Anda di halaman 1dari 161

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH

DISERTAI MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN


PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN
IMUNISASI DASAR

TESIS

Oleh

EKA PURNAMASARI
NIM. 137032044

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


THE EFFECT OF COUNSELING WITH THE LECTURE
METHOD ACCOMPANIED BY LEAFLET MEDIA ON
CHANGES IN MATERNAL BEHAVIOR IN THE
PROVISION OF BASIC IMMUNIZATION

THESIS

By

EKA PURNAMASARI
NIM. 137032044

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH
DISERTAI MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN
PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN
IMUNISASI DASAR

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Reproduksi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

EKA PURNAMASARI
NIM. 137032044

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 16 Agustus 2019

TIM PENGUJI TESIS

Ketua : Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph.D.


Anggota : 1. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M.
2. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.
3. dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes., Ph.D.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pernyataan Keaslian Tesis

Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Pengaruh

Penyuluhan dengan Metode Ceramah Disertai Media Leaflet terhadap

Perubahan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar” beserta seluruh

isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2019

Eka Purnamasari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Abstrak

Cakupan imunisasi dasar lengkap di Kabupaten Labuhan masih rendah yaitu


sebesar 38,1%. Oleh karena itu perlu penyuluhan guna merubah perilaku orang
tua dalam imunisasi dasar lengkap kepada balita. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah disertai media leaflet
terhadap perubahan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar di Puskesmas
Teluk Santosa Kabupaten Labuhanbatu. Jenis Penelitian ini adalah Quasi
Eksperiment Design, dengan rancangan Non-Equivalent Control Group.
Kelompok yang diintervensi terdiri atas dua subjek penelitian yang diberikan
perlakuan yang berbeda dan satu subjek penelitian yang dijadikan kelompok
kontrol. Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Teluk Santosa
Kabupaten Labuhan Batu. Populasi dalam penelitian adalah seluruh Ibu Hamil
Trisemester III sebanyak 137 Orang dan Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75
orang. Analisis data yang digunakan antara lain T-dependen, Wilcoxon, dan
Kruskal Walis. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan
dengan metode ceramah terhadap pengetahuan (p=<0,001) dan sikap (p=<0,001)
ibu tentang pemberian imunisasi dasar. Terdapat pengaruh penyuluhan dengan
metode ceramah disertai leaflet terhadap pengetahuan (p=<0,001) dan sikap
(p=<0,001) ibu tentang pemberian imunisasi dasar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyuluhan dengan metode ceramah disertai leaflet lebih efektif dalam
meningkatkan pengetahuan (p=0,023) ibu dibandingkan dengan kelompok yang
diberikan ceramah maupuan kelompok kontrol. Bagi Puskesmas Teluk Sentosa
Kabupaten Labuhanbatu, hendaknya membuat program dengan jadwal yang rutin
dalam pelaksanaan penyuluhan kepada ibu hamil baik tentang pemberian
imunisasi dasar atau yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan ibu dan
bayi. Dimana metode ceramah baik tanpa menggunakan media maupun dengan
menggunakan alternative pilihan metode dalam pelaksanaan program.

Kata kunci: Imunisasi, penyuluhan, perilaku ibu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Abstract

Complete basic immunization coverage in Labuhan District is still low at 38.1%.


Therefore, counseling is needed to change the behavior of parents in complete
basic immunization to toddlers. The aim of this study was to determine the effect
of counseling using the cermah method and the lecture method accompanied by
leaflets on changes in maternal behavior in providing complete basic
immunization at the Santosa Bay Health Center in Labuhanbatu Regency. This
type of research is Quasi Experiment Design, with the design of Non-Equivalent
Control Group. The intervention group consisted of two research subjects who
were given different treatments and one research subject was made into the
control group. This research was carried out in the work area of the Santosa Bay
Health Center in Labuhan Batu Regency. The population in the study were all
Trisemester III Pregnant Women as many as 137 people and the sample in this
study were 75 people. Data analysis used included T-dependent, Wilcoxon, and
Kruskal Walis. The results showed that there were differences (p = <0.001) and
attitudes (p = <0.001) about basic immunization with the lecture method. There
are differences in knowledge (p = <0.001) and attitudes (p = <0.001) with the
lecture method accompanied by leaflets. There is a significant difference between
the increase in knowledge and attitudes that get treatment counseling using the
lecture method and the lecture method accompanied by leaflets. Changes in
knowledge and the highest attitude on the group given the lecture accompanied by
leafleat. For Teluk Sentosa Health Center, Labuhanbatu Regency, it should make
a program with a routine schedule in the implementation of counseling for
pregnant women both on basic immunization or related to the health and safety of
mothers and babies. Where is the lecture method either without using media or by
using alternative methods in implementing the program.

Keywords: Immunization, counseling, mother behavior

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan

dengan Metode Ceramah Disertai Media Leaflet terhadap Perubahan

Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar” .

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. Selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Destanul Aulia S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph.D. dan Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M.

selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing

penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. dan dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes.,

Ph.D. selaku Dosen Penguji yang juga telah memberikan bimbingan,

masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini.

7. Pihak Puskesmas Teluk Sentosa yang telah banyak membantu dalam

pengambilan data dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Para dosen dan staf di Lingkup Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

9. Kedua orang tua (Syahrul Efendi dan Siti Hajar) serta keluarga besar yang

telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis

menjalani pendidikan.

10. Teristimewa untuk seluruh keluarga terima kasih atas perhatian, kasih sayang

dan motivasi yang telah diberikan selama ini sehingga penulis termotivasi

untuk menyelesaikan studi ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat dan khususnya Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

2013 Universitas Sumatera Utara atas dukungan, semangat dan kebersamaan

yang diberikan selama ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya bagi kita

semua dan penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini

dengan harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2019

Eka Purnamasari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak i
Abstract ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 10
Tujuan Penelitian 10
Manfaat Penelitian 10

Tinjauan Pustaka 11
Penyuluhan Kesehatan 11
Definisi penyuluhan kesehatan 11
Metode penyuluhan kesehatan 12
Metode ceramah 13
Metode Penyuluhan Kesehatan 12
Metode ceramah 14
Media penyuluhan kesehatan 17
Media leaflet 18
Prilaku 19
Pengertian perilaku 20
Perilaku kesehatan 20
Bentuk perilaku 21
Aspek-aspek perilaku 21
Proses terjadinya perubahan perilaku 22
Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang 23
Domain perilaku 23
Pengetahuan 24
Sikap 26
Metode Ceramah dan Leaflet dalam Perubahan Perilaku 29
Imunisasi 32
Pengertian imunisasi 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Imunisasi dasar 33
Tujuan imunisasi 34
Manfaat imunisasi 34
Syarat pemberian imunisasi imunisasi 35
Jenis – jenis imunisasi dasar 35
Jenis – jenis imunisasi dasar 35
Jadwal imunisasi 41
Landasan Teori 43
Kerangka Konsep 44
Hipotesis Penelitian 45

Metode Penelitian 46
Jenis Penelitian 46
Lokasi dan Waktu Penelitian 47
Populasi dan Sampel Penelitian 47
Populasi 47
Sampel 48
Variabel dan Definisi Operasional 48
Variabel penelitian 48
Definisi operasional 48
Metode Pengumpulan Data 49
Pelaksanaan pengumpulan data 49
Uji validitas dan reliabilitas 50
Metode Pengukuran 51
Pengetahuan 51
Metode Analisis Data 52
Pengolahan data 52
Analisis data 52

Hasil Penelitian 53
Deskripsi Lokasi Penelitian 53
Hasil Analisis Data 55
Gambaran umum responden 55
Gambaran pengetahuan ibu hamil tetntang imunisasi dasar
prepost pada kelompok ceramah disertai leaflet kelompok
kontrol 57
Uji Normalitas 59
Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan
sesudah penyuluhan pada setiap kelompok 63
Perbedaan pengaruh pelaksanaan penyuluhan imuniasi dasar
pada pengetahuan dan sikap ibu hamil disetiap kelompok
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015 64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan 68
Analisis Univariat 68
Perilaku ibu hamil dalam pemberian imunisasi dasar sebelum
pelaksanaan penyuluhan 68
Perilaku ibu hamil dalam pemberian imunisasi dasar setelah
penyuluhan 70
Analisis Bivariat 73
Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan
sesudah pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan metode
ceramah 73
Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian
imunisasi dasar pada kelompok metode ceramah disertai media
leaflet 76
Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian
imunisasi dasar pada kelompok kontrol 78
Perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang
pemberian imunisasi dasar pada ketiga kelompok 79
Implikasi Penelitian 83
Keterbatasan Penelitian 83

Kesimpulan dan Saran 86


Kesimpulan 86
Saran 87

Daftar Pustaka 89
Lampiran 92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Jadwal Imunisasi 41

2 Jadwal Imunisasi pada Bayi dengan Menggunakan Vaksin DPT


dan HB dalam Bentuk Terpisah, Menurut Frekuensi dan Selang
Waktu 41

3 Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dengan Menggunakan


Vaksin DPT/HB Kombo 42

4 Desain Penelitian 46

5 Daftar Populasi Ibu Hamil Trisemester III di Wilaya Kerja


Puskesmas Teluk Sentosa 47

6 Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa 53

7 Distribusi Kelompok Penyuluhan tentang Imunisasi Berdasarkan


Usia, Pendidikan, dan Penghasilan 56

8 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum dan


Sesudah Penyuluhan Imunisasi Dasar dengan Metode Kelompok
Ceramah, Kelompok Ceramah dan diberikan Leaflet dan
Kelompok Control (Tidak Diberikan Perlakuan) 59

9 Distribusi Hasil Normalitas Sikap Ibu Hamil Sebelum dan


Sesudah Penyuluhan Imunisasi Dasar dengan Metode Kelompok
Ceramah, Kelompok Ceramah dan diberikan Leaflet dan
Kelompok Kontrol (Tidak Diberikan Perlakuan) 60

10 Distribusi Hasil Normalitas Selisih Pengetahuan dan Sikap Ibu


Hamil Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Imunisasi Dasar dengan
Metode Kelompok Ceramah, dan diberikan Leaflet dan Kelompok
Kontrol (Tidak Diberikan Perlakuan) 61

11 Perbedaan Pengetahuan Ibu Hamil Antara Sebelum dan Sesudah


Perlakuan Penyuluhan pada Setiap Kelompok 63

12 Perbedaan Sikap Ibu Hamil antara Sebelum dan Sesudah


Perlakuan Penyuluhan pada Setiap Kelompok 63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13 Perbedaan Pengetahuan Ibu Hamil Sesudah Perlakuan
Penyuluhan pada Setiap Kelompok 65

14 Perbedaan Sikap Ibu Hamil Sesudah Perlakuan Penyuluhan pada


Setiap Kelompok 66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Domain perilaku 24

2 Landasan teori penelitian 43

3 Kerangka konsep penelitian 44

4 Kerangka operasional 44

5 Alur penelitian 50

6 Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar pre dan


post pada kelompok ceramah, kelompok ceramah disertai leaflet
dan kelompok kontrol 57

7 Gambaran sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar pre dan post
pada kelompok ceramah, kelompok ceramah disertai leaflet dan
kelompok kontrol 58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Materi Penyuluhan I 92

2 Materi Penyuluhan II 98

3 Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden 104

4 Informed Consent 106

5 Kuesioner 107

6 Jawaban Pretest dan Posttest 116

7 Master Data 127

8 Uji Deskriptif 131

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Riwayat Hidup

Eka Purnama Sari, lahir tanggal 16 September 1990 di Ajamu, anak

pertama dari tiga (3) bersaudara, anak dari pasangan Sayhrul Efendi dan Ibu Siti

Hajar, bertempat tinggal di Perumahan Graha Kompas Idaman.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri No. 117495 Sungai

Sitorus, lulus Tahun 2003, SMP Swasta Yapendak P.T.P.N.IV Kebun Ajamu,

Lulus Tahun 2005, SMK Negeri 1 Rantau Utara lulus Tahun 2008, Program D-III

Kebidanan di Akademi Kebidanan Budi Mulia Medan Kabupaten Labuhan Batu,

lulus Tahun 2011 dan D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara, lulus

Tahun 2012.

Pernah bekerja di Akademi Kebidanan Kesehatan Budi Mulia Medan

sebagai sebagai dosen tetap Tahun 2012-2014. Lalu menjadi anggota DPRD

Kabupaten Labuhan Batu Sejak Tahun 2014 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjut di Program S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Peminatan Promosi Kesehatan di

Universitas Sumatera Utara Tahun 2013.

Medan, Agustus 2019

Eka Purnama Sari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendahuluan

Latar Belakang

Imunisasi merupakan suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat

anti untuk mencegah penyakit tertentu. Adapun tujuan imunisasi adalah

merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga

dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I) (Delan Astrianzah dan Margawati, 2011).

Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif

untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka

kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang

ditimbulkannya pun akan berkurang (WHO, 2007).

Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional seperti yang terdapat dalam

Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009, yaitu tercapainya derajat

kesehatan secara optimal bagi seluruh penduduk, maka diharapkan masyarakat

mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal dan begitu pula petugas

diharapkan mampu melayani dirinya sendiri dibidang kesehatan tanpa tergantung

kepada pemberi/pelayanan kesehatan. Dalam hal ini Puskesmas sebagai ujung

tombak pelayanan kesehatan masyarakat di Pedesaan/Kecamatan diharapkan

dapat berperan sebagai, pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,

pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga, dan pusat pelayanan kesehatan

tingkat pertama (Kemenkes RI, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Indonesia sehat 2015 adalah target dari berbagai program yang terdapat

dalam MDGs. Salah satu program tersebut adalah menurunkan angka kematian

balita sebesar dua-pertiganya antara 1990 sampai 2015. Untuk memenuhi program

ini maka di bentuk dua indikator yaitu angka kematian balita dan cakupan

imunisasi campak pada usia satu tahun. Angka kematian balita pada tahun 1990

jumlahnya 97 per 1000 kelahiran hidup. Cakupan imunisasi campak pada anak

usia satu tahun terus meningkat setiap tahunnya dalam rangka mencapai target

MDGs sebesar 90 persen tahun 2015.

Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di Indonesia menyebabkan

turunnya derajat kesehatan masyarakat. Masalah ini mencerminkan perlunya

keikutsertaan Pemerintah di tingkat nasional untuk untuk mendukung dan

mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia (Ranuh, 2001).

Untuk terus menekan angka kematian bayi dan balita, program imunisasi ini terus

digalakkan Pemerintah Indonesia. Namun, ternyata program ini masih mengalami

hambatan, yaitu penolakan dari orang tua. Penolakan orang tua dalam pemberian

imunisasi ini dikarenakan anggapan yang salah yang berkembang di masyarakat

tentang imunisasi, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran yang kurang

terhadap imunisasi (Apriyani, 2011).

Sejak penetapan The Expanded Program on Immunization (EPI) atau

Program Pembangunan Imunisasi (PPI) oleh WHO tahun 1974, cakupan

imunisasi dasar anak meningkat dari lima persen hingga mendekati 80 persen di

seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus

neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap tujuh penyakit telah

direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT,

Polio, Campak dan Hepatitis B (Proverawati, dkk, 2010).

Untuk mencapai target tersebut diperlukan suatu gerakan percepatan dari

seluruh komponen masyarakat baik pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) maupun swasta bersama-sama untuk menggerakkan masyarakat luas

untuk berpartisipasi aktif mendorong ibu untuk membawa anaknya untuk

mendapatkan imunisasi dasar lengkap (Keputusan Menteri Kesehatan No.

482/MENKES/SK/IV, 2010).

Namun demikian, ternyata masih banyak kontroversi dari faktor program

imunisasi, vaksin atau resipien yang menerima imunisasi. Masyarakat sering

terdengar pendapat yang salah mengenai imunisasi imunisasi. Tidak jarang di

jumpai orang tua yang ragu atau bahkan menolak imunisasi dengan berbagai

alasan. Ketakutan dan penolakan imunisasi mungkin mungkin berdasarkan

pandangan religi, filosofis tertentu, anggapan imunisasi sebagai intervensi

pemerintah. Alasan lain adalah berhubungan dengan keamanan dan efikasi vaksin

atau pandangan bahwa penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi tidak

menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya (IDAI, 2008).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.482/MENKES/SK/IV tahun

2010, data dari beberapa hasil survey menunjukkan bahwa akses masyarakat ke

program imunisasi yang diukur dengan cakupan BCG dan DPT satu sudah cukup

baik, tetapi yang menjadi persoalan umumnya adalah tingginya angka drop out.

Bayi yang sudah mendapat imunisasi pertama tidak melengkapi imunisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dasarnya, contohnya 20 persen drop out dari BCG ke DPT3, 18 persen drop out

dari DPT1 ke DPT3 (Data Hasil Survey 2007). Angka ini menggambarkan

terdapat sekitar satu juta bayi Indonesia yang tidak mendapat imunisasi lengkap

setiap tahunnya.

Data cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia sebesar 59,2

persen dengan provinsi tertinggi Bali (80,8%) dan terendah Papua (29,2)

sedangkan Provinsi Sumatera Utara merupakan urutan ke empat terendah yaitu

39,1 persen (Riskesdas, 2013).

Cakupan desa/Kelurahan UCI di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 100

persen dengan kisaran 13,05 persen - 100 persen. Provinsi di Yogyakarta, DKI

Jakarta, dan Jambi mencapai 100 persen. Sedangkan provinsi terendah yaitu

Papua (13,05%), Papua Barat (41,21%), dan Sulawesi Tenggara (56,50%) (Ditjen

PPPL, Kemenkes RI, 2014).

Data cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia per

September 2014 sebesar 48,4 persen dengan Provinsi Tertinggi Bali (62,0%) dan

terendah Maluku Utara (17,7%) sedangkan Provinsi Sumatera Utara merupakan

urutan ke tujuh terendah yaitu 36,5 persen (Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014).

Pencapaian desa dengan UCI di Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 yaitu

68,98 persen mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yaitu 74,19 persen;

sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yaitu 65,87 persen, dan

masih dibawah target nasional yaitu 80 persen. Kabupaten/Kota yang desanya

telah mencapai UCI minimal 80 persen yaitu sembilan Kabupaten/Kota yaitu

Kabupaten Karo, Deli Serdang Langkat, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Serdang Bedagai, Nias Utara dan Medan. Jumlah ini mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2012 yaitu 15 (lima belas) Kab/Kota yaitu Tapanuli Selatan,

Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Deli Serdang, Langkat,

Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Serdang Bedagai, Batubara, Labuhan Batu

Selatan, Nias Utara, Kota Tebing Tinggi dan Kota Medan. Dengan demikian

terdapat tujuh kab/kota dimana 80 persen desa/kelurahan telah mencapai UCI

pada tahun 2012 namun pada tahun 2013 mengalami penurunan, yaitu Kabupaten

Tapanuli Selatan, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Batubara

dan Kota Tebing Tinggi; bahkan terdapat dua kabupaten yaitu Nias Barat dan

Nias Selatan dimana tidak satu pun desa/kelurahannya mencapai UCI. Kondisi

yang demikian tentu dapat berpeluang menjadi daerah kantorng-kantong terjadi

KLB PD3I sekaligus menjadi pekerjaan rumah yang berat di tahun mendatang

(Profil Kesehatan Sumatera Utara; 2013)

Sebanyak lima provinsi memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap pada

bayi di bawah rata-rata provinsi (48,4%). Provinsi dengan cakupan imunisasi

dasar lengkap pada bayi per September 2014 tertinggi yaitu Kep. Bangka Belitung

(60,0%) dan terendah Sumatera Utara (36,5%). Begitu juga dengan Provinsi

dengan cakupan campak pada bayi tertinggi regional Sumatera yaitu Kep. Bangka

Belitung (59,8%) dan terendah Sumatera Utara (41,9%). Dan cakupan imunisasi

campak pada bayi Provinsi Sumatera Utara per September 2014 sebesar 41,9

persen dengan kabupaten/kota tertinggi yaitu Pakpak Bharat (78,4%) dan terendah

nias utara (9,4%) sedangkan Kabupaten Labuhanbatu masih merupakan urutan ke-

10 tertinggi (38,1%) (Dinkes SUMUT; 2014)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Program imunisasi yang dilaksanakan di Kabupaten Labuhan Batu dengan

cakupan sebesar 9.124 orang bayi, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi

BCG sebesar (76,47%), imunisasi DPT1+HB1 sebesar (72,85%), imunisasi

DPT3+HB3 sebesar (69,15%), imunisasi Polio3 sebesar (73,58%), imunisasi

Campak sebesar (72,4%), dan imunisasi Hepatitis B3 sebesar (62,45%) (Dinkes

Labuhanbatu, 2014).

Cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas Teluk Sentosa

dengan jumlah 732 bayi, dimana imunisasi BCG sebesar (875,2%), imunisasi

DPT1+HB1 sebesar (73,1%), imunisasi DPT3+HB3 sebesar (73,9%), imunisasi

Polio3 sebesar (77,3%), imunisasi Campak sebesar (65,7%), dan imunisasi

Hepatitis B3 sebesar (69,4%) (Puskesmas Teluk Sentosa, 2014).

Salah satu strategi dalam perubahan perilaku adalah pemberian informasi.

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat,

cara pemeliharan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan-

pengetahuan itu selanjutnya akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya akan

menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu

(Notoatmodjo, 2010).

Media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

merangsang seseorang untuk belajar. Saat ini cukup banyak memilih media

pengajaran yang salah satunya digunakan adalah leaflet. Leaflet merupakan

selembaran kertas yang beriksikan tulisan, gambar-gambar menarik yang

membahas suatu masalah. Sifat leaflet yang dapat disajikan dengan gambar dan

tulisan singkat dapat diharapakan dapat lebih merangsang perhatian ibu balita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam memperoleh pengetahuan tentang dampak perilaku pemberian imunisasi

dasar, karena leaflet mengkombinasikan fakta dengan gagasan yang jelas sehingga

dapat membangkitkan motivasi untuk memperhatikan lebih jauh (Notoatmodjo,

2010).

Menurut Edgar Dale dalam Notoatmodjo (2012), Promosi kesehatan pada

dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui

pendidikan kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan dapat mencapai hasil yang

maksimal, apabila metode dan media promosi kesehatan mendapat perhatian yang

besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan kombinasi berbagai

metode dan media promosi kesehatan akan sangat membantu dalam proses

penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat. Semakin banyak indera

yang digunakan untuk menerima sesuatu pesan yang disampaikan maka semakin

banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang.

Penggunaan alat peraga dalam melakukan promosi kesehatan akan sangat

membantu penyampaian pesan kepada seseorang atau masyarakat secara lebih

jelas.

Bahan peragaan dalam promosi kesehatan dapat berupa poster tunggal,

poster seri, pricat, tranparan, slide, film, brosur, lembar balik, stiker dan

seterusnya. Selain dukungan alat peraga di atas dapat juga dilakukan bentuk

pendekatan seperti bimbingan, penyuluhan, interview ataupun pendidikan

kesehatan pada kelompok besar seperti metode ceramah, seminar, belajar

kelompok. Sementara untuk kelompok kecil dapat dilakukan metode diskusi

kelompok, curah pendapat, role play dan permainan simulasi (Notoatmodjo,

2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan keterangan yang di peroleh dari seorang staf bagian imunisasi

Dinas Kesehatan bahwa Leaflet sudah ada di Dinas Kesehatan Kabupaten

Labuhanbatu dan telah didistribusikan ke semua Puskesmas. Menurut keterangan

dari seorang staf di Puskesmas Teluk Sentosa sebelumnya sudah pernah dilakukan

penyuluhan imunisasi dasar dengan metode ceramah.

Berbagai metode penyuluhan, yang paling sering dilakukan oleh penyuluh

Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan adalah metode cerarnah tanya

jawab. Salah satu kelemahan ceramah adalah pesan yang terinci mudah dilupakan

setelah beberapa lama. Alat bantu lihat (visual aid) yang sering digunakan untuk

meningkatkan efektivitas ceramah adalah leaflet (Departemen Kesehatan, 2005).

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Supardi, dkk (2002), di Kabupaten

Cianjur Provinsi Jawa Barat tentang pengaruh metode ceramah dan media leaflet

terhadap perilaku pengobatan sendiri sesuai dengan aturan, menyimpulkan

peningkatan tindakan pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan pada

responden yang mendapat penyuluhan obat dengan metode ceramah dan media

leaflet lebih tinggi secara bermakna dari pada peningkatan tindakan responden

yang tidak mendapat penyuluhan.

Menurut penelitian Mardiansyah (2010) di Posyandu Desa Tonjong

Brebes Jawa Tengah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi

dasar terhadap kepatuhan pemberian imunisasi pada bayi dengan nilai koefisien

kontingensi 0,556 dengan taraf signifikan p=0,01 (p<0,05). Sejalan dengan

penelitian Parka (2010) di Desa Banjar Sengon Kecamatan Patrang Kabupaten

Jember menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tingkat pendidikan, tingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap

pada bayi.

Media atau alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh

petugas dalam menyampaikan bahan materi atau pesan kesehatan. Alat bantu ini

lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan

memperagakan sesuatu di dalam proses penyuluhan kesehatan. Penggunaan media

leaflet, audiovisual dapat dikombinasikan dengan diskusi kelompok cukup

berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat (Kholid,

2012).

Survei pendahuluan di Kelurahan Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu

menunjukkan bahwa dari 42 ibu yang memiliki bayi usia 0-11 bulan, 29 ibu yang

membawa bayinya untuk melakukan imunisasi dasar secara rutin, lima orang ibu

yang menyatakan imunisasi kadang dilakukan jika ada waktu dan anak tidak

sakit, dan delapan ibu menyatakan tidak pernah memberikan imunisasi pada

anaknya. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah disertai media leaflet

terhadap perubahan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar di Wilayah

Kerja Puskesmas Teluk Sentosa Kabupaten Labuhanbatu tahun 2019.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas seperti masih

ada ibu yang tidak mau membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi dasar

lengkap, maka permasalahan dapat dirumuskan yaitu apakah pengaruh

penyuluhan dengan metode ceramah disertai media leaflet terhadap perubahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar

Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah disertai media

leaflet terhadap perubahan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar di

Puskesmas Teluk Sentosa Kabupaten Labuhanbatu.

Manfaat Penelitian

(1) Sebagai pengembangan ilmu kesehatan reproduksi khususnya pada kesehatan

anak melalui penyuluhan imunisasi kepada ibu hamil agar dapat meningkatkan

pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kesehatan anak.

(2) Sebagai masukan bagi petugas kesehatan di Puskesmas Teluk Sentosa dalam

meningkatkan program kesehatan ibu dan anak secara aplikatif melalui

penyuluhan kesehatan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu tentang

imunisasi dasar lengkap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Penyuluhan Kesehatan

Definisi penyuluhan kesehatan. Salah satu kegiatan promosi kesehatan

adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan untuk memberikan atau

meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan

terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005). Penyuluhan kesehatan adalah

perubahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar

atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengerahui perilaku manusia

baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan

kesadaran akan nilai keseharan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya

menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2004).

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang bar

agar masyarakat mau terarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan

kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, member pnegtahuan,

informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru,agar dapat membentuk

sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya

penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka mengubah

msayarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan

(Zulkarimein, 1989).

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari penyuluhan kesehatan

diantaranya berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(1) Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga;

(2) Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan

demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya

makna kesehatan dan berperilaku sehat;

(3) Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan

sebagaimana mestinya (Maulana; 2009).

Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik

komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi

(Depkes, 2008)

Berdasarkan teknik komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut :

Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung

berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Metode ini dibedakan menjadi

dua yaitu :

(1) Metode didaktik, pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang

melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak

diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau

mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun dan bersifat satu arah (one way

method). Contoh metode ini adalah metode ceramah;

(2) Metode sokratik, metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara

yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat

pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan

mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi,

simulasi, bermain peran, dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak

langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan

pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi melalui pertunjukan

film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar) dan media eletronik

(televisi, radio).

Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai :

(1) Pendekatan perorangan, dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan

secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan,

antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon;

(2) Pendekatan kelompok, dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan

dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam

ketegori ini antara lain : pertemuan, demostrasi, diskusi kelompok, pertemuan

FGD;

(3) Pendekatan missal, petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya

secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode

diantaranya adalah : pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran

tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film.

Berdasarkan indra penerima :

(1) Metode melihat/memperhatikan, dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui

indera penglihatan, seperti : penempelan poster, pemasangan gambar/photo,

pemasangan koran dinding, pemutaran film;

(2) Metode pendengara, dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera

pendengar, umpamanya : penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3) Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : demonstrasi (dilihat, didengar,

dicium, diraba dan dicoba (Maulana; 2009).

Metode Ceramah

Pengertian. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan

pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasana langsung kepada

sekelompok orang atau siswa. Metode ceramah merupakan cara untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran ekpositori (Sanjaya, 2014).

Menurut Djamarah (2000), metode ceramah adalah metode yang boleh

dkatakan metode tradisional. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan

sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Besar sampel untuk metode ceramah ditentukan berdasarkan bahwa metode

ceramah digunakan untuk komunikasi kelompok besar yaitu 20-50 orang

(Liliweri, 2011) dan menurut Notoatmodjo (2012) bahwa yang dimaksud

kelompok besar apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang.

Adapun waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan metode ceramah dan leaflet yaitu antara pretest dan postesnya dapat

dilakukan dalam waktu dua minggu, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan Marlina (2014) sebelumnya tentang pengaruh penyuluhan kesehatan

dengan metode ceramah disertai media leaflet terhadap pengetahuan ibu hamil

dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Muara Satu

Lhokseumawe.

Menurut Maulana (2009), ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh

seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dipergunakan jika berada dalam kondisi berikut :

(1) Waktu untuk penyampaian informasi terbatas;

(2) Orang yang mendengar sudah termotivasi;

(3) Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata;

(4) Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain;

(5) Ingin menambah atau menekankan apa yang sudah dipelajari;

(6) Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan suatu aktivitas;

(7) Sasaran dapat memahami kata-kata yang digunakan.

Kelebihan metode ceramah. Menurut Sanjaya (2006), ada beberapa

kelebihan metode ceramah diantaranya berikut ini :

(1) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah, merah maksudnya

ceramah tidak memerlukan peralatan yang lengkap, sedangkan mudah karena

ceramah hanya mengandalkan suara dan tidak memerlukan persiapan yang

rumit;

(2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, asrtinya materi

pelajaran yang banyak dapat dijelaskan pokok-pokoknya saja;

(3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan,

artinya dapat mengatur poko-pokok materi yang perlu ditekankan sesuai

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai;

(4) Dapat diikuti dalam jumlah besar;

(5) mudah dilaksanakan.

Kelemahan metode ceramah. Adapun beberapa kelemahan dari metode

ceramah menurut Notoatmodjo (2005) diantaranya berikut ini :

(1) Menghalangi respon dari pendengar;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2) Hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik;

(3) Pembicara harus menguasai menguasai pokok pembicaraan;

(4) Dapat menjadi kurang menarik;

(5) Pembicara kurang dapat memanfaatkan pendengar;

(6) Sulit digunakan oleh anak-anak;

(7) Daya ingat biasanya terbatas;

(8) Biasanya hanya satu indera yang dipakai;

(9) Pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi pendengar.

Penggunaan metode ceramah ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan mem-

pertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

(1) Tujuan yang hendak dicapai, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil

belajar dengan menggunakan metode ceramah harus relatif menetap bukan

perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang

kembal, seperti perubahan perilaku akibat pakaian tidak rapih;

(2) Bahan yang akan diajarkan, yaitu memberikan materi yang berkaitan dengan

perubahan perilaku seprti tatakrama pribadi;

(3) Alat, fasilitas serta waktu yang harus disesuaikan dengan siswa;

(4) Jumlah murid dan taraf kemampuannya harus efektif;

(5) Penguasaan materi untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan;

(6) Pemilihan metode lain sebagai metode diskusi, tanyajawab dan lain-lain;

(7) Situasi dan waktu harus efektif (Usman; 2002) .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Media penyuluhan kesehatan. Media penyuluhan kesehatan adalah

semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin

disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektonika, dan

media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang

akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap

kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Suhardjo (2003), media sebagai sarana belajar mengandung

pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau

penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.

Umar Hamalik, Djamarah dan Sadiman dalam Adri (2008), menge-

lompokkan media berdasarkan jenisnya, yaitu:

(1) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,

seperti tape recorder;

(2) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam

wujud visual;

(3) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar.

Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini

dibagi kedalam dua jenis, yaitu :

(1) Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film

soundslide;

(2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Notoatmodjo (2003), berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran

pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga, yaitu (1) media cetak, (2) media

elektronik, (3) media papan (bill board).

Termasuk media cetak diantaranya seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart,

rubrik/tulisan-tulisan poster, foto. Media elektronik, seperti televisi, radio, video

compact disc, slide, film strip, serta media papan (bill board), yang mencakup

pesan-pesan yang dipasang di tempat umumatau ditulis pada lembaran seng yang

ditempel pada kendaraan umum (bus dan taksi).

Media leaflet. Menurut Notoatmodjo (2003) media leaflet ialah bentuk

penyampaian informasi atau kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi

informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi dan

menurut Maulana (2009) leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-

pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasinya dapat berupa

kalimat, gambar atau kombinasi.

Menurut Depkes RI (2004) Leaflet sering di sebut juga dengan pamphlet

merupakan selebaran kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah

khusus untuk suatu sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran Leaflet ukuran leaflet

biasanya 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 - 400 kata, isi harus bisa di tangkap

dengan sekali baca.

Kelebihan Leaflet menurut Notoatmodjo (2005) adalah: tahan lama,

mencakup orang banyak, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa

kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman dan,

meningkatkan gairah belajar, sedangkan Kelemahan media ini tidak dapat

menstimulir efek suara dan efek gerak, mudah terlipat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Depkes RI (2004), ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam membuat Leaflet adalah :

(1) Tentukan kelompok sasaran yang ingin di capai;

(2) Tuliskan apa tujuannya;

(3) Tentukan isi singkat hal-hal yang mau di tulis dalam leaflet;

(4) Kumpulkan tentang subyek akan disampaikan;

(5) Buat garis-garis besar cara penyampaian pesan;

(6) Termasuk di dalamnya bagaimana bentuk tulisan, gambar dan tata letaknya;

(7) Buatlah konsepnya;

(8) Konsep di tes terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hampir sama

dengan kelompok sasaran;

(9) Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi.

Perilaku

Pengertian perilaku. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, bak yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Perilaku manusia antara satu dengan yang lain tidak sama baik dalam

hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian (Novita dan Franciska,

2012).

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan

baik disadari maupun tidak. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan

suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia

pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri (Wawan dan

Dewi, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka secara umum dapat

disimpulkan bahwa perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan reaksi yang

dapat langsung terlihat (overt behavior) atau yang tak tampak (covert behavior).

Timbulnya perilaku akibat dari interelasi stimulus internal dan eksternal yang

diproses melalui kognitif, efektif dan motorik (Pieter dan Lumongga, 2010).

Perilaku kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan

adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan

minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni perilaku pemeliharaan kesehatan

(health maintenance), perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas

pelayanan kesehatan/perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior),

serta perilaku kesehatan lingkungan.

Berdasarkan teori perilaku dari Skiner (1983) di dalam Franciska (2012),

perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanana dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan

dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut :

(1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), yaitu perilaku atau

usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha penyembuhan jika sakit;

(2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan,

atau perilaku pencarian pengobatan (healthy seeking behavior);

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3) Perilaku kesehatan lingkungan.

Bentuk perilaku. Menurut Wawan dan Dewi (2011) secara lebih

operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organism atau seseorang

terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk

dua macam, yakni :

(1) Bentuk Pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia

yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat

terlihat oleh orang laen, misalnya berpikir, dan tunggung jawab;

(2) Bentuk Aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

langsung.

Aspek-aspek perilaku. Aspek-aspek perilaku yaitu :

(1) Pengamatan, pengamatan adalah pengenalan objek dengan cara melihat,

mendengar, meraba, membau, dan mengecap. Kegiatan-kegiatan ini biasanya

disebut sebagai modalitas pengamatan;

(2) Perhatian, Notoatdmojo (2007, dalam Pieter dan Lumonnga, 2010)

mengatakan bahwa, perhatian adalah kondisi pemusatan energi psikis tertuju

kepada suatu objek dan merupakan kesadaran seseorang dalam aktifitas;

(3) Tanggapan, tanggapan adalah gambaran dari hasil suatu penglihatan,

sedangkan pendengaran dan penciuman merupakan aspek yang tinggal dalam

ingatan;

(4) Fantasi, fantasi merupakan kemampuan untuk membentuk tanggapan yang

telah ada;

(5) Ingatan (memory), adalah Segala macam kegiatan belajar melibatkan ingatan.

Ingatan dikelompokkan menjadi ingatan jangka panjang dan ingatan jangka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pendek;

(6) Berpikir, berpikir adalah aktivitas idealistis menggunakan simbol-simbol

dalam memecahkan masalah berupa deretan ide dan bentuk bicara;

(7) Motif, motif adalah dorongan dalam diri yang mengarahkan seseorang

melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan (Pieter Lumongga, 2010).

Proses terjadinya perubahan perilaku. Perubahan perilaku manusia

sangat bervariasi tergantung pada konsep yang digunakan para ahli dalam

memahami perilaku manusia tersebut. Secara psikologis, proses terjadinya

perubahan perilaku manusia disebabkan oleh :

(1) Perubahan secara alamiah (natural change), perilaku manusia cenderung

selalu berubah-ubah dan hampir sebagian besar perubahannya disebabkan

kejadian secara alamiah. Misalnya, ibu hamil dalam kondisi sakit kepala.

Semula dia akan membuat ramuan-ramuan tradisonal untuk mengurangi

keluhannya kemudian secara alamiah dia mulai berubah dan beralih dengan

menggunakan obat-obat modern;

(2) Perubahan terencana (planed change), perubahan perilaku dapat juga terjadi

akibat direncanakan sendiri. Misalnya, Pak Ali semula seorang perokok berat,

akibat terserang batuk, maka dia memutuskan untuk berhenti merokok;

(3) Penerimaan Informasi atau Pengetahuan, banyak tidaknya informasi atau

pengetahuan yang diterima seseorang atau sekelompok orang mempengaruhi

perubahan perilaku;

(4) Perubahan Kondisi Fisiologis, perubahan perilaku manusia juga bisa terjadi

akibat perubahan kondisi fisiologis, terutama yang berhubungan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kesehatan dan penyakit yang diderita;

(5) Kesediaan untuk berubah (readiness to change), apabila terjadi suatu inovasi

program-program pembangunan dalam masyarakat, maka sering terjadi

perubahan perilaku (Pieter dan Lumongga, 2010).

Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor yang

mempengaruhi perilaku seseorang yaitu :

1. Faktor genetik atau faktor endogen merupakan konsepsi dasar atau modal

untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik

berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain : jenis ras, jenis

kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan, intelegensi;

2. Faktor eksogen atau factor dari luar individu yaitu terdiri dari faktor

lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, kebudayaan, dan faktor-

faktor lain seperti : susunan saraf pusat, persepsi, dan emosi;

3. Proses belajar adalah bentuk mekanisme sinergi antara factor hereditas dan

lingkungan dalam rangka terbentuknya perilaku (Sunaryo, 2004).

Domain perilaku. Menurut Novita dan Franciska (2012) perilaku adalah

bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme

(orang), namun saat memberikan respon sangat bergantung pada karakteristik atau

faktor-faktor lain dari orang yang berasangkutan. Hal ini berarti meskipun

stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda.

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut

determinan perilaku, hal ini dibagi menjadi dua bagian :

(1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan

dan bersifat bawaan, termasuk didalamnya tingkat kecerdasan, tingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


emosional, jenis kelamin dan sebagainya;

(2) Determinan atau faktor eksternal, yakni faktor dari luar individu dan tidak

bersifat bawaan, termasuk di dalamnya adalah lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.

Menurut Benyamin Bloom yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (1997)

dalam Sunaryo (2004), perilaku manusia dapat dibagi ke dalam tiga domain.

1. Cognitive Domain
(Ranah Kognitif)

3. Psychomotor
2. Affective Domain
Domain (Ranah
(Ranah Afektif)
Perilaku Psikomotor)

Gambar 1. Domain perilaku, Notoatmodjo (1997).

Pengukuran Domain perilaku :

1. Cognitive domain, diukur dari knowledge (pengetahuan);

2. Affective domain, diukur dari attitude (sikap);

3. Psychomotor domain, diukur dari psychomor (tindakan/ keterampilan).

Pengetahuan. Menurut Mubarak (2011), pengetahuan adalah segala apa

yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.

Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan

proses pengalaman manusia yang dialami.

Menurut Notoatmodjo, 2011. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai enam (enam) tingkat pengetahuan, yaitu:

Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contohnya,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

Analisa (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

Sintesis (synthetis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang telah ada. Misalnya

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan

sebagainyaterhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah dibaca.

Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian responden

(Mubarak, 2012).

Sikap. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebagainya). Atau sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon

stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian,

dan kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Secord dan Backman (1964 dalam Azwar, 2011) sikap adalah

ketaraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan

predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan

sekitarnya. Dan sikap biasanya memberi penilaian menerima atau menolak

terhadap objek yang dihadapi dan biasanya pula berhubungan dengan suatu objek

(Sunaryo, 2004).

Thomas & Znanieki (1920 dalam Wawan & Dewi, 2014) menegaskan

bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu

perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang

murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan

proses kesadaran yang sifatnya individual.

Menurut Sarwono (2000, dalam Saryono, 2004), ada beberapa cara untuk

membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu :

Adopsi. Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian

yang terjadi berulang dan terus-menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap

hal tersebut akan diserap oleh individu, dan akan memengaruhi pembentukan serta

perubahan terhadap sikap individu.

Diferensiasi. Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena sudah

dimilikinya pengetahuan, pengalaman, intelegensi dan bertambahnya umur.

Integrasi. Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi

secara tahap demi tahap, diawali dari macam-macam pengetahuan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tertentu sehingga pada

akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek tersebut.

Trauma. Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu

kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan kesan

mendalam dalam diri individu tersebut.

Generalisasi. Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena

pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat

menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau yang sebaliknya.

Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa sikap itu terdiri dari

beberapa tingkatan yaitu :

(1) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau

memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi

dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-

ceramah;

(2) Menanggapi (responding), menanggapi diartikan memberi jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan

jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap;

(3) Menghargai (valuing), menghargai diartikan subjek atau seseorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti

membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi

orang lain untuk merespon;

(4) Bertanggung Jawab (responsible), sikap yang paling tinggi tindakannya

adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang telah mengambil sikap tentunya berdasarkan keyakinannya, dia harus

berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya

resiko lain.

Secara garis besar, pengukuran sikap dibedakan menjadi dua cara, yaitu

secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung. Dengan cara ini, subjek secara langsung dimintai

pendapat bagaiman sikapnya terhadap suatu m asalah atau hal yang dihadapkan

kepadanya. Jenis-jenis pengukuran sikap secara langsung, yaitu :

Langsung berstruktur. Cara ini mengukur sikap dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang

telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek yang diteliti.

Langsung tak berstruktur. Cara ini merupakan pengukuran sikap yang

sederhana dan tidak diperlukan persiapan yang cukup mendalam, misalnya

mengukur sikap dengan wawancara yang bebas atau free interview, pengamatan

langsung atau survei.

Secara tidak langsung. Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes.

Umumnya digunakan skala sematik-diferensial yang terstandar (Sunaryo, 2004).

Metode ceramah dan leaflet dalam perubahan perilaku. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang, karena dari

pengalaman dan penelitian yang ada, ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Jadi, sebelum seseorang berperilaku baru, ia terlebih dahulu tahu apa arti atau

manfaat perilaku tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Salah satu strategi dalam perubahan perilaku adalah pemberian informasi.

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat,

cara pemeliharan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan-

pengetahuan itu selanjutnya akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya akan

menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari

media karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami

dan lebih menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi,

memperjelas informasi, mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat

mengurangi komunikasi yang verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan

demikian sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan

mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Simnett dan

Ewles (1994) menambahkan bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti

leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan.

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengalaman,

pendidikan, instruksi verbal dan penerimaan informasi verbal dari pihak lain,

pekerjaan, umur, informasi, media. Masing-masing faktor tidak berdiri sendiri

seringkali merupakan gabungan dari beberapa faktor. Informasi yang dapat

berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari berbagai cara

misalnya dari media cetak dan media elektronik. Macam-macam dari media cetak

adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, sticker dan pamphlet,

sedangkan macam-macam dari media elektronik adalah TV, radio, cassete. Leaflet

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


adalah salah satu media yang paling sering digunakan oleh tenaga kesehatan

khususnya bidan dan mahasiswa bidan dalam memberikan penyuluhan pada

asuhan yang diberikan Notoadjmojo, 2005).

Penelitian telah dilakukan dengan menggunakan media untuk mengubah

perilaku dan hasilnya mampu mempengaruhi sasarannya. Penelitian yang

dilakukan Notosiswoyo (2010) di Kota Bekasi tentang penggunaan VCD dan

Leaflet untuk peningkatan pengetahuan sikap dan perilaku siswa dalam

penecegahan kecelakaan sepeda motor di kota Bekasi, menyimpulkan bahwa

penggunaan metode leaflet daoat yang dilakukan mampu mempengaruhi perilaku

siswa dalam pencegahan kecelakaan sepeda motor.

Penelitian yang dilakukan Supardi, dkk (2002) di kabupaten Cianjur

tentang pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku pengobatan

sendiri sesuai dengan aturan, menyimpulkan peningkatan tindakan pengobatan

sendiri yang sesuai dengan aturan pada responden yang mendapat penyuluhan

obat dengan metode ceramah dan media leaflet lebih tinggi secara bermakna dari

pada peningkatan tindakan responden yang tidak mendapat penyuluhan

Penelitian yang dilakukan oleh Kawuriansari, dkk (2010) di Kabupaten

Banyumas tentang studi efektifitas leaflet terhadap skor pengetahuan remaja putri

tentang disminorea di SMP Kristen 01 Purwokerto Kabupaten Banyumas,

menjelaskan bahwa efektivitas leaflet terhadap tingkat perubahan pengetahuan

remaja putri cukup baik tentang dismenorea, (P = 0,000).

Imunisasi

Pengertian imunisasi. Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan /

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.

Sasaran imunisasi adalah Bayi (di bawah satu tahun), Wanita Usia Subur (WUS)

ialah wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil (Bumil) dan calon pengantin

(catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar (Depkes RI, 2005).

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit

dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit

yang sedang mewabah atau berbahaya. Imunisasi berasal dari kata imun yang

berarti kebal atau resisten (Lisnawati, 2011).

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan

antigen lemah agar merangsang antobodi keluar sehingga tubuh dapat resisten

terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori

(daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antobodi

untuk melawan vaksi tersebut dengan sistem memori akan menyimpannya sebagai

suatu pengalaman.

Imunisasi dpat diberikan pada orang dewasa ataupun anak-anak, pada

anak-anak karena sistem imun yang belum sempurna. Sedangkan pada usia 60

tahun terjadi penurunan sistem imun nonspesifik seperti produksi air mata

menurun, mekanisme batuk tidak efektif, gangguan pengaturan suhu dan

perubahan fungsi sel sistem imun, baik selular maupun hormonal (Provera-

wati,dkk ; 2010).

Imunisasi dasar. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk

mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes, 2005).

Imunisasi dasar lengkap menurut Pedoman Penyelenggara Imunisasi (2005)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


adalah pemberian imunisasi pada bayi antara umur 0-12 bulan yang terdiri dari

imunisasi BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3) dan Campak.

Imunisasi dasar adalah memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit

yang sudah dilemahkan atau dimatikan (dalam bentuk vaksin) atau dengan bentuk

racun yang sudah dilemahkan dengan panas atau bahan kimia (disebut toksoid),

kedalam tubuh bayi, yang akan membuat antibodi yang sama dengan antibodi

yang akan diproduksi jika ia sungguh terkena penyakit tersebut (Priyono, 2010).

Dan menurut Hidayat (2008) imunisasi dasar adalah usaha memberikan kekebalan

pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh

membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan

efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada dua macam, yaitu :

Imunisasi aktif. Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah

dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan

memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi

tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi

polio dan campak.

Imunisasi pasif. Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh

dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu

proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat

bayi dari tubuh ibu melalui placenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan

untuk mengatasi mikroba yang sudah ada masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

Contoh imunisasi pasif adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi darai ibunya melalui darah

placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak, dan contoh

lainnya sperti penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang

mengalami kecelakaan (Proverawati dan Andhini, 2010).

Tujuan imunisasi. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang.

Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi. Untuk memberikan kekebalan

kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit (Marimbi, 2010).

Secara umum tujuan dari pelaksanaan imunisasi menurut Proverawati, dkk

(2010), antara lain :

(1) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular;

(2) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular;

(3) Imunisasi menurunkan angka morbilitas (angka kesakitan) dan mortalitas

(angka kematian) pada balita.

Dari tujuan di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pemberian

imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud

menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Manfaat imunisasi. Menurut Proverawati, dkk (2010), manfaat dari

pelaksanaan program imunisasi terhadap anak antara lain :

(1) Anak, mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian;

(2) Keluarga, menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak

sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman;

(3) Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan

berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

Syarat pemberian imunisasi. Syarat pemberian Imunisasi paling utama

adalah anak yang akan mendapatkan imunis asi harus dalam kondisi sehat. Sebab

pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan

virus, bakteri, atau bagian dari bakteri kedalam tubuh dan kemudian menimbulkan

antibodi (kekebalan). Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus

dalam kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk

tidak bagus (Ranuh,dkk. 2011).

Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak

mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalnya gizi buruk atau

penyakit HIV / AIDS atau dalam penggunaan obat-obatan steroid, anak diketahui

mengalami reaksi alergi berat terhadap imunisasi tertentu atau komponen

imunisasi tertentu (Marimbi, 2010).

Jenis-jenis imunisasi dasar. Jenis-jenis imunisasi dasar yaitu :

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin). Vaksin BCG mengandung

jenis kuman TBC yang masih hidup tapi sudah dilemahkan. Pemberian imunisasi

ini bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulusis

(TBC). Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12

bulan. Tetapi sebaiknya pada umur nol sampai dua bulan. Imunisasi ini cukup

diberikan satu kali saja. Pada anak berumur lebih dari dua sampai tiga bulan,

dianjurkan untuk melakukan uji mantoux sebelum imunisasi BCG. Gunanya untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya uji mantoux

positif, maka anak tersebut tidak mendapat imunisasi BCG.

Imunisasi BCG tidak dapat menjamin 100 persen anak akan terhindar

penyakit TBC. Tetapi, seandainya bayi yang telah diimunisasi BCG terjangkit

TBC, maka ia hanya akan menderita penyakit TBC ringan. Setelah suntikkan

BCG, biasanya bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam setelah

imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh hal lain.

Pada imunisasi BCG, umumnya jarang dijumpai efek samping. Memang

kadang terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas, tapi

biasanya sembuh dengan sendirinya walaupun lambat. Bila suntikan BCG

dilakukan di lengan atas, pembengkakan kelenjar terjadi diketiak atau dileher

bagian bawah. Suntikan di paha dapat menimbulkan pembengkakan dikelenjar

selangkangan (Priyono, 2010).

Imunisasi Hepatitis B. Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapatkan

kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin tersebut bagian dari virus

hepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi

tidak menimbulkan penyakit. HBs Ag ini dapat diperoleh dari serum manusia atau

dengan rekayasa genetik dengan bantuan sel ragi.

Imunisasi aktif diberikan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak

tiga kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan satu dan dua, lima bulan

antara suntikan dua dan tiga. Cara pemberian imunisasi dasar tersebut dapat

berbeda, tergantung dari rekomendasi pabrik pembuat vaksin hepatitis B mana

yang akan dipergunakan. Misalnya imunisasi dasar vaksin hepatitis B buatan

MSD, Amerika Serikat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Khusus bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus

diberikan imunisasi pasif dengan imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu

sebelum berusia 24 jam. Berikutnya bayi tersebut harus pula mendapat imunisasi

aktif 24 jam setelah lahir, dengan menyuntikan vaksin hepatitis B dengan

pemberian yang sama seperti biasa.

Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar antara 94-96

persen. Umumnya tidak didapatkan reaksi, walaupun sangat jarang tetapi pada

beberapa keadaan dapat terjadi reaksi. Biasanya berupa nyeri pada tempat

suntikan, yang kemudian disertai demam ringan atau pembengkakan. Reaksi ini

akan menghilang dalam waktu dua hari. Tidak dilaporkan adanya efek samping

yang berarti. Kemungkinan terjangkit oleh penyakit AIDS akibat pemberian

vaksin hepatitis B yang berasal dari plasma, merupakan berita yang terlalu

dibesar-besarkan. Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita

sakit berat. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan

tidak akan membahayakan janin. Bahkan memberikan perlindungan kepada janin

selama dalam kandungan ibu maupun bayi selama beberapa bulan setelah lahir

(Ranuh,dkk. 2011).

Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus). Vaksinasi DPT akan

menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit

Difteri, Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) dan tetanus. Di Indonesia vaksin

terhadap ketiga penyakit tersebut dipasarkan dalam tiga kemasan, yaitu dalam

bentuk kemasan tunggal bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteria dan

tetanus) dan kombinasi DPT (difteria, pertusis, dan tetanus).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Vaksin difteria dibuat dari toksin / racun kuman difteria yang telah

dilemahkan dinamakan toksoid. Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama

dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan

pertusis dalam bentuk vaksin DPT.

Vaksin Tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus

atau toksin / racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan kemudian dimurnikan.

Ada tiga macam kemasan vaksin tetanus, yaitu bentuk kemasan tunggal dan

kombinasi dengan vaksin difteria (vaksin DT) atau kombinasi dengan vaksin

difteria dan pertusis (vaksin DPT).

Vaksin terhadap penyakit batuk rejan atau batuk seratus hari terbuat dari

kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan. Selanjutnya dikemas bersama

vaksin difteria dan tetanus (vaksin DPT) (Marimbi, 2010).

Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, sejak bayi berumur dua bulan

dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal empat minggu. Dan daya

proteksi atau lindung vaksin difteria cukup baik, yaitu sebesar 80-95 persen dan

daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90-95 persen.

Sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah, yaitu 50-60 persen. Oleh

karena itu anak yang telah mendapat imunisasi pertusis masih dapat terjangkit

penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih ringan. Reaksi yang mungkin

terjadi biasanya demam, pembengkakan dan rasa nyeri ditempat suntikan selama

satu-dua hari. Kadang-kadang timbul reaksi efek samping yang berat, seperti

demam tinggi atau kejang, yang disebabkan oleh unsur pertusisnya.

Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan anak

yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kepada anak dengan batuk yang penyakit gangguan kekebalan (defenisi umum).

Umum pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya

suntikan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja. Sakit batuk, pilek,

demam, atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan indikasi kontra yang

mutlak. Dokter akan mempertimbangkan pemberian imunisasi, seandainya anak

sedang menderita sakit ringan (Marimbi, 2010).

Imunisasi polio. Imunisasi ini diberikan untuk mendapatkan kekebalan

terhadap penyakit poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin dalam peredaran, yang

masing-masing mengandung virus polio tipe I, II, dan III, yaitu :

(1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah dimatikan

(vaksin salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan;

(2) Vaksin yang mengandung mengandung virus polio tipe I, II dan III yang

masih hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin sabin), cara pemberiannya

melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.

Indonesia yang lazim diberikan ialah vaksin jenis sabin. Kedua jenis

vaksin tersebut mempunyai kebaikan dan kekurangannya. Kekebalan yang

diperoleh sama baiknya. Karena cara pemberiannya lebih mudah melalui mulut

maka sering dipakai jenis sabin. Di beberapa negara dikenal melalui mulut maka

sering dipakai jenis sabin.

Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut. Imunisasi

dasar diberikan sebanyak empat kali pada anak baru lahir atau berumur beberapa

hari, dan selanjutnya setiap empat-enam minggu. Pemberian vaksin polio dapat

diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Pada anak

dengan diare berat atau yang sedang sakit parah imunisasi polio sebaiknya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ditangguhkan demikian pula pada anak yang menderita gangguan kekebalan

(definisi imun) tidak diberikan. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam

atau diare ringan imunisasi polio bias diberikan seperti biasanya (Priyono, 2010).

Imunisasi campak. Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan

terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak

yang telah dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh

dalam bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering dikombinasi

dengan vaksin gondong / bengok (mumps) dan rubella (campak jerman). Di

Amerika Serikat kemasan terakhir dengan nama vaksin MMR (Mesles-Mumps-

Rubella vacine) (Marimbi, 2010).

Bayi baru lahir biasnya telah biasanya telah mendapatkan kekebalan pasif

terhadap penyakit campak dalam kandungan dari ibunya. Makin lanjut umum

bayi, makin berkurang kekebalan pasif tersebut. Waktu berumur enam bulan

biasanya sebagian dari bayi tidak mempunyai kekebalan pasif lagi. Dengan

adanya kekebalan pasif ini sangat jarang seorang bayi menderita campak pada

umur kurang dari enam bulan (Marimbi, 2010).

Menurut WHO (1973) imunisasi campak cukup satu kali suntikan setelah

bayi berumur sembilan bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari satu

tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak

tidak diperlukan imunisasi ulang. Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi,

yaitu 96-99 persen. Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung

seumur hidup, sama lenggangnya dengan kekebalan yang diperoleh bila anak

terjangkit campak secara alamiah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam

ringan dan tampak terjadi sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga empat-

delapan hari setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak berupa

ensefalitis atau ensefalopati dalam 30 hari setelah imunisasi. Sakit parah, yang

menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang menderita kurang gizi dalam derajat

besar. Vaksinasi campak sebaiknya juga tidak diberikan pada anak dengan

penyakit gangguan kekebalan (defenisi imun) (Priyono, 2010).

Jadwal imunisasi. Untuk menjelaskan tahapan jadwal pelaksanaan

imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1

Jadwal Imunisasi

Vaksin Imunisasi Selang waktu Umur Ket


BCG 1X 0-2 bulan
Untuk bayi yang
3 X (DPT I, II, lahir di
DPT 4 minggu 2-6 bulan
III) Puskesmas/RS, Hb,
4 Kali (I, II, BCG dan Polio
Polio 4 minggu 0-6 bulan
III, IV) dapat segera
Campak 1X 9 bulan diberikan
Hepatitis B 3 X 4 minggu 0-6 bulan
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi di Indonesia (2011)
Tabel 2
Jadwal Imunisasi pada Bayi dengan Menggunakan Vaksin DPT dan HB dalam
Bentuk Terpisah, Menurut Frekuensi dan Selang Waktu

Selang
Vaksin Imunisasi Umur Keterangan
Waktu
BCG 1X - 0-11 Bulan Untuk bayi yang
lahir di Rumah
DPT 3 X (DPT I, II, III) 4 Minggu 2-11 Bulan Sakit/ Puskesmas
Polio 4 X (POL I, II, III, IV) 4 Minggu 0-11 Bulan Hep-B, BCG dan
Campak 1 X - 9-11 Bulan Polio dapat segera
HEP-B 3 X (HEP-B I, II, III) 4 Minggu 0-11 Bulan diberikan
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi di Indonesia (2011)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari tabel di atas, bahwa pemberian imunisasi pada bayi usia nol sampai

11 bulan diberikan dengan selang waktu pemberian empat minggu dengan variasi

pemberian vaksin yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan tentunya sesuai

dengan tingkat usia bayi yang akan diberikan imunisasi.

Tabel 3
Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dengan Menggunakan Vaksin DPT/HB
Kombo

Umur Vaksin Tempat


Bayi lahir di rumah
0 bulan HB 1 Rumah
1 bulan BCG,Polio 1 Posyandu *
2 bulan DPT/HB Kombo 1,Polio 2 Posyandu*
3 bulan DPT/HB Kombo 2, Polio 3 Posyandu*
4 bulan DPT/HB Kombo 3, Polio 4 Posyandu*
9 bulan Campak Posyandu*
Bayi lahir diRS/RB/Bidan Praktek
0 bulan HB 1, Polio 1,BCG RS/RB/BIDAN
2 bulan DPT/HB Kombo 1,Polio 2 RS/RB/BIDAN #
3 bulan DPT/HB Kombo 2, Polio 3 RS/RB/BIDAN #
4 bulan DPT/HB Kombo 3, Polio 4 RS/RB/BIDAN #
9 bulan Campak RS/RB/BIDAN #
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia Tahun 2008

Keterangan :

* : Atau tempat pelayanan lain

# : Atau posyandu

Landasan Teori

Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan

hasil “TAHU” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni :

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang.

Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses :

Stimulus→Organisme→Respons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-R”

(stimulus-organisme-respons).

TEORI S-O-R
RESPONS
TERTUTUP
STIMULU ORGANISME Pengetehuan
S Sikap

RESPONS
TERBUKA
Gambar 1. Landasan teori
Tindakan
Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua , yaitu :

Perilaku tertutup (cover vehavior). Perilaku tertutup terjadi bila respons

terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dinikmati orang lain (dari luar)

secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

”unobservable behavior” atau ”covert behavior” yang dapat diukur adalah

pengetahuan dan sikap.

Perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku terbuka ini terjadi bila

respons tershadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati

orang lain dari luar atau ”observable behavior”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah

pengaruh metode ceramah disertai media leaflet terhadap perubahan perilaku ibu

dalam pemberian imunisasi dasar. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh metode

leaflet terhadap perubahan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar

dilakukan pretest dan postest.

Pengetahun Ibu

Penyuluhan dengan Metode


Ceramah dan Ceramah Disertai
Media Leaflet
- Sikap Ibu

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan beberapa kajian teori dan hasil penelitian, maka kerangka

operasianal penelitian yang disusun adalah sebagai berikut;

Intervensi

Penyuluhan kesehatan
• Metode Ceramah
• Metode Cermah Disertai
Media Leaflet

Pretest Postest

Perilaku Domain Perilaku Domain


Pengetahuan dan Sikap Pengetahuan dan Sikap
Ibu tentang Imunisasi Dasar Ibu tentang Imunisasi Dasar

Gambar 3. Kerangka operasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan metode ceramah yang

disertai media Leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi

dasar pada bayi.

2. Ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan metode ceramah

yang disertai media leaflet terhadap sikap ibu tentang pemberian imunisasi

dasar pada bayi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment Design,

dengan rancangan Non Equivalent Control Gruop, bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap perubahan

perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja

Pukesmas Teluk Sentosa tahun 2015.

Rancangan penelitian Non Equivalent Control Gruop yaitu rancangan

yang baik untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan dengan suatu

kelompok kontrol yang serupa,disuatu kecamatan atau desa dengan kecamatan

atau desa lainnya.

Kelompok yang diintervensi terdiri atas 2 (dua) subjek penelitian yang

diberikan perlakuan berbeda. Kelompok A diberi penyuluhan dengan metode

ceramah, sedangkan kelompok B diberi penyuluhan dengan metode ceramah

disertai media leaflet. Kelompok C dijadikan kelompok kontrol dalam penelitian

ini tanpa ada intervensi apapun. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

(Notoatmodjo, 2010). Untuk melihat penjelasan lebih lanjut mengenai desain

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4

Desain Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest


01 X (a) 02
03 X (a) 04
05 06

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan :

R (Kel. Eksperiment a)

R (Kel. Eksperiment b)

R (Kel. Kontrol)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa

Kabupaten Labuhanbatu. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan februari sampai

Juli 2015.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulan (Arikunto 2007).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III di

wilayah kerja Puskesmas Teluk Sentosa sebanyak 188 orang dari 7 (tujuh) Desa.

Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5

Daftar Populasi Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk
Sentosa

Nama Desa Trimester III


Teluk Sentosa 32
Sei Sentosa 21
Meranti Paham 15
Cinta Makmur 27
Tanjung Sarang Elang 33
Perkebunan Ajamu 24
Sei Jawi-Jawi 136
Jumlah 188
Sumber : data diolah 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang

terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa. Besar sampel untuk metode

ceramah ditentukan berdasarkan bahwa metode ceramah digunakan untuk

komunikasi kelompok besar yaitu 20-50 orang (Liliweri, 2011).

Dalam penelitian ini ditetapkan besar sampel sebanyak 25 orang kelompok

perlakuan pertama(A) dilakukan di Desa Teluk Sentosa, 25 orang kelompok

perlakuan ke-2(B) dilakukan di Desa Cinta Makmur dan 25 orang untuk

kelompok perlakuan ke-tiga(C) dilakukan di Desa Perkebunan Ajamu. Kriteria

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada desa yang memiliki ibu hamil

trimester III yang jumlahnya 25 orang keatas dengan menggunakan metode

purposive sampling.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel

independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

metode ceramah dan metode ceramah disertai media leaflet, sedangkan variabel

dependen adalah perilaku dengan pengukuran domain pengetahuan, sikap.

Definisi operasional.

(1) Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan tentang imunisasi

dasar.

(2) Media leaflet adalah media berupa gambar yang berisikan materi/pesan

tentang imunisasi dasar.

(3) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang imunisasi

dasar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4) Sikap adalah tanggapan atau pandangan responden yang dinyatakan dalam

pernyataan tentang imunisasi dasar.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara dan menggunakan

kuesioner yang diisi oleh peneliti dibantu dengan 2 bidan desa.

Pelaksanaan pengumpulan data. Penelitian ini dilaksanakan melalui

beberapa tahapan selama proses pengumpulan data dari Pretest, Penyuluhan dan

Posttest yaitu :

(1) Pretest pada kelompok perlakuan (A) dilakukan di Puskesmas Teluk Sentosa

pada jam 10.00 WIB, Ceramah tentang Imunisasi Dasar dilakukan oleh Eka

Purnama Sari dan dibantu 2 orang Bidan Desa untuk melakukan wawancara

pengisian kuisioner kepada responden. Kemudian pada kelompok perlakuan

(B) dilakukan di Puskesmas Teluk Sentosa juga pada jam 14.00 WIB

Ceramah tentang Imunisasi Dasar dilakukan oleh Eka Purnama Sari dan

dibantu 2 orang Bidan Desa untuk membagikan leaflet dan melakukan

pengisian kuisioner kepada responden. Pada kelompok perlakuan (C) Desa

Perkebunan Ajamu dimana Eka Purnama Sari dan dibantu 2 orang Bidan

Desa untuk melakukan wawancara pengisian kuisioner kepada responden

secara door to door.

(2) Penyuluhan pada kelompok perlakuan A dan perlakuan B dilakukan pada hari

yang sama dengan Pretest, sedangkan pada kelompok C hanya diberikan

pretest

(3) Postest untuk ketiga kelompok dilakukan setelah 2 minggu setelah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyuluhan (pretest) dengan melakukan wawancara dalam pengisian

kuisioner responden dilakukan secara datang ke rumah responden).

Secara ringkas pelaksanaan penelitian ini diringkas dalam bentuk alur

penelitian sebagai berikut :

Ibu Hamil di Desa Ibu Hamil di Desa Ibu Hamil di Desa


Teluk Sentosa Cinta Makmur Perkebunan Ajamu
(Kelompok A) (Kelompok B) (Kelompok C)

PRETEST PRETEST PRETEST


Pengetahuan dan Pengetahuan dan Pengetahuan dan
Sikap Ibu Hamil Sikap Ibu Hamil Sikap Ibu Hamil

POSTEST POSTEST POSTEST Setelah 2


Setelah 2 Minggu
Minggu Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
dan Sikap dan Sikap Ibu dan Sikap Ibu
Ibu Hamil Hamil Hamil
Gambar 5. Alur penelitian

Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas. Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

itu mengukur apa yang diukur. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan

dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner mengenai

pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian imunisasi dasar. Uji validitas dalam

penelitian ini menggunakan nilai corrected item total correlation (r), dengan

ketentuan jika nilai corrected item total correlation > dari nilai r tabel (=0,361)

pada α= 5%, dan df=28 maka dinyatakanvalid dan jika nilai corrected item total

correlation (r) , r tabel maka dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010).

Uji reliabilitas. Uji realibilitas, dimaksudkan untuk mengukur tingkat

kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dari kuesioner yang diujikan. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji

statistic Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alpha > r

tabel (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas dilakukan pada 15 orang ibu hamil

trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa Desa Tanjung Sarang

Elang yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang diteliti dan

hasil yang diperoleh yang dilakukan peneliti pada uji reliabilitas ini adalah dimana

nilai Cronbach Alpha = 0,767 > r tabel.

Metode Pengukuran

Pengetahuan. Diukur dengan menggunakan 20 pernyataan tertutup

dengan item jawaban benar dan salah. Bila menjawab responden benar bobot nilai

1 dan bila menjawab salah bobot nilai 0, skor terendah 0 dan skor tertinggi 20.

Menurut Riduwan (2007) untuk dapat menentukan masing-masing kategori sesuai

dengan yang telah ditentukan, maka terlebih dahulu ditentukan batas nilai dari

masing-masing kategori yaitu dengan menggunakan batas nilai tengah yang dapat

dilihat berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka pengetahuan dapat

dikategorikan menjadi 2, yaitu :

(1) = Kurang apabila penilaian responden dengan skor 0-10 dari total skor

(2) = Cukup, apabila penilaian responden dengan skor 11-15 dari total skor

(3) = Baik, apabila penilaian responden dengan skor 16-20 dari total skor

Sikap. Variabel sikap terdiri dari 20 pertanyaan, jawaban sangat setuju

diberi skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor

2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1 untuk pernyataan positif, sedangkan untuk

pernyataan negatif jika jawaban sangat tidak setuju diberi skor 5, tidak setuju

diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, setuju diberi skor 2, sangat setuju diberi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


skor 1. Maka diperoleh skor terendah 20 dan skor tertinggi 100. Skala yang

digunakan adalah interval, maka sikapdapat dikategorikan menjadi 2, yaitu :

1. = Kurang apabila penilaian responden dengan skor 20-63 dari total skor

2. = Cukup, apabila penilaian responden dengan skor 64-80 dari total skor

3. = Baik, apabila penilaian responden dengan skor 81-100 dari total skor

Metode Analisis Data

Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan cara komputerisasi

menggunakan SPSS. SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki

kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada

lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak

dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengopresiannya

(Hartono, 2008).

Analisis data. Analisa data diperoleh dengan menggunakan perhitungan

uji statistik memakai bantuan program komputer.

(1) Analisis univariat merupakan analisis yang menitik beratkan kepada

penggambaran atau deskriptif data yang diperoleh. Menggambarkan distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.

(2) Analisis Bivariat untuk melihat peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil

dalam pemberian ASI eksklusif sesudah dilakukan perlakuan. Data yang

dikumpulkan dianalisis dengan uji statistik t-Test berpasangan dan

Kruskallwalist. Uji t-Test berpasangan digunakan untuk melihat pengaruh

sebelum dan sesudah metode ceramah dan media leaflet. Uji Kruskallwalis

digunakan untuk melihat pengaruh metode ceramah disertai media leaflet dan

kelompok kontrol (Riwidikdo, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Teluk Sentosa adalah salah satu dari beberapa Puskesmas yang

ada di Kabupaten Labuhanbatu, terletak sebelah timur ibukota Kabupaten

Labuhanbatu dengan jarak tempuh ± 90 Km dari kota Rantauprapat dengan

sebagai berikut :

Luas wilayah : 27.631 km2

Jumlah penduduk : 37.563 orang

Jumlah kepala keluarga : 7.967 orang

Dengan batas pemerintahan sebagai berikut :

(1) Sebelah utara : berbatasan dengan kecamatan Panai Tengah

(2) Sebelah barat : berbatasan dengan kecamatan Panai Hilir dan

Kabupaten LABURA (Kec. Kualuh Hilir)

(3) Sebelah Timur : berbatasan dengan kecamatan Panai Tengah

(4) Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bilah Hilir

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Teluk Sentosa dapat

diuraikan sebagai berikut :

Tabel 6

Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa Tahun 2018

Desa Jumlah Penduduk


Tanjung Sarang Elang 5.269 jiwa
Sei Jawi-Jawi 6. 517jiwa
Cinta Makmur 4.350 jiwa
Sei Sentosa 3.836 jiwa
Teluk Sentosa 5.760 jiwa
Meranti Paham 5.447 jiwa
Ajamu 7.166 jiwa
Total 37.563 jiwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sumber daya kesehatan Puskesmas Teluk Sentosa. Perkembangan

puskesmas dari tahun ke tahun diupayakan terus meningkat sehingga diharapkan

pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat dan merata sampai ke

daerah terpencil.

Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakuka dengan

berbagai upaya seperti memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di

masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) salah satu

diantaranya adalah Posyandu (pos pelayanan terpadu).

Kegiatan posyandu disamping menggambarkan tingkat kemandirian dan

peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan juga menggambarkan kepedulian

(perilaku) masyarakat akan pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan.

Kegiatan posyandu selalu dilaksanakan oleh kadar dengan frekuensi

kegiatan selama setahun, pencapaian kegiatan dan adanya program tambahan

selain program dasar antara lain:

(1) Posyandu pratama : jumlah kader lebih besar dari lima orang : frekuensi

kegiatan delapan kali / tahun;

(2) Posyandu madya : jumlah kader lims orang : frekuensi kegiatan 12 kali / tahun

cakupan program dasar lebih kecil dari 50 persen;

(3) Posyandu purnama : jumlah kader lima orang : frekuensi kegiatan 12

kali/tahun. Cakupan lima program dasar lebih besar 51 persen ada program

tambahan, misalnya program kesehatan gigi dan mulut;

(4) Posyandu mandiri : jumlah kader lima orang : frekuensi kegiatan 12

kali/tahun. Cakupan program dasar 50 persen ada program tambahan : ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dana sehat/data bersumber dari swadaya masyarakat.

Kecamatan Panai Hulu mempunyai ruang lingkup kerja Puskesmas Teluk

Sentosa tahun 2015 dengan rincian tidak ada posyandu dengan level posyandu

pertama, sekitar 10,64 persen untuk posyandu madya, sekitar 74,47 persen untuk

posyandu purnama dan sekitar 14,89 persen untuk posyandu mandiri.

Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu pos kesehatan

desa. Tenaa poskesdes minimal satu bidan desa dan ada dua kader, pada tahun

2015 terdapat enam puskesdes di wilayah kerja puskesmas Teluk Sentosa

Kecamatan Panai Hulu. Desa siaga adalah salah satu pendukung membuat

masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Jumlah desa siaga di wilayah kerja

Puskesmas Teluk Sentosa kecamatan Panai Hulu tahun 2015 adalah tujuh unit.

Hasil Analisis

Gambaran umum responden.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah responden pada ketiga

kelompok masing-masing berjumlah 25 orang, sehingga secara keseluruhan

responden adalah 75 ibu. Selain itu juga diketahui bahwa dari ketiga kelompok

didapatkan mayoritas responden berusia 19-24 tahun antara lain pada kelompok

ceramah sebanyak delapan orang (32,0%), pada kelompok ceramah disertai leaflet

sebanyak sembilan orang (36,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 10 orang

(40,0%).

Pendidikan responden pada ketiga kelompok juga menyatakan mayoritas

berpendidikan SMA antara lain pada kelompok ceramah sebanyak 19 orang

(76,0%), pada kelompok ceramah disertai leaflet sebanyak 20 orang (80,0%) dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada kelompok kontrol sebanyak 20 orang (80,0%).

Penghasilan responden pada ketiga kelompok juga menyatakan mayoritas

berpenghasilan lebih kecil dari Rp. 2.000.000 antara lain pada kelompok ceramah

sebanyak 15 orang (60,0%), pada kelompok ceramah disertai leaflet sebanyak 14

orang (56,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 15 orang (60,0%).

Gambaran umum responden dalam penelitin ini antara lain usia,

pendidikan dan penghasilan pada kelompok ceramah, kelompok cermah disertai

leaflet dan kelompok kontrol, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 7

Distribusi Kelompok Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar Berdasarkan Usia,


Pendidikan dan Penghasilan

Kelompok Ceramah + Kelompok Kontrol


Ceramah Leaflet
n % n % n %
Usia
19-24 tahun 8 32,0 9 36,0 10 40,0
24-32 tahun 17 68,0 16 64,0 15 60,0
Pendidikan
SMP 3 12,0 3 12,0 2 8,0
SMA 19 76,0 20 80,0 20 80,0
PT 3 12,0 2 8,0 3 12,0
Penghasilan
< Rp. 2.000.000 15 60,0 14 56,0 15 60,0
≥ Rp. 2.000.000 10 40,0 11 44,0 10 40,0

Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar sebelum dan sesudah

prevalensi. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar sebelum

dan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok ceramah, kelompok ceramah

disertai leaflet dan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar berikut berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 6. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar pre dan post
pada kelompok ceramah, kelompok ceramah disertai leaflet dan kelompok kontrol

Pengetahuan ibu yang ada pada kelompok ceramah tentang imunisasi

dasar didapatkan mayoritas pada katagori tidak baik sebanyak 20 orang (80,0%),

katagori dan pada katagori baik sebanyak lima orang (20,0%). Setelah diberikan

penyuluhan dengan metode ceramah pengetahuan tidak baik menurun menjadi

sembilan orang (36,0%), dan pengetahuan pada katagori baik meningkat menjadi

16 orang (64,0%).

Pengetahuan ibu yang ada pada kelompok ceramah yang disertai leaflet

tentang imunisasi dasar didapatkan mayoritas pada katagori tidak baik sebanyak

20 orang (80,0%) dan pada katagori baik sebanyak lima orang (20,0%). Setalah

diberikan penyuluhan dengan metode ceramah disertai leaflet pengetahuan pada

katagori tidak baik menurun menjadi tiga orang (12,0%) dan pengetahuan pada

katagori baik meningkat menjadi 22 orang (88,0%).

Pengetahuan ibu yang ada pada kelompok kontrol tentang imunisasi dasar

didapatkan mayoritas pada katagori tidak baik sebanyak 19 orang (76,0%) dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


katagori baik sebanyak enam orang (24,0%). Pada penilaian kedua pengetahuan

pada katagori tidak baik meningkat menjadi 20 orang (80,0%) dan pengetahuan

pada katagori baik yaitu lima orang (20,0%).

Gambar 7. Gambaran sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar pre dan post pada
kelompok ceramah, kelompok ceramah disertai leaflet dan kelompok kontrol

Sikap ibu yang ada pada kelompok ceramah tentang imunisasi dasar

didapatkan pada katagori tidak baik sebanyak tujuh orang (28,0%) dan pada

katagori baik sebanyak 18 orang (72,0%). Setelah diberikan penyuluhan dengan

metode ceramah sikap tidak baik menurun menjadi satu orang (4,0%) dan sikap

pada katagori baik meningkat menjadi 24 orang (96,0%).

Sikap ibu yang ada pada kelompok ceramah yang disertai leaflet tentang

imunisasi dasar didapatkan pada katagori tidak baik sebanyak empat orang

(20,0%) dan pada katagori baik sebanyak 21 orang (4,0%). Setalah diberikan

penyuluhan dengan metode ceramah disertai leaflet sikap tidak ditemukan yang

mempunyai sikap tidak baik dan seluruh ibu menyekatan sikap yang baik

sebanyak 25 orang (100%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap ibu yang ada pada kelompok kontrol tentang imunisasi dasar

didapatkan pada katagori tidak baik sebanyak enam orang (24,0%) dan pada

katagori baik sebanyak 19 orang (76,0%). Pada penilaian kedua sikap pada

katagori tidak baik menurun menjadi empat orang (16,0%) dan sikap pada

katagori baik meningkat yaitu 21 orang (84,0%).

Uji Normalitas.

Uji normalitas pengetahuan dan sikap ibu hamil. Normalitas hasil

pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah pelaksanaan penyuluhan

imunisasi dasar dengan metode kelompok ceramah, kelompok ceramah dan

diberikan leaflet dan kelompok kontrol (tidak diberikan perlakukan) dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 8

Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah


Penyuluhan Imunisasi Dasar dengan Metode Kelompok Ceramah, Kelompok
Ceramah dan diberikan Leaflet dan Kelompok Control (Tidak Diberikan
Perlakuan)

Pengetahuan Pre Post p.pre p.post Uji


Ceramah 8,44± 2,89 12,12± 3,15 0,694 0,535 T-Dependent
Ceramah+Leaflet 8,56± 2,72 14,48±2,66 0,439 0,077 T-Dependent
Kontrol 8,64± 3,01 8,48± 3,01 0,628 0,188 T-Dependent
Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai pengetahuan pretest penyuluhan

pada kelompok ceramah dengan nilai p= 0,694 lebih besar dari 0,05 dinyatakan

berdistribusi normal dan pada nilai pengetahuan. Posttest penyuluhan pada kelompok

ceramah yaitu p= 0,535 lebih besar dari 0,05 dinyatakan berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil tersebut maka untuk membandingkan perbedaan pengetahuan

sebelum diberi ceramah dengan setelah diberi ceramah menggunakan uji T-

Dependent.

Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai pengetahuan pretest penyuluhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada kelompok ceramah dengan metode leaflet yaitu nilai p= 0,439 lebih besar dari

0,05 dinyatakan berdistribusi normal dan pada nilai pengetahuan posttest penyuluhan

pada kelompok ceramah dengan metode leaflet yaitu p= 0,077 lebih besar dari 0,05

dinyatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk

membandingkan perbedaan pengetahuan sebelum diberi ceramah dengan metode

leaflet dengan setelah diberi ceramah dengan metode leaflet menggunakan uji T-

Dependent.

Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai pengetahuan pretest pada

kelompok kontrol yaitu nilai p= 0,628 lebih besar dari 0,05 dinyatakan berdistribusi

normal dan pada nilai pengetahuan posttest penyuluhan pada kelompok kontrol yaitu

p= 0,188 lebih besar dari 0,05 dinyatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil

tersebut maka untuk membandingkan perbedaan pengetahuan menggunakan uji T-

Dependent.

Tabel 9

Distribusi Hasil Normalitas Sikap Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Imunisasi Dasar dengan Metode Kelompok Ceramah, Kelompok Ceramah dan
diberikan Leaflet dan Kelompok Kontrol (Tidak Diberikan Perlakuan)

Sikap Pre Post p.pre p.post Uji


Ceramah 68,52± 14,55 85,8± 8,50 0,370* 0,001* Wilcoxon
Ceramah+Leaflet 70,16± 10,27 88,12± 4,09 0,134* 0,477* T-Dependent
Kontrol 68,04± 9,76 68,92± 9,53 0,112* 0,051* T-Dependent
*Shapiro Wilk
Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai sikap pretest penyuluhan pada

kelompok ceramah dengan nilai p= 0,370 lebih besar dari 0,05 dinyatakan

berdistribusi normal dan pada nilai sikap posttest penyuluhan pada kelompok

ceramah yaitu p= 0,001 lebih kecil dari 0,05 dinyatakan berdistribusi tidak normal.

Berdasarkan hasil tersebut maka untuk membandingkan perbedaan sikap sebelum

diberi ceramah dengan setelah diberi ceramah menggunakan uji wilcoxon.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai sikap pretest penyuluhan pada

kelompok ceramah dengan metode leaflet yaitu nilai p= 0,134 lebih besar dari 0,05

dinyatakan berdistribusi normal dan pada nilai nilai posttest penyuluhan pada

kelompok ceramah dengan metode leaflet yaitu p= 0,477 lebih besar dari 0,05

dinyatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk

membandingkan perbedaan sikap sebelum diberi ceramah dengan metode leaflet

dengan setelah diberi ceramah dengan metode leaflet menggunakan uji T-Dependent.

Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai sikap pretest penyuluhan pada

kelompok kontrol yaitu nilai p= 0,112 lebih besar dari 0,05 dinyatakan berdistribusi

normal dan pada nilai sikap posttest pada kelompok kontrol yaitu p= 0,051 lebih besar

dari 0,05 dinyatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk

membandingkan perbedaan sikap menggunakan uji T-Dependent.

Uji normalitas selisih pengetahuan dan sikap ibu hamil. Normalitas

selisih pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah pelaksanaan

penyuluhan imunisasi dasar dengan metode kelompok ceramah, kelompok

ceramah dan diberikan leaflet dan kelompok kontrol (tidak diberikan

perlakukan) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 10

Distribusi Hasil Normalitas Selisih Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan Imunisasi Dasar dengan Metode Kelompok Ceramah,
dan diberikan Leaflet dan Kelompok Kontrol (Tidak Diberikan Perlakuan)

Kelompok Ceramah + Kelompok Uji


Ceramah Leaflet Kontrol
p. Ket. p. Ket p. Ket
Selisih 0,889 Normal 0,025 Tidak 0,072 Normal Kruskal-
Pengetahuan Normal Wallis
Selisih 0,067 Normal 0,020 Tidak 0,198 Normal Kruskal-
Sikap Normal Wallis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai selisih pengetahuan pada

kelompok ceramah p=0,889 lebih besar dari> 0,05, kelompok ceramah dengan leaflet

yaitu p=0,025 lebih besar dari 0,05, dan kelompok kontrol yaitu p=0,072 lebih besar

dari 0,05 dimana selisih pengetahuan pada kelompok ceramah dan kontrol

dinyatakan berdistribusi normal, sedangkan selisih pada kelompok leaflet dinyatakan

berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk membandingkan

perbedaan selisih pengetahuan pada kelompok ceramah, kelompok ceramah dengan

leaflet dan kelompok kontrol menggunakan uji Kruskall-Walis.

Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai selisih sikap pada kelompok

ceramah p=0,067 lebih besar dari 0,05, kelompok ceramah dengan leaflet yaitu

p=0,020 lebih kecil dari 0,05, dan kelompok kontrol yaitu p=0,088 lebih besar dari

0,05 dimana selisih pengetahuan pada kelompok ceramah dan kontrol dinyatakan

berdistribusi normal, sedangkan selisih pada kelompok leaflet dinyatakan berdistribusi

tidak normal. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk membandingkan perbedaan

selisih pengetahuan pada kelompok ceramah, kelompok ceramah dengan leaflet dan

kelompok kontrol menggunakan uji Kruskall-Walis.

Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah

penyuluhan pada setiap kelompok. Dari tabel di bawah dapat dilihat pada kelompok

Ceramah diperoleh nilai p (0.000) lebih kecil dari (0.05), maka dapat disimpulkan

ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah

dilaksanakan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah. Sedangkan untuk

pengetahuan ibu hamil pada kelompok metode ceramah disertai media leaflet

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diperoleh nilai p (0.000) lebih kecil dari (0.05), maka dapat disimpulkan ada

perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah

dilaksanakan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah disertai media

leaflet. Untuk kelompok tidak mendapatkan perlakuan penyuluhan tentang

imunisasi dasar diperoleh nilai p (0.757) lebih besar dari (0.05), maka dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil

yang tidak mendapatkan perlakuan (kelompok kontrol).

Rata-rata pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah pelaksanaan

penyuluhan imunisasi dasar pada setiap kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11

Perbedaan Pengetahuan Ibu Hamil antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan


Penyuluhan pada Setiap Kelompok

Pengetahuan Pre Post p


Ceramah 8,44± 2,89 12,12± 3,15 <0,001a
Ceramah+Leaflet 8,56± 2,72 14,48±2,66 <0,001 a
Kontrol 8,64± 3,01 8,48± 3,01 0,757 a
a
T-Dependent

Sedangkan untuk rata-rata sikap ibu hamil sebelum dan sesudah

pelaksanaan penyuluhan imunisasi dasar pada setiap kelompok dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 12

Perbedaan Sikap Ibu Hamil antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan Penyuluhan
pada Setiap Kelompok

Sikap Pre Post p.


Ceramah 68,52± 14,55 85,8± 8,50 <0,001a
Ceramah+Leaflet 70,16± 10,27 88,12± 4,09 <0,001a
Kontrol 68,04± 9,76 68,92± 9,53 0,147a
a
T-dependent, bWilcoxon

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari tabel di atas dapat dilihat pada kelompok menggunakan metode

ceramah) diperoleh nilai p (0.000) lebih kecil dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada

perbedaan yang signifikan antara sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar sebelum dan

sesudah dilaksanakan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah. Sedangkan

untuk sikap ibu hamil pada kelompok dengan menggunakan metode ceramah disertai

media leaflet diperoleh nilai nilai p (0.000) lebih kecil dari (0.05), maka dapat

disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara sikap ibu hamil sebelum dan

sesudah dilaksanakan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah disertai

media leaflet. Untuk kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan penyuluhan

tentang imunisasi dasar, diperoleh nilai nilai p (0.147) lebih besar dari (0.05), maka

dapat disimpulkan ada perbedaan antara sikap ibu hamil yang tidak mendapatkan

perlakuan (kelompok kontrol).

Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar maka diperlukan perlakuan

dengan memberikan penyuluhan baik dengan menggunakan metode ceramah tanpa

bantuan media atau dengan metode ceramah disertai media leaflet.

Perbedaan pengaruh pelaksanaan penyuluhan imunisasi dasar pada

pengetahuan dan sikap ibu hamil disetiap kelompok. Pengaruh pelaksanaan

penyuluhan imunisasi dasar pada ketiga kelompok terhadap pengetahuan dan

sikap ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Teluk Sentosa Kabupaten

Labuhanbatu pada penelitian ini adalah dengan membandingkan selisih skor

pengetahuan dan sikap ibu hamil sesudah dilaksanakannya penyuluhan imunisasi

dasar dengan masing-masing metode pada ketiga kelompok. Metode tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada kelompok pertama adalah metode ceramah, kelompok kedua adalah metode

ceramah dengan media leaflet dan kelompok ketiga adalah kelompok kontrol yang

tidak mendapatkan perlakuan penyuluhan. Perbandingan pengaruh penyuluhan

imunisasi dasar terhadap pengetahuan dan sikap para ibu hamil dari ketiga

kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 13

Perbedaan Pengetahuan Ibu Hamil Sesudah Perlakuan Penyuluhan pada Setiap


Kelompok

Pengetahuan Mean±SD p* Ceramah+Leaflet Kontrol


Ceramah 3,68± 3,02 <0,001 0,023 <0,001
Ceramah+Leaflet 5.92± 3,05 <0,001
Kontrol -0,16± 2,56
*Kruskal Wallis

Dari tabel di atas dapat dilihat pada perbandingan pengetahuan pada

kelompok ceramah dan kelompok ceramah dengan leaflet diperoleh dengan nilai p

(0.023) lebih besar dari (0.05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara

peningkatan pengetahuan ibu hamil pada kelompok yang menggunakan metode

ceramah dan kelompok yang menggunakan metode ceramah disertai leaflet.

Sedangkan untuk perbandingan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar

pada kelompok ceramah dengan kelompok kontrol diperoleh nilai dengan nilai p

(0.000) lebih kecil dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan

antara peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar yang mendapatkan

perlakuan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah dengan pengetahuan ibu

hamil tentang imunisasi dasar yang tidak mendapatkan perlakuan (kelompok kontrol).

Untuk perbandingan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kelompok metode ceramah disertai media leaflet dengan kelompok kontrol yang

tidak mendapatkan perlakuan penyuluhan tentang imunisasi dasar, diperoleh nilai p

(0.000) lebih kecil dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara

peningkatan pengetahuan ibu hamil yang mendapatkan perlakuan penyuluhan

dengan metode metode ceramah disertai media leaflet dengan kelompok ibu hamil

yang tidak mendapatkan perlakuan.

Setelah melihat perbandingan perbedaan pengetahuan ibu hamil tentang

imunisasi dasar pada setiap kelompok, maka akan dianalisis berdasarkan tabel

dibawah ini mengenai perbandingan perbedaan sikap ibu hamil pada setiap-setiap

kelompok.

Tabel 14

Perbedaan Sikap Ibu Hamil Sesudah Perlakuan Penyuluhan pada Setiap


Kelompok

Sikap Mean±SD p* Ceramah+Leaflet Kontrol


Ceramah 17,28± 13,60 <0,001 1,000 <0,001
Ceramah+Leaflet 17,96± 11,37 <0,001
Kontrol 0,88± 2,93
*Kruskal Wallis

Dari tabel di atas dapat dilihat pada perbandingan sikap pada kelompok

ceramah dan kelompok ceramah dengan leaflet diperoleh dengan nilai p (1,000)

lebih besar dari (0.05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara

peningkatan sikap ibu hamil pada kelompok yang menggunakan metode ceramah

dan kelompok yang menggunakan metode ceramah disertai leaflet.

Sedangkan untuk perbandingan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar

pada kelompok ceramah dengan kelompok kontrol diperoleh nilai dengan nilai p

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(0.000) lebih besar dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang

signifikan antara peningkatan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar yang

mendapatkan perlakuan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah

dengan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar yang tidak mendapatkan

perlakuan (kelompok kontrol).

Untuk perbandingan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar pada

kelompok metode ceramah disertai media leaflet dengan kelompok kontrol yang

tidak mendapatkan perlakuan penyuluhan tentang imunisasi dasar, diperoleh nilai p

(0.000) lebih besar dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara

peningkatan sikap ibu hamil yang mendapatkan perlakuan penyuluhan dengan

metode metode ceramah disertai media leaflet dengan kelompok ibu hamil yang

tidak mendapatkan perlakuan.

Setelah melihat perbandingan perbedaan sikap ibu hamil tentang imunisasi

dasar pada setiap kelompok, maka akan dianalisis berdasarkan tabel di bawah ini

mengenai perbandingan perbedaan sikap ibu hamil pada setiap-setiap kelompok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Analisis Univariat

Perilaku ibu hamil dalam pemberian imunisasi dasar sebelum

pelaksanaan penyuluhan. Penyebab utama kematian anak usia diatas neonatal

sampai dengan usia satu tahun ialah infeksi. Penyakit infeksi pada bayi dan balita

dapat dicegah dengan program imunisasi. Imunisasi ialah suatu upaya untuk

menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut, maka orang

tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes, 2013).

Imunisasi terbukti telah memberi keuntungan global untuk kelangsungan

hidup anak. Imunisasi juga merupakan investasi jangka panjang dan sangat

diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I), seperti tuberkulosis (TB), dipteri, pertusis, campak, tetanus,

polio dan hepatitis B. Oleh sebab itu peran ibu dalam berperilaku merupakan

kontribusi terbaik dalam meningkatkan usaha kesehatan ibu dan anak.

Pengetahuan ibu yang terbatas mengenai manfaat dan tujuan imunisasi

akan berdampak pada kesehtaan bayi. Pengetahuan merupakan salah satu

pendorong ibu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayinya.

Pengetahuan tersebut dapat didapat dari berbagai media. Penelitia yang

dilakukan oleh Mayasari, Triana (2015) tentang hubungan tingkat pengetahuan

ibu dengan kelengkapan pemberian imunisasi dasar di Desa Kuranji Padang

dimana menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi tinggi pengetahuan ibu

tentang imunisasi maka makin lengkap imunisasi dasar yang diterima oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


anak. Hasil penelitian Ismet (2014) menyatakan ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita di Desa

Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang 24 tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus social. Hasil penelitian Ismet (2014) menyatakan

Ada hubungan antara sikap ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita di

Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Tahun

2013.

Dalam penelitian ini perubahan perilaku ibu hamil tentang pemberian

imunisasi dasar dilihat dari tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil. Jika ibu

hamil memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang baik maka akan

melakukan apa yang ia yakini sebagai sesuatu yang baik. sikap sebagai bagian

dari perilaku individu berupa reaksi tertutup terhadap stimulus yang ada.

Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku seseorang dapat dijelaskan

melalui hasil penelitian Handayani (2008) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku wanita

dalam SADARI (periksa payudara sendiri).

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata perilaku (yang ditinjau

dari pengetahuan dan sikap) ibu hamil dalam pemberian imunisasi dasar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebelum dilaksanakan intervensi penyuluhan tidak jauh berbeda. Rata-rata skor

pengetahuan dan sikap tentang pemberian imunisasi dasar sebelum penyuluhan

dengan metode ceramah adalah 8,44 dan 68.52. Sedangkan rata-rata skor

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemberian imunisasi dasar pada

kelompok ceramah dengan media leaflet adalah 8.56 dan 70.16. Untuk rata-rata

skor pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemberian imuniasi dasar pada

kelompok kontrol adalah 8.64 dan 68.04.

Perilaku ibu hamil dalam pemberian imunisasi dasar setelah

penyuluhan. Penyuluhan merupakan salah satu strategi pemberdayaan

masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatannya dan

mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas. Terkhusunya

penyuluhan imunisasi dasar lengkap yang merupakan salah satu program

dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Diharapkan dengan adanya

penyuluhan dapat meningkatkan perilaku sehat pada ibu yang juga akan

meningkatkan pelayanan kesehatan seperti posyandu maupun puskesmas.

L. Green mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah setiap kombinasi

pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari perilaku

yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran

dalam penysuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai

kombinasi pengalaman belajar. penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna

meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat

untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan

kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku

seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi,

informasi, dan edukasi (UU No. 36 tahun 2009).

Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan pendidikan non formal yang

dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam

pelaksanaan kegiatan penyuluhan memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan pengetahuan sasaran penyuluhan. Media sebagai alat bantu

menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi salah satunya leaflet.

Leaflet adalah ialah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran

yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain sasaran dapat

menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan

mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis,

berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran,

sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana

tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta

mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran

Berdasarkan hasil penelitian ini kita mendapatkan informasi tentang

berapa jumlah responden yaitu ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan

dan sikap yang baik setelah dilakukan penyuluhan yaitu untuk kelompok

dengan menggunakan metode ceramah yang memiliki pengetahuan yang baik

ada lima orang ibu hamil dan sikap yang baik ada 18 orang. Untuk kelompok

ibu yang diberikan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah disertai

media leaflet diperoleh ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik ada sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lima orang dan sikap yang baik ada sebanyak 21 orang ibu hamil. Sedangkan

untuk kelompok kontrol tanpa mendapatkan perlakuan) yang memiliki

pengetahuan baik hanya enam orang ibu hamil dan 19 orang yang memiliki

sikap yang baik.

Setelah intervensi penyuluhan tentang pemberian imunisasi dasar,

terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan dan sikap ketiga kelompok.

Rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil yang mendapatkan penyuluhan

dengan metode ceramah setelah intervensi adalah 12,12 dan 85,8 dengan

standar deviasi 3,15 dan 8,50. Ibu hamil yang mendapatkan penyuluhan

dengan metode ceramah disertai media leaflet adalah 14,48 dan 88,12 dengan

standar deviasi 2,66 dan 4,09. sedangkan ibu hamil yang tidak mendapatkan

perlakuan penyuluhan memiliki nilai rata-rata pengetahuan dan sikap 8,48 dan

68,92 dengan standar deviasi 3.01 dan 9,53.

Hasil tersebut terlihat bahwa ada selisih tingkat pengetahuan dan sikap

yang lebih baik pada ibu hamil di kelompok yang mendapatkan penyuluhan

dengan metode ceramah disertai media leaflet dibandingkan dengan ibu hamil

yang berasal dari kelompok cermah dan Ccermaha beserta leaflet. Hal ini

karena menurut Tana (2004) dalam Nurfitrianie (2008), berbagai faktor yang

mungkin berpengaruh pada penyuluhan adalah penyuluh, materi yang

diberikan, media penyuluhan serta sasaran yang disuluh. Materi yang

disampaikan cukup menarik dilihat dari antusias responden, media pada

metode ceramah dengan media leaflet dimana peneliti mencoba

memaksimalkan semua panca indera dalam penelitian ini baik penglihatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


maupun pendengaran.

Sasaran penelitian ini pun cukup dapat membuat penyuluhan kesehatan

ini berpengaruh karena sasarannya adalah ibu-ibu hamil pada trimester terakhir

yang mempunyai motivasi tinggi untuk mengetahui tata cara pemberian

imunisasi dasar pada anak yang akan dilahirkan sebentar lagi. Penyuluh pada

penelitian ini berusaha untuk untuk membuat lebih aktif responden baik

dikelompok metode ceramah dan kelompok metode ceramah dengan disertai

media leaflet dengan cara memberikan pertanyaan yang merangsang responde

untuk berfikir lebih mendalam, agar lebih menarik dalam pelaksanaan

intervensi dan mempunyai kemauan untuk lebih ingin tahu terhadap materi

yang disampaikan. Penyuluh juga membuat suatu ilustrasi baik berupa

keterangan deskriptif di kedua kelompok sehingga membuat responden ingin

bertanya dan lebih aktif dalam pelaksanaan intervensi penyuluhan.

Penyuluh juga memberikan reward kepada setiap responden yang

bertanya maupun memberikan jawaban berupa tepuk tangan oleh penyuluh

yang diikuti oleh responden yang lain dan pujian yang membuat responden

lebih dihargai jawabannya maupun pertanyaannya. Dalam pelaksanaan

intervensi agar suasana lebih tidak terlalu serius dan lebih hangat penyuluh

memberikan canda maupun lawakan cerdas diantara kegiatan penyuluhan.

Analisi Bivariat

Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah

pelaksanaan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah. Ada

beberapa bentuk metode yang dapat membuat agar peserta (audiensi) lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


aktif dalam pelaksanaan penyuluhan keehatan selain metode ceramah

diantaranya diskusi kelompok, FGD (focus group discussion), buzz group, role

play serta simulasi. Semua metode di atas diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan dan sikap peserta melebihi metode yang hanya terdapat

komunikasi satu arah (Notoatmodjo, 2007).

Metode ceramah merupakan metode dimana metode ceramah dapat

diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan

atau penjelasan langusng kepada sekelompok orang atau siswa. Metode

ceramah merupakan cara untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran

ekspositori (Sanjaya, 2014).

Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.

Murah dalam arti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang

lengkap, sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara

penyuluh, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.

Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

Artinya, penyuluh dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu

ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai (Abdul

Azis Wahab, 2012)

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata

pengetahuan dan sikap ibu hamil mengenai pemberian imunisasi dasar pada

pretest adalah 8.44 dan 68,52 dengan standar deviasi 2,89 dan 14,55. Pada

saat posttest didapat rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil adalah 12,12

dan 85,8 dengan standar deviasi 3,15 dan 8,50. berdasarkan hal tersebut kita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bisa mendapatkan informasi perbedaan nilai dengan pengetahuan dan sikap ibu

hamil antara pretest dan posttest adalah 3,68 dan 17,28 dengan standar deviasi

3,02 dan 913,6-.

Hasil uji t dependen didapatkan nilai p = 0,000 nilai ini lebih kecil dari

nilai α (alpha) sebesar 0,05. dengan demikian maka dapat disimpulkan ada

perbedaan yang signifikan pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah

pelaksanaan penyuluhan pada kelompok dengan metode cermah dengan nilai

thit = -4,795. Sedangkan untuk sikap ibu hamil pada kelompok ceramah

diperoleh ada perbedaan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar sebelum dan

sesudah dilaksanakan penyuluhan dengan metode ceramah dengan nilai p

(0,000) dengan nilai thit = -4,902

Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian

sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Surya (2019) bahwa

pendidikan kesehatan metode ceramah media film pendek memberikan

pengaruh terhadap perubahan tingkat pengetahuan tentang Difteri. hasil

penelitian yang dilakukan oleh Prabarani 2015 menyatakan adalah adanya

perbedaan penyuluhan terhadap pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

didesa Kedunglo Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo. Hasil

penelitian dewi sandar (2015) menyatakan ada perbedaan skor tingkat

pengetahuan dan sikap tentang manajemen laktasi sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan kesehatan. Hal ini menunjukkan ada pengaruh antara

penyuluhan kesehatan dengan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil

trimester I dan II tentang manajemen laktasi. Penyuluhan yang dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Safitri (2019) tentang imunisasi kepada ibu-ibu balita di Posyandu Kasih Ibu

mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu untuk membawa

anaknya mendapatkan imunisasi dalam upaya pencegahan penyakit.

Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian

imunisasi dasar pada kelompok metode ceramah disertai media leaflet.

Pengetahuan ibu terhadap imunisasi merupakan faktor yang sangat penting,

agar ibu dapat cepat tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan ketika timbul

efek samping pada anaknya untuk mendapatkan cakupan kelengkapan

imunisasi (Sarfaraz, 2017). Kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu

akan membawa sikap negatif dan rasa takut akan efek samping imunisasi yang

nantinya akan berdampak pada pandangan ibu dan kemauan ibu untuk

membawa anaknya ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan imunisasi.

Sehingga ada ibu yang berpandangan bahwa imunisasi akan menjadi hal yang

merugikan bagi anaknya (Septiarini, 2015).

Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan

telah lama dijalankan dalam usaha menularkan pengetahuan secara lisan atau

ceramah. Cara ini terkadang membosankan maka dalam pelaksanaannya

memerlukan keterampilan tertentu. Cara mengajar ceramah dapat dikatakan

juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan

untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu

pokok permasalahan secara lisan (Roestyah, 2011).

Metode ceramah lebih sangat efektif jika dibantu media penyuluhan.

Media berasal dari kata mediu yang berarti tengah, pengantar, perantara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Media juga diartikan sebagai wahana penyalur pesan. Media cetak yaitu suatu

media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada umumnya terdiri

atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Contohnya

poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, stiker, pamflet. Fungsi utamanya

adalah memberi informasi dan menghibur. Kelebihan yang dimiliki media

cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak terlalu

tinggi, tidak perlu energi listrik, dapat dibawa, mempermudah pemahaman,

dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya tidak dapat mensimulasi efek

suara, dan efek gerak, serta mudah terlipat.

Rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemberian imunisasi

dasar pada anak pada saat pretest adalah 8,56 dan 70,16 dengan standar deviasi

2,72 dan 10,274. Pada saat posttest didapat rata-rata pengetahuan siswa adalah

14,48 dan 88,12 dengan standar deviasi 2,66 dan 4,09. Hasil uji t dependen

didapatkan nilai p 0.000, nilai ini lebih kecil dari nilai α (alpha) sebesar 0,05.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan ada perbedaan pengetahuan ibu hamil

tentang imunisasi dasar sebelum dan sesudah dilaksanakan penyuluhan dengan

metode ceramah disertai media leaflet dengan nilai p (0,000) < (0,05). Sedangkan

sikap ibu hamil diperoleh hasil ada perbedaan yang signifikan sikap ibu hamil

tentang imunisasi dasar sebelum dan sesudah dilaksanakan penyuluhan dengan

metode ceramah disertai media leaflet dengan nilai p (0,000) < (0,05).

Metode ceramah dengan media leaflet ini diberikan pada kelompok

responden yang sedang hamil sehingga ada motivasi tersendiri untuk

mendengarkan informasi dari metode ceramah dan menambah informasi dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


membaca yang diperoleh dari dengan media leaflet.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprida

(2015) bahwa pemberian pendidikan kesehatan disertai leafleat tentang imunisasi

TT efektif terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan lebih baik setelah menerima leaflet.

Hasil penelitian ini juga memperkuat penelitian Muslikha dan Purwanti (2011)

tentang Peran Leaflet ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI

Eksklusif dan Motivasi untuk menyususi Secara Eksklusif di BPS NY. Djuwedah

Kebasen Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leaflet

memiliki peran dalam peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan

motivasi ibu untuk menyusui secara eksklusif. Hasil penelitian Dewi susantu

(2019) menyatakan ada perbedaan efektivitas promosi kesehatan dengan media

leaflet dan slide terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang Imunisasi Measles

Rubella.

Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian

imunisasi dasar pada kelompok kontrol (tanpa ada perlakuan). Rata-rata

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemberian imunisasi dasar pada anak

di kelompok kontrol pada saat pretest adalah 8,60 dan 65,28 dengan standar

deviasi 3,17 dan 12,249 Pada saat postest didapat rata-rata pengetahuan siswa

adalah 9,28 dan 67,60 dengan standar deviasi 3,19 dan 10,96.

Hasil uji t dependen tidak ada perbedaan yang signifikan pada

pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar jika tidak mendapatkan

perlakuan berupa penyuluhan tentang imunisasi dasar dengan nilai p (0.177) >

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(0,05). Sedangkan sikap ibu hamil diperoleh hasil ada perbedaan sikap ibu

hamil tentang imunisasi dasar walau tidak mendapatkan perlakuan penyuluhan

tentang imunisasi dasar dengan nilai p (0,038) > (0,05).

Hasil di atas diperoleh bahwa diantara ketiga kelompok yang paling

memiliki nilai perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pada

ibu hamil adalah dengan menggunakan metode ceramah disertai dengan media

leaflet. Metode ceramah dengan media leaflet ini diberikan pada kelompok

responden yang sedang hamil sehingga ada motivasi tersendiri untuk

mendengarkan informasi dari metode ceramah dan menambah informasi

dengan membaca yang diperoleh dari dengan media leaflet.

Perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang

pemberian imunisasi dasar pada ketiga kelompok. Program imunisasi

merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit khususnya

pada balita yang mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu

penyakit. Tujuan jangka pendek diberikannya imunisasi yaitu pencegahan

penyakit secara perorangan dan kelompok sedangkan tujuan jangka panjangnya

adalah eliminasi suatu penyakit (Ponidjan, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara

peningkatan pengetahuan ibu hamil pada pemberian imunisasi dasar, pada

kelompok ibu hamil yang mcndapatkan penyuluhan tentang pemberian

imunisasi dasar dengan metode ceramah dan metode ceramah disertai media

leaflet (p (0,023) > (0,05). Namun pada peningkatan sikap diperoleh hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perbandingan sikap pada kelompok ceramah dan kelompok ceramah dengan

disertai leaflet diperoleh nilai dengan nilai p=1,000 > (0.05), dengan demikian

tidak ada perbedaan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar pada kelompok

yang menggunakan metode ceramah dan kelompok yang menggunakan metode

ceramah disertai leaflet.

Perbandingan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar pada

kelompok ceramah disertai leaflet dengan kelompok kontrol diperoleh nilai

dengan nilai p=0,0001 < (0.05) dengan demikian ada perbedaan yang

signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar yang

mendapatkan perlakuan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah

dengan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar yang tidak

mendapatkan perlakuan (kelompok kontrol). Perbandingan sikap ibu hamil

tentang imunisasi dasar pada kelompok ceramah disertai leaflet dengan

kelompok kontrol diperoleh nilai dengan nilai p=0,0001 < (0.05) dengan

demikian ada perbedaan yang signifikan antara sikap ibu hamil tentang

imunisasi dasar yang mendapatkan perlakuan penyuluhan dengan

menggunakan metode ceramah dengan pengetahuan ibu hamil tentang

imunisasi dasar yang tidak mendapatkan perlakuan (kelompok kontrol).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada antara

peningkatan pengetahuan ibu hamil pada pemberian imunisasi dasar, pada

kelompok ibu hamil yang mcndapatkan penyuluhan tentang pemberian

imunisasi dasar dengan metode ceramah disertai leaflet dengan kelompok yang

tidak mendapatkan perlakuan (kelompok kontrol) dengan nilai p=0.000 <

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(0.05). Pada peningkatan sikap diperoleh hasil perbandingan sikap pada

kelompok ceramah dengan disertai leaflet dan kelompok yang tidak

mendapatkan perlakuan (kelompok kontrol) diperoleh nilai dengan nilai

p=0,023 < (0.05), dengan demikian perbedaan sikap ibu hamil tentang

imunisasi dasar pada kelompok yang menggunakan metode ceramah disertai

leflet dan kelompok kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan (kelompok

kontrol)

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada

perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar antara

kelompok yang mendapatkan perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah

dengan media leaflet dengan kedua kelompok, hanya saja dengan kelompok

yang mendapatkan perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah) perbedaan

tidak signifikan. Sedangkan kelompok ceramah dengan kelompok ceramah

disertai leafleat kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan ada perbedaan

namun tidak signifikan. Sehingga dapat diketahui untuk meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar sebaiknya diberikan

penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah yang disertai dengan media

leaflet.

Selain itu agar peningkatan pengetahuan dan sikap lebih efektif maka

responden hendaknya mempunyai kesadaran dan motivasi dari dalam diri

untuk memberikan hal yang terbaik kerfada bayi mereka dan menjaga

kesehatan bayi mereka melalui pemberian imunisasi. Perlu adanya kesadaran

diri dari para ibu hamiluntuk melakukan langkah-langkah preventif dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


seorang ibu untuk melakukan imuniasi dasar agar anak mereka tercegah dari

penyakit-penyakit yang membahayakan.

Pada penelitian ini pemberi informasi (penyuluh) pada kedua kelompok

adalah orang yang belum mereka kenal dengan baik, sehingga hal ini juga

dapat mempengaruhi tidak adanya perbedaan efektivitas penyuluhan yang

bermakna diantara kedua metode penyuluhan tersebut. Pendapat ini didasarkan

pada Ludlow (2000) dalam Nurfitriannie (2008) yang menyatakan bahwa

keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah ditentukan oleh sifat

dan mutu informasi yang diterima dan ini pada gilirannya ditentukan oleh sifat

dan mutu hubungan diantara pribadi yang terlibat.

Penelitian ini juga didapatkan informasi bahwa tidak adanya perbedaan

peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil. Hal ini sejalan dengan hasil uji

statistik pengetahuan dan sikap ibu handal pada saat sebelum dan setelah

pelaksanaan penyuluhan. Karena berdasarkan uji statistik diperoleh hasilnya

tidak adanya perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian

imunisasi dasar yang bermakna antara kelompok metode ceramah dengan

metode ceramah dengan media leaflet pada saat sebelum dan setelah

pelaksanaan penyuluhan. Hal tersebut dikarenakan salah satunya ada faktor

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang mempengaruhi pengetahuan

dan sikap sesseorang diantaranya persepsi, motivasi dan pengalaman. Dalam

penelitian ini juga dalam pemberian penyuluhan dengan metode ceramah

dilakukan pada setiap ibu hamil yang pada trimester tanpa ketiga tanpa

memperdulikan apakah kehamilan tersebut anak pertama, kedua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau seterusnya. Karena ada perbedaan pengalaman dan pengetahuan antara ibu

yang hamil anak pertama atau ibu yang hamil anak kedua, ketiga atau

seterusnya. Sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil

sehingga perbedaan peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap

imunisasi dasar.

Implikasi Penelitian

Pengetahuan atau ranah kognitif yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Kurangnya pengetahuan ibu akan membawa sikap negatif

dan rasa takut akan efek samping imunisasi yang nantinya akan berdampak

pada pandangan ibu dan kemauan ibu untuk membawa anaknya ke fasilitas

kesehatan guna mendapatkan imunisasi. Akibatnya tujuan pemberian imunisasi

yaitu meningkatkan kekebalan tubuh penyakit tertentu tidak akan tercapai.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan dengan metode

ceramah dan disertai leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu di wilayah

kerja Puskesmas Teluk Sentosa. Hal ini mengandung implikasi bahwa

penyuluhan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan usaha kesehatan

ibu dan anak terkhusunya program imunisasi, sehingga kedepannya lebih

banyak masyarakat yang turut serta aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan

baik di posyandu maupun di Puskesmas dengan memberikan berbagai

informasi mengenai kesehatan sehingga meningkatkan stimulus dalam

berperilaku sehat.

Keterbatasan Penelitian

Studi eksperimen kemungkinan terjadinya bias dapat saja terjadi, antara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lain karena responden mengetahui bahwa mereka sedang diteliti dan mencoba

untuk mengingat kembali pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada saat

pretest, kemudian mencoba memberikan perhatian pada butir-butir pertanyaan

tersebut pada saat eksperimen dilaksanakan. Potensi bias lainnya yang

mungkin teriadi adalah responden bekerjasama dalam menjawab pertanyaan

pada saat pretest dan postest untuk menghindari hal tersebut peneliti

menekankan dengan cara mewawancaraisecara langsung hanya saja masih ada

kemungkinan dimana setiap ibu hamil saling megenal dan saling bertukar

informasi.

Pada saat perlakuan penyuluhan tentang pemberian imunisasi dasar

peneliti mengambil tiga kelompok dengan pertimbangan dari kondisi dimana

yang menjadi responden adalah ibu hamil yang berda di wilayah kerja

Puskesmas Teluk Sentosa tanpa ada mempertimbangkan apakah ibu tersebut

hamil anak pertama atau anak kedua atau ketiga dan seterusnya. Sehingga ada

kemungkinan perbedaan pengalaman antara ibu yang hamil anak pertama dan

anak berikutnya, ada kemungkinan ibu yang hamil anak berikutnya sudah

memiliki pengalaman mengikuti kegiatan penyuluhan pada saat kehamilan

sebelumnya, atau ibu tersebut sudah mendapatkan informasi dari ibu-ibu

sebelumnya. Hal ini yag mungkin menjadikan hasil penelitian ini tidak ada

perbedaan antara metode ceramah dan metode ceramah dengan menggunakan

media leaflet. Walaupun terdapat peningkatan pengetahuan di setiap kelompok

perlakuan.

Dalam penelitian ini ada faktor lain seperti motivasi, minat, pengalaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


serta persepsi yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Faktor tersebut tidak

diteliti dalam penelitian ini. Hal tersebut adalah salah satu hal yang membuat

penelitian ini tidak ada beda dan merupakan keterbatasan ataupun kelemahan

dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Terdapat Perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah

dilaksanakan penyuluhan tentang pemberian imunisasi dasar dengan metode

ceramah.

2. Terdapat Perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah

dilaksanakan penyuluhan tentang pemberian imunisasi dasar dengan metode

ceramah disertai leaflet

3. Terdapat Perbedaan sikap sebelum dan sesudah dilaksanakan penyuluhan

tentang pemberian imunisasi dasar dengan metode ceramah.

4. Terdapat perbedaan antara peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil

pada kelompok yang menggunakan metode ceramah dan kelompok yang

menggunakan metode ceramah disertai leaflet.

5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan pengetahuan dan

ibu hamil tentang imunisasi dasar yang mendapatkan perlakuan penyuluhan

dengan menggunakan metode ceramah dengan yang tidak mendapatkan

perlakuan (kelompok kontrol).

6. Terdapat perbedaan antara peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil

yang mendapatkan perlakuan penyuluhan dengan metode metode ceramah

disertai media leaflet dengan kelompok ibu hamil yang tidak mendapatkan

perlakuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Saran

Bagi instansi terkait. Bagi Puskesmas Teluk Sentosa Kabupaten

Labuhanbatu, hendaknya dibuatkan program khusus dengan jadwal yang ruin

untuk langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan-penyuluhan kepada ibu-ibu

hamil baik tentang pemberian imunisasi dasar atau tentang hal lain yang

berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi. Dimana metode

ceramah baik tanpa menggunakan media maupun dengan menggunakan dapat

dijadikan alternatif pilihan metode dalam pelaksanaan program tersebut tentunya

dengan bekerjasama dengan pihak terkait seperti ibu-ibu PKK disetiap desa.

Agar tersebarnya informasi tentang kesehatan dan keselamatn ibu dan bayi

sehingga mengurangi tingkat kematian dan cacat pada ibu dan anak pasca

melahirkan.

Bagi peneliti selanjutnya, yaitu

(1) Agar lebih menggambarkan perbedaan pengaruh diantara dua kelompok

metode penyuluhan, sebaiknya pada penelitian selanjutnya digunakan

kelompok pembanding bukan dengan metode yang sama-sama menggunakan

ceramah namun membandingkan dengan metode lain diluar metode ceramah

seperti metode diskusi, metode simulasi, metode bermain pecan dan lain-

lain.

(2) Perlu adanya penelitiari lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui

perbedaan pengaruh pelaksanaan penyuluhan terhadap minat ibu hamiluntuk

melaksanakan program sesuai dengan program penyuluhan, karena perilaku

bisa muncul tidak hanya karena seseorang memiliki pengetahuan yang baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan sikap yang baik, tapi perilaku juga dipengaruhi oleh minat. Dimana jika

orang sudah memiliki minat maka orang tersebut akan melakukan apapun

untuk memenuhi minat, mulai dari meningkatkan pengetahuan dan

melakukan sesuatu seuai dengan minat yang ia miliki.

(3) Perlu adanya penelitian lebih lanjut dimana pengukuran pada penelitian ini

tidak hanya dilakukan pada saat selesain intervensi aja tetapi juga dapat

diiakukan pula beberapa hari setelah pelaksasnaan intervensi, apakah ada

perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil setelah intervensi dan beberapa

hari setelah intervensi, namun harus dipertimbangkan bias pada penelitian

tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Pustaka

Adinda, N.K & Bambang. E. D. (2012). Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
balita. Jurnal Nursing studies, 1(1).

Adri, M. (2008). Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengembangan. Media


Pembelajaran. Diakses dari http://muhammadadri.wordpress.com

Azwar, S. M. A. (2011). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

BPPK Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskes
das%202013.pdf

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (Depkes RI). (2005). Pedoman


Penyelenggaraan Imunisasi. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2005.pdf

Depkes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Diakses


dari http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/
profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2005.pdf

Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file= download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf

Depkes. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Diakses dari


https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2014/02_Sumut_2014.pdf

Dewi, A.P., Darwin, E., & Edison, E. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan ibu
dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3(2).

Djamarah, S. B. (2000). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.

Dwiastuti, P., & Prayitno, N. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


pemberian imunisasi BCG. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1).

Hadinegoro, S. R. (2011). Panduan imunisasi anak. Jakarta : SATGAS


Imunisasi PP IDAI.

Kawuriansari, R. (2010). Studi efektivitas leaflet terhadap skor pengetahuan remaja putri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tentang dismenorea. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1).

Lisnawati, L. (2011). Generasi sehat melalui imunisasi. Jakarta: Trans InfoMedia.

Marimbi, H. (2010). Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada
balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Maulana, H. D.J. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC.

Mubarak, W.I. (2011). Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika

Muninjaya, A.A.G. (2004). Manajemen kesehatan. Jakarta: EGC.

Novita, N., & Francisca, Y. (2012). Promosi kesehatan dalam pelayanan


kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT.Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan : teori dan aplikasi. Jakarta :


PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta :


PT.Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta :


PT.Rineka Cipta.

Notosiswoyo, M. (2010). Penggunaan VCD dan leaflet untuk peningkatan


pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa dalam pencegahan kecelakaan
sepeda motor. Jurnal Kesehatan masyarakat, 8(8).

Pieter, H. Z., & Lumongga. N. (2010). Pengantar psikologi untuk kebidanan.


Jakarta: Prenada Media Group.

Priyono, Y. (2010). Merawat bayi tanpa baby sister. Jakarta : Med Press.

Proverawati, A. (2010). Imunisasi dan vaksinasi. Jakarta : Nuha Offset.

Ranuh, G. I. G. N. (2011). Pedoman imunisasi di Indonesia. Jakarta : IDAI.

Sanjaya, H.W. (2014). Srategi pembelajaran : berorientasi standar proses


pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.

Supardi. (1998). Pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan. Jurnal penelitian, 30(3).

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC.

Suhardjo. (2003). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Usman, U. (2000). Menjadi guru profesional. Bandung : PT.Rosyda Karya.

Wawan, A., & Dewi, M. (2014). Teori pengukuran pengetahuan, sikap dan
perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Zulkarimein. (1989). Prinsip-prinsip komunikasi untuk penyuluhan. Jakarta:


Fakakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Materi Penyuluhan I

MATERI PENYULUHAN KEPADA IBU HAMIL TRIMESTER III

TENTANG IMUNISASI DASAR

Tujuan : untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang

Imunisasi dasar.

Waktu : 60 menit

Metode : Ceramah

Media :

A. Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia

terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Sasaran

imunisasi adalah Bayi (di bawah satu tahun), Wanita Usia Subur (WUS) ialah

wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil (Bumil) dan calon pengantin

(catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar (Depkes RI, 2010).

2. Pengertian Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar

kekebalan diatas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Dan imunisasi dasar

lengkap menurut Pedoman Penyelenggara Imunisasi (2010) adalah pemberian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


imunisasi pada bayi antara umur 0-12 bulan yang terdiri dari imunisasi BCG,

DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3) dan Campak.

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan

efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu :

1) Imunisasi aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin)

agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu

ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat

mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi

polio dan campak.

2) Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu

proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang

didapat bayi dari tubuh ibu melalui placenta) atau binatang (bisa ular) yang

digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah ada masuk dalam tubuh

yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah yang terdapat pada bayi

yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi

darai ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya

antibodi terhadapcampak, dan contoh lainnya sperti penyuntikan ATS

(Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan

(Proverawati dan Andhini,2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Tujuan Imunisasi

Secara umum tujuan imunisasi menurut Proverawati, dkk (2010), antara

lain:

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.

3. Imunisasi menurunkan angka morbilitas (angka kesakitan) dan mortalitas

(angka kematian) pada balita.

Dari tujuan diatas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pemberian

imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud

menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

4. Manfaat Imunisasi

Menurut Proverawati, dkk (2010), manfaat imunisasi antara lain :

1. Untuk Anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk Keluarga : Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa

anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

5. Syarat Pemberian Imunisasi

Syarat pemberian Imunisasi paling utama adalah anak yang akan

mendapatkan imunis asi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau

bagian dari bakteri kedalam tubuh dan kemudian menimbulkan antibodi

(kekebalan). Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam

kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak

bagus (Ranuh,dkk. 2011).

Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan

anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalnya gizi buruk

atau penyakit HIV / AIDS atau dalam penggunaan obat-obatan steroid, anak

diketahui mengalami reaksi alergi berat terhadap imunisasi tertentu atau

komponen imunisasi tertentu (Marimbi, 2010)

.Jenis-jenis Imunisasi Dasar

Jenis-jenis Imunisasi yaitu :

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)

Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai

berumur 12 bulan. Tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Imunisasi ini

cukup diberikan satu kali saja. Imunisadi BCG disuntikkn secara

intrakutan di daerah lengan kanan atas dan dosisnya 0,55 cc untuk bayi.

2) Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh kekebalan

terhadap penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh Virus yang telah

mempengaruhi organ Liver (hati).

Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui

injeksi intramuskular. Pemberian pertama pada saat bayi usia 0-7 hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis Dan Tetanus)

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus yaitu:

a. Difteri yang disebabkan oleh bakteri yang ditemukan dimulut,

tenggorokan dan hidung. Difteri menyebabkan selaput tumbuh

disekitas bagian dalam tenggorokan selaput tersebut dapat

menyebabkan kesusahan menelan, bernapas dan bahkan bisa

menyebabkan mati lemas ( Proverawati dan andhini,2010)

b. Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Bordetella

Pertusis, kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebakan ambang

rangsang batuk menjadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja

rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan lama.

c. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman

Clostridium tetani sehingga terjadi infeksi pada tali pusat.

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi

intramuskular, suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan

dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksi DPT dilakukan tiga kali mulai

bayi umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu.

4) Imunisasi Polio

Imunisasi ini diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap

penyakit poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin dalam peredaran, yang

masing-masing mengandung virus polio tipe I, II, dan III, yaitu :

1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah

dimatikan (vaksin salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Vaksin yang mengandung mengandung virus polio tipe I, II dan III

yang masih hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin sabin), cara

pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.

Imunisasi Polio diberikan 4 kali dengan interval tidak kurang dari 4

minggu.

5) Imunisasi Campak

Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap

penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak

yang telah dilemahkan.

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat

dilakukan pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc. Kemudian suntikan

pada lengan kiri atas secara subkutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Materi Penyuluhan II

MATERI PENYULUHAN KEPADA IBU HAMIL TRIMESTER III

TENTANG IMUNISASI DASAR

Tujuan : untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang

Imunisasi dasar.

Waktu : 60 menit

Metode : Ceramah

Media : Leaflet

A. Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia

terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Sasaran

imunisasi adalah Bayi (di bawah satu tahun), Wanita Usia Subur (WUS) ialah

wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil (Bumil) dan calon pengantin

(catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar (Depkes RI, 2010).

2. Pengertian Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar

kekebalan diatas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Dan imunisasi dasar

lengkap menurut Pedoman Penyelenggara Imunisasi (2010) adalah pemberian

imunisasi pada bayi antara umur 0-12 bulan yang terdiri dari imunisasi BCG,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3) dan Campak.

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan

efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu :

3) Imunisasi aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin)

agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu

ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat

mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi

polio dan campak.

4) Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu

proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang

didapat bayi dari tubuh ibu melalui placenta) atau binatang (bisa ular) yang

digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah ada masuk dalam tubuh

yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah yang terdapat pada bayi

yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi

darai ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya

antibodi terhadapcampak, dan contoh lainnya sperti penyuntikan ATS

(Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan

(Proverawati dan Andhini,2010).

3. Tujuan Imunisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Secara umum tujuan imunisasi menurut Proverawati, dkk (2010), antara

lain:

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.

3. Imunisasi menurunkan angka morbilitas (angka kesakitan) dan mortalitas

(angka kematian) pada balita.

Dari tujuan diatas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pemberian

imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud

menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

4. Manfaat Imunisasi

Menurut Proverawati, dkk (2010), manfaat imunisasi antara lain :

1. Untuk Anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk Keluarga : Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa

anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

3. Untuk Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

5. Syarat Pemberian Imunisasi

Syarat pemberian Imunisasi paling utama adalah anak yang akan

mendapatkan imunis asi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya

imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bagian dari bakteri kedalam tubuh dan kemudian menimbulkan antibodi

(kekebalan). Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam

kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak

bagus (Ranuh,dkk. 2011).

Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan

anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalnya gizi buruk

atau penyakit HIV / AIDS atau dalam penggunaan obat-obatan steroid, anak

diketahui mengalami reaksi alergi berat terhadap imunisasi tertentu atau

komponen imunisasi tertentu (Marimbi, 2010)

6. Jenis-jenis Imunisasi Dasar

Beberapa Jenis-jenis Imunisasi yang akan dilakukan dilokasi penelitian yaitu :

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)

Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12

bulan. Tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu

kali saja. Imunisadi BCG disuntikkn secara intrakutan di daerah lengan kanan atas

dan dosisnya 0,55 cc untuk bayi.

2) Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh kekebalan terhadap

penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh Virus yang telah mempengaruhi organ

Liver (hati). Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi

intramuskular. Pemberian pertama pada saat bayi usia 0-7 hari.

3) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis Dan Tetanus)

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Difteri yang disebabkan oleh bakteri yang ditemukan dimulut,

tenggorokan dan hidung. Difteri menyebabkan selaput tumbuh disekitas

bagian dalam tenggorokan selaput tersebut dapat menyebabkan kesusahan

menelan, bernapas dan bahkan bisa menyebabkan mati lemas (

Proverawati dan andhini,2010)

b. Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Bordetella

Pertusis, kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebakan ambang

rangsang batuk menjadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja

rangsangan akan terjadi batuk yang hebat dan lama.

c. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman

Clostridium tetani sehingga terjadi infeksi pada tali pusat.

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular,

suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5

cc. Pemberian vaksi DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 11

bulan dengan interval 4 minggu.

4) Imunisasi Polio

Imunisasi ini diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit

poliomielitis. Imunisasi Polio diberikan 4 kali dengan interval tidak kurang dari 4

minggu. Terdapat dua jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing

mengandung virus polio tipe I, II, dan III, yaitu :

a. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah

dimatikan (vaksin salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Vaksin yang mengandung mengandung virus polio tipe I, II dan III yang

masih hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin sabin), cara pemberiannya

melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.

5) Imunisasi Campak

Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit

campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak yang telah

dilemahkan. Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan

pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc. Kemudian suntikan pada lengan kiri

atas secara subkutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden

Assalamu’alaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama Saya Eka Purnama Sari, sedang menjalani pendidikan di program

S-2 Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Saya sedang

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Metode

Ceramah, Metode Ceramah Disertai Media Leaflet Terhadap Perubahan Perilaku

Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk

Sentosa Kabupaten Labuhanbatu”.

Imunisasi dasar adalah memasukkan mikroorganisme penyebab penyakit

yang sudah dilemahkan atau dimatikan (dalam bentuk vaksin) atau dengan bentuk

racun yang sudah dilemahkan dengan panas atau bahan kimia (disebut toksoid),

kedalam tubuh bayi, yang akan membuat antibodi yang sama dengan antibodi

yang akan diproduksi jika ia sungguh terkena penyakit tersebut (Priyono, 2010).

Manfaat Imunisasi dasar untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar

dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh

penyakit yang sering terjangkit (Marimbi, 2010).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode ceramah

dan metode ceramah disertai leaflet terhadap perubahan perilaku ibu dalam

pemberian imunisasi dasar. Saya akan melakukan wawancara terstruktur kepada

Ibu tentang :

a. data demografi yang terdiri dari usia, penghasilan dan pendidikan ibu,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. kuisioner pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terdiri dari 20

pertanyaan,

b. kuisioner sikap ibu balita tentang imunisasi dasar terdiri dari 10 pertanyaan

positif dan 10 pertanyaan negative.

Partisipasi Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada

dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.

Untuk penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu

membutuhkan penjelesan, maka dapat menghubungi Saya :

Nama : Eka Purnama Sari

Alamat : Desa Perkebunan Ajamu, Kecamatan Panai Hulu. Labuhan Batu

No. Hp :-

Terima kasih Saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi

pada penelitian ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan

sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Setelah memahami berbagai hal

yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar

persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2019

Peneliti

( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Pengaruh

Penyuluhan dengan Metode Ceramah Disertai Media Leaflet terhadap Perubahan

Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar”. Maka dengan ini Saya secara

sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian

tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2019

( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Kuesioner

KUISIONER
PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH
DISERTAI MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN
PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN
IMUNISASI DASAR

No. Responden

Data Demografi :

1. Umur :

2. Alamat :

3. Pendidikan : SD SMP SMA

SMA PT

4. Penghasilan Keluarga :

>Rp. 1.000.000

<Rp. 1.000.000

A. Pengetahuan Ibu

Petunjuk :

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara

dengan tanda silang (X)

1. Menurut ibu dibawah ini mana sajakah yang termasuk jenis-jenis

imunisasi dasar ?

a. BCG e. Polio

b. DPT f. Hib

c. MMR g. Hepatitis B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Campak

2. Siapa saja yang mendapatkan imunisasi dasar ?

a. Orang dewasa

b. Remaja

c. Bayi umur 0-11 bulan

d. Anak umur lebih dari 2 tahun

3. Apa manfaat dari imunisasi dasar ?

a. Untuk memberikan kekebalan pada tubuh bayi

b. Meningkatkan pertumbuhan pada bayi

c. Meningkatkan perkembangan pada bayi

d. ...............

4. Menurut ibu dibawah ini mana sajakah penyakit yang dapat dicegah

dengan imuisasi dasar ?

a. TBC e. Campak

b. Diare f. Difteri

c. Demam g.Pertusis

d. Tetanus h. Polio

5. Manfaat dari Imunisasi BCG itu untuk mencegah penyakit apa ?

a. TBC

b. Polio

c. Hepatitis B

d. .............

6. Imunisasi BCG diberikan pada saat bayi berusia...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. 0-1 bulan

b. 9 bulan

c. 4 bulan

d. ..........

7. Imunisasi BCG beberapa kali diberikan pada bayi ?

a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

d. .............

8. Apa manfaat imunisasi Hepatitis B menurut ibu ?

a. Untuk mencegah demam pada bayi

b. Untuk mencegah penyakit TBC

c. Mencegah kerusakan hati pada bayi

d. .................

9. Imunisasi Hepatitis B diberikan sebanyak berapa kali ?

a. 4 kali

b. 2 kali

c. 1 kali

d. ..............

10. Apa manfaat dari Imunisasi Polio menurut ibu ?

a. Untuk mencegah penyakit Polio

b. Untuk mencegah penyakit Tetanus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Untuk mencegah penyakit TBC

d. ..................

11. Imunisasi Polio diberikan sebamyak berapa kali pada bayi ?

a. 3 kali

b. 4 kali

c. 1 kali

d. .............

12. Jarak antara imunisasi Polio-1 dengan Polio-2 adalah....

a. 2 bulan

b. 1 bulan

c. 4 bulan

d. .................

13. Jarak antara imunisasi Polio-2 dengan Polio-3 adalah....

a. 2 bulan

b. 1 bulan

c. 4 bulan

d. ............

14. Jarak antara imunisasi Polio-3 dengan Polio-4 adalah...

a. 1 bulan

b. 9 bulan

c. 4 bulan

d. ............

15. Apa manfaat dari imunisasi DPT menurut ibu ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Untuk mencegah penyakit polio

b. Untuk mencegah penyakit difteri, pertusis,Tetanus

c. Untuk mencegah penyakit TBC

d. ...............

16. Imunisasi DPT diberikansebanyak berapa kali pada bayi ?

a. 1 kali

b. 3 kali

c. 2 kali

d. .............

17. Penyakit difteri,pertusis dan tetanus dapat dicegah dengan memberikan

imunisasi apa pada bayi ?

a. BCG

b. DPT

c. Polio

d. ...........

18. Pada saat kapan imunisasi campak dapat diberikan pada bayi ?

a. 9 bulan

b. 1 bulan

c. 4 bulan

d. ............

19. Apa manfaat imunisasi Campak menurut ibu ?

a. Untuk mencegah Demam

b. Untuk mencegah penyakit Tetanus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Untuk mencegah penyakit Campak

d. ...........

20. Berapa kali imunisasi campak diberikan pada bayi ?

a. 3 kali

b. 1 kali

c. 4 kali

d. .............

B. Sikap

Petunjuk :

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang bersifat positif dan negatife

tentang hubungan sikap ibu tentang imunisasi dasar.

1) Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara

2) Berikan tanda contreng (√ ) pada kotak jawaban yang anda pilih.

Keterangan pilihan jawaban positif : Keterangan pilihan jawaban negatif :

a. Sangat setuju (SS) nilai 5 a. Sangat setuju (SS) nilai 1

b. Setuju (S) nilai 4 b. Setuju (S) nilai 2

c. Ragu-ragu (RR) nilai 3 c. Ragu-ragu (RR) nilai 3

d. Tidak Setuju (ST) nilai 2 d. Tidak Setuju (ST) nilai 4

e. Sangat Tidak Setuju (STS) nilai 1 e. Sangat Tidak Setuju (STS) nilai 5

NO. PERTANYAAN SS S RR TS STS

POSITIF

1 Informasi tentang imunisasi penting bagi

ibu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 Pendidikan kesehatan tentang imunisasi

dasar(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak)

perlu diberikan kepada wanita dewasa

karena nantinya wanita dewasa

mempunyai anak balita

3 Imunisasi dasar (Hepatitis,

BCG,Polio,DPT,Campak) yang lengkap

dapat menurunkan angka morbilitas

(angka kesakitan) dan mortalitas (angka

kematian) pada balita

4 Bayi harus tetap dibawa imunisasi

dasar(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak)

walaupun ada kemungkinan terjdi demam

dan bengkak pada tempat penyuntikan.

5 Bayi harus dibawa untuk mendapatkan

imunisasi Hepatitis B-0 (Hb-0) pada usia

0-7 hari

6 Bayi harus dibawa untuk mendapatkan

imunisasi Hepatitis B-1 (Hb-1) pada usia

2 bulan

7 Bayi harus dibawa untuk mendapatkan

imunisasi Hepatitis B-2 (Hb-2) pada usia

3 bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8 Bayi harus dibawa untuk mendapatkan
imunisasi Hepatitis B-3 (Hb-3) pada usia
4 bulan
9 Bayi harus dibawa untuk mendapatkan
imunisasi BCG pada usia 1 bulan
10 Bayi harus dibawa untuk mendapatkan
imunisasi DPT-1 pada usia 2 bulan
PERNYATAAN NEGATIF

11 Bayi tidak harus dibawa untuk


mendapatkan imunisasi DPT-2 pada usia
3 bulan
12 Bayi tidak harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi DPT-3 pada usia
4 bulan
13 Bayi tidak harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi Polio-1 pada usia
1 bulan
14 Bayi tidak harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi Polio-2 pada usia
2 bulan
15 Bayi tidak harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi Polio-3 pada usia
3 bulan
16 Bayi tidak harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi Polio-4 pada usia
4 bulan
17 Bayi tidak harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi Campak pada
usia 9 bulan
18 Imunisasi dasar tidak dapat mencegah

penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit, dan kemungkinan cacat atau

kematian

19 Bayi tidak harus diberikan imunisasi

dasar lengkap (Hepatitis B, BCG, Polio,

DPT, Campak)

20 Pemberian imunisasi BCG tidak dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menimbulkan kekebalan aktif terhadap

penyakit tuberkulosis (TBC) pada bayi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6. Jawaban Pretest dan Posttest
Tabel 1. Distribusi Jawaban Ibu Berdasarkan Pretest dan Posttest
Pernyataan Pengetahuan dengan Metode Ceramah
Kelompok Metode Ceramah
Pretest Posttest
No Pengetahuan
Salah Benar Salah Benar
n % n % n % n %
1. Jenis Imunisasi Dasar 22 88,0 3 12,0 11 44,0 14 56,0
2. Siapa saja yang
mendapatkan imunisasi 17 68,0 8 32,0 12 48,0 13 52,0
dasar
3. Manfaat dari imunisasi
dasar 14 56,0 11 44,0 10 40,0 15 60,0
4. Penyakit yang dapat
dicegah dengan imuisasi 24 96,0 1 4,0 14 56,0 11 44,0
dasar
5. Manfaat dari Imunisasi
BCG 11 44,0 14 56,0 5 20,0 20 80,0
6. Usia pemberian imunisasi
BCG 7 28,0 18 72,0 4 16,0 21 84,0
7. Imunisasi BCG beberapa
kali diberikan 10 40,0 15 60,0 8 32,0 17 68,0
8. Manfaat imunisasi
Hepatitis B 13 52,0 12 48,0 8 32,0 17 68,0
9. Imunisasi Hepatitis B
diberikan sebanyak berapa 17 68,0 8 32,0 13 52,0 12 48,0
kali
10. Manfaat dari Imunisasi
Polio 11 44,0 14 56,0 6 24,0 19 76,0
11. Imunisasi Polio diberikan
sebamyak berapa kali pada 13 52,0 12 48,0 10 40,0 15 60,0
bayi
12. Jarak antara imunisasi
Polio-1 dengan Polio-2 14 56,0 11 44,0 13 52,0 12 48,0
13. Jarak antara imunisasi
Polio-2 dengan Polio-3 12 48,0 13 52,0 9 36,0 16 64,0
14 Jarak antara imunisasi
Polio-3 dengan Polio-4 16 64,0 9 36,0 12 48,0 13 52,0
15 Manfaat dari imunisasi
DPT menurut ibu 18 72,0 7 28,0 12 48,0 13 52,0
16 Imunisasi DPT
diberikansebanyak berapa 12 48,0 13 52,0 9 36,0 16 64,0
kali pada bayi
17 Penyakit difteri,pertusis
dan tetanus dapat dicegah
dengan memberikan 16 64,0 9 36,0 12 48,0 13 52,0
imunisasi
18 Pada saat kapan imunisasi
campak dapat diberikan 13 52,0 12 48,0 7 28,0 18 72,0
pada bayi
19 Manfaat imunisasi
Campak 13 52,0 12 48,0 9 36,0 16 64,0
20 Berapa kali imunisasi 17 68,0 8 32,0 13 52,0 12 48,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


campak diberikan pada
bayi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum ceramah pertanyaan yang

paling banyak dijawab salah adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imuisasi

dasar (pernyataan nomor 4) sebanyak 24 orang (96,0%), sedangkan pertanyaan

yang paling banyak dijawab benar adalah usia pemberian imunisasi BCG

(pernyataan nomor 6) sebanyak 18 orang (72,0%). Namun, sesudah dilakukan

metode ceramah kepada ibu-ibu, maka diperoleh yang banyak menjawab salah

adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imuisasi dasar (pernyataan nomor 4)

sebanyak 14 orang (56,0%) dan paling banyak menjawab benar adalaha

pertanyaan usia pemberian imunisasi BCG (pernyataan nomor 6) sebanyak 21

orang (84,0%).

Tabel 2 Distribusi Jawaban Ibu Berdasarkan Pretest dan Posttest Pernyataan


Pengetahuan dengan Metode Ceramah Disertai Leaflet
Kelompok Metode Ceramah
Pretest Posttest
No Pengetahuan
Salah Benar Salah Benar
n % n % n % n %
1. Jenis Imunisasi Dasar 25 100,0 0 0,0 8 32,0 17 68,0
2. Siapa saja yang
mendapatkan imunisasi 16 64,0 9 36,0 10 40,0 15 60,0
dasar
3. Manfaat dari imunisasi
13 52,0 12 48,0 4 16,0 21 84,0
dasar
4. Penyakit yang dapat
dicegah dengan imuisasi 25 100,0 0 0,0 9 36,0 16 64,0
dasar
5. Manfaat dari Imunisasi
11 44,0 14 56,0 6 24,0 19 76,0
BCG
6. Usia pemberian
14 56,0 11 44,0 6 24,0 19 76,0
imunisasi BCG
7. Imunisasi BCG beberapa
8 32,0 17 68,0 5 20,0 20 80,0
kali diberikan
8. Manfaat imunisasi
11 44,0 14 56,0 5 20,0 20 80,0
Hepatitis B
9. Imunisasi Hepatitis B
diberikan sebanyak 17 68,0 8 32,0 8 32,0 17 68,0
berapa kali
10. Manfaat dari Imunisasi
14 56,0 11 44,0 7 28,0 18 72,0
Polio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Imunisasi Polio
diberikan sebamyak 14 56,0 11 44,0 7 28,0 18 72,0
berapa kali pada bayi
12. Jarak antara imunisasi
10 40,0 15 60,0 7 28,0 18 72,0
Polio-1 dengan Polio-2
13. Jarak antara imunisasi
12 48,0 13 52,0 6 24,0 19 76,0
Polio-2 dengan Polio-3
14 Jarak antara imunisasi
15 60,0 10 40,0 5 20,0 20 80,0
Polio-3 dengan Polio-4
15 Manfaat dari imunisasi
11 44,0 14 56,0 7 28,0 18 72,0
DPT menurut ibu
16 Imunisasi DPT
diberikansebanyak 14 56,0 11 44,0 7 28,0 18 72,0
berapa kali pada bayi
17 Penyakit difteri,pertusis
dan tetanus dapat
15 60,0 10 40,0 5 20,0 20 80,0
dicegah dengan
memberikan imunisasi
18 Pada saat kapan
imunisasi campak dapat 15 60,0 10 40,0 7 28,0 18 72,0
diberikan pada bayi
19 Manfaat imunisasi
11 44,0 14 56,0 9 36,0 16 64,0
Campak
20 Berapa kali imunisasi
campak diberikan pada 15 60,0 10 40,0 10 40,0 15 60,0
bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum ceramah yang disertai

leafleat pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah jenis imunisasi dasar

(pernyataan nomor 1) dan penyakit yang dapat dicegah dengan imuisasi dasar

(pernyataan nomor 4) masing masing sebanyak 25 orang (100,0%), sedangkan

pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah Imunisasi BCG beberapa

kali diberikan (pernyataan nomor 17) sebanyak 17 orang (68,0%). Namun,

sesudah dilakukan metode ceramah yang disertai leafleat kepada ibu-ibu, maka

diperoleh yang banyak menjawab salah adalah Berapa kali imunisasi campak

diberikan pada bayi (pernyataan nomor 20) sebanyak 10 orang (40,0%) dan paling

banyak menjawab benar adalah manfaat dari imunisasi dasar (pernyataan nomor

3) sebanyak 21 orang (84,0%).

Tabel 3. Distribusi Jawaban Ibu Berdasarkan Pretest dan Posttest

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pernyataan Pengetahuan dengan Metode Kelompok Kontrol
Kelompok Metode Ceramah
Pretest Posttest
No Pengetahuan
Salah Benar Salah Benar
n % n % n % n %
1, Jenis Imunisasi Dasar 25 100,0 0 0,0 25 100,0 0 0,0
2, Siapa saja yang
mendapatkan imunisasi 14 56,0 11 44,0 14 56,0 11 44,0
dasar
3, Manfaat dari imunisasi
dasar 12 48,0 13 52,0 13 52,0 12 48,0
4, Penyakit yang dapat
dicegah dengan imuisasi 25 100,0 0 0,0 25 100,0 0 0,0
dasar
5, Manfaat dari Imunisasi
BCG 11 44,0 14 56,0 13 52,0 12 48,0
6, Usia pemberian imunisasi
BCG 11 44,0 14 56,0 11 44,0 14 56,0
7, Imunisasi BCG beberapa
kali diberikan 14 56,0 11 44,0 13 52,0 12 48,0
8, Manfaat imunisasi
Hepatitis B 16 64,0 9 36,0 13 52,0 12 48,0
9, Imunisasi Hepatitis B
diberikan sebanyak berapa 16 64,0 9 36,0 14 56,0 11 44,0
kali
10, Manfaat dari Imunisasi
Polio 9 36,0 16 64,0 11 44,0 14 56,0
11, Imunisasi Polio diberikan
sebamyak berapa kali pada 12 48,0 13 52,0 11 44,0 14 56,0
bayi
12, Jarak antara imunisasi
Polio-1 dengan Polio-2 15 60,0 10 40,0 16 64,0 9 36,0
13, Jarak antara imunisasi
Polio-2 dengan Polio-3 13 52,0 12 48,0 14 56,0 11 44,0
14 Jarak antara imunisasi
Polio-3 dengan Polio-4 13 52,0 12 48,0 14 56,0 11 44,0
15 Manfaat dari imunisasi
DPT menurut ibu 8 32,0 17 68,0 9 36,0 16 64,0
16 Imunisasi DPT
diberikansebanyak berapa 12 48,0 13 52,0 13 52,0 12 48,0
kali pada bayi
17 Penyakit difteri,pertusis
dan tetanus dapat dicegah
dengan memberikan 12 48,0 13 52,0 9 36,0 16 64,0
imunisasi
18 Pada saat kapan imunisasi
campak dapat diberikan 14 56,0 11 44,0 14 56,0 11 44,0
pada bayi
19 Manfaat imunisasi
Campak 17 68,0 8 32,0 20 80,0 5 20,0
20 Berapa kali imunisasi
campak diberikan pada 15 60,0 10 40,0 16 64,0 9 36,0
bayi
Hasil penelitian pada kelompok kontrol pertanyaan yang paling banyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dijawab salah adalah jenis imunisasi dasar (pernyataan nomor 1) sebanyak 25

orang (100,0%), sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah

manfaat dari imunisasi DPT menurut ibu (pernyataan nomor 15) sebanyak 17

orang (68,0%).Pada pengukuran kedua kepada ibu-ibu, maka diperoleh yang

banyak menjawab salah adalah jenis imunisasi dasar (pernyataan nomor 1)

sebanyak 25 orang (100,0%) (pernyataan nomor 1) sebanyak 25 orang (100,0%)

dan paling banyak menjawab benar adalah manfaat dari imunisasi DPT menurut

ibu (pernyataan nomor 15) sebanyak 16 orang (64,0%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah


Metode Ceramah
Pernyataan
Pretest Pretest
No Sikap STS TS R S SS STS TS R S SS
n % n % n % n % n % n % n % n % n % n %
1. Informasi tentang
imunisasi penting bagi 0 0,0 4 16,0 3 12,0 15 60,0 3 12,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 7 28,0 18 72,0
ibu
2. Pendidikan kesehatan
tentang imunisasi
dasar(Hepatitis,BCG,Pol
io,DPT,Campak) perlu
0 0,0 2 8,0 3 12,0 17 68,0 3 12,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 6 24,0 19 76,0
diberikan kepada wanita
dewasa karena nantinya
wanita dewasa
mempunyai anak balita
3. Imunisasi dasar
(Hepatitis,
BCG,Polio,DPT,Campa
k) yang lengkap dapat
menurunkan angka 0 0,0 8 32,0 1 4,0 14 56,0 2 8,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0 16 64,0 8 32,0
morbilitas (angka
kesakitan) dan
mortalitas (angka
kematian) pada balita
4. Bayi harus tetap dibawa
imunisasi
dasar(Hepatitis,BCG,Pol
io,DPT,Campak)
walaupun ada 0 0,0 11 44,0 1 4,0 8 32,0 5 20,0 0 0,0 0 0,0 1 4,0 14 56,0 10 40,0
kemungkinan terjdi
demam dan bengkak
pada tempat
penyuntikan.
5 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi
0 0,0 7 28,0 4 16,0 11 44,0 3 12,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 15 60,0 10 40,0
Hepatitis B-0 (Hb-0)
pada usia 0-7 hari
6 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi
0 0,0 4 16,0 4 6,0 14 56,0 3 12,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0 16 64,0 8 32,0
Hepatitis B-1 (Hb-1)
pada usia 2 bula
7 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi
0 0,0 9 36,0 2 8,0 13 52,0 1 4,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0 13 52,0 11 44,0
Hepatitis B-2 (Hb-2)
pada usia 3 bulan
8 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi
0 0,0 6 24,0 3 12,0 13 52,0 3 12,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0 10 40,0 14 56,0
Hepatitis B-3 (Hb-3)
pada usia 4 bulan
9 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi 0 0,0 7 28,0 3 12,0 13 52,0 2 8,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0 14 56,0 10 40,0
BCG pada usia 1 bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi 0 0,0 8 32,0 4 16,0 12 48,0 1 4,0 0 0,0 3 12,0 0 0,0 12 48,0 10 40,0
DPT-1 pada usia 2 bulan
11 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
3 12,0 11 44,0 3 12,0 8 32,0 0 0,0 7 28,0 16 64,0 1 4,0 1 4,0 0 0,0
imunisasi DPT-2 pada
usia 3 bulan
12 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
1 4,0 11 44,0 4 16,0 9 36,0 0 0,0 7 28,0 16 64,0 0 0,0 2 8,0 0 0,0
imunisasi DPT-3 pada
usia 4 bulan
13. Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
5 20,0 8 32,0 5 20,0 7 28,0 0 0,0 11 44,0 13 52,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0
imunisasi Polio-1 pada
usia 1 bulan
14. Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
1 4,0 13 52,0 2 8,0 9 36,0 0 0,0 6 24,0 16 64,0 0 0,0 3 12,0 0 0,0
imunisasi Polio-2 pada
usia 2 bulan
15 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
5 20,0 11 44,0 2 8,0 7 28,0 0 0,0 9 36,0 15 60,0 1 4,0 0 0,0 0 0,0
imunisasi Polio-3 pada
usia 3 bulan
16 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
3 12,0 11 44,0 3 12,0 8 32,0 0 0,0 7 28,0 16 64,0 0 0,0 2 8,0 0 0,0
imunisasi Polio-4 pada
usia 4 bulan
17 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
1 4,0 13 52,0 5 20,0 6 24,0 0 0,0 9 36,0 14 56,0 0 0,0 2 8,0 0 0,0
imunisasi Campak pada
usia 9 bulan
18 Imunisasi dasar tidak
dapat mencegah
penderitaan yang
disebabkan oleh 2 8,0 13 52,0 1 4,0 9 36,0 0 0,0 7 28,0 17 68,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0
penyakit, dan
kemungkinan cacat atau
kematian
19 Bayi tidak harus
diberikan imunisasi
dasar lengkap (Hepatitis 2 8,0 13 52,0 1 4,0 9 36,0 0 0,0 7 28,0 16 64,0 1 4,0 1 4,0 0 0,0
B, BCG, Polio, DPT,
Campak)
20 Pemberian imunisasi
BCG tidak dapat
menimbulkan kekebalan
3 12,0 15 60,0 5 20,0 2 8,0 0 0,0 5 20,0 19 76,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0
aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC) pada
bayi

Sikap ibu pada pernyataan sikap bahwa yang paling banyak menjawab tidak setuju

tentang Pemberian imunisasi BCG tidak dapat menimbulkan kekebalan aktif

terhadap penyakit tuberkulosis (TBC) pada bayi (pernyataan nomor 20) sebanyak 15

orang (60,0%) dan mayoritas menjawab setuju adalah pernyataan pendidikan kesehatan

tentang imunisasi dasar(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak) perlu diberikan

kepada wanita dewasa karena nantinya wanita dewasa mempunyai anak balita

(pernyataan nomor 2) sebanyak 17 orang (68,0%). Setalah diberikan ceramah sikap ibu

mayoritas menyatakan tidak setuju Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan

imunisasi DPT-3 pada usia 4 bulan (pernyataan nomor 11) sebanyak 16 orang

(64,0%) dan mayoritas menjawab setuju adalah pernyataan Bayi harus dibawa untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mendapatkan imunisasi Hepatitis B-1 (Hb-1) pada usia 2 bula (pernyataan nomor 6)

sebanyak 16 orang (64,0%).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Sebelum dan sesudah Metode


diberikan ceramah disertaim leafleat
Pernyataan
Pretest Pretest
No Sikap STS TS R S SS STS TS R S SS
n % n % n % n % n % n % n % n % n % n %
1. Informasi tentang
imunisasi penting bagi 0 0,0 2 8,0 0 0,0 22 88,0 1 4,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 4,0 24 96,0
ibu
2. Pendidikan kesehatan
tentang imunisasi
dasar(Hepatitis,BCG,Pol
io,DPT,Campak) perlu
diberikan kepada wanita 0 0,0 1 4,0 1 4,0 21 84,0 2 8,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 4,0 24 96,0
dewasa karena nantinya
wanita dewasa
mempunyai anak balita
3. Imunisasi dasar
(Hepatitis,
BCG,Polio,DPT,Campak
) yang lengkap dapat
menurunkan angka 0 0,0 8 32,0 1 4,0 16 64,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 14 56,0 11 44,0
morbilitas (angka
kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) pada
balita
4. Bayi harus tetap dibawa
imunisasi
dasar(Hepatitis,BCG,Pol
io,DPT,Campak)
walaupun ada 0 0,0 6 24,0 2 8,0 16 64,0 1 4,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 13 52,0 12 48,0
kemungkinan terjdi
demam dan bengkak
pada tempat
penyuntikan.
5 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi
Hepatitis B-0 (Hb-0) 0 0,0 8 32,0 1 4,0 16 64,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 14 56,0 11 44,0
pada usia 0-7 hari
6 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi
Hepatitis B-1 (Hb-1) 0 0,0 5 20,0 2 8,0 17 68,0 1 4,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 18 72,0 7 28,0
pada usia 2 bula
7 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi
Hepatitis B-2 (Hb-2) 0 0,0 3 12,0 1 4,0 20 80,0 1 4,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 20 80,0 5 20,0
pada usia 3 bulan
8 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi
Hepatitis B-3 (Hb-3) 0 0,0 8 32,0 0 0,0 17 68,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 13 52,0 12 48,0
pada usia 4 bulan
9 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi 0 0,0 3 12,0 1 4,0 20 80,0 1 4,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 19 76,0 6 24,0
BCG pada usia 1 bulan
10 Bayi harus dibawa untuk
mendapatkan imunisasi 0 0,0 7 28,0 1 4,0 17 68,0 0 0,0 7 28,0 18 72,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
DPT-1 pada usia 2 bulan
11 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
imunisasi DPT-2 pada 0 0,0 14 56,0 0 0,0 11 44,0 0 0,0 10 40,0 15 60,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
usia 3 bulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
imunisasi DPT-3 pada 0 0,0 19 76,0 1 4,0 5 20,0 0 0,0 10 40,0 15 60,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
usia 4 bulan
13. Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan 1 4,0 16 64,0 2 8,0 6 24,0 0 0,0 8 32,0 17 68,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
imunisasi Polio-1 pada
14. Bayi
usia 1tidak
bulanharus dibawa
untuk mendapatkan
imunisasi Polio-2 pada 0 0,0 16 64,0 2 8,0 7 28,0 0 0,0 7 28,0 18 72,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
usia 2 bulan
15 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
imunisasi Polio-3 pada 0 0,0 17 68,0 2 8,0 6 24,0 0 0,0 7 28,0 18 72,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
usia 3 bulan
16 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
imunisasi Polio-4 pada 0 0,0 15 60,0 4 16,0 6 24,0 0 0,0 7 28,0 18 72,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
usia 4 bulan
17 Bayi tidak harus dibawa
untuk mendapatkan
imunisasi Campak pada 0 0,0 14 56,0 2 8,0 8 32,0 0 0,0 7 28,0 18 72,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
usia 9 bulan
18 Imunisasi dasar tidak
dapat mencegah
penderitaan yang
disebabkan oleh 0 0,0 18 72,0 2 8,0 5 20,0 0 0,0 10 40,0 14 56,0 0 0,0 1 4,0 0 0,0
penyakit, dan
kemungkinan cacat atau
kematian
19 Bayi tidak harus
diberikan imunisasi
dasar lengkap (Hepatitis 0 0,0 17 68,0 5 20,0 2 8,0 0 0,0 5 20,0 20 80,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
B, BCG, Polio, DPT,
Campak)
20 Pemberian imunisasi
BCG tidak dapat
menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit 0 0,0 18 72,0 2 8,0 5 20,0 0 0,0 1 4,0 24 96,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
tuberkulosis (TBC) pada
bayi

Sikap ibu pada pernyataan sikap bahwa yang paling banyak menjawab tidak setuju

tentang Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan imunisasi DPT-3 pada usia 4

bulan (pernyataan nomor 12) sebanyak 19 orang (76,0%) dan mayoritas menjawab

setuju adalah pernyataan Pendidikan kesehatan tentang imunisasi dasa

r(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak) perlu diberikan kepada wanita dewasa

karena nantinya wanita dewasa mempunyai anak balita (pernyataan nomor 2)

sebanyak 21 orang (84,0%). Setalah diberikan ceramah disertai leafleat sikap ibu

mayoritas menyatakan tidak setuju Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan

imunisasi DPT-3 pada usia 4 bulan (pernyataan nomor 11) sebanyak 16 orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(64,0%) dan mayoritas menjawab setuju adalah Pendidikan kesehatan tentang

imunisasi dasar(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak) perlu diberikan kepada

wanita dewasa karena nantinya wanita dewasa mempunyai anak balita (pernyataan

nomor 6) sebanyak 24 orang (96,0%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Sebelum dan sesudah Metode


diberikan ceramah disertaim leafleat
Pernyataan
Pretest Pretest
No Sikap STS TS R S SS STS TS R S SS
n % n % n % n % n % n % n % n % n % n %
1. Informasi tentang
imunisasi penting 0 0,0 1 4.0 0 0,0 23 92.0 1 4.0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 23 92.0 2 8.0
bagi ibu
2. Pendidikan
kesehatan tentang
imunisasi
dasar(Hepatitis,B
CG,Polio,DPT,Ca
mpak) perlu 16.
0 0,0 2 8.0 2 8.0 18 72.0 3 12.0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 21 84.0 4
diberikan kepada 0
wanita dewasa
karena nantinya
wanita dewasa
mempunyai anak
balita
3. Imunisasi dasar
(Hepatitis,
BCG,Polio,DPT,C
ampak) yang
lengkap dapat
menurunkan 0 0,0 6 24.0 6 24.0 12 48.0 1 4.0 0 0,0 4 16.0 5 20.0 15 60.0 1 4.0
angka morbilitas
(angka kesakitan)
dan mortalitas
(angka kematian)
pada balita
4. Bayi harus tetap
dibawa imunisasi
dasar(Hepatitis,B
CG,Polio,DPT,Ca
mpak) walaupun
0 0,0 5 20.0 7 28.0 11 44.0 2 8.0 0 0,0 4 16.0 4 16.0 15 60.0 2 8.0
ada kemungkinan
terjdi demam dan
bengkak pada
tempat
penyuntikan.
5 Bayi harus dibawa
untuk
mendapatkan
imunisasi 0 0,0 4 16.0 6 24.0 13 52.0 2 8.0 0 0,0 4 16.0 4 16.0 15 60.0 2 8.0
Hepatitis B-0 (Hb-
0) pada usia 0-7
hari
6 Bayi harus dibawa
untuk
mendapatkan
imunisasi 0 0,0 3 12.0 3 12.0 18 72.0 1 4.0 0 0,0 3 12.0 3 12.0 18 72.0 1 4.0
Hepatitis B-1 (Hb-
1) pada usia 2
bula

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7 Bayi harus dibawa
untuk
mendapatkan
imunisasi 0 0,0 6 24.0 8 32.0 10 40.0 1 4.0 0 0,0 5 20.0 6 24.0 13 52.0 1 4.0
Hepatitis B-2 (Hb-
2) pada usia 3
bulan
8 Bayi harus dibawa
untuk
mendapatkan
imunisasi 0 0,0 7 28.0 5 20.0 13 52.0 0 0,0 0 0,0 6 24.0 5 20.0 13 52.0 1 4.0
Hepatitis B-3 (Hb-
3) pada usia 4
bulan
9 Bayi harus dibawa
untuk
mendapatkan 0 0,0 10 40.0 4 16.0 11 44.0 0 0,0 0 0,0 8 32.0 5 20.0 11 44.0 1 4.0
imunisasi BCG
pada usia 1 bulan
10 Bayi harus dibawa
untuk
mendapatkan 0 0,0 8 32.0 5 20.0 12 48.0 0 0,0 0 0,0 9 36.0 2 8.0 13 52.0 1 4.0
imunisasi DPT-1
pada usia 2 bulan
11 Bayi tidak harus
dibawa untuk
mendapatkan 0 0,0 14 56.0 5 20.0 5 20.0 0 0,0 1 4.0 14 56.0 3 12.0 7 28.0 0 0,0
imunisasi DPT-2
pada usia 3 bulan
12 Bayi tidak harus
dibawa untuk
mendapatkan 1 4.0 12 48.0 9 36.0 3 12.0 0 0,0 1 4.0 13 52.0 6 24.0 5 20.0 0 0,0
imunisasi DPT-3
pada usia 4 bulan
13. Bayi tidak harus
dibawa untuk 1 4.0 8 32.0 7 28.0 9 36.0 0 0,0 1 4.0 9 36.0 7 28.0 8 32.0 0 0,0
mendapatkan
14. Bayi tidakPolio-1
imunisasi harus
dibawa untuk
pada usia 1 bulan
mendapatkan 0 0,0 9 36.0 8 32.0 8 32.0 0 0,0 0 0,0 9 36.0 6 24.0 10 40.0 0 0,0
imunisasi Polio-2
pada usia 2 bulan
15 Bayi tidak harus
dibawa untuk
mendapatkan 1 4.0 9 36.0 6 24.0 9 36.0 0 0,0 1 4.0 10 40.0 6 24.0 8 32.0 0 0,0
imunisasi Polio-3
pada usia 3 bulan
16 Bayi tidak harus
dibawa untuk
mendapatkan 0 0,0 12 48.0 7 28.0 6 24.0 0 0,0 0 0,0 13 52.0 5 20.0 7 28.0 0 0,0
imunisasi Polio-4
pada usia 4 bulan
17 Bayi tidak harus
dibawa untuk
mendapatkan 1 4.0 15 60.0 4 16.0 5 20.0 0 0,0 1 4.0 16 64.0 3 12.0 5 20.0 0 0,0
imunisasi Campak
pada usia 9 bulan
18 Imunisasi dasar
tidak dapat
mencegah
penderitaan yang
disebabkan oleh 0 0,0 15 60.0 5 20.0 5 20.0 0 0,0 0 0,0 15 60.0 7 28.0 3 12.0 0 0,0
penyakit, dan
kemungkinan
cacat atau
kematian
19 Bayi tidak harus
diberikan 2 8.0 11 44.0 8 32.0 4 16.0 0 0,0 2 8.0 12 48.0 8 32.0 3 12.0 0 0,0
imunisasi dasar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lengkap (Hepatitis
B, BCG, Polio,
DPT, Campak)
20 Pemberian
imunisasi BCG
tidak dapat
menimbulkan
0 0,0 15 60.0 5 20.0 5 20.0 0 0,0 0 0,0 13 52.0 7 28.0 5 20.0 0 0,0
kekebalan aktif
terhadap penyakit
tuberkulosis
(TBC) pada bayi
Sikap ibu pada pernyataan sikap bahwa yang paling banyak menjawab tidak setuju

tentang Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan imunisasi DPT-3 pada usia 4

bulan (pernyataan nomor 12) sebanyak 19 orang (76,0%) dan mayoritas menjawab

setuju adalah pernyataan Pendidikan kesehatan tentang imunisasi

dasar(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak) perlu diberikan kepada wanita dewasa

karena nantinya wanita dewasa mempunyai anak balita (pernyataan nomor 2)

sebanyak 21 orang (84,0%). Setalah diberikan ceramah disertai leafleat sikap ibu

mayoritas menyatakan tidak setuju Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan

imunisasi DPT-3 pada usia 4 bulan (pernyataan nomor 11) sebanyak 16 orang

(64,0%) dan mayoritas menjawab setuju adalah Pendidikan kesehatan tentang

imunisasi dasar(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak) perlu diberikan kepada

wanita dewasa karena nantinya wanita dewasa mempunyai anak balita (pernyataan

nomor 6) sebanyak 24 orang (96,0%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7. Mater Data
Tabulasi skor kelompok A (Eksperimen I)
Pengetahuan Sikap
No Responden
Pretest Postest Pretest Postest
1 Responden 1 9 10 55 62
2 Responden 2 7 11 50 70
3 Responden 3 10 17 87 86
4 Responden 4 5 7 60 82
5 Responden 5 6 10 45 79
6 Responden 6 11 12 62 72
7 Responden 7 12 17 79 91
8 Responden 8 11 1 67 89
9 Responden 9 10 9 55 78
10 Responden 10 18 19 88 90
11 Responden 11 15 15 83 88
12 Responden 12 12 10 70 73
13 Responden 13 11 15 69 84
14 Responden 14 10 15 87 89
15 Responden 15 9 15 75 92
16 Responden 16 8 10 65 76
17 Responden 17 7 17 91 89
18 Responden 18 10 10 62 68
19 Responden 19 11 16 77 75
20 Responden 20 2 4 42 48
21 Responden 21 4 7 88 78
22 Responden 22 5 10 63 67
23 Responden 23 6 8 47 67
24 Responden 24 9 9 77 90
25 Responden 25 10 10 69 76

Tabulasi skor kelompok B (Eksperimen 2)


Pengetahuan Sikap
No Responden
Pretest Postest Pretest Postest
1 Responden 1 10 10 62 77
2 Responden 2 8 12 68 75
3 Responden 3 12 14 78 89
4 Responden 4 4 8 58 73
5 Responden 5 7 12 67 75
6 Responden 6 9 11 79 83
7 Responden 7 10 15 49 45
8 Responden 8 8 17 80 90
9 Responden 9 10 12 67 72
10 Responden 10 13 15 72 88
11 Responden 11 10 12 71 75
12 Responden 12 7 8 80 92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13 Responden 13 4 10 71 70
14 Responden 14 3 12 80 80
15 Responden 15 6 10 73 89
16 Responden 16 17 18 68 75
17 Responden 17 6 15 70 82
18 Responden 18 8 14 72 78
19 Responden 19 8 16 80 76
20 Responden 20 12 15 65 87
21 Responden 21 7 17 80 65
22 Responden 22 9 11 56 88
23 Responden 23 12 17. 45 87
24 Responden 24 10 18 88 92
25 Responden 25 12 16 75 85

Tabulasi skor kelompok C (Kontrol)


Pengetahuan Sikap
No Responden
Pretest Postest Pretest Postest
1 Responden 1 2 7 62 70
2 Responden 2 7 7 60 65
3 Responden 3 5 6 56 62
4 Responden 4 8 8 55 60
5 Responden 5 5 12 58. 50
6 Responden 6 12 10 90 92
7 Responden 7 14 15 76 76
8 Responden 8 10 9 50 57
9 Responden 9 11 10 87 82
10 Responden 10 10 5 65 67
11 Responden 11 5 6 70 75
12 Responden 12 7 10 65 68
13 Responden 13 3 4 56 62
14 Responden 14 8 5 65 65
15 Responden 15 9 10 77 79
16 Responden 16 10 9 55 65
17 Responden 17 12 14 75 65
18 Responden 18 13 13 80 90
19 Responden 19 10 11 86 80
20 Responden 20 14 16 66 65
21 Responden 21 8 10 55 55
22 Responden 22 7 8 70 70
23 Responden 23 7 9 54 60
24 Responden 24 8 6 54 60
25 Responden 25 10 12 45 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8. Uji Deskiptif
UNIVARIAT
KARAKTERISTIK

Ceramah

umurkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-24 tahun 13 52.0 52.0 52.0
25-32 tahun 12 48.0 48.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 1 4.0 4.0 4.0
SMA 18 72.0 72.0 76.0
Perguruan tinggi 6 24.0 24.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

penhasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 1juta 17 68.0 68.0 68.0
> 1 juta 8 32.0 32.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Kelompok Ceramah disertai Leaflet

umurkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-24 tahun 16 64.0 64.0 64.0
25-32 tahun 9 36.0 36.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 2 8.0 8.0 8.0
SMA 19 76.0 76.0 84.0
Perguruan tinggi 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penhasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 1juta 15 60.0 60.0 60.0
> 1 juta 10 40.0 40.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Kelompok Kontrol

umurkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-24 tahun 17 68.0 68.0 68.0
25-32 tahun 8 32.0 32.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 1 4.0 4.0 4.0
SMA 20 80.0 80.0 84.0
Perguruan tinggi 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

penhasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 1juta 17 68.0 68.0 68.0
> 1 juta 8 32.0 32.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGETAHUAN PRE DAN POST (KATAGORI)
Kelompok Ceramah

Frequency Table
PPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 21 84.0 84.0 84.0
cukup 3 12.0 12.0 96.0
tinggi 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

PPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 14 56.0 56.0 56.0
cukup 6 24.0 24.0 80.0
tinggi 5 20.0 20.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Kelompok Ceramah disertai leaflet

PPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 19 76.0 76.0 76.0
cukup 5 20.0 20.0 96.0
tinggi 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

PPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 7 28.0 28.0 28.0
cukup 11 44.0 44.0 72.0
tinggi 7 28.0 28.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kelompok Kontrol
PPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 20 80.0 80.0 80.0
cukup 5 20.0 20.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

PPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 19 76.0 76.0 76.0
cukup 5 20.0 20.0 96.0
tinggi 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

SIKAP PRE DAN POST (KATAGORI)

Kelompok Ceramah

SPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 10 40.0 40.0 40.0
cukup 9 36.0 36.0 76.0
tinggi 6 24.0 24.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

SPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 2 8.0 8.0 8.0
cukup 12 48.0 48.0 56.0
tinggi 11 44.0 44.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kelompok Ceramah disertai leaflet

SPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 5 20.0 20.0 20.0
cukup 19 76.0 76.0 96.0
tinggi 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

SPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 1 4.0 4.0 4.0
cukup 12 48.0 48.0 52.0
tinggi 12 48.0 48.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

Kelompok Kontrol

SPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 12 48.0 48.0 48.0
cukup 10 40.0 40.0 88.0
tinggi 3 12.0 12.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

SPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 9 36.0 36.0 36.0
cukup 13 52.0 52.0 88.0
tinggi 3 12.0 12.0 100.0
Total 25 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Explore
Descriptives
Statistic Std. Error
Pengetahuan Pre Mean 9.1200 .69359
Cermah 95% Confidence Interval for Lower Bound 7.6885
Mean Upper Bound 10.5515
5% Trimmed Mean 9.0333
Median 10.0000
Variance 12.027
Std. Deviation 3.46795
Minimum 2.00
Maximum 18.00
Range 16.00
Interquartile Range 4.50
Skewness .288 .464
Kurtosis .903 .902
Residu Pengetahuan Mean 2.6800 .55893
Ceramah 95% Confidence Interval for Lower Bound 1.5264
Mean Upper Bound 3.8336
5% Trimmed Mean 2.5556
Median 2.0000
Variance 7.810
Std. Deviation 2.79464
Minimum -2.00
Maximum 10.00
Range 12.00
Interquartile Range 4.50
Skewness .657 .464
Kurtosis .418 .902
Pengetaguan Post Mean 11.8000 .76594
Ceramah 95% Confidence Interval for Lower Bound 10.2192
Mean Upper Bound 13.3808
5% Trimmed Mean 11.8222
Median 10.0000
Variance 14.667
Std. Deviation 3.82971
Minimum 4.00
Maximum
19.00

Range 15.00
Interquartile Range 5.50
Skewness .133 .464
Kurtosis -.733 .902
Sikap Pre Ceramah Mean 68.5200 2.91154
95% Confidence Interval for Lower Bound 62.5109

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Mean Upper Bound 74.5291
5% Trimmed Mean 68.7444
Median 69.0000
Variance 211.927
Std. Deviation 14.55770
Minimum 42.00
Maximum 91.00
Range 49.00
Interquartile Range 23.50
Skewness -.145 .464
Kurtosis -.967 .902
Sikap Post Ceramah Mean 78.3600 2.18699
95% Confidence Interval for Lower Bound 73.8463
Mean Upper Bound 82.8737
5% Trimmed Mean 79.1444
Median 78.0000
Variance 119.573
Std. Deviation 10.93496
Minimum 48.00
Maximum 92.00
Range 44.00
Interquartile Range 18.00
Skewness -.851 .464
Kurtosis .786 .902
Residu Sikap Mean 9.8400 2.00722
Ceramah 95% Confidence Interval for Lower Bound 5.6973
Mean Upper Bound 13.9827
5% Trimmed Mean 9.6333
Median 7.0000
Variance 100.723
Std. Deviation 10.03610
Minimum -10.00
Maximum 34.00
Range 44.00
Interquartile Range 16.00
Skewness .379 .464
Kurtosis .063 .902
Pengetahuan Pre Mean 8.8800 .63330
Cermah dan Leaflet 95% Confidence Interval for Lower Bound 7.5729
Mean Upper Bound 10.1871
5% Trimmed Mean 8.7889
Median 9.0000
Variance 10.027
Std. Deviation 3.16649
Minimum 3.00
Maximum 17.00
Range 14.00
Interquartile Range 4.00
Skewness .325 .464
Kurtosis .594 .902

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengetahuan Post Mean 13.4000 .60553
Cermah dan Leaflet 95% Confidence Interval for Lower Bound 12.1502
Mean Upper Bound 14.6498
5% Trimmed Mean 13.4444
Median 14.0000
Variance 9.167
Std. Deviation 3.02765
Minimum 8.00
Maximum 18.00
Range 10.00
Interquartile Range 5.00
Skewness -.143 .464
Kurtosis -1.055 .902
Residu Pengetahuan Mean 4.5200 .58629
Ceramah dan Leaflet 95% Confidence Interval for Lower Bound 3.3100
Mean Upper Bound 5.7300
5% Trimmed Mean 4.4667
Median 4.0000
Variance 8.593
Std. Deviation 2.93144
Minimum .00
Maximum 10.00
Range 10.00
Interquartile Range 5.00
Skewness .442 .464
Kurtosis -.961 .902
Sikap Pre Ceramah Mean 70.1600 2.05482
dan Leaflet 95% Confidence Interval for Lower Bound 65.9191
Mean Upper Bound 74.4009
5% Trimmed Mean 70.6111
Median 71.0000
Variance 105.557
Std. Deviation 10.27408
Minimum 45.00
Maximum 88.00
Range 43.00
Interquartile Range 13.50
Skewness -.795 .464
Kurtosis .559 .902
Sikap Post Ceramah Mean 79.5200 2.08176
dan Leaflet 95% Confidence Interval for Lower Bound 75.2235
Mean Upper Bound 83.8165
5% Trimmed Mean 80.5222
Median 80.0000
Variance 108.343
Std. Deviation 10.40881
Minimum 45.00
Maximum 92.00
Range 47.00
Interquartile Range 13.00
Skewness -1.493 .464

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kurtosis 3.762 .902
Residu Sikap Mean 9.3600 2.30281
Ceramah dan Leaflet 95% Confidence Interval for Lower Bound 4.6072
Mean Upper Bound 14.1128
5% Trimmed Mean 8.8889
Median 8.0000
Variance 132.573
Std. Deviation 11.51405
Minimum -15.00
Maximum 42.00
Range 57.00
Interquartile Range 11.00
Skewness .819 .464
Kurtosis 2.272 .902
Pengetahuan Pre Mean 8.6000 .63509
Kontrol 95% Confidence Interval for Lower Bound 7.2892
Mean Upper Bound 9.9108
5% Trimmed Mean 8.6556
Median 8.0000
Variance 10.083
Std. Deviation 3.17543
Minimum 2.00
Maximum 14.00
Range 12.00
Interquartile Range 3.50
Skewness -.161 .464
Kurtosis -.358 .902
Pengetahuan Post Mean 9.2800 .63906
Kontrol 95% Confidence Interval for Lower Bound 7.9610
Mean Upper Bound 10.5990
5% Trimmed Mean 9.2000
Median 9.0000
Variance 10.210
Std. Deviation 3.19531
Minimum 4.00
Maximum 16.00
Range 12.00
Interquartile Range 5.00
Skewness .356 .464
Kurtosis -.451 .902
Residu Pengetahuan Mean .6800 .48894
Kontrol 95% Confidence Interval for Lower Bound -.3291
Mean Upper Bound 1.6891
5% Trimmed Mean .6444
Median 1.0000
Variance 5.977
Std. Deviation 2.44472
Minimum -5.00
Maximum 7.00
Range 12.00
Interquartile Range 3.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Skewness .219 .464
Kurtosis 1.590 .902
Sikap Pre Kontrol Mean 65.2800 2.44984
95% Confidence Interval for Lower Bound 60.2238
Mean Upper Bound 70.3362
5% Trimmed Mean 65.0111
Median 65.0000
Variance 150.043
Std. Deviation 12.24922
Minimum 45.00
Maximum 90.00
Range 45.00
Interquartile Range 20.50
Skewness .522 .464
Kurtosis -.616 .902
Sikap Post Kontrol Mean 67.6000 2.19317
95% Confidence Interval for Lower Bound 63.0735
Mean Upper Bound 72.1265
5% Trimmed Mean 67.2444
Median 65.0000
Variance 120.250
Std. Deviation 10.96586
Minimum 50.00
Maximum 92.00
Range 42.00
Interquartile Range 15.50
Skewness .595 .464
Kurtosis .063 .902
Residu Kontrol Mean 2.3200 1.05628
95% Confidence Interval for Lower Bound .1399
Mean Upper Bound 4.5001
5% Trimmed Mean 2.5556
Median 3.0000
Variance 27.893
Std. Deviation 5.28141
Minimum -10.00
Maximum 10.00
Range 20.00
Interquartile Range 6.00
Skewness -.786 .464
Kurtosis .142 .902

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pengetahuan Pre Cermah .134 25 .200* .964 25 .494
Residu Pengetahuan
.156 25 .118 .954 25 .312
Ceramah
Pengetaguan Post Ceramah .201 25 .011 .943 25 .175

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap Pre Ceramah .098 25 .200* .958 25 .370
Sikap Post Ceramah .131 25 .200* .922 25 .056
Residu Sikap Ceramah .131 25 .200* .976 25 .790
Pengetahuan Pre Cermah
.122 25 .200* .968 25 .598
dan Leaflet
Pengetahuan Post Cermah
.158 25 .108 .944 25 .183
dan Leaflet
Residu Pengetahuan
.165 25 .077 .925 25 .066
Ceramah dan Leaflet
Sikap Pre Ceramah dan
.139 25 .200* .938 25 .134
Leaflet
Sikap Post Ceramah dan
.132 25 .200* .872 25 .005
Leaflet
Residu Sikap Ceramah dan
.162 25 .089 .936 25 .121
Leaflet
*
Pengetahuan Pre Kontrol .110 25 .200 .971 25 .665
Pengetahuan Post Kontrol .131 25 .200* .968 25 .598
Residu Pengetahuan Kontrol .175 25 .048 .949 25 .244
Sikap Pre Kontrol .136 25 .200* .944 25 .186
Sikap Post Kontrol .154 25 .131 .953 25 .287
Residu Kontrol .174 25 .049 .930 25 .088
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan sesudah perlakukan

T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pengetahuan Pre Cermah 9.1200 25 3.46795 .69359
Pengetaguan Post Ceramah 11.8000 25 3.82971 .76594
Pair 2 Pengetahuan Pre Cermah
8.8800 25 3.16649 .63330
dan Leaflet
Pengetahuan Post Cermah
13.4000 25 3.02765 .60553
dan Leaflet
Pair 3 Pengetahuan Pre Kontrol 8.6000 25 3.17543 .63509
Pengetahuan Post Kontrol 9.2800 25 3.19531 .63906

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pengetahuan Pre Cermah &
25 .711 .000
Pengetaguan Post Ceramah
Pair 2 Pengetahuan Pre Cermah
dan Leaflet & Pengetahuan 25 .553 .004
Post Cermah dan Leaflet
Pair 3 Pengetahuan Pre Kontrol &
25 .705 .000
Pengetahuan Post Kontrol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference
Deviatio Error Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pai Pengetahuan
-
r 1 Pre Cermah - -
2.680 2.79464 .55893 -3.83357 -1.52643 24 .000
Pengetaguan 4.795
00
Post Ceramah
Pai Pengetahuan
r 2 Pre Cermah dan
-
Leaflet - -
4.520 2.93144 .58629 -5.73004 -3.30996 24 .000
Pengetahuan 7.710
00
Post Cermah
dan Leaflet
Pai Pengetahuan
-
r 3 Pre Kontrol - -
.6800 2.44472 .48894 -1.68913 .32913 24 .177
Pengetahuan 1.391
0
Post Kontrol

Perbedaan Sikap Sebelum dan sesudah perlakukan


T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sikap Pre Ceramah 68.5200 25 14.55770 2.91154
Sikap Post Ceramah 78.3600 25 10.93496 2.18699
Pair 2 Sikap Pre Kontrol 65.2800 25 12.24922 2.44984
Sikap Post Kontrol 67.6000 25 10.96586 2.19317

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Sikap Pre Ceramah & Sikap
25 .725 .000
Post Ceramah
Pair 2 Sikap Pre Kontrol & Sikap
25 .902 .000
Post Kontrol

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference Sig.
Me Deviat Error (2-
an ion Mean Lower Upper t df tailed)
Pa Sikap Pre
- - - -
ir Ceramah - 10.036 2.0072
9.84 13.982 5.6973 4.90 24 .000
1 Sikap Post 10 2
000 70 0 2
Ceramah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pa Sikap Pre
- - -
ir Kontrol - 5.2814 1.0562 -
2.32 4.5000 2.19 24 .038
2 Sikap Post 1 8 .13994
000 6 6
Kontrol

Wilcoxon

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sikap Pre Ceramah dan
70.1600 25 10.27408 2.05482
Leaflet
Sikap Post Ceramah dan
79.5200 25 10.40881 2.08176
Leaflet

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Sikap Post Ceramah dan Negative Ranks 4a 6.75 27.00
Leaflet - Sikap Pre Ceramah Positive Ranks 20 b
13.65 273.00
dan Leaflet Ties 1c
Total 25
a. Sikap Post Ceramah dan Leaflet < Sikap Pre Ceramah dan Leaflet
b. Sikap Post Ceramah dan Leaflet > Sikap Pre Ceramah dan Leaflet
c. Sikap Post Ceramah dan Leaflet = Sikap Pre Ceramah dan Leaflet

Test Statisticsa
Sikap Post
Ceramah dan
Leaflet - Sikap
Pre Ceramah
dan Leaflet
Z -3.519b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

ANNOVA

Oneway

ANOVA
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
Rpengetahuan Between Groups 184.427 2 92.213 12.361 .000
Within Groups 537.120 72 7.460
Total 721.547 74
RSIKAP Between Groups 886.187 2 443.093 5.089 .009
Within Groups 6268.560 72 87.063
Total 7154.747 74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
95% Confidence
Mean Interval
(I) (J) Difference Std. Lower Upper
Dependent Variable KEL KEL (I-J) Error Sig. Bound Bound
RPENGETAH Bonferroni 1.00 2.00 -1.84000 .77253 .060 -3.7336 .0536
UAN 3.00 2.00000* .77253 .035 .1064 3.8936
2.00 1.00 1.84000 .77253 .060 -.0536 3.7336
3.00 3.84000* .77253 .000 1.9464 5.7336
3.00 1.00 -2.00000* .77253 .035 -3.8936 -.1064
2.00 -3.84000* .77253 .000 -5.7336 -1.9464
Games- 1.00 2.00 -1.84000 .81002 .070 -3.7992 .1192
Howell 3.00 2.00000* .74261 .026 .2030 3.7970
2.00 1.00 1.84000 .81002 .070 -.1192 3.7992
3.00 3.84000* .76341 .000 1.9918 5.6882
3.00 1.00 -2.00000* .74261 .026 -3.7970 -.2030
2.00 -3.84000* .76341 .000 -5.6882 -1.9918
RSIKAP Bonferroni 1.00 2.00 .48000 2.63914 1.000 -5.9891 6.9491
3.00 7.52000* 2.63914 .017 1.0509 13.9891
2.00 1.00 -.48000 2.63914 1.000 -6.9491 5.9891
3.00 *
7.04000 2.63914 .028 .5709 13.5091
3.00 1.00 *
-7.52000 2.63914 .017 -13.9891 -1.0509
2.00 *
-7.04000 2.63914 .028 -13.5091 -.5709
Games- 1.00 2.00 .48000 3.05481 .986 -6.9124 7.8724
Howell 3.00 7.52000* 2.26819 .006 1.9781 13.0619
2.00 1.00 -.48000 3.05481 .986 -7.8724 6.9124
3.00 *
7.04000 2.53351 .023 .8291 13.2509
3.00 1.00 *
-7.52000 2.26819 .006 -13.0619 -1.9781
2.00 *
-7.04000 2.53351 .023 -13.2509 -.8291
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai