SKRIPSI
Disusun Oleh :
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan
Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu Keperawatan
Pada Fakultas Ilmu Kesehatan
Disusun Oleh :
NIM : 2720190006
Tanda Tangan :
( ACHMAD SYAHPUTRA )
SKRIPSI
NIM : 2720190006
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing pertama dan pembimbing kedua yang akan
diujikan Pada Jum’at 07 Juli 2023
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Ns. Marini Agustin, S.Kep, M.Kep, M.Pd) (Ns. Aam Sumadi, S.Kep, M.Kep, FISQua)
Mengetahui
Moderator
Tim penguji,
Mengetahui
Assalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di RW 04 Kelurahan
Harapan Jaya. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam As-Syafi’iyah.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini. Dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Masduki Ahmad, SH, MM sebagai Rektor Universitas Islam
As-Syafi’iyah;
2. Ibu Siti Fatimah, S.Kp, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam As-Syafi’iyah;
3. Ibu Ns. Marini Agustin, S.Kep, M.Kep, M.Pd selaku dosen pembimbing pertama
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan arahan, dalam
langkah-langkah penyusunan skripsi, saran serta dorongan dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan sehingga tersusun skripsi ini;
4. Ibu Ns. Aam Sumadi, S.Kep, M.Kep, FISQua selaku dosen pembimbing kedua yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan arahan, dalam langkah-
langkah penyusunan skripsi, saran serta dorongan dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan sehingga tersusun skripsi ini;
5. Pihak RW 04 Kelurahan Harapan Jaya yang telah banyak membantu penulis dalam
usaha memperoleh data yang saya perlukan;
Penulis
ABSTRAK
Stunting merupakan masalah nasional yang menjadi ancaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan
balita. Angka kejadian stunting di indonesia saat ini mencapai 48% yang menyebabkan balita mengalami gizi
buruk, tinggi badan tidak sesuai dengan usia dan menghambat perkembangan otak. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting di RW 04 Kelurahan
Harapan Jaya. Analisis yang digunakan univariat dan bivariate menggunakan chi-square dengan ɑ = 5%
(0,05). Metode penelitian deskriptif korelatif. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dengan
jumlah 50 responden. Hasil penelitian terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan
stunting dengan nilai Cmax 67% masuk dalam kategori “sedang” dan hubungan sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting mendapatkan nilai Cmax 92% dan termasuk kategori “sangat kuat” Simpulan Terdapat
hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di RW 04
Kelurahan Harapan dengan hasil diperoleh p value 0,001< ɑ =0,05 dan terdapat Hubungan Sikap Ibu dengan
Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya dengan hasil
diperoleh p value 0,000< ɑ = 0,05. Saran agar lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu dalam perilaku
pencegahan stunting serta bagi petugas puskesmas untuk memberikan pendidikan kesehatan dan promosi
kesehatan tentang gizi seimbang pada stunting.
The Relationship Between Mother's Knowledge and Attitudes and Stunting Prevention
Behavior In Toddlers Aged 24-59 Months In RW 04 Harapan Jaya Village
ABSTRACT
Stunting is a national problem that poses a threat to the growth and development of toddlers. The incidence
of stunting in Indonesia currently reaches 48% which causes toddlers to experience malnutrition, height does
not match their age and hinders brain development. The aim of the study was to determine the relationship
between knowledge and attitudes of mothers with stunting prevention behavior in RW 04 Kelurahan Harapan
Jaya. The analysis used univariate and bivariate using chi- square with a = 5% (0.05). Research method
correlative descriptive. The sampling technique is total sampling with a total of 50 respondents. The results
of the study show that there is a relationship between mother's knowledge and stunting prevention behavior
with a Cmax value of 67% which is in the "medium" category and the relationship between mother's attitude
and stunting prevention behavior with a Cmax value of 92% and is included in the "very strong" category.
Conclusion There is a relationship between mother's knowledge and stunting prevention behavior. In
Toddlers Aged 24-59 Months in RW 04 Kelurahan Harapan with the results obtained p value 0.001 a = 0.05
and there is a relationship between Mother's Attitude and Stunting Prevention Behavior in Toddlers Aged
24-59 Months in RW 04 Kelurahan Harapan Jaya with the results obtained p value 0.000< a = 0.05.
Suggestions to further increase mothers' knowledge and attitudes in stunting prevention behavior and for
puskesmas staff to provide health education and health promotion regarding balanced nutrition in stunting.
C. Konsep Pengetahuan........................................................................... 22
D. Konsep Sikap...................................................................................... 25
OPERASIONAL ............................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A . Latar Belakang
Balita merupakan anak yang berusia di bawah 5 tahun dimana pertumbuhan dan
perkembangan meningkat pesat. Periode ini sering juga disebut sebagai fase “Golden
Age” , Masa keemasan ini terjadi dimulai dari pembuahan sampai tahun-tahun pertama
kelahiran. Saat balita berusia 24 bulan, neuron baru tidak lagi bertambah seperti usia
sebelumnya, tetapi pematangan berlanjut hingga anak berusia empat atau lima tahun
(Suryani, 2017; Loeziana, 2017). Pertumbuhan balita merupakan hal penting yang
harus diketahui oleh setiap orang tua, perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang
di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini,
bersifat irreversible (Supariasa, 2012). Kesehatan yang baik, gizi seimbang dan
stimulasi yang memadai selama masa ini membantu anak tumbuh sehat dan mencapai
potensi optimalnya sehingga mereka dapat berpartisipasi lebih baik dalam masyarakat
(Kemenkes, 2016).
Sesuai dengan ajaran islam dalam ayat suci al-quran surah Al-Baqarah: 168
dibawah ini, menjelaskan bahwasannya dianjurkan bagi manusia memakan makanan
yang halal, baik dan begizi untuk dirinya dan semua keturunannya. Dianjurkan
memakan yang halal, baik dan bergizi QS. Al-Baqarah: 168
Artinya :
“ Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagimu.”
Hasil survei nasional terbaru menunjukkan bahwa beberapa indikator gizi telah
membaik, namun Indonesia tetap menjadi negara dengan beban ganda gizi buruk
(Bouble Burden of Malnutrition/DBM), karena gizi kurang dan gizi lebih tersebar luas
dengan mempengaruhi semua bidang kehidupan. Efek terburuk dan jangka panjang
terjadi ketika masalah gizi ini terjadi selama 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sejak
kehamilan hingga anak dan remaja berusia 2 tahun (Menteri Kesehatan RI, 2020). Hasil
1
FIKes UIA 2023
2
Riskesdas 2018 menunjukan bahwa 30.8% balita Indonesia mengalami stunting dan
sekitar 10.2% balita mengalami gizi kurang wasting.
Saat ini terdapat sekitar 22,4 juta balita di Indonesia. Setidaknya ada 5,2 juta
ibu hamil di Indonesia setiap tahun dengan rata-rata kelahiran 4,9 juta. Tiga dari
sepuluh balita di Indonesia mengalami stunting yang akan mempengaruhi kualitas
sumber daya manusianya (SDM). Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi selama
kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya kekurangan gizi pada masa jangka panjang
pada balita salah satunya nya masalah pendek (stunting) dan kurus (wasting) angka
kejadian ini di indonesia 48% (Kemenkes RI, 2018).
Menurut data yang dikumpulkan oleh World Health Organization (WHO) lebih
dari separuh balita kurang gizi di dunia berasal dari Asia (55%) dan lebih dari sepertiga
(39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di bawah usia 5 tahun di Asia,
proporsi terbesar berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan terkecil dari Asia Tengah
(0,9%). Indonesia merupakan negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di kawasan
Asia Tenggara/South East Asia Regional (SEAR). Antara tahun 2005 dan 2017, rata-
rata prevalensi balita kurang gizi di Indonesia adalah 36,4%. (Kemenkes RI, 2018).
Balita yang tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan (TB) umur (U)
kurang dari minus dua standar deviasi ( < -2 SD) standar baku (WHO, 2019). Stunting
dapat disebabkan oleh kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian
makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi
pendek. Selain mengalami pertumbuhan terhambat,masalah gizi terutama stunting pada
balita dapat menghambat perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat
mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar
yang buruk. Selain itu, efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi
lain terkait kurang gizi, acap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes,
hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi (Kemenkes RI, 2018).
Stunting merupakan program nasional yang diatur berdasarkan peraturan
presiden (PERPRES) No. 72 tahun 2021 Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur antara lain mengenai: 1) strategi
nasional percepatan penurunan stunting; 2) penyelenggaraan percepatan penurunan
stunting; 3) koordinasi penyelenggaraan percepatan penurunan stunting; 4)
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan 5) pendanaan. Stunting adalah gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi
berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar
yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan. Pelaksanaan percepatan penurunan stunting meliputi kelompok sasaran:
remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0 (nol) - 59 (lima
puluh sembilan) bulan. Dan dalam buku Standar Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
bahwa program nasional yaitu penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting
di rumah sakit dalam akreditasi rumah sakit wajib memiliki angka 100%.
Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di
Provinsi Jawa Barat meningkat menjadi 24,5 persen, sedikit lebih tinggi dari rata-rata
angka stunting nasional sebesar 24,4 persen. Prevalensi stunting tahun 2021 di Kota
Bekasi sebanyak 13,8% dengan target pada tahun 2022 (11,8%), Tahun 2023 (9,73),
dan Tahun 2024 (7,67%). Dilihat dari data profil kesehatan Kota Bekasi 2020
berdasarkan wilayahnya, prevalensi balita stunting tahun 2020 tertinggi di wilayah
Puskesmas Harapan Baru dengan prevalensi (22,00%), diikuti Puskesmas Bintara
(21,70 %), dan Puskesmas Jati Bening Baru (20,15 %). Sedangkan wilayah Puskesmas
dengan prevalensi Balita stunting paling rendah adalah Puskesmas Jati Bening (0,65%),
Puskesmas Kali Abang Tengah (1,15 %), serta Puskesmas Pekayon Jaya (2,36 %).
Stunting dikenali sejak usia 2 tahun, karena pertumbuhan linier dan perkembangan
otak yang pesat terjadi pada usia ini. Jika sudah berisiko mengalami stunting, hal itu
dapat segera dicegah karena sangat sulit untuk memperbaiki stunting sebelum usia lima
tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan berat badan balita adalah
pengetahuan ibu tentang gizi dan tingkat pendidikan ibu yang mempengaruhi cara
berpikir (Mugianti et al., 2018). Ibu berperan penting dalam pemenuhan gizi balita,
karena balita masih memerlukan perhatian khusus dalam perkembangannya, lebih
tepatnya peran ibu dengan balita dalam banyak hal. Tentunya jika ibu mendapat
informasi yang baik, hal ini juga berpengaruh pada sikap yang baik dalam memenuhi
pola makan balita (Olsa et al., 2017).
Salah satu faktor penyebab tidak langsung adalah keakraban dengan keluarga,
namun pengetahuan yang baik pun tidak menjadi pedoman dalam menentukan pola
makan anak kecil. Kondisi ini mungkin disebabkan karena ibu tidak memiliki
pengetahuan yang kuat tentang stunting, Sedikitnya pengetahuan ibu tentang stunting
membuat kebiasaan makan ibu semakin buruk (Syahbandini& et al, 2018).Pemahaman
ibu tentang gizi yang salah dan pengaruh iklan menyebabkan sikap ibu dalam
pemberian ASI dan MP-ASI yang tidak tepat (Sari & Ernawati, 2018). Pemberian
asupan gizi dirumah dipengaruhi oleh sikap keluarga, terutama sikap ibu terhadap
pemberian makan bayi. Balita membutuhkan perhatian dan dukungan dari ibu (orang
tua) karena mereka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
(Oktaningrum, 2018). Model perilaku yang akan dievaluasi terdiri dari pengetahuan
dan sikap yang nantinya dapat digunakan untuk menentukan apa yang ibu lakukan
untuk perilaku pencegahan stunting. Hasil penilaian pengetahuan dan sikap tersebut
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang perilaku pencegahan
stunting (Fildzah et al., 2020).
Hasil penelitian Olsa dkk 2017 tentang sikap dan pengetahuan stunting terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap, dan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting
dengan angka kejadian stunting pada anak baru masuk sekolah dasar sebesar 16,8%,
sebagian besar ibu memiliki tingkat sikap positif (55,2%) dan tingkat pengetahuan yang
cukup (48,7%). Hasil penelitian berbeda Arnita dkk 2020 menunjukan hasil sikap ibu
memiliki hubungan dengan upaya pencegahan stunting, namun tidak terdapat hubungan
dari pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan stunting penelitian diketahui dari 87
Ibu, sebagian besar ibu (67.8%) memiliki upaya pencegahan stunting yang baik,
sebagian besar Ibu (65.5%) memiliki pengetahuan tinggi, sebagian besar Ibu (64.4%)
memiliki sikap baik.
Sejalan dengan hasil penelitian Mutingah dkk 2021 tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan stunting (p value = 0,100), namun
terdapat hubungan antara sikap (p value = 0,001) dan status pekerjaan ibu (p value =
0,003) dengan perilaku pencegahan stunting. Hasil penelitian berbeda Harikatang dkk
2020 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan
kejadian balita stunting dengan hasil p=1,000 dengan OR 1,474 dan tidak terdapat
hubungan antara sikap ibu dengan kejadian balita stunting (p= 0,786). Dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini pengetahuan dan sikap ibu dapat berpengaruh pada
perilaku pencegahan stunting pada balita.
Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh peneliti pada 27 Desember 2022
di Puskesmas Harapan Jaya dan Posyandu RW 04 kelurahan harapan jaya, dengan
mewawancarai kepala puskesmas harapan jaya tersebut memiliki jumlah 1.592 balita,
dengan jumlah balita yang mengalami stunting 18 balita (1,15%). Hasil Wawancara
dari 10 ibu balita yang memilik balita usia 24–59 bulan, didapatkan 4 balita dibawah
garis merah dan 6 balita tidak dibawah garis merah, 2 balita tidak pernah sarapan pagi
dan 8 balita sarapan pagi, 4 balita hanya mengkonsumsi snack saja dan 6 tidak
mengkonsumsi snack, dan dari 10 ibu balita belum mengetahui tentang definisi,
penyebab dan tanda gejala serta perilaku pencegahan stunting pada balita.
Dari hasil beberapa referensi dan hasil studi pendahuluan tersebut maka peneliti
mengambil judul penelitian untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di RW
04 Kelurahan Harapan Jaya.
B . Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Stunting merupakan program nasional yang diatur berdasarkan peraturan presiden
(PERPRES) dan dalam buku standar akreditasi (KARS) bahwa program nasional
yaitu penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting di rumah sakit dalam
akreditasi rumah sakit wajib memiliki angka 100 %.
2. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Provinsi
Jawa Barat meningkat menjadi 24,5 persen, sedikit lebih tinggi dari rata-rata angka
stunting nasional sebesar 24,4 persen. di Daerah Kota Bekasi mendapatkan angka
prevalensi stunting tahun 2021 dengan angka 13,8% dengan target pada tahun 2022
(11,8%), Tahun 2023 (9,73), dan Tahun 2024 (7,67%).
3. Menurut Kemenkes RI 2018 kekurangan gizi pada masa jangka panjang pada balita,
salah satunya nya masalah pendek (stunting) dan kurus (wasting) angka kejadian
ini di indonesia 48%.
4. Hasil Penelitian Olsa dkk 2017 tentang sikap dan pengetahuan stunting terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap, dan pengetahuan ibu dengan kejadian
stunting dengan angka kejadian stunting pada anak baru masuk sekolah dasar. Dan
Hasil penelitian Arnita dkk 2020 diketahui dari 87 Ibu, sebagian besar Ibu (67.8%)
memiliki upaya pencegahan stunting yang baik, sebagian besar Ibu (65.5%)
memiliki pengetahuan tinggi, sebagian besar Ibu (64.4%) memiliki sikap baik.
5. Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh peneliti pada 27 Desember 2022 di
Puskesmas Harapan Jaya dan Posyandu RW 04 kelurahan harapan jaya, dengan
mewawancarai kepala puskesmas harapan jaya tersebut memiliki jumlah 1.592
balita, dengan jumlah balita yang mengalami stunting 18 balita (1,15%). Hasil
Wawancara dari 10 ibu balita yang memilik balita usia 24–59 bulan, didapatkan 4
balita dibawah garis merah dan 6 balita tidak dibawah garis merah, 2 balita tidak
pernah sarapan pagi dan 8 balita sarapan pagi, 4 balita hanya mengkonsumsi snack
saja dan 6 tidak mengkonsumsi snack, dan dari 10 ibu balita belum mengetahui
tentang definisi, penyebab dan tanda gejala serta perilaku pencegahan stunting pada
balita.
C . Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang perilaku pencegahan stunting pada
balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?
2. Bagaimana gambaran sikap ibu tentang pencegahan stunting pada balita 24-59
bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?
3. Bagaimana gambaran perilaku pencegahan stunting pada balita 24-59 bulan di RW
04 Kelurahan Harapan Jaya ?
4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting
pada balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?
5. Apakah ada hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada
balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya ?
D . Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi gambaran pengetahuan ibu tentang perilaku pencegahan
stunting pada balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
b. Teridentifikasi gambaran sikap ibu tentang perilaku pencegahan stunting pada
balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
c. Teridentifikasi gambaran perilaku pencegahan stunting pada balita 24-59 bulan
di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
d. Teridentifikasi Hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan
stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
E . Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya”.
Diharapkan memberi manfaat :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah bagi tenaga
keperawatan demi peningkatan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan
pengembangan sumber daya manusia dalam bidang keperawatan profesional.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Menambah pengalaman serta pengetahuan tentang pengetahuan dan sikap ibu
dengan perilaku pencegahan stunting dan sebagai sarana untuk
mengembangkan serta menerapkan ilmu yang telah diberikan dan diterima
dalam mewujudkan proses yang lebih baik.
b. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan UIA
Dapat dijadikannya sebagai referensi penelitian selanjutnya dan menambah
bahan kepustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi”iyah
yang berkaitan dengan Pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pencegahan
stunting pada balita 24-59 bulan.
c. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi ibu balita
mengenai stunting dan dapat memberikan pengarahan dan penyuluhan tentang
perilaku pencegahan stunting agar tidak terhambat pertumbuhan balita di RW
04 Kelurahan Harapan Jaya.
d. Bagi Orang Tua
Dapat dijadikan sebagai acuan atau masukan serta informasi yang berguna bagi
orang tua mengenai pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pencegahan
stunting pada balita 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
A. Konsep Stunting
1. Definisi Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) (Kemenkes RI, 2018).
Stunting yaitu apabila panjang atau tinggi badan (TB) umur (U) kurang dari minus
dua standar deviasi ( < -2 SD) standar baku (WHO, 2019). Menurut Atmarita (2018)
menjelaskan bahwa stunting atau tubuh pendek adalah kondisi yang menunjukan
balita dengan panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan
umur. Stunting merupakan suatu kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak balita
(bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlihat
pendek di usianya (Hasan & Kadarusman, 2019).
Hasil dari definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa stunting merupakan
suatu kondisi gagal tumbuh, dengan keadaan tubuh pendek dan sangat pendek dari
tinggi badan (TB) atau umur (U) kurang dari minus dua standar deviasi ( < -2 SD)
yang tidak normal dengan kurangnya pemenuhan gizi yang tidak efektif pada
kondisi tersebut.
2. Penyebab Stunting
Menurut WHO (2013), penyebab terjadinya kondisi stunting disebabkan pada
empat kategori besar yaitu; faktor rumah tangga dan keluarga, menyusui dan
komplementer yang tidak adekuat atau makanan tambahan. Pada faktor rumah
tangga dan keluarga terdapat pembagian lagi yaitu faktor maternal atau faktor ibu
dan faktor lingkungan rumah. Faktor maternal termasuk di dalamnya pada saat
prakonsepsi adanya asupan nutrisi yang kurang, ibu dengan tinggi badan yang
rendah, kelahiran preterm, kehamilan pada usia remaja, jarak kehamilan yang
pendek, terjadinya intrauterine growth restriction (IUGR) kesehatan mental,
hipertensi dan infeksi. Faktor lingkungan rumah berupa sanitasi yang buruk, air
yang tidak bersih, perawatan kesehatan yang kurang, aktivitas dan stimulus anak
yang tidak adekuat, kurangnya edukasi pengasuh, gizi makanan yang tidak sesuai
dalam rumah tangga dan kurangnya akses pada ketersediaan pangan.
8
FIKes UIA 2023
9
4. Dampak Stunting
Menurut WHO (2014), dampak dari stunting terdiri dari dampak jangka
pendek dan dampak jangka panjang:
a. Concurrent problems & short-term consequences atau dampak jangka pendek
1) Sisi kesehatan: angka kesakitan dan angka kematian meningkat.
2) Sisi perkembangan: penurunan fungsi kognitif, motorik, dan
perkembangan bahasa.
3) Sisi ekonomi: peningkatan health expenditure, peningkatan pembiayaan
perawatan anak sakit.
b. Long-term consequences atau dampak jangka panjang
1) Sisi kesehatan: perawakan dewasa yang pendek, peningkatan obesitas dan
komorbid yang berhubungan, penurunan kesehatan reproduksi.
2) Sisi perkembangan: penurunan prestasi belajar, penurunan learning
capacity unachieved potencial.
6) Tidak memberi sanksi atau hukuman serta menakut- nakuti balita yang tidak
mau makan karena hanya akan membuat balita trauma dan menjadikan
waktu makan adalah hal yang menakutkan.
b. Pola asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang
baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Dimulai dari
edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal
keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan
gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksa kandungan empat kali
selama masa kehamilan. Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi
menyusu dini (IMD) dan berperilakulah agar bayi mendapat kolostrum air susu
ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Selain itu, ASI
boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan
pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa
bayi ke posyandu setiap bulan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah
berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui
imunisasi di posyandu atau puskesmas.
Pola asuh yang baik ketika anak tidak mengalami masalah gizi yang dapat
mengganggu tumbuh-kembang anak, pengasuhan baik dalam berpakaian,
mengajarkan anak makan merupakan tugas dari seorang ibu sampai anak bisa
mandiri, perlu adanya perhatian terhadap anak balita sampai anak dapat
melakukan semua itu sendiri (Rapar, Rompas and Ismanto, 2014). Salah satu
zat gizi yang dibutuhkan anak yaitu zat gizi yang bersumber dari sayuran dan
buah-buahan, karena kandungan vitamin yang ada pada sayur dan buah dapat
membuat tubuh anak menjadi sehat itu semua tidak terlepas dari zat gizi
lainnya yang harus dikonsumsi . Sarapan pagi pada anak merupakan kebiasaan
yang harus diterapkan oleh seorang ibu karena makan dipagi hari dapat
meningkatkan konsentrasi pada anak tersebut dan memperbaiki status gizi pada
anak (Sophia and Madanijah, 2014).
Selain pola asuh terhadap makanan anak juga perlu adanya pengasuhan
kesehatan yang harus sering dilakukan sehingga dapat membentuk sebuah
kebiasaan untuk membentuk pola terkait dalam pengasuhan yang membuat
anak selalu sehat (Rohimah, Kustiyah and Hernawati, 2015).pekerjaan ibu
yang banyak dapat mempengaruhi status gizi pada balita dimana pada saat ibu
dilakukan pada saat, Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang,
memegang binatang, berkebun, dll). Setelah buang air besar. Setelah mencebok
bayi atau anak. Setelah makan dan menyuapi anak. Sebelum memegang
makanan.
B. Konsep Balita
1. Definisi Balita
Anak dibawah lima tahun atau sering disingkat balita adalah anak yang berusia
diatas satu tahunan atau dibawah lima tahun atau dengan perhitungan bulan 12-59
bulan (Kemenkes, 2010). Balita merupakan usia dimana anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat (Kemenkes, 2013). Balita
adalah anak yang berusia di bawah 5 tahun, Pertumbuhan dan perkembangan
meningkat pesat pada usia dini, antara 0 sampai 5 tahun., periode ini sering juga
disebut sebagai fase “Golden Age” (Suryani et al., 2017). Dari definisi diatas
Peneliti menyimpulkan bahwa Balita meruapakan periode pertumbuhan yang
sangat pesat yang mempengahuri perkembangan balita dengan perhitungan bulan
12-59 bulan sebagai fase “Golden Age”.
dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya
lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan
frekuensi sering.
b. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung mengalami
penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai
memilih maupun menolak makanan yang disediakan orang tuanya.
b. Perkembangan Balita
1) Perkembangan motorik
Pertumbuhan fisik balita pertumbuhan akan lebih cepat, saat pada fase ini
balita akan mengalami perkembangan disegi kualitasnya, terjadi kemajuan
disistem otot, sistem saraf, dan motoriknya yang mudah terkoordinir,
kemampuan kongnitif, sosial dan emosionalnya, perkembangan fisik pada
anak yaitu:
a) Tinggi dan berat badan
Tinggi badan balita tumbuh panjang pada masa ini dengan rata-rata
pertumbuhan tinggi badan sekitar 2,5 inci pertahunya, sedangkan
untuk berat badan balita akan bertambah dengan rata-rata 5 sampai
7 pon pertahunya.
b) Proporsi tubuh
Periode balita dimana gambaran seperti bayi akan menghilang,
perlahan tubuhnya akan ramping, serta tangan dan kaki akan tubuh
memanjang, kepala masih agak besar jika dibanding tubuhnya,
dimana di perode ini anak mempunyai tubuh ideal.
c) Perkembangan otak
Perkembangan otak anak akan terus tumbuh saat anak berusia 3
tahun otak anak tumbuh tiga perempat orang dewasa sampai saat
sudah umur 5 tahun otak anak sudah mencapai sembilan persepuluh
ukuran otak orang dewasa dan diusia ini otak anak sudah mencapai
90% otak orang dewasa. Stimulasi pada anak balita dapat
meningkatkan kongnitif pada anak.
d) Gizi
Gizi yang baik di usia anak merupakan sebuah keharusan untuk
mendukung perkembangan anak, makanan pada anak harus
mengandung gizi yang baik dan seimbang karena dalam masa ini
anak cenderung mengalami masalah pada gizi, pemberian gizi yang
baik dan seimbang pada anak akan berdampak pada keseluruhan
aspek pada dirinya.
e) Gigi
Pertumbuhan gigi pada anak akan berganti saat anak berumur 2
tahun hingga 2,5 tahun sudah mempunyai 20 gigi susu dan usia
(Soetjiningsih, 2012).
4) Perkembangan sosial, emosional
Perkembangan anak tentang sosial emosional merupakan cara anak untuk
mengembangkan kepercayaan diri, percaya, dan simpati akan tetapi sosial
emosional anak dipengaruhi faktor biologis seperti emosi, kesehatan, dan
lingkungan dilain itu faktor yang mempengaruhi sosial emosional anak
diantaranya keluarga, teman, dan pemainan sebagaima berikut :
a) Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua dapat dipengaruhi perkembangan anak, setiap orang
tua mempunyai prilaku pola asuh masing-masing, dimana terdapat tipe
pola asuh orang tua:
(1) Pola asuh otoriter: pola asuh orang tua yang sering menghukum
anak, memaksa anak untuk mengikuti aturanya, pengawasan sangat
ketat, dan sering menunjukan kemarahan. Pola asuh seperti ini akan
menyebabkan anak tidak bahagia, komunikasi yang kurang, tidak
mempunyai keinginan dan cenderung bersifat agresif pada anak.
(2) Pola asuh demokratis: pola asuh orang tua seperti ini merupakan
pola asuh dimana anak dituntut untuk mandiri akan tetapi masih
dalam pengawasan orang tua, sikap orang tua seperti ini sangat
ramah terhadap anaknya, sehingga akan berdampak pada anak yang
mempunyai sosial yang baik, percaya diri, dan bertanggung jawab.
(3) Pola asuh mengabaikan: pola asuh orangtua seperrti ini yang tidak
terlalu menuntut anaknya dan cenderung membiarkan anaknya
melakuakan segala hal sehingga anak tidak bisa mengendalikan
perilaku, ini akan berdampak pada sopan santun anak terhadap orang
tua dan tidak mengikuti peraturan.
(4) Pola asuh menbiarkan: pola asuh orang tua dimana orang tua tidak
melihat di kehidupan anaknya, karena menganggap kehidupan orang
tua lebih penting dari anaknya, ini akan berdampak buruk terhadap
prilaku anak, anak akan cenderung menyendiri, tidak pernah
dewasa, terasing dalam keluarga.
b) Teman
Teman merupakan sumber informasi terpenting serta pembanding di
lingkungan sekitar, dimana anak akan mendapat umpan balik tentang
Tabel 2.2
Tahapan Perkembangan Balita
No Usia Tahapan Perkembangan yang dicapai
1. 24-36 bulan • Jalan naik tangga sendiri
• Dapat bermain dengan menendang bola kecil
• Mencoret-coret pensil pada kertas
• Bicara dengan baik menggunakan dua kata
• Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
• Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu
• Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda
atau lebih
• Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
• Melepas pakaiannya sendiri
C. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang
melalui panca indera (Natoatmodjo, 2012). Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini
terjadi setelah seorang mengadakan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu
(A.Wawan et al, 2019). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan diperlukan
sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri, maupun sikap dan
prilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta
yang mendukung tindakan seseorang. (Yohanna Theresia Hasibuan, 2018). Dari
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehetion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat meng-interpretasikan suatu materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (riil). Aplikasi disini dapat
diartikan penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya suatu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formasi baru dari
formasi-formasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan penelitian
terhadap suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b. Media masa / sumber informasi
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
D. Konsep Sikap
1. Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi tertutup yang berupa kesiapan dan kesediaan
seseorang untuk bertindak, jika reaksi terbuka maka disebut sebuah perilaku
(Notoadmojo, 2012). Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, orang lain, objek dan isu. (A.Wawan, 2019). Dari beberapa definisi
diatas Peneliti mendifinisikan bahwa sikap adalah kesiapan dan kesediaan
seseorang untuk bertindak sebagai evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri.
Definisi operasional yang akan menjadi definisi operasional terkait sikap ibu
tentang perilaku pencegahan stunting adalah Tanggapan atau respon ibu yang
merawat balita dirumah mengenai perilaku pencegahan stunting (Komponen
kognitif, komponen afektif, komponen psikomotor).
2. Komponen Sikap
Secara umum sikap memiliki tiga komponen (Arson, Wilson, Akert, 2012).
a. Komponen Kognitif
Proses kognitif diperankan oleh otak manusia yang mana informasi yang
diperoleh seseorang akan masuk ke dalam otak lalu diproses dengan
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi yang akan menghasilkan
penilaian yang baru terhadap suatu objek maupun subjek.
b. Komponen Afektif
Komponen afektif ialah sebuah perasaan (emosi) seseorang terhadap suatu
objek maupun subjek. Dari proses kognitif yang menghasilkan penilaian baru
lalu seseorang akan meyakini dengan benar, baik dan indah yang melibatkan
emosi. Afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan
dan emosi seperti: minat, sikap, apresiasi, dan cara menyesuaikan diri.
c. Komponen Psikomotor
Sebuah tindakan yang dilakukan seseorang yang berkenaan dengan keinginan
dan keyakinan. Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada
aspek keterampilan motorik seperti: mengerjakan, memasang, membuat.
Psikomotor juga disebut sebagai bentuk dari tingkah laku.
3. Tahapan Sikap
Dalam taksonomi Bloom tahapan domain sikap adalah (Budiman & Riyanto,
2013).
a. Menerima
Tahapan menerima adalah kepekaan, kesadaran dam keinginan seseorang
untuk menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada diri
seseorang dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Tahapan
menerima ini seseorang yang menerima rasangan (stimulus) juga akan
menyeleksi dan mengkontrol stimulus tersebut.
b. Menanggapi
Tahap sikap menaggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikutsertakan diri secara aktif dalam situasi tertentu dan membuat
reaksi dari apa yang diterima pada tahap menerima.
c. Menilai
Tahap menilai adalah seseorang memberikan nilai atau penghargaan terhadap
suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan akan
dirasakan membawa kerugian atau penyesalan begitu juga sebaliknya jika
kegiatan dikerjakan akan dirasakan membawa keuntungan dan kepuasan.
d. Mengelola
Tahap sikap mengelola adlaah mempertemukan perbedaan nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Pada tahap mengelola
4. Sifat Sikap
Sifat sikap terbagi dua, yaitu sifat positif dan sifat negatif (Azwar, 2013), sebagai
berikut:
a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah: mendekati, menyayangi,
mengharapkan obyek tertentu.
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
5. Pengukuran Sikap
a. Pengukuran sikap model Likert
Pengukuran sikap model Likert juga dikenal dengan pengukuran sikap skala
Likert, karena likert dalam melakukan pengukuran sikap juga menggunakan
skala. Dalam menciptakan alat ukur, Likert juga menggunakan pernyataan-
pernyataan dengan menggunakan empat jawaban alternative atau tanggapan
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subyek yang diteliti disuruh memilih
salah satu dari empat alternative jawaban yang disediakan. Empat alternatif
jawaban yang dikemukakan oleh Likert, yaitu: a. Sangat setuju (strongly
approve) b. Setuju (approve) c. Tidak setuju (disapprove) d. Sangat tidak
setuju (strongly disapprove). Alternatif jawaban tersebut memiliki nilai 1-4,
mana yang mendapatkan nilai 1 sampai 4 tergantung pernyataannya. Bila
pernyataan sifatnya positif dan orang tersebut sangat setuju maka pernyataan
tersebut memiliki nilai 4 dan sebaliknya. (Notoatmodjo, 2014).
b. Sikap dibagi dalam 2 Kriteria :
1) Sikap Negatif = Jika Skor ˂ Mean/Median
E. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau mahluk hidup yang. Perilaku adalah respon individu terhadap suatu
stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari atau tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai factor yang saling berinteraksi (A.Wawan,Dewi.M.2019). Dari beberapa
definisi diatas, peneliti mendefinisikan bahwa perilaku adalah semua kegiatan
aktivitas atau tindakan dari respon terhadap suatu stimulus yang dapat diamati dan
mempunyai frekuensi sepesifik yang disadari atau tidak disadari.
Definisi operasional yang akan menjadi definisi operasional terkait perilaku
ibu tentang pencegahan stunting adalah Suatu tindakan untuk menghindarkan
balita mengalami tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya (Perbaikan pola
makan, pola asuh, perbaikan sanitasi dan air bersih).
2. Golongan Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2012) yaitu :
a. Perilaku tertutup (Convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
3. Determinan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal
(lingkungan). Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi
dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit
dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang.
Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi
oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana
fisik, sosio-budaya masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
4. Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini
terbentuk 2 macam, yakni:
a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Bentuk perilaku dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah
respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat
terselubung dan disebut cover behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang
sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt
behavior (A. Wawan dan Dewi.M, 2019).
(behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah
terjadinya perilaku, diantaranya mencakup pengetahuan, sikap, tindakan,
kepercayaan, nilai-nilai tradisi dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang mencakup lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-prasarana
terjadinya perilaku , misalnya ketersedianya Sumber atau fasilitas dan
sebagainya.
c. Faktor penguat (reinforcement factor), yaitu faktor yang memperkuat terjadi
nya perilaku, meliputi sikap, undang- undang, peraturan-peraturan,
pengawasan dan sebagainya.
6. Pengukuran Perilaku
a. Pengukuran Perilaku model Likert
Pengukuran Perilaku model Likert juga dikenal dengan pengukuran sikap skala
Likert, karena likert dalam melakukan pengukuran perilaku juga menggunakan
skala. Dalam menciptakan alat ukur, Likert juga menggunakan pernyataan-
pernyataan dengan menggunakan Empat jawaban alternative atau tanggapan
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subyek yang diteliti disuruh memilih
salah satu dari lima alternative jawaban yang disediakan. Empat alternatif
jawaban yang dikemukakan oleh Likert, yaitu: a. Selalu b. Sering c. Jarang d.
Tidak Sama Sekali. Alternatif jawaban tersebut memiliki nilai 1-4, mana yang
mendapatkan nilai 1 sampai 4 tergantung pernyataannya. Bila pernyataan
sifatnya positif dan orang tersebut sangat setuju maka pernyataan tersebut
memiliki nilai 4 dan sebaliknya. (Notoatmodjo, 2014).
b. Perilaku dibagi dalam 2 Kriteria :
1) Perilaku Negatif = Jika Skor < Mean/Median
2) Perilaku Positif = Jika Skor ≥ Mean/Median
F. Kerangka Teori
Bagan 2.3
1. Definisi Stunting
2. Penyebab Stunting
3. Ciri – Ciri Stunting
4. Dampak Stunting
5. Perilaku Pencegahan Stunting
Makan 1. Kognitif
2. Pola Asuh 2. Afektif
3. Psikomotor
3. Perbaikan Sanitasi
dan Air Bersih
Keterangan :
Gambar 2.5 Kerangka Teori
: Diteliti
Sumber : (Kemenkes RI, 2017), (Kemenkes RI, 2018),
: Tidak Diteliti (WHO, 2013), (WHO, 2014), (Arson, Wilson, Akert 2012),
(Notoatmodjo 2015).
: Berpengaruh
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independent Variabel Dependent
Pengetahuan Ibu
Perilaku Pencegahan
Stunting
Sikap Ibu
B. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan, duga atau dalil sementara
yang kebenarannya akan diteliti dan kebenarannya akan terbukti dalam penelitian
tersebut (Nursalam, 2017). Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep dapat
dirumuskan :
H¹o : Tidak terdapat hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan perilaku pencegahan
stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
H¹a : Terdapat hubungan antara Pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting
pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
H²o : Tidak terdapat hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting
32
FIKes UIA 2023
33
H²a : Terdapat hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada
balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional
No Variable Definisi oprasional Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
Variable
Independen
1 Pengetahuan Pola pikir atau Lembar Test Baik jika nilainya 76 Ordinal
Ibu segala sesuatu yang dengan – 100 %
diketahui ibu yang menggunakan Cukup jika nilai 56 –
merawat balita skala Guttman 75 %
dirumah mengenai dengan 17 butir Kurang jika niali ≤ 56
stunting (Definisi, pernyataan. %
penyebab, ciri-ciri, (Arikunto, 2013)
dampak, perilaku
pencegahan).
2 Sikap ibu Tanggapan atau Lembar 1. Negatif jika skor Ordinal
respon ibu yang Kuesioner yang didapat ˂
merawat balita dengan 46.00 (Median)
dirumah mengenai menggunakan 2. Positif jika skor
perilaku pencegahan skala likert yang didapat ≥
stunting (Komponen sebanyak 12 46.00 (Median)
kognitif, komponen butir pernyataan.
afektif, komponen
psikomotor).
Variable
Dependen
3 Perilaku Suatu tindakan untuk Lembar 1. Negatif jika skor Ordinal
Pencegahan menghindarkan Kuesioner yang didapat ˂
Stunting balita mengalami dengan 54.00 (Median)
tinggi badan lebih menggunakan 2. Positif jika skor
pendek dari anak skala likert yang didapat ≥
seusianya (Perbaikan sebanyak 14 54.00 (Median)
pola makan, pola pernyataan
asuh, perbaikan
sanitasi dan air
bersih).
BAB IV
METODE PENELITIAN
2. Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2019). Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
sampling, dimana peneliti memilih responden sebanyak 50 sebagian ibu yang
mempunyai balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria inklusi
dari penelitian ini adalah :
1) Ibu yang bisa baca tulis
2) Ibu yang bersedia menjadi responden
3) Ibu yang memiliki balita 24-59 bulan dengan status penduduk pendatang
maupun penduduk tetap di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi (Nursalam, 2017). Kriteria eksklusi dari
penelitian ini adalah :
1) Balita dalam keadaan sehat dan tidak mengalami gangguan cacat fisik.
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2019). Variabel penelitian di bagi menjadi dua sebagai berikut:
1. Variabel independen/variabel bebas (X)
Variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan dan terjadinya
variabel dependen (Pengetahuan dan Sikap Ibu).
2. Variabel dependen/variabel terikat (Y)
Variabel yang dipengaruhi atau merupakan akibat dari adanya variabel bebas
(Perilaku Pencegahan Stunting).
Bagan 4. 1
variabel penelitian
E. Instrument Penelitian
1. Jenis Instrumen
Alat untuk melakukan kegiatan penelitian, terutama sebagai pengukuran dan
pengumpulan data . Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dalam
berbentuk kuesioner yang mengacu pada kerangka konsep, kuesioner penelitian
berisi tentang “ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku
Pencegahan Stunting di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya “ dengan alat ukur
menggunakan skala Guttmen dan skala Likert. Instrumen pengumpulan data terdiri
dari 4 bagian, yaitu :
a. Data Demografi
Terdapat Karakteristik ibu umur, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan dan
juga Karakteristik balita, Umur, dan jenis kelamin.
b. Kuesioner Pengetahuan Ibu
Skala Guttman adalah skala pernyataan yang menginginkan tipe jawaban
yang tegas, seperti jawaban Benar-Salah, Ya-Tidak, Pernah-Tidak pernah,
positif-negatif, tinggi-rendah, baik-buruk, dan seterusnya. (V.Wiratna S,
2018). Instrumen yang menggunakan skala Guttmen yaitu untuk mengukur
pengetahuan ibu mengenai stunting pada balita di RW 04 Kelurahan Harapan
Jaya yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan kuisioner. Instrumen tingkat
pengetahuan terdiri dari 17 pernyataan, jawaban "benar" Pada pernyataan
positif akan mendapatkan skor 7, dan jawaban :"salah" akan mendapatkan skor
0. Jawaban "benar" untuk pernyataan negatif akan mendapatkan skor 0, dan
jawaban "salah" akan mendapatkan skor 7. Berikut ini kisi-kisi instrument
pengetahuan :
Tabel 4. 2
kisi-kisi kuesioner Pengetahuan Ibu
Variabel Indikator Favourable Unfavourable
Pengetahuan Ibu Definisi Stunting 1, 2, 3 4
Penyebab Stunting 5, 6, 7 8
Ciri – ciri Stunting 9, 10, 11 12
Dampak Stunting 13, 14 -
Perilaku Pencegahan 15, 17 16
Stunting
Total 13 butir 4 butir
Tabel 4. 3
kisi-kisi kuesioner Sikap Ibu
Variabel Indikator Favourable Unfavourable
Sikap Ibu Komponen Kognitif 1, 2, 3 4
Komponen Afektif 5, 6, 7 8
Komponen Psikomotor 9, 10, 11 12
Tabel 4. 4
kisi-kisi kuesioner Perilaku Pencegahan Stunting
Variabel Indikator Favourable Unfavourable
Perilaku Pencegahan Perbaikan Pola 1, 2, 3 4
Stunting Makan
Pola Asuh 5, 6, 7, 8 9
Perbaikan Sanitasi 10, 11, 12, 13 14
dan Air Bersih
Total 11 butir 3 butir
Peneliti telah melakukan uji validitas untuk mengukur kevalidan butir kuesioner
pengetahuan ibu , sikap ibu serta perilaku pencegahan stunting dari sampel 30
orang ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan di RW 05 kelurahan harapan jaya.
Dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 4. 5
Uji Validitas Pengetahuan Ibu
Butir r hitung r tabel Keterangan
Pernyataan
Pada tabel uji validitas mengenai Pengetahuan Ibu, dari 25 pernyataan yang terdapat
diatas, terderdapat 17 pernyataan yang valid yaitu pernyataan 1,2,3,4,7,8,9,11,
12,13,14,16,18,22,23,24,25. Dan terdapat 8 pernyataan yang tidak valid yaitu
pernyataan no.5,6,10,15,17,19,20,21.
Tabel 4.6
Uji Validitas Sikap Ibu
Butir r hitung r tabel Keterangan
Pernyataan
1 0,714 0,361 Valid
2 0,712 0,361 Valid
3 0,715 0,361 Valid
4 0,345 0,361 Tidak Valid
5 0,740 0,361 Valid
6 0,690 0,361 Valid
7 0,609 0,361 Valid
8 0,580 0,361 Valid
9 0,266 0,361 Tidak Valid
10 0,807 0,361 Valid
11 0,782 0,361 Valid
12 0,326 0,361 Tidak Valid
Pada tabel uji validitas mengenai Sikap Ibu, dari 15 pernyataan yang terdapat diatas,
terderdapat 12 pernyataan yang valid yaitu pernyataan 1,2,3,5,6,7,8,10,11,13,14,15.
Dan terdapat 3 pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan no.4,9,12.
Tabel 4.7
Uji Validitas Perilaku Pencegahan Stunting
Butir r hitung r tabel Keterangan
Pernyataan
Pada tabel uji validitas mengenai Perilaku Pencegahan Stunting, dari 18 pernyataan
yang terdapat diatas, terderdapat 14 pernyataan yang valid yaitu pernyataan
1,2,3,4,7,8,9,10,11,13,14,15,16,17. Dan terdapat 4 pernyataan yang tidak valid
yaitu pernyataan no.5,6,12,18.
2. Reliabilitas Instrumen
Indeks yang menunjukkan kemampuan alat ukur untuk menentukan Hasil nilai
yang sama atau konsisten. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
data pengukuran memberikan hasil yang relative konsisten ketika pengukuran
diulang dalam topik yang sama, fungsi uji reliabilitas adalah untuk mengetahui
tingkat kondisi instrument atau kuesioner (Notoatmodjo, 2018).
Jika nilai cronbach alpha ≥ 0,6 maka koefisien atau angket dinyatakan reliable
atau konsisten, sementara jika nilai cronbach alpha < 0,6 maka kuesioner atau
angket dinyatakan tidak reliable atau konsisten (Sujarweni, 2018).
Tabel 4.8
Interpretasi Koefisien Korelasi Guildford
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000-0,1999 Sangat Rendah
0,200-0,3999 Rendah
0,400-0,599 Sedang ( Cukup Kuat )
0,600-0,799 Kuat
0,800-1,000 Sangat Kuat
Sumber : Rizkia Novitasari, 2019.
Peneliti akan melakukan uji reliabilitas untuk kuesioner pengetahuan ibu, sikap
ibu, dan perilaku pencegahan stunting, dari sampel 30 orang ibu yang memiliki
balita usia 24-59 bulan. Hasil Uji Reliabilitas pada kuesioner pengetahuan ibu,
sikap ibu dan perilaku pencegahan stunting dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9
Uji Reliabilitas Pengetahuan Ibu
Cronbach’s Alpha N of Items
0.861 17 (Sangat Kuat)
Tabel 4.10
Uji Reliabilitas Sikap Ibu
Cronbach’s Alpha N of Items
0.802 12 (Sangat Kuat)
Tabel 4.11
Uji Reliabilitas Perilaku Pencegahan Stunting
Cronbach’s Alpha N of Items
5) Peneliti memberikan lembar kuesioner tentang Pengetahuan Ibu, Sikap ibu dan
Perilaku Pencegahan Stunting.
6) Peneliti menganalisis data yang sudah terkumpul sesuai dengan kebutuhan
peneliti.
ada pertanyaan yang negatif maka pemberian skor dibalik dari yang negatif
memeliki skor yang lebih tinggi.
e. Memproses Data (Processing)
Peneliti memproses data yang akan dilakukan kegiatan proses data terhadap
semua kuesioner yang lengkap dan benar untuk dianalisis. Kemudian data akan
diolah dengan bantuan komputer yang dimulai dengan entry data kedalam program
komputer.
f. Pembersihan Data (Cleaning)
Peneliti melakukan cleaning sebagai pengecekan kembali data yang telah
dimasukkan ke komputer untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan, ketidak lengkapan data dan sebagainya.
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden
b. Analisa Bivariat
Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan.
Pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan tentang hipotesis yang akan
dilakukan cukup meyakinkan untuk diterima atau ditolak menggunakan uji
chi-square. Untuk melihat kemaknaan perhitungan akan digunakan batasan
kemaknaan = 0,05. Jika ρ ≤ 0,05 berarti bermakna, jika ρ > 0,05 berarti
tidak bermakna. Menurut Hastono (2006), ada sebuah rumus untuk mencari
analisa bivariat.
Rumus ;
Σ (O − E)!
𝑋=
𝐸
Keterangan :
X : Chi square
O : Hasil observasi atau nilai yang diperoleh dari pnelitian
E : Hasil yang diharapkan
∑ : Jumlah kolom dan baris
Dibandingkan dengan :
Keterangan :
X2 : Nilai Chi Square
N : Jumlah keseluruhan
m : Minimal banyaknya baris/kolom
Tabel 4.12
Interpretasi Hubungan J.P Guildford
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
<0,20 Sangat Lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,699 Sedang
0,70-0,899 Kuat
0,90-1,000 Sangat Kuat
J. Etika Penelitian
Penelitian keperawatan perlu diawasi oleh etika penelitian keperawatan selain
karena melibatkan manusia secara langsung sebagai subjek penelitian, ini juga
beresiko menimbulkan masalah pada aspek-aspek tertentu. (Menurut Dharma, 2011)
Etika penelitian keperawatan yang perlu diperhatikan adalah:
a. Lembar persetujuan
Peneliti memberikan Lembar persetujuan (informed consent) kepada responden
sehingga mendapatkan penjelasan yang terbuka dan terperinci dari peneliti,
selanjutnya subjek dapat memutuskan setuju atau tidak dijadikan responden dalam
penelitian.
b. Keadilan dan inklusivitas
Peneliti menghormati keadilan dan inklusivitas, merupakan prinsip keterbukaan
dalam penelitian bahwa penelitian ini dilakukan dengan jujur, tepat, berhati-hati,
dan cermat juga bersikap adil pada seluruh responden.
c. Privasi dan kerahasiaan
Peneliti menjaga Privasi dan kerahasiaan (privacy and confidentiality) sehingga
menjaga berbagai informasi yang didapat seperti identitas, agar tidak ada informasi
responden yang diketahui oleh orang lain.
d. Manfaat dan kerugian
Peneliti menentukan besar manfaat dan harus pula meminimalisir resiko atau
dampak kerugian bagi subjek atau tempat penelitian yang akan menerapkan hasil
penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan proporsi
dari variabel-variabel yang diamati beberapa variabel dependen (perilaku
pencegahan stunting pada balita ), serta variabel independen (pengetahuan dan sikap
ibu).
a. Pengetahuan Ibu
Gambaran pengetahuan ibu tentang stunting di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya
pada balita Usia 24-59 bulan. Dari data yang sudah didapatkan dengan cara
menyebarkan kuisioner, didapatkan hasil pada tabel 5.1 sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Maret Tahun 2023
Ʃ 50 100%
47
FIKes UIA 2023
48
Pada tabel 5.2 di atas dapat di lihat bahwa dari 5 sub variabel
pengetahuan ibu responden menilai untuk sub variabel tertinggi yaitu ciri – ciri
stunting sebanyak 70 % dan sub variabel terendah terdapat pada dampak
stunting yaitu sebesar 26 %.
b. Sikap Ibu
Gambaran sikap ibu dalam pencegahan stunting pada balita di RW 04 Kelurahan
Harapan Jaya. Dari data yang sudah didapatkan dengan cara menyebarkan
kuisioner, didapatkan hasil pada tabel 5.3 sebagai berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Maret Tahun 2023
Ʃ 50 100%
Tabel 5.4
Sub Variabel Sikap Ibu Maret Tahun 2023
Pada tabel 5.4 di atas dapat di lihat bahwa dari 3 sub variabel sikap ibu
responden menilai untuk dimensi tertinggi sub variabel yaitu komponen
kognitif sebanyak 88 % dan dimensi terendah terdapat pada sub variabel
komponen psikomotor yaitu sebesar 56 %.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59
Bulan
Negatif 9 18%
Positif 41 82%
Ʃ 50 100%
Tabel 5.6
Sub Variabel Perilaku Pencegahan Stunting Maret Tahun 2023
Pada tabel 5.6 di atas dapat di lihat bahwa dari 3 sub variabel sikap ibu
responden menilai untuk dimensi tertinggi sub variabel yaitu perbaikan pola
makan sebanyak 78 % dan dimensi terendah terdapat pada sub variabel
perbaikan sanitasi dan air bersih yaitu sebesar 58 %.
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
variabel-variabel independen dengan variabel dependen dengan cara membuat
tabulasi silang antara dua variabel, yaitu variabel independen (Pengetahuan dan
Sikap Ibu) dengan variabel dependen (Perilaku Pencegahan Stunting). Jika terdapat
hubungan, seberapa besar hubungan antara dua variabel tersebut. Teknik analisa data
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square dengan bantuan
komputer dengan program SPSS 25.
a. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita
Usia 24-59 Bulan Di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
Pada tabulasi silang akan dilihat apakah ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada balita didapatkan
hasil pada ibu tabel 5.7 sebagai berikut:
Tabel 5.7
Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan
Perilaku
Pengetahuan Ibu Positif Negatif Total
Tabel 5.8
Uji Pearson Chi Square Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan
Value df Presentasi
Pearson Chi-Square 14.737 2 .001
N Of Valid 50
Tabel 5.9
Contingency Corfficient Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan
Value Approx.Significant
Nominal by Nominal .477 .001
N Of Valid Case 50
𝑚−1 2−1
𝐶"#$ 4 =4 = 0.707
𝑚 2
Keterangan:
b. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita
Usia 24-59 Bulan Di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
Pada tabulasi silang akan dilihat apakah ada hubungan antara sikap ibu
dengan perilaku pencegahan stunting pada balita usia 24-59 didapatkan hasil
pada tabel 5.10 sebagai berikut:
Tabel 5.10
Tabulasi Silang Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan
Perilaku
Sikap Ibu Positif Negatif Total
Berdasarkan tabel tabulasi silang diatas antara sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan
Jaya mendapatkan hasil sebagai berikut: dari 50 responden ibu balita 24-59
bulan pada penelitian ini, ibu balita yang memiliki sikap negatif dengan perilaku
yang negatif terdapat 8 responden (16%). sedangkan ibu balita dengan sikap
negatif dengan perilaku yang positif terdapat 1 responden (2%). Sikap positif
dengan perilaku negatif terdapat 1 responden (2%), sedangkan ibu balita dengan
sikap positif dengan perilaku yang positif terdapat 40 responden (80%).
Selanjutnya untuk melihat apakah terdapat hubungan antara sikap ibu
dengan perilaku pencegahan stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04
Kelurahan Harapan Jaya digunakan uji Pearson Chi-Square pada tabel
kontingensi diatas. Adapun hipotesis yang diuji adalah :
Ho: Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting
pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
H₁: Terdapat hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting
pada balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
Tabel 5.11
Uji Pearson Chi Square Antara Sikap Ibu dengan Perilaku Pencegahan
Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan
Value df Presentasi
Pearson Chi-Square 37.368 1 .000
N Of Valid 50
(Cmaks). nilai Contingency Coefficient yang disajikan pada tabel 5.9 sebagai
berikut:
Tabel 5.12
Cofingency Coefficient Hubungan Sikap Ibu Dengan Perilaku Pencegahan
Stunting Pada Balita 24-59 Bulan
Value Approx.Significant
Nominal by Nominal .654 .000
N Of Valid Case 50
𝑚−1 2−1
𝐶"#$ 4 =4 = 0.707
𝑚 2
Keterangan:
antara hubungan sikap sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada
balita usia 24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
stunting hal ini dibuktikan dengan ibu balita yang memiliki pengetahuan cukup
dengan mendengar atau memahami dampak stunting agar supaya mengetahui
dan selalu bisa menjada balitanya agar tidak terdapat dampak stunting pada
balitanya. dan kategori kurang baik sebesar 12 %.
Hasil penilaian ibu balita terhadap sub variabel penyebab stunting
kategori baik menjadi rendah sebesar 32 %, hal ini diakibatkan pengetahuan ibu
dengan kesadaran dan pemahaman ibu yang sangat berkurang menggakibatkan
ibu balita belum sepenuhnya mengetahui penyebab stunting pada balitanya,
sedangkan penilaian kategori cukup sebesar 28 % sedikit rendah dari kategori
cukup maka dari itu masih wajar karna hamper semua ibu balita mengetahui
mengenai dampak dari stunting , dan kategori kurang baik sebesar 40%.
Hasil penilai ibu balita terhadap sub variabel definisi stunting kategori
baik menjadi sebesar 40 %, hal ini menjadi nilai bagus karna ibu balita hamper
mengetahui mengenai stunting , sedangkan penilaian kategori cukup sebesar 52
% hampir tidak jauh beda penilaian antara kategori baik dan cukup, menjadikan
landasan awal untuk mengetahui arti dari stunting itu sendiri, dan kategori
kurang baik sebesar 8 %.
Hasil penilai ibu balita terhadap sub variabel perilaku pencegahan
stunting dengsn kategori baik menjadi sedikit rendah sebesar 52 %, hal ini
menjadi nilai bagus karna ibu balita hampir menerapakan perilaku pencegahan
stunting pada balita dengan sesuai arahan informasi kesehatan dari puskesmas
yang menghasilkan bisa menjaga balita nya tidak terkena resiko stunting,
sedangkan penilaian kategori cukup sebesar 26 %, dan kategori kurang baik
sebesar 22 %.
Hasil penilai ibu balita terhadap sub variabel ciri – ciri stunting dengan
kategori baik menjadi tinggi sebesar 70 %, hal ini diakibatkan kemauan
pengetahuan ibu balita sangat baik sehinga dapat memahami betul mengenai
ciri – ciri stunting dengan secara baik. Sedangkan penilaian sub variabel
kategori cukup sebesar 16 % , dan kategori kurang sebesar 8 %.
informasi yang diperoleh ibu balita mengenai pencegahan stunting akan masuk
ke dalam otak lalu diproses dengan menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi
yang akan menghasilkan penilaian yang baru terhadap suatu objek maupun
subjek sehingga dapat menerapkan pada balita saat baik dan sub variabel
negative sebesar 12 %.
Hal ini menunujukkan bahwa sikap ibu balita usia 24-59 bulan di RW
04 Kelurahan Harapan Jaya sebagian besar positif. Maka dari itu dengan adanya
pengetahuan yang sangat baik dan perawatan terhadap balita yang benar dapat
mencegah resiko stunting pada balita.
cara penyajian, cara mencuci botol, dan cara sterilisasi. dan sub variabel
negative sebesar 42 %.
Hasil penilai ibu balita terhadap sub variabel pola asuh kategori positif
menjadi sebesar 62 %, hal ini menjadikan langkah perbaikan pola asuh yang
menjadi baik bagi ibu balita kepada anak dalam praktek pemberian makan bagi
balita dengan dimulai dari edukasi tentang kesehatan gizi bagi balita dan ibu
balita memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi pada balita saat umur
24-59 bulan , dan ibu balita juga menerapkan pemberian asi sejak 6 bulan pada
anaknya. Dan sub variabel negative sebesar 22 %.
Hal ini menunujukkan bahwa perilaku ibu terhadap pencegahan stunting
pada balita usia 24-29 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan sebagian besar
positif karna dengan adanya pengetahuan dan sikap ibu yang baik dapat
menerapakan perilaku pencegahan stunting yang positif.
pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada balita usia 24-59
bulan di RW04 Kelurahan Harapan Jaya.
Dengan demikian pada tabel 5.9 hasil penelitian terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada balita usia
24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya dan derajat keeratannya sebesar
0,67 dengan demikian hasil penelitian dapat diklasifikasikan dalam kategori
hubungan yang "sedang". Adanya hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pencegahan stunting ini mengidentifikasi bahwa sikap merupakan dasar yang
penting untuk mewujudkan perilaku positif dominan saat pencegahan stunting .
Dari hasil perbandingan nilai Contingency coefficient (C) dengan nilai
Cmaks dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap ibu memberikan hubungan
terhadap perilaku pencegahan stunting sebesar 67% yang artinya “sedang”.
Sehingga dari penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang “sedang” antara
pengetahuan ibu dengan dengan perilaku pencegahan stunting pada balita usia
24-59 bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
Stunting pada balita dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan status
kesehatannya saat dewasa (Kemenkes RI, 2018). Anak yang menderita stunting
dapat menderita kerusakan fisik serta kognitif dan menyebabkan
pertumbuhannya terhambat (UNICEF et al., 2020). Kondisi tersebut yang terus
menerus berlangsung akan menurunkan kualitas serta produktifitas masa depan
warga negara indonesia (Harikatang et al., 2020). Oleh sebab itu, dalam upaya
mencegah hal tersebut dibutuhkan upaya penanggulangan masalah stunting.
Penanggulangan stunting meliputi upaya pencegahan serta penanganan. Upaya
pencegahan sendiri dapat dilakukan dengan memastikan bahwa anak memiliki
status kesehatan yang baik, mendapat gizi cukup pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), serta mendapat imunisasi dan pola hidup bersih untuk
mencegah penyakit. Cara pencegahan yang dapat dilakukan orang tua untuk
mencegah buah hati dari stunting meliputi; Memenuhi kebutuhan gizi pada
1000 HPK anak, Memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu dan balita, Konsumsi
protein dengan kadar yang sesuai bagi anak diatas 6 bulan, Menjaga kebersihan
sanitasi serta memenuhi kebutuhan air bersih, dan Rutin membawa anak ke
posyandu minimal sekali dalam sebulan (Kemenkes RI, 2018).
Salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan serta perilaku ibu ialah
pendidikan. Dimana pendidikan ibu yang menengah dan tinggi lebih mudah
dalam menerima dan menyaring informasi yang benar khususnya tentang
pencegahan stunting pada anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
mayoritas responden berpendidikan menengah dan tinggi. Selain itu, salah satu
hal yang mempengaruhi keputusan dalam berperilaku, dalam hal ini perilaku
pencegahan stunting ialah faktor pekerjaan. Ibu rumah tangga biasanya
memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dan memperhatikan
kesehatan anaknya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebanyak 25
(39,1%) responden yang tidak bekerja yakni sebagai ibu rumah tangga.
responden yang tidak bekerja yakni sebagai ibu rumah tangga.
Menurut Aswin (2017) peran ibu dalam mengasuh balita erat kaitannya
dengan ketersediaan waktu yang dimiliki ibu Penentuan pengetahuan ibu
dengan perilaku pencegahan stunting berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan bahwa pengetahuan ibu baik sebagian besar perilaku pencegahan
stunting baik. Hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu sebagai pengetahuan
ibu baik sehingga lebih dominan untuk menjadikan anak perilaku pencegahan
stunting baik pula. Sementara itu untuk pengetahuan ibu yang cukup bisa saja
menghasilkan status gizi balita yang perilaku pencegahan stunting baik, karena
perilaku pencegahan stunting disebabkan oleh faktor luar yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi perilaku pencegahan stunting.
Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan ibu balita usia 24-59 bulan di
RW 04 Kelurahan Harapan Jaya terdapat hubungan yang signifikan dengan
perilaku pencegahan stunting pada balita. Perlu keselarasan antara pengetahuan
dan perliku positif yang dapat dilakukan oleh ibu balita dalam melakukan
pencegahan stunting.
sikap negatif dengan perilaku yang positif terdapat 1 responden (2%). Sikap
positif dengan perilaku negatif terdapat 1 responden (2%), sedangkan ibu balita
dengan sikap positif dengan perilaku yang positif terdapat 40 responden (80%).
Hasil uji statistic tabel 5.11 terlihat bahwa Uji bahwa Pearson Chi-
Square test untuk melihat hubungan sikap ibu dengan perilaku pencegahan
stunting pada balita usia 24-59 Bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya dengan
nilai Pearson Chi-Square test yaitu 0,000 nilai ini lebih kecil dari a = 5% (0,05)
sehingga hipotesis Ho ditolak. kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara
sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada balita usia 24-59 bulan di
RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
Dengan demikian pada tabel 5.12 hasil penelitian terdapat hubungan
antara sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada balita usia 24-59
bulan di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya dan derajat keeratannya sebesar 0,92
dengan demikian hasil penelitian dapat diklasifikasikan dalam kategori
hubungan yang "sangat kuat". Adanya hubungan sikap ibu dengan perilaku
pencegahan stunting ini mengidentifikasi bahwa sikap merupakan dasar yang
penting untuk mewujudkan perilaku positif dominan saat pencegahan stunting .
Dari hasil perbandingan nilai Contingency coefficient (C) dengan nilai Cmaks
dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap ibu memberikan hubungan terhadap
perilaku pencegahan stunting sebesar 92% yang artinya “sangat kuat”. Sehingga
dari penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang “sangat kuat” antara sikap
ibu dengan dengan perilaku pencegahan stunting pada balita usia 24-59 bulan
di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Suyahmi, 2011)
menjelaskan jika sikap ibu yang baik dapat meningkatkan keluarga mandiri
sadar gizi yang baik juga. Sedangkan hasil penelitian pada keluarga balita
stunting di Posyandu RW 06 Puskesmas Bulak Banteng Surabaya menunjukkan
ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori, dimana seharusnya sikap positif
akan meningkatkan keluarga mandiri. Sikap positif keluarga responden tersebut
dapat dinilai berdasarkan jawaban pada pernyataan positif kuesioner sikap.
Dengan sikap positif yang dimiliki oleh ibu balita usia 24-59 bulan di RW 04
Kelurahan Harapan Jaya menjadi landasan dasar dalam pembentukan perilaku
yang positif dalam pencegahan stunting pada balita. Sikap yang semakin baik
dan positif akan membentuk perilaku menjadi lebih positif dan baik dalam
pencegahan stunting. Namun sebaliknya, pada ibu balita yang memiliki sikap
yang negatif akan membentuk perilaku negatif dalam pencegahan stunting.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RW 04 Kelurhan Harapan Jaya, tentang
hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada balita
usia 24-59 bulan dengan jumlah responden sebanyak 50, maka kesimpulannya sebagai
berikut:
1. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04
Kelurahan Harapan Jaya yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3 ibu (6%),
yang pengetahuannya cukup sebanyak 18 ibu (36%) dan responden yang
pengetahuannya baik sebanyak 29 ibu (58%).
2. Gambaran Sikap Ibu tentang pencegahan stunting pada balita usia 24-59 bulan di
RW 04 Kelurahan Harapan Jaya yang memiliki sikap ibu negatif sebanyak 9 ibu
(18%), responden yang memiliki sikap ibu positif sebanyak 41 ibu (82%).
3. Gambaran Perilaku Pencegahan Stunting pada balita usia 24-59 bulan di RW 04
Kelurahan Harapan Jaya yang memiliki perilaku pencegahan stunting negatif
sebanyak 9 ibu (18%), responden yang memiliki perilaku positif sebanyak 41 ibu
(82%).
4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting pada balita usia
24-59 bulan,di RW04 Kelurahan Harapan Jaya p=0,001 (p<0,05), maka dinyatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting
pada balita usia 24-59 di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya, dan keeratannya sebesar
0,674 yang berarti hubungan antara kedua variabel sedang.
5. Hubungan Sikap Ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting pada balita usia 24-59
bulan,di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya p=0,000 (p<0,05), maka dinyatakan
bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting pada
balita usia 24-59 di RW 04 Kelurahan Harapan Jaya, dan keeratannya sebesar 0,925
yang berarti hubungan antara kedua variabel sangat kuat.
Arnita, S., Rahmadhani, D. Y., & Sari, M. T. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu dengan Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi. 9(1), 6–14.
Aronson, E., Wilson, T. D., &Akert, R. M. (2013). Social Psychology (8th ed.). Pearson.
Azwar S. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
A.Wawan dan Dewi.M. (2019). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Dilengkapi Contoh Kuesioner, Yogyakarta : Nuha Medika.
Budiman, A., & Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
DepKes RI. (2011). Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah Berbagai Penyakit.From
http://www.depkes.go.id
Dharma. (2011). Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta :CV. Trans Info Media.
Endah Kusumaningtyas D, soesanto, Mariyati Deliana S. (2017). Pola Pemberian
Makanan Terhadap Status Gizi Usia 12-24 Bulan pada Ibu Bekerja. Public
Heal Perspect J. 2017;2(2):155-67.
Hagan, J. F., Shaw, J. S., & Duncan, P. (2008). Bright futures guidelines for health
supervision of infants, children, and adolescents (3rd ed.). Elk Grove Village,
IL: American Academy of Pediatrics.
Harikatang, M. R., Mardiyono, M. M., Babo, M. K. B., Kartika, L., & Tahapary, P. A.
(2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Balita
Stunting Di Satu Kelurahan Di Tangerang. Jurnal Mutiara Ners, 3(2), 76–88.
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/view/1178
Hasan, A., dan Kadarusman, H. (2019). Akses ke Sarana Sanitasi Dasar sebagai Faktor
Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 6-59 Bulan. 413–421.
Hastono. (2007). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
____________. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi. Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat Dirjen Kesehatan Masyarakat.
Loeziana Uce. (2017). The golden age. International Journal, 64(1), 205–221.
https://doi.org/10.1177/002070200906400118
Marimbi, H., (2010). Tumbuh Kembang, Status gizi, Dan Imunisasi Dasar Pada.
Balita.Yogyakarta: Nuha Medika.
Menteri Kesehatan RI. (2020). Rencana aksi kegiatan direktorat gizi masyarakat tahun
2020-2025. Book, 1–19.
Mugianti, S., Mulyadi, A., Anam, A. K., & Najah, Z. L. (2018). Faktor Penyebab Anak
Stunting Usia 25-60 Bulan di Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Jurnal Ners
Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5(3), 268–278.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.art.p268-278
Mutingah, Z., Kesehatan, F. I., Pembangunan, U., Veteran, N., & Stunting, P. P. (2021).
Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pencegahan stunting
pada balita. 5(2), 49–57.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta : Salemba
Medika.
Oktaningrum. (2018). Pengetahuan, Sikap, Makanan Sehat, Status Gizi, Siswa Sekolah
Dasar. 1– 9.
Olsa, E. D., Sulastri, D., & Anas, E. (2017). Artikel Penelitian Hubungan Sikap dan
Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah
Dasar di Kecamanatan Nanggalo. 6(3), 523–529.
Rapar, V. L., Rompas, S., & Ismanto, A. Y. (2014). Hubungan pola asuh ibu dengan
status gizi balita di wilayah kerja puskesmas ranotana weru kecamatan wanea
kota manado, 1–7.
FIKes UIA 2023
Rohimah, E., L. Kustiyah., dan N. Hernawati. (2015). Pola Konsumsi, Status Kesehatan
dan Hubungannya dengan Status Gizi dan Perkembangan Balita. J. Gizi
Pangan, 10(2): 93-100.
Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional.pdf (p. 674).
Sari, F., & Ernawati, E. (2018). Hubungan Sikap Ibu Tentang Pemberian Makanan Bayi
Dan Anak ( PMBA ) Dengan Status Gizi Bayi Bawah Dua Tahun ( Baduta ).
77–80.
Sutomo, B dan Anggraini, DY. (2010). Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita.
Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sri Fatayani, N. (2014). Hubungan Beban Kerja, Pengetahuan Dan Sikap Gizi Ibu, Serta
Pola Asuh Makan Dengan Status Gizi Balita Di Kota Bogor.
Survei Status Gizi Indonesia. (2021). https://stunting.go.id/218-286-balita-stunting-di-
jabar-akses-makanan-bergizi-salah-satu-penyebab/
Suryani, L., Payung, S., & Pekanbaru, N. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Status
Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki. JOMIS (Journal of
Midwifery Science), 1(2), 47–53.
Syahbandini& et al. (2018). Faktor Risiko Kejadian Stuning Pada Anak Usia 6-24 Bulan
Di Daerah Nelayan (Studi Case-Control di Kampung Tambak Lorok,
Kecamatan Tanjung Mas, Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat,
63(2), 1–3.
Syahputri. (2011). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian. Diare
Pada Balita Usia 1-3 Tahun. From http://www.perilaku hidup bersih
(PHBS).com.
WHO. (2013). Childhood stunting: context, causes and consequences. WHO conceptual
framework.
_____. (2014). WHA Global Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief. Geneva.
A. Biodata Mahasiswa
Nama Lengkap : Achmad Syahputra
NIM : 2720190006
Jenis Kelamin : Laki –Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat & Tanggal Lahir : Bekasi, 11 Januari 2002
Alamat : Kp. Rawa Bugel RT003/010 Kelurahan Marga Mulya
Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi
Status : Belum Menikah
No.Hp : 08986974909
Email : achmadsyahputra011@gmail.com
Di Tempat
Dengan hormat,
Nim : 2720190006
Adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FIKes UIA yang sedang
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Dengan Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di RW 04
Kelurahan Harapan Jaya”.
Dengan ini saya mengharapkan kesedian ibu untuk turut berpartisipasi dalam penelitian
ini dengan menandatangani lembar persetujuan kesediaan untuk menjadi responden serta
bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan. Pada proses penelitian ini,
saya selaku peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban yang saudari berikan
sebagai responden, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian apapun.
Demikian surat permohonan ini saya buat agar ibu bisa memahami. Atas kesediaan dan
kerjasamanya, peneliti mengucapkan terimakasih,
Hormat Saya,
Peneliti
Nama (Inisial) :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang akan dilakukan
oleh Achmad Syah Putra Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FIKes UIA yang
sedang menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Dengan Perilaku Pencegahan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di RW 04
Kelurahan Harapan Jaya” dan saya akan mengikuti proses penelitian serta menjawab
pernyataan yang tersedia dengan sejujur-jujurnya. Oleh karena itu, saya menyatakan bahwa
saya bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini dengan sukarela dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Bekasi, 2023
Responden
( )
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI RW 04
KELURAHAN HARAPAN JAYA
KUISIONER PENELITIAN
I. DATA DEMOGRAFI
Identitas Ibu
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Identitas Anak
Umur :
Jenis Kelamin :
II. KUESIONER PENGETAHUAN IBU
Berikanlah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda benar atau salah.
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Stunting merupakan kondisi gagal pada pertumbuhan
dan perkembangan balita
2 Stunting apabila tinggi badan atau umur di bawah
garis merah
3 Stunting merupakan kekurangan gizi yang sangat
kronis
4 Stunting tidak dapat terlihat pada 1000 Hari Pertama
Kelahiran (HPK)
5 Menyusui yang tidak teratur merupakan penyebab
stunting
6 Adanya asupan gizi yang kurang merupakan
penyebab stunting
FIKes UIA 2023
7 Penyebab stunting dalam faktor lingkungan rumah
berupa lingkungan yang buruk, air tidak bersih,
perawatan kesehatan yang kurang
8 Berat badan balita tidak naik cenderung menurun
merupakan bukan ciri-ciri stunting
9 Ciri-ciri stunting meliputi pertumbuhan balita
terhambat
10 Mudahnya balita terserang berbagai penyakit infeksi
merupakan ciri-ciri stunting
11 Jika balita diukur panjang atau tinggi badan nya
dibawah garis merah merupakan ciri-ciri stunting
12 Dampak stunting bukan terdiri dari jangka pendek
dan jangka panjang
13 Angka kesakitan pada balita yang cepat merupakan
dampak dari stunting
14 Pemberian makan 3x sehari merupakan perilaku
pencegahan stunting
15 Perilaku pencegahan stunting meliputi perbaikan
pola makan dari kualitas gizi yang baik
16 Memberikan ASI yang teratur merupakan bukan dari
perilaku pencegahan stunting
17 Dengan membiasakan cuci tangan menggunakan
sabun, air mengalir dapat mencegah stunting
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Keterangan :
SL : Selalu
S : Sering
J : Jarang
TP : Tidak pernah
No Pernyataan Responden SL S J TP
1 Saya memberikan menu makanan berupa sayur – sayuran,
protein hewani maupun nabati, dan karbohidrat
2 Saya memberikan makan 3x dalam sehari kepada anak
Lampiran 7
FIKes UIA 2023
FIKes UIA 2023
Lampiran 8
TO
Respo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 TA
nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
L
1 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 100
2 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 105
3 5 0 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 100
4 5 5 5 5 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 5 5 100
5 5 5 5 0 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 100
6 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 110
7 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 110
8 5 5 0 5 5 5 0 5 5 5 0 0 0 0 5 5 0 5 5 5 0 5 5 5 5 85
9 5 5 0 5 5 5 0 5 5 5 0 0 0 0 5 5 0 5 5 5 0 5 5 5 5 90
10 5 5 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 0 5 5 5 5 90
11 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 0 5 5 0 5 100
12 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 0 0 0 5 0 90
13 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 0 0 5 0 5 5 5 5 90
14 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 5 5 5 100
15 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 5 0 0 0 0 25
16 0 5 5 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 95
17 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 5 5 5 100
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 0 0 0 5 0 5 5 5 5 100
19 5 5 0 0 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 5 5 5 90
20 5 5 5 5 0 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 105
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 115
22 5 0 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 100
23 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 0 5 5 5 100
24 0 0 0 0 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 0 0 5 0 0 5 5 5 80
25 5 5 5 0 0 0 0 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 90
26 5 5 5 0 0 0 0 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 90
27 5 5 5 0 0 5 5 5 5 0 0 0 0 0 0 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 75
28 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 95
29 5 0 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 95
30 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 110
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 TOTAL
1 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 4 4 3 4 54
2 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 3 4 3 3 52
3 4 2 1 4 1 4 4 4 4 1 3 4 4 4 1 45
4 1 4 3 4 1 4 2 3 4 1 3 3 3 4 3 43
5 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 53
6 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 3 52
7 3 2 3 3 4 2 4 4 4 1 3 4 3 4 1 44
8 4 3 4 4 1 4 4 4 4 1 3 4 3 4 1 48
9 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 53
10 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 53
11 3 4 4 4 1 3 3 4 4 1 3 4 3 4 1 46
12 4 3 4 1 1 4 4 4 4 4 3 3 3 3 1 46
13 2 2 1 4 1 3 3 4 3 2 3 4 3 4 1 40
14 3 4 4 4 1 3 3 4 4 3 3 3 3 4 1 48
15 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 52
16 2 2 4 4 1 2 2 4 4 1 3 4 3 4 1 43
17 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 56
18 4 4 4 4 1 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 52
19 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 48
20 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 56
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 59
22 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 57
23 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 56
24 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 57
25 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 59
26 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 3 4 55
27 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 2 4 53
28 3 3 1 2 2 2 3 4 4 1 3 3 3 4 1 40
29 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 2 4 55
30 3 2 1 3 1 2 3 4 4 1 2 4 3 4 1 39
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total
1 4 4 2 1 4 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 62
2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 66
3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 63
4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69
5 4 4 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 64
6 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72
8 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 2 55
9 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 63
10 3 3 2 1 2 3 1 2 1 2 2 4 3 2 3 3 3 4 44
11 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 66
12 3 3 3 2 2 2 4 4 3 3 2 4 3 4 3 4 4 3 56
13 4 4 2 2 3 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 60
14 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 64
15 4 4 2 1 3 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 59
16 4 4 4 4 3 3 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 65
17 2 2 2 4 3 3 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50
18 4 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 65
19 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 65
20 4 4 3 1 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 64
21 4 4 4 1 4 3 1 1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 1 54
22 3 4 3 3 4 1 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 62
23 4 3 3 3 4 4 1 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 59
24 4 4 4 3 4 1 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 64
25 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 69
26 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 67
27 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 63
28 4 4 3 4 4 1 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 66
29 4 4 4 3 4 1 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 53
30 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 1 54
Sig. (2-tailed) .33 .72 .59 .51 .05 .12 .00 .07 .03 .13 .13 .13 .30 .32 .07 .07 .14 .04 .81 .00 .67 .07 .77 .07
.047
7 1 1 7 5 2 7 7 4 4 4 4 7 9 7 7 6 7 2 4 4 7 5 7
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X8 Pearson - - - - - -
.52 .04 .04 .13 .48 .68 .13 .13 .13 .24 .28 .02 .04 .17 .13 .28 .28 .28
Correlation ** .01 .17 1 .32 .23 .13 .24 .396*
3 9 9 9 0** 1 ** 5 5 5 7 8 6 9 5 5 8 8 8
5 0 0 7 1 7
Sig. (2-tailed) .00 .79 .79 .93 .36 .46 .00 .00 .08 .47 .47 .47 .18 .20 .12 .89 .79 .35 .49 .18 .47 .12 .12 .12
.030
3 7 7 8 8 5 7 0 4 8 8 8 8 8 2 1 7 4 1 8 8 2 2 2
FIKes UIA 2023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X9 Pearson - - - - -
.80 .20 .20 .14 .09 .32 .68 .28 .28 .28 .16 .46 .01 .20 .12 .28 .46 .46 .46 .590*
Correlation ** .25 1 .21 .16 ** .08 .16
2 0 0 1 4 7 1** 8 8 8 9 4 8 0 0 8 4** 4** 4** *
0 8 1 9 9
Sig. (2-tailed) .00 .28 .28 .45 .18 .61 .07 .00 .24 .12 .12 .12 .37 .39 .01 .92 .28 .52 .64 .37 .12 .01 .01 .01
.001
0 8 8 7 3 9 7 0 7 2 2 2 3 5 0 5 8 9 0 3 2 0 0 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X10 Pearson - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
.10 .27 .60 .43 .36
Correlation .04 .06 ** .28 .38 .32 .21 1 .12 .12 .12 .29 * .21 .21 .23 * .04 .03 .12 .21 .21 .21 -.026
2 7 0 1 5
5 8 9 9* 0 8 0 0 0 0 8 8 8 5 2 0 8 8 8
Sig. (2-tailed) .81 .59 .72 .13 .00 .12 .03 .08 .24 .52 .52 .52 .12 .01 .24 .24 .20 .04 .81 .86 .52 .24 .24 .24
.891
2 1 1 8 0 2 4 4 7 7 7 7 1 7 7 7 5 7 2 6 7 7 7 7
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X11 Pearson - - - 1.0 1.0 - - - -
.19 .04 .53 .20 .28 .13 .28 .71 .28 .22 .04 .13 .28 .28 .28 .647*
Correlation ** .17 .06 .12 1 00* 00* ** .01 .35 .13 .01 *
6 9 9 7 0 5 8 * * 1 8 3 9 5 8 8 8
0 9 0 5 1 1 5
Sig. (2-tailed) .29 .79 .00 .27 .36 .71 .13 .47 .12 .52 .00 .00 .00 .93 .12 .23 .79 .05 .49 .93 .47 .12 .12 .12
.000
9 7 2 2 8 6 4 8 2 7 0 0 0 8 2 7 7 7 1 5 8 2 2 2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X12 Pearson - - - 1.0 1.0 - - - -
.19 .04 .53 .20 .28 .13 .28 .71 .28 .22 .04 .13 .28 .28 .28 .647*
Correlation .17 .06 .12 00* 1 00* ** .01 .35 .13 .01
6 9 9** 7 0 5 8 1 8 3 9 5 8 8 8 *
0 9 0 * * 5 1 1 5
Sig. (2-tailed) .29 .79 .00 .27 .36 .71 .13 .47 .12 .52 .00 .00 .00 .93 .12 .23 .79 .05 .49 .93 .47 .12 .12 .12
.000
9 7 2 2 8 6 4 8 2 7 0 0 0 8 2 7 7 7 1 5 8 2 2 2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X13 Pearson - - - 1.0 1.0 - - - -
.19 .04 .53 .20 .28 .13 .28 .71 .28 .22 .04 .13 .28 .28 .28 .647*
Correlation ** .17 .06 .12 00* 00* 1 ** .01 .35 .13 .01 *
6 9 9 7 0 5 8 1 8 3 9 5 8 8 8
0 9 0 * * 5 1 1 5
Sig. (2-tailed) .29 .79 .00 .27 .36 .71 .13 .47 .12 .52 .00 .00 .00 .93 .12 .23 .79 .05 .49 .93 .47 .12 .12 .12
.000
9 7 2 2 8 6 4 8 2 7 0 0 0 8 2 7 7 7 1 5 8 2 2 2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X14 Pearson - - - - - - -
.07 .31 .02 .19 .24 .16 .71 .71 .71 .16 .27 .11 .11 .01 .16 .16 .16
Correlation .07 .20 .05 .29 ** ** ** 1 .15 .38 .18 .436*
9 5 4 3 7 9 1 1 1 9 4 8 * 8 5 9 9 9
9 0 6 0 4 8 4
Sig. (2-tailed) .67 .67 .09 .90 .28 .77 .30 .18 .37 .12 .00 .00 .00 .41 .37 .14 .53 .03 .33 .53 .93 .37 .37 .37
.016
9 9 0 1 9 0 7 8 3 1 0 0 0 5 3 3 4 4 1 5 5 3 3 3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X15 Pearson - - - - - - - - - - - - - - - - -
.26 .49 .43 .27 .05 .15 .14
Correlation .20 .30 .02 ** .26 .18 .23 .16 * .01 .01 .01 .15 1 .16 .41 .11 .23 .16 .16 .029
4 4 1 0 0 4 1
1 2 3 7 5 7 1 5 5 5 4 1 3* 3 7 1 1
Sig. (2-tailed) .28 .15 .10 .90 .00 .15 .32 .20 .39 .01 .93 .93 .93 .41 .39 .02 .55 .15 .79 .41 .20 .39 .45 .39
.879
7 9 5 5 6 5 9 8 5 7 8 8 8 5 5 3 2 0 2 5 8 5 7 5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X16 Pearson - - - - - - 1.0 1.0
.35 .20 .20 .14 .09 .32 .28 .46 .28 .28 .28 .16 .01 .53 .68 .46 .633*
Correlation .25 .21 .16 1 .23 .08 .16 ** 00* ** 00*
6 0 0 1 4 7 8 4** 8 8 8 9 8 5** 1 * 4 *
*
0 8 1 9 9 9
Sig. (2-tailed) .05 .28 .28 .45 .18 .61 .07 .12 .01 .24 .12 .12 .12 .37 .39 .92 .00 .20 .64 .37 .00 .00 .01 .00
.000
3 8 8 7 3 9 7 2 0 7 2 2 2 3 5 5 2 3 0 3 0 0 0 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X17 Pearson - - - - - -
.13 .03 .36 .34 .33 .32 .02 .01 .22 .22 .22 .27 .01 .36 .22 .01 .01 .01
Correlation * .47 .21 .41 1 * .12 .08 .11 .355
4 3 7 2 ** 1 7 6 8 3 3 3 4 * 8 7 3 8 8 8
3 8 3 0 9 6
Sig. (2-tailed) .48 .86 .04 .06 .00 .07 .07 .89 .92 .24 .23 .23 .23 .14 .02 .92 .04 .52 .64 .54 .23 .92 .92 .92
.054
1 1 6 4 8 4 7 1 5 7 7 7 7 3 3 5 6 9 0 2 7 5 5 5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Correlations
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.861 17
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.802 12
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.802 14
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sikap Ibu .338 50 .000 .750 50 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
PERILAKU IBU Mean 53.52 .497
95% Confidence Interval for Lower Bound 52.52
Mean Upper Bound 54.52
5% Trimmed Mean 54.11
Median 54.00
Variance 12.336
Std. Deviation 3.512
Minimum 40
Maximum 56
Range 16
Interquartile Range 2
Skewness -3.079 .337
Kurtosis 9.691 .662
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PERILAKU IBU .374 50 .000 .547 50 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics
PENGETAHUAN IBU
N Valid 50
Missing 0
Mean 75.84
Median 78.00
Mode 72a
Variance 54.015
Range 36
Minimum 54
Maximum 90
Sum 3792
PENGETAHUAN IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
SIKAP IBU
N Valid 50
Missing 0
Mean 45.92
Median 46.00
Mode 46
Variance 3.218
Skewness -1.930
Kurtosis 6.903
Range 10
Minimum 38
Maximum 48
Sum 2296
SIKAP IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
N Valid 50
Missing 0
Mean 53.52
Median 54.00
Mode 54
Variance 12.336
Range 16
Minimum 40
Maximum 56
Sum 2676
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel Bivariat
Cases
PengetahuanIbu *
PerilakuPencegahanStunting 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
PadaBalita
PerilakuPencegahanStuntingPada
Balita
Cukup Count 16 3 19
Kurang Count 1 2 3
Total Count 41 9 50
N of Valid Cases 50
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .54.
Symmetric Measures
Cases
SikapIbu *
PerilakuPencegahanStunt 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
ingPadaBalita
PerilakuPencegahanStuntingPada
Balita
Negatif Count 1 8 9
Total Count 41 9 50
Symmetric Measures
N of Valid Cases 50