Anda di halaman 1dari 21

“PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROTOKOL KESEHATAN

(PROKES) COVID SELAMA MASA PANDEMI”

TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengetahuan masyarakat tentang Protokol Kesehatan Covid
19 selama masa pandemi
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pengetahuan masyarakat tentang Protokol kesehatan


Covid selama masa pandemik
b. Mengetahui menggunakan masker sebagai Protokol Kesehatan Covid
selama pandemi
c. Mengetahui mencuci tangan dengan benar sebagai Protokol Kesehatan
Covid selama pandemi
d. Mengetahui menjaga jarak sebagai Protokol Kesehatan Covid selama
pandemi
e. Mengetahui melakukan Etika batuk dan bersin sebagau protokol
kesehatan covid selama pandemi

SUB VARIABEL / INDIKATOR


Variabel bebas : Pengetahuan Masyarakat
Sub variabel :
1. Pekerjaan (kuesioner)
2. Pegalaman (Kuesioner)
3. Usia (kuesioner)
4. Kebudayaan (kuesioner)
5. Paparan Informasi (kuesioner)
6. Pendidikan (kuesioner)

Variabel Terikat : Protokol Kesehatan (PROKES)


Sub variabel :
1. Mencuci Tangan dengan sabun atau hand sanitizer
(Kuesioner)
2. Menggunakan Masker ( kuesioner)
3. Menjaga Jarak (kuesioner)
4. Melakukan etika batuk dan bersin yang benar (kuesioner)

TEORI YANG MENDUKUNG JUDUL

1. Covid 19
Coronavirus merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 120-
160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di
antaranya yaitu kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah
Covid
19 ini, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
diantaranya alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63,
betacoronavirus OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute
Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East
Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). (Riedel S, dkk,
2019)
Covid 19 yang menjadi etiologi dari Coronavirus termasuk
dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan
bahwa virus ini termasuk dalam subgenus yang sama dengan
coronavirus yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory
Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.
Berdasarkan ini, International Committee on Taxonomy of Viruses
mengajukan nama SARS-CoV-2. (Gorbalenya, dkk, 2020)
a. Etiologi
Virus corona merupakan zoonosis, sehingga virus tersebut dapat
berasal dari hewan dan menyebar ke manusia. Perkembangan data
selanjutnya menunjukkan penularan dari manusia ke manusia, yang
diprediksi oleh tetesan dan kontak dengan virus yang dilepaskan
dalam tetesan. Hal ini sesuai dengan kejadian penularan anatara
petugas medis yang merawat pasien Covid 19. (Zhou P, dkk, 2020)
Umumnya penularan ini terjadi melalui droplet dan kontak
dengan virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang
terbuka. (ZhuN, dkk, 2020)

b. Klasifikasi
Berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO untuk novel
Corona Virus 2019 (Covid 19) per 20 Maret 2020, definisi infeksi
Covid 19 ini diklasifikasikan sebagai berikut : (WHO, 2020)
1) Kasus Terduga (suspect case)
a) Pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya
satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak
napas), dan riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang
melaporkan penularan di komunitas dari penyakit Covid 19
selama 14 hari sebelum onset gejala.
b) Pasien dengan gangguan napas akut dan mempunyai kontak
dengan kasus terkonfirmasi atau probable Covid 19 dalam 14
hari terakhir sebelum onset.
c) Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan
setidaknya satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti
batuk, sesak napas dan memerlukan rawat inap) serta tidak
adanya alternatif diagnosis lain yang secara lengkap dapat
menjelaskan presentasi klinis tersebut.
2) Kasus probable (probable case)
a) Kasus terduga yang hasil tes dari Covid 19 inkonklusif
b) Kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan
karena alasan apapun.
3) Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
laboratorium infeksi Covid 19 positif, terlepas dari ada atau
tidaknya gejala dan tanda klinis.

Kontak adalah orang yang mengalami satu dari kejadian di bawah


ini selama 2 hari sebelum dan 14 hari setelah onset gejala dari kasus
probable atau kasus terkonfirmasi

1) Kontak tatap muka dengan kasus probable atau terkonfirmasi


dalam radius 1 meter dan lebih dari 15 menit

2) Kontak fisik langsung dengan kasus probable atau terkonfirmasi


3) Merawat langsung pasien probable atau terkonfirmasi penyakit
Covid 19 tanpa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
4) Situasi lain sesuai indikasi penilaian lokasi lokal.
Saat ini, klasifikasi infeksi Covid 19 di Indonesia saat ini
didasarkan pada pedoman penatalaksanaan pneumonia Covid 19 dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
Klasifikasi WHO sedikit berbeda, kasus suspek disebut “pasien dalam
pengawasan (PdP), dan ada juga “orang dalam pemantauan (OdP).
Istilah probable dalam pedoman Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dan pedoman WHO saat ini tidak ada. Berikut ini adalah
klasifikasi berdasarkan “Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disesase (Covid 19)” per tanggal 27 Maret 2020. (P2P
Kemenkes, 2020)
1) Pasien dalam Pengawasan (PdP)
a) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu
demam (≥38ºC) atau riwayat demam disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan seperti batuk/sesak
nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat
dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis
yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
b) Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau
ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi Covid 19.
c) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan

2) Orang dalam Pemantauan (OdP)


a) Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau riwayat demam
atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
b) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan
seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi Covid 19.
3) Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari
orang konfirmasi Covid 19. Orang tanpa gejala merupakan
seseorang dengan riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi
Covid 19.
Kontak Erat yaitu mengacu pada kontak fisik dalam waktu 2 hari
sebelum timbulnya gejala kasus dan dalam 14 hari setelah timbulnya
gejala dalam kasus tersebut yang berada dalam ruangan dengan radius
1 meter bersama pasien dalam pengawasan atau konfirmasi. Kontak
erat meliputi :
1) Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar serta
membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa
menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar.
2) Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus
(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala.
3) Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala
jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

4) Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi Covid 19 dengan hasil pemeriksaan tes
positif melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).
c. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari pasien Covid 19 berkisar dari tanpa gejala
(asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS,
sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus diklasifikasikan sebagai
ringan atau sedang, 13,8% sakit parah, dan 6,1% sakit berat. Proporsi
infeksi tanpa gejala tidak diketahui. (WHO, 2020).
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi saluran
pernapasan akut atas tanpa komplikasi, yang dapat disertai demam,
kelelahan, batuk (dengan atau tanpa dahak), anoreksia, malaise, sakit
tenggorokan, hidung tersumbat, atau sakit kepala. Pasien tidak
membutuhkan oksigen tambahan. Pada beberapa kasus pasien juga
mengeluhkan diare dan muntah, (Chen H, dkk, 2020)
Pasien Covid 19 dengan pneumonia berat ditandai dengan
demam, ditambah gejala seperti frekuensi pernapasan >30x/menit,
gangguan pernapasan parah, dan saturasi oksigen 93% tanpa bantuan
oksigen. Gejala atipikal dapat terjadi pada pasien usia lanjut (WHO
2020).
Berdasarkan data dari 55.924 kasus, gejala yang umum ditemui
adalah demam, batuk kering, dan kelelahan. Gejala lain yang dapat
ditemukan adalah batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, sakit kepala,
mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah, hidung tersumbat, diare,
sakit perut, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebih dari 40%
pasien Covid 19 mengalami demam dengan suhu puncak anatra 38,1
hingga 39°C, sedangkan 34% mengalami demam diatas 39°C. (Huang
C, dkk, 2020)

d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan riwayat kesehatan, pemeriksaan
fisis dan pemeriksaan penunjang. Riwayat kesehatan terutama
menggambarkan riwayat perjalanan atau kontak erat dengan kasus
yang dikonfirmasi atau bekerja di instalasi medis, berada dalam
ruangan atau lingkungan yang sama dengan pasien covid 19 disertai
gejala klinis dan komorbid. (P2P Kemenkes, 2020).
e. Pathogenesis dan Patofisiologi
Sebagian besar virus corona menginfeksi dan memyebar diantara
hewan. Virus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan, dan
memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit serius pada
hewan, seperti babi, sapi, kuda, kucing, dan ayam. Virus ini disebut
juga virus zoonosis yaitu virus yang menyebar dari hewan ke manusia.
Banyak hewan liar dapat membawa patogen dan bertindak sebagai
vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta
dan musang adalah inang umum untuk virus corona. Virus corona
pada kelelawar merupakan sumber utama kejadian severe acute
respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome
(MERS) (PDPI, 2020).
Virus corona hanya dapat berkembang biak melalui sel inangnya.
Tanpa sel inang, virus tidak dapat bertahan hidup. Berikut peredaran
virus corona setelah ditemukannya sel inang berdasarkan tropisme
inang. Pertama, perlekatan dan masuknya virus pada permukaan inang
yang diperantarai oleh Protein S. Protein S adalah penentu utama
infeksi spesies inang dan penentu tropis (Wang, 2020).
Pada studi SARS-CoV protein S mengikat enzim reseptor ACE-2
(angiotensin-converting enzyme 2) pada sel inang. ACE-2 dapat
ditemukan di rongga mulut dan mukosa hidung, nasofaring, paru-paru,
lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa,
hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, dan
sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil mengimpor,
selanjutnya mengimpor terjemahan dari replikasi gen pada RNA
genom virus. Selain itu, replikasi dan transkripsi adalah sintesis virus
RNA melalui translasi dan perakitan kompleks replikasi virus.
Langkah selanjutnya adalah perakitan dan pelepasan virus (Fehr,
2015).
Setelah penularan, virus memasuki saluran pernapasan bagian
atas dan kemudian bereplikasi di sel epitel saluran pernapasan bagian
atas (mencapai siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran
pernapasan bagian bawah. Pada infeksi akut, virus keluar dari saluran
pernapasan dan dapat terus keluar di sel-sel saluran pencernaan untuk
jangka waktu tertentu setelah sembuh. Masa inkubasi virus sampai
penyakit muncul sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi sekitar 3-14
hari (median 5 hari). Saat ini, sel darah putih dam limfosit masih
normal atau sedikit berkurang, dan pasien tidak menunjukkan gejala.
Pada tahap berikutnya (gejala awal), virus menyebar di dalam
darah, kemungkinan di jaringan yang mengekspresikan ACE2 seperti
paru-paru, saluran pencernaan, dan jantung. Gejala pada tahap ini
biasanya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari
setelah gejala pertama muncul. Saat ini, pasien masih demam dan
mulai merasa sesak, lesi paru semakin parah, dan limfosit menurun.
Tanda-tanda peradangan mulai meningkat dan koagulasi yang
berlebihan dimulai. Jika tidak dapat diatasi, tahap peradangan
selanjutnya akan tidak terkendali dan badai sitokin akan terjadi, yang
mengarah ke ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya. (Wang D, dkk,
2020)
f. Komplikasi
Komplikasi utama pasien Covid 19 adalah ARDS, tetapi Yang,
dkk menunjukkan data dari 52 pasien kritis bahwa komplikasi tidak
terbatas ARDS, ada juga komplikasi lain seperti, insufiensi ginjal akut
(29%), cedera jantung (23%), insufiensi hati (29%), dan
pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang telah dilaporkan adalah
syok sepsis, koagulasi intravaskular difus (KID), rhabdomyolisis,
hingga pneumonia mediastinum. (Huang C, dkk, 2020)
g. Faktor resiko
Menurut data yang ada, penyakit penyerta seperti hipertensi dan
diabetes, laki-laki dan perokok aktif merupakan faktor risiko infeksi
SARS-CoV-2. Distribusi gender yang lebih banyak pada laki-laki
diduga terkait dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada
perokok, hipertensi, dan diabetes, diduga ekspresi reseptor ACE2
meningkat. (Fang L, dkk, 2020)
Beberapa faktor risiko lain yang diidentifikasi oleh Pusat
pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga berhubungan,
termasuk tinggal serumah dengan pasien Covid 19 dan memiliki
riwayat berada di daerah yang terinfeksi. Berada di lingkungan yang
sama tetapi tidak bersentuhan dekat (dalam radius tidak lebih dari 2
meter) dianggap berisiko rendah. Petugas kesehatan adalah salah satu
kelompok yang berisiko tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus
Covid 19 adalah tenaga medis. Di China, lebih dari 3.300 petugas
kesehatan juga terinfeksi, dengan tingkat kematian 0,6%. (Wang J,
dkk, 2020)
h. Pemeriksaan Penunjang (PDPI, 2020)
1) Pemeriksaan radiologi seperti foto toraks, CT-scan toraks, USG
toraks. Pada pencitraan dapat menunjukkan opasitas bilateral,
konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, dan
tampilan groundglass.
2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a) Saluran napas atas dengan swab tenggorokan (nasofaring dan
orofaring)
b) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal)
3) Bronkoskopi
4) Pungsi pleura sesuai kondisi
5) Pemeriksaan kimia darah
6) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran
napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur
darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik.
Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil
kultur darah)
7) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan
penularan).
i. Penatalaksanaan
1) Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan maupun
sedang.
2) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4) Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan distress
napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar
5L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan
≥ 92-95% pada pasien hamil
5) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6) Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok.
7) Pemberian antibiotik empiris
8) Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan
lainnya jika memang diperlukan.
9) Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada
tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
10) Observasi ketat
11) Pahami komorbid pasien
Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada
Covid 19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi
Coronavirus yang terbukti efektif. (PDPI, 2020)

Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi


WHO yaitu Triase diantanya adalah identifikasi pasien segera dan
pisahkan pasien dengan severe acute respiratory infection (SARI) dan
dilakukan dengan memperhatikan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) yang sesuai, terapi suportif dan monitor
pasien, pengambilan contoh uji untuk diagnosis laboratorium, tata
laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau gagal nafas dan
acute respiratory distress syndrome (ARDS), syok sepsis dan kondisi
kritis lainnya. (WHO, 2020).
Salah satu yang harus diperhatikan pada tata laksana adalah
pengendalian komorbid. Dari gambaran klinis pasien Covid 19
diketahui komorbid berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas.
Komorbid yang diketahui berhubungan dengan luaran pasien yaitu
usia lanjut, hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskular dan penyakit
serebrovaskular. (Huang C, dkk, 2020)
j. Pencegahan
Covid 19 merupakan penyakit yang baru ditemukan, sehingga
pengetahuan tentang pencegahannya masih terbatas. Oleh karena itu
kunci pencegahannya antara lain memutus rantai penularan melalui
isolasi, deteksi dini, dan perlindungan dasar. (P2P Kemenkes, 2020)
Tindakan pencegahan utama yang dapat diambil adalah
membatasi waktu mobilisasi orang yang berisiko ke masa inkubasi.
Tindakan pencegahan lainnya termasuk mengonsumsi makanan sehat
untuk meningkatkan daya tahan tubuh, lebih sering mencuci tangan,
menggunakan masker di tempat ramai, berolahraga, istirahat yang
cukup, dan makan makanan yang dimasak sampai matang dan bila
sakit segera pergi ke Rumah sakit rujukan untuk evaluasi (P2P
Kemenkes, 2020).
Pencegahan sekunder adalah segera menghentikan proses
pertumbuhan virus, sehingga penderita bukan lagi sumber penularan.
Tindakan pencegahan penting termasuk berhenti merokok untuk
mencegah parenkim paru abnormal. (P2P Kemenkes, 2020).
Pencegahan terhadap petugas kesehatan juga harus dilakukan dengan
memperhatikan penempatan pasien di bangsal atau ruang isolasi.
Pengendalian infeksi dalam perawatan kesehatan pasien yang
dicurigai di Ruang Gawat Darurat Terisolasi (IGD) dan mengatur alur
keluar masuk pasien. Pencegahan pada petugas kesehatan dimulai dari
pintu pertama pasien termasuk triase. Diantara pasien yang mungkin
mengalami infeksi Covid 19, petugas kesehatan perlu menggunakan
APD standar untuk mengurangi risiko. Kewaspadaan standar
dilaksanakan secara rutin dengan menggunakan APD yang meliputi
masker (N95), kacamata, sarung tangan dan gaun panjang untuk
petugas kesehatan. (WHO, 2020)

2. Pengetahuan
a. Definisi
Menurut Notoatmodjo (2010: 139) pengetahuan adalah hasil dari
mengetahui yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
pada objek. Penginderaan berarti mengamati melalui panca indera
manusia, meskipun sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Proses memperoleh pengetahuan didapat dari enam alat, yaitu
pengalaman indra, akal, otoritas, intuisi, wahyu, dan keyakinan. Dari
sudut pandang filosofi, pengetahuan dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu pengetahuan apriori dan pengetahuan aposteriori. Pengetahuan
apriori didapat tanpa mengalami pengalaman sebelumnya, baik itu
pengalaman indra atau spiritual. Pengetahuan aposteriori adalah
pengetahuan yang dihasilkan karena pengalaman sebelumnya
(Surajiyo, 2012: 55).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan menurut Notoadmojo
(2007:140-142) yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall). Tahu adalah
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara kasar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi atau pengetahuan yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain dan mencoba memahami struktur informasi.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis berarti menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan
berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya memakai kata,
seperti pertimbangkanlah, bagaimana, dan kesimpulannya.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Adapun beberapa faktor yang berhubungan dengan pengetahuan
menurut Notoatmodjo (2007:178), yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar, tumbuh, berkembang atau
bertransformasi menuju individu, kelompok atau masyarakat
yang lebih baik dan lebih dewasa. Sakti JB (2018). Pendidikan
juga dapat diartikan sebagai proses perubahan sikap dan
perilaku individu atau kelompok dan ini juga merupakan upaya
pendewasaan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
yang sejalan dengan visi pendidikan adalah mendidik manusia
dan menambah ilmu.
2) Pekerjaan
Suatu lingkungan dari pekerjaan kita dapat menjadikan
seseorang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga menambah
pengetahuan dari lingkungan pekerjaan.
3) Pengalaman
Pengalaman diartikan dengan sebuah kejadian maupun
peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Pengalaman menjadi penting karena
dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain
sehingga menambah pengetahuan. Misalkan, jika seseorang
pernah merawat anggota keluarga yang sakit ISPA maka orang
tersebut akan lebih tahu dan paham mengenai tindakan yang
harus dilakukan jika terkena ISPA.
4) Usia
Usia seseorang akan menjadi tolak ukur dalam menilai
pengetahuan seseorang dimana tingkatan umur seseorang akan
terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental).
Pertumbuhan fisik secara garis besar akan mengalami perubahan
baik dari aspek ukuran maupun dari aspek proporsi fisik
seseorang, hal ini terjadi akibat semakin matang fungsi organ
seseorang. Sedangkan dilihat dari aspek psikologis (mental)
terjadi perubahan dari segi pemikiran seseorang yang terlihat
semakin matang dan dewasa.
5) Kebudayaan
Kebudayaan merupakan suatu tempat dimana seseorang
dilahirkan dan dibesarkan mempunyai pengaruh yang cukup
besar terhadap terbentuknya suatu cara berfikir dan perilaku
seseorang. keyakinan dan sosio-budaya seseorang lebih
menekankan pada kebiasaan dan tradisi untuk mau menerima
atau mengingkari suatu pengetahuan.
6) Minat
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan
seseorang terhadap sesuatu hal. Minat bisa menjadikan
seseorang untuk lebih mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhirnya memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
7) Paparan informasi
Teknologi informasi mengartikan informasi sebagai suatu
teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan
informasi dengan maksud dan tujuan tertentu yang bisa
didapatkan melalui media elektronik maupun media cetak.
Adapun sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalkan televisi, radio, koran, buku,
majalah, dan internet. Melalui media informasi tersebut dapat
mempengaruhi seseorang dapat meningkatkan pengetahuan.
d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner
(questionair), yaitu menanyakan kepada objek penelitan atau
narasumber tentang isi materi yang akan diukur. Seberapa banyak
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat disesuaikan
dengan tingkatan pengetahuan. Selain itu, jika jumlah responden
banyak dan jumlah responden terbesar di wilayah tersebut. Kuesioner
dapat berupa pertanyaan atau pernyataan baik tertutup atau terbuka,
dan dapat diberikan kepada responden secara langsung atau melalui
surat atau internet (Sugiyono, 2013:199).
Beberapa orang mengatakan bahwa jika seseorang dapat
menjawab secara lisan atau tertulis berarti mereka mengerti.
Rangkaian jawaban lisan maupun tetulis yang diberikan seseorang
disebut pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat diketahui
diketahui dari cara orang yang bersangkutan mengungkapkan ilmunya
dalam bentuk bukti atau jawaban, baik secara lisan ataupun tulisan.
Untuk mengukur pengetahuan dapat menggunakan sekumpulan
pertanyaan atau tes. Secara umum pertanyaan dapat dikelompokkan
menjadi 2 jenis yaitu:
1) Pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan lisan.
2) Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple
choice), betul-salah, dan pernyataan menjodohkan.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya


pilihan ganda dan betul-salah lebih disukai untuk dijadikan sebagai
alat pengukuran karena lebih mudah digunakan dan disesuaikan
dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat.

Menurut Arikunto (2006) yang dikutip oleh Budiman (2013)


dari hasil pengukuran pengetahuan yang dilakukan dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) kategori yaitu kurang, cukup dan baik. yaitu :
1) Kategori baik, memiliki nilai benar > 75 %.
2) Kategori cukup, memiliki nilai benar sebesar 56-74%
3) Kategori kurang , memiliki nilai benar <55%

3. Protokol Kesehatan
Protokol kesehatan adalah rangkaian perilaku yang didasarkan pada
kesadaran belajar, perilaku memungkinkan individu atau kelompok untuk
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mencapai kesehatan (Kemenkes RI, 2011: 9). Tujuan penerapan
protocol kesehatan ini bagi setiap orang adalah untuk memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan. Beberapa langkah yang
diambil pemerintah dalam menyikapi kasus Covid 19 salah satunya
adalah dengan mensosialisasikan gerakan Social Distancing dan
penerapan protokol kesehatan, dimana penyebaran virus ini begitu unik
karena tidak semua orang terpapar virus dapat dideteksi sejak dini dan
memiliki gejala tertentu yang artinya tidak semua orang akan mengalami
gejala setelah terpapar covid 19. Tentunya kondisi ini sangat rentan pada
orang dengan kondisi kekebalan yang lemah.

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah penyebaran


covid 19 adalah dengan melakukan beberapa tindakan secara rutin. Cara
terbaik untuk mencegah penularan adalah dengan menghindari pajanan
virus patogen. Protokol kesehatan perlu dilaksanakan melalui langkah-
langkah preventif dalam kehidupan sehari-hari seperti cuci tangan pakai
sabun, menggunakan hand sanitizer, hindari menyentuh wajah saat
tangan kotor, memperhatikan etika batuk dan bersin, memakai masker
dan jaga jarak minimal 1 meter (Jaji, 2020). Adapun pencegahan yang
dapat dilakukan dalam menerapkan protocol kesehatan yaitu ::
a. Menggunakan masker
1) Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisir celah antara
masker dan wajah
2) Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
3) Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya; jangan
menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dar belakang dan
bagian dalam.)
4) Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan segera cuci tangan.
5) Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti
masker jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.
6) Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
7) Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan
sampah medis sesuai SOP.
b. Mencuci tangan
1) Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air sedikitnya
selama 20 detik atau gunakan hand sanitizer berbasis alkohol
yang setidaknya mengandung alcohol 60 %, jika air dan sabun
tidak tersedia.
2) Hindari untuk menyentuh mata, hidung dan mulut dengan
tangan yang belum dicuci dengan bersih.
3) Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permjkaaan
dan benda yang sering disentuh.
c. Menjaga jarak
1) Hindari untuk datang ke tempat yang ramai
2) Mengatur jarak minimal 1 meter dan tidak melakukan
kontak fisik seperti bersalaman, berpelukan.
3) Jika memungkinkan, bekerja dari rumah (work from home).
4) Jangan berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum
5) Berpergian ke luar kota/luar negeri harus diminimalisir
d. Melakukan etika batuk dan bersin yang benar
1) Gunakan tisu ketika batuk atau bersin, segera buang ke tempat
sampah lalu cuci tangan.
2) Jika tisu tidak tersedia, tutup dengan lengan atas bagian dalam
ketika batuk atau bersin. (Detiro, M. D, 2020).

KUESIONER
A. Data Demografi
Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan dibawah ini.
Jenis
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaaan Ttd
kelamin
1.
PENGETAHUAN
No Pengetahuan Benar Salah
1 COVID-19 merupakan singkatan dari Corona Virus
Disease-19
2 Virus SARS-CoV-2/covid-19 diduga berasal dari
kelelawar
3 Penularan covid-19 dapat dicegah dengan tidak
menerapkan protokol kesehatan
4 Etika batuk tidak perlu diterapkan saat pandemi untuk
mengurangi penularan covid-19
5 Masa inkubasi covid-19 selama 3-7 hari
6 Mencuci tangan saat masa pandemi covid 19 tidak
perlu dilakukan
7 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien covid-19 antara lain swab tenggorokan, sputum,
BAL.
P8 COVID-19 tidak dapat diobati dengan menggunakan
antibiotik
9 Pentingnya penerapan protokol kesehatan selama masa
pandemi covid-19
10 Makan makanan yang bergizi, menerapkan protokol
kesehatan dan berolahraga sangat di anjurkan saat
pandemi covid-19.
11 COVID-19 tidak dapat menular melalui droplets, bisa
dari cairan yang keluar dari saluran nafas saat batuk,
bersin, atau bicara dengan orang yang memiliki gejala
atau tanpa gejala sama sekali.
12 Salah satu cara untuk mencegah penyebaran COVID-
19 yaitu dengan tidak menjaga jarak sejauh 1 meter.
13 Saat pandemi covid-19 menjaga jarak perlu diterapkan
14 Pengobatan yang dapat dilakukan pada pasien yang
terkonfirmasi covid -19 dengan melakukan tindakan
farmakologi dan non farmakologi
15 COVID-19 tidak dapat menyebar melalui
airbone/sirkulasi udara yang tersebar di tempat-tempat
umum
16 Gejala yang muncul pada orang yang terpapar covid-
19 yaitu malaise, demam, kongesti hidung dan sakit
kepala
17 Klasifikasi pasien yang terpapar covid-19 biasanya di
sebut dengan PdP, OdP dan OTG
18 Seseorang yang terinfeksi COVID-19 dapat memiliki
gejala utama seperti batuk, pilek, dan sesak nafas atau
tidak memiliki gejala sama sekali
PROTOKOL KESEHATAN

 Sangat Setuju
 Setuju
 Kurang setuju
 Tidak Setuju
 Sangat Tidak Setuju

NO Pernyataan SS S KS TS STS
1 Menggunakan masker saat berpergian atau
diluar rumah selama masa pandemi penting
untuk diterapkan
2 Lepas masker dengan teknik yang benar
dengan tidak menyentuh bagian depan
masker
3 Pakai masker secara seksama untuk
menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi
celah antara masker dan wajah
4 Pakai masker secara seksama untuk
menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi
celah antara masker dan wajah
5 Menjaga kebersihan tangan selama pandemi
covid-19 perlu dilakukan
6 Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan
air sedikitnya selama 20 detik atau gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang
setidaknya mengandung alcohol 60 %, jika
air dan sabun tidak tersedia.
7 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh
masker yang telah digunakan segera cuci
tangan
8 Jika tisu tidak tersedia, tutup mulut dan
hidung dengan lengan atas bagian dalam
ketika batuk atau bersin
9 Gunakan tisuue bekas untuk menuutup mulut
dan hidung saat bersin
10 PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat) yang dilakukan Pemerintah
merupakan langkah yang tepat untuk
mengurangi penyebaran covid 19
11 Penerapan etika batuk dan bersin di masa
pandemic perlu diterapkan
12 Kurangi beraktifitas diluar rumah pada masa
pandemi covid-19
13 Penerapan social distancing atau physical
distancing selama masa pandemi covid-19
perlu dilakukan
14 Masa pandemi perlunya bekerja dari rumah
(work from home).

Anda mungkin juga menyukai