TESIS
Oleh
EKA PURNAMASARI
NIM. 137032044
THESIS
By
EKA PURNAMASARI
NIM. 137032044
TESIS
Oleh
EKA PURNAMASARI
NIM. 137032044
Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Pengaruh
isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
Eka Purnamasari
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu,
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. Selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu
Utara.
4. Destanul Aulia S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi
Sumatera Utara.
6. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. dan dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes.,
8. Para dosen dan staf di Lingkup Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
9. Kedua orang tua (Syahrul Efendi dan Siti Hajar) serta keluarga besar yang
telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis
menjalani pendidikan.
10. Teristimewa untuk seluruh keluarga terima kasih atas perhatian, kasih sayang
dan motivasi yang telah diberikan selama ini sehingga penulis termotivasi
Akhir kata, semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya bagi kita
semua dan penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini
dengan harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
Eka Purnamasari
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii
Abstrak i
Abstract ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 10
Tujuan Penelitian 10
Manfaat Penelitian 10
Tinjauan Pustaka 11
Penyuluhan Kesehatan 11
Definisi penyuluhan kesehatan 11
Metode penyuluhan kesehatan 12
Metode ceramah 13
Metode Penyuluhan Kesehatan 12
Metode ceramah 14
Media penyuluhan kesehatan 17
Media leaflet 18
Prilaku 19
Pengertian perilaku 20
Perilaku kesehatan 20
Bentuk perilaku 21
Aspek-aspek perilaku 21
Proses terjadinya perubahan perilaku 22
Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang 23
Domain perilaku 23
Pengetahuan 24
Sikap 26
Metode Ceramah dan Leaflet dalam Perubahan Perilaku 29
Imunisasi 32
Pengertian imunisasi 32
Metode Penelitian 46
Jenis Penelitian 46
Lokasi dan Waktu Penelitian 47
Populasi dan Sampel Penelitian 47
Populasi 47
Sampel 48
Variabel dan Definisi Operasional 48
Variabel penelitian 48
Definisi operasional 48
Metode Pengumpulan Data 49
Pelaksanaan pengumpulan data 49
Uji validitas dan reliabilitas 50
Metode Pengukuran 51
Pengetahuan 51
Metode Analisis Data 52
Pengolahan data 52
Analisis data 52
Hasil Penelitian 53
Deskripsi Lokasi Penelitian 53
Hasil Analisis Data 55
Gambaran umum responden 55
Gambaran pengetahuan ibu hamil tetntang imunisasi dasar
prepost pada kelompok ceramah disertai leaflet kelompok
kontrol 57
Uji Normalitas 59
Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan
sesudah penyuluhan pada setiap kelompok 63
Perbedaan pengaruh pelaksanaan penyuluhan imuniasi dasar
pada pengetahuan dan sikap ibu hamil disetiap kelompok
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015 64
Daftar Pustaka 89
Lampiran 92
No Judul Halaman
1 Jadwal Imunisasi 41
4 Desain Penelitian 46
No Judul Halaman
1 Domain perilaku 24
4 Kerangka operasional 44
5 Alur penelitian 50
7 Gambaran sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar pre dan post
pada kelompok ceramah, kelompok ceramah disertai leaflet dan
kelompok kontrol 58
1 Materi Penyuluhan I 92
2 Materi Penyuluhan II 98
5 Kuesioner 107
pertama dari tiga (3) bersaudara, anak dari pasangan Sayhrul Efendi dan Ibu Siti
Sitorus, lulus Tahun 2003, SMP Swasta Yapendak P.T.P.N.IV Kebun Ajamu,
Lulus Tahun 2005, SMK Negeri 1 Rantau Utara lulus Tahun 2008, Program D-III
lulus Tahun 2011 dan D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara, lulus
Tahun 2012.
sebagai sebagai dosen tetap Tahun 2012-2014. Lalu menjadi anggota DPRD
Latar Belakang
dan anak dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat
dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
dalam MDGs. Salah satu program tersebut adalah menurunkan angka kematian
balita sebesar dua-pertiganya antara 1990 sampai 2015. Untuk memenuhi program
ini maka di bentuk dua indikator yaitu angka kematian balita dan cakupan
imunisasi campak pada usia satu tahun. Angka kematian balita pada tahun 1990
jumlahnya 97 per 1000 kelahiran hidup. Cakupan imunisasi campak pada anak
usia satu tahun terus meningkat setiap tahunnya dalam rangka mencapai target
Untuk terus menekan angka kematian bayi dan balita, program imunisasi ini terus
hambatan, yaitu penolakan dari orang tua. Penolakan orang tua dalam pemberian
tentang imunisasi, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran yang kurang
imunisasi dasar anak meningkat dari lima persen hingga mendekati 80 persen di
seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus
neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat
482/MENKES/SK/IV, 2010).
jumpai orang tua yang ragu atau bahkan menolak imunisasi dengan berbagai
pemerintah. Alasan lain adalah berhubungan dengan keamanan dan efikasi vaksin
atau pandangan bahwa penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi tidak
2010, data dari beberapa hasil survey menunjukkan bahwa akses masyarakat ke
program imunisasi yang diukur dengan cakupan BCG dan DPT satu sudah cukup
baik, tetapi yang menjadi persoalan umumnya adalah tingginya angka drop out.
dari DPT1 ke DPT3 (Data Hasil Survey 2007). Angka ini menggambarkan
terdapat sekitar satu juta bayi Indonesia yang tidak mendapat imunisasi lengkap
setiap tahunnya.
Data cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Indonesia sebesar 59,2
persen dengan provinsi tertinggi Bali (80,8%) dan terendah Papua (29,2)
persen dengan kisaran 13,05 persen - 100 persen. Provinsi di Yogyakarta, DKI
Jakarta, dan Jambi mencapai 100 persen. Sedangkan provinsi terendah yaitu
Papua (13,05%), Papua Barat (41,21%), dan Sulawesi Tenggara (56,50%) (Ditjen
September 2014 sebesar 48,4 persen dengan Provinsi Tertinggi Bali (62,0%) dan
urutan ke tujuh terendah yaitu 36,5 persen (Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014).
Pencapaian desa dengan UCI di Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 yaitu
68,98 persen mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yaitu 74,19 persen;
sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yaitu 65,87 persen, dan
dibandingkan tahun 2012 yaitu 15 (lima belas) Kab/Kota yaitu Tapanuli Selatan,
Selatan, Nias Utara, Kota Tebing Tinggi dan Kota Medan. Dengan demikian
pada tahun 2012 namun pada tahun 2013 mengalami penurunan, yaitu Kabupaten
dan Kota Tebing Tinggi; bahkan terdapat dua kabupaten yaitu Nias Barat dan
Nias Selatan dimana tidak satu pun desa/kelurahannya mencapai UCI. Kondisi
KLB PD3I sekaligus menjadi pekerjaan rumah yang berat di tahun mendatang
dasar lengkap pada bayi per September 2014 tertinggi yaitu Kep. Bangka Belitung
(60,0%) dan terendah Sumatera Utara (36,5%). Begitu juga dengan Provinsi
dengan cakupan campak pada bayi tertinggi regional Sumatera yaitu Kep. Bangka
Belitung (59,8%) dan terendah Sumatera Utara (41,9%). Dan cakupan imunisasi
campak pada bayi Provinsi Sumatera Utara per September 2014 sebesar 41,9
persen dengan kabupaten/kota tertinggi yaitu Pakpak Bharat (78,4%) dan terendah
nias utara (9,4%) sedangkan Kabupaten Labuhanbatu masih merupakan urutan ke-
cakupan sebesar 9.124 orang bayi, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi
Labuhanbatu, 2014).
dengan jumlah 732 bayi, dimana imunisasi BCG sebesar (875,2%), imunisasi
(Notoatmodjo, 2010).
Media merupakan segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang seseorang untuk belajar. Saat ini cukup banyak memilih media
membahas suatu masalah. Sifat leaflet yang dapat disajikan dengan gambar dan
tulisan singkat dapat diharapakan dapat lebih merangsang perhatian ibu balita
dasar, karena leaflet mengkombinasikan fakta dengan gagasan yang jelas sehingga
2010).
maksimal, apabila metode dan media promosi kesehatan mendapat perhatian yang
metode dan media promosi kesehatan akan sangat membantu dalam proses
yang digunakan untuk menerima sesuatu pesan yang disampaikan maka semakin
jelas.
poster seri, pricat, tranparan, slide, film, brosur, lembar balik, stiker dan
seterusnya. Selain dukungan alat peraga di atas dapat juga dilakukan bentuk
2012).
dari seorang staf di Puskesmas Teluk Sentosa sebelumnya sudah pernah dilakukan
jawab. Salah satu kelemahan ceramah adalah pesan yang terinci mudah dilupakan
setelah beberapa lama. Alat bantu lihat (visual aid) yang sering digunakan untuk
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Supardi, dkk (2002), di Kabupaten
Cianjur Provinsi Jawa Barat tentang pengaruh metode ceramah dan media leaflet
responden yang mendapat penyuluhan obat dengan metode ceramah dan media
leaflet lebih tinggi secara bermakna dari pada peningkatan tindakan responden
Brebes Jawa Tengah terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi
dasar terhadap kepatuhan pemberian imunisasi pada bayi dengan nilai koefisien
pada bayi.
Media atau alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
petugas dalam menyampaikan bahan materi atau pesan kesehatan. Alat bantu ini
lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan
2012).
menunjukkan bahwa dari 42 ibu yang memiliki bayi usia 0-11 bulan, 29 ibu yang
membawa bayinya untuk melakukan imunisasi dasar secara rutin, lima orang ibu
yang menyatakan imunisasi kadang dilakukan jika ada waktu dan anak tidak
sakit, dan delapan ibu menyatakan tidak pernah memberikan imunisasi pada
Perumusan Masalah
ada ibu yang tidak mau membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi dasar
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
anak melalui penyuluhan imunisasi kepada ibu hamil agar dapat meningkatkan
(2) Sebagai masukan bagi petugas kesehatan di Puskesmas Teluk Sentosa dalam
Penyuluhan Kesehatan
kesadaran akan nilai keseharan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya
sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya
(Zulkarimein, 1989).
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi
(Depkes, 2008)
berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Metode ini dibedakan menjadi
dua yaitu :
(1) Metode didaktik, pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang
mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun dan bersifat satu arah (one way
(2) Metode sokratik, metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara
pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan
film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar) dan media eletronik
(televisi, radio).
(1) Pendekatan perorangan, dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan
FGD;
(1) Metode melihat/memperhatikan, dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui
(2) Metode pendengara, dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
Metode Ceramah
dkatakan metode tradisional. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
menggunakan metode ceramah dan leaflet yaitu antara pretest dan postesnya dapat
dilakukan dalam waktu dua minggu, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dengan metode ceramah disertai media leaflet terhadap pengetahuan ibu hamil
Lhokseumawe.
(1) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah, merah maksudnya
rumit;
(2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, asrtinya materi
(1) Tujuan yang hendak dicapai, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang
(2) Bahan yang akan diajarkan, yaitu memberikan materi yang berkaitan dengan
(3) Alat, fasilitas serta waktu yang harus disesuaikan dengan siswa;
(6) Pemilihan metode lain sebagai metode diskusi, tanyajawab dan lain-lain;
semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektonika, dan
pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau
(1) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
(2) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam
wujud visual;
(3) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini
(1) Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film
soundslide;
(2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga, yaitu (1) media cetak, (2) media
Termasuk media cetak diantaranya seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart,
compact disc, slide, film strip, serta media papan (bill board), yang mencakup
pesan-pesan yang dipasang di tempat umumatau ditulis pada lembaran seng yang
informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi dan
menurut Maulana (2009) leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-
pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasinya dapat berupa
merupakan selebaran kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah
khusus untuk suatu sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran Leaflet ukuran leaflet
biasanya 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 - 400 kata, isi harus bisa di tangkap
mencakup orang banyak, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa
(3) Tentukan isi singkat hal-hal yang mau di tulis dalam leaflet;
(6) Termasuk di dalamnya bagaimana bentuk tulisan, gambar dan tata letaknya;
(8) Konsep di tes terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hampir sama
(9) Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi.
Perilaku
manusia, bak yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Perilaku manusia antara satu dengan yang lain tidak sama baik dalam
hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian (Novita dan Franciska,
2012).
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan
baik disadari maupun tidak. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan
suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia
pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri (Wawan dan
Dewi, 2014).
disimpulkan bahwa perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan reaksi yang
dapat langsung terlihat (overt behavior) atau yang tak tampak (covert behavior).
Timbulnya perilaku akibat dari interelasi stimulus internal dan eksternal yang
diproses melalui kognitif, efektif dan motorik (Pieter dan Lumongga, 2010).
adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanana dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
(2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan,
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk
(1) Bentuk Pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia
yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat
(2) Bentuk Aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung.
ingatan;
telah ada;
(5) Ingatan (memory), adalah Segala macam kegiatan belajar melibatkan ingatan.
(7) Motif, motif adalah dorongan dalam diri yang mengarahkan seseorang
sangat bervariasi tergantung pada konsep yang digunakan para ahli dalam
kejadian secara alamiah. Misalnya, ibu hamil dalam kondisi sakit kepala.
keluhannya kemudian secara alamiah dia mulai berubah dan beralih dengan
(2) Perubahan terencana (planed change), perubahan perilaku dapat juga terjadi
akibat direncanakan sendiri. Misalnya, Pak Ali semula seorang perokok berat,
perubahan perilaku;
(4) Perubahan Kondisi Fisiologis, perubahan perilaku manusia juga bisa terjadi
(5) Kesediaan untuk berubah (readiness to change), apabila terjadi suatu inovasi
1. Faktor genetik atau faktor endogen merupakan konsepsi dasar atau modal
berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain : jenis ras, jenis
2. Faktor eksogen atau factor dari luar individu yaitu terdiri dari faktor
3. Proses belajar adalah bentuk mekanisme sinergi antara factor hereditas dan
bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme
(orang), namun saat memberikan respon sangat bergantung pada karakteristik atau
faktor-faktor lain dari orang yang berasangkutan. Hal ini berarti meskipun
stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda.
(1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
(2) Determinan atau faktor eksternal, yakni faktor dari luar individu dan tidak
dalam Sunaryo (2004), perilaku manusia dapat dibagi ke dalam tiga domain.
1. Cognitive Domain
(Ranah Kognitif)
3. Psychomotor
2. Affective Domain
Domain (Ranah
(Ranah Afektif)
Perilaku Psikomotor)
Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
yang lain.
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang telah ada. Misalnya
seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian responden
(Mubarak, 2012).
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian,
Menurut Secord dan Backman (1964 dalam Azwar, 2011) sikap adalah
terhadap objek yang dihadapi dan biasanya pula berhubungan dengan suatu objek
(Sunaryo, 2004).
Thomas & Znanieki (1920 dalam Wawan & Dewi, 2014) menegaskan
bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang
murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan
Menurut Sarwono (2000, dalam Saryono, 2004), ada beberapa cara untuk
yang terjadi berulang dan terus-menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap
hal tersebut akan diserap oleh individu, dan akan memengaruhi pembentukan serta
menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau yang sebaliknya.
(1) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-
ceramah;
memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti
berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya
resiko lain.
Secara garis besar, pengukuran sikap dibedakan menjadi dua cara, yaitu
pendapat bagaiman sikapnya terhadap suatu m asalah atau hal yang dihadapkan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang
mengukur sikap dengan wawancara yang bebas atau free interview, pengamatan
merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang, karena dari
pengalaman dan penelitian yang ada, ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Jadi, sebelum seseorang berperilaku baru, ia terlebih dahulu tahu apa arti atau
(Notoatmodjo, 2010).
