Anda di halaman 1dari 158

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Tesis Magister

2016

Pengaruh Penyuluhan Dengan


Menggunakan Metode Ceramah Dan
Metode Diskusi Terhadap Pengetahuan
dan Sikap Ibu Tentang Pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Di
Desa Bintang Meriah Kecamatan
Batang Kuis Tahun 2016

Supriati

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/675
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN METODE
DISKUSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI DESA
BINTANG MERIAH KECAMATAN BATANG KUIS
TAHUN 2016

TESIS

Oleh

SUPRIATI
147032037/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN METODE
DISKUSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI DESA
BINTANG MERIAH KECAMATAN BATANG KUIS
TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUPRIATI
147032037/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

1
Telah diuji
Pada Tanggal : 25 Agustus 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes


Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S
2. Dr. Drs. Kintoko Rochadi, M.K.M
3. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes
PERNYATAAN

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN METODE


DISKUSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI DESA
BINTANG MERIAH KECAMATAN BATANG KUIS
TAHUN 2016

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2016

Supriati
147032037/IKM
ABSTRAK

Pemberian ASI dan makanan pendamping ASI yang tepat dan benar
merupakan salah satu upaya prioritas dalam mengembangkan kualitas sumber daya
manusia. Upaya tersebut harus dilakukan agar bayi mendapatkan ASI ekslusif
sampai bayi berusia 6 bulan dan mendapatkan MP-ASI mulai usia 6 bulan, dan
pemberian ASI dilanjutkan hingga bayi usia 2 tahun atau lebih. Penelitian bertujuan
untuk menganalisis pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan metode
diskusi terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping
ASI di Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis Tahun 2016.
Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan Pretest-Posttest
Group Design. Populasi adalah seluruh ibu hamil yang menetap di Dusun I-V Desa
Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis pada bulan Februari hingga Mei 2016
sebanyak 70 orang. Sampel adalah ibu hamil trimester tiga sebanyak 38 orang yaitu
18 orang untuk penyuluhan dengan kelompok ceramah dan 20 orang untuk kelompok
diskusi. Analisis data menggunakan uji Pair T-Test.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan dengan metode
ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan (p<0,001) dan sikap (p<0,001)
ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI.
Penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah dan metode diskusi dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping
ASI. Diharapkan Petugas Kesehatan Puskesmas Batang Kuis dapat meningkatkan
upaya penyuluhan dengan metode ceramah dan metode diskusi dalam meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Ceramah, Diskusi, MP-ASI


ABSTRACT

Breast feeding and complementary feeding is one of the priorities in


developing the quality of human resources. This should be done in order that babies
are breastfed with exclusive ASI until they are 6 months old and begin to get
complementary feeding and exclusive ASI is continuously given until they are 2 years
old or more. The objective of this research was to analyze the influence of extension
with lecture and discussion methods on mother’s knowledge and attitude toward
complementary feeding at Bintang Meriah village, Batang Kuis Subdistrict, in 2016.
The research used quasi experiment method with pretest-posttest group
design. The population was 70 pregnant women at Dusun I-V, Bintang Meriah
village, from February until May, 2016. The samples consisted of 38 Trimester III
pregnancy mother: 18 of them were in lecture group and the other 20 were in
discussion group. The data were analyzed by using paired t-test and Wilcoxon test.
The result of the research showed that there was influence extension of with
lecture and discussion methods mother’s knowledge (p<0.001), and attitude
(p<0.001) on complementary feeding.
The extension with lecture and discussion on mother’s knowledge and attitude
toward complementary feeding. It is recommended that the Health Agency and
Batang Kuis Publichealth center increase extension with lecture and discussion
methods in complementary feeding in order to increase mother’s knowledge and
attitude.

Keywords: Knowledge, Attitude, Lecture, Discussion, Complementary Feeding


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Dengan Menggunakan

Metode Ceramah Dan Metode Diskusi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu

Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Di Desa Bintang

Meriah Kecamatan Batang Kuis Tahun 2016.“

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Dra. Syarifah, M.S selaku Komisi

Pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan

bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM dan Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku

Komisi Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi

kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Terima kasih kepada seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dan memberi dukungan moril

kepada penulis dalam rangka menyelesaikan penulisan tesis ini.

7. Terima kasih kepada Kepala Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis yang

telah memberikan ijin kepada penulis dalam rangka menyelesaikan penelitian.

8. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda Suparman dan

Ibunda Misri yang telah membantu dan memberi dukungan moril serta restu dan

doa dalam rangka menyelesaikan penulisan tesis ini.

9. Teristimewa buat suami tercinta Marahalim Lubis, ST dan kedua anakku

tersayang Marafathir Habibi Lubis, dan Fikri Hasbi Lubis yang penuh

pengertian, dorongan, pengorbanan serta kesabaran dan doa restu memotivasi

dalam penyelesaian pendidikan ini.

10. Rekan- rekan dan teman seperjuangan angkatan tahun 2014 semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan

moril dan materil selama mengikuti pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu

kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya, semoga tesis

penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, September 2016


Penulis

Supriati
147032037/IKM
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Supriati, perempuan usia 29 tahun, dilahirkan di Dolok

Sagala, tanggal 18 Februari 1987, Agama Islam, tinggal di Jln. Sempurna Gg. Mawar

33. Penulis anak Pertama dari pasangan Bapak Suparman dan Ibu Misri. Penulis telah

menikah dengan Marahalim Lubis, ST pada tahun 2010 dan telah dikaruniai 2 (dua)

orang putra. yaitu Marafathir Habibi Lubis dan Fikri Hasbi Lubis.

Pendidikan formal penufis mulai dari SD Negeri No. 106866 Cemara pada

tahun 1993 dan tamat tahun 1999. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan

pendidikan di MTS. Al-Ittihadiyah Bandar Pamah Pada tahun 2005 penulis

menyelesaikan pendidikan di MAS. Pon-Pes AL-Qomariah Galang. Pada tahun 2008,

penulis menyelesaikan pendidikan D-3 Kebidanan di Akademi Kebidanan Harapan

Mama Deli Serdang. Pada tahun 2009 - 2011 penulis menempuh pendidikan S-l Ilmu

Kesehatan Masyarakat Di STIKES Medistra Lubuk Pakam. Pada tahun 2014 penulis

melanjutkan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Dtara.

Pengalaman bekerja penulis dari tahun 2009 hingga dengan sekarang aktif

sebagai dosen tetap di Akademi Kebidanan Harapan Mama Deli Serdang.


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... . x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Hipotesis .......................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9


2.1 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ............................................. 9
2.1.1 Pengertian ................................................................................ 9
2.1.2 Tujuan Pemberian MP-ASI .................................................... 10
2.1.3 Manfaat MP-ASI ..................................................................... 11
2.1.4 Persyaratan MP-ASI ............................................................... 12
2.1.5 Jenis MP-ASI .......................................................................... 13
2.1.6 Tanda Bayi Siap Diberikan MP-ASI ...................................... 14
2.1.7 Tahap Pemberian MP-ASI....................................................... 14
2.1.8 Permasalahan dalam Pemberian MP-ASI 0-24 Bulan ............ 16
2.1.9 Masalah dalam Pemberian MP-ASI ....................................... 19
2.1.10 Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini ............................ 22
2.1.11 Tumbuh Kembang Optimal ................................................... 24
2.2 Penyuluhan Kesehatan ....................................................................... 24
2.2.1 Pengertian ............................................................................... 24
2.2.2 Tujuan ..................................................................................... 26
2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyuluhan....................... . 27
2.2.4 Metode Ceramah dalam Penyuluhan........................................ 28
2.2.5 Metode Diskusi dalam Penyuluhan ......................................... 33
2.3 Pengetahuan ..................................................................................... 37
2.3.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan .................... . 38
2.4 Sikap ................................................................................................ 39
2.4.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap.................................. 40
2.5 Landasan Teori ................................................................................. 42
2.6 Kerangka Konsep. ............................................................................ 44

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................... 45


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 45
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 46
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 46
3.2.2 Waktu Penelitian..................................................................... 46
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................ 47
3.3.1 Populasi .................................................................................. 47
3.3.2 Sampel .................................................................................... 47
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 47
3.4.1 Data Primer ............................................................................. 47
3.4.2 Data Sekunder......................................................................... 48
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 48
3.5 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 51
3.6 Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 54
3.6.1 Variabel Penelitian ................................................................. 54
3.6.2 Definisi Operasional ............................................................... 54
3.7 Metode Pengukuran ......................................................................... 54
3.7.1 Pengetahuan ............................................................................. 55
3.7.2 Sikap ........................................................................................ 55
3.8 Metode Analisis Data ...................................................................... 57
3.8.1 Univariat .................................................................................. 57
3.8.2 Bivariat ................................................................................... 57

BAB 4. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 58


4.1 Gambaran Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis ............... 58
4.2 Karakteristik Responden ................................................................... 58
4.3 Analisis Univariat.............................................................................. 60
4.3.1 Pengetahuan Ibu Sesudah Metode Ceramah dan Diskusi ..... 64
4.3.2 Pengetahuan Ibu Sesudah Metode Diskusi ........................... 67
4.3.3 Sikap Ibu Sesudah diberikan Metode Ceramah dan Metode
Diskusi................................................................................... 70
4.4 Analisis Bivariat ................................................................................ 73
4.4.1 Uji Normalitas Data .............................................................. 73
4.4.2 Pengaruh Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan
Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI .................................. 73
4.4.3 Pengaruh Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap
Ibu ......................................................................................... 75
4.4.4 Pengaruh Metode Ceramah dan Diskusi terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu ................................................... 75
BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................... 77
5.1 Pengaruh Metode Ceramah terhadap Pengetahuan Ibu Sebelum
dan Sesudah tentang Pemberian MP-ASI ....................................... 77
5.2 Pengaruh Metode Diskusi terhadap Pengetahuan Ibu Sebelum dan
Sesudah tentang Pemberian MP-ASI .............................................. 81

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 86


6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 86
6.2 Saran ................................................................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 90

LAMPIRAN ......................................................................................................... 95
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI................................ 15

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan .. 49

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan .. 50

4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Desa Bintang Meriah


Kecamatan Batang Kuis .................................................................. 56

4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah


Metode Ceramah Berdasarkan Indikator Variabel Pengetahuan ..... 60

4.3 Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan Metode


Ceramah ........................................................................................... 62

4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah


Metode Diskusi Berdasarkan Indikator Variabel Pengetahuan ....... 63

4.5 Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan Metode


Diskusi ............................................................................................. 65

4.6 Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah


Metode Ceramah.............................................................................. 66

4.7 Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan Metode Ceramah ........ 69

4.8 Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah


Metode Diskusi ................................................................................ 69

4.9 Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan Metode Diskusi .......... 72

4.10 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Pengetahuan dan Sikap .......... 73

4.11 Pengaruh Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu .. 73

4.12 Pengaruh Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu .... 74
4.13 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Pengetahuan dan Sikap ......... 75

4.14 Pengaruh Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Perubahan


Pengetahuan dan Sikap Ibu.............................................................. 76
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Landasan Teori .............................................................................. 42

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 43


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden .................................... 95

2. Kuesioner Penelitian ....................................................................... 96

3. Master Data ..................................................................................... 98

4. Hasil Statistik dengan Metode Diskusi ............................................ 100

5. Hasil Statistik Metode Ceramah ...................................................... 114

6. Output Validitas dan Reliabilitas..................................................... 128

7. Dokumentasi ................................................................................... 135

8. Surat Izin Penelitian ........................................................................ 140

9. Surat Balasan Penelitian .................................................................. 142


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam

enam bulan pertama setelah dilahirkan. Pemberian ASI dan makanan pendamping

ASI (MP-ASI) yang tepat dan benar merupakan salah satu upaya prioritas dalam

mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Upaya tersebut harus dilakukan

secara maksimal agar semua bayi mendapatkan ASI Ekslusif (hanya ASI saja tanpa

makanan tambahan cairan lainnya) sampai bayi berusia 6 bulan dan mendapatkan

MP-ASI mulai usia 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan hingga bayi usia 2 tahun

atau lebih (Kemenkes RI, 2010).

Pemberian MP-ASI sebelum anak berumur enam bulan tidak dianjurkan,

karena dapat meningkatkan kemungkinan terkontaminasi dan meningkatkan risiko

terkena penyakit, khususnya diare. Setelah anak berusia enam bulan sesuai dengan

proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, maka ASI harus ditambah dengan

cairan lain dan makanan padat untuk memberikan gizi yang memadai. Cairan dan

makanan padat itu biasanya disebut MP-ASI, diberikan sampai anak berusia dua

tahun (BKKBN dan Kemenkes RI, 2012).


MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan

kepada bayi atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI merupakan

makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pemberian makanan padat atau

tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta

meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang

menyokong bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada usia dini itu lebih

menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif

terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan

pertumbuhannya (Roesli, 2009).

Penelitian WHO (2011), menyatakan bahwa hanya 40% bayi di dunia yang

mendapatkan ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah mendapatkan

MP-ASI saat usianya kurang dari 6 bulan. Hal ini menggambarkan bahwa pemberian

ASI eksklusif masih rendah sedangkan pemberian MP-ASI dini di berbagai Negara

masih tinggi. Jumlah peningkatan pemberian MP-ASI dini dan penurunan ASI

eksklusif tidak hanya terjadi di negara-negara maju namun juga terjadi di negara

berkembang seperti di Indonesia.

Menurut WHO dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), lebih dari

50% kematian anak balita terkait dengan keadaan kurang gizi, dan dua pertiga

diantara kematian tersebut terkait dengan pemberian MP-ASI yang terlalu cepat atau

terlambat diberikan. Keadaan ini akan mambuat daya tahan tubuh lemah, sering sakit,

dan gagal tumbuh (Waryana, 2010). Pemberian MP-ASI dini seperti susu formula, air

glukosa, bubur, dan lain sebagainya hanya akan mengurangi nafsu minum si bayi,
dan juga dapat berakibat berkurangnya suplai ASI kepada bayi. Penghentian

menyusui di Indonesia, didasarkan pada alasan-alasan antara lain hamil lagi, anak

cukup umur mendapat makanan biasa, payudara sakit, air susu tidak keluar,

lingkungan sosial budaya, ibu bekerja, pengaruh iklan, dan sebagainya.

Laporan Dinas Kesehatan Provinsi di Indonesia tahun 2013, cakupan

pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3% dari jumlah total bayi

usia 0-6 bulan, atau secara absolut sebesar 1.348.532 bayi atau bayi 0-6 bulan yang

tidak ASI eksklusif sebanyak 1.134.952 bayi. Terdapat 19 provinsi yang mempunyai

persentase ASI eksklusif di atas angka nasional (54,3%), dimana persentase tertinggi

terdapat di Nusa Tenggara Barat (79,7%) dan terendah di Maluku (25,2%)

(Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 bahwa pemberian awal ASI sudah umum di Indonesia yaitu

sebesar 96% anak dibawah umur 2 tahun pernah diberi ASI dan 42% anak berumur di

bawah 6 bulan mendapat ASI ekslusif.

Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif dari target nasional sebesar 80%

dapat kita lihat dari data berikut, yakni angka cakupan pemberian ASI eksklusif

dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat pemberian MP-ASI dari bayi umur 0 bulan

sebanyak 52,7%, umur 1 bulan 48,7%, umur 2 bulan 46%, umur 3 bulan 42,2%, umur

4 bulan 41,9%, umur 5 bulan 36,6%, umur 6 bulan 30,2%. Artinya semakin

bertambahnya umur bayi maka semakin tinggi angka riwayat pemberian MP-ASI

kepada bayi, yakni umur 0 bulan 47,3%, umur 1 bulan 51,3%, umur 2 bulan 54%,
umur 3 bulan 57,8%, umur 4 bulan 58,1%, umur 5 bulan 63,4%, umur 6 bulan 69,8%

(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2014,

bayi yang mendapatkan ASI ekslusif di Kabupaten Deli Serdang semakin meningkat

selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2012 cakupan ASI ekslusif sebesar 33,62%,

meningkat menjadi 33,75% pada tahun 2013, dan meningkat lagi menjadi 41,4%

pada tahun 2014 (Profil Dinkes. Kabupaten Deli Serdang, 2014).

Salah satu faktor dalam pemberian MP-ASI adalah pengetahuan ibu (Martini,

2009). Manfaat pemberian ASI eksklusif sangat eratkaitannya dengan pemberian

MP-ASI dini. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Briawan (2007)

diketahui bahwa faktor penghambat keberlanjutan pemberian ASI adalah

pengetahuan dan keyakinan ibu bahwa bayi tidak akan cukup memperoleh zat gizi

jika hanya diberi ASI sampai umur 6 bulan, ibu dalam penelitian ini meyakini bahwa

MP-ASI dapat meningkatkan gizi pada bayi. Hasil penelitian Putra (2011)

memperlihatkan 53,3% ibu memiliki pengetahuan cukup tentang MP-ASI pada bayi.

Hasil penelitian Elvi (2007) di Desa Limau Manis didapatkan bahwa 13 orang

(43,3%) mempunyai pengetahuan kurang, 13 orang (43,3%) mempunyai pengetahuan

cukup dan 2 orang (6,7%) mempunyai pengetahuan yang baik. Hasil penelitian di

Desa Rembun dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu tentang makanan

pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada katagori cukup yaitu 64,4%

(Lestari, 2012).
Upaya dalam meningkatkan pengetahuan ibu, perlu dilakukan kegiatan

penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan

yang diperlukan oleh masyarakat sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku

sehat pada mereka (Notoatmodjo, 2012). Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah

upaya memberdayakan individu, kelompok dan masyarakat untuk memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kemauan

dan kemampuan, serta mengembangkan iklim yang mendukung, yang dilakukan dari,

oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat

(Depkes, 2008).

Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

metode. Metode yang digunakan tergantung pada sasaran. Metode yang sering

digunakan dalam memberikan penyuluhan adalah metode ceramah. Metode ceramah

adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau

pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi

tentang kesehatan. Selain metode ceramah, adapula metode lain yang lebih efektif

dalam merubah pengetahuan, sikap bahkan perilaku namun jarang digunakan dalam

memberikan penyuluhan yaitu metode diskusi (Notoatmodjo, 2012).

Diskusi merupakan suatu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai

suatu masalah serta membahas satu topik yang menjadi perhatian umum dimana

masing-masing anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk bertanya

atau memberikan pendapat. Dengan jumlah anggota diskusi 5 (lima) sampai 20

(dua puluh) orang. Dalam teori dijelaskan bahwa diskusi sebagai metode penyuluhan
kelompok memiliki nilai lebih dibandingkan dengan metode penyuluhan melalui

media massa, karena dengan metode diskusi umpan balik dapat diperoleh secara

langsung. Hal ini akan menghilangkan atau mengurangi salah persepsi antara

audience dengan penyuluh (Mariyatul, 2012).

Hasil penelitian Sefrizon tahun 2011 tentang pengaruh ceramah, diskusi

kelompok tehadap pengetahuan dan keterampilan pencegahan penularan tuberklosis

paru pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Solok yang menyebutkan pengaruh

ceramah, diskusi kelompok dapat memberikan perbedaan pengetahuan dan

keterampilan siswa sekolah dasar dalam pencegahan penularan tuberklosis paru.

Penelitian yang dilakukan oleh Meherdika tahun 2014 tentang penyuluhan dengan

ceramah terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI eksklusif di Kecamatan

Kanigoro Kabupaten Blitar menyebutkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan

dengan metode ceramah dengan peningkatan pengetahuan dan sikap ibu. Penelitian

yang dilakukan oleh Suraya tahun 2011 tentang penyuluhan dengan ceramah dan

leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP-ASI pada

anak 6-24 bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

menyebutkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet dapat

meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu.

Berdasarkan data yang diambil dari Puskesmas Batang Kuis tahun 2015,

jumlah bayi 684 orang dan yang mendapatkan ASI ekslusif sebanyak 392 orang

(39,3%), dari 11 Desa di wilayah kerja Puskesmas Batang Kuis, Desa Bintang Meriah
yang paling rendah cakupan ASI ekslusif 10 orang (12,7%) dan yang mendapatkan

MP-ASI dini sebanyak 65 orang (87,3%) (Profil Puskesmas Batang Kuis, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara pada saat posyandu yang lakukan pada tanggal

12 Januari 2016 di desa Bintang Meriah pada 8 ibu yang memiliki bayi 7 diantaranya

memberikan MP-ASI sebelum bayi usia 6 bulan, dan 1 ibu berusaha untuk tetap

memberikan ASI secara ekslusif, saat ditanyakan kapan ibu memberikan MP-ASI,

7 dari 8 ibu mengatakan memberikan MP-ASI dibawah usia 6 bulan dikarenakan ibu

tidak tahu kapan pemberian MP-ASI yang tepat untuk diberikan pada bayinya,

dengan alasan jika ibu memberikan MP-ASI dibawah usia 6 bulan pada anaknya akan

terlihat lebih tenang, tidak sering rewel, dan jika ASI saja yang diberikan tidak akan

tercukupi gizinya, serta adanya kebiasaan ibu memberikan MP-ASI turun temurun

dari orang tuanya. Hal ini yang menyebabkan ibu terus-menerus memberikan

MP-ASI kepada bayinya sebelum usia 6 bulan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penyuluhan dengan

metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap tentang

pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Bintang Meriah Kecamatan

Batang Kuis Tahun 2016.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

penelitian adalah apakah ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan

metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis Tahun

2016.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

penyuluhan dengan metode ceramah dan metode diskusi terhadap pengetahuan dan

sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Bintang

Meriah Kecamatan Batang Kuis Tahun 2016.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan metode diskusi

terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI

(MP-ASI) di Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis Tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan dan kebijakan bagi Puskesmas Batang Kuis dalam upaya

meningkatkan Penyuluhan terkait Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

2. Diharapkan bagi masyarakat khususnya ibu-ibu di Desa Bintang Meriah

Kecamatan Batang Kuis dapat merubah pengetahuan dan sikap ibu tentang

pemberian MP-ASI dini dan dapat meningkatkan pemberian ASI ekslusif.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

2.1.1 Pengertian

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan dan minuman yang

mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna

memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006).

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang

telah berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangkan

kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam

makanan dengan berbagai tekstur dan rasa (Sulistijani, 2004).

MP ASI merupakan makanan bayi kedua yang menyertai pemberian ASI.

Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan pada bayi yang telah

berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Pemberian makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan usia balita.

Pemberian makanan pendamping ASI harus bertahap dan bervariasi dari mulai

bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan

akhirnya makanan padat. Makanan pendamping ASI diberikan pada bayi di samping

ASI (Depkes, 2006).

58
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi gizinya. MP-ASI

diberikan mulai umur 4 bulan sampai 24 bulan. WHO menganjurkan ASI eksklusif 6

bulan. Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin

bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang

memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke

makanan keluarga (Maryunani, 2010).

MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi

pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukan bahwa MP-ASI

berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung dalam ASI. Dengan

demikian, cukup jelas peranan makanan tambahan bukan sebagai pendamping ASI

tetapi juga untuk melengkapi atau mendampingi ASI.

MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) adalah makanan bayi yang diberikan

disamping ASI, dengan tekstur dan kepadatan sesuai kemampuan cerna bayi. WHO

dan sebagian besar organisasi kesehatan merekomendasikan pemberian MP-ASI pada

usia sekitar 6 bulan (Dian dan Yudith, 2013).

2.1.2 Tujuan Pemberian MP-ASI

Air susu ibu hanya mampu mencukupi kebuthan bayi sampai usia 6 bulan,

setelah itu produksi ASI semakin berkurang sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin

meningkat seiring bertambahnya umur dan berat badan. Adapun tujuan pemberian

makanan pendamping (Soenarno, 2007) sebagai berikut :


a. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang dari ASI

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan

dengan berbagai rasa dan tekstur

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang

tinggi.

Pada usia 6 bulan atau lebih ASI saja sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan

nutrisi bayi, usia pasti pemberian MP-ASI yang tepat bisa bervariasi antar bayi dan

bergantung pada perkembangan individual sistem metabolik dan neuromotorik anak

tapi lebih disarankan sesudah berumur 6 bulan atau lebih.

2.1.3 Manfaat MP-ASI

ASI hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 4-6 bulan. Setelah

itu produksi ASI semakin berkurang, sedang kebutuhan gizi bayi semakin meningkat

seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Pertumbuhan dan perkembangan

anak yang normal dapat diketahuidengan cara melihat kondisi pertambahan berat

badan anak. Apabila anak setelah usia 4-6 bulan, berat badan seorang anak tidak

mengalami peningkatan, menunjukan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi tidak

terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan bayi hanya mengandalkan ASI

saja atau pemberian makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Disamping itu

faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberikan pengaruh yang cukup

besar (Krisnatuti dan Yenrina, 2000).


Menurut Indiarti (2008), manfaat makanan pendamping ASI (MP-ASI)

adalah:

1. Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik psikomotor, otak dan kognitif otak si

kecil yang semakin meningkat

2. Untuk melatih keterampilan mengunyah dan menelan si kecil

3. Untuk belajar mengembangkan kemampuan menerima berbagai rasa dan struktur

makanan.

2.1.4 Persyaratan MP-ASI

Makanan pendamping untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai

berikut: nilai energi dan kandungan proteinnya cukup tinggi, dapat diterima dengan

baik, harganya relatif murah, dan dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia

secara lokal. Makanan pendamping bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi, dan

mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna sedikit mungkin. Sebab

serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu pencernaan. Pada usia

enam bulan, pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan pendamping ASI harus

setelah usia enam bulan, karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan

konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan pencernaan atau bisa diare. Sebaliknya

bila makanan pendamping diberikan terlambat akan mengakibatkan anak kurang gizi

bila terjadi dalam waktu panjang (Depkes, 2003).

Kriteria yang harus dimiliki dalam pemberian MP-ASI adalah sebagai berikut:

a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.


b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral

yang cocok.

c. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik.

d. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.

e. Bersifat pada gizi.

f. Kandungan serat kasar/bahan lain sukar dicerna dalam jumlah yang sedikit.

Kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu pencernaan

bayi.

Makanan bayi tidak boleh memiliki sifat kamba, yaitu volume makanan yang

besar tetapi kandungan gizinya rendah. Yang harus diperhatikan adalah jumlah

kandungan protein serta energi yang terkandung dalam makanan bayi harus cukup

tinggi. Makanan yang bersifat kamba akan cepat memberikan rasa kenyang sehingga

bayi tidak mau meneruskan makannya (Krisnatuti dan Yenrina, 2004).

2.1.5 Jenis MP-ASI

a. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang

merata dan bentuknya lebih kasar dari maknan lumat halus, contoh: bubur susu,

bubur sumsum, pisang saring yang dikerok, pepaya saring, tomat saring, tomat

saring, nasi tim saring dan lain-lain.

b. Makanan lunak adalah makanan yang masak dengan banyaka air dan tampak

berair, contohnya bubur nasi, bubur ayam, nasi tim kentang puri dan lain-lain.
c. Makanan padat adalah makana yang nampak berair dan biasanya disebut

makanan keluarga, contoh : lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit dan lain-lain

(Kemenkes RI, 2010).

2.1.6 Tanda Bayi Siap Diberikan MP-ASI

Apabila bayi sudah memiliki tanda-tanda seperti di bawah ini, berarti ia sudah

siap diberi makanan tambahan (MP-ASI) sebagai penunjang kebutuhannya yang

semakin meningkat. Inilah tanda-tandanya:

a. Mempunyai kontrol yang baik terhadap kepala dan leher.

b. Sudah dapat duduk sendiri tanpa bantuan ibu.

c. Gerak-geriknya menunjukkan ketertarikan terhadap makanan.

d. Suka menggapai makanan atau benda lain dan dimasukkan ke mulut.

e. Suka memindahkan sendok dari satu tangan ke tangan lain.

f. Sudah terbiasa pada tekstur dan makanan baru.

g. Bila sudah kenyang, bisa menunjukkannya dengan cara memalingkan kepala atau

menutup mulut rapat-rapat (Aryani, 2010).

2.1.7 Tahap Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus dilakukan secara

berangsur-angsur tahap demi tahap, diantaranya:

a. Makanan diperkenalkan satu persatu. Pada satu waktu makan, cukup

diperkenalkan satu jenis makanan saja dalam jumlah kecil. Misalnya ketika tahap

pemberian sari buah, disini agar bayi mengenal rasa manis, masam, dan manis-
masam. Selanjutnya bayi diberikan nasi tim hati ayam agar bayi mengenal rasa

pahit.

b. Jika seandainya bayi tidak dapat mentoleransi makanan yang diberikan, atau

menimbulkan reaksi alergi yang mudah dapat dikenali, maka makanan itu tidak

diberikan lagi dan dicobakan lagi setelah usianya 1 tahun. Demikian juga

pemberian telur pada makanannya perlu dilakukan pengamatan seperti di atas

mengingat beberapa kasus bayi sangat sensitif terhadap awal pemberian telur.

c. Sari buah yang diberikan seyogyanya adalah buah yang memiliki rendah serat dan

tidak merangsang, sebagai contoh berikan sari tomat, sari jeruk manis.

d. Sayur yang diberikan dimaksudkan sebagai sumber vitamin A dan zat besi.

Contoh sayuran sumber vitamin A adalah wortel, sedangkan bahan makanan

sumber zat besi adalah bayam.

e. Makanan pendamping ASI yang diberikan sebaiknya tidak dicampur karena bayi

harus mempelajari perbedaan tekstur dan rasa makanan (Adiningsih, 2010).


Tabel 1.1 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI

Jenis Makanan Pendamping Frekuensi Pemberian


Umur Bayi
ASI Selama 24 jam
ASI Sesuka bayi
Lumat halus 5 kali @ 185-200 ml
6-9 bulan
Sari Buah 1 kali
Bubur Lembut 1-2 kali
ASI Sesuka bayi
Susu sapi atau formula bayi 4 kali @ 200-210 ml
7-8 bulan Pure Buah 1 kali
Bubur Lembut 1 kali
Bubur Saring 1 kali
ASI Sesuka bayi
Susu sapi atau formula bayi 4 kali @ 200-210 ml
8-9 bulan Pure Buah 1 kali
Bubur Lembut 1 kali
Bubur saring 2 kali
ASI Sesuka bayi
Susu sapi atau formula bayi 4 kali @ 210-220 ml
9-10 bulan Jus Buah 1 kali
Bubur Saring 1 kali
Makanan Tim 2 kali
ASI Sesuka bayi
Susu sapi atau formula bayi 3 kali @ 220-250 ml
10-12 bulan Jus Buah 1 kali
Makanan Tim 3 kali
Makanan Selingan 1-2 kali
(Sumber: Apriadji, 2011. Variasi Makanan Sehat Bayi)

2.1.8 Permasalahan dalam Pemberian Makanan pada Bayi atau Anak Umur
0-24 bulan

a. Pemberian makanan pralaktal (makanan sebelum keluar) makanan prakatal

adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu pisang yang

diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat

berbahaya bagi kesehatan bayi, dan mengganggu keberhasilan menyusui.


b. Kolostrum dibuang adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental

dan berwarna kekuning-kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang tidak

memberikan kolostrum pada bayinya. Kolostrum mengandung zat

kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat

gizi tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.

c. Pemberian MP-ASI terlalu dini (sebelum bayi berumur 4 bulan)

menurunkan konsumsi ASI dan gangguan pencernaan atau diare. Kalau

pemberian MP-ASI terlambat bayi sudah lewat usia 6 bulan dapat

menyebabkan hambatan pertumbuhan anak.

d. Pemberian MP-ASI pada periode umur 4-24 bulan sering tidak tepat dan

tidak cukup baik kualitas maupun luantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa

anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau

minyak pada makanan anak, dapat menyebabkan anak menderita kurang

gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang larut

dalam lemak.

e. Pemberian MP-ASI sebelum ASI pada usia 4-6 bulan, pemberian ASI yang

dilakukan sesudah MP-ASI dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi.

Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayiterutama diperoleh dari ASI.

Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi

untuk mengkonsumsi ASI berkurang, yang berkakibat menurunnya

produksi ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita kurang gizi.

Seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI.


f. Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat

kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.

g. Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja di daerah kota dan semi

perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI

dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena ibu sibuk. Hal ini

menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi kalau pemberian MP-ASI

pada anak kurang diperhatikan.

h. Kebersihan kurang pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama

pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak

ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa

penutup makanan atau tudung saji dan kurang mengamati perilaku

kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya

penyakit infeksi seperti diare (mencret) dan lain-lain. “menyuapi anak

dengan tangan yang kotor dapat menyebabkan anak mencret”.

i. Prioritas gizi yang salah pada keluarga banyak yang memprioritaskan

makanan untuk anggota keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak

tertua dibandingkan untuk anak paling kecil dan bila makan bersama-sama

anak paling kecil selalu kalah (Dian, 2012).


2.1.9 Masalah Dalam MP-ASI

a. Gangguan Pemberian MP-ASI Terlalu Dini

1) Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara menyiapkan

makanan yng kurang juga karena pembentukan zat anti oleh usus bayi

yang belum sempurna.

2) Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini akibat

usus bayi yang masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein

asing.

3) Terjadi malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak. Bila makanan

yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak menderita

KEP (Kurang Energi Protein) dan dapat terjadi sugar baby atau

obesitas bila makanan yang diberikan mengandung kalori yang terlalu

tinggi.

4) Produksi ASI menurun, karena bayi yang sudah kenyang dengan MP-

ASI tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya

dapat menurunkan produksi ASI.

5) Tingginya solute load dari MP-ASI yang diberikan, sehingga dapat

menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal (Dian

dan Yudith, 2013).


b. Resiko Pemberian MP-ASI Dini

1) Menyulitkan ibu mempertahankan produksi ASI. Semakin banyak

makanan yang masuk, semakin sedikit ASI yang diinginkan bayi.

Porsi ASI berkurang karena tergantikan oleh makanan.

2) Berkurangnya porsi ASI karena tergantikan oleh makanan juga dapat

penyebabkan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik. ASI

mencukupi 100% ebutuhan bayi yang berusia kuran dari 6 bulan,

sedangkan asupan makanan tidak bisa menggantikan nutrisi ASI.

Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat-zat imunitas dari ASI secara

optimal, lebih rentan sakit, terutama batuk.

3) Meningkatkan anemia defesiensi zat besi. Bayi yang lahir cukup bulan

dan mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan akan terjaga kadar HB

dan kandungan zat besi dalam tubuhnya.

4) Menyulitkan bayi mulai makan. Resiko tesedak makan lebih besar

pada bayi sebelum usia 6 bulan karena keterampilan menerima

makanan dengan lidah dan menelannya belum berkembang. Bayi yang

mulai makan pada usia yang tepat dapat lebih mudah belajar makan,

misalnya memindahkan makanan dalam mulut menggunakan lidah,

atau menelan.

5) Meningkatkan kemungkinan elergi makanan. Sejak dilahirkan sampai

usia 6 bulan, saluran pencernaan bayi masih terbuka. Ada jarak antara

sel dalam usus yang kecil yang memungkinkan makro molekul untuk
masuk termasuk protein kompleks dan patogen. Bayi bayi dengan ASI

Ekslusif, saluran pencernaan yang „‟terbuka‟‟ ini baik karena

memungkinkan zat-zat antibodi dari ASI masuk secara langsung ke

aliran darah. Protein dari makanan yang masuk dianggap oleh tubuh

sebagai benda asing dan sering menyebabkan reaksi alergi.

6) Pada bayi usia 4-6 bulan, antibodi dari ASI akan melapisi imunitas

pasif menurunkan kemungkinan bayi sakit dan secara sempurna, bayi

mulai memproduksi antibodi sendiri pada usia 6 bulan. Umumnya saat

itu, saluran pencernaan sudah tertutup.

7) Terganggu saluran pencernaan. Makanan sulit dicerna oleh sistem

pencernaan yang belum matang sehingga beresiko membuat bayi

kembung, mual, konstipasi dan lain-lain. Selain itu sistem pencernaan

bayi belum dapat mencerna protein dengan sempurna. Enzim amilase

untuk mencerna lemak juga masih-juga sangat rendah. Enzim untuk

mencerna karbohidrat seperti maltase, isomaltase, sukar sebelum

mencapai kadar yang cukup sampai usia 7 bulan.

8) Kegemukan. ASI ekslusif selam 6 bulan dapat mencegah kenaikan

berat badan drastis yang merupakan langka awal terjadinya obesitas.

9) Lactational amenorrhea (metode KB alami karena menyusui) menjadi

tidak efektif sejak bayi mendapatkan asupan makanan pendamping

ASI (Dian dan Yudith, 2013).


c. Pemberian MP-ASI Terlambat

Bahaya pemberian MP-ASI terlalu lambat, memulai pemberian MP-

ASI terlalu lambat juga berbahaya (Depkes RI, 2005) karena :

1) Ada tidak mendapatkan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk

mengisi kesenjangan energi dan nutrien

2) Anak berhenti pertumbuhannya atau lambat tumbuh

3) Pada anak resiko malnutrisi dan defesiensi mikro nutrien meningkat

Jika setelah usia 6 bulan bayi belum juga diperkenalkan MP-ASI,

dikhawatirkan terjadi kebiasaan sulit makan di kemudian hari karena

perkembangan oromotornya terhambat akibat kurang stimulasi sejak

dini. Jika hal ini berkelanjutan dapat mengakibatkan kurang gizi

sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak optimal. Bahkan

tidak jarang dijumpai kasus anoreksia di kemudian hari (Handsout,

2012).

2.1.10 Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini

a. Resiko Jangka Pendek

1) Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan menurun

frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang merupakan resiko

untuk terjadinya penurunan produksi ASI.

2) Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi

penyerapan zat besi dari ASI sehingga menyebabkan defesiensi zat

besi dan anemia.


3) Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.

4) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer,

5) Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga

resiko infeksi meningkat

6) Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi anak

7) Depluk atau kolik usus yaitu istilah yang sering digunakan bagi

kerewelan atau tangisan yang terus menerus bagi bayi yang dipercaya

karena adanya kram dalam usus.

b. Resiko Jangka Panjang

1) Obesitas. Kelebihan dalam memberikan makanan adalah resiko utama

dari pemberian makanan yang terlalu dini.

2) Hipertensi. Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15

mg/100 ml).

3) Arteriosklerosis. Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan

diet yang megandung tinggi energi dan kaya akan kolesterolserta

lemak jenuh

4) Alergi makanan. Belum matangnya sistem kekebalan dari ususpada

umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan (Dian,

2012).
2.1.11 Tumbuh Kembang Optimal

Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, WHO dan UNICEF

merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu :

a. Memberikan ASI kepada bayi segera setengah jam setelah lahir

b. Memberikan ASI saja atau ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan

c. Memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan

d. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih

2.2 Penyuluhan Kesehatan

2.2.1 Pengertian

Penekanan konsep penyuluhan kesehatan lebih pada upaya mengubah

perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan

dan pemahaman sasaran), sehingga pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai

dengan yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya akan

dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan (Maulana, 2009).

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan

dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak

hanya sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran

yang ada hubungannya dengan kesehatan (Machfoedz, 2008). Secara umum

penyuluhan kesehatan bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku individu,

keluarga, kelompok, masyarakat dibidang kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di


masyarakat. Menurut Syafrudin (2009), keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru

yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah seseorang

menerima informasi.

b. Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang semakin mudah pula menerima

informasi.

c. Adat istiadat

Masyarakat masih menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu

yang tidak dapat diabaikan.

d. Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang yang

sudah mereka kenal karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan

penyampain informasi.

e. Media

Media yang digunakan dalam penyuluhan akan menarik minat masyarakat.

f. Ketersediaan waktu masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktivitas masyarakat

untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.


2.2.2 Tujuan Penyuluhan

Tujuan penyuluhan kesehatan adalah menguba perilaku masyarakat kearah

perilaku sehat, perubahan perilaku. Sedangka menurut Wong dalam (Iqbal, 2012)

menyatakan tujuan penyuluhan adalah:

a. Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan serat

keselamaatn lingkungan dalam masyarakat

b. Agar orang melakukan langkah dalam mencegah hal-hal yang memperparah

terjadinya penyakit dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi

cacat yang disebabkan penyakit

c. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi atau

perubahan-perubahan sistem.

d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan bagaimana caranya

dengan tanpa selalu meminta pertolongan kepada system pelayanan kesehatan

Tujuan pendidikan yang paling pokok menurut Effendy (2001) adalah:

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam

membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan

aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dankelompok dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehatbaik fisik, mental, dan

sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian

c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubahperilaku

perseorangan dan atau masyarakat dalam bidangkesehatan.


2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Penyuluhan

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan

masyarakat menurut Effendy (2001), apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam

proses penyuluhan itu sendiri.

a. Faktor Penyuluh

1) Kurang persiapan

2) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan

3) Penampilan kurang meyakinkan sasaran

4) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu

banyak menggunakan istilah–istilah asing

5) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar

6) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan.

b. Faktor sasaran

1) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerimapesan yang

disampaikan

2) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan

pesan–pesan yang disampaikan, karena lebih memikirkan kebutuhan-

kebutuhan lain yang lebih mendesak

3) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk

mengubah misalnya, makan ikan dapat menimbulkan cacingan, makan telur

dapat menimbulkan cacingan


4) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkinterjadi

perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal di daerah tandus yang

sulit air akan sangat sukar untuk memberikan penyuluhan tentang hygiene dan

sanitasi danperseorangan.

c. Faktor proses dalam penyuluhan

1) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkansasaran

2) Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian sehingga mengganggu

proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan

3) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit

untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan

4) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang ditunjang oleh alat peraga

yang dapat mempermudah pemahaman sasaran

5) Metode yang dipergunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran

untuk mendengarkan penyuluhan yangdisampaikan

6) Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran, karena tidak

menggunakan bahasa keseharian sasaran.

2.2.4 Metode Ceramah dalam Penyuluhan

Metode ceramah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam

proses pendidikan kesehatan, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun yang berpendidikan rendah (Wawan dan Dewi, 2010). Ceramah

adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah yakni dari penceramah

kepada para peserta ceramah. Pada metode ini si penceramah lebih banyak
memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya

dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk memberikan

tanggapannya, ceramah merupakan metode pendidikan kesehatan dalam kelompok

besar, yang dimaksud dengan kelompok besar disini adalah apabila peserta

penyuluhan itu lebih dari 15 orang (Maulana, 2009).

Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi

biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas dipahami oleh

peserta dari pada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya

informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat

minim maka metode inilah yang tepat untuk digunakan dimana dapat menyampaikan

banyak pesan dalam waktu yang relatif singkat.

Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa

yang diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan

mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun

dalam diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya

makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. Menurut Wawan

dan Dewi (2010) ceramah akan berhasil apabila tehnik ceramah dimodifikasi dengan

melakukan tanya jawab sesudah penyampaian materi dan simulasi/demonstrasi

singkat apabila materi yang disampaikan ada yang mau diterapkan/dipraktekkan

dengan latihan singkat, dengan demikian peserta dapat bertanya tentang hal-hal yang

belum dipahaminya dan dapat melihat simulasi/demonstrasi langsung mengenai

praktek yang akan dilaksanakan.


Kunci dari keberhasilan ceramah apabila penceramah tersebut dapat

menguasai sasaran ceramah, untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai

berikut: sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan

gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju kepada

peserta ceramah, berdiri ditengah (pertengahan) dan sebaiknya tidak duduk,

menggunakan alat-alat bantu lihat semaksimal mungkin (Wawan dan Dewi, 2010).

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan

adalah :

a. Metode Ceramah, adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu

ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga

memperoleh informasi tentang kesehatan.

b. Metode Diskusi Kelompok, adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah

dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran)

dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

c. Metode Curah Pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap

anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan

oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat yang telah

dikemukakan.

d. Metode Panel, adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung

atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan

seorang pemimpin.
e. Metode Bermain Peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan

manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih

untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

f. Metode Demonstrasi, adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan

prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk

memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan

menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak

terlalu besar jumlahnya.

g. Metode Simposium, adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2-5 orang

dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

h. Metode Seminar, adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk

membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai

bidangnya (Maulana, 2009).

Menurut Effendy (1998), dalam melakukan pendidikan kesehatan langkah-

langkah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.

b. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.

c. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan

kesehatan masyarakat.

d. Menyusun perencanaan pendidikan kesehatan.

1) Menetapkan tujuan.

2) Penentuan sasaran.
3) Menyusun materi/isi pendidikan kesehatan

4) Memilih metode dan media dengan tepat.

5) Penentuan kriteria evaluasi.

e. Pelaksanaan pendidikan kesehatan

f. Penilaian hasil pendidikan kesehatan

g. Tindak lanjut dari pendidikan kesehatan.

Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, metode ceramah juga memiliki

kelemahan antara lain (LP3I Unair, 2009):

a. Komunikasi satu arah sehingga sasaran menjadi pasif untuk bertanya atau

mengeluarkan pendapat.

b. Pada metode ceramah tidak dapat diidentifikasi kebutuhan per individu.

c. Sasaran tidak diberi kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif.

d. Sasaran mudah menjadi bosan jika waktu terlalu lama.

Langkah-langkah dalam melaksanakan pendidikan kesehatan/pembelajaran

dengan menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut: (Nurlaili, 2009)

a. Persiapan

1) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)

2) Menyusun urutan penyajian materi untuk mencapai tujuan pembelajaran

khusus yang sudah ditetapkan.

3) Merumuskan materi ceramah secara garis besar.

4) Memperbanyak materi ceramah untuk dibagikan kepada sasaran.


b. Pelaksanaan

1) Menjelaskan kepada sasaran tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang ingin

dicapai sesudah pelajaran berakhir

2) Menjelaskan kepada siswa pelaksanaan metode ceramah bervariasi, misalnya:

ceramah yang disertai dengan tanya jawab

3) Membagikan materi ceramah kepada siswa

4) Menyajikan materi ceramah

5) Tanya jawab

6) Merangkum materi yang telah disampaikan

2.2.5 Metode Diskusi dalam Penyuluhan

Metode diskusi merupakan satu metode yang sering digunakan dalam proses

pendidikan, dimana harus ada partisipasi yang baik dari peserta diskusi saat diskusi

berlangsung. Diskusi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan

pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efisien dan untuk memengaruhi

para peserta agar mau mengubah sikap. Dalam suatu diskusi pesertanya berfikir

bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri

sendiri dan peserta diskusi terhadap permasalahan yang menjadi topik diskusi

(Lunandi,1993)

Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan

pengalaman dalam bentuk tanya jawab yang teratur, dengan tujuan mendapatkan

pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk

menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Diskusi merupakan saluran


yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi dan

mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah

antara individu dan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya (Graeff,

1996).

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa

sehinnga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain,

misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk

diantara para peserta sehingga suasana lebih akrab (Effendi,1998).

Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk

memperkenalkan permasalahan yang akan dibahas peserta dan memelihara perhatian

yang terus menerus dari para peserta, dan memberikan kesempatan pada setiap orang

untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi dari beberapa orang

saja, membuat kesimpulan dari pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran

yang di ajukan. Metode diskusi juga mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang

berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta adanya

dominasi pembicaraan oleh satu orang atau beberapa orang saja.

Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara

untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk

berpartisipasi.
Ada beberapa tehnik yang digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain:

a. Diskusi kelompok: dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan

diskusi atau penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi dan

tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, dimana pimpinan

diskusi memberikan pancingan, mengarahkan dan mengatur sehingga diskusi

tetap berjalan hidup dan tidak ada dominasi diantara para peserta diskusi.

b. Curah pendapat (Brain Storming): merupakan modifikasi diskusi kelompok yang

dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan

jawaban/tanggapan selanjutnya ditulis dalam fliphcard/papan tulis, sebelum

semuanya mencurahkan pendapat dan tidak boleh ada komentar dari siapa pun,

baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan

akhirnya terjadi diskusi.

c. Bola salju (Snow Balling) tiap orang di bagi pasangan pasangan (sepasang 2

orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah setelah kurang lebih

5 menit tiap 2 pasang bergabung jadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah

tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian setiap 2 pasang yang

beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian

seterusnya maka terbentuklah diskusi seluruh kelas.

d. Kelompok kecil-kecil (Buzz group): kelompok lansung dibagi menjadi kelompok

kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan

kelompok yang lain, dan masing masing kelompok mendiskusikan masalah

tersebut, kemudian kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dicari kesimpulannya.


Beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode diskusi kelompok sebagai

berikut :

a. Kelebihan metode diskusi kelompok

1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai

jalan.

2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling

mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh

keputusan yang lebih baik.

3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun

berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi).

b. Kelemahan metode diskusi kelompok

1) Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode diskusi kelompok adalah

sebagai berikut (Nurlaili, 2009) :

a. Persiapan

1) Menentukan topik yang akan didiskusikan.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK).

3) Merumuskan masalah yang akan didiskusikan.


4) Menentukan waktu dan pengaturan kelompok diskusi.

b. Pelaksanaan

1) Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota).

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK).

3) Membagi-bagi tugas, dan memberikan pengarahan diskusi.

4) Memberikan rangsangan dan membantu siswa untuk berpartisipasi.

5) Mencatat ide dan saran-saran yang penting.

6) Kelompok-kelompok membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam

diskusi antar kelompok.

7) Hasil diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru/fasilitator dalam bentuk

lisan/tertulis.

2.3 Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

knowledge. Sedangkan secara terminologi pengetahuan adalah apa yang diketahui

atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua

isi pikiran dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan diperlukan usaha

manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh


intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2.3.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan,

khususnya tingkat pengetahuan tentang pemberian MP-ASI. Faktor-faktor tersebut

antara lain:

a. Usia

Semakin bertambah usia seseorang, diasumsikan bertambah pula pengetahuannya

seiring dengan bertambahnya pengalaman dan kematangan diri.

b. Pendidikan

Pendidikan yang baik akan meningkatkan pengetahuan, dan juga memudahkan

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi. Pendidikan dalam

hal ini dapat diperoleh secara formal maupun non formal. Pendidikan non formal

didapatkan dari keluarga, organisasi, dan masyarakat, sedangkan pendidikan

formal diperoleh di sekolah.

c. Sosial dan Ekonomi

Kondisi sosial dan ekonomi seseorang mempunyai peran dalam meningkatkan

kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan. Seseorang dengan status sosial

dan ekonomi yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih rendah

karena tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan baik formal

maupun non formal.


d. Lingkungan Pergaulan atau Kelompok Sebaya (Peer Group)

Pengaruh kelompok sebaya dapat tercermin dalam sikap, pembicaraan, dan

perilaku seseorang. Adanya dukungan dari pergaulan akan memperbesar

kesempatan untuk mempelajari pola-pola perilaku dan dengan demikian

meningkatkan pengetahuan.

e. Paparan Informasi

Informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan dalam berbagai hal. Informasi yang

didapatkan remaja dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber, seperti

media massa, konseling, pendidikam kesehatan, dan internet.

2.4 Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,

baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak langsung

dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap

stimulus tertentu (Sunaryo, 2004).

Menurut Maulana (2009), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi

kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.

Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar

rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra

terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan,

mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari.

2.4.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain:

a. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasinyang melibatkan factor

emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan

sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting

tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya

karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu masyarakat

asuhannya.

d. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,

berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung

dipengaruhi oleh sikap penulisnya akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

menentukan sistem kepercayaan sehingga konsep tersebut dapat mempengaruhi

sikap seseorang.

f. Pengaruh faktor emosional

Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego (Maulana, 2009).


2.5 Landasan Teori

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya)

(Notoatmodjo, 2014).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Sikap juga diartikan sebagai penggambaran suka atau tidak

suka seseorang terhadap objek, yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang

lain yang membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain.

Menurut Hosland, et al (1953) dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa

perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses

perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri

dari:

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila

stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif

memengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh

organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti

stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.


3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk

bertindak demi stimulus yang telah diterimanya.

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus

tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut.

Menurut Skiner dalam Maulana (2009) keefektifan suatu komunikasi dapat

dilihat melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner ini

disebut teori ”S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons).


RESPONS
STIMULUS TERTUTUP
ORGANISME
Pengetahuan
Sikap

RESPONS
TERBUKA
Praktik
Tindakan

Gambar 2.1 Landasan Teori

Menurut Roger dan Shoemaker (1978) dapat disimpulkan bahwa proses

perubahan pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan dan sikap individu melalui

proses yang panjang yaitu proses adopsi inovasi dengan lima tahap, yaitu:

1) Mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru (awareness); 2) Menaruh perhatian

terhadap ide-ide (interest); 3) Memberikan penilaian (evaluation); 4) Mencoba

memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka; 5) Menerima ide baru (adoption).

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konsep penelitian ini

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Penyuluhan dengan
metode ceramah dan Pengetahuan dan Sikap
metode diskusi Ibu

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi-Experimental Design (eksperimen

semu), dengan rancangan Pretest-Posttest Group Design.

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Pre Test Intervensi Post Test


Ceramah (O1) (Ceramah) (O2)
(X1)

Kelompok Pre Test Intervensi Post Test


Diskusi (O3) (Diskusi) (O4)
(X2)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

a. O1 adalah hasil pretest, yaitu pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian

MP-ASI sebelum mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah.

b. X1 adalah perlakuan yang dilakukan, yaitu penyuluhan kepada ibu dengan

metode ceramah.

c. O2 adalah hasil posttest, yaitu pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian

MP-ASI sesudah mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah.

45
d. O3 adalah hasil pretest, yaitu pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian

MP-ASI sebelum mendapatkan penyuluhan dengan metode diskusi.

e. X2 adalah perlakuan yang dilakukan, yaitu penyuluhan kepada ibu dengan

metode diskusi.

f. O4 adalah posttest, pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI

sesudah mendapatkan penyuluhan dengan metode diskusi.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Desa Bintang Meriah Kecamatan

Batang Kuis. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah:

a. Masih rendahnya bayi yang mendapatkan ASI secara ekslusif 12,7%

b. Masih tingginya bayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-ASI)

dibawah usia 6 bulan 87,3%.

c. Belum pernah diadakan penelitian tentang penyuluhan dengan metode ceramah

dan diskusi terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi didaerah ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari hingga Juni 2016 dengan

melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal,

penelitian dan analisa data serta penyusunan laporan akhir.


3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang menetap di Dusun

I-V Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis pada bulan Februari hingga Mei

2016 sebanyak 70 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester tiga yang

menetap di Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis pada bulan Februari hingga

Mei 2016 sebanyak 38 orang. Sebahagian populasi dijadikan sampel. Sampel dalam

penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu penyuluhan dengan metode ceramah

adalah ibu hamil trimester III yang menetap di Dusun I sebanyak 10 orang dan Dusun

III sebanyak 8 orang yaitu sebanyak 18 orang dan kelompok penyuluhan dengan

metode diskusi adalah ibu hamil trimester III yang menetap di Dusun II sebanyak 6

orang, Dusun IV sebanyak 7 orang dan Dusun V sebanyak 7 orang yaitu sebanyak

20 orang

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner sebelum

dan sesudah intervensi oleh responden yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan

sudah diuji kevalidan dan reliabilitasnya.


3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan maupun dokumen resmi dari Puskesmas

Batang Kuis yang mendukung penelitian ini khususnya data tentang pemberian ASI

ekslusif dan MP-ASI dini serta ibu hamil.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji coba kuesioner dilakukan kepada ibu hamil trimester tiga di Desa Bakaran

Batu dengan karakteristik relatif sama dengan penduduk di lokasi penelitian sebanyak

20 orang. Kelayakan dalam menggunakan instrument yang akan dipakai untuk

penelitian diperlukan uji validitas dan realibilitas.

Uji validitas suatu instumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara

melakukan korelasi antar skor variabel atau item dengan skor total variabel

(Corrected Item Total), dengan ketentuan jika nilai corrected item total > dari nilai r

tabel (= 0,444 pada taraf signifikansi 5%, df = 18) maka dinyatakan valid, dan jika r

hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010).

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis

dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Reliabilitas data merupakan indeks yang

menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya dengan tepat dengan

menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan ketentuan jika nilai r- alpha > 0,60

maka pernyataan dikatakan reliabel (Nursalam, 2008).

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel pengetahuan dan sikap dapat dilihat

pada tabel berikut:


Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan
Tahap Pertama Tahap Kedua
Sub Nilai Keterangan Sub Nilai Keterangan
Variabel Corrected Variabel Corrected
Item-Total Item-Total
P1 0,602 Valid P1 0,598 Valid
P2 0,598 Valid P2 0,624 Valid
P3 0,744 Valid P3 0,820 Valid
P4 0,660 Valid P4 0,610 Valid
P5 0,660 Valid P5 0,610 Valid
P6 0,543 Valid P6 0,617 Valid
P7 0,745 Valid P7 0,739 Valid
P8 0,724 Valid P8 0,699 Valid
P9 0,744 Valid P9 0,820 Valid
P10 0,598 Valid P10 0,529 Valid
P11 0,724 Valid P11 0,699 Valid
P12 0,634 Valid P12 0,617 Valid
P13 0,345 Tidak Valid P13 0,584 Valid
P14 0,514 Valid
P15 0,345 Tidak Valid
Cronbach’s Alpha 0,909 Cronbach’s Alpha 0,919

Tabel 3.1 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan

dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama ditemukan variabel P13 dan P15 nilai

Corrected item-Total correlation (r-tabel<0,361), artinya sub-variabel P13 dan P15

dibuang. Selanjutnya dilakukan uji validasi tahap kedua, dan terlihat nilai Corrected

item-Total correlation (r-hitung) lebih besar dari nilai tabel (r-tabel = 0,361), artinya

seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian

semuanya valid dan reliabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan
Tahap Pertama Tahap Kedua
Sub Nilai Keterangan Sub Nilai Keterangan
Variabel Corrected Variabel Corrected
Item-Total Item-Total
S1 0,835 Valid S1 0,840 Valid
S2 0,696 Valid S2 0,745 Valid
S3 0,593 Valid S3 0,632 Valid
S4 0,605 Valid S4 0,655 Valid
S5 0,515 Valid S5 0,505 Valid
S6 0,918 Valid S6 0,906 Valid
S7 0,780 Valid S7 0,801 Valid
S8 0,347 Tidak Valid S8 0,609 Valid
S9 0,616 Valid S9 0,906 Valid
S10 0,183 Tidak Valid S10 0,906 Valid
S11 0,918 Valid S11 0,801 Valid
S12 0,918 Valid S12 0,789 Valid
S13 0,780 Valid S13 0,786 Valid
S14 0,058 Tidak Valid S14 0,727 Valid
S15 0,781 Valid S15 0,626 Valid
S16 0,762 Valid S16 0,892 Valid
S17 0,713 Valid
S18 0,637 Valid
S19 0,105 Tidak Valid
S20 0,900 Valid
Cronbach’s Alpha 0,941 Cronbach’s Alpha 0,960

Tabel 3.2 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel pengetahuan

dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama ditemukan variabel S8, S10, S14, dan

S15 nilai Corrected item-Total correlation (r-tabel<0,361), artinya sub-variabel S8,

S10, S14, dan S15 dibuang. Selanjutnya dilakukan uji validasi tahap kedua, dan terlihat

nilai Corrected item-Total correlation (r-hitung) lebih besar dari nilai tabel (r-tabel =

0,361), artinya seluruh item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel

penelitian semuanya valid dan reliabel.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini meliputi 2 tahap, yaitu :


1. Tahap Persiapan

1) Melakukan uji coba instrumen penelitian dengan uji validitas dan uji

reliabilitas terhadap 20 ibu hamil trimester III di Desa Bakaran Batu

Kecamatan Batang Kuis.

2) Pengurusan surat izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat yang

ditujukan kepada Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Kegiatan pada tahap pertama

Berkoordinasi dengan Kepala Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis

dalam hal persiapan tempat dan ibu hamil yang akan dijadikan sampel dalam

penelitian sebanyak 18 orang untuk kelompok yang diberikan penyuluhan

dengan metode ceramah dan 20 orang untuk kelompok yang diberikan

penyuluhan dengan metode diskusi. Adapun langkah yang akan dilakukan

adalah:

1) Peneliti membuka acara, memperkenalkan diri dan memberitahukan

tujuan dan prosedur dari kegiatan yang dilakukan, membagikan lembaran

kesediaan menjadi responden dan menjelaskan petunjuk pengisian

kuesioner,

2) Memberikan pretest menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan

selama 30 menit.

3) Hal ini dilaksanakan pada tanggal 01 Juni 2016 pukul 10.00 s/d 10.30

WIB, di Balai Desa Bintang Meriah.


b. Kegiatan pada tahap kedua

1) Pada kelompok I peneliti akan memberi perlakuan berupa penyuluhan

dengan menggunakan metode ceramah. Adapun langkah yang akan

dilakukan adalah:

a) Membagikan materi penyuluhan kepada para responden

b) Memberikan penyuluhan MP-ASI sesuai materi dengan metode

ceramah dan mempergunakan alat bantu slide proyektor selama

kurang lebih 50 menit

c) Menyimpulkan hasil ceramah yang telah dilaksanakan

d) Hal ini dilaksanakan pada tanggal 01 Juni 2016 pukul 10.30 s/d 11.30

WIB, di Balai Desa Bintang Meriah dan direkrut oleh tenaga

Kesehatan Puskesmas Batang Kuis.

2) Kelompok II yang mendapat penyuluhan dengan menggunakan metode

diskusi. Adapun langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Membagi kelompok ibu hamil menjadi 4 kelompok masing-masing 5

orang peserta dan menunjuk 1 orang sebagai ketua kelompok, 1 orang

sebagai sekretaris dan 3 orang lagi sebagai anggota.

2. Mengatur tempat duduk peserta berbentuk setengah lingkaran.

3. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan membagikan materi yang mau

didiskusikan kepada masing-masing kelompok.


4. Mempersilahkan kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan yang

telah dibagikan selama 50 menit, ketua kelompok memandu jalannya

diskusi dan sekretaris menuliskan hasil dari diskusi kelompok.

5. Ketua kelompok memaparkan hasil diskusi masing-masing kelompok,

6. Peneliti dan Petugas kesehatan menjelaskan kembali tentang

pertanyaan yang telah dibahas mempergunakan slide proyektor dan

membuat kesimpulan.

7. Menutup acara dan menyampaikan terima kasih kepada peserta dan

petugas yang telah mendampingi.

8. Hal ini dilaksanakan pada tanggal 01 Juni 2016 pukul 14.00 s/d 15.30

WIB, di Balai Desa Bintang Meriah dan direkrut oleh tenaga

Kesehatan Puskesmas Batang Kuis.

3) Kegiatan pada tahap ketiga

Kegiatan pada tahap ketiga dilakukan setelah 3 hari dilakukan pemberian

intervensi pada responden yaitu pada hari Sabtu tanggal 04 Juni 2016.

Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan post-test menggunakan kuesioner

yang telah dipersiapkan selama 30 menit. Dan membagikan leaflet pada

kelompok ceramah dan diskusi.


3.6 Variabel dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah penyuluhan dengan metode ceramah

dan diskusi oleh petugas kesehatan dan variabel dependen adalah pengetahuan dan

sikap ibu tentang pemberian MP-ASI.

3.6.2 Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu dalam

pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) tentang pengertian,

tujuan, manfaat, syarat pemberian MP-ASI, jenis, tanda bayi siap

diberikan MP-ASI, jadwal pemberian MP-ASI, resiko dalam pemberian

MP-ASI terlalu dini baik sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

dengan metode ceramah dan diskusi.

2. Sikap adalah tanggapan atau pandangan ibu yang dinyatakan dalam

bentuk pernyataan tentang pemberian MP-ASI, peryataan sikap tersebut

dapat bersifat positif atau negatif, baik sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi.

3. Metode ceramah adalah metode penyuluhan materi tentang pemberian

MP-ASI dengan cara satu arah yang dilakukan oleh peneliti dan petugas

kesehatan.
4. Metode diskusi adalah metode penyuluhan materi tentang pemberian

MP-ASI dalam bentuk diskusi dibawah panduan peneliti dan petugas

kesehatan (dua arah).

3.7 Metode Pengukuran

3.7.1 Pengetahuan

Variabel pengetahuan menggunakan pertanyaan pilihan berganda yang terdiri

dari 13 pertanyaan dengan jawaban benar bernilai 1 dan salah 0. Pengetahuan

responden diukur dari total skor jawaban responden yaitu skor 0-13. Skala ukur

interval karena data berifat numerik.

a). Baik, jika memperoleh skor skor > 75% yaitu 10-13

b). Cukup, jika memperoleh skor skor 55%-75% yaitu 7-9

c). Kurang, jika responden memperoleh skor <55% yaitu 0-6

3.7.2 Sikap

Untuk mengetahui sikap, kuesioner menggunakan Skala Likert dengan

mengukur melalui 16 pertanyaan dengan item jawaban sangat setuju, setuju, tidak

setuju dan sangat tidak setuju. Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item

jawaban sikap sebagai berikut (Hidayat, 2010).

a. Apabila pernyataan positif, bobot nilai adalah :

1. Sangat setuju :4

2. Setuju :3

3. Tidak setuju :2
4. Sangat tidak setuju :1

b. Apabila pernyataan negatif, bobot nilai adalah :

1. Sangat setuju :1

2. Setuju :2

3. Tidak setuju :3

4. Sangat tidak setuju :4

Berdasarkan hasil jawaban, maka penilaian sikap dilakukan dengan

mengambil rata-rata dari skor yang diperoleh yaitu skor 16-64.

a). Baik, jika memperoleh skor > 75% 52-64

b). Cukup, jika memperoleh skor 55%-75% 42-51

c). Kurang, jika responden memperoleh skor <55% 16-41

Tabel 3.3 Metode Pengukuran

Alat Ukur/ Skala


No Variabel Hasil Ukur
Cara Ukur Pengukuran
1 Pengetahuan Kuesioner Skor 0-13 Interval
Jawaban salah = 0
Jawaban benar = 1

2 Sikap Kuesioner Pernyataan positif Interval


4= sangat setuju
3= setuju
2= tidak setuju
1= sangat tidak setuju
Pernyataan negatif
1=sangat setuju
2=setuju
3=tidak setuju
4=sangat tidak setuju
Skor 16-64

3.8 Metode Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-

masing karakteristik dan variabel independen yaitu penyuluhan dengan menggunakan

metode ceramah dan metode diskusi terhadap variabel dependen yaitu pengetahuan

dan sikap tentang pemberian MP-ASI.

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis ini untuk melihat peningkatan pengetahuan dan sikap ibu tentang

pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan. Data yang

dikumpulkan dianalisis dengan uji statistik yang dipakai adalah uji Pair T-test dan

Wilcoxon.
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis

Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

Provinsi Sumatera Utara, memiliki luas wilayah 65 ha/m². Memiliki batas-batas

wilayah :

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bakaran Batu Kecamatan Batang

Kuis

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidodadi Kecamatan Batang Kuis

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan

Memiliki potensi Sumber Daya Manusia laki-laki 3.293 jiwa dan perempuan

3.247 jiwa dan jumlah bayi usia 0-12 bulan sebanyak 75 jiwa dengan jumlah

penduduk Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis sebanyak 6.540 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga 1293 KK.


4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, agama, pendidikan,

pendapatan, dan pekerjaan. Untuk lebih rinci dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Desa Bintang Meriah


Kecamatan Batang Kuis

Metode
No Karakteristik Ceramah Diskusi
n % n %
1 Umur (tahun)
<20 dan >35 tahun 3 16,7 2 10,0
20-35 tahun 15 83,3 18 90,0
2 Agama
Islam 16 88,9 19 95,0
Kristern 2 11,1 1 5,0
3 Suku
Jawa 10 55,6 13 65,0
Batak Karo 2 11,1 1 5,0
Batak Mandailing 2 11,1 3 15,0
Melayu 4 22,2 3 15,0
4 Pendidikan
Tamat SD 2 11,1 4 20,0
Tamat SMP 11 61,1 9 45,0
Tamat SMA 5 27,8 7 35,0
5 Pendapatan
≤RP. 1.800.000 18 100,0 20 100,0
>RP. 1.800.000 0 0 0 0
6 Pekerjaan
Bekerja 8 44,4 3 15,0
Tidak bekerja 10 55,6 17 85,0

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik ibu pada kelompok metode

ceramah lebih banyak berumur 20-35 tahun sebanyak 15 orang (83,3%), pada

kelompok ceramah lebih banyak beragama Islam 88,9% demikian juga pada

kelompok diskusi 95,0%, pada kelompok ceramah lebih banyak suku jawa 55,6% dan
kelompok diskusi 65,0%, berpendidikan tamat SMP sebanyak 11 orang (61,1%),

pendapatan lebih banyak ≤Rp. 1.800.000 sebesar 100%, dan ibu lebih banyak yang

bekerja sebanyak 10 orang (55,6%). Sedangkan, pada metode diskusi lebih banyak

yang berumur 20-35 tahun sebanyak 18 orang (90%), 100% beragama Islam,

berpendidikan tamat SMP sebanyak 9 orang (45,0%), pendapatan 100%

≤ Rp. 1.800.000, dan ibu lebih banyak yang tidak bekerja sebanyak 17 orang (85,0%).

4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Pengetahuan Ibu Sebelum diberikan Metode Ceramah dan Diskusi

Indikator pengetahuan adalah hasil perolehan informasi dari keseluruhan

pertanyaan pada kuesioner tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)

pada kelompok sebelum metode ceramah dan diskusi yang dapat dilihat pada Tabel

4.2:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Sebelum Metode Ceramah


dan Diskusi Berdasarkan Indikator Variabel Pengetahuan

Jawaban
Pretest Ceramah Pretest Diskusi
No Pengetahuan
Benar Salah Benar Salah
n % n % n % n %
1. MP-ASI adalah makanan pendamping 8 44,4 10 55,6 5 25,0 15 75,0
ASI
2. Makanan pendamping ASI merupakan 7 38,9 11 61,1 6 30,0 14 70,0
makanan yang diberikan bayi setelah
berusia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi bayi selain dari ASI
3. MP-ASI merupakan makanan 9 50,0 9 50,0 6 30,0 14 70,0
peralihan dari ASI ke makanan
keluarga
4. Tujuan pemberian MP-ASI yaitu 8 44,4 10 55,6 7 35,0 13 65,0
melengkapi zat gizi bayi
Tabel 4.2 (Lanjutan)

Jawaban
Pretest Ceramah Pretest Diskusi
No Pengetahuan
Benar Salah Benar Salah
n % n % n % n %
5. Manfaat MP-ASI diberikan pada bayi 8 44,4 10 55,6 8 40,0 12 60,0
agar pertumbuhan dan perk
embangan bayi semakin meningkat
6. Pemberian MP-ASI bermanfaat untuk 4 22,2 14 77,8 7 35,0 13 65,0
menurunkan berat badan bayi
7. Kandungan Makanan pendamping ASI 8 44,4 10 55,6 5 25,0 15 75,0
yang diberikan pada bayi mengandung
tinggi protein
8. Jenis MP-ASI yang pertama diberikan 4 22,2 14 77,8 7 35,0 13 65,0
pada bayi adalah makanan padat
9. Bubur susu, bubur sum-sum atau 4 22,2 14 77,8 4 20,0 16 80,0
pisang saring merupakan jenis
makanan padat yang diberikan pada
bayi
10. Pengenalan dan pemberian makanan 2 11,1 16 88,9 3 15,0 17 85,0
pendamping ASI sebaiknya diberikan
secara berangsur-angsur agar bayi
dapat mengenal rasa
11. Frekuensi pemberian makanan lumat 3 16,7 15 83,3 5 25,0 15 75,0
halus atau bubur lembut yang
diberikan pada bayi usia 6-9 bulan
adalah 1-2 kali sehari
12. Frekuensi pemberian MP-ASI pada 7 38,9 11 61,1 5 25,0 15 75,0
bayi usia 9-12 bulan adalah 4-5 kali
sehari
13. Jika MP-ASI terlambat atau terlalu 8 44,4 10 55,6 10 50,0 10 50,0
lama diberikan pada bayi akan
mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi tidak optimal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum ceramah pertanyaan yang

paling banyak dijawab salah adalah Pengenalan dan pemberian makanan pendamping

ASI sebaiknya diberikan secara berangsur-angsur agar bayi dapat mengenal rasa

(pernyataan nomor 10) sebanyak 16 orang (88,9%). Frekuensi pemberian makanan

lumat halus atau bubur lembut yang diberikan pada bayi usia 6-9 bulan adalah 1-2

kali sehari (pernyataan nomor 11) sebanyak 15 orang (83,3%). Pemberian MP-ASI
bermanfaat untuk menurunkan berat badan bayi (pernyataan nomor 16), Jenis

MP-ASI yang pertama diberikan pada bayi adalah makanan padat (pernyataan nomor

8), Bubur susu, bubur sum-sum atau pisang saring merupakan jenis makanan padat

yang diberikan pada bayi (pernyataan nomor 9) sebanyak 14 orang (77,8%). Makanan

pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan bayi setelah berusia 6-24 bulan

guna memenuhi kebutuhan gizi bayi selain dari ASI (pernyataan nomor 2) dan

Frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia 9-12 bulan adalah 4-5 kali sehari

(pernyataan nomor 12) sebanyak 11 orang (61,1%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diskusi pertanyaan yang paling

banyak dijawab salah adalah Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI

sebaiknya diberikan secara berangsur-angsur agar bayi dapat mengenal rasa

(pernyataan nomor 10) sebanyak 17 orang (85,0%). Bubur susu, bubur sum-sum atau

pisang saring merupakan jenis makanan padat yang diberikan pada bayi (pernyataan

nomor 9) sebanyak 16 orang (80,0%). MP-ASI adalah makanan pendamping ASI

(pernyataan nomor 1), Kandungan Makanan pendamping ASI yang diberikan pada

bayi mengandung tinggi protein (pernyataan nomor 7), Frekuensi pemberian

makanan lumat halus atau bubur lembut yang diberikan pada bayi usia 6-9 bulan

adalah 1-2 kali sehari (pernyataan nomor 11), dan Frekuensi pemberian MP-ASI

pada bayi usia 9-12 bulan adalah 4-5 kali sehari (pernyataan nomor 12) sebanyak 15

orang (75,0%). Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan bayi

setelah berusia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi bayi selain dari ASI

(pernyataan nomor 2) dan MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke


makanan keluarga (pernyataan nomor 3) sebanyak 14 orang (70,0%). Tujuan

pemberian MP-ASI yaitu melengkapi zat gizi bayi (pernyataan nomor 4), Pemberian

MP-ASI bermanfaat untuk menurunkan berat badan bayi (pernyataan nomor 6), Jenis

MP-ASI yang pertama diberikan pada bayi adalah makanan padat (pernyataan nomor

8) sebanyak 13 orang (65,0%).

Tabel 4.3 Katagori Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Metode Ceramah dan
Diskusi

Pengetahuan Sebelum Ceramah Sebelum Diskusi


n % n %
Kurang 17 94,4 19 95,0
Cukup 1 5,6 1 5,0
Baik 0 0,0 0 0,0
Jumlah 18 100,0 20 100,0

Berdasarkan tabel di atas pengetahuan ibu tentang MP-ASI sebelum diberikan

ceramah mayoritas pada katagori pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (94,4%)

dan cukup sebanyak 1 orang (5,6%) dan pengetahuan ibu tentang MP-ASI sebelum

diberikan diskusi mayoritas pada katagori pengetahuan kurang sebanyak 19 orang

(95,0%) dan cukup sebanyak 1 orang (5,0%).

Tabel 4.4 Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Metode Ceramah dan Diskusi

Pengetahuan n SD Min Maks


Sebelum Ceramah 18 4,44 1,542 2 8
Sebelum Diskusi 20 3,90 1,210 2 12

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa pengetahuan ibu sebelum

dilakukan metode ceramah diperoleh nilai rata-rata pengetahuan 4,44 dengan standar
deviasi 1,542 dan nilai pengetahuan ibu sebelum diberikan metode diskusi rata-rata

3,90 dengan standar deviasi 1,210.

4.3.1 Pengetahuan Ibu Sesudah Metode Ceramah dan Diskusi

Indikator pengetahuan adalah hasil perolehan informasi dari keseluruhan

pertanyaan pada kuesioner tentang pemberian MP-ASI pada kelompok sesudah

diberikan metode ceramah dan diskusi yang dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah


Metode Diskusi Berdasarkan Indikator Variabel Pengetahuan

Jawaban
Posttest Ceramah Posttest Diskusi
No Pengetahuan
Benar Salah Benar Salah
n % n % n % n %
1. MP-ASI adalah makanan pendamping 18 100,0 0 0 20 100,0 0 0
ASI
2. Makanan pendamping ASI merupakan 14 77,8 4 22,2 20 100,0 0 0
makanan yang diberikan bayi setelah
berusia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi bayi selain dari ASI
3. MP-ASI merupakan makanan 17 94,4 1 5,6 20 100,0 0 0
peralihan dari ASI ke makanan
keluarga
4. Tujuan pemberian MP-ASI yaitu 17 94,4 1 5,6 20 100,0 0 0
melengkapi zat gizi bayi
5. Manfaat MP-ASI diberikan pada bayi 16 88,9 2 11,1 14 70,0 6 30,0
agar pertumbuhan dan perkembangan
bayi semakin meningkat
6 Pemberian MP-ASI bermanfaat untuk 11 61,1 7 38,9 18 90,0 2 10,0
menurunkan berat badan bayi
7 Kandungan Makanan pendamping ASI 12 66,7 6 33,3 17 85,0 3 15,0
yang diberikan pada bayi mengandung
tinggi protein
8. Jenis MP-ASI yang pertama diberikan 9 50,0 9 50,0 12 60,0 8 40,0
pada bayi adalah makanan padat
9. Bubur susu, bubur sum-sum atau 10 55,6 8 44,4 10 50,0 10 50,0
pisang saring merupakan jenis
makanan padat yang diberikan pada
bayi
Tabel 4.5 (Lanjutan)

Jawaban
Posttest Ceramah Posttest Diskusi
No Pengetahuan
Benar Salah Benar Salah
n % n % n % n %
10. Pengenalan dan pemberian makanan 9 50,0 9 50,0 9 45,0 11 55,0
pendamping ASI sebaiknya diberikan
secara berangsur-angsur agar bayi
dapat mengenal rasa
11. Frekuensi pemberian makanan lumat 7 38,9 11 61,1 11 55,0 9 45,0
halus atau bubur lembut yang
diberikan pada bayi usia 6-9 bulan
adalah 1-2 kali sehari
12. Frekuensi pemberian MP-ASI pada 13 72,2 5 27,8 12 60,0 8 40,0
bayi usia 9-12 bulan adalah 4-5 kali
sehari
13. Jika MP-ASI terlambat atau terlalu 13 72,2 5 27,8 16 80,0 4 20,0
lama diberikan pada bayi akan
mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi tidak optimal

Sesudah dilakukan metode diskusi kepada ibu-ibu, maka diperoleh yang

banyak menjawab benar pada pertanyaan nomor 1 yaitu MP-ASI adalah makanan

pendamping ASI, Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan

bayi setelah berusia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi bayi selain dari ASI

(pernyataan nomor 2), MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

keluarga (pernyataan nomor 3), Tujuan pemberian MP-ASI yaitu melengkapi zat gizi

bayi (pernyataan nomor 4) sebanyak 20 orang (100%).

Sesudah dilakukan metode diskusi kepada ibu-ibu, maka diperoleh yang

banyak menjawab benar pada pertanyaan nomor 1 yaitu MP-ASI adalah makanan

pendamping ASI, Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan

bayi setelah berusia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi bayi selain dari ASI

(pernyataan nomor 2), MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga (pernyataan nomor 3), Tujuan pemberian MP-ASI yaitu melengkapi zat gizi

bayi (pernyataan nomor 4) sebanyak 20 orang (100%).

Tabel 4.4 Katagori Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Metode Ceramah dan
Diskusi

Variabel Sesudah Ceramah Sesudah Diskusi


Pengetahuan n % n %
Kurang 0 0,0 0 0,0
Cukup 10 55,6 9 45,0
Baik 8 44,4 11 55,0
Jumlah 18 100,0 20 100,0

Berdasarkan tabel di atas pengetahuan ibu tentang MP-ASI setelah diberikan

ceramah mayoritas pengetahuan ibu cukup sebanyak 19 orang (55,6%) dan pada

katagori baik sebanyak 8 orang (44,4%). Pengetahuan ibu tentang MP-ASI setelah

diberikan diskusi mayoritas pengetahuan ibu cukup sebanyak 9 orang (45,0%) dan

pada katagori baik sebanyak 11 orang (55,0%).

Tabel 4.7 Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Metode Ceramah dan Diskusi

Pengetahuan n SD Min Maks


Sesudah Ceramah 18 9,22 1,396 7 12
Sesudah Diskusi 20 9,95 1,146 8 12

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dijelaskan tentang distribusi ibu berdasarkan

pengetahuan nilai rata-rata pengetahuan sesudah diberikan metode ceramah adalah

9,22 dengan standar deviasi 1,396 dan nilai rata-rata pengetahuan sesudah diberikan

metode diskusi adalah 9,95 dengan standar deviasi 1,146.


4.3.2 Sikap Ibu Sebelum Ceramah dan Diskusi

Indikator sikap adalah hasil perolehan informasi dari keseluruhan pernyataan

pada kuesioner tentang pemberian MP-ASI sebelum diberi metode ceramah dan

diskusi yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Ibu Sebelum Metode Ceramah
dan Metode Diskusi

Pernyataan
Pretest Ceramah Pretest Diskusi
No Sikap STS TS S SS STS TS S SS
n % n % n % n % n % n % n % n %
1. Bayi seharusnya segera
disusui setelah dilahirkan 0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 9 45,0 11 55,0 0 0
dalam waktu 30 menit
2. hingga
Saat ASI1 jambelum keluar
setelah melahirkan, maka
bayi boleh diberikan susu 0 0 14 77,8 4 22,2 0 0 0 0 12 60,0 8 40,0 0 0
formula sebagai pengganti
ASI
3. Makanan pendamping ASI
sebaiknya diberikan pada 0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 19 95,0 1 5,0 0 0
bayi diatas usia 6 bulan
4. Pemberian makanan
pendamping ASI terlalu
0 0 14 77,8 4 22,2 0 0 0 0 17 85,0 3 15,0 0 0
dini dapat mengakibatkan
bayi sering diare
5. Apabila ASI belum keluar
bayi sebaiknya diberikan 0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 16 80,0 4 20,0 0 0
madu
6. Dengan pemberian
makanan tambahan sejak
0 0 16 88,9 2 11,1 0 0 0 0 14 70,0 6 30,0 0 0
dini bayi akan semakin
sehat
7 Kebiasaan dalam keluarga
selalu memberikan pisang 0 0 14 77,8 4 22,2 0 0 0 0 12 60,0 8 40,0 0 0
pada bayi
8 Pemberian MP-ASI tidak
harus bertahap, tidak harus
dari makanan cair sampai 0 0 7 38,9 11 61,1 0 0 0 0 13 65,0 7 35,0 0 0
makanan padat
9 Frekuensi pemberian MP-
ASI pada anak usia 6-9 0 0 10 55,6 8 44,4 0 0 0 0 14 70,0 6 30,0 0 0
bulan sebanyak 1-2 kali
sehari
Tabel 4.8 (Lanjutan)

Pernyataan
Pretest Ceramah Pretest Diskusi
No Sikap STS TS S SS STS TS S SS
n % n % n % n % n % n % n % n %
10. Semakin sering disusui,
semakin banyak ASI yang 0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 14 70,0 6 30,0 0 0
keluar
11. MP-ASI sebaiknya
diberikan dengan berbagai 0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 16 80,0 4 20,0 0 0
variasi makanan.
12. Dalam memberikan MP-
ASI, ibu harus
menghindari gula, garam, 0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 17 85,0 3 15,0 0 0
bahan penyedap, santan
atau pun gorengan.
13. Bayi berusia 4 bulan
memerlukan makanan 0 0 14 77,8 4 22,2 0 0 0 0 15 75,0 5 25,0 0 0
khusus
14. Untuk meningkatkan berat
badan bayi 0-6 bulan
0 0 10 55,6 8 44,4 0 0 0 0 12 60,0 8 40,0 0 0
harus diberikan makanan
pendamping ASI
15. Bayi berusia 9-12 bulan
sudah bisa diberikan
0 0 12 66,7 6 33,3 0 0 0 0 12 60,0 8 40,0 0 0
makanan bubur kacang
hijau
16. Pada bayi berusia 6-9
bulan diberikan lebih dari
6 kali makanan tambahan 0 0 9 50,0 9 50,0 0 0 0 0 11 55,0 9 45,0 0 0
setiap hari

Sikap ibu pada pernyataan sikap bahwa yang paling banyak menjawab tidak setuju

tentang pemberian makanan tambahan sejak dini bayi akan semakin sehat (pernyataan

nomor 6) sebanyak 16 orang (88,9%). Saat ASI belum keluar setelah melahirkan, maka

bayi boleh diberikan susu formula sebagai pengganti ASI (pernyataan nomor 2),

Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini dapat mengakibatkan bayi sering

diare (pernyataan nomor 4), Kebiasaan dalam keluarga selalu memberikan pisang pada
bayi (pernyataan nomor 7), Bayi berusia 4 bulan memerlukan makanan khusus

(pernyataan nomor 13) sebanyak 14 orang (77,8%).

Sikap ibu pada pernyataan sikap bahwa yang paling banyak menjawab tidak menyetujui

tentang Makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan pada bayi diatas usia 6 bulan

(pernyataan nomor 3) sebanyak 19 orang (95,0%). Pemberian makanan pendamping ASI

terlalu dini dapat mengakibatkan bayi sering diare (pernyataan nomor 4) dan Dalam

memberikan MP-ASI, ibu harus menghindari gula, garam, bahan penyedap, santan

atau pun gorengan (pernyataan nomor 12) sebanyak 17 orang (85,0%)

Tabel 4.9 Katagori Sikap Ibu Sebelum Diberikan Metode Ceramah dan Diskusi

Variabel Sebelum Ceramah Sebelum Diskusi


Sikap n % n %
Kurang 17 94,4 20 100,0
Cukup 1 5,6 0 0,0
Baik 0 0,0 0 0,0
Jumlah 18 100,0 20 100,0

Berdasarkan tabel di atas pengetahuan ibu tentang MP-ASI sebelum diberikan

ceramah mayoritas pada katagori sikap kurang sebanyak 17 orang (94,4%) dan cukup

sebanyak 1 orang (5,6%), dan sebelum diberikan diskusi mayoritas pada katagori

sikap kurang sebanyak 20 orang (100,0%).

Tabel 4.10 Sikap Ibu Sebelum Diberikan Metode Ceramah dan Diskusi

Sikap n SD Min Maks


Sebelum Ceramah 18 45,22 3,557 33 51
Sebelum Diskusi 20 36,85 2,455 39 41
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dijelaskan tentang sikap ibu sebelum dan

sesudah diberikan metode ceramah, diperoleh nilai sikap sebelum ceramah yang

dimiliki ibu adalah rata-rata 37,00 dengan standar deviasi 2,951 dan sikap ibu

sebelum metode diskusi diperoleh nilai rata-rata 36,85 dengan standar deviasi 2,455

4.3.3 Sikap Ibu Sesudah diberikan Metode Ceramah dan Metode Diskusi

Indikator sikap adalah hasil perolehan informasi dari kuesioner tentang

pemberian MP-ASI sesudah metode diskusi dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Ibu Sesudah Metode


Ceramah dan Diskusi

Pernyataan
Postest Ceramah Postest Diskusi
No Sikap STS TS S SS STS TS S SS
n % n % n % n % n % n % n % n %
1.
Bayi seharusnya segera disusui
setelah dilahirkan dalam waktu 0 0 1 5,6 14 77,8 3 16,7 0 0 1 5,0 16 80,0 3 15,0
30 menit hingga 1 jam
2. Saat ASI belum keluar setelah
melahirkan, maka bayi boleh
0 0 3 16,7 12 66,7 3 16,7 0 0 5 25,0 12 60,0 3 15,0
diberikan susu formula sebagai
pengganti ASI
3. Makanan pendamping ASI
sebaiknya diberikan pada bayi 0 0 4 22,2 10 55,6 4 22,2 0 0 5 25,0 14 70,0 1 5,0
diatas usia 6 bulan
4. Pemberian makanan
pendamping ASI terlalu dini
0 0 9 50,0 8 44,4 1 5,6 0 0 9 45,0 8 40,0 3 15,0
dapat mengakibatkan bayi
sering diare
5. Apabila ASI belum keluar bayi
0 0 16 80,0 4 20,0 0 0 0 0 4 20,0 13 65,0 3 15,0
sebaiknya diberikan madu
6. Dengan pemberian makanan
tambahan sejak dini bayi akan 0 0 14 70,0 6 30,0 0 0 0 0 9 45,0 11 55,0 0 0
semakin sehat
7. Kebiasaan dalam keluarga
selalu memberikan pisang 0 0 12 60,0 8 40,0 0 0 0 0 5 25,0 15 75,0 0 0
pada bayi
Tabel 4.11 (Lanjutan)

Pernyataan
Postest Ceramah Postest Diskusi
No Sikap STS TS S SS STS TS S SS
n % n % n % n % n % n % n % n %
8. Pemberian MP-ASI tidak
harus bertahap, tidak harus
dari makanan cair sampai 0 0 2 11,1 11 61,1 5 27,8 0 0 5 25,0 10 50,0 5 25,0
makanan padat
9. Frekuensi pemberian MP-ASI
pada anak usia 6-9 bulan 0 0 6 33,3 9 50,0 3 16,7 0 0 6 30,0 10 50,0 4 20,0
sebanyak 1-2 kali sehari
10. Semakin sering disusui,
semakin banyak ASI yang 0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 7 35,0 9 45,0 4 20,0
keluar
11. MP-ASI sebaiknya diberikan
dengan berbagai variasi 0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 5 25,0 10 50,0 5 25,0
makanan.
12.
Dalam memberikan MP-ASI,
ibu harus menghindari gula,
0 0 13 72,2 5 27,8 0 0 0 0 6 30,0 10 50,0 4 20,0
garam, bahan penyedap, santan
atau pun gorengan.
13. Bayi berusia 4 bulan
0 0 14 77,8 4 22,2 0 0 0 0 3 15,0 10 50,0 7 35,0
memerlukan makanan khusus
14.
Untuk meningkatkan berat
badan bayi 0-6 bulan harus
0 0 10 55,6 8 44,4 0 0 0 0 1 5,0 13 65,0 6 30,0
diberikan makanan
pendamping ASI
15. Bayi berusia 9-12 bulan sudah
bisa diberikan makanan bubur 0 0 12 66,7 6 33,3 0 0 0 0 0 0 20 100 0 0
kacang hijau
16. Pada bayi berusia 6-9 bulan
diberikan lebih dari 6 kali 0 0 9 50,0 9 50,0 0 0 0 0 2 10,0 12 60,0 6 30,0
makanan tambahan setiap hari

Sikap ibu pada pernyataan sikap setelah dilakukan metode ceramah, yang paling banyak

menjawab menyetujui tentang Bayi seharusnya segera disusui setelah dilahirkan dalam

waktu 30 menit (pernyataan nomor 1) sebanyak 17 orang (94,5%). Sikap ibu setelah

dilakukan metode ceramah, yang paling banyak menjawab menyetujui tentang Bayi berusia
9-12 bulan sudah bisa diberikan makanan bubur kacang hijau (pernyataan nomor 15)

sebanyak 20 orang (100%) dan Bayi seharusnya segera disusui setelah dilahirkan

dalam waktu 30 menit (pernyataan nomor 1) sebanyak 19 orang (95,0%).

Tabel 4.12 Katagori Sikap Ibu Sesudah Diberikan Metode Ceramah dan Diskusi

Variabel Sesudah Ceramah Sesudah Diskusi


Sikap n % n %
Kurang 3 16,7 3 15,0
Cukup 15 83,3 16 80,0
Baik 0 0,0 1 5,0
Jumlah 18 100,0 20 100,0

Berdasarkan tabel di atas pengetahuan ibu tentang MP-ASI dan setelah diberikan

ceramah mayoritas sikap ibu cukup sebanyak 15 orang (83,3%) dan pada katagori

kurang sebanyak 3 orang (16,7%) dan setelah diberikan diskusi mayoritas sikap ibu

cukup sebanyak 16 orang (80,0%) dan pada katagori kurang sebanyak 3 orang

(15,0%).

Tabel 4.13 Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Diberikan Metode Diskusi

Sikap n SD Min Maks


Sesudah Ceramah 18 45,22 3,557 39 51
Sesudah Diskusi 20 47,05 3,677 40 54

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dijelaskan sikap ibu sesudah ceramah adalah

45,22 dengan standar deviasi 3,557 dan sesudah metode diskusi diperoleh nilai

rata- rata 47,05 dengan standar deviasi 3,677.


4.4 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen (metode ceramah dan

metode diskusi) terhadap variabel dependen (pengetahuan dan sikap) dilakukan

analisis bivariat. Namun, sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji normalitas data.

4.4.1 Uji Normalitas Data

Normalitas merupakan syarat yang harus terpenuhi dalam menggunakan uji-t.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi

normal menggunakan uji Shapiro Wilks dengan alasan sampel (n<50).

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Pengetahuan dan Sikap

Metode
Variabel Ceramah Diskusi
p Keterangan Uji p Keterangan Uji
Pengetahuan
Pretest 0,400 Normal 0,072 Normal
Pair t-test Tidak Wilcoxon
Posttest 0,409 Normal 0,025
Normal
Sikap
Pretest Tidak
0,622 Normal 0,014
Pair t-test Normal Wilcoxon
Posttest 0,704 Normal 0,113 Normal

4.4.2 Pengaruh Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu


tentang Pemberian MP-ASI

Tahapan pertama dalam penelitian kuasi eksperimen setelah dilakukan uji

normalitas diperoleh data pengetahuan dan sikap prettest dan postest dengan metode

ceramah menunjukkan data berdistribusi normal maka digunakan uji pair t-test.
Tabel 4.13 Pengaruh Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu

Variabel Mean Mean Difference SD P


Pengetahuan
Sebelum ceramah 4,44 -4,778 1,542 <0,001
Sesudah ceramah 9,22 1,396
Sikap
Sebelum ceramah 37,00 -8,222 2,951 <0,001
Sesudah ceramah 45,22 3,557

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata pengetahuan sebelum

metode ceramah 4,44 dengan standar deviasi 1,542 dan sesudah diberikan metode

ceramah terjadi peningkatan yaitu 9,22 dengan standar deviasi 1,396, dengan mean

difference sebesar -4,778 yang berarti bahwa rata-rata pengetahuan ibu meningkat

sebesar 4,778 setelah diberikan metode ceramah. Dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode

ceramah dengan nilai p<0,001.

Nilai rata-rata sikap sebelum diberikan metode ceramah yaitu 37,00 dengan

standar deviasi 2,951 dan sesudah diberikan ceramah terjadi peningkatan yaitu 45,22

dengan standar deviasi 3,557, dengan mean difference sebesar -8,222 yang berarti

bahwa rata-rata sikap ibu meningkat sebesar 8,222 setelah diberikan metode diskusi.

Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI

sebelum dan sesudah metode ceramah dengan nilai p<0,001.


4.4.3 Pengaruh Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu

Tahapan pertama dalam penelitian kuasi eksperimen setelah dilakukan uji

normalitas diperoleh data pengetahuan dan sikap dengan metode diskusi pada prettest

dan postest menunjukkan data berdistribusi normal maka digunakan uji wilcoxon.

Tabel 4.14 Pengaruh Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu

Variabel Mean Mean Difference SD P


Pengetahuan
Sebelum diskusi 3,90 -6,050 1,210 <0,001
Sesudah diskusi 9,95 1,146
Sikap
Sebelum diskusi 36,85 -10,200 2,455
<0,001
Sesudah diskusi 47,05 3,677

Berdasarkan Tabel 4.14 diperoleh nilai rata-rata pengetahuan sebelum

diberikan metode diskusi yaitu 3,90 dengan standar deviasi 1,210 dan sesudah

diberikan metode diskusi yaitu 9,95 dengan standar deviasi 1,146, dengan mean

difference sebesar -6,050 yang berarti bahwa rata-rata pengetahuan ibu meningkat

sebesar 6,050 setelah diberikan metode diskusi. Dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode

diskusi dengan nilai p<0,001.

Nilai rata-rata sikap sebelum diberikan metode diskusi yaitu 36,85 dengan

standar deviasi 2,455 dan sesudah diberikan metode diskusi yaitu 47,05 dengan

standar deviasi 3,677, dengan mean difference sebesar -10,200 yang berarti bahwa

rata-rata sikap ibu meningkat sebesar 10,200 setelah diberikan metode diskusi. Dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan

sesudah metode diskusi dengan nilai p<0,001.


BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Sebelum
dan Sesudah tentang Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata pengetahuan sebelum


metode ceramah 4,44 dengan standar deviasi 1,542 dan sesudah diberikan metode
ceramah terjadi peningkatan yaitu 9,22 dengan standar deviasi 1,396, dengan mean
difference sebesar -4,778 yang berarti bahwa rata-rata pengetahuan ibu meningkat
sebesar 4,778 setelah diberikan metode ceramah. Dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode
ceramah dengan nilai p<0,001. Sejalan dengan penelitian Marlina (2014) di wilayah
kerja Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe yang menunjukkan ada pengaruh
kesehatan dengan metode ceramah disertai media leaflet terhadap pengetahuan dan
sikap ibu hamil.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata sikap sebelum diberikan metode
ceramah yaitu 37,00 dengan standar deviasi 2,951 dan sesudah diberikan ceramah
terjadi peningkatan yaitu 45,22 dengan standar deviasi 3,55, dengan mean difference
sebesar -8,222 yang berarti bahwa rata-rata sikap ibu meningkat sebesar 8,222 setelah
diberikan metode diskusi. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap ibu tentang
pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode ceramah dengan nilai p<0,001.
Hasil penelitian Sefrizon tahun 2011 tentang pengaruh ceramah, diskusi
kelompok tehadap pengetahuan dan keterampilan pencegahan penularan tuberklosis
paru pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Solok yang menyebutkan pengaruh
ceramah, diskusi kelompok dapat memberikan perbedaan pengetahuan dan
keterampilan siswa sekolah dasar dalam pencegahan penularan tuberklosis paru.
Penelitian yang dilakukan oleh Meherdika tahun 2014 tentang penyuluhan dengan
ceramah terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang ASI eksklusif di Kecamatan
Kanigoro Kabupaten Blitar menyebutkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan
dengan metode ceramah dengan peningkatan pengetahuan dan sikap ibu. Penelitian
yang dilakukan oleh Suraya tahun 2011 tentang penyuluhan dengan ceramah dan
leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang pola pemberian MP-ASI pada
anak 6-24 bulan di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat
menyebutkan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan leaflet dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu.
Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian informasi dan pengetahuan
secara lisan. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai metode yang paling ekonomis
untuk menyampaikan informasi. Hal yang dilakukan oleh peserta adalah
mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan
oleh orang yang memberikan ceramah tersebut. Oleh karena itu pada metode ini
peserta lebih pasif karena focus kepada penceramah. Pada pelaksanaaan penelitian
ini terlihat dimana ibu kurang aktif, enggan bertanya, takut atau malu untuk bertanya
(mengungkapkan pendapatnya) dan membuat beberapa ibu merasa bosan dalam
mengikuti penyuluhan. Selain itu juga, dalam metode ceramah pemberian umpan
balik cukup terbatas karena hanya berlaku satu arah saja (monolog) sehingga ibu
hanya bertugas untuk mendengarkan saja. Oleh karena itu kunci keberhasilannya
adalah apabila penceramah menguasai materi.
Pada tahap memperoleh pengetahuan yang baru atau proses belajar, tidak
terlepas dari metode yang digunakan. Dalam metode ceramah, gaya penyampaian
atau komunikasi si pembicara, pengelolaan waktu dan materi yang diberikan menjadi
alat stimulus yang penting untuk meningkatkan keinginan ibu untuk mendengarkan
penyuluhan. Proses komunikasi dikatakan efektif jika informasi yang disampaikan
diterima secara utuh dan tidak membosankan. Pada penelitian ini, penyuluhan
disampaikan oleh seorang tenaga kesehatan yang telah memiliki pengalaman dalam
memberikan penyuluhan. Sehingga ketika penyuluhan dilakukan, pembicara
mengetahui bagaimana teknik dalam menyampaikan informasi seperti penggunaan
bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh ibu, penggunaan humor di sela-sela
penyuluhan, intonasi suara yang baik sehingga seluruh ibu dapat mendengarkan.
Pembicara juga menjaga perhatian ibu dengan melakukan kontak mata dengan ibu
secara konsisten sehingga ibu akan merasa dihargai dan diperhatikan.
Pada penelitian ini penceramah direkrut dari petugas Puskesmas Batang Kuis
oleh Ibu Marsini, SKM, sehingga responden tidak merasa asing lagi dengan
penceramah dan bebas bertanya tanpa rasa segan. Penceramah menguasi topik
intervensi dan dapat menjelaskan topik bahasan dengan baik, dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh responden, sehingga responden mudah memahami topik yang
diberikan.. Pada penelitian ini ceramah dilakukan dengan teknik ceramah yang telah
dimodifikasi yaitu dengan melakukan tanya jawab sesudah penyampaian materi
sehingga peserta dapat bertanya tentang hal-hal yang belum dipahaminya. Selain itu
penggunaan alat bantu juga menjadi pendorong sehingga keefektifan metode ceramah
dapat terjadi. Dalam penelitian ini memperlihatkan slide yang berisi inti materi yang
diberikan dengan gambar-gambar yang lebih konkret materi singkat dan LCD
projector untuk mempermudah penyampaian materi ceramah sehingga responden
dapat memahami dan mengingat topik bahasan dengan mudah.. Dengan alat bantu
visual ini penyuluhan yang diberikan semakin efektif.
Metode ceramah mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya dapat
digunakan pada orang dewasa, penggunaan waktu yang efisien dapat dipakai pada
kelompok yang besar, tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran dan
dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pengajaran, dan dapat dipakai untuk
memberi pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan.
Keadaan ini dapat digambarkan bahwa metode ceramah yang dipakai oleh
peneliti berperan baik dalam merubah pengetahuan ibu menjadi lebih baik. Ini
dikarenakan pada metode ini penceramah lebih banyak memegang peran untuk
menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan
kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya.
Metode ceramah ini baik apabila penceramah tersebut dapat menguasai
sasaran ceramah. Metode pendidikan kesehatan dengan ceramah yaitu metode
pendidikan kesehatan dimana materi-materi kesehatan yang dijelaskan oleh
penceramah tanpa interaksi masukan dari ibu (kalaupun ada sangat sedikit). Metode
ini juga termasuk ceramah dengan pertanyaan dari ibu atau ceramah yang diikuti
dengan diskusi bebas yang melibatkan penceramah dan ibu.

5.2 Pengaruh Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Sebelum
dan Sesudah tentang Pemberian MP-ASI

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan


metode diskusi yaitu 3,90 dengan standar deviasi 1,210 dan sesudah diberikan metode
diskusi yaitu 9,95 dengan standar deviasi 1,146, dengan mean difference sebesar -
6,050 yang berarti bahwa rata-rata pengetahuan ibu meningkat sebesar 6,050 setelah
diberikan metode diskusi. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan ibu
tentang pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode diskusi dengan nilai
p<0,001.
Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian

MP-ASI sebelum dan sesudah metode diskusi dengan nilai p<0,001. Metode diskusi

merupakan salah satu metode pendidikan informasi yang didalamnya memberikan

informasi tidak searah saja, melainkan dua arah karena peserta saling bertukar

informasi dan pendapat satu sama lain sehingga informasi yang didapatkan lebih

banyak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata sikap sebelum diberikan


metode diskusi yaitu 36,85 dengan standar deviasi 2,455 dan sesudah diberikan
metode diskusi yaitu 47,05 dengan standar deviasi 3,677, dengan mean difference
sebesar -10,200 yang berarti bahwa rata-rata sikap ibu meningkat sebesar 10,200
setelah diberikan metode diskusi. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap ibu
tentang pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah metode diskusi dengan nilai
p<0,001.
Hasil penelitian yang dilakukan Sari (2008) tentang pengaruh penyuluhan
Kadarzi terhadap pengetahuan dan sikap tentang Kadarzi serta tentang pola konsumsi
pangan pada ibu hamil di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok
menyimpulkan bahwa penyuluhan yang disertai dengan pemberian leaflet dapat
memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil. Hasil penelitian ini
juga memperkuat penelitian Muslikha dan Purwanti (2011) tentang Peran Leaflet ASI
Eksklusif Terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dan Motivasi Untuk
menyususi Secara Eksklusif di BPS NY. Djuwedah Kebasen Kabupaten Banyumas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leaflet memiliki peran dalam peningkatan
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan motivasi ibu untuk menyusui secara
eksklusif.
Metode diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam

proses pendidikan. Diskusi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan

pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efektif dan efisien, dan untuk

mempengaruhi para responden agar mau mengubah sikap. Keberhasilan metode

diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk memperkenalkan soal yang

dapat perhatian para responden, membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan

menyusun saran-saran yang diajukan, memberikan bahan-bahan informasi yang

cukup agar responden sampai pada kesimpulan yang tepat. Bahan cetakan atau alat

bantu lain sebaiknya digunakan untuk meningkatkan minat dan kesiapan peserta

diskusi (Suprijanto, 2008). Pada penelitian ini, ada peningkatan pengetahuan dan

sikap sesudah intervensi dengan metode diskusi kemungkinan karena materi

Pemberian MP-ASI merupakan materi yang menarik dan sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh responden, sehingga diskusi menjadi sangat menarik. Pada penelitian

ini diskusi dibantu dengan menggunakan materi singkat untuk meningkatkan minat

responden agar terlibat aktif dalam diskusi. Setelah dilakukan metode diskusi juga

dibagikan leaflet oleh ibu yang dapat dibawa pulang.

Metode diskusi memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode ceramah


dalam hal meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu. Karena dalam metode diskusi ini
ibu akan secara aktif mengungkapkan pengetahuan mereka tentang topik yang
diberikan sedangkan pada metode ceramah peran pemateri dalam memberikan
penyuluhan terlihat lebih dominan dan pada saat penyuluhan ibu lebih banyak
mendengarkan. Setelah seseorang mengetahui objek atau stimulus, proses selanjutnya
adalah memiliki atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Manifestasi
sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup.
Dengan menggunakan metode ini, ibu diberi kesempatan untuk berperan aktif

dalam kelompok yang diwujudkan dengan adanya peran sebagai pembicara dan

pendengar. Ibu juga dilatih untuk lebih teliti dan dapat mengungkapkan pendapatnya

dalam mengoreksi hasil ringkasan pembicara. Kegiatan-kegiatan dalam diskusi

kelompok terarah ini memungkinkan peneliti juga ibu berdiskusi secara intensif dan

peneliti dapat mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari ibu yang

memiliki latar belakang berbeda-beda. Dengan kegiatan seperti ini ibu sebagai peserta

dapat mengumpulkan informasi yang lebih mendalam dan membuat ibu lebih mudah

memahami materi penyuluhan sehingga dapat terjadi peningkatan baik dalam

pengetahuan dan sikap.

Cara penyampaian informasi, metode diskusi lebih juga lebih


mengembangkan kemampuan berpikir masing-masing responden dalam
mengungkapkan pendapat yang dapat memicu adanya interaksi dan timbal balik
informasi dari tiap-tiap responden informasi yang diperoleh beragam dan semakin
banyak yang dapat menambah pengetahuan responden. Hasil awal diskusi ibu
menyatakan bahwa pemberian makanan tambahan pada anak perlu dikaukan pada
usia 4 bulan karena ASI saja tidak cukup, ibu juga menyetakan berdasarkan informasi
yang mereka peroleh dari orang tua mereka bahwa bayi terus menangis karena terus
merasa lapar dan perlu meberikan makanan lain selain ASI, ibu juga menyatakan
bahwa berdasarkan pengalaman jarang bayi yang diberikan pisang mengalami diare.
Pada diskusi juga dibagikan leaflet agar ibu mengatahui secara detail pemberian MP-
ASI secara tepat.
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa metode diskusi lebih

baik dibanding metode ceramah, ini dikarenakan metode diskusi lebih

mengembangkan kemampuan berpikir masing-masing peserta dalam mengungkapkan

pendapat yang dapat memicu adanya interaksi dan timbal balik informasi dari tiap-

tiap peserta sehingga informasi yang diperoleh beragam dan semakin banyak yang
dapat menambah pengetahuan peserta. Sedangkan metode ceramah lebih banyak

yang memegang peranan adalah si peneliti karena komunikasi yang terjadi hanya satu

arah. Peserta lebih dituntut untuk mendengarkan dan hanya diberikan sedikit

kesempatan untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti sehingga informasi yang

diperoleh juga tidak terlalu luas. Keberhasilan suatu proses pendidikan atau

penyuluhan tergantung dari materi atau pesannya dan metode penyampaiannya. Agar

tercapai suatu hasil yang optimal maka metode pendidikan haruslah tepat dan materi

yang disampaikan mudah dimengerti. Bagi ibu metode diskusi yang melibatkan ibu

dengan narasumber akan lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah yang

disampaikan oleh penyuluh kepada semua ibu, karena keeratan, keterbukaan, dan

perasaan senasib lebih muncul di antara sesama ibu. Sehingga, hal ini dapat menjadi

peluang bagi upaya memfasilitasi perilaku ibu.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dibuat kesimpulan bahwa :

1. Pengetahuan ibu sebelum diberikan penyuluhan dengan metode ceramah tentang

pemberian MP-ASI berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 17 orang (94,4%) dan

sesudah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah mayoritas ibu

berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 10 orang (55,6%). Sikap ibu sebelum

diberikan penyuluhan dengan metode ceramah tentang pemberian MP-ASI

bersikap kurang sebanyak 17 orang (94,4%) dan setelah diberikan penyuluhan

dengan metode ceramah mayoritas ibu bersikap cukup yaitu sebanyak 15 orang

(83,3%)

2. Pengetahuan ibu sebelum diberikan penyuluhan dengan metode diskusi tentang

pemberian MP-ASI berpengetahuan kurang sebanyak 19 orang ibu (95,0%) dan

setelah diberikan penyuluhan dengan metode diskusi mayoritas ibu

berpengetahuan baik yaitu sebanyak 11 orang (55,0%). Sikap ibu sebelum

diberikan penyuluhan dengan metode diskusi tentang pemberian MP-ASI

bersikap kurang baik sebanyak 20 orang (100,0%) dan setelah diberikan

penyuluhan dengan metode diskusi mayoritas ibu bersikap cukup baik yaitu

sebanyak 16 orang (80,0%).


3. Ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah terhadap pengetahuan dan

sikap ibu tentang pemberian MP-ASI. Dengan diberikannya metode ceramah ibu

mendapatkan informasi yang tepat tentang pemberian MP-ASI dan lebih paham

dari pada sebelumnya. Sehingga metode ceramah efektif dalam meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu.

4. Ada pengaruh penyuluhan dengan metode diskusi terhadap pengetahuan dan

sikap ibu tentang pemberian MP-ASI. Dengan diberikannya metode diskusi ibu

mendapatkan informasi yang tepat dan melibatkan pendapat ibu. Sehingga

metode diskusi efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu.

6.2 Saran

Diharapkan Petugas Kesehatan Puskesmas Batang Kuis dapat meningkatkan upaya

penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah dan metode diskusi tentang

pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dalam meningkatkan pengetahuan

dan sikap ibu menjadi lebih baik, karena kedua metode ini sangat efektif dalam

merubah pengetahuan dan sikap ibu.


DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N.U. 2006. “Menyusui” Cermin Kesetaraan Gender. Jakarta. Penggagas


Forum Pemberdayaan Keluarga.

Apriadji. Wied Harry. 2011. Buku Super Lengkap : Makanan Bayi Sehat Alami.
Jakarta. Pustaka Bunda.

Ariani, 2008. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), http://parentingislami.com/


2008/05/27/makanan-pendamping-asi-mp-asi

Bakhtiar, A. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

BKKBN & Kemenkes RI. 2012. Survei demografi dan kesehatan indonesia. badan
pusat statistic, badan kependudukan dan keluarga berencana nasional dan
kementerian kesehatan. Jakarta.

Briawan, D. 2007. Penilaian dan Perencanaan Kosumsi Pangan. Jurusan gizi


masyarakat dan sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.

Depkes RI. 2005. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).


Surabaya.

Depkes RI. 2006. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Jakarta.

Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Bagi Tenaga Kesehatan Promosi Kesehatan di
Puskesmas, Jakarta.

Depkes RI. 2009. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat.

De Porter.B, 2000. Quantum Teaching. Terjemahan, Bandung: Kaifa-Mizan

Dian Prima, Yudith Mangiri. 2013. MP-ASI Perdana Cihuy! Pedoman Makanan
Pendamping ASI 6-12. Jakarta : Asha

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2014. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Deli Serdang tahun 2014. Lubuk Pakam : Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2014. Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara tahun 2014. Medan : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara
Effendy, Onong Uchjana. 1998. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT.
Remaja Rosda Karya.

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT.
Remaja Rosda Karya.

Elvi,N. 2007. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pola Pemberian ASI, MP-ASI dan
Pola Penyakit pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Dusun III Desa Limau Manis
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007. Medan:
Skripsi FKM USU

Graeff, Judith dkk.1996.Komunikasi untuk Kesehatan dan Perubahan Perilaku.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Handsout, Promina, 2012. MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)


http://www.promina.co.id/pages/mpasi-makanan-pendamping-asi-.aspx

Hidayat A.A., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Jakarta :


Heath Books

Indiarti MT, 2008. Buku Pintar Ibu Kreatif, ASI, Susu Formula dan Makanan Bayi.
Yogyakarta. Khasanah Ilmu Terapan

Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Kemenkes RI, 2010. Pedoman Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2010. Jakarta

Krisnatuti dan Rina Yenrina. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta:
Puspa Swara.

Lestari, D. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada
Anak Usia 6-24 Bulan Di Desa Rembun Nogosari Boyolali. Surakarta: Skripsi
STIKES Kusuma Husada.

LP3I Unair, 2009. Metode Pembelajaran : http://aula.unair.ac.id/file.php/1/ Materi


Pekerti 15-19 Feb.2009/07-Metode Pembelajaran.pdf

Lunandi, A.G. 1993. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : Gramedia.

Machfoedz, Ircham. Suryani, Eko, 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi
Kesehatan.Yogyakarta : Fitramaya.

Marlina. 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan dengan Metode Ceramah Disertai


Media Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dalam Pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
Tahun 2014. Tesis S2 IKM USU. Medan

Mariyatul. 2012. Perbedaan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Diskusi


Terhadap Perilaku Merokok di SMA Negeri 4 Tuban 2012. Tuban, Jurnal
STIKES Tuban.

Martini, 2009 “Tingkat Pengetahuan ibu Terhadap Pelaksanaan dan Pemberian


MP-ASI”

Maryunani, A. 2012. ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi. DKI Jakarta : CV. Trans
Info Media.

Maulana, Heri, d.j, 2009. Promosi Kesehata. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Meherdika, W. 2014. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan Ibu


tentang ASI Eksklusif dan Sikap Ibu Menyusui di Kecamatan Kanigoro
Kabupaten Blitar. Jurnal: Teknologi dan Kejuruan Vol 37, No. 1 Hal: 55-72

Muslikha, P., Purwanti, S. 2011. Peran Leaflet ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan
Ibu Tentang ASI Eksklusif dan Motivasi Untuk Menyusui Secara Eksklusif di
BPS NY. Djuwedah Kebasen Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan,
Vol.2 No.1 Edisi Juni

Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nurlaili, 2009. Metode-metode Pembelajaran: http://www.scribd.com


doc/13065635/Metodemetode-pembelajaran

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan.


Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Prabantini, Dwi 2010. A to Z Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta : ANDI.

Profil Puskesmas Batang Kuis tahun 2015.

Putra, F. 2011. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Pendamping
ASI (MP ASI) dan Status Gizi Bayi Usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru. Jurnal: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Riskesdas 2013. Kementerian Kesehatan RI: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Roesli, Utami,2009. Mengenal ASI Eksklusif. Seri Satu. Jakarta:Trubus Agriwidya.

Sakiyah, M., 2015. Perbedaan Efektivitas Metode Diskusi dan Ceramah terhadap
Pengetahuan Pekerja tentang Alat Pelindung Diri (APD) di Bengkel LAS
Keluarahan Bukit Lama Palembang. Artikel Penelitian. 2 (2): 115-123

Sari, N.C. 2008. Pengaruh Penyuluhan Kadarzi terhadap Pengetahuan dan Sikap
tentang Kadarzi serta Pola Konsumsi Pangan pada Ibu Hamil di Nagari Cupak
Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Skripsi. FKM USU Medan.

Sarwani, D.; Nurhayati, N.; Supriyanto. 2014. Efektifitas Ceramah terhadap


Pengetahuan Kader Kesehatan tentang Penyakit Talasemia di Kecamatan
Pekuncen dan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. 8(1):29-36

Sefrizon. 2011. Pengaruh Ceramah, Diskusi Kelompok dan Demonstrasi terhadap


Pengetahuan dan Keterampilan Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru pada
Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Solok. Tesis Fakultas Kedokteran UGM.

Setiawati, 2008 . Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.

Sinabariba, M., 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah


dengan Metode Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Narkotika,
Psikotropika, Zat Adiktif (NAPZA) pada Siswa SMU Swasta RK Deli Murni
Diski Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Tesis S2
IKM USU. Medan

Soenarno, 2007. Panduan Merawat Bayi dan Balita Agar Tumbuh Sehat. Jakarta.
Gramedia.

Sofa, 2008. Metode Ceramah dalam Pembelajaran :


http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-diskusi-dalam-
pembelajaran/. Diunduh 12 Maret 2016

Subarniati, R.; Saenun; Qomaruddin, M.B.; Rahayuwati, L.; Hargono, R., 1996,
Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku, Universitas Airlangga,
Surabaya.

Sulistijani, 2004. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta : Puspa Swara.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.


Suraya, Lily. 2011 Penyuluhan dengan ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan
sikap ibu tentang pola pemberian MP-ASI pada anak 6-24 bulan di Desa
Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi. Keperawan USU.

Syafrudin. 2011. Penyuluhan Kesehatan Pada Remaja, Keluarga, Lansia dan


Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.

Tampubolon, D., 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Seksualitas dengan Metode


Ceramah dan Diskusi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seks
Pranikah di SMK Negeri 1 Siatas Barita Kabupaten tapanuli Utara Tahun
2015. Tesis S2 IKM USU. Medan

Tim Dian Rakyat. 2012. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dapur Ibu. Dian
Rakyat.

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Wawan A. Dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan dan sikap dan
Perilaku Manusia, Yogyakarta: Penerrbit Nuha Medika.

WHO. 2011. Global strategy for infant and young child.


http://www.who.int/nutrition/publicatio ns/infant feeding/9241562218
Lampiran 1. Lembaran Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Supriati adalah mahasiswa S2 Program Studi Pascasarjana


Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang
“Pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan metode diskusi terhadap
pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) di
Desa Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis Tahun 2016”. Penelitian ini
merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi
Pascasarjana Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon ibu memberikan waktu kepada saya
untuk wawancara dan memberikan jawaban yang jujur dan apa adanya. Jika ibu
bersedia, mohon mendatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kerelaan dari ibu.
Untuk itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara peneliti dan ibu di Desa
Bintang Meriah Kecamatan Batang Kuis. Identitas ibu dan semua informasi yang
diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.
Atas kerjasama yang baik dari semua pihak saya ucapkan terimakasih.

Deli Serdang, Juni 2016


Peneliti Responden

( Supriati ) ( )

Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian


KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE
CERAMAH DAN METODE DISKUSI TERHADAP PENGETAHUAN
DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI DESA BINTANG
MERIAH KECAMATAN BATANG KUIS
TAHUN 2016

A. DATA IBU
Berilah tanda “ √“ pada kotak yang tersedia sesuai dengan jawaban ibu.

Nama ibu : Ny...........................(inisial)


Umur Ibu : ................................
Agama : ................................
Suku : ...............................

Pendidikan Ibu : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Bekerja
Tidak Bekerja

Pendapatan : < Rp. 1.800.000


>Rp. 1.800.000

B. PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI


94
Petunjuk Pengisian
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√)
pada jawaban yang menurut Anda paling tepat.

No Pertanyaan Benar Salah

1 MP-ASI adalah makanan pendamping ASI


2 Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang
diberikan bayi setelah berusia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi bayi selain dari ASI
3 MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga
4 Tujuan pemberian MP-ASI yaitu melengkapi zat gizi bayi
5 Manfaat MP-ASI diberikan pada bayi agar pertumbuhan
dan perkembangan bayi semakin meningkat
6 Pemberian MP-ASI bermanfaat untuk menurunkan berat
badan bayi
7 Kandungan Makanan pendamping ASI yang diberikan
pada bayi mengandung tinggi protein
8 Jenis MP-ASI yang pertama diberikan pada bayi adalah
makanan padat
9 Bubur susu, bubur sum-sum atau pisang saring
merupakan jenis makanan padat yang diberikan pada bayi
10 Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI
sebaiknya diberikan secara berangsur-angsur agar bayi
dapat mengenal rasa
11 Frekuensi pemberian makanan lumat halus atau bubur
lembut yang diberikan pada bayi usia 6-9 bulan adalah 1-
2 kali sehari
12 Frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia 9-12 bulan
adalah 4-5 kali sehari
13 Resiko pemberian MP-ASI terlalu dini diberikan pada
bayi adalah bayi sering menderita gangguan pencernaan
/diare
14 Jika MP-ASI terlambat atau terlalu lama diberikan pada
bayi akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi tidak optimal
15 Menunda pemberian MP-ASI pada bayi dapat
mengakibatkan resiko alergi makanan pada bayi

C. SIKAP
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang anda pilih
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

NO PERNYATAAN SS S TS STS
Bayi seharusnya segera disusui setelah
1
dilahirkan dalam waktu 30 menit hingga 1 jam
Saat ASI belum keluar segelah melahirkan, maka
2 bayi boleh diberikan susu formula sebagai
pengganti ASI
Makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan
3
pada bayi diatas usia 6 bulan
Pemberian makanan pendamping ASI terlalu
4
dini dapat mengakibatkan bayi sering diare
Apabila ASI belum keluar bayi sebaiknya
5
diberikan madu
Dengan pemberian makanan tambahan sejak dini
6
bayi akan semakin sehat
Kebiasaan dalam keluarga selalu memberikan
7
pisang pada bayi
Kebiasaan memberikan pisang pada bayi baru
8
lahir harus dilestarikan
Pemberian MP-ASI tidak harus bertahap, tidak
9
harus dari makanan cair sampai makanan padat
Tujuan pemberian MP-ASI adalah membiasakan
10
bayi untuk mengkomsumsi makanan sehari-hari
Frekuensi pemberian MP-ASI pada anak usia 6-
11
9 bulan sebanyak 1-2 kali sehari
Frekuensi pemberian MP-ASI pada anak usia 9-
12
12 bulan sebanyak 2-3 kali sehari
MP-ASI sebaiknya diberikan dengan berbagai
13
variasi makanan.
Jenis MP-ASI yang pertama kali harus diberikan
14
pada anak adalah makanan lumat
Dalam memberikan MP-ASI, ibu harus
15 menghindari gula, garam, bahan penyedap,
santan atau pun gorengan.
Bayi berusia 4 bulan memerlukan makanan
16
khusus
Untuk meningkatkan berat badan bayi 0-6 bulan
17
harus diberikan makanan pendamping ASI
Bayi berusia 9-12 bulan sudah bisa diberikan
18
makanan bubur kacang hijau
Menunda pemberian makanan padat dapat
19
mengurangi resiko alergi makanan pada bayi
Pada bayi berusia 6-9 bulan diberikan lebih dari
20
6 kali makanan tambahan setiap hari
Pengetahuan Sebelum Pengetahuan Sesudah
No. Umur Kat Agama Suku Pend Pendpt Pekerjaan Kel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total
1 31 1 1 4 2 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8
2 30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 10
3 42 0 1 1 3 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 4 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 7
4 30 1 2 2 2 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 9
5 30 1 1 1 2 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 10
6 28 1 1 4 3 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 5 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 8
7 32 1 1 3 2 1 2 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 11
8 25 1 1 1 3 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 10
9 29 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 8 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 10
10 35 1 1 1 2 1 2 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 8
11 38 0 2 2 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 5 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 8
12 36 0 1 1 3 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 7
13 29 1 1 4 2 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 10
14 32 1 1 1 2 1 2 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 5 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 9
15 20 1 1 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 5 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 9
16 35 1 1 1 2 1 2 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11
17 23 1 1 3 3 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9
18 23 1 1 1 2 1 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12
19 25 1 1 1 1 1 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11
20 24 1 1 3 2 1 2 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 9
21 19 1 1 1 3 1 1 2 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 7 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 9
22 21 1 1 1 3 1 1 2 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 10
23 30 1 1 4 1 1 2 2 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
24 38 0 1 1 3 1 1 2 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 10
25 28 1 1 1 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 9
26 40 0 1 1 2 1 1 2 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 11
58
27 24 1 1 3 2 1 1 2 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11
28 20 1 1 1 1 1 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 9
29 20 1 1 1 2 1 1 2 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 9
30 28 1 1 1 1 1 1 2 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 10
31 24 1 2 2 2 1 1 2 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
32 25 1 1 1 2 1 1 2 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 10
33 21 1 1 4 3 1 1 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 9
34 33 1 1 1 3 1 1 2 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 11
35 25 1 1 3 2 1 1 2 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11
36 25 1 1 1 2 1 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 8
37 33 1 1 1 3 1 1 2 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 4 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 9
38 35 1 1 4 2 1 1 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 9
Sikap Sebelum Sikap Sesudah Pengetahuan Sikap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Total Selisih Selisih
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 33 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 39 5 6
2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 40 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 46 4 6
2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 38 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 46 3 8
3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 38 4 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 3 48 7 10
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 36 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 41 6 5
2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 38 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 46 3 8
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 34 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 43 7 9
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 36 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 43 8 7
2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 39 3 4 4 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 48 2 9
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 32 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 40 5 8
2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 39 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 4 3 51 3 12
3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 36 3 3 4 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 43 3 7
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 34 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 3 45 4 11
3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 41 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 51 4 10
2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 42 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 49 4 7
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 33 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 45 5 12
3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 37 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 42 6 5
2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 40 2 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 3 2 3 2 48 7 8
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 34 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 3 44 7 10
3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 41 7 7
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 33 4 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 40 2 7
3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 38 4 3 2 3 3 3 2 4 2 2 4 4 3 4 3 3 49 6 11
3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 39 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 48 8 9
3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49 5 12
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 34 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 45 6 11
2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 38 3 2 3 2 3 2 3 3 4 4 2 4 4 3 3 4 49 8 11
3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 40 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 49 6 9
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 35 3 2 3 3 3 2 3 4 2 2 4 3 2 3 3 3 45 6 10
2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 39 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 51 5 12
3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 40 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 54 5 14
3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 39 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 48 8 9
3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 49 5 12
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 34 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 45 6 11
2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 38 3 2 3 2 3 2 3 3 4 4 2 4 4 3 3 4 49 8 11
3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 40 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 49 6 9
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 35 3 2 3 3 3 2 3 4 2 2 4 3 2 3 3 3 45 5 10
2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 39 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 51 5 12
3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 41 7 7
Lampiran 4 : Hasil Statistik dengan Metode Diskusi

Karakteristik Responden
umurk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 dan >35 tahun 2 10.0 10.0 10.0
20-35 tahun 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Islam 19 95.0 95.0 95.0
Kristen 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Jawa 13 65.0 65.0 65.0
Batak Karo 1 5.0 5.0 70.0
Batak Mandailing 3 15.0 15.0 85.0
Melayu 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 4 20.0 20.0 20.0
SMP 9 45.0 45.0 65.0
SMA 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <Rp.1.800.000 20 100.0 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Bekerja 17 85.0 85.0 85.0
Tidak bekerja 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

100
58
Pengetahuan Pre test
p1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 15 75.0 75.0 75.0
benar 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 14 70.0 70.0 70.0
benar 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 14 70.0 70.0 70.0
benar 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 13 65.0 65.0 65.0
benar 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 12 60.0 60.0 60.0
benar 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 13 65.0 65.0 65.0
benar 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
p7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 15 75.0 75.0 75.0
benar 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 13 65.0 65.0 65.0
benar 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 16 80.0 80.0 80.0
benar 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 17 85.0 85.0 85.0
benar 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 15 75.0 75.0 75.0
benar 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 15 75.0 75.0 75.0
benar 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
p13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 10 50.0 50.0 50.0
benar 10 50.0 50.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Pengetahuan Post test


p1p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 20 100.0 100.0 100.0

p2p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 20 100.0 100.0 100.0

p3p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 20 100.0 100.0 100.0

p4p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 20 100.0 100.0 100.0

p5p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 6 30.0 30.0 30.0
Benar 14 70.0 70.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p6p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 2 10.0 10.0 10.0
Benar 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
p7p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 3 15.0 15.0 15.0
Benar 17 85.0 85.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p8p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 8 40.0 40.0 40.0
Benar 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p9p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 10 50.0 50.0 50.0
Benar 10 50.0 50.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p10p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 11 55.0 55.0 55.0
Benar 9 45.0 45.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p11p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 9 45.0 45.0 45.0
Benar 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

p12p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 8 40.0 40.0 40.0
Benar 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
p13p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 4 20.0 20.0 20.0
Benar 16 80.0 80.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Sikap Pre test


s1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 9 45.0 45.0 45.0
setuju 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 12 60.0 60.0 60.0
setuju 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 19 95.0 95.0 95.0
setuju 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 17 85.0 85.0 85.0
setuju 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 16 80.0 80.0 80.0
setuju 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
s6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 14 70.0 70.0 70.0
setuju 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 12 60.0 60.0 60.0
setuju 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 13 65.0 65.0 65.0
setuju 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 14 70.0 70.0 70.0
setuju 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 14 70.0 70.0 70.0
setuju 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 16 80.0 80.0 80.0
setuju 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
s12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 17 85.0 85.0 85.0
setuju 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 15 75.0 75.0 75.0
setuju 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 12 60.0 60.0 60.0
setuju 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 12 60.0 60.0 60.0
setuju 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 11 55.0 55.0 55.0
setuju 9 45.0 45.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sikap Post test
s1p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0
setuju 16 80.0 80.0 85.0
sangat setuju 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s2p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 5 25.0 25.0 25.0
setuju 12 60.0 60.0 85.0
sangat setuju 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s3p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 5 25.0 25.0 25.0
setuju 14 70.0 70.0 95.0
sangat setuju 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s4p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 9 45.0 45.0 45.0
setuju 8 40.0 40.0 85.0
sangat setuju 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s5p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 4 20.0 20.0 20.0
setuju 13 65.0 65.0 85.0
sangat setuju 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
s6p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 9 45.0 45.0 45.0
setuju 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s7p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 5 25.0 25.0 25.0
setuju 15 75.0 75.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s8p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 5 25.0 25.0 25.0
setuju 10 50.0 50.0 75.0
sangat setuju 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s9p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 6 30.0 30.0 30.0
setuju 10 50.0 50.0 80.0
sangat setuju 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s10p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 7 35.0 35.0 35.0
setuju 9 45.0 45.0 80.0
sangat setuju 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s11p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 5 25.0 25.0 25.0
setuju 10 50.0 50.0 75.0
sangat setuju 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
s12p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 6 30.0 30.0 30.0
setuju 10 50.0 50.0 80.0
sangat setuju 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s13p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 3 15.0 15.0 15.0
setuju 10 50.0 50.0 65.0
sangat setuju 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s14p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 1 5.0 5.0 5.0
setuju 13 65.0 65.0 70.0
sangat setuju 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

s15p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid setuju 20 100.0 100.0 100.0

s16p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 2 10.0 10.0 10.0
setuju 12 60.0 60.0 70.0
sangat setuju 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Uji Normalitas Data
Descriptives
Statistic Std. Error
ptotpre Mean 3.90 .270
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.33
Mean
Upper Bound 4.47
5% Trimmed Mean 3.83
Median 4.00
Variance 1.463
Std. Deviation 1.210
Minimum 2
Maximum 7
Range 5
Interquartile Range 2
Skewness .607 .512
Kurtosis .836 .992
ptotpost Mean 9.95 .256
95% Confidence Interval for Lower Bound 9.41
Mean Upper Bound 10.49
5% Trimmed Mean 9.94
Median 10.00
Variance 1.313
Std. Deviation 1.146
Minimum 8
Maximum 12
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness .340 .512
Kurtosis -.926 .992
stotpre Mean 36.85 .549
95% Confidence Interval for Lower Bound 35.70
Mean Upper Bound 38.00
5% Trimmed Mean 36.89
Median 37.50
Variance 6.029
Std. Deviation 2.455
Minimum 33
Maximum 40
Range 7
Interquartile Range 5
Skewness -.187 .512
Kurtosis -1.633 .992
stotpost Mean 47.05 .822
95% Confidence Interval for Lower Bound 45.33
Mean Upper Bound 48.77
5% Trimmed Mean 47.06
Median 48.50
Variance 13.524
Std. Deviation 3.677
Minimum 40
Maximum 54
Range 14
Interquartile Range 4
Skewness -.404 .512
Kurtosis -.289 .992

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ptotpre .172 20 .125 .913 20 .072
ptotpost .246 20 .002 .888 20 .025
stotpre .180 20 .088 .874 20 .014
stotpost .202 20 .032 .923 20 .113
a. Lilliefors Significance Correction

Hubungan Pengetahuan Sebelum dan Pengetahuan Sesudah Berdasarkan


Metode Diskusi
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
ptotpost - ptotpre Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 20 10.50 210.00
c
Ties 0
Total 20
a. ptotpost < ptotpre
b. ptotpost > ptotpre
c. ptotpost = ptotpre
Test Statisticsb
ptotpost - ptotpre
Z -3.949a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Hubungan Sikap Sebelum dan Sikap Sesudah Berdasarkan Metode Diskusi


NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
stotpost - stotpre Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 20 10.50 210.00
c
Ties 0
Total 20
a. stotpost < stotpre
b. stotpost > stotpre
c. stotpost = stotpre

Test Statisticsb
stotpost - stotpre
Z -3.936a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Lampiran : Hasil Statistik Metode Ceramah

Karakteristik Responden
Frequencies
umurk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 dan >35 tahun 3 16.7 16.7 16.7
20-35 tahun 15 83.3 83.3 100.0
Total 18 100.0 100.0

agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Islam 16 88.9 88.9 88.9
Kristen 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0

suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Jawa 10 55.6 55.6 55.6
Batak Karo 2 11.1 11.1 66.7
Batak Mandailing 2 11.1 11.1 77.8
Melayu 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SD 2 11.1 11.1 11.1
SMP 11 61.1 61.1 72.2
SMA 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <Rp.1.800.000 18 100.0 100.0 100.0

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Bekerja 10 55.6 55.6 55.6
Bekerja 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0
Pengetahuan Pre test
p1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 10 55.6 55.6 55.6
benar 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

p2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 11 61.1 61.1 61.1
benar 7 38.9 38.9 100.0
Total 18 100.0 100.0

p3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 9 50.0 50.0 50.0
benar 9 50.0 50.0 100.0
Total 18 100.0 100.0

p4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 10 55.6 55.6 55.6
benar 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

p5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 10 55.6 55.6 55.6
benar 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

p6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 14 77.8 77.8 77.8
benar 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0
p7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 10 55.6 55.6 55.6
benar 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

p8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 14 77.8 77.8 77.8
benar 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

p9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 14 77.8 77.8 77.8
benar 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

p10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 16 88.9 88.9 88.9
benar 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0

p11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 15 83.3 83.3 83.3
benar 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

p12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 11 61.1 61.1 61.1
benar 7 38.9 38.9 100.0
Total 18 100.0 100.0
p13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 10 55.6 55.6 55.6
benar 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pengetahuan Post test


p1p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Benar 18 100.0 100.0 100.0

p2p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 4 22.2 22.2 22.2
Benar 14 77.8 77.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

p3p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 1 5.6 5.6 5.6
Benar 17 94.4 94.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

p4p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 1 5.6 5.6 5.6
Benar 17 94.4 94.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

p5p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 2 11.1 11.1 11.1
Benar 16 88.9 88.9 100.0
Total 18 100.0 100.0
p6p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 7 38.9 38.9 38.9
Benar 11 61.1 61.1 100.0
Total 18 100.0 100.0

p7p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 6 33.3 33.3 33.3
Benar 12 66.7 66.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

p8p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 9 50.0 50.0 50.0
Benar 9 50.0 50.0 100.0
Total 18 100.0 100.0

p9p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 8 44.4 44.4 44.4
Benar 10 55.6 55.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

p10p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 9 50.0 50.0 50.0
Benar 9 50.0 50.0 100.0
Total 18 100.0 100.0

p11p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 11 61.1 61.1 61.1
Benar 7 38.9 38.9 100.0
Total 18 100.0 100.0
p12p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 5 27.8 27.8 27.8
Benar 13 72.2 72.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

p13p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid salah 5 27.8 27.8 27.8
Benar 13 72.2 72.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

Sikap Pre test


s1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 13 72.2 72.2 72.2
setuju 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

s2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 14 77.8 77.8 77.8
setuju 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

s3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 13 72.2 72.2 72.2
setuju 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

s4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 14 77.8 77.8 77.8
setuju 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0
s5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 13 72.2 72.2 72.2
setuju 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

s6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 16 88.9 88.9 88.9
setuju 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0

s7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 14 77.8 77.8 77.8
setuju 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

s8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 7 38.9 38.9 38.9
setuju 11 61.1 61.1 100.0
Total 18 100.0 100.0

s9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 10 55.6 55.6 55.6
setuju 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

s10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 13 72.2 72.2 72.2
setuju 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0
s11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 13 72.2 72.2 72.2
setuju 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

s12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 13 72.2 72.2 72.2
setuju 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

s13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 14 77.8 77.8 77.8
setuju 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

s14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 10 55.6 55.6 55.6
setuju 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

s15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 12 66.7 66.7 66.7
setuju 6 33.3 33.3 100.0
Total 18 100.0 100.0

s16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 9 50.0 50.0 50.0
setuju 9 50.0 50.0 100.0
Total 18 100.0 100.0
Sikap Post test
s1p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 1 5.6 5.6 5.6
setuju 14 77.8 77.8 83.3
sangat setuju 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

s2p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 3 16.7 16.7 16.7
setuju 12 66.7 66.7 83.3
sangat setuju 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

s3p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 4 22.2 22.2 22.2
setuju 10 55.6 55.6 77.8
sangat setuju 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0

s4p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 9 50.0 50.0 50.0
setuju 8 44.4 44.4 94.4
sangat setuju 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

s5p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 6 33.3 33.3 33.3
setuju 12 66.7 66.7 100.0
Total 18 100.0 100.0
s6p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 8 44.4 44.4 44.4
setuju 9 50.0 50.0 94.4
sangat setuju 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

s7p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 11 61.1 61.1 61.1
setuju 7 38.9 38.9 100.0
Total 18 100.0 100.0

s8p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 2 11.1 11.1 11.1
setuju 11 61.1 61.1 72.2
sangat setuju 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0

s9p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 6 33.3 33.3 33.3
setuju 9 50.0 50.0 83.3
sangat setuju 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

s10p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 6 33.3 33.3 33.3
setuju 11 61.1 61.1 94.4
sangat setuju 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

s11p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 2 11.1 11.1 11.1
setuju 16 88.9 88.9 100.0
Total 18 100.0 100.0
s12p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 6 33.3 33.3 33.3
setuju 9 50.0 50.0 83.3
sangat setuju 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

s13p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 6 33.3 33.3 33.3
setuju 12 66.7 66.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

s14p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 3 16.7 16.7 16.7
setuju 12 66.7 66.7 83.3
sangat setuju 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

s15p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 5 27.8 27.8 27.8
setuju 10 55.6 55.6 83.3
sangat setuju 3 16.7 16.7 100.0
Total 18 100.0 100.0

s16p
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak setuju 2 11.1 11.1 11.1
setuju 16 88.9 88.9 100.0
Total 18 100.0 100.0
Uji Normalitas Data
Descriptives
Statistic Std. Error
ptotpre Mean 4.44 .364
95% Confidence Interval for Lower Bound 3.68
Mean
Upper Bound 5.21
5% Trimmed Mean 4.38
Median 4.50
Variance 2.379
Std. Deviation 1.542
Minimum 2
Maximum 8
Range 6
Interquartile Range 2
Skewness .334 .536
Kurtosis .275 1.038
ptotpost Mean 9.22 .329
95% Confidence Interval for Lower Bound 8.53
Mean Upper Bound 9.92
5% Trimmed Mean 9.19
Median 9.00
Variance 1.948
Std. Deviation 1.396
Minimum 7
Maximum 12
Range 5
Interquartile Range 2
Skewness .139 .536
Kurtosis -.540 1.038
stotpre Mean 37.00 .695
95% Confidence Interval for Lower Bound 35.53
Mean Upper Bound 38.47
5% Trimmed Mean 37.00
Median 37.50
Variance 8.706
Std. Deviation 2.951
Minimum 32
Maximum 42
Range 10
Interquartile Range 5
Skewness -.124 .536
Kurtosis -.980 1.038
stotpost Mean 45.22 .838
95% Confidence Interval for Lower Bound 43.45
Mean Upper Bound 46.99
5% Trimmed Mean 45.25
Median 45.50
Variance 12.654
Std. Deviation 3.557
Minimum 39
Maximum 51
Range 12
Interquartile Range 5
Skewness -.029 .536
Kurtosis -.810 1.038

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
ptotpre .141 18 .200 .948 18 .400
ptotpost .156 18 .200* .949 18 .409
stotpre .133 18 .200* .961 18 .622
stotpost .123 18 .200* .965 18 .704
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Hubungan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah berdasarkan Metode Ceramah


T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 ptotpre 4.44 18 1.542 .364
ptotpost 9.22 18 1.396 .329

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 ptotpre & ptotpost 18 .307 .216
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 ptotpre -
-4.778 1.734 .409 -5.640 -3.916 -11.690 17 .000
ptotpost

Hubungan Sikap Sebelum dan Sikap Sesudah Berdasarkan Metode Ceramah


T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 stotpre 37.00 18 2.951 .695
stotpost 45.22 18 3.557 .838

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 stotpre & stotpost 18 .796 .000

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 stotpre -
-8.222 2.157 .508 -9.295 -7.149 -16.171 17 .000
stotpost
Lampiran : Output Validitas dan Reliabilitas

Reliability Pengetahuan Tidak Valid


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.909 15

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 .90 .308 20
p2 .70 .470 20
p3 .70 .470 20
p4 .65 .489 20
p5 .65 .489 20
p6 .75 .444 20
p7 .85 .366 20
p8 .80 .410 20
p9 .70 .470 20
p10 .70 .470 20
p11 .80 .410 20
p12 .75 .444 20
p13 .35 .489 20
p14 .75 .444 20
p15 .35 .489 20

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
p1 9.50 18.158 .602 .905
p2 9.70 17.274 .598 .904
p3 9.70 16.747 .744 .898
p4 9.75 16.934 .660 .901
p5 9.75 16.934 .660 .901
p6 9.65 17.608 .543 .906
p7 9.55 17.418 .745 .900
p8 9.60 17.200 .724 .900
p9 9.70 16.747 .744 .898
p10 9.70 17.274 .598 .904
p11 9.60 17.200 .724 .900
p12 9.65 17.292 .634 .902
p13 10.05 18.155 .345 .913
p14 9.65 17.713 .514 .907
p15 10.05 18.155 .345 .913

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
10.40 19.832 4.453 15

Reliability Pengetahuan Valid


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.919 13

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 .90 .308 20
p2 .70 .470 20
p3 .70 .470 20
p4 .65 .489 20
p5 .65 .489 20
p6 .75 .444 20
p7 .85 .366 20
p8 .80 .410 20
p9 .70 .470 20
p10 .70 .470 20
p11 .80 .410 20
p12 .75 .444 20
p14 .75 .444 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
p1 8.80 15.116 .598 .916
p2 9.00 14.211 .624 .914
p3 9.00 13.579 .820 .906
p4 9.05 14.155 .610 .915
p5 9.05 14.155 .610 .915
p6 8.95 14.366 .617 .914
p7 8.85 14.450 .739 .911
p8 8.90 14.305 .699 .911
p9 9.00 13.579 .820 .906
p10 9.00 14.526 .529 .918
p11 8.90 14.305 .699 .911
p12 8.95 14.366 .617 .914
p14 8.95 14.471 .584 .916

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
9.70 16.642 4.079 13

Reliability Sikap Tidak Valid


Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 20 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.941 20

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
s1 3.30 1.174 20
s2 2.35 1.040 20
s3 2.35 .988 20
s4 3.55 .945 20
s5 2.55 .999 20
s6 3.45 .999 20
s7 3.45 .999 20
s8 1.65 .587 20
s9 2.45 .945 20
s10 1.75 .716 20
s11 3.45 .999 20
s12 3.45 .999 20
s13 3.45 .999 20
s14 1.55 .686 20
s15 2.80 .894 20
s16 3.40 .995 20
s17 2.30 1.031 20
s18 2.50 .946 20
s19 2.05 .999 20
s20 3.40 .995 20

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
s1 51.90 146.621 .835 .934
s2 52.85 152.766 .696 .937
s3 52.85 156.134 .593 .939
s4 51.65 156.555 .605 .938
s5 52.65 157.818 .515 .940
s6 51.75 148.408 .918 .933
s7 51.75 151.566 .780 .935
s8 53.55 166.155 .347 .942
s9 52.75 156.303 .616 .938
s10 53.45 167.839 .183 .944
s11 51.75 148.408 .918 .933
s12 51.75 148.408 .918 .933
s13 51.75 151.566 .780 .935
s14 53.65 170.239 .058 .945
s15 52.40 153.621 .781 .936
s16 51.80 152.063 .762 .936
s17 52.90 152.516 .713 .936
s18 52.70 155.800 .637 .938
s19 53.15 168.029 .105 .947
s20 51.80 148.905 .900 .933

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
55.20 171.747 13.105 20
Reliability Sikap Valid
Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.960 16

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
s1 3.30 1.174 20
s2 2.35 1.040 20
s3 2.35 .988 20
s4 3.55 .945 20
s5 2.55 .999 20
s6 3.45 .999 20
s7 3.45 .999 20
s9 2.45 .945 20
s11 3.45 .999 20
s12 3.45 .999 20
s13 3.45 .999 20
s15 2.80 .894 20
s16 3.40 .995 20
s17 2.30 1.031 20
s18 2.50 .946 20
s20 3.40 .995 20

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if
Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted
s1 44.90 134.832 .840 .956
s2 45.85 139.713 .745 .957
s3 45.85 143.187 .632 .959
s4 44.65 143.397 .655 .959
s5 45.65 145.924 .505 .962
s6 44.75 136.934 .906 .954
s7 44.75 139.250 .801 .956
s9 45.75 144.408 .609 .960
s11 44.75 136.934 .906 .954
s12 44.75 136.934 .906 .954
s13 44.75 139.250 .801 .956
s15 45.40 141.516 .789 .957
s16 44.80 139.642 .786 .957
s17 45.90 140.305 .727 .958
s18 45.70 144.011 .626 .959
s20 44.80 137.326 .892 .955

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
48.20 159.116 12.614 16
Pekatagorian Metode Ceramah
Pengetahuan dan Sikap Sebelum Ceramah

Pkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 17 94.4 94.4 94.4
cukup 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

Skat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 17 94.4 94.4 94.4
cukup 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pengetahuan dan Sikap Setelah Ceramah

Pskat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 10 55.6 55.6 55.6
baik 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0

Sskat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 3 16.7 16.7 16.7
cukup 15 83.3 83.3 100.0
Total 18 100.0 100.0

Pekatagorian Metode Diskusi


Pengetahuan dan Sikap Sebelum Diskusi
Pkat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 19 95.0 95.0 95.0
cukup 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Skat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 20 100.0 100.0 100.0

Pengetahuan dan Sikap Setelah Diskusi

Pskat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 9 45.0 45.0 45.0
baik 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Sskat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 3 15.0 15.0 15.0
cukup 16 80.0 80.0 95.0
baik 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai