Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit
yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan
Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa
inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan
gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa
kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia
luas di kedua paru.
WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina
mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru
coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public
Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus
COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai
dengan 25 oktober 2020, secara global dilaporkan 42.303.118 kasus konfimasi di 218 negara
dengan 1.145.695 kematian. Sedangkan di Indonesia sampai dengan tanggal 25 oktober
2020, dilaporkan terdapat 389.712 kasus positif, dengan kematian berjumlah 13.299 kasus.
Sedangkan data kasus dari provinsi jambi sampai tanggal 25 oktober 2020, terdapat 1.162
kasus konfirmasi positif dengan 21 angka kematian. Kota Jambi masih sebagai penyumbang

1
2

angka postif terbanyak di seluruh kabupaten kota di Provinsi Jambi, dimana kasus konfirmasi
positif berjumlah 445 kasus, disusul muaro Jambi dengan total kasus konfirmasi positif
berjumlah 140 kasus.
Semakin meningkatnya kejadian penularan infeksi covid19 di Kota Jambi dan begitu
besarnya manfaat untuk pencegahan penularan infeksi covid19 menjadi latar belakang
peniliti untuk membuat penelitian berjudul gambaran pengetahuan dan penerapan dengan
adanya program sosialisasi pengendalian dan pencegahan infeksi covid19 pada tenaga
kesehatan di Puskesmas Pakuan Baru.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran pengetahuan dan penerapan mengenai pengendalian dan
pencegahan infeksi covid19 dengan adanya program sosialisasi PPI covid19 pada
tenaga kesehatan di Puskesmas Pakuan Baru?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan dan penerapan mengenai pengendalian
dan pencegahan infeksi (PPI) covid19 dengan adanya program sosialisasi PPI
covid19 pada tenaga kesehatan di Puskesmas Pakuan Baru.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui perbedaan pengetahuan dan penerapan mengenai pengendalian
dan pencegahan infeksi (PPI) covid19 dengan ada atau tidaknya program
sosialisasi PPI covid19 pada tenaga kesehatan di Puskesmas Pakuan Baru ?
2. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan kurangnya pengetahuan dan
penerapan pengendalian dan pencegahan infeksi (PPI) covid19 pada tenaga
medis di Puskesmas PAkuan BAru.
3. Dengan adanya program sosialiasi mengenai PPI Covid19 ini diharapkan
angka kejadian penularan infeksi covid19 berkurang.
3

4. Mengajak seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas Pakuan Baru untuk


berperan aktif dalam menerapkan protocol PPI guna mencegah terjadinya
penularan infeksi Covid19.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai informasi untuk UPTD Puskesmas Pakuan Baru dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dan penerapan protokol PPI covid19.
2. Untuk mengurangi dan mencegah terjadinya penularan infeksi covid19.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. COVID 19
2.1.1 Definisi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

2.1.2 Epidemiologi
Penyakit COVID 19 ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Pada
tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa
penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi
nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2).
Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19
sebagai KKMM D/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar
bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang terpengaruh,
perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium.
Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia melaporkan 2 kasus yang
terkonfirmasi COVID-19, kemudian pada tanggal 3 Maret 2020 dilaporkan 90.870
kasus konfirmasi di 72 negara dengan 3.112 kematian (CFR 3,4%). Diantara
kasus-kasus tersebut, terdapat beberapa petugas kesehatan yang terinfeksi. Pada
tanggal 11 Maret 2020 WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi.

2.1.3 Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Secara umum, virus korona memiliki struktur sampul yang
melingkupi materi genetik. Pada sampul terdapat berbagai protein dengan

4
5

berbagai fungsi, salah satunya berikatan dengan reseptor membran sel sehingga
dapat masuk sel. Struktur sampul dan protein ini menyerupai mahkota atau crown
sehingga virus ini dinamai virus korona atau coronavirus. Karena struktur sampul
yang bersifat hidrofobik ini pulalah ketika diperlukan sabun atau handrub dengan
kandungan alkohol minimal 60%. Sabun atau alkohol 60% dapat berikatan dengan
kapsul dan memecah struktur virus.

2.1.4 Cara Penularan


Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet
cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14
hari namun dapat mencapai 14 hari. Selain zoonosis, penyakit ini juga menular
antar manusia. Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 menular melalui droplet
(yang keluar ketika batuk, bersin, atau menghembuskan napas) dan kontak erat,
berbeda dengan tuberkulosis yang menular melalui udara atau airborne. Virus
yang keluar bersama droplet menempel di permukaan benda. Orang lain dapat
tertular COVID-19 bila bila menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan
yang telah berkontak benda dengan droplet yang mengandung virus.
Virus dapat bertahan di lingkungan sekitar tiga jam hingga beberapa hari
(pada tembaga hingga 4 hari, hingga 24 jam pada papan kardus, serta hingga 2-3
hari pada plastik dan stainless steel). Droplet yang dikeluarkan ketika batuk atau
bersin dapat menempel pada benda berjarak satu meter. Oleh karena itu, penting
untuk menjaga jarak satu meter satu sama lain.

2.1.5 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan
tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa
lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit,
6

hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare,


hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.

Tabel 1. Manifestasi Klinik COVID 19

2.2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pada COVID-19 di Fasyankes


Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah suatu upaya untuk mencegah
dan menimalisir terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan
masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.
Strategi PPI untuk mencegah atau memutuskan rantai penularan infeksi
COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicapai dengan penerapan
prinsip pencegahan dan pengendalian risiko penularan COVID-19.
Bagi pasien yang memerlukan isolasi, maka akan diterapkan kewaspadaan
isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi.

a) Kewaspadaan Standar
Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas)
komponen utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan
standar, yaitu kebersihan tangan, alat pelindung diri (APD), dekontaminasi
peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan pasien,
7

hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman dan praktik
lumbal pungsi yang aman.
Kesebelas kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan, sebagai berikut:

A. Kebersihan Tangan/Hand Hygiene


(1) Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini sesuai 5 moment
WHO :
(a) Sebelum menyentuh pasien
(b) Sebelum melakukan tindakan aseptik
(c) Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh
(d) Setelah menyentuh pasien
(e) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

(2) Selain itu, kebersihan tangan juga dilakukan pada saat:


(a) Melepas sarung tangan steril
(b) Melepas APD
(c) Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek termasuk
peralatan medis
(d) Setelah melepaskan sarung tangan steril.
(e) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan

(3) Kebersihan tangan dilakukan sebagai berikut:


(a) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat kotor
atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah
menggunakan toilet
(b) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih untuk antiseptik tangan
rutin pada semua situasi
8

(4) Cara melakukan Kebersihan tangan:


(a) Kebersihan tangan dengan alkohol handrub selama 20-30 detik bila
tangan tidak tampak kotor
(b) Kebersihan tangan dengan mencuci tangan di air mengalir pakai sabun
selama 40-60 detik bila tangan tampak kotor

