Anda di halaman 1dari 92

BUKU SAKU

Pelacakan Kontak
(Contact Tracing) untuk
Kasus COVID-19
ii

DAFTAR ISI
Materi I :
Pengetahuan Dasar Tentang Covid-19 Dan 1
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
(PPI)

Epidemiologi 1
Etiologi (Penyebab) 4
Penularan 5
DO Kasus Covid-19 9
Pencegahan & Pengendalian Infeksi Bagi 12
Tracer (Tracer Safety)

Rantai Penularan Infeksi 13

Materi II :
Covid-19 : Konsep Dasar Dan 28
Implementasi Penelusuran Kontak Erat

Penelusuran Kontak 28
iii
Apakah Penelusuran Kontak (Contact 30
Tracing) Ini Adalah Hal Baru?

Alur Pelacakan Kontak 31


Prinsip Utama Penelusuran Kontak 35
Penelusuran Kontak Adalah “Kunci Utama 36
Dalam Memutus Rantai Transmisi COVID-
19”

Penelusuran Kontak Untuk Tenaga 43


Kesehatan
APD untuk Petugas Tracing (Pencari) 45
Rangkuman : Alur Penelusuran Kontak 46
Aplikasi Contact Tracing Di Lapangan 47

Materi III :
Pemantauan Karantina Dan Isolasi Mandiri 51

Tempat Karantina Dan Isolasi 54


Karantina Mandiri 55
iv
Pemantauan selama Masa Karantina (A) 55
Pemantauan selama Masa Karantina (B) 58
Peran Masyarakat 60

Materi IV :
Pemberdayaan Masyarakat Dalam 61
Pemantauan Kontak Erat Covid-19

Pelaksanaan Posko Desa 62


Pemberdayaan Masyarakat Dalam 65
Pencegahan Covid-19

Komponen Dalam Komunikasi 68


Komunikasi Risiko 76
Prinsip Komunikasi Risiko (WHO) 77
5 Tips Komunikasi Risiko 78
Isu Komunikasi Risiko RS 79
Peran Organisasi Masyarakat 80
Take Home Message 81
MATERI I

PENGETAHUAN DASAR TENTANG


COVID19 DAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

COVID-19 adalah penyakit menular saluran


pernafasan, yang disebabkan oleh virus baru
SARS-CoV-2. Penyebaran virus ini pertama kali
dilaporkan di Wuhan, Cina di akhir Desember
2019 dan sudah menyebar ke seluruh dunia,
termasuk Indonesia.

1. Epidemiologi :

a. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) 


penyakit menular yang disebabkan oleh
Coronavirus jenis baru.

b. Kasus pneumonia yang tidak diketahui


etiologinya di Wuhan, China pada akhir
Desember 2019 (Li et al, 2020). Pasar
Seafood di Wuhan :

 Pada 7/1/2020  SARS-CoV-2


(Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2).= penyebab SARS &
2

MERS (lebih menular dari SAR-Cov &


MERS-Cov/ CDC –China).

 Pada 30/1/2020  WHO menetapkan


sbg KKMMD /PHEIC.

 Thailand melaporkan adanya Kasus


pertama,  Jepang, Korea Selatan
dan negara –negara lain).

 Angka kematian bervariasi tergantung


negara, populasi yang terpengaruh,
perkembangan wabah dan
ketersediaan Laboratorium.

c. Pada 30 Juni 2020, WHO melaporkan


10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862
kematian di seluruh dunia (CFR 4,9%).
3

Negara yang paling banyak kasus


konfirmasi adalah Amerika Serikat, Brazil,
Rusia, India, dan United Kingdom.
Sementara, negara dengan kematian
paling tinggi adalah Amerika Serikat,
United Kingdom, Italia, Perancis, dan
Spanyol.
4

Kasus pertama dilaporkan 2 Maret 2020


(2 kasus). Sampai saat ini (8 Feb 2021)
terlaporkan kasus positif : 1.166.079
orang dengan 31.763 Kematian.

2. Etiologi (penyebab).

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19


termasuk dalam genus betacoronavirus,
umumnya berbentuk bundar dengan
beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60-140
nm.
5

3. Penularan

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan


antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan
dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan
yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
masih belum diketahui.

 Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6


hari, dengan range antara 1 dan 14 hari
namun dapat mencapai 14 hari.

 Risiko penularan tertinggi diperoleh di


hari-hari pertama penyakit disebabkan
oleh konsentrasi virus pada sekret yang
tinggi.

 Orang yang terinfeksi dapat langsung


dapat menularkan sampai dengan 48
jam sebelum onset gejala
(presimptomatik) dan sampai dengan
14 hari setelah onset gejala.
6

a. Apa saja gejala orang terkena COVID-


19?

1) demam, rasa lelah, batuk kering.


2) Beberapa pasien mungkin mengalami
rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, hilang penciuman
dan pembauan atau ruam kulit.

b. Apakah sakit COVID-19 berbahaya?

Ya, virus COVID-19 ini berbahaya dan


menyebar dengan cepat.
Jika tidak segera ditangani dapat
menyebabkan sakit parah dan bahkan
kematian, terutama pada kelompok orang
rentan seperti orang lanjut usia, ibu hamil,
dan orang dengan penyakit penyerta
seperti jantung, darah tinggi, penyakit paru,
dan lain-lain.
7

c. Bagaimana virus COVID-19 menyebar?

Virus COVID-19 menyebar melalui droplet


atau percikan ludah yang masuk langsung
ke tubuh melalui mata, hidung, dan mulut,
atau jika tangan menyentuh permukaan
yang terkontaminasi dan kemudian
menyentuh wajah (mata, hidung, mulut).

d. Bagaimana mengetahui seseorang


terkena COVID-19 secara pasti?

Orang yang memiliki gejala COVID-19


akan diambil sampel swab/usap melalui
hidung dan tenggorokannya. Sampel
tersebut selanjutnya akan diuji dengan tes
RT-PCR (Real Time-Polymerase Chain
Reaction).

e. Apakah kita bisa sembuh dari COVID-


19?

Ya, tentu saja. Orang yang sakit COVID-19


bisa sembuh jika dirawat sesuai dengan
anjuran dokter dan petugas kesehatan
lainnya.
8

f. Mengapa harus melakukan isolasi/


karantina?

Untuk menjaga supaya orang-orang di


sekitar kita tidak tertular dan memudahkan
petugas kesehatan untuk memantau
kesehatan orang yang dikarantina/isolasi.

g. Apa yang perlu kita lakukan agar tidak


terkena COVID-19?

Patuhi prinsip 3M (memakai masker,


menjaga jarak, dan mencuci tangan), jaga
kesehatan dengan makan yang bergizi,
dan olahraga teratur. Jauhi Kerumunan
dan Tidak keluar rumah jika tidak penting
(Stay at home).
9

4. DO Kasus COVID-19 :

a. Kasus Konfirmasi,
b. Kasus Suspek,
c. Kasus Probable,
d. Kontak Erat,
e. Pelaku Perjalanan,
f. Discarded,
g. Selesai Isolasi, dan
h. Kematian.

a. Kasus Konfirmasi. Seseorang yang


dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium RT-PCR, baik memiliki gejala
atau tidak bergejala.

b. Kasus Suspek.
1) Orang dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) dan pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah Indonesia
yang melaporkan penularan lokal.
10

2) Orang dengan salah satu gejala/tanda


ISPA dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi/probable COVID-19.

3) Orang dengan Infeksi Saluran


Pernapasan Akut (ISPA) dan pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah Indonesia
yang melaporkan penularan lokal.

4) Orang dengan ISPA


berat/pneumonia berat yang
membutuhkan perawatan di rumah
sakit DAN tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.

c. Kasus Probable. Kasus suspek


dengan ISPA Berat/ gangguan pernafasan
akut (ARDS)/ meninggal dengan gambaran
klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum
ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR
11

(termasuk yang tidak ada hasil pemeriksaan


laboratorium RTPCR).

d. Kontak Erat.
1) Orang yang memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi atau
probable 2 hari sebelum dan 14 hari
sesudah muncul gejala, seperti
bertatap muka dalam radius 1 meter
selama lebih dari 15 menit, atau
bersentuhan langsung.

2) atau merawat langsung pasien tanpa


menggunakan alat pelindung diri
(APD) yang sesuai, atau situasi
lainnya yang berisiko (dalam satu
ruangan, kantor, mode transportasi
dll).

3) Pada kasus probable atau konfirmasi


yang bergejala, kontak erat dihitung
dari 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah
kasus timbul gejala.
12

4) Pada kasus konfirmasi yang tidak


bergejala, kontak erat dihitung dari 2
hari sebelum dan 14 hari setelah
tanggal pengambilan spesimen kasus
konfirmasi.

5. Pencegahan & Pengendalian Infeksi Bagi


Tracer (Tracer Safety).

 Tujuan :

a. Mengidentifikasi dan menurunkan risiko


infeksi pada tracer dalam melaksanakan
tugas.

b. Acuan/ standar Alat Pelindung Diri bagi


petugas tracer.
13

Rantai Penularan Infeksi

Sumber : Modul 1:PPI,Pelatihan pendampingan SE-PAEI


14

Sumber : Modul 1:PPI,Pelatihan pendampingan SE-PAEI


15

Faktor Risiko

 Umur : Neonatus dan lansia lebih rentan.

 Status imun yang rendah/terganggu


(imuno-kompromais) : penderita dengan
penyakit kronik, penderita keganasan, obat-
obat imunosupresan.

 Interupsi barrier anatomis :

o Kateter urine : meningkatkan kejadian


infeksi saluran kemih (ISK).
o Prosedur operasi : dapat menyebabkan
infeksi luka operasi (ILO) atau “surgical
site infection” (SSI).
o Intubasi pernafasan : meningkatkan
kejadian : “Hospital acquired pneumonia”
(HAP/VAP).
o Kanula vena dan arteri : menimbulkan
infeksi luka infus (ILI), “Blood stream
infection” (BSI).
o Luka bakar dan trauma.
16

 Implantasi benda asing.

o “indwelling catheter”, “surgical suture


material”, ”cerebrospinal fluid shunts”,
“valvular / vascular prostheses”.

 Perubahan mikroflora normal : pemakaian


antibiotika yang tidak bijaksana
menyebabkan timbulnya yang resisten
terhadap berbagai antimikroba.
Sumber : Modul 1:PPI,Pelatihan pendampingan SE-PAEI
17

Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi

 Peningkatan daya tahan pejamu. Daya


tahan pejamu dapat meningkat dengan
pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi
Hepatitis B), atau imunisasi pasif
(imunoglobulin). Promosi kesehatan secara
umum termasuk nutrisi yang adekuat akan
meningkatkan daya tahan tubuh.

 Inaktivasi agen penyebab infeksi.


Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan
dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh
metode fisik adalah pemanasan (Pasteurisasi
atau Sterilisasi) dan memasak makanan
seperlunya. Metode kimiawi termasuk
klorinasi air, disinfeksi peralatan dan
lingkungan, serta penggunaan antibiotika.

 Memutus rantai penularan. Hal ini


merupakan cara yang paling mudah untuk
mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi
hasilnya sangat bergantung kepada ketaatan
petugas dalam melaksanakan prosedur yang
telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini
telah disusun dalam suatu “Isolation
18

Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang


terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu “Standard
Precautions” (Kewaspadaan Baku) dan
“Transmission-based Precautions”
(Kewaspadaan berdasarkan cara penularan).
Prinsip dan komponen apa saja dari
kewaspadaan baku akan dibahas pada bab
berikutnya.

 Tindakan pencegahan paska pajanan


(“Post Exposure Prophylaxis” / PEP)
terhadap petugas kesehatan. Hal ini terutama
berkaitan dengan pencegahan agen infeksi
yang ditularkan melalui darah dan cairan
tubuh lainnya, yang seringterjadi karena
luka tusuk jarum bekas pakai atau pajajan
lainnya. Penyakit yang perlu mendapat
perhatian adalah Hepatitis B, Hepatitis C dan
HIV. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada
bab selanjutnya.

Sumber : Modul 1:PPI,Pelatihan pendampingan SE-PAEI


19

Perhatikan !!!

a. Lakukan di luar ruangan/tempat dengan


ventilasi baik/ terbuka, jaga jarak minimal 1
meter, gunakan APD yang sesuai, dan
pastikan orang yang diwawancara/tracing juga
menggunakan masker/ masker medis.

b. Cuci tangan dengan sabun atau gunakan


hand sanitizer sebelum dan sesudah
wawancara.

c. Pastikan tidak menyentuh barang-barang


di sekitar kontak erat.

d. Tidak makan dan minum di lokasi tracing.


20
“Alat Pelindung Diri (APD)”

1) Masker medis (masker bedah 3 Ply/


Surgical Mask 3 Ply) dan pelindung wajah
(face shield) untuk petugas.

2) Masker medis untuk responden.

3) Termometer suhu tanpa sentuh, jika


tersedia.

4) Hand sanitizer berbasis alkohol.


21
“Memakai Masker”
22
“Menjaga Jarak”
23
“Mencuci Tangan”
24
25
26
27
28

MATERI II

COVID-19 : KONSEP DASAR DAN


IMPLEMENTASI PENELUSURAN
KONTAK ERAT

Penelusuran Kontak

ialah proses untuk mengidentifikasi, menilai dan


mengelola orang-orang yang berkontak dengan
kasus konfirmasi/probabel untuk memutus rantai
transmisi dan mencegah penularan lebih lanjut.

Gambaran jika tidak dilakukan penelusuran kontak


dan karantina
29

Strategi Pengendalian COVID-19


melalui penelusuran kontak

RENTAN WAKTU

Orang terinfeksi
Bergejala
Masa inkubasi
(rentan waktu 2-14 hari, tapi inkubasi hari ke 5) (penyakit ringan, 10 hari) (penyakit berat, selama 2 minggu)

Orang terinfeksi kontak


5 hari 10 hari dengan gejala
inkubasi
30

Apakah Penelusuran Kontak (Contact Tracing)


ini adalah hal baru?

• Apakah hal yang baru? Tidak, kita sudah


lama mempraktekkan Penelusuran kontak.

- KLB Polio cVDPV, 2019 : Yahukimo, 2


kasus tambahan adalah hasil
Penelusuran kontak, spesimen dari anak
sehat.

- Kasus Difteri dan campak, Penelusuran


kontak dilakukan untuk menemukan
kasus tambahan dan mencegah
penularan lebih luas.

• Sumber daya yang dibutuhkan : banyak


tenaga, waktu, dan sumber daya lainnya 
keuntungannya : penularan berhenti, kasus
turun, kematian menurun.
31
32

Penjelasan alur pelacakan kontak

1. Jika ada seseorang yang hasil pemeriksaan COVID-


19 menunjukkan terkonfirmasi COVID-19, maka
Dinkes Kab/Kota akan memberitahu Tim Surveilans
Puskesmas.

2. Tim Surveilans Puskesmas akan menunjuk tracer


untuk mewawancarai kasus konfirmasi COVID-19
melalui telepon/kunjungan. Dalam wawancara ini,
tracer bertugas untuk :

a. menentukan derajat berat penyakit.


b. mengidentifikasi minimla 15 kontak erat.

3. Tracer mewawancara dan menentukan derajat berat


penyakit pada Kontak Erat serta melaporkannya
kepada Tim Surveilans Puskesmas yang akan
menentukan penanganan klinik atau kesehatan
masyarakat Kontak Erat.
4. Semua Kontak Erat yang teridentifikasi WAJIB ke
Puskesmas untuk pemeriksaan swab COVID-19
kecuali lansia yang akan didatangi pemeriksa.

5. Tracer melakukan pemantauan harian,


pendokumentasian, dan pelaporan selama 14 hari
karantina atau isolasi mandiri Kontak Erat atau kasus
konfirmasi. Jika genjala bertambah berat, tracer
HARUS segera melaporkan ke Tim Surveilans
Puskesmas.
33

Definisi Kontak Erat

1. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus


probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1 meter
dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.

2. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau


konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan
dan lain-lain).

3. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap


kasus probable atau konfirmasi tanpa menggunakan
APD yang sesuai standar.
4. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan
oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.
34

Menentukan Derajat Berat Penyakit


GEJALA SAKIT SEDANG/BERAT
- Saturasi oksigen < 90 %
- Sesak nafas
- Nafas cepat
- Penurunan kesadaran
- Tidak bisa jalan
- Lemas

GEJALA SAKIT RINGAN


- Demam
- Batuk
- Nyeri tenggorokan
- Hidung tersumbat
- Nyeri otot

TIDAK BERGEJALA
- Kasus konfirmasi atau kontak erat tidak menunjukan
gejala sakit ringan/sedang/berat
35

Prinsip Utama Penelusuran Kontak

Prinsip utama adalah dengan melaksanakan


tahap berikut ini :

1. Identifikasi kontak erat.

2. Pendataan.

3. Karantina dan pemantauan harian selama 14


hari sejak kontak terakhir dengan kasus
konfirmasi/probable.

Teridentifikasi Karantina & dimonitor per hari


Kontak Kontak untuk 14 hari
36

Penelusuran Kontak adalah “kunci utama


dalam memutus
rantai transmisi COVID-19”
37

Tahap 1
Identifikasi Kontak : Siapa saja?

Orang yang berkontak dengan kasus


konfirmasi/probabel, dengan memenuhi kriteria :

1. Bertemu/tatap muka dalam radius 1 meter


dan ≥15 menit.
2. Kontak fisik langsung (berjabat tangan,
berpelukan dsb).
3. Memberikan perawatan langsung tanpa APD
standar.
4. Situasi lain berdasarkan penilaian
epidemiologis setempat.

Gejala: awal

Tak bergejala : hari


pengambilan swab
yang hasilnya positif
38

Tahap 1
Identifikasi Kontak

TGL 10 Feb 11 Feb 12 Feb …Feb 26 Feb


Tempat Rumah Restoran Sekolah Rumah Puskesmas … Dst
yang di A Teman
kun-
jungi
Kontak Nama Nama C … … Dr.A …. Dst
erat A
Nama Nama D … … Petugas … Dst
B loket
Nama dst dst
C

2 hari sebelum
2 hari sebelum gejala 14 hari setelah gejala atau sampai
14 hari setelah gejala atau sampai kasus diisolasi
gejala Awal diisolasi
39

Tahap 1
Identifikasi Kontak melalui aplikasi
Teledeteksi

1. Kasus baru Covid-19 confirmed dalam 14


hari terakhir sebelum bergejala melalui
nomer HP nya di tracking keberadaannya
atau mobilitasnya.

2. Selanjutnya nomor HP orang lain yang


berada dalam radius 1- 10 meter akan
terdeteksi oleh aplikasi sebagai kontak erat
dan akan menjadi daftar kontak erat yang
harus dipantau oleh petugas contact tracing.

3. Jumlah kontak erat berbeda-beda jumlahnya


sesuai dengan seberapa besar mobilitas
kasus tersebut.

4. Kontak erat kemungkinan ada yang kenal


dengan kasus dan juga ada yang tidak kenal
dengan kasus.

5. Hanya dilakukan di beberapa provinsi


tertentu saja.
40

Tahap 2
Pendataan

1. Hubungi dan wawancara kepada kontak erat.

2. Langkah-langkahnya :

a. Wawancara (menggunakan telepon/WA,


atau kunjungan langsung).

b. Informasikan tujuan Penelusuran kontak.

c. Catat informasi dasar: nama, umur,


alamat, nomer yang bisa dihubungi,
tanggal kontak terakhir dengan kasus 
isi form 2

d. Sampaikan kepada kontak erat untuk


melakukan :

1) Karantina mandiri.

2) Bahwa akan dilakukan pemantauan


harian, dan untuk melaporkan jika
muncul gejala.
41

3) Kontak erat agar dating ke


puskesmas untuk dilakukan
pengambilan swab.

4) Jika selama karantina muncul gejala,


akan dirujuk untuk pemeriksaan
swab.

Tahap 3
Follow up/Pemantauan

1. Petugas harus cukup sehat dan telah


mendapatkan pelatihan.
2. Berkoordinasi dengan tokoh/pemerintah
setempat untuk menghindari adanya stigma
dan diskriminasi.
3. Supervisi berjenjang dari provinsi, kabupaten
dan puskesmas.
4. Lapor dan monitoring harian.
5. Pemeriksaan lab jika kontak muncul gejala.
Apa yang  Gejala
perlu dimonitor?  Praktik Karantina
42

Tahap 3
Menghitung Masa Karantina

 Karantina dilakukan selama 14 hari sejak


kontak terakhir dengan kasus konfirmasi atau
probabel.

 Contoh penghitungan:

1. Terakhir bertemu: 22 Agustus 2020.

2. Baru terlacak sebagai kontak erat tanggal


28 Agustus 2020.

3. Selama tanggal 22-28 Agustus kontak


erat mengaku tidak memiliki gejala.

4. Maka kontak erat harus melakukan


karantina dan pemantauan harian sampai
tanggal 5 September 2020.
43

Tahap 3
Karantina

Penelusuran Kontak untuk Tenaga Kesehatan

• Untuk seluruh petugas kesehatan 


penilaian dan monitoring secara rutin

• Petugas kesehatan yang masuk kriteria


kontak erat, maka direkomendasikan
untuk :
44

i. Berhenti sementara.

ii. Lakukan pemeriksaan swab


segera meskipun tidak muncul
gejala.

iii. Karantina selama 14 hari sejak


paparan terakhir tanpa
menggunakan APD yang cukup.

• Semua petugas kesehatan diharapkan


untuk melakukan self-monitoring dan jika
memiliki komorbid untuk sebisa mungkin
tidak merawat pasien COVID-19 secara
langsung.

• Prioritas utama: jaga petugas kesehatan


kita.
45

APD untuk Petugas Tracing (Pencari)

• Utamakan wawancara melalui


telepon/aplikasi pesan instan untuk
memperkecil risiko penularan.
• Jika harus bertemu langsung, lakukan di
luar ruangan/tempat dengan ventilasi
baik/terbuka, jaga jarak minimal 1
meter, gunakan APD yang sesuai
(masker dan pelindung wajah(jika
tersedia)), dan pastikan orang yang
diwawancara juga menggunakan
masker/masker medis.

• Cuci tangan dengan sabun atau gunakan


hand sanitizer sebelum dan sesudah
wawancara.

• Hindari untuk menyentuh barang-barang


di sekitar kontak erat.
46

Rangkuman : Alur Penelusuran Kontak

* jika pasien meninggal wawancara dapat dilakukan dengan keluarga atau kerabat dekat

**pada kontak erat tenaga kesehatan dilakukan tes swab meskipun tidak bergejala
47

Aplikasi Contact Tracing Di Lapangan


48
49
50

Tracer : input data


Dinkes: input dan memantau data
51

MATERI III
PEMANTAUAN KARANTINA DAN
ISOLASI MANDIRI

TEST TRACE

ISOLATE TREAT
52

Karantina dan Isolasi


(UU no.6/2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan)

Karantina adalah proses mengurangi risiko


penularan dan identifikasi dini COVID-19
melalui upaya memisahkan individu yang sehat
atau belum memiliki gejala COVID-19 tetapi
memiliki riwayat kontak dengan pasien
konfirmasi COVID-19 atau memiliki riwayat
bepergian ke wilayah yang sudah terjadi
transmisi lokal.

Isolasi adalah proses mengurangi risiko


penularan melalui upaya memisahkan
individu yang sakit baik yang sudah
dikonfirmasi laboratorium atau memiliki gejala
COVID-19 dengan masyarakat luas.
53

Karantina dan Isolasi


54

1. Tempat Karantina dan Isolasi

a. Rumah masing-masing.
b. Fasilitas khusus (tempat yang telah
ditentukan oleh pemerintah
daerah/satgas percepatan penanganan
COVID-19, seperti wisma, hotel,
apartemen, balai pelatihan, dll) dengan
tetap berkoordinasi dengan petugas
puskesmas di wilayah.
c. RS non rujukan dan RS rujukan.

GEJALA TEMPAT KARANTINA/ISOLASI


Tidak bergejala - Di rumah masing2 jika
atau Gejala memenuhi syarat.
ringan. - Di fasilitas khusus jika
rumah tidak memenuhi
syarat.
Gejala sedang. Di RS non rujukan.
Gejala berat. Di RS rujukan.
55

2. Karantina Mandiri

a. Kamar tidur terpisah dari penghuni lain.


b. Sebaiknya tersedia ruang terbuka dengan
sinar matahari cukup.
c. Terdapat jendela yang cukup dan bisa
dibuka dengan aliran udara yang baik
dan lancar, dan pencahayaan yang
cukup.
d. Tersedia masker dan sarana cuci tangan
atau hand sanitizer.
e. Sampah dan cucian terpisah dari anggota
keluarga lain.
f. Alat makan dan alat mandi tersendiri.
g. Selalu menjaga jarak.
h. Menjaga kebersihan ruangan.
i. Anggota keluarga yang
merawat/melayani memperhatikan
protokol kesehatan.

3. Pemantauan selama Masa Karantina (A)

a. Pemantauan dilakukan setiap hari selama


masa karantina.
56

b. Pemantauan dapat dilakukan dengan


mengunjungi kontak erat (minimal 2x
selama masa karantina, untuk
memastikan bahwa karantina memang
benar-benar dilakukan) atau melalui
telepon.

c. Saat mengunjungi kontak erat, gunakan


APD yang sesuai (masker bedah dan
sarung tangan) dan dilakukan di ruangan
terbuka untuk meminimalkan potensi
penularan.

d. Tim contact tracing berkoordinasi dengan


pemerintah dan masyarakat setempat
(RT/RW) untuk memantau kebutuhan
sehari-hari kontak erat dan keluarganya.
57

Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyiapan


Fasilitas Isolasi/Karantina
58

4. Pemantauan selama Masa Karantina (B)

a. Petugas tracer memantau dan mencatat :

• Gejala yang muncul, seperti demam (≥


380C), batuk, kelelahan, sakit kepala,
nyeri pada otot, nyeri tenggorokan,
pilek/hidung tersumbat, sesak nafas,
anoreksia/ mual/ muntah, diare,
penurunan kesadaran, gejala akut
anosmia (hilangnya kemampuan indra
penciuman) atau ageusia (hilangnya
kemampuan indra perasa).

• Keluhan-keluhan lain seperti kebutuhan


dukungan kesehatan jiwa dan
psikososial, dsb.

b. Jika muncul gejala atau kebutuhan


dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
segera laporkan ke puskesmas atau RS.

c. Saat pergi untuk mencari perawatan,


kontak erat menggunakan masker medis
dan hindari menggunakan transportasi
umum. Ambulans dapat dipanggil, atau
59

kontak yang sakit dapat diangkut dalam


kendaraan pribadi dengan semua jendela
terbuka.
60

5. Peran Masyarakat

a. Tim contact tracing puskesmas


melibatkan pemerintah setempat dan
masyarakat dalam pelaksanaan
karantina/isolasi mandiri, agar tidak muncul
stigma.

b. Warga bergotong royong membentuk RT-


RW/desa/kelurahan siaga COVID-19 yang
berpartisipasi melalui kegiatan seperti
bergiliran menyediakan kebutuhan makanan
atau membantu menyiapkan kebutuhan
logistik makanan untuk anggota warganya
yang harus menjalani karantina/isolasi jika
diperlukan dengan tetap melakukan upaya
pencegahan penularan.

c. Masyarakat diharapkan dapat turut


berperan dalam upaya deteksi dini kasus
COVID-19 sehingga setiap kasus dapat
ditangani segera, tidak terjadi penularan di
lingkungan masyarakat dan bagi yang sakit
dapat segera mendapatkan perawatan
dengan benar sampai sembuh.
61

MATERI IV

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM PEMANTAUAN KONTAK
ERAT COVID-19

INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 3 TAHUN 2021 tentang Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis
Mikro Dan Pembentukan Posko Penanganan
Corona Virus Disease 2019 di Desa dan
Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran
Corona Virus Disease 2019.

PPKM Mikro sampai dengan tingkat Rukun


Tetangga (RT) / Rukun Wilayah (RW) yang
berpotensi menimbulkan penularan COVID-19
dapat menambahkan prioritas wilayah
pembatasan sesuai dengan kondisi masing-
masing wilayah dan memperhatikan cakupan
pemberlakuan pembatasan. cakupan
pemberlakuan pembatasan.
62

Pelaksanaan Posko Desa :

1. Kepala Desa
2. Ketua RT/RW,
3. PKK,
4. Posyandu,
5. Karang Taruna,
6. Satlinmas,
7. Dasawisma,
8. tokoh masyarakat,
9. tokoh agama,
10. tokoh adat,
11. tokoh pemuda,
12. tenaga kesehatan,
13. penyuluh,
14. pendamping,
15. Babinsa,
16. Bhabinkamtibmas, dan
17. relawan lainnya.
63
64

“Promosi Kesehatan adalah proses untuk


memberdayakan
masyarakat melalui kegiatan
menginformasikan, mempengaruhi dan
“membantu masyarakat agar berperan aktif
untuk mendukung perubahan perilaku dan
lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju derajat
kesehatan yang optimal”

(Permenkes Nomor 74 tahun 2015, pasal 1 butir 3)


65

Pemberdayaan Masyarakat Dalam


Pencegahan COVID-19
66
67

Segala upaya yang dilakukan oleh seluruh


komponen masyarakat dengan menggali
potensi yang dimiliki masyarakat agar
berdaya dan mampu berperan serta
mencegah penularan COVID-19.
68

Komponen Dalam Komunikasi

ARUS BALIK KONTEKS

• Komunikator : orang atau organisasi yang


memiliki pesan
• Pesan : sesuatu untuk disampaikan
• Media : metode untuk menyampaikan pesan
(rapat, telephone, surat, email, laporan,
ekspresi wajah)
• Komunikan : target audience
• Arus balik : reaksi/respon dari audiens
• Konteks : situasi, lingkungan, budaya,
circumstances
69

Komunikasi Interpersonal /
Komunikasi Antar Pribadi (KAP)
70

1. Menyenangkan dan menambah akrab


(BANGUN SUASANA) :

 Orang punya “pagar” yang harus


diturunkan. Bila tidak, pesan-pesan akan
mental
 “Merebut“ remote control orang.
Kehadiran fisik tidak berarti pikiran dan
hatinya juga hadir
 Belajar lebih efektif saat orang merasa
nyaman ketimbang tegang
71

2. Semua bicara dan mendengarkan


(BELAJAR PARTISIPATIF) :
 Bicara adalah bukti kehadiran pikiran.
Dihargai saat bicara bisa menghadirkan
hati.
 Tidak bicara = Tidak ada rasa memiliki.
Ikut bicara = ikut memiliki.
 Syarat KAP berlaku = orang bicara.
Marah-marah jauh lebih baik daripada
diam.

3. Ke arah aksi, perubahan perilaku


(SEPAKAT/KOMITMEN/AKSI) :
 Tahu bukan berarti melakukan
 Antar orang ke tahap perubahan
perilaku
 Cari cara yang paling pas

Bangun Suasana adalah SEBUAH INVESTASI


dimana agar :
• Selalu gunakan nama dalam setiap
percakapan
• Menggunakan Komunikasi non verbal
• Mendengarkan
72

Pesan bisa ditangkap melalui :


55% bahasa tubuh
38% suara
7% kata-kata
93% komunikasi non verbal

TANTANGAN KOMUNIKASI NON VERBAL DI


MASA PANDEMI  DIMANA AKSES, WAKTU,
TEKNIK DAN ATENSI SEMUANYA MENJADI
TERBATAS.

Ada Keterbatasan Non Verbal :


• Senyum hilang
• Suara terdengar datar
73

Tingkatkan Non Verbal Yang Lain :

Suara
• Intonasi
• Artikulasi
Kontak Mata

Gerakan Tangan, Kepala, Badan, dsb

Mendengarkan yang membuat orang….

• merasa dihargai
• lebih terbuka bicara
• lebih banyak bicara
74

 Akhirnya: setelah kita dengarkan,


mereka akan mendengarkan saat kita
bicara
 Akhirnya: lebih termotivasi merubah
perilakunya sendiri

Lakukan Komunikasi Antar Pribadi Dengan


Tetap Menerapkan Protokol Kesehatan
75
76

4. Komunikasi Risiko

Proses pertukaran informasi secara terus-


menerus, baik langsung dan tidak langsung
dengan pemberitaan yang benar dan
bertanggung jawab yang terbuka dan interaktif
atau berulang di antara individu, kelompok
atau lembaga.

Tujuan Komunikasi Risiko. Memberikan


informasi keterlibatan komunikan untuk
mengambil keputusan.

Komunikasi Risiko. Pada dasarnya


merupakan bagian dari rangkaian proses
meminimalkan risiko, yang terdiri dari tiga
komponen, yaitu Persepsi risiko, manajemen
risiko dan komunikasi risiko.

• Persepsi Risiko : Proses penentuan


faktor-faktor dan tingkat risiko berdasarkan
data- data ilmiah.
77

• Manajemen Risiko : Proses penyusunan


dan penerapan kebijakan dengan
mempertimbangkan masukan dari bebagai
pihak untuk melindungi masyarakat dari
risiko, dalamhal ini risiko terhadap
kesehatan.

• Komunikasi Risko : Pertukaran informasi


dan opini secara timbal balik dalam
pelaksanaan manajemen risiko.

5. Prinsip Komunikasi Risiko (WHO) :

a. Trust dan Kompeten

b. Transparansi

c. Informasi awal

d. Mendengarkan

e. Perencanaan
78

6. (5 Tips Komunikasi Risiko) :

a. Terapkan Komunikasi risiko sesuai 5


prinsip.

b. Gunakan informasi dari sumber resmi dan


terpercaya.

c. Pesan konsisten dan gunakan semua


media KIE yang mungkin.

d. Dahulukan pihak internal, Nakes, baru


masyarakat.

e. Libatkan pemangku kepentingan utama


(Key Player).
79

7. Isu Komunikasi Risiko RS

Perawat tolak Nakes takut Calon pasien Nakes


pasien rujukan tertular ditolak mendapat
dari Puskesmas teguran

Keluarga tolak Stigmatisasi Keluarga Edukasi


pemakaman pasien ribut
dengan protap dgn petugas
Covid

Keluarga bawa Penolakan Keluarga Sosialisasi


paksa jenazah Protap pukul nakes
karena perawatan Covid
Covid

RS tolak pasien Kehati- Tanpa rapid SOP


KLL yang tak hatian yang test awal dan Pasien
mampu bayar berlebihan pasien tidak
Rapid Test ditangani

Biaya perawatan Mahalnya Pasien


pasien covid biaya RS upload biaya
tinggi perawatan
covid di
medsos

Keluarga tidak Merasa Keluarga Edukasi


terima tidak sakit mengamuk
keluarganya Covid di RS
diisolasi
80

Warga kucilkan Takut Warga Edukasi


pasutri positif tertular menjauhi
Covid kediaman
pasien positif
Covid

OTG kabur dari Menolak Menularkan Pelacakan


zona merah karantina 18 orang dan
termasuk karantina
Nakes

PDP di semua Transmisi Grafik PDP Protokol


wilayah Lokal melonjak Covid
tinggi

Kesiapan New Normal Siapkah Edukasi


masyarakat masyarakat
kebijakan baru

8. Peran Organisasi Masyarakat

a. Bekerjasama dengan Ketua RW/RT dan


Kepala Desa/Lurah dalam mengedukasi
warga.

b. Berkoordinasi dengan forum kerukunan


umat beragama.
81

c. Mempromosikan dan mendukung


kebijakan publik yang melindungi kesehatan
warga.

d. Menyampaikan informasi mengenai


masalah kesehatan kepada warga melalui
kegiatan keagamaan, kebudayaan atau
kemasyarakatan.

9. Take Home Message

a. Komunikasi adalah kunci  Berhasil/


gagal tergantung pada kemampuan dan
kapasitas komunikasi.

b. Komunikasi risiko menyeluruh 


Sukses dan efektifnya komunikasi risiko
tergantung pada persepsi yang benar, sistem
informasi yang jelas dan leadership.

c. Komunikasi risiko itu kolaborasi 


Komunikasi risiko menjadi tanggung jawab
seluruh pihak. Bukan semata - mata urusan
pihak tertentu.
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Catatan :
Catatan :

Anda mungkin juga menyukai