PENDAHULUAN
1
2
angka postif terbanyak di seluruh kabupaten kota di Provinsi Jambi, dimana kasus konfirmasi
positif berjumlah 445 kasus, disusul muaro Jambi dengan total kasus konfirmasi positif
berjumlah 140 kasus.
Semakin meningkatnya kejadian penularan infeksi covid19 di Kota Jambi dan begitu
besarnya manfaat untuk pencegahan penularan infeksi covid19 menjadi latar belakang
peniliti untuk membuat penelitian berjudul gambaran pengetahuan dan penerapan dengan
adanya program sosialisasi pengendalian dan pencegahan infeksi covid19 pada tenaga
kesehatan di Puskesmas Pakuan Baru.
2.1. COVID 19
2.1.1 Definisi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
2.1.2 Epidemiologi
Penyakit COVID 19 ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Pada
tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa
penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi
nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2).
Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan COVID-19
sebagai KKMM D/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian kasar
bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang terpengaruh,
perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium.
Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia melaporkan 2 kasus yang
terkonfirmasi COVID-19, kemudian pada tanggal 3 Maret 2020 dilaporkan 90.870
kasus konfirmasi di 72 negara dengan 3.112 kematian (CFR 3,4%). Diantara
kasus-kasus tersebut, terdapat beberapa petugas kesehatan yang terinfeksi. Pada
tanggal 11 Maret 2020 WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi.
2.1.3 Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen. Secara umum, virus korona memiliki struktur sampul yang
melingkupi materi genetik. Pada sampul terdapat berbagai protein dengan
4
5
berbagai fungsi, salah satunya berikatan dengan reseptor membran sel sehingga
dapat masuk sel. Struktur sampul dan protein ini menyerupai mahkota atau crown
sehingga virus ini dinamai virus korona atau coronavirus. Karena struktur sampul
yang bersifat hidrofobik ini pulalah ketika diperlukan sabun atau handrub dengan
kandungan alkohol minimal 60%. Sabun atau alkohol 60% dapat berikatan dengan
kapsul dan memecah struktur virus.
a) Kewaspadaan Standar
Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas)
komponen utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan
standar, yaitu kebersihan tangan, alat pelindung diri (APD), dekontaminasi
peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan pasien,
7
hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman dan praktik
lumbal pungsi yang aman.
Kesebelas kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan, sebagai berikut:
1. Jenis-Jenis APD
a. Sarung tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
⁻ Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan
invasif atau pembedahan.
⁻ Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin.
⁻ Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.
b. Masker
1. Masker Kain
Masker kain dapat digunakan untuk mencegah penularan dan
mengantisipasi kelangkaan masker yang terjadi. Efektivitas penyaringan
pada masker kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan kerapatan
tenun kain yang dipakai. Masker kain perlu dicuci dan dapat dipakai
berkali-kali.
Penggunaan masker kain dapat digunakan untuk :
a. Bagi masyarakat sehat
Digunakan ketika berada di tempat umum dan fasilitas lainnya dengan
tetap menjaga jarak 1-2 meter.
b. Bagi tenaga medis
Masker kain tidak direkomendasikan sebagai APD (Alat Pelindung
Diri) untuk tingkat keparahan tinggi karena sekitar 40-90% partikel
13
Masker setingkat N95 yang sesuai dengan standar WHO dan dilapisi
oleh masker bedah dapat digunakan selama 8 jam dan dapat dibuka dan
ditutup sebanyak 5 kali. Masker tidak dapat digunakan kembali jika
pengguna masker N95 sudah melakukan tindakan yang menimbulkan
aerosol.
Melepas Masker
⁻ Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi - JANGAN
SENTUH.
⁻ Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/karet bagian atas.
⁻ Buang ke tempat limbah infeksius.
c. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari
kemungkinan paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi
atau melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan APD Kementerian Kesehatan,
maka penggunaan coverall diutamakan sebagai perluasan area perlindungan
petugas dalam masa wabah COVID-19.
Bahan gaun yang digunakan kembali (reusable) terbuat dari polyester
atau kain katun-polyester. Gaun yang terbuat dari kain ini dapat dicuci dengan
aman sesuai prosedur rutin dan digunakan kembali. Prosedur pencucian yang
16
e. Sepatu Pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas
dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak
18
boleh berlubang agar berfungsi optimal. Jenis sepatu pelindung seperti sepatu
boot atau sepatu yang menutup seluruh permukaan kaki.
f. Topi Pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-
alat/daerah steril atau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari
pasien.
Gambar 12. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 1
20
Gambar 13. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 2
Gambar 14. Rekomendasi APD bagi Tenaga Medis dan Paramedis Tingkat 3
21
D. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
(1) Lakukan prosedur pembersihan dan desinfeksi secara rutin sekitar
lingkungan dengan cara mengelap seluruh permukaan lingkungan
ruangan dan pengepelan lantai ruangan dengan menggunakan cairan
detergen kemudian bersihkan dengan air bersih selanjutnya
menggunakan klorin 0.05 %. Cairan pembersih harus diganti setelah
digunakan di area perawatan pasien COVID-19.
(2) Aplikasi desinfektan ke permukaan lingkungan secara rutin di dalam
ruangan dengan penyemprotan atau fogging tidak direkomendasikan
22
E. PENGELOLAAN LIMBAH
Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/pemusnahan.
1) Identifikasi jenis limbah :
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik,
limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan
limbah radioaktif.
2) Pemisahan Limbah
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain :
- Limbah infeksius : Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning.
- Limbah non-infeksius : Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan
tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
- Limbah benda tajam : Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan
kedalam wadah tahan tusuk dan air.
- Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair
(spoelhoek).
F. PENATALAKSANAAN LINEN
- Semua linen di ruang perawatan COVID-19 dianggap infeksius yang
dibagi menjadi dua yaitu linen kotor tidak ternoda darah atau cairan tubuh
dan linen ternoda darah atau cairan tubuh.
- Pisahkan linen kotor ternoda darah dan cairan tubuh dengan linen kotor
tanpa noda darah dan cairan tubuh, masukan kewadah infeksius yang
tertutup dan diberi label. Semua linen harus dikemas (dimasukan dalam
plastik infeksius) didalam ruang perawatan pasien
- Ganti linen setiap satu atau dua hari atau jika kotor dan sesuai dengan
kebijakan rumah sakit
- Linen harus ditangani dan diproses khusus untuk mencegah kontak
langsung dengan kulit dan membaran mukosa petugas, mengkontaminasi
pakaian petugas dan lingkungan
- Gunakan APD yang sesuai dengan risiko saat menangani linen infeksius
- Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak bercampur dengan
peralatan lainnya
H. PENEMPATAN PASIEN
Penempatan pasien termasuk di sini penyesuaian alur guna menempatkan
pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius. Disamping itu, penempatan
pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet,
airbone) sebaiknya ruangan tersendiri.
5. Pintu masuk adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan.
Virus COVID-19 melalui saluran napas, hidung, mulut, dan mata.
6. Pejamu rentan adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat
mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis.
2.4 Sosialisasi
2.4.1 Definisi
Sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal
cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta
secara efektif dalam masyarakat.8 Tanpa mengalami proses sosialisasi yang
memadai tidak mungkin seorang warga masyarakat akan dapat hidup normal tanpa
menjumpai kesulitan dalam masyarakat. jelas, bahwa hanya dengan menjalani
proses sosialisasi yang cukup banyak sajalah seorang individu warga masyarakat
akan dapat meyesuaikan segala tingkah pekertinya dengan segala keharusan
norma-norma sosial.8
Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari suatu generasi ke generasi lainnya dalam suatu kelompok masyarakat.
Sosialisasi berfungsi agar seorang individu dapat diterima dimasyarakat dan
28
tercipta suatu aturan social dalam masyarakat itu sendiri. 9 Dalam proses sosialisasi
terjadi 3 proses yaitu : 9
1. Belajar kebiasaan dan aturan tersebut
2. Internalisasi, menjadikan kebiasaan dan aturan tersebut sebagai milik diri
3. Enkulturasi, yaitu membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan
kebiasaan dan aturan yang telah dimiliki tadi.
Sosialisasi dalam penjaman makanan merupakan suatu proses belajar atau
mengetahui mengenai kebiasaan dan aturan ditempat kerja agar penjamah
makanan tersebut kelak mampu menjadikannya sebagai tindakan dan perilakunya
sehingga mampu meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan
tempatnya bekerja. Media yang digunakanan dalam sosialisasi antara lain:
Handbook
Handbook atau buku pegangan adalah jenis buku rujukan yang
berisi ikhtisar pokok bahasan atau subjek tertentu mengenai suatu ilmu
pengetahuan yang dapat digunakan untuk petunjut dalam penerapan
praktik dan memberikan pengajaran. Handbook yang baik memiliki ciri-
ciri antara lain:
1. Kumpulan keanekaragaman informasi dalamsatu atau beebrapa subjek
yang saling berhubungan.
2. Memuat unsur what, why, when dan how.
3. Memuat intruksi-intruksi bimbingan dan informasi
Informasi atau petunjuk praktis mengenai suatu jenis pekerjaan atau
kegiatan kerja suatu alat.
Leaflet
Leaflet (sering juga disebut pamphlet) merupakan sehelai kertas dari bahan
agak kaku yang mudah dilipat sebagai sarana untuk menginformasi dan
mengkomunikasikan produk, jasa, layanan, proses atau prosedur tertentu.
Ciri-ciri desain leaflet adalah sebagai berikut:
1. Lembaran leaflet terdiri dari dua muka (halaman), yang dirancang
sesuai dengan bentuk lipatan kertas
2. Jumlah lipatan dapat dua, tiga atau empat lipatan
3. Ukuran kertas A4, Folio atau 20 cm x 30cm
4. Informasi yang terkandung dalam leaflet singkat, dan padat. Isi harus
bisa ditangkap dengan sekali baca. Umumnya berisi tulisan 200 –400
kata.
Flyer (bentuk seperti leaflet tetapi tidak terlipat)
Flif chart (lembar balik, dimana dalam bentuk buku tiap lembar berisi
gambar peragaan dan kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut)
Rubrik atau tulisan – tulisan pada surat kabar atau majalah
Foto
Poster (biasanya ditempel ditembok – tembok, ditempat umum, atau di
kendaraan umum)
33
b. Media elektronik
Media elektrolik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan – pesan atau
informasi kesehatan berbeda – beda jenisnya, antara lain :
Televisi (sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab, pidato, TV
spot, kuis atau cerdas cermat)
Radio (obrolan atau tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, dan radio
spot).
Video.
Slide.
Film strip.
c. Media papan
Papan atau billboard yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan
pesan atau informasi kesehatan. Media papan ini juga mencakup pesan –
pesan yang ditulis pada lembaran seng ditempel pada kendaraan – kendaraan
umum.
4. Action
a. Standarisasi perubahan
Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
Revisi proses yang sudah diperbaiki
Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
Komunikasi pada seluruh staf, pelanggan atas perubahan yang
dilakukan
Lakukan pelatihan jika perlu
Mengembangkan rencana yang jelas
Dokumentasikan proyek
b. Memonitor perubahan
Memonitor pengukuran dan pengendalianproses secara teratur.
Berikut adalah gambar PDCA cycle yang mempunyai empat tahapan utama yaitu
Plan, Do, Check, Action.
PLAN
PDCA
ACTION DO
cycle
CHECK
38
39
dengan pasien. Langkah mencuci tangan yang dilakukan terlihat tidak sesuai
prosedur yang berlaku.
Keterangan :
M (Magnitude) : luasnya masalah
S (Severity) : beratnya kerugian yang timbul
V (Vulnerability) : ketersediaan teknologi
C (Community Concern) : perhatian masyarakat dan politisi
Manusia
Persediaan APD
Kurangnya pemantauan dan
yang terbatas
pengawasan terhadap
penerapan program PPI
Bahan
Proses
baru”. Hal ini terbukti dengan kurangnya pemahaman petugas kesehatan tentang program
PPI sehingga masih banyak penggunaan APD yang tidak sesuai standar. Pentingnya
dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman petugas kesehatan akan
pentingnya penerapan program PPI terutama penggunaan APD di masa pandemi COVID
19 ini.
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH, PRIORITAS, DAN USULAN KEGIATAN UNTUK
PEMECAHAN MASALAH
Belum Kurang nya kesadaran dari petugas 1. Mengaktifkan kembali petugas promkes untuk
optimalnya kesehatan untuk menerapkan program mensosialisasikan program pencegahan dan
sosialisasi pencegahan dan pengendalian infeksi pengendalian infeksi covid-19, dengan topik
COVID 19 terutama dalam sosialisasi yang berbeda-beda.
program
penggunaan APD 2. Merekomendasikan puskesmas Pakuanbaru
pencegahan untuk menetapkan secara tertulis jadwal
dan sosialisasi tentang program pencegahan dan
pengendalian pengendalian infeksi covid-19 di pusekesmas
infeksi Pakuanbaru minimal 2 hingga 6 bulan sekali.
COVID 19 3. Mengadakan pembuatan poster, pamflet dan
serta media video tentang program pencegahan dan
pengendalian infeksi covid-19 di puskesmas
informasi
pakuan baru yang dapat dipublikasikan di akun
yang media sosial puskesmas seperti Instagram dan
mendukung Facebook
pelaksanaan 4. Mengadakan sosialisasi menggunakan metode
sosialisasi. ceramah – tanya jawab tentang program
pencegahan dan pengendalian infeksi covid-19
di puskesmas pakuan baru
44
45
pengendalian
infeksi covid-19
di Puskesmas
pakuan baru.
Sebelum Penanggung Tidak ada
Menetapkan secara Terjadwalnya kegiatan jawab biaya 100%
2 tertulis jadwal sosialisasi Puskesmas sosialisasi program PPI
sosialisasi tentang berkala minimal pakuan baru terlaksana
program 2 hingga 6 bulan
pencegahan dan sekali tentang
pengendalian program
infeksi covid-19 di pencegahan dan
pusekesmas pengendalian
Pakuanbaru infeksi covid-19
minimal 2 hingga 6 di pusekesmas
bulan sekali. Pakuanbaru
dengan topik
yang bervariasi.
100%
4 Mengadakan Tenaga Seluruh Petugas
sosialisasi kesehatan petugas Setiap 2-6 penanggung Tidak ada
menggunakan puskesmas kesehatan bulan jawab biaya
metode ceramah – memiliki puskesmas sekali program PPI
tanya jawab tentang pengetahuan pakuan baru atau dokter
program tentang Internsip
pencegahan dan pentingnya
pengendalian menerapkan
infeksi covid-19 di program
puskesmas pakuan pencegahan dan
baru pengendalian
infeksi covid-19
di pusekesmas
Pakuanbaru.
46
6.5 Evaluasi
Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat memecahkan masalah. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Membandingkan frekuensi / tingkat masalah atau sebab masalah sebelum
intervensi dan sesudah intervensi. Untuk itu dapat menggunakan Bar Chart
atau
47