Gambar 1. Cara Kebersihan Tangan dengan Antisepsik Berbasis Alkohol Diadaptasi


dari WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global Patient Safety Challenge, World Health
Organization, 2009.
9

Gambar 2. Cara Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air

B. ALAT PELINDUNG DIRI


APD dipakai untuk melindungi petugas atau pasien dari paparan darah, cairan
tubuh sekresi maupun ekskresi yang terdiri dari sarung tangan, masker bedah atau
masker N95, gaun, apron, pelindung mata (goggles), faceshield (pelindung
wajah), pelindung/penutup kepala dan pelindung kaki.
10

Penggunaan Alat Pelindung Diri memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi:


(a) Tetapkan indikasi penggunaan APD mempertimbangkan risiko terpapar dan
dinamika transmisi :
➢ Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak: Gaun,
sarung tangan, masker bedah, penutup kepala, pelindung mata (goggles),
sepatu pelindung
➢ Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya
aerosol: Gaun, sarung tangan, masker N95, penutup kepala, goggles, face
shield, sepatu pelindung
(b) Cara “memakai” dengan benar
(c) Cara “melepas” dengan benar
(d) Cara mengumpulkan (disposal) yang tepat setelah dipakai

Hal – hal yang harus dilakukan pada penggunaan APD :


(a) Melepaskan semua aksesoris di tangan seperti cincin, gelang dan jam tangan
(b) Menggunakan baju kerja/ scrub suit sebelum memakai APD
(c) Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah memakai APD
(d) Menggunakan sarung tangan saat melakukan perawatan kepada pasien
(e) Melepaskan sarung tangan setelah selesai melakukan perawatan di dekat
pasien dan lakukan kebersihan tangan
(f) Memakai APD di anteroom atau ruang khusus. APD dilepas di area kotor
segera setelah meninggalkan ruang perawatan
(g) Menggunakan masker N95 pada saat melakukan tindakan yang menimbulkan
aerosol
(h) Mengganti googles atau faceshield pada saat sudah kabur/kotor
(i) Mandi setelah melepaskan APD dan mengganti dengan baju bersih

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada penggunaan APD :


(a) Menyentuh mata, hidung dan mulut saat menggunakan APD
(b) Menyentuh bagian depan masker
(c) Mengalungkan masker di leher
(d) Menggantung APD di ruangan kemudian mengunakan kembali
11

(e) Menggunakan APD keluar dari area perawatan


(f) Membuang APD dilantai
(g) Menggunakan sarung tangan berlapis saat bertugas apabila tidak dibutuhkan
(h) Menggunakan sarung tangan terus menerus tanpa indikasi
(i) Menggunakan sarung tangan saat menulis, memegang rekam medik pasien,
memegang handle pintu, memegang HP
(j) Melakukan kebersihan tangan saat masih menggunakan sarung

1. Jenis-Jenis APD
a. Sarung tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
⁻ Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan
invasif atau pembedahan.
⁻ Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin.
⁻ Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.

Gambar 3. Cara Memasang Sarung Tangan


12

Cara melepas sarung tangan :


- Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi.
- Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya,
kemudian lepaskan.
- Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan
tangan yang masih memakai sarung tangan.
- Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di
bawah sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
- Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
- Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius.

Gambar 4. Cara Melepas Sarung Tangan

b. Masker
1. Masker Kain
Masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan
mengantisipasi kelangkaan masker yang terjadi. Efektivitas penyaringan
pada masker kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan kerapatan
tenun kain yang dipakai. Masker kain perlu dicuci dan dapat dipakai
berkali-kali.
Penggunaan masker kain dapat digunakan untuk :
a. Bagi masyarakat sehat
Digunakan ketika berada di tempat umum dan fasilitas lainnya dengan
tetap menjaga jarak 1-2 meter.
b. Bagi tenaga medis
Masker kain tidak direkomendasikan sebagai APD (Alat Pelindung
Diri) untuk tingkat keparahan tinggi karena sekitar 40-90% partikel
13

dapat menembus masker kain bagi tenaga medis. Masker kain


digunakan sebagai opsi terakhir jika masker bedah atau masker N95
tidak tersedia.

2. Masker Bedah 3 Ply (Surgical Mask 3 Ply)


Masker Bedah memiliki 3 lapisan (layers) yaitu lapisan luar kain tanpa
anyaman kedap air, lapisan dalam yang merupakan lapisan filter densitas
tinggi dan lapisan dalam yang menempel langsung dengan kulit yang
berfungsi sebagai penyerap cairan berukuran besar yang keluar dari pemakai
ketika batuk maupun bersin.
Karena memiliki lapisan filter ini, masker bedah efektif untuk
menyaring droplet yang keluar dari pemakai ketika batuk atau bersin,
namun bukan merupakan barier proteksi pernapasan karena tidak bisa
melindungi pemakai dari terhirupnya partikel airborne yang lebih kecil.
Dengan begitu, masker ini direkomendasikan untuk masyarakat yang
menunjukan gejala-gejala flu / influenza (batuk, bersin- bersin, hidung
berair, demam, nyeri tenggorokan) dan untuk tenaga medis di fasilitas
layanan kesehatan.

3. Masker N95 (atau ekuivalen)


Masker N95 adalah masker yang lazim dibicarakan dan merupakan
kelompok masker Filtering Facepiece Respirator (FFR) sekali pakai
(disposable). Kelompok jenis masker ini memiliki kelebihan tidak hanya
melindungi pemakai dari paparan cairan dengan ukuran droplet, tapi juga
hingga cairan berukuran aerosol. Masker jenis ini pun memiliki face seal fit
yang ketat sehingga mendukung pemakai terhindar dari paparan aerosol
asalkan seal fit dipastikan terpasang dengan benar.
Idealnya masker N95 tidak untuk digunakan kembali, namun dengan
stok N95 yang sedikit, dapat dipakai ulang dengan catatan semakin sering
dipakai ulang, kemampuan filtrasi akan menurun. Jika akan menggunakan
metode pemakaian kembali, masker N95 perlu dilapisi masker bedah pada
bagian luarnya.
14

Masker setingkat N95 yang sesuai dengan standar WHO dan dilapisi
oleh masker bedah dapat digunakan selama 8 jam dan dapat dibuka dan
ditutup sebanyak 5 kali. Masker tidak dapat digunakan kembali jika
pengguna masker N95 sudah melakukan tindakan yang menimbulkan
aerosol.

4. Reusable Facepiece Respirator


Tipe masker ini memiliki keefektifan filter lebih tinggi dibanding N95
meskipun tergantung filter yang digunakan. Karena memiliki kemampuan
filter lebih tinggi dibanding N95, tipe masker ini dapat juga menyaring
hingga bentuk gas. Tipe masker ini direkomendasikan dan lazim digunakan
untuk pekerjaan yang memiliki resiko tinggi terpapar gas-gas berbahaya.
Tipe masker ini dapat digunakan berkali- kali selama face seal tidak rusak
dan harus dibersihkan dengan disinfektan secara benar sebelum digunakan
kembali.

Cara memakai masker :


⁻ Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika menggunakan
kaitan tali karet atau simpulkan tali di belakang kepala jika menggunakan
tali lepas).
⁻ Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.
⁻ Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung dengan
kedua ujung jari tengah atau telunjuk.
⁻ Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan di bawah dagu
dengan baik.
⁻ Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat dengan
benar
15

Gambar 5. Cara Memakai Masker

Melepas Masker
⁻ Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi - JANGAN
SENTUH.
⁻ Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/karet bagian atas.
⁻ Buang ke tempat limbah infeksius.

Gambar 6. Cara Melepas Masker

c. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari
kemungkinan paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi
atau melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan APD Kementerian Kesehatan,
maka penggunaan coverall diutamakan sebagai perluasan area perlindungan
petugas dalam masa wabah COVID-19.
Bahan gaun yang digunakan kembali (reusable) terbuat dari polyester
atau kain katun-polyester. Gaun yang terbuat dari kain ini dapat dicuci dengan
aman sesuai prosedur rutin dan digunakan kembali. Prosedur pencucian yang
16

direkomendasikan adalah pencucian dilakukan menggunakan desinfektan


klorin konsentrasi 1:99 pada suhu 57,2oC – 71oC selama minimal 25 menit.
Pastikan bahwa tenaga medis tidak menyentuh permukaan luar gaun
selama perawatan.
Jenis-jenis gaun pelindung:
⁻ Gaun pelindung tidak kedap air
⁻ Gaun pelindung kedap air
⁻ Gaun steril
⁻ Gaun non steril

Cara memakai gaun pelindung :


- Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
- Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.

Gambar 7. Langkah pemasangan gaun

Cara melepas gaun pelindung :


⁻ Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
⁻ Lepas tali pengikat gaun.
⁻ Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja.
⁻ Balik gaun pelindung.
⁻ Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah di
sediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.
17

Gambar 8. Cara melepas gaun pelindung

d. Goggle Dan Perisai Wajah


Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah :
- Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh, sekresi
dan eksresi.
Indikasi :
- Pada saat tindakan operasi
- Pertolongan persalinan dan tindakan persalinan
- Tindakan perawatan gigi dan mulut
- Pencampuran B3 cair
- Pemulasaraan jenazah
- Penanganan linen terkontaminasidi laundry, di ruang dekontaminasi
CSSD.

Gambar 9. Goggle dan Penutup Wajah

e. Sepatu Pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas
dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak
18

boleh berlubang agar berfungsi optimal. Jenis sepatu pelindung seperti sepatu
boot atau sepatu yang menutup seluruh permukaan kaki.

Gambar 10. Sepatu Pelindung

f. Topi Pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-
alat/daerah steril atau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari
pasien.

Gambar 11. Topi Pelindung

Langkah-langkah melepaskan APD adalah sebagai berikut :


⁻ Lepaskan sepasang sarung tangan
⁻ Lakukan kebersihan tangan
⁻ Lepaskan apron
⁻ Lepaskan perisai wajah (goggle)
19

⁻ Lepaskan gaun bagian luar


⁻ Lepaskan penutup kepala
⁻ Lepaskan masker
⁻ Lepaskan pelindung kaki
⁻ Lakukan kebersihan tangan

Gambar 12. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 1
20

Gambar 13. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 2

Gambar 14. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 3
21

C. DEKONTAMINASI PERALATAN PERAWATAN PASIEN


Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan
penatalaksanaan peralatan bekas pakai perawatan pasien yang terkontaminasi
darah atau cairan tubuh (pre-cleaning, cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai
Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagai berikut :
a) Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu
dibersihkan dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) atau sterilisasi.
b) Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi
terlebih dulu sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
c) Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip
pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat
yang dipakai berulang, jika akan dibuang.
d) Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan dengan
menggunakan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
e) Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi menggunakan
alkohol 70%. Peralatan semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan
peralatan kritikal harus didisinfeksi dan disterilisasi.
f) Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi
permukaannya setelah digunakan di ruangan isolasi.

D. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
(1) Lakukan prosedur pembersihan dan desinfeksi secara rutin sekitar
lingkungan dengan cara mengelap seluruh permukaan lingkungan
ruangan dan pengepelan lantai ruangan dengan menggunakan cairan
detergen kemudian bersihkan dengan air bersih selanjutnya
menggunakan klorin 0.05 %. Cairan pembersih harus diganti setelah
digunakan di area perawatan pasien COVID-19.
(2) Aplikasi desinfektan ke permukaan lingkungan secara rutin di dalam
ruangan dengan penyemprotan atau fogging tidak direkomendasikan
22

E. PENGELOLAAN LIMBAH
Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/pemusnahan.
1) Identifikasi jenis limbah :
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik,
limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan
limbah radioaktif.
2) Pemisahan Limbah
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain :
- Limbah infeksius : Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning.
- Limbah non-infeksius : Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan
tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
- Limbah benda tajam : Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan
kedalam wadah tahan tusuk dan air.
- Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair
(spoelhoek).

Wadah limbah di ruangan :


- Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
- Bersih dan dicuci setiap hari
- Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
- Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di ruang tindakan dan
tidak boleh di bawah tempat tidur pasien
- Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh
Pengangkutan limbah harus menggunakan troli khusus yang kuat, tertutup dan
mudah dibersihkan, tidak boleh tercecer, petugas menggunakan APD ketika
mengangkut limbah. Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila tidak
memungkinkan atur waktu pengangkutan limbah
23

F. PENATALAKSANAAN LINEN
- Semua linen di ruang perawatan COVID-19 dianggap infeksius yang
dibagi menjadi dua yaitu linen kotor tidak ternoda darah atau cairan tubuh
dan linen ternoda darah atau cairan tubuh.
- Pisahkan linen kotor ternoda darah dan cairan tubuh dengan linen kotor
tanpa noda darah dan cairan tubuh, masukan kewadah infeksius yang
tertutup dan diberi label. Semua linen harus dikemas (dimasukan dalam
plastik infeksius) didalam ruang perawatan pasien
- Ganti linen setiap satu atau dua hari atau jika kotor dan sesuai dengan
kebijakan rumah sakit
- Linen harus ditangani dan diproses khusus untuk mencegah kontak
langsung dengan kulit dan membaran mukosa petugas, mengkontaminasi
pakaian petugas dan lingkungan
- Gunakan APD yang sesuai dengan risiko saat menangani linen infeksius
- Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak bercampur dengan
peralatan lainnya

G. PERLINDUNGAN KESEHATAN PETUGAS


Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik
tenaga kesehatan maupun tenaga nonkesehatan. Fasyankes harus mempunyai
kebijakan untuk penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas
pakai pasien, yang berisikan antara lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi
kecelakaan dan pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang
bersangkutan.
Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk mencegah
terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang dipakai
setelah prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum suntik
bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang cermat
dan tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi
yang tidak diinginkan.
24

H. PENEMPATAN PASIEN
Penempatan pasien termasuk di sini penyesuaian alur guna menempatkan
pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius. Disamping itu, penempatan
pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet,
airbone) sebaiknya ruangan tersendiri.

I. KEBERSIHAN PERNAPASAN/ETIKA BATUK DAN BERSIN


Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis
transmisi airborne dan droplet. Fasilitas pelayanan kesehatan harus menyediakan
sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu, sabun cair, tempat
sampah infeksius dan masker bedah.Petugas, pasien dan pengunjung dengan
gejala infeksi saluran napas, harus melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah
sebagai berikut :
a) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
b) Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.
Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus
menerapkan etika batuk. Edukasi terkait hal ini disampaikan melalui media
/secara langsung oleh petugas. Disamping itu bagi pengunjung/pasien harus
menggunakan masker sesuai ketentuan yang berlaku.

Gambar 15. Etika Batuk


25

J. PRAKTIK MENYUNTIK YANG AMAN


Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap
suntikan,berlaku juga pada penggunaan vial multidose untuk mencegah timbulnya
kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien lain. Jangan lupa membuang
spuit dan jarum suntik bekas pakai ke tempatnya dengan benar.

2.3 Peran Puskesmas Dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah penyelenggara pelayanan
kesehatan tingkat primer yang bertangung jawab atas kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana fungsional
yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran
serta masyarakat di bidang kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan secara meyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
pada masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.
Puskemas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan.
dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
dalam penyelenggaraanya memilki tujuan yaitu mendukung tercapainya
pembangunan kesehatan Nasional. Puskesmas juga bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara merata di wilayah kerjanya dengan
meningkatkan kasadaran, kemauan, serta kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat.
Terkait penyebaran covid, puskesmas memegang peran penting dalam
membantu memutuskan tali rantai penyebaran. Berdasarkan kajian yag ada, hanya
20% pasien terinfeksi yang memerlukan perawatan dirumah sakit, sedangkan 80%
yang karantina mandiri dan isolasi diri di rumah yang hal ini merupakan tigas
puskesmas bersama lintas sector yang terlibat sebagai tim satgas covid-19
kecamatan/desa/kelurahan untuk melakukan pengawasan.
26

Gambar 16. Tatalaksana Rujukan PIE COVID 19

Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas


bertujuan untuk memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi. Agar pelaksanaan PPI dapat
terlaksana dengan baik, maka petugas Puskesmas perlu memahami enam
komponen rantai penularan yaitu:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi.
Agen penyebab infeksi COVID-19 berupa virus severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-C0V-2).
2. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada manusia. Reservoir COVID-19
adalah saluran napas atas.
3. Pintu keluar adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)
meninggalkan reservoir . Pada COVID-19 melalui saluran napas, hidung dan
mulut.
4. Cara penularan (Metode Transmisi) adalah metode transport mikroorganisme
dari wadah/ reservoir ke pejamu yang rentan. Pada COVID-19 metode
penularannya yaitu:
(1) kontak: langsung dan tidak langsung,
(2) droplet ,
(3) airborne
27

5. Pintu masuk adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan.
Virus COVID-19 melalui saluran napas, hidung, mulut, dan mata.
6. Pejamu rentan adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat
mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis.

Gambar 17. Mata Rantai Penularan Penyakit

2.4 Sosialisasi
2.4.1 Definisi
Sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal
cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta
secara efektif dalam masyarakat.8 Tanpa mengalami proses sosialisasi yang
memadai tidak mungkin seorang warga masyarakat akan dapat hidup normal tanpa
menjumpai kesulitan dalam masyarakat. jelas, bahwa hanya dengan menjalani
proses sosialisasi yang cukup banyak sajalah seorang individu warga masyarakat
akan dapat meyesuaikan segala tingkah pekertinya dengan segala keharusan
norma-norma sosial.8
Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu kelompok masyarakat.
Sosialisasi berfungsi agar seorang individu dapat diterima dimasyarakat dan
28

tercipta suatu aturan social dalam masyarakat itu sendiri. 9 Dalam proses sosialisasi
terjadi 3 proses yaitu : 9
1. Belajar kebiasaan dan aturan tersebut
2. Internalisasi, menjadikan kebiasaan dan aturan tersebut sebagai milik diri
3. Enkulturasi, yaitu membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan
kebiasaan dan aturan yang telah dimiliki tadi.
Sosialisasi dalam penjaman makanan merupakan suatu proses belajar atau
mengetahui mengenai kebiasaan dan aturan ditempat kerja agar penjamah
makanan tersebut kelak mampu menjadikannya sebagai tindakan dan perilakunya
sehingga mampu meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan
tempatnya bekerja. Media yang digunakanan dalam sosialisasi antara lain:

2.4.2 Tujuan sosialisasi


Menurut Bruce J. Cohen, sosialisasi memiliki beberapa tujuan, yaitu:22
1. Sosialisasi bertujuan agar tiap individu mendapatkan bekal keterampilan
yang kelak akan dibutuhkan untuk kehidupan.
2. Sosialisasi bertujuan agar individu dapat berkomunikasi dengan efektif
sehingga kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dapat
berkembang.
3. Sosialisasi bertujuan agar setiap individu dapat membiasakan dirinya
dengan nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
4. Sosialisasi bertujuan agar mengendalikan fungsi organik melalui latihan
latihan mawas diri yang tepat.
5. Membentuk sistem perilaku melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh
watak pribadinya.

2.4.3 Manfaat sosialisasi


Manfaat sosialisasi adalah sebagai berikut: 22
1. Membentuk pribadi
2. Mewariskan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya
3. Melahirkan masyarakat sosial sesuai dengan budayanya.
29

2.4.4 Cara-cara sosialisasi


Sosialisasi dapat disosialisaikan dengan menggunakan berbagai media,
baik berupa media komunikasi seperti brosur, poster, leaflet, spanduk, dan
baliho, maupun melalui media elektronik, seperti internet, cakram optik
(compact disk atau DVD), radio dan televisi.21
Leaflet (sering juga disebut pamphlet) merupakan sehelai kertas dari
bahan agak kaku yang mudah dilipat sebagai sarana untuk menginformasi
dan mengkomunikasikan produk, jasa, layanan, proses atau prosedur tertentu.
Leaflet digunakan untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah pernah
dikomunikasikan atau untuk memperkenalkan ide – ide baru / prosedur (proses)
baru kepada orang banyak. 21
Poster berbeda dengan media komunikasi lainnya yakni bahwa poster
harus dapat dibaca orang yang sedang bergerak (berkendara atau berjalan
kaki) sedangkan brosur, booklet dirancang untuk dibaca secara khusus, duduk atau
diam sesaat sambil berdiri. Oleh karena itu poster harus dapat menarik
perhatian pembacanya seketika, dan dalam hitungan detik, pesannya harus
dimengerti.21

2.4.5 Metode penyuluhan


Menurut Notoatmodjo (2007), di bawah ini diuraikan metode pendidikan
kesehatan yaitu:23
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode pendidkan yang bersifat individual
digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang
tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya
pendekatan individu ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru
tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat
membantunya maka perlu menggunakan metode untuk pendekatan ini, antara
lain :
30

a) Bimbingan dan penyuluhan


Dengan cara ini kontak antara masyarakat dengan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh masyarakat dapat diteliti dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya orang tersebut dengan sukarela dan
pengertian menerima atau mengubah perilaku
b) Wawancara
Cara ini merupakan bagian bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dan masyarakat untuk menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan. Apakah dia
tertarik atau tindakan dengan perubahan, untuk mengetahui perilaku yang
sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.

2. Metode pendidikan kelompok


Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus di ingat besarnya
kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formal sasaran. Untuk kelompok
yang besar metode nya akan lain dengan metode kelompok yang kecil.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
pendidikan, yaitu :
a. Kelompok Besar
Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang.
Metode-metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain ceramah
atau seminar.
b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode-metode yang
cocok untuk kelompok kecil ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat,
bola salju, kelompok-kelompok kecil, memainkan peran dan permainan
simulasi.
31

3. Metode Pendidikan Massa


Metode pendidikan massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran
pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,
pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi. Pada umumnya, bentuk pendekatan massa ini tidak
langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa. Berikut
ini dijelaskan beberapa contoh metode yang cocok untuk pedekatan massa,
yaitu:
a. Ceramah Umum
b. Pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik televisi
maupun radio.
c. Simulasi, yaitu dialog antara dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau suatu masalah kesehatan di suatu media
massa.
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun
bentuk konsultasi tentang kesehatan dan penyakit.
e. Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk atau lainnya.

2.4.6 Media penyuluhan


Menurut Notoadmodjo (2000), media promosi atau penyuluhan kesehatan
pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media penyuluhan
kesehatan karena alat – alat tersebut digunakan untuk menyampaikan informasi
kesehatan dan mempermudah penerimaan pesan – pesan kesehatan bagi
masyarakat. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan – pesan kesehatan,
media ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:23
a. Media cetak
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan – pesan kesehatan
sangat bervariasi antara lain :
32

 Handbook
Handbook atau buku pegangan adalah jenis buku rujukan yang
berisi ikhtisar pokok bahasan atau subjek tertentu mengenai suatu ilmu
pengetahuan yang dapat digunakan untuk petunjut dalam penerapan
praktik dan memberikan pengajaran. Handbook yang baik memiliki ciri-
ciri antara lain:
1. Kumpulan keanekaragaman informasi dalamsatu atau beebrapa subjek
yang saling berhubungan.
2. Memuat unsur what, why, when dan how.
3. Memuat intruksi-intruksi bimbingan dan informasi
Informasi atau petunjuk praktis mengenai suatu jenis pekerjaan atau
kegiatan kerja suatu alat.
 Leaflet
Leaflet (sering juga disebut pamphlet) merupakan sehelai kertas dari bahan
agak kaku yang mudah dilipat sebagai sarana untuk menginformasi dan
mengkomunikasikan produk, jasa, layanan, proses atau prosedur tertentu.
Ciri-ciri desain leaflet adalah sebagai berikut:
1. Lembaran leaflet terdiri dari dua muka (halaman), yang dirancang
sesuai dengan bentuk lipatan kertas
2. Jumlah lipatan dapat dua, tiga atau empat lipatan
3. Ukuran kertas A4, Folio atau 20 cm x 30cm
4. Informasi yang terkandung dalam leaflet singkat, dan padat. Isi harus
bisa ditangkap dengan sekali baca. Umumnya berisi tulisan 200 –400
kata.
 Flyer (bentuk seperti leaflet tetapi tidak terlipat)
 Flif chart (lembar balik, dimana dalam bentuk buku tiap lembar berisi
gambar peragaan dan kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut)
 Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah
 Foto
 Poster (biasanya ditempel ditembok – tembok, ditempat umum, atau di
kendaraan umum)
33

Poster berbeda dengan media komunikasi lainnya yakni bahwa


poster harus dapat dibaca orang yang sedang bergerak (berkendara atau
berjalan kaki) sedangkan brosur, booklet dirancang untuk dibaca secara
khusus, sambil duduk atau diam sesaat sambil berdiri. Oleh karena itu
poster harus dapat menarik perhatian pembacanya seketika, dan dalam
hitungan detik, pesannya harus dimengerti. Poster yang baik memiliki ciri-
ciri antara lain:
1. Mampu menyampaikan informasi secara cepat
2. Menayangkan ide dan isi yang menarik perhatian
3. Mampu mempengaruhi, membentuk opini/ pandangan
4. Tata letak dan tampilan fisik bersifat eyecatching, yakni menarik
perhatian orang untuk melihat dan membacanya
5. Menerapkan prinsip simplicity (sederhana, ringkas, tidak bertele-tele)
6. Memiliki keseimbangan tata ruang sehingga memberikan pola-pola
simetris tertentu dalam pembagian ruang
7. Sistematis dalam mengarahkan alur baca dari pembaca, sehingga
terdorong untuk menelusuri informasi secara berurutan sesuai dengan
keinginan perancang poster
8. Mampu memberikan penekanan pada ide tertentu yang menjadi ide
pokok atau pesan pokok. Penekanan bisa dicapai dengan membuat
slogan/judul, atau ilustrasi/foto jauh lebih menonjol dari elemen desain
lain Berdasarkan urutan prioritas. Penekanan dapat juga dicapai
dengan pengaturan ukuran teks/gambar, membuat latar belakang yang
kontras dengan tulisan atau gambar, memberikan perbedaan warna
yang mencolok pada teks tertentu, perbedaan jenis huruf, dan
sebagainya
Memiliki kesatuan pesan yang jelas dan terfokus. Beberapa bagian
dalam poster digabung atau dipisah sedemikian rupa sehingga menjadi
kelompok-kelompok informasi. Misalnya nama gedung harus dekat
dengan teks alamat. Ungkapan “tanpa biaya” jangan berjauhan dengan
topik “reformasi birokrasi”, dan sebagainya. Kesatuan dapat dicapai antara
lain dengan mendekatkan beberapa elemen desain, dibuat overlapping,
34

menggunakan bidang kotak/lingkaran, menggunakan garis pemisah, dan


sebagainya.

Kelebihan media cetak :


- Repeatble, dapat dibaca berkali – kali atau mengklipingnya
- Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar – benar mengerti isi
berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang
berpikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
Kekurangan media cetak :
- Lambat. Dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena
media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjasi
kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak.
- Tidak adanya audio, media cetak hanya dalam tulisan saja tidak dapat
didengar.
- Visual yang terbatas. Media cetak hanya dapat memberikan visual
dengan gambar yang terbatas mewakili keseluruhan isi berita.
- Produksi. Biaya produksi yang cukup mahal. Karena media cetak harus
mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.

b. Media elektronik
Media elektrolik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan – pesan atau
informasi kesehatan berbeda – beda jenisnya, antara lain :
 Televisi (sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab, pidato, TV
spot, kuis atau cerdas cermat)
 Radio (obrolan atau tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, dan radio
spot).
 Video.
 Slide.
 Film strip.

Kelebihan media elektrolik :


- Cepat. Dari segi waktu, media elektronik termasuk cepat dalam
menyebarkan berita ke masyarakat.
35

- Audio visual, media elektronik mempunyai media audiovisual untuk


audiennya memahami berita secara luas.

Kekurangan media elektrolik :


- Tidak ada pengulangan, media elektronik tidak mampu mengulang apa
yang sudah ditayangkan.

c. Media papan
Papan atau billboard yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan
pesan atau informasi kesehatan. Media papan ini juga mencakup pesan –
pesan yang ditulis pada lembaran seng ditempel pada kendaraan – kendaraan
umum.

Kelebihan media papan :


- Dapat dilihat dimana saja.
- Merangsang perhatian orang.
- Menghemat waktu dan membiarkan pembaca untuk belajar masalah yang
ada.
- Merangsang partisipasi.

Kekurangan media papan :


- Biaya produksi yang cukup mahal.

2.5 Kerangka Toeri Peningkatan Mutu


Metode yang digunakan pada peningkatan mutu ini melalui metode
Plan, Do, Check and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang
dihadapi (peoblem faced) kearah penyelesaian masalah (problem solning). 12

Ada beberapa tahap yang dilakukan pada PDCA :


1. Plan
a. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pelanggannya dan
harapan pelanggan tersebut melalui analisi suatu proses tertentu.
b. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
36

 pelajari peoses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja


yang terlibat dalam proses tersebut
 teknik yang digunakan: brainstorming
c. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
 menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
 bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami
kinerja dan dinamika proses
 teknik yang digunakan : Observasi
 menggunakan alat ukur seperti kuisioner
d. Fokus pada peluang peningkatan mutu
 pilih salah satu masalah yang akan diselesaikan
 kriteria masalah : menyatakan efek ketidakpuasan,adanya gap
antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat
diukur.
e. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
 menyimpulkan penyebab
 teknik yang digunakan: brainstorming
 alat yang digunakan : fishbone analysis Ishikawa
f. Menemukan dan memilih penyelesaian
 mencari bagian alternative pemecahan masalah
 teknik yang digunakan: brainstorming
2. Do
a. Merencanakan suatu proyek uji coba
 Merencanakan sumber daya manusia,sumber dana dan sebagainya
 Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
b. Melaksanakan Pilot Project
 Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relative
singkat (2 minggu)
3. Check
a. Evaluasi hasil proyek
 Bertujuan untuk efektifitas proyek tersebut
37

 Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang


dikumpulkan dan teknik pengumpulan harus sama)
b. Target yang ingin dicapai 80%
c. Membuat kesimpulan proyek
 Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
 Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
 Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

4. Action
a. Standarisasi perubahan
 Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
 Revisi proses yang sudah diperbaiki
 Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
 Komunikasi pada seluruh staf, pelanggan atas perubahan yang
dilakukan
 Lakukan pelatihan jika perlu
 Mengembangkan rencana yang jelas
 Dokumentasikan proyek
b. Memonitor perubahan
 Memonitor pengukuran dan pengendalianproses secara teratur.

Berikut adalah gambar PDCA cycle yang mempunyai empat tahapan utama yaitu
Plan, Do, Check, Action.

PLAN

PDCA
ACTION DO
cycle

CHECK

Diagram 1. PDCA cycle12


BAB III
MASALAH

3.1 Identifikasi Masalah


3.1.1 Curah Pendapat (Brainstorming)
Masalah yang ditemukan pada penerapan program pencegahan dan pengendalian
infeksi COVID 19 di Puskesmas Pakuan Baru adalah:
1. Kurang nya kesadaran dari petugas kesehatan untuk menerapkan program
pencegahan dan pengendalian infeksi COVID 19 terutama dalam penggunaan
APD (INPUT)
2. APD yang tersedia di Puskesmas Pakuan Baru terbatas (INPUT)
3. Kurangnya pengawasan dan pemantauan terhadap penerapan program pencegahan
dan pengendalian infeksi COVID 19 di Puskesmas Pakuan Baru. (PROSES)
4. Belum ada jadwal sehingga sosialisasi program pencegahan dan pengendalian
infeksi COVID-19 di Puskesmas Pakuan Baru tidak terlaksana (PROSES)
5. Petugas kesehatan tidak menggunakan APD sesuai standar. (OUTPUT)
6. Belum optimalnya sosialisasi tentang program pencegahan dan pengendalian
infeksi COVID 19 serta media informasi yang mendukung pelaksanaan sosialisasi.
(OUTCOME)

3.1.2 Pembuktian Masalah dengan Pengumpulan Data


3.1.2.1 Data Primer
1. Kurang nya kesadaran dari petugas kesehatan untuk menerapkan program
pencegahan dan pengendalian infeksi COVID 19 terutama dalam penggunaan
APD.
Hal ini dibuktikan berdasarkan observasi di puskesmas pakuan baru
menunjukkan terdapatnya hal-hal yang tidak sesuai dengan program
pencegahan dan pengendalian infeksi covid-19, yaitu ditemukannya adanya
petugas kesehatan dan dokter yang tidak menggunakan APD sesuai standar,
penggunaan masker sudah merata akan tetapi tidak semua petugas kesehatan
menggunakan masker bedah ketika melakukan pelayanan kontak langsung

38
39

dengan pasien. Langkah mencuci tangan yang dilakukan terlihat tidak sesuai
prosedur yang berlaku.

2. Belum ada jadwal sehingga sosialisasi program pencegahan dan pengendalian


infeksi COVID-19 di Puskesmas Pakuan Baru tidak terlaksana.
Hal ini dibuktikan berdasarkan wawancara secara langsung dengan petugas
kesehatan di Puskesmas Pakuan Baru bahwa memang tidak ada jadwal tertulis
untuk sosialisasi mengenai program pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID 19 di puskesmas pakuan baru.
3. Belum optimalnya sosialisasi tentang program pencegahan dan pengendalian
infeksi COVID 19 serta media informasi yang mendukung pelaksanaan
sosialisasi..
Hal ini dibuktikan berdasarkan wawancara dengan kepala puskesmas pakuan
baru yang mengatakan belum optimalnya sosialiasi baik secara lisan maupun
tulisan mengenai program pencegahan dan pengendalian infeksi covid-19 di
puskesmas pakuan baru.

3.2 Menentukan Prioritas Masalah


Menentukan prioritas masalah menggunakan teknik scoring PAHO (Pan American
Health Organization). Penentuan nilai prioritas masalah dengan tabel PAHO dapat
dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tabel Tehnik Scoring PAHO Penentuan Prioritas Masalah


NO MASALAH M S V C Total

Kurang nya kesadaran dari petugas kesehatan untuk


1 menerapkan program pencegahan dan pengendalian infeksi 5 5 1 1 12
COVID 19 terutama dalam penggunaan APD

Belum ada jadwal sehingga sosialisasi tentang program


2 pencegahan dan pengendalian infeksi COVID 19 belum 4 3 1 1 9
terlaksana.

Belum optimalnya sosialisasi program pencegahan dan


3 pengendalian infeksi COVID 19 serta media informasi 4 4 2 1 10
yang mendukung pelaksanaan sosialisasi
40

Keterangan :
M (Magnitude) : luasnya masalah
S (Severity) : beratnya kerugian yang timbul
V (Vulnerability) : ketersediaan teknologi
C (Community Concern) : perhatian masyarakat dan politisi

Nilai 1 = tidak ada hubungan Nilai 4 = hubungan erat


Nilai 2 = hubungan lemah Nilai 5 = hubungan sangat erat
Nilai 3 = hubungan cukup
Dari hasil penentuan prioritas dengan menggunakan PAHO tersebut, maka prioritas
masalah sesuai dengan skor penilaian adalah sebagai berikut: “Kurang nya kesadaran dari
petugas kesehatan untuk menerapkan program pencegahan dan pengendalian infeksi
COVID 19 terutama dalam penggunaan APD.”

3.3 Identifikasi Penyebab Masalah


3.3.1 Analisis Penyebab Masalah dengan Diagram Tulang Ikan (Fish Bone)
Untuk menanggulangi suatu masalah, harus diketahui terlebih dahulu sebab
terjadinya masalah tersebut. Salah satu caranya dengan menggunakan diagram tulang
ikan (Fish Bone) atau diagram sebab akibat. Alat bantu ini dapat :
- Melakukan identifikasi sebab-sebab dari suatu masalah.
- Sangat efektif untuk membantu tim dalam mencari akar penyebab suatu masalah.
- Sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi dan memperagakan sebab-sebab
masalah.
Dalam mencari faktor-faktor penyebab masalah dominan dalam permasalahan ini,
maka digunakan diagram Fish Bone :
41

Manusia

Petugas promkes tidak aktif membantu


kepala puskesmas dan dokter poli dalam Lingkungan
mensosialisasikan program pencegahan
dan pengendalian infeksi covid-19 di
Kurangnya kesadaran dari petugas
psukesmas Pakuanbaru. kesehatan untuk menerapkan program
pencegahan dan pengendalian COVID 19
Masih banyak petugas
Belum optimalnya
yang tidak memakai
APD sesuai standar sosialisasi tentang program
pencegahan dan
pengendalian infeksi covid-
19 serta media informasi
Belum ada jadwal penyuluhan program Belum optimalnya media informasi yang yang mendukung
pencegahan dan pengendalian infeksi mendukung pelaksanaan sosialisasi tentang
program pencegahan dan pengendalian pelaksanaan sosialisasi di
covid-19 di psukesmas Pakuanbaru
infeksi covid-19 psukesmas pakuan baru

Persediaan APD
Kurangnya pemantauan dan
yang terbatas
pengawasan terhadap
penerapan program PPI
Bahan
Proses

Diagram 3.1 Diagram analisis tulang ikan (Fishbone Ishikawa Analysis)


42

3.3.1 Mencari Dukungan Data untuk Membuktikan Penyebab Paling Mungkin


menjadi Akar Penyebab
Dukungan data berguna untuk membuktikan penyebab paling mungkin yang menjadi
akar penyebab masalah.
1) Faktor Manusia
- Masih banyak petugas kesehatan yang tidak menggunakan APD sesuai standar
- Petugas promkes tidak aktif untuk membantu dokter dalam mensosialisasikan
program pencegahan dan pengendalian infeksi covid-19 kepada seluruh
petugas kesehatan di Puskesmas Pakuan Baru.
2) Faktor Bahan/Material
- Belum optimalnya media informasi yang mendukung pelaksanaan sosialisasi
tentang program pencegahan dan pengendalian infeksi covid-19 dan media
informasi di Puskesmas Pakuan Baru.
- Persediaan APD yang terbatas di Puskesmas Pakuan Baru
3) Proses
- Belum ada jadwal sehingga sosialisasi program pencegahan dan pengendalian
infeksi COVID-19 di Puskesmas Pakuan Baru tidak terlaksana.
- Kurangnya pengawasan dan pemantauan terhadap penerapan program
pencegahan dan pengendalian infeksi COVID 19 di Puskesmas Pakuan Baru.
4) Lingkungan
- Kurangnya kesadaran dari petugas kesehatan untuk menerapkan program
pencegahan dan pengendalian COVID 19

3.3.3Menentukan Penyebab Masalah Dominan


Dari beberapa akar penyebab, dicari penyebab yang paling dominan. Artinya
dengan menanggulangi penyebab yang paling dominan, sebagian besar masalah sudah
dapat dipecahkan.
Karena itu, dilakukan urutan dominan dengan cara diskusi, adu argumentasi, dan
justifikasi antar anggota tim pemecah masalah untuk menentukan penyebab yang paling
dominan dan didapatkan hasil bahwa penyebab yang paling dominan yaitu “Belum
optimal nya sosialisasi tentang program pencegahan dan pengendalian infeksi COVID 19
serta media informasi yang mendukung pelaksanaan sosialisasi di puskesmas pakuan
43

baru”. Hal ini terbukti dengan kurangnya pemahaman petugas kesehatan tentang program
PPI sehingga masih banyak penggunaan APD yang tidak sesuai standar. Pentingnya
dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman petugas kesehatan akan
pentingnya penerapan program PPI terutama penggunaan APD di masa pandemi COVID
19 ini.
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH, PRIORITAS, DAN USULAN KEGIATAN UNTUK
PEMECAHAN MASALAH

4.1 Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah ditemukan penyebab masalah yang dominan, maka tahap berikutnya adalah
mencari cara penanggulangan yang terbaik

Tabel 4.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penyelesaiannya


Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

Belum Kurang nya kesadaran dari petugas 1. Mengaktifkan kembali petugas promkes untuk
optimalnya kesehatan untuk menerapkan program mensosialisasikan program pencegahan dan
sosialisasi pencegahan dan pengendalian infeksi pengendalian infeksi covid-19, dengan topik
COVID 19 terutama dalam sosialisasi yang berbeda-beda.
program
penggunaan APD 2. Merekomendasikan puskesmas Pakuanbaru
pencegahan untuk menetapkan secara tertulis jadwal
dan sosialisasi tentang program pencegahan dan
pengendalian pengendalian infeksi covid-19 di pusekesmas
infeksi Pakuanbaru minimal 2 hingga 6 bulan sekali.
COVID 19 3. Mengadakan pembuatan poster, pamflet dan
serta media video tentang program pencegahan dan
pengendalian infeksi covid-19 di puskesmas
informasi
pakuan baru yang dapat dipublikasikan di akun
yang media sosial puskesmas seperti Instagram dan
mendukung Facebook
pelaksanaan 4. Mengadakan sosialisasi menggunakan metode
sosialisasi. ceramah – tanya jawab tentang program
pencegahan dan pengendalian infeksi covid-19
di puskesmas pakuan baru

4.2 Rencana Penerapan


4.2.1 Rencana Usulan Kegiatan

Tabel 4.2 Bagan Rencana Penerapan Pemecahan Penyebab Masalah


No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Pelaksana Biaya Tar-get

1 Mengaktifkan Tersedia tenaga Seluruh Sebelum Kepala Tidak ada 100%


petugas promkes terlatih yang petugas kegiatan puskesmas biaya
untuk ditunjuk untuk kesehatan di sosialisasi
mensosialisasikan membantu
puskesmas terlaksana
program kepala
pencegahan dan puskesmas pakuan baru
pengendalian Pakuanbaru dan
infeksi covid-19, dokter poli
dengan topik dalam
sosialisasi yang mensosialisasik
berbeda-beda. an program
pencegahan dan

44
45

pengendalian
infeksi covid-19
di Puskesmas
pakuan baru.
Sebelum Penanggung Tidak ada
Menetapkan secara Terjadwalnya kegiatan jawab biaya 100%
2 tertulis jadwal sosialisasi Puskesmas sosialisasi program PPI
sosialisasi tentang berkala minimal pakuan baru terlaksana
program 2 hingga 6 bulan
pencegahan dan sekali tentang
pengendalian program
infeksi covid-19 di pencegahan dan
pusekesmas pengendalian
Pakuanbaru infeksi covid-19
minimal 2 hingga 6 di pusekesmas
bulan sekali. Pakuanbaru
dengan topik
yang bervariasi.

Mengadakan Tersedianya Sebelum 100 %


3 pembuatan poster, media informasi Seluruh kegiatan Dokter Tidak ada
pamflet, handbook berupa poster, petugas sosialisasi Internsip biaya
dan video tentang pamflet kesehatan terlaksana
program handbook dan
puskesmas
pencegahan dan video tentang
pengendalian program pakuan baru
infeksi covid-19 di pencegahan dan
puskesmas pakuan pengendalian
baru yang infeksi covid-19
dipublikasikan di di pusekesmas
akun media sosial Pakuanbaru
puskesmas seperti
instagram dan
facebook.

100%
4 Mengadakan Tenaga Seluruh Petugas
sosialisasi kesehatan petugas Setiap 2-6 penanggung Tidak ada
menggunakan puskesmas kesehatan bulan jawab biaya
metode ceramah – memiliki puskesmas sekali program PPI
tanya jawab tentang pengetahuan pakuan baru atau dokter
program tentang Internsip
pencegahan dan pentingnya
pengendalian menerapkan
infeksi covid-19 di program
puskesmas pakuan pencegahan dan
baru pengendalian
infeksi covid-19
di pusekesmas
Pakuanbaru.
46

4.3 Penerapan dan Monitoring


Tim pelaksana dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
disepakati. Selama pelaksanaan, perlu dilakukan monitoring untuk melihat seberapa jauh
kegiatan sudah dilaksanakan dan seberapa jauh indikator keberhasilan telah dicapai.

Tabel 6.4 Monitoring pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah


No Kegiatan Indikator Standar Hasil Ket

1 Mempersiapkan materi Materi sosialisasi dan Terlaksana Sosialisasi Terlaksana


sosialisasi dan petugas petugas telah siap terlaksana 100 %
yang akan memberikan
penyuluhan

2. Melakukan kegiatan Meningkatnya Meningkatnya Petugas Terlaksana


sosialisasi kepada kepada kesadaran para angka kesehatan 100 %
petugas kesehatan tentang petugas kesehatan penggunaan menggunakan
program PPI covid 19 untuk menerapkan APD sesuai APD sesuai
program PPI standar di masa standar.
pandemi covid
19
3. Membuat poster, leaflet,
1.dan video tentang Mengaktifkan akun Terlaksana Video dan Terlaksana
sosial media poster telah 100%
program pencegahan dan puskesmas agar materi diupload di
pengendalian infeksi lebih mudah dipahami akun sosial
covid-19 di puskesmas media
pakuan baru yang puskesmas, dan
dipublikasikan di akun beberapa leaflet
telah dicetak
media sosial puskesmas
dan dapat
seperti instagram dan dibagikan agar
facebook. dibaca.

6.5 Evaluasi
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Membandingkan frekuensi / tingkat masalah atau sebab masalah sebelum
intervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat menggunakan Bar Chart
atau
47

b. Menggunakan Format Evaluasi yang telah disediakan:

Deskripsi keadaan Deskripsi keadaan


No Intervensi
sebelum intervensi sesudah intervensi
1. Petugas promkes tidak aktif Petugas promkes Aktifnya petugas
untuk membantu kepala mensosialisasikan promkes untuk
puskesmas dalam program pencegahan mensosialisasikan
mensosialisasikan standar dan pengendalian program pencegahan
program pencegahan dan infeksi covid-19 dan pengendalian
pengendalian infeksi covid- dipuskesmas infeksi covid-19
19 dipuskesmas pakuanbaru pakuanbaru
pakuanbaru
2. Belum ada jadwal Merekomendasikan Telah dibuat dan
penyuluhan program penjadwalan sosialisasi diterimanya
pencegahan dan tentang program rekomendasi
pencegahan dan
pengendalian infeksi covid- penjadwalan sosialisasi
pengendalian infeksi
19 yang dapat diikuti secara covid-19 dipuskesmas tentang program
periodik oleh tenaga pakuanbaru pencegahan dan
kesehatan di puskesmas pengendalian infeksi
pakuanbaru. covid-19 dipuskesmas
pakuanbaru
3. Belum optimalnya media Mengadakan pembuatan Telah dilakukan
informasi yang poster, pamflet dan pemberian poster,
mendukung pelaksanaan video tentang program pamflet dan video
sosialisasi program pencegahan dan tentang program
pencegahan dan pengendalian infeksi pencegahan dan
pengendalian infeksi covid-19 dipuskesmas pengendalian infeksi
covid-19 dipuskesmas pakuanbaru yang dapat covid-19 dipuskesmas
pakuanbaru. dipublikasikan di akun pakuanbaru dan telah di
media sosial puskesmas unggah di akun media
seperti Instagram dan sosial puskesmas seperti
Facebook Instagram dan Facebook
4. Kurangnya penerapan Mengadakan sosialisasi Telah dilakukan
tentang pencegahan dan menggunakan metode penyuluhan kepada
pengendalian infeksi covid- ceramah – tanya jawab tenaga kesehatan yang
19 sesuai standar di tentang program bekerja dipuskesmas
puskesmas pakuanbaru pencegahan dan pakuanbaru di aula
pengendalian infeksi pertemuan puskesmas
covid-19 di puskesmas pakuanbaru
pakuanbaru

Anda mungkin juga menyukai