Ewles (1994) menambahkan bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti
leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan.
pendidikan, instruksi verbal dan penerimaan informasi verbal dari pihak lain,
misalnya dari media cetak dan media elektronik. Macam-macam dari media cetak
adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, sticker dan pamphlet,
sedangkan macam-macam dari media elektronik adalah TV, radio, cassete. Leaflet
tentang pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku pengobatan
sendiri yang sesuai dengan aturan pada responden yang mendapat penyuluhan
obat dengan metode ceramah dan media leaflet lebih tinggi secara bermakna dari
Banyumas tentang studi efektifitas leaflet terhadap skor pengetahuan remaja putri
Imunisasi
Sasaran imunisasi adalah Bayi (di bawah satu tahun), Wanita Usia Subur (WUS)
ialah wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil (Bumil) dan calon pengantin
(catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar (Depkes RI, 2005).
dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya. Imunisasi berasal dari kata imun yang
antigen lemah agar merangsang antobodi keluar sehingga tubuh dapat resisten
terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori
(daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antobodi
untuk melawan vaksi tersebut dengan sistem memori akan menyimpannya sebagai
suatu pengalaman.
anak-anak karena sistem imun yang belum sempurna. Sedangkan pada usia 60
tahun terjadi penurunan sistem imun nonspesifik seperti produksi air mata
perubahan fungsi sel sistem imun, baik selular maupun hormonal (Provera-
wati,dkk ; 2010).
imunisasi BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3) dan Campak.
yang sudah dilemahkan atau dimatikan (dalam bentuk vaksin) atau dengan bentuk
racun yang sudah dilemahkan dengan panas atau bahan kimia (disebut toksoid),
kedalam tubuh bayi, yang akan membuat antibodi yang sama dengan antibodi
yang akan diproduksi jika ia sungguh terkena penyakit tersebut (Priyono, 2010).
Dan menurut Hidayat (2008) imunisasi dasar adalah usaha memberikan kekebalan
pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi
tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi
dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat
bayi dari tubuh ibu melalui placenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan
untuk mengatasi mikroba yang sudah ada masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
Contoh imunisasi pasif adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana
placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak, dan contoh
lainnya sperti penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang
kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud
menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari
(3) Negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
adalah anak yang akan mendapatkan imunis asi harus dalam kondisi sehat. Sebab
virus, bakteri, atau bagian dari bakteri kedalam tubuh dan kemudian menimbulkan
antibodi (kekebalan). Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus
dalam kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk
Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak
mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalnya gizi buruk atau
penyakit HIV / AIDS atau dalam penggunaan obat-obatan steroid, anak diketahui
jenis kuman TBC yang masih hidup tapi sudah dilemahkan. Pemberian imunisasi
(TBC). Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12
bulan. Tetapi sebaiknya pada umur nol sampai dua bulan. Imunisasi ini cukup
diberikan satu kali saja. Pada anak berumur lebih dari dua sampai tiga bulan,
dianjurkan untuk melakukan uji mantoux sebelum imunisasi BCG. Gunanya untuk
Imunisasi BCG tidak dapat menjamin 100 persen anak akan terhindar
penyakit TBC. Tetapi, seandainya bayi yang telah diimunisasi BCG terjangkit
TBC, maka ia hanya akan menderita penyakit TBC ringan. Setelah suntikkan
BCG, biasanya bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam setelah
kadang terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas, tapi
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin tersebut bagian dari virus
tidak menimbulkan penyakit. HBs Ag ini dapat diperoleh dari serum manusia atau
tiga kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan satu dan dua, lima bulan
antara suntikan dua dan tiga. Cara pemberian imunisasi dasar tersebut dapat
sebelum berusia 24 jam. Berikutnya bayi tersebut harus pula mendapat imunisasi
Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar antara 94-96
persen. Umumnya tidak didapatkan reaksi, walaupun sangat jarang tetapi pada
beberapa keadaan dapat terjadi reaksi. Biasanya berupa nyeri pada tempat
suntikan, yang kemudian disertai demam ringan atau pembengkakan. Reaksi ini
akan menghilang dalam waktu dua hari. Tidak dilaporkan adanya efek samping
vaksin hepatitis B yang berasal dari plasma, merupakan berita yang terlalu
sakit berat. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan
selama dalam kandungan ibu maupun bayi selama beberapa bulan setelah lahir
(Ranuh,dkk. 2011).
Difteri, Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) dan tetanus. Di Indonesia vaksin
terhadap ketiga penyakit tersebut dipasarkan dalam tiga kemasan, yaitu dalam
bentuk kemasan tunggal bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteria dan
dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan
Vaksin Tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus
atau toksin / racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan kemudian dimurnikan.
Ada tiga macam kemasan vaksin tetanus, yaitu bentuk kemasan tunggal dan
kombinasi dengan vaksin difteria (vaksin DT) atau kombinasi dengan vaksin
Vaksin terhadap penyakit batuk rejan atau batuk seratus hari terbuat dari
Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, sejak bayi berumur dua bulan
dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal empat minggu. Dan daya
proteksi atau lindung vaksin difteria cukup baik, yaitu sebesar 80-95 persen dan
daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90-95 persen.
Sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah, yaitu 50-60 persen. Oleh
karena itu anak yang telah mendapat imunisasi pertusis masih dapat terjangkit
penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih ringan. Reaksi yang mungkin
terjadi biasanya demam, pembengkakan dan rasa nyeri ditempat suntikan selama
satu-dua hari. Kadang-kadang timbul reaksi efek samping yang berat, seperti
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan anak
yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan
Umum pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya
suntikan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja. Sakit batuk, pilek,
demam, atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan indikasi kontra yang
terhadap penyakit poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin dalam peredaran, yang
(1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah dimatikan
(2) Vaksin yang mengandung mengandung virus polio tipe I, II dan III yang
Indonesia yang lazim diberikan ialah vaksin jenis sabin. Kedua jenis
diperoleh sama baiknya. Karena cara pemberiannya lebih mudah melalui mulut
maka sering dipakai jenis sabin. Di beberapa negara dikenal melalui mulut maka
dasar diberikan sebanyak empat kali pada anak baru lahir atau berumur beberapa
hari, dan selanjutnya setiap empat-enam minggu. Pemberian vaksin polio dapat
diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Pada anak
dengan diare berat atau yang sedang sakit parah imunisasi polio sebaiknya
(definisi imun) tidak diberikan. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam
atau diare ringan imunisasi polio bias diberikan seperti biasanya (Priyono, 2010).
terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak
yang telah dilemahkan. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh
dalam bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering dikombinasi
Bayi baru lahir biasnya telah biasanya telah mendapatkan kekebalan pasif
terhadap penyakit campak dalam kandungan dari ibunya. Makin lanjut umum
bayi, makin berkurang kekebalan pasif tersebut. Waktu berumur enam bulan
biasanya sebagian dari bayi tidak mempunyai kekebalan pasif lagi. Dengan
adanya kekebalan pasif ini sangat jarang seorang bayi menderita campak pada
Menurut WHO (1973) imunisasi campak cukup satu kali suntikan setelah
bayi berumur sembilan bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari satu
tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak
tidak diperlukan imunisasi ulang. Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi,
yaitu 96-99 persen. Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung
seumur hidup, sama lenggangnya dengan kekebalan yang diperoleh bila anak
ringan dan tampak terjadi sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga empat-
delapan hari setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak berupa
ensefalitis atau ensefalopati dalam 30 hari setelah imunisasi. Sakit parah, yang
menderita TBC tanpa pengobatan, atau yang menderita kurang gizi dalam derajat
besar. Vaksinasi campak sebaiknya juga tidak diberikan pada anak dengan
Tabel 1
Jadwal Imunisasi
Selang
Vaksin Imunisasi Umur Keterangan
Waktu
BCG 1X - 0-11 Bulan Untuk bayi yang
lahir di Rumah
DPT 3 X (DPT I, II, III) 4 Minggu 2-11 Bulan Sakit/ Puskesmas
Polio 4 X (POL I, II, III, IV) 4 Minggu 0-11 Bulan Hep-B, BCG dan
Campak 1 X - 9-11 Bulan Polio dapat segera
HEP-B 3 X (HEP-B I, II, III) 4 Minggu 0-11 Bulan diberikan
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi di Indonesia (2011)
11 bulan diberikan dengan selang waktu pemberian empat minggu dengan variasi
pemberian vaksin yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan tentunya sesuai
Tabel 3
Jadwal Pemberian Imunisasi pada Bayi dengan Menggunakan Vaksin DPT/HB
Kombo
Keterangan :
# : Atau posyandu
Landasan Teori
hasil “TAHU” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni :
seseorang.
(stimulus-organisme-respons).
TEORI S-O-R
RESPONS
TERTUTUP
STIMULU ORGANISME Pengetehuan
S Sikap
RESPONS
TERBUKA
Gambar 1. Landasan teori
Tindakan
Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dinikmati orang lain (dari luar)
secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
respons tershadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati
pengaruh metode ceramah disertai media leaflet terhadap perubahan perilaku ibu
dalam pemberian imunisasi dasar. Untuk mengukur sejauh mana pengaruh metode
Pengetahun Ibu
Intervensi
Penyuluhan kesehatan
• Metode Ceramah
• Metode Cermah Disertai
Media Leaflet
Pretest Postest
1. Ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan metode ceramah yang
yang disertai media leaflet terhadap sikap ibu tentang pemberian imunisasi
Jenis Penelitian
perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja
yang baik untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan dengan suatu
ini tanpa ada intervensi apapun. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Desain Penelitian
R (Kel. Eksperiment a)
R (Kel. Eksperiment b)
R (Kel. Kontrol)
Kabupaten Labuhanbatu. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan februari sampai
Juli 2015.
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III di
wilayah kerja Puskesmas Teluk Sentosa sebanyak 188 orang dari 7 (tujuh) Desa.
Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5
Daftar Populasi Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk
Sentosa
terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa. Besar sampel untuk metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada desa yang memiliki ibu hamil
purposive sampling.
metode ceramah dan metode ceramah disertai media leaflet, sedangkan variabel
Definisi operasional.
(1) Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan tentang imunisasi
dasar.
(2) Media leaflet adalah media berupa gambar yang berisikan materi/pesan
(3) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang imunisasi
dasar.
beberapa tahapan selama proses pengumpulan data dari Pretest, Penyuluhan dan
Posttest yaitu :
(1) Pretest pada kelompok perlakuan (A) dilakukan di Puskesmas Teluk Sentosa
pada jam 10.00 WIB, Ceramah tentang Imunisasi Dasar dilakukan oleh Eka
Purnama Sari dan dibantu 2 orang Bidan Desa untuk melakukan wawancara
(B) dilakukan di Puskesmas Teluk Sentosa juga pada jam 14.00 WIB
Ceramah tentang Imunisasi Dasar dilakukan oleh Eka Purnama Sari dan
Perkebunan Ajamu dimana Eka Purnama Sari dan dibantu 2 orang Bidan
(2) Penyuluhan pada kelompok perlakuan A dan perlakuan B dilakukan pada hari
pretest
Uji validitas. Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
itu mengukur apa yang diukur. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan
pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian imunisasi dasar. Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan nilai corrected item total correlation (r), dengan
ketentuan jika nilai corrected item total correlation > dari nilai r tabel (=0,361)
pada α= 5%, dan df=28 maka dinyatakanvalid dan jika nilai corrected item total
statistic Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alpha > r
tabel (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas dilakukan pada 15 orang ibu hamil
trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Sentosa Desa Tanjung Sarang
Elang yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang diteliti dan
hasil yang diperoleh yang dilakukan peneliti pada uji reliabilitas ini adalah dimana
Metode Pengukuran
dengan item jawaban benar dan salah. Bila menjawab responden benar bobot nilai
1 dan bila menjawab salah bobot nilai 0, skor terendah 0 dan skor tertinggi 20.
dengan yang telah ditentukan, maka terlebih dahulu ditentukan batas nilai dari
masing-masing kategori yaitu dengan menggunakan batas nilai tengah yang dapat
(1) = Kurang apabila penilaian responden dengan skor 0-10 dari total skor
(2) = Cukup, apabila penilaian responden dengan skor 11-15 dari total skor
(3) = Baik, apabila penilaian responden dengan skor 16-20 dari total skor
diberi skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor
2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1 untuk pernyataan positif, sedangkan untuk
pernyataan negatif jika jawaban sangat tidak setuju diberi skor 5, tidak setuju
diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, setuju diberi skor 2, sangat setuju diberi
1. = Kurang apabila penilaian responden dengan skor 20-63 dari total skor
2. = Cukup, apabila penilaian responden dengan skor 64-80 dari total skor
3. = Baik, apabila penilaian responden dengan skor 81-100 dari total skor
kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada
(Hartono, 2008).
(2) Analisis Bivariat untuk melihat peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil
sebelum dan sesudah metode ceramah dan media leaflet. Uji Kruskallwalis
digunakan untuk melihat pengaruh metode ceramah disertai media leaflet dan
Puskesmas Teluk Sentosa adalah salah satu dari beberapa Puskesmas yang
sebagai berikut :
Tabel 6
daerah terpencil.
berbagai upaya seperti memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
(1) Posyandu pratama : jumlah kader lebih besar dari lima orang : frekuensi
(2) Posyandu madya : jumlah kader lims orang : frekuensi kegiatan 12 kali / tahun
kali/tahun. Cakupan lima program dasar lebih besar 51 persen ada program
Sentosa tahun 2015 dengan rincian tidak ada posyandu dengan level posyandu
pertama, sekitar 10,64 persen untuk posyandu madya, sekitar 74,47 persen untuk
Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu pos kesehatan
desa. Tenaa poskesdes minimal satu bidan desa dan ada dua kader, pada tahun
Kecamatan Panai Hulu. Desa siaga adalah salah satu pendukung membuat
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Jumlah desa siaga di wilayah kerja
Puskesmas Teluk Sentosa kecamatan Panai Hulu tahun 2015 adalah tujuh unit.
Hasil Analisis
responden adalah 75 ibu. Selain itu juga diketahui bahwa dari ketiga kelompok
didapatkan mayoritas responden berusia 19-24 tahun antara lain pada kelompok
ceramah sebanyak delapan orang (32,0%), pada kelompok ceramah disertai leaflet
sebanyak sembilan orang (36,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 10 orang
(40,0%).
(76,0%), pada kelompok ceramah disertai leaflet sebanyak 20 orang (80,0%) dan
berpenghasilan lebih kecil dari Rp. 2.000.000 antara lain pada kelompok ceramah
Tabel 7
disertai leaflet dan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar berikut berikut ini:
dasar didapatkan mayoritas pada katagori tidak baik sebanyak 20 orang (80,0%),
katagori dan pada katagori baik sebanyak lima orang (20,0%). Setelah diberikan
sembilan orang (36,0%), dan pengetahuan pada katagori baik meningkat menjadi
16 orang (64,0%).
Pengetahuan ibu yang ada pada kelompok ceramah yang disertai leaflet
tentang imunisasi dasar didapatkan mayoritas pada katagori tidak baik sebanyak
20 orang (80,0%) dan pada katagori baik sebanyak lima orang (20,0%). Setalah
katagori tidak baik menurun menjadi tiga orang (12,0%) dan pengetahuan pada
Pengetahuan ibu yang ada pada kelompok kontrol tentang imunisasi dasar
didapatkan mayoritas pada katagori tidak baik sebanyak 19 orang (76,0%) dan
pada katagori tidak baik meningkat menjadi 20 orang (80,0%) dan pengetahuan
Gambar 7. Gambaran sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar pre dan post pada
kelompok ceramah, kelompok ceramah disertai leaflet dan kelompok kontrol
Sikap ibu yang ada pada kelompok ceramah tentang imunisasi dasar
didapatkan pada katagori tidak baik sebanyak tujuh orang (28,0%) dan pada
metode ceramah sikap tidak baik menurun menjadi satu orang (4,0%) dan sikap
Sikap ibu yang ada pada kelompok ceramah yang disertai leaflet tentang
imunisasi dasar didapatkan pada katagori tidak baik sebanyak empat orang
(20,0%) dan pada katagori baik sebanyak 21 orang (4,0%). Setalah diberikan
penyuluhan dengan metode ceramah disertai leaflet sikap tidak ditemukan yang
mempunyai sikap tidak baik dan seluruh ibu menyekatan sikap yang baik
didapatkan pada katagori tidak baik sebanyak enam orang (24,0%) dan pada
katagori baik sebanyak 19 orang (76,0%). Pada penilaian kedua sikap pada
katagori tidak baik menurun menjadi empat orang (16,0%) dan sikap pada
Uji Normalitas.
pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah pelaksanaan penyuluhan
diberikan leaflet dan kelompok kontrol (tidak diberikan perlakukan) dapat dilihat
Tabel 8
pada kelompok ceramah dengan nilai p= 0,694 lebih besar dari 0,05 dinyatakan
berdistribusi normal dan pada nilai pengetahuan. Posttest penyuluhan pada kelompok
ceramah yaitu p= 0,535 lebih besar dari 0,05 dinyatakan berdistribusi normal.
Dependent.
Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai pengetahuan pretest penyuluhan
0,05 dinyatakan berdistribusi normal dan pada nilai pengetahuan posttest penyuluhan
pada kelompok ceramah dengan metode leaflet yaitu p= 0,077 lebih besar dari 0,05
leaflet dengan setelah diberi ceramah dengan metode leaflet menggunakan uji T-
Dependent.
Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai pengetahuan pretest pada
kelompok kontrol yaitu nilai p= 0,628 lebih besar dari 0,05 dinyatakan berdistribusi
normal dan pada nilai pengetahuan posttest penyuluhan pada kelompok kontrol yaitu
p= 0,188 lebih besar dari 0,05 dinyatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil
Dependent.
Tabel 9
Distribusi Hasil Normalitas Sikap Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Imunisasi Dasar dengan Metode Kelompok Ceramah, Kelompok Ceramah dan
diberikan Leaflet dan Kelompok Kontrol (Tidak Diberikan Perlakuan)
kelompok ceramah dengan nilai p= 0,370 lebih besar dari 0,05 dinyatakan
berdistribusi normal dan pada nilai sikap posttest penyuluhan pada kelompok
ceramah yaitu p= 0,001 lebih kecil dari 0,05 dinyatakan berdistribusi tidak normal.
kelompok ceramah dengan metode leaflet yaitu nilai p= 0,134 lebih besar dari 0,05
dinyatakan berdistribusi normal dan pada nilai nilai posttest penyuluhan pada
kelompok ceramah dengan metode leaflet yaitu p= 0,477 lebih besar dari 0,05
dengan setelah diberi ceramah dengan metode leaflet menggunakan uji T-Dependent.
Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai sikap pretest penyuluhan pada
kelompok kontrol yaitu nilai p= 0,112 lebih besar dari 0,05 dinyatakan berdistribusi
normal dan pada nilai sikap posttest pada kelompok kontrol yaitu p= 0,051 lebih besar
dari 0,05 dinyatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk
selisih pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah pelaksanaan
Tabel 10
Distribusi Hasil Normalitas Selisih Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Sebelum
dan Sesudah Penyuluhan Imunisasi Dasar dengan Metode Kelompok Ceramah,
dan diberikan Leaflet dan Kelompok Kontrol (Tidak Diberikan Perlakuan)
kelompok ceramah p=0,889 lebih besar dari> 0,05, kelompok ceramah dengan leaflet
yaitu p=0,025 lebih besar dari 0,05, dan kelompok kontrol yaitu p=0,072 lebih besar
dari 0,05 dimana selisih pengetahuan pada kelompok ceramah dan kontrol
Hasil normalitas data dapat dilihat pada nilai selisih sikap pada kelompok
ceramah p=0,067 lebih besar dari 0,05, kelompok ceramah dengan leaflet yaitu
p=0,020 lebih kecil dari 0,05, dan kelompok kontrol yaitu p=0,088 lebih besar dari
0,05 dimana selisih pengetahuan pada kelompok ceramah dan kontrol dinyatakan
selisih pengetahuan pada kelompok ceramah, kelompok ceramah dengan leaflet dan
penyuluhan pada setiap kelompok. Dari tabel di bawah dapat dilihat pada kelompok
Ceramah diperoleh nilai p (0.000) lebih kecil dari (0.05), maka dapat disimpulkan
ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah
pengetahuan ibu hamil pada kelompok metode ceramah disertai media leaflet
perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah
imunisasi dasar diperoleh nilai p (0.757) lebih besar dari (0.05), maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil
penyuluhan imunisasi dasar pada setiap kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11
pelaksanaan penyuluhan imunisasi dasar pada setiap kelompok dapat dilihat pada
Tabel 12
Perbedaan Sikap Ibu Hamil antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan Penyuluhan
pada Setiap Kelompok
ceramah) diperoleh nilai p (0.000) lebih kecil dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan antara sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar sebelum dan
untuk sikap ibu hamil pada kelompok dengan menggunakan metode ceramah disertai
media leaflet diperoleh nilai nilai p (0.000) lebih kecil dari (0.05), maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara sikap ibu hamil sebelum dan
media leaflet. Untuk kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan penyuluhan
tentang imunisasi dasar, diperoleh nilai nilai p (0.147) lebih besar dari (0.05), maka
dapat disimpulkan ada perbedaan antara sikap ibu hamil yang tidak mendapatkan
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar maka diperlukan perlakuan
ceramah dengan media leaflet dan kelompok ketiga adalah kelompok kontrol yang
imunisasi dasar terhadap pengetahuan dan sikap para ibu hamil dari ketiga
Tabel 13
kelompok ceramah dan kelompok ceramah dengan leaflet diperoleh dengan nilai p
(0.023) lebih besar dari (0.05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara
pada kelompok ceramah dengan kelompok kontrol diperoleh nilai dengan nilai p
(0.000) lebih kecil dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
antara peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi dasar yang mendapatkan
hamil tentang imunisasi dasar yang tidak mendapatkan perlakuan (kelompok kontrol).
(0.000) lebih kecil dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara
dengan metode metode ceramah disertai media leaflet dengan kelompok ibu hamil
imunisasi dasar pada setiap kelompok, maka akan dianalisis berdasarkan tabel
dibawah ini mengenai perbandingan perbedaan sikap ibu hamil pada setiap-setiap
kelompok.
Tabel 14
Dari tabel di atas dapat dilihat pada perbandingan sikap pada kelompok
ceramah dan kelompok ceramah dengan leaflet diperoleh dengan nilai p (1,000)
lebih besar dari (0.05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara
peningkatan sikap ibu hamil pada kelompok yang menggunakan metode ceramah
pada kelompok ceramah dengan kelompok kontrol diperoleh nilai dengan nilai p
signifikan antara peningkatan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar yang
dengan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar yang tidak mendapatkan
kelompok metode ceramah disertai media leaflet dengan kelompok kontrol yang
(0.000) lebih besar dari (0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara
metode metode ceramah disertai media leaflet dengan kelompok ibu hamil yang
dasar pada setiap kelompok, maka akan dianalisis berdasarkan tabel di bawah ini
Analisis Univariat
sampai dengan usia satu tahun ialah infeksi. Penyakit infeksi pada bayi dan balita
dapat dicegah dengan program imunisasi. Imunisasi ialah suatu upaya untuk
penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut, maka orang
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes, 2013).
hidup anak. Imunisasi juga merupakan investasi jangka panjang dan sangat
polio dan hepatitis B. Oleh sebab itu peran ibu dalam berperilaku merupakan
tentang imunisasi maka makin lengkap imunisasi dasar yang diterima oleh
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang 24 tertutup. Sikap secara
Ada hubungan antara sikap ibu dengan imunisasi dasar lengkap pada balita di
2013.
imunisasi dasar dilihat dari tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil. Jika ibu
hamil memiliki pengetahuan yang baik dan sikap yang baik maka akan
melakukan apa yang ia yakini sebagai sesuatu yang baik. sikap sebagai bagian
dari perilaku individu berupa reaksi tertutup terhadap stimulus yang ada.
dari pengetahuan dan sikap) ibu hamil dalam pemberian imunisasi dasar
dengan metode ceramah adalah 8,44 dan 68.52. Sedangkan rata-rata skor
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemberian imunisasi dasar pada
kelompok ceramah dengan media leaflet adalah 8.56 dan 70.16. Untuk rata-rata
skor pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemberian imuniasi dasar pada
penyuluhan dapat meningkatkan perilaku sehat pada ibu yang juga akan
untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan
yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain sasaran dapat
mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis,
berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran,
sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana
tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta
berapa jumlah responden yaitu ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan
dan sikap yang baik setelah dilakukan penyuluhan yaitu untuk kelompok
ada lima orang ibu hamil dan sikap yang baik ada 18 orang. Untuk kelompok
media leaflet diperoleh ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik ada sebanyak
pengetahuan baik hanya enam orang ibu hamil dan 19 orang yang memiliki
dengan metode ceramah setelah intervensi adalah 12,12 dan 85,8 dengan
standar deviasi 3,15 dan 8,50. Ibu hamil yang mendapatkan penyuluhan
dengan metode ceramah disertai media leaflet adalah 14,48 dan 88,12 dengan
standar deviasi 2,66 dan 4,09. sedangkan ibu hamil yang tidak mendapatkan
perlakuan penyuluhan memiliki nilai rata-rata pengetahuan dan sikap 8,48 dan
Hasil tersebut terlihat bahwa ada selisih tingkat pengetahuan dan sikap
yang lebih baik pada ibu hamil di kelompok yang mendapatkan penyuluhan
dengan metode ceramah disertai media leaflet dibandingkan dengan ibu hamil
yang berasal dari kelompok cermah dan Ccermaha beserta leaflet. Hal ini
karena menurut Tana (2004) dalam Nurfitrianie (2008), berbagai faktor yang
ini berpengaruh karena sasarannya adalah ibu-ibu hamil pada trimester terakhir
imunisasi dasar pada anak yang akan dilahirkan sebentar lagi. Penyuluh pada
penelitian ini berusaha untuk untuk membuat lebih aktif responden baik
intervensi dan mempunyai kemauan untuk lebih ingin tahu terhadap materi
yang diikuti oleh responden yang lain dan pujian yang membuat responden
intervensi agar suasana lebih tidak terlalu serius dan lebih hangat penyuluh
Analisi Bivariat
beberapa bentuk metode yang dapat membuat agar peserta (audiensi) lebih
diantaranya diskusi kelompok, FGD (focus group discussion), buzz group, role
Artinya, penyuluh dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu
ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai (Abdul
pengetahuan dan sikap ibu hamil mengenai pemberian imunisasi dasar pada
pretest adalah 8.44 dan 68,52 dengan standar deviasi 2,89 dan 14,55. Pada
saat posttest didapat rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil adalah 12,12
dan 85,8 dengan standar deviasi 3,15 dan 8,50. berdasarkan hal tersebut kita
hamil antara pretest dan posttest adalah 3,68 dan 17,28 dengan standar deviasi
Hasil uji t dependen didapatkan nilai p = 0,000 nilai ini lebih kecil dari
nilai α (alpha) sebesar 0,05. dengan demikian maka dapat disimpulkan ada
thit = -4,795. Sedangkan untuk sikap ibu hamil pada kelompok ceramah
diperoleh ada perbedaan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar sebelum dan
agar ibu dapat cepat tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan ketika timbul
akan membawa sikap negatif dan rasa takut akan efek samping imunisasi yang
nantinya akan berdampak pada pandangan ibu dan kemauan ibu untuk
Sehingga ada ibu yang berpandangan bahwa imunisasi akan menjadi hal yang
telah lama dijalankan dalam usaha menularkan pengetahuan secara lisan atau
juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan
Media berasal dari kata mediu yang berarti tengah, pengantar, perantara.
atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Contohnya
poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, stiker, pamflet. Fungsi utamanya
cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak terlalu
dasar pada anak pada saat pretest adalah 8,56 dan 70,16 dengan standar deviasi
2,72 dan 10,274. Pada saat posttest didapat rata-rata pengetahuan siswa adalah
14,48 dan 88,12 dengan standar deviasi 2,66 dan 4,09. Hasil uji t dependen
didapatkan nilai p 0.000, nilai ini lebih kecil dari nilai α (alpha) sebesar 0,05.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan ada perbedaan pengetahuan ibu hamil
metode ceramah disertai media leaflet dengan nilai p (0,000) < (0,05). Sedangkan
sikap ibu hamil diperoleh hasil ada perbedaan yang signifikan sikap ibu hamil
metode ceramah disertai media leaflet dengan nilai p (0,000) < (0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprida
Hasil penelitian ini juga memperkuat penelitian Muslikha dan Purwanti (2011)
tentang Peran Leaflet ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI
Eksklusif dan Motivasi untuk menyususi Secara Eksklusif di BPS NY. Djuwedah
memiliki peran dalam peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan
motivasi ibu untuk menyusui secara eksklusif. Hasil penelitian Dewi susantu
leaflet dan slide terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang Imunisasi Measles
Rubella.
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemberian imunisasi dasar pada anak
di kelompok kontrol pada saat pretest adalah 8,60 dan 65,28 dengan standar
deviasi 3,17 dan 12,249 Pada saat postest didapat rata-rata pengetahuan siswa
adalah 9,28 dan 67,60 dengan standar deviasi 3,19 dan 10,96.
perlakuan berupa penyuluhan tentang imunisasi dasar dengan nilai p (0.177) >
memiliki nilai perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap pada
ibu hamil adalah dengan menggunakan metode ceramah disertai dengan media
leaflet. Metode ceramah dengan media leaflet ini diberikan pada kelompok
pada balita yang mana dapat meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu
imunisasi dasar dengan metode ceramah dan metode ceramah disertai media
leaflet (p (0,023) > (0,05). Namun pada peningkatan sikap diperoleh hasil
disertai leaflet diperoleh nilai dengan nilai p=1,000 > (0.05), dengan demikian
tidak ada perbedaan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar pada kelompok
dengan nilai p=0,0001 < (0.05) dengan demikian ada perbedaan yang
kelompok kontrol diperoleh nilai dengan nilai p=0,0001 < (0.05) dengan
demikian ada perbedaan yang signifikan antara sikap ibu hamil tentang
imunisasi dasar dengan metode ceramah disertai leaflet dengan kelompok yang
p=0,023 < (0.05), dengan demikian perbedaan sikap ibu hamil tentang
kontrol)
perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar antara
dengan media leaflet dengan kedua kelompok, hanya saja dengan kelompok
pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang imunisasi dasar sebaiknya diberikan
leaflet.
Selain itu agar peningkatan pengetahuan dan sikap lebih efektif maka
untuk memberikan hal yang terbaik kerfada bayi mereka dan menjaga
adalah orang yang belum mereka kenal dengan baik, sehingga hal ini juga
dan mutu informasi yang diterima dan ini pada gilirannya ditentukan oleh sifat
peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil. Hal ini sejalan dengan hasil uji
statistik pengetahuan dan sikap ibu handal pada saat sebelum dan setelah
tidak adanya perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian
metode ceramah dengan media leaflet pada saat sebelum dan setelah
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang mempengaruhi pengetahuan
dilakukan pada setiap ibu hamil yang pada trimester tanpa ketiga tanpa
yang hamil anak pertama atau ibu yang hamil anak kedua, ketiga atau
imunisasi dasar.
Implikasi Penelitian
dan rasa takut akan efek samping imunisasi yang nantinya akan berdampak
pada pandangan ibu dan kemauan ibu untuk membawa anaknya ke fasilitas
ceramah dan disertai leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu di wilayah
banyak masyarakat yang turut serta aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan
berperilaku sehat.
Keterbatasan Penelitian
pada saat pretest dan postest untuk menghindari hal tersebut peneliti
kemungkinan dimana setiap ibu hamil saling megenal dan saling bertukar
informasi.
yang menjadi responden adalah ibu hamil yang berda di wilayah kerja
hamil anak pertama atau anak kedua atau ketiga dan seterusnya. Sehingga ada
kemungkinan perbedaan pengalaman antara ibu yang hamil anak pertama dan
anak berikutnya, ada kemungkinan ibu yang hamil anak berikutnya sudah
sebelumnya. Hal ini yag mungkin menjadikan hasil penelitian ini tidak ada
perlakuan.
Dalam penelitian ini ada faktor lain seperti motivasi, minat, pengalaman
diteliti dalam penelitian ini. Hal tersebut adalah salah satu hal yang membuat
penelitian ini tidak ada beda dan merupakan keterbatasan ataupun kelemahan
Kesimpulan
ceramah.
disertai media leaflet dengan kelompok ibu hamil yang tidak mendapatkan
perlakuan.
hamil baik tentang pemberian imunisasi dasar atau tentang hal lain yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi. Dimana metode
dengan bekerjasama dengan pihak terkait seperti ibu-ibu PKK disetiap desa.
Agar tersebarnya informasi tentang kesehatan dan keselamatn ibu dan bayi
sehingga mengurangi tingkat kematian dan cacat pada ibu dan anak pasca
melahirkan.
seperti metode diskusi, metode simulasi, metode bermain pecan dan lain-
lain.
bisa muncul tidak hanya karena seseorang memiliki pengetahuan yang baik
orang sudah memiliki minat maka orang tersebut akan melakukan apapun
(3) Perlu adanya penelitian lebih lanjut dimana pengukuran pada penelitian ini
tidak hanya dilakukan pada saat selesain intervensi aja tetapi juga dapat
perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil setelah intervensi dan beberapa
tersebut.
Adinda, N.K & Bambang. E. D. (2012). Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
balita. Jurnal Nursing studies, 1(1).
BPPK Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskes
das%202013.pdf
Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file= download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf
Dewi, A.P., Darwin, E., & Edison, E. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan ibu
dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3(2).
Djamarah, S. B. (2000). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Kawuriansari, R. (2010). Studi efektivitas leaflet terhadap skor pengetahuan remaja putri
Marimbi, H. (2010). Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada
balita. Yogyakarta : Nuha Medika.
Priyono, Y. (2010). Merawat bayi tanpa baby sister. Jakarta : Med Press.
Supardi. (1998). Pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku
Wawan, A., & Dewi, M. (2014). Teori pengukuran pengetahuan, sikap dan
perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Imunisasi dasar.
Waktu : 60 menit
Metode : Ceramah
Media :
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Sasaran
imunisasi adalah Bayi (di bawah satu tahun), Wanita Usia Subur (WUS) ialah
wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil (Bumil) dan calon pengantin
(catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar (Depkes RI, 2010).
1) Imunisasi aktif
agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu
ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
2) Imunisasi pasif
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari tubuh ibu melalui placenta) atau binatang (bisa ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah ada masuk dalam tubuh
yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah yang terdapat pada bayi
yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi
lain:
imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud
menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari
4. Manfaat Imunisasi
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
mendapatkan imunis asi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya
(kekebalan). Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam
kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak
anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalnya gizi buruk
atau penyakit HIV / AIDS atau dalam penggunaan obat-obatan steroid, anak
berumur 12 bulan. Tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Imunisasi ini
intrakutan di daerah lengan kanan atas dan dosisnya 0,55 cc untuk bayi.
2) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui
injeksi intramuskular. Pemberian pertama pada saat bayi usia 0-7 hari.
dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksi DPT dilakukan tiga kali mulai
4) Imunisasi Polio
1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah
minggu.
5) Imunisasi Campak
dilakukan pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc. Kemudian suntikan
Imunisasi dasar.
Waktu : 60 menit
Metode : Ceramah
Media : Leaflet
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Sasaran
imunisasi adalah Bayi (di bawah satu tahun), Wanita Usia Subur (WUS) ialah
wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil (Bumil) dan calon pengantin
(catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar (Depkes RI, 2010).
imunisasi pada bayi antara umur 0-12 bulan yang terdiri dari imunisasi BCG,
3) Imunisasi aktif
agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu
ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
4) Imunisasi pasif
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari tubuh ibu melalui placenta) atau binatang (bisa ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah ada masuk dalam tubuh
yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah yang terdapat pada bayi
yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi
3. Tujuan Imunisasi
lain:
imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan maksud
menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari
4. Manfaat Imunisasi
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
mendapatkan imunis asi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya
imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau
(kekebalan). Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam
kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak
anak mengalami kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalnya gizi buruk
atau penyakit HIV / AIDS atau dalam penggunaan obat-obatan steroid, anak
Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12
bulan. Tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu
kali saja. Imunisadi BCG disuntikkn secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
2) Imunisasi Hepatitis B
penyakit hepatitis B yang disebabkan oleh Virus yang telah mempengaruhi organ
Liver (hati). Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi
suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis 0,5
cc. Pemberian vaksi DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan sampai 11
4) Imunisasi Polio
poliomielitis. Imunisasi Polio diberikan 4 kali dengan interval tidak kurang dari 4
a. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah
5) Imunisasi Campak
campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak yang telah
dilemahkan. Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan
pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc. Kemudian suntikan pada lengan kiri
Dengan Hormat,
yang sudah dilemahkan atau dimatikan (dalam bentuk vaksin) atau dengan bentuk
racun yang sudah dilemahkan dengan panas atau bahan kimia (disebut toksoid),
kedalam tubuh bayi, yang akan membuat antibodi yang sama dengan antibodi
yang akan diproduksi jika ia sungguh terkena penyakit tersebut (Priyono, 2010).
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
dan metode ceramah disertai leaflet terhadap perubahan perilaku ibu dalam
Ibu tentang :
a. data demografi yang terdiri dari usia, penghasilan dan pendidikan ibu,
pertanyaan,
b. kuisioner sikap ibu balita tentang imunisasi dasar terdiri dari 10 pertanyaan
Partisipasi Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.
Untuk penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu
No. Hp :-
Terima kasih Saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi
pada penelitian ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan
sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Setelah memahami berbagai hal
Medan, 2019
Peneliti
( )
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/HP :
Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar”. Maka dengan ini Saya secara
sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian
tersebut.
Medan, 2019
( )
KUISIONER
PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH
DISERTAI MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN
PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN
IMUNISASI DASAR
No. Responden
Data Demografi :
1. Umur :
2. Alamat :
SMA PT
4. Penghasilan Keluarga :
>Rp. 1.000.000
<Rp. 1.000.000
A. Pengetahuan Ibu
Petunjuk :
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara
imunisasi dasar ?
a. BCG e. Polio
b. DPT f. Hib
c. MMR g. Hepatitis B
a. Orang dewasa
b. Remaja
d. ...............
4. Menurut ibu dibawah ini mana sajakah penyakit yang dapat dicegah
a. TBC e. Campak
b. Diare f. Difteri
c. Demam g.Pertusis
d. Tetanus h. Polio
a. TBC
b. Polio
c. Hepatitis B
d. .............
b. 9 bulan
c. 4 bulan
d. ..........
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. .............
d. .................
a. 4 kali
b. 2 kali
c. 1 kali
d. ..............
d. ..................
a. 3 kali
b. 4 kali
c. 1 kali
d. .............
a. 2 bulan
b. 1 bulan
c. 4 bulan
d. .................
a. 2 bulan
b. 1 bulan
c. 4 bulan
d. ............
a. 1 bulan
b. 9 bulan
c. 4 bulan
d. ............
d. ...............
a. 1 kali
b. 3 kali
c. 2 kali
d. .............
a. BCG
b. DPT
c. Polio
d. ...........
18. Pada saat kapan imunisasi campak dapat diberikan pada bayi ?
a. 9 bulan
b. 1 bulan
c. 4 bulan
d. ............
d. ...........
a. 3 kali
b. 1 kali
c. 4 kali
d. .............
B. Sikap
Petunjuk :
1) Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara
e. Sangat Tidak Setuju (STS) nilai 1 e. Sangat Tidak Setuju (STS) nilai 5
POSITIF
ibu
dasar(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak)
dasar(Hepatitis,BCG,Polio,DPT,Campak)
0-7 hari
2 bulan
3 bulan
kematian
DPT, Campak)
paling banyak dijawab salah adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imuisasi
yang paling banyak dijawab benar adalah usia pemberian imunisasi BCG
metode ceramah kepada ibu-ibu, maka diperoleh yang banyak menjawab salah
adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imuisasi dasar (pernyataan nomor 4)
orang (84,0%).
leafleat pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah jenis imunisasi dasar
(pernyataan nomor 1) dan penyakit yang dapat dicegah dengan imuisasi dasar
pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah Imunisasi BCG beberapa
sesudah dilakukan metode ceramah yang disertai leafleat kepada ibu-ibu, maka
diperoleh yang banyak menjawab salah adalah Berapa kali imunisasi campak
diberikan pada bayi (pernyataan nomor 20) sebanyak 10 orang (40,0%) dan paling
banyak menjawab benar adalah manfaat dari imunisasi dasar (pernyataan nomor
orang (100,0%), sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah
manfaat dari imunisasi DPT menurut ibu (pernyataan nomor 15) sebanyak 17
dan paling banyak menjawab benar adalah manfaat dari imunisasi DPT menurut
Sikap ibu pada pernyataan sikap bahwa yang paling banyak menjawab tidak setuju
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC) pada bayi (pernyataan nomor 20) sebanyak 15
orang (60,0%) dan mayoritas menjawab setuju adalah pernyataan pendidikan kesehatan
kepada wanita dewasa karena nantinya wanita dewasa mempunyai anak balita
(pernyataan nomor 2) sebanyak 17 orang (68,0%). Setalah diberikan ceramah sikap ibu
mayoritas menyatakan tidak setuju Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan
imunisasi DPT-3 pada usia 4 bulan (pernyataan nomor 11) sebanyak 16 orang
(64,0%) dan mayoritas menjawab setuju adalah pernyataan Bayi harus dibawa untuk
Sikap ibu pada pernyataan sikap bahwa yang paling banyak menjawab tidak setuju
tentang Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan imunisasi DPT-3 pada usia 4
bulan (pernyataan nomor 12) sebanyak 19 orang (76,0%) dan mayoritas menjawab
sebanyak 21 orang (84,0%). Setalah diberikan ceramah disertai leafleat sikap ibu
mayoritas menyatakan tidak setuju Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan
imunisasi DPT-3 pada usia 4 bulan (pernyataan nomor 11) sebanyak 16 orang
wanita dewasa karena nantinya wanita dewasa mempunyai anak balita (pernyataan
tentang Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan imunisasi DPT-3 pada usia 4
bulan (pernyataan nomor 12) sebanyak 19 orang (76,0%) dan mayoritas menjawab
sebanyak 21 orang (84,0%). Setalah diberikan ceramah disertai leafleat sikap ibu
mayoritas menyatakan tidak setuju Bayi tidak harus dibawa untuk mendapatkan
imunisasi DPT-3 pada usia 4 bulan (pernyataan nomor 11) sebanyak 16 orang
wanita dewasa karena nantinya wanita dewasa mempunyai anak balita (pernyataan
Ceramah
umurkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-24 tahun 13 52.0 52.0 52.0
25-32 tahun 12 48.0 48.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 1 4.0 4.0 4.0
SMA 18 72.0 72.0 76.0
Perguruan tinggi 6 24.0 24.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
penhasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 1juta 17 68.0 68.0 68.0
> 1 juta 8 32.0 32.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
umurkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-24 tahun 16 64.0 64.0 64.0
25-32 tahun 9 36.0 36.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 2 8.0 8.0 8.0
SMA 19 76.0 76.0 84.0
Perguruan tinggi 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Kelompok Kontrol
umurkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 19-24 tahun 17 68.0 68.0 68.0
25-32 tahun 8 32.0 32.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 1 4.0 4.0 4.0
SMA 20 80.0 80.0 84.0
Perguruan tinggi 4 16.0 16.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
penhasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <= 1juta 17 68.0 68.0 68.0
> 1 juta 8 32.0 32.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Frequency Table
PPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 21 84.0 84.0 84.0
cukup 3 12.0 12.0 96.0
tinggi 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
PPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 14 56.0 56.0 56.0
cukup 6 24.0 24.0 80.0
tinggi 5 20.0 20.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
PPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 19 76.0 76.0 76.0
cukup 5 20.0 20.0 96.0
tinggi 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
PPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 7 28.0 28.0 28.0
cukup 11 44.0 44.0 72.0
tinggi 7 28.0 28.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
PPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 19 76.0 76.0 76.0
cukup 5 20.0 20.0 96.0
tinggi 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Kelompok Ceramah
SPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 10 40.0 40.0 40.0
cukup 9 36.0 36.0 76.0
tinggi 6 24.0 24.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
SPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 2 8.0 8.0 8.0
cukup 12 48.0 48.0 56.0
tinggi 11 44.0 44.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
SPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 5 20.0 20.0 20.0
cukup 19 76.0 76.0 96.0
tinggi 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
SPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 1 4.0 4.0 4.0
cukup 12 48.0 48.0 52.0
tinggi 12 48.0 48.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Kelompok Kontrol
SPREKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 12 48.0 48.0 48.0
cukup 10 40.0 40.0 88.0
tinggi 3 12.0 12.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
SPOSTKAT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 9 36.0 36.0 36.0
cukup 13 52.0 52.0 88.0
tinggi 3 12.0 12.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Range 15.00
Interquartile Range 5.50
Skewness .133 .464
Kurtosis -.733 .902
Sikap Pre Ceramah Mean 68.5200 2.91154
95% Confidence Interval for Lower Bound 62.5109
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pengetahuan Pre Cermah .134 25 .200* .964 25 .494
Residu Pengetahuan
.156 25 .118 .954 25 .312
Ceramah
Pengetaguan Post Ceramah .201 25 .011 .943 25 .175
T-Test
Wilcoxon
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Sikap Post Ceramah dan Negative Ranks 4a 6.75 27.00
Leaflet - Sikap Pre Ceramah Positive Ranks 20 b
13.65 273.00
dan Leaflet Ties 1c
Total 25
a. Sikap Post Ceramah dan Leaflet < Sikap Pre Ceramah dan Leaflet
b. Sikap Post Ceramah dan Leaflet > Sikap Pre Ceramah dan Leaflet
c. Sikap Post Ceramah dan Leaflet = Sikap Pre Ceramah dan Leaflet
Test Statisticsa
Sikap Post
Ceramah dan
Leaflet - Sikap
Pre Ceramah
dan Leaflet
Z -3.519b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
ANNOVA
Oneway
ANOVA
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
Rpengetahuan Between Groups 184.427 2 92.213 12.361 .000
Within Groups 537.120 72 7.460
Total 721.547 74
RSIKAP Between Groups 886.187 2 443.093 5.089 .009
Within Groups 6268.560 72 87.063
Total 7154.747 74
Multiple Comparisons
95% Confidence
Mean Interval
(I) (J) Difference Std. Lower Upper
Dependent Variable KEL KEL (I-J) Error Sig. Bound Bound
RPENGETAH Bonferroni 1.00 2.00 -1.84000 .77253 .060 -3.7336 .0536
UAN 3.00 2.00000* .77253 .035 .1064 3.8936
2.00 1.00 1.84000 .77253 .060 -.0536 3.7336
3.00 3.84000* .77253 .000 1.9464 5.7336
3.00 1.00 -2.00000* .77253 .035 -3.8936 -.1064
2.00 -3.84000* .77253 .000 -5.7336 -1.9464
Games- 1.00 2.00 -1.84000 .81002 .070 -3.7992 .1192
Howell 3.00 2.00000* .74261 .026 .2030 3.7970
2.00 1.00 1.84000 .81002 .070 -.1192 3.7992
3.00 3.84000* .76341 .000 1.9918 5.6882
3.00 1.00 -2.00000* .74261 .026 -3.7970 -.2030
2.00 -3.84000* .76341 .000 -5.6882 -1.9918
RSIKAP Bonferroni 1.00 2.00 .48000 2.63914 1.000 -5.9891 6.9491
3.00 7.52000* 2.63914 .017 1.0509 13.9891
2.00 1.00 -.48000 2.63914 1.000 -6.9491 5.9891
3.00 *
7.04000 2.63914 .028 .5709 13.5091
3.00 1.00 *
-7.52000 2.63914 .017 -13.9891 -1.0509
2.00 *
-7.04000 2.63914 .028 -13.5091 -.5709
Games- 1.00 2.00 .48000 3.05481 .986 -6.9124 7.8724
Howell 3.00 7.52000* 2.26819 .006 1.9781 13.0619
2.00 1.00 -.48000 3.05481 .986 -7.8724 6.9124
3.00 *
7.04000 2.53351 .023 .8291 13.2509
3.00 1.00 *
-7.52000 2.26819 .006 -13.0619 -1.9781
2.00 *
-7.04000 2.53351 .023 -13.2509 -.8291
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.