDA EROS TINA


Tempat Tanggal Lahir : Kotabaru, 03 Januari 1989
Alamat Lengkap : Jl.Antuin RT.02 Desa Hampang Kec.Hampang
Kab. Kotabaru
Nomor Telpon : 0853 4562 6039
E-mail : erostina.sy@gmail.com
Nama Orang Tua :
Ayah : Said Mulyadi
Ibu : Noor Laila
Nama Suami : Dedy Setiawan
Riwayat pendidikan Formal : (Pendidikan Dasar hingga Perguruan Tinggi)
Nama Tempat Pendidikan Kota Masa Pendidikan
(Tahun Masuk-Tahun
Lulus)
SDN 1 Dirgahayu Kotabaru 1994-2000
SMPN 1 Kotabaru Kotabaru 2000-2003
SMAN 2 Kotabaru Kotabaru 2003-2006
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin 2006-2009
Banjarmasin

Riwayat pendidikan Non Formal : (Pelatihan atau Kursus bersertifikat)


Nama Pelatihan Nama Penyelenggara Kota Tahun Kegiatan
atau Kursus

Pengalaman Organisasi : IBI

Anda mungkin juga menyukai