Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1 & 2 FILSAFAT ILMU

COVID 19 & SINOVAC DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU

OLEH:
BAIQ KHUWAILIDA KARTIKASARI
NIM. 052114153014

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU FARMASI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
TUGAS 1 FILSAFAT ILMU

Nama : Baiq Khuwailida Kartikasari


NIM : 052114153014

Tugas 1
Pertanyaan Filsafatis tentang “pandemic Covid-19” adalah bagaimana, mengapa, ke mana,
dan apa hakekat “pandemic Covid-19”
Jawablah pertanyaan filsafatis tentang “pandemic Covid-19” tersebut diatas sehingga akan
diperoleh pengetahuan yang mendalam, menyeluruh dari berbagai sudut pandang dan cara
berfikir filsafatis, yaitu : Sistematis, Konsepsional, Koheren, dan Sinoptik tentang “pandemic
covid-19”

Jawab:
Sejak munculnya corona virus disease 2019 (Covid-19) pada akhir tahun 2019 di wilayah
Cina, virus ini telah menyebar ke seluruh negara di dunia, dengan jumlah paparan yang
sangat tinggi dan tingkat kematian yang cukup banyak termasuk di Indonesia. Dari
penyebaran yang sangat cepat tersebut memaksa berbagai negara untuk melakukan terobosan
dalam menghadapai penyebaran salah satunya dengan pembatasan sosial berskala besar.
Apa itu Pandemi Covid-19?
Pandemi didefinisikan sebagai penyakit menular yang terjadi di seluruh dunia, atau di
wilayah yang sangat luas, melintasi batas internasional dan mempengaruhi sejumlah besar
orang (Agung, 2020).
Novel coronavirus adalah varian baru dari coronavirus. Penyakit ini disebabkan oleh
novel coronavirus yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Tiongkok, diberi nama
coronavirus disease 2019 (COVID-19). CO berasal dari kata corona, VI berasal dari kata
virus, dan D berasal dari kata disease (penyakit). Sebelumnya penyakit ini disebut dengan
2019 novel-coronavirus atau 2019-nCoV (Unicef Indonesia, 2021).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2
merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Jadi pandemic covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh corona
virus yang ditemukan pada tahun 2019 dan melanda seluruh dunia. Gejala-gejala COVID-19
yang paling umum adalah demam, batuk kering, lelah dan sesak. Gejala lainnya yang lebih
jarang dan mungkin dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman,
ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami
biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi
tetapi hanya memiliki gejala ringan (WHO South-East Asia Indonesia, 2021). Masa inkubasi
rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.
Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan
syok septik, gagal multiorgan, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat
kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker
berisiko lebih besar mengalami keparahan (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Bagaimana penyebaran Covid-19?


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan
Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Adapun,
hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Berdasarkan
bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan
batuk/bersin (droplet). Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang
kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19 (Kemenkes
RI, 2020).
COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang
lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Penularan droplet terjadi ketika seseorang
berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan
(misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung)
atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang
terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus
COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak
tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi
(Kementerian Kesehatan RI, 2020)
Di awal munculnya virus ini dianggap disebabkan oleh hewan namun lambat laun
hipotesa bergeser pada proses pesebaran yang dilakukan melalui kontak antar individu
manusia, sehingga dalam sekejap wabah ini telah menjadi pandemi dengan menjangkiti
banyak negara di seluruh belahan dunia. Penyeberannya yang masif dan cepat bahkan ke
hampir di seluruh belahan dunia membuat banyak negara ketar-ketir melindungi warganya,
karena dalam pesebarannya virus ini memiliki masa inkubasi 14 hari untuk menyebarkan ke
penderita dengan tidak memiliki gejala, dan kemudian ditularkan kembali ke penderita lain
(Choirunnisa, 2020).
Selanjutnya virus ini akan menyerang seseorang dengan tingkat imun rendah,
sehingga banyak penderitanya merupakan orang lanjut usia yang sudah memiliki riwayat
masalah medis bawaan seperti diabetes, jantung maupun darah tinggi sebelumnya. Masa
inkubasi yang panjang dan proses transmisi yang pre-simtomatik, membuat penyebarannya
cepat dan tak terkendali, sehingga virus ini dengan sangat mudah tersebar ke hampir seluruh
dunia. Masalah demografi diyakini juga sebagai penyumbang meningkatnya mortalitas akibat
pesebaran virus ini diberbagai negara (Choirunnisa, 2020).

Mengapa bisa terjadi Covid-19?


Pandemic covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh corona virus
yang ditemukan pada tahun 2019 dan melanda seluruh dunia. Penyakit ini dapat menyebar
melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. COVID-19
utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak
dekat melalui droplet.
Salah satu sifat dasar manusia adalah bersifat social yang berarti manusia mempunyai
kebutuhan bersosial dengan manusia lainnya. Penyebaran COVID-19 disebabkan karena
manusia mempunyai kebutuhan interaksi yang tinggi, oleh karena itu penyebaran dapat
terjadi begitu cepat sebagai akibat dari kegiatan interaksi tersebut, serta akibat dari kurangnya
pencegahan saat berinteraksi tersebut. Sebagai akibat dari COVID-19 yang memaksa
manusia untuk menjaga jarak dimana ini secara langsung bertentangan dengan kehidupan
normal biasanya. Kebiasaan untuk menggunakan pelindung diri berupa masker merupakan
hal yang sangat sulit karena manusia dipaksa untuk mempunyai kebiasaan baru dengan
beradaptasi dengan keadaan pandemic covid19. Kebiasaan manusia modern yang bergantung
pada materi dengan mengesampingkan hidup sehat juga menjadi salah satu penyebab
penyebaran COVID-19 terjadi. Penggunaan masker untuk mencegah penyebaran COVID-19
menjadikan ketersediaan masker menjadi bagian dari kebutuhan pokok, karena sebelumya
masyarakat menilai kebutuhan pokok berupa makanan/sandang, pangan dan tempat tinggal.
Dari sisi kebijakan pemerintah terjadi kurangnya antisipasi dalam menghadapi
COVID-19 karena kurangnya keseriusan, kemauan dan pengetahuan tentang COVID-19. Hal
ini terlihat dari kebijakan yang berubah-ubah dan kurang optimalnya penanganan. Dikaitkan
dengan anggaran, COVID-19 yang sebelumnya tidak dianggap akan terjadi dan berlangsung
lama sehingga anggaran pun belum menyentuh penanganan pandemic secara merata.
Sehingga kebijakan atau model penanganannya belum optimal. Pandemic atau penyebaran
yang luas terutama di daerah perkotaan disebabkan karena keadaan social dan padatnya
pemukiman masyarakat sehingga pandemic tidak bisa dibendung.
Wabah ini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Virus ini sempat
membuat semua kegiatan sehari-hari manusia terhambat. Karantina saja mungkin tidak cukup
untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 ini, dan dampak global dari infeksi virus ini
adalah salah satu yang semakin memprihatinkan. Pemerintah Indonesia telah melakukan
banyak langkah-langkah dan kebijakan untuk mengatasi permasalahan pandemic ini. Salah
satu langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah yaitu mensosialisasikan gerakan Social
Distancing untuk masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan
pandemi COVID-19 ini karena langkah tersebut mengharuskan masyarakat menjaga jarak
aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan
orang lain serta menghindari pertemuan massal. Namun, pada kenyataannya langkah-langkah
tersebut tidak disikapi dengan baik oleh masyarakat, sehingga jumlah kasus terus meningkat.
Di samping itu, pelayanan kesehatan di Indonesia dan SDM Kesehatan yang ada dalam
menangani kasus pandemic covid-19 ini juga belum memadai sedangkan kasus terus
melonjak naik (Putri, 2020).
Kemana selanjutnya perkembangan Covid-19?
Dalam perkembangan selanjutnya belum diketahui sampai kapan pandemic ini akan
berlangsung baik di Indonesia mapun di negara lain di dunia. Hal ini dikarenakan belum
ditemukannya obat yang secara spesifik untuk menangani COVID-19. Namun dapat
dilakukan perubahan dalam perilaku masyarakat sebagai upaya untuk mencegah penularan
dan penyebaran COVID-19 antara lain :
1. Menjaga jarak fisik dengan orang lain minimal 1 meter
2. Memakai masker ketika berada di luar lingkungan pribadi
3. Mencuci tangan dengan teratur secara menyeluruh baik menggunakan sabun maupun
sanitizer
4. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut tanpa cuci tangan terlebih dahulu
5. Menjauhi kerumunan
6. Membatasi mobilitas diluar rumah
7. Menjalankan etika batuk dan bersin dengan cara menutup mulut dan hidung dengan
tissue
Selain upaya tersebut, vaksinasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk mencegah COVID-19 walaupun tidak melindungi secara keseluruhan. Dengan
vaksinasi setidaknya gejala berat bisa diminimalisir apabila terpapar COVID-19. Dalam
perkembangannya telah ditemukan berbagai macam vaksin untuk pencegahan COVID-19.

Apa hakikat pandemic COVID-19?


Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang selalu belajar. Hakikat manusia selalu
berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya. Manusia secara individu tidak pernah
menciptakan dirinya, namun ia dapat menentukan jalan hidup dan eksistensinya. Pergelutan
dan paradoks manusia dalam menghadapi pandemi covid-19 menuntut manusia untuk tahu
dan berpikir kritis. Rasa ingin tahu dan berpikir kritis tersebut mendorong manusia untuk
mencari tahu cara pencegahan pandemi covid-19 agar diri dan orang-orang di sekitarnya
tidak terpapar virus tersebut. Di sisi lain, juga berpikir kritis bagaimana mempertahankan
hidup. Manusia dituntut untuk berpikir kritis mencari solusi atas kesulitan hidup yang
semakin menghimpit karena masalah ekonomi (Hasudungan Sidabutar, 2020).
Tuntutan berpikir kritis di tengah kesulitan dan ancaman pandemi covid-19 tentu
tidak mudah. Godaan-godaan pikiran negatif justru menghadang di depan mata. Apalagi
ditambah munculnya paradoks-paradoks manusia yang bertebaran di media sosial. Pendapat-
pendapat negatif seputar bahaya pandemi covid-19 membuat manusia semakin mengalami
kegelisahan dan ketakutan. Belum lagi masalah dan kasus pengangguran semakin meningkat
oleh karena dampak pemutusan kerja. Untuk itu, pergelutan hidup yang terjadi oleh karena
pandemi covid-19 menuntut manusia untuk berpikir kritis dalam mengatasinya untuk
bertahan hidup (Hasudungan Sidabutar, 2020).
COVID-19 ini hadir sebagai suatu kondisi untuk menghentikan hasrat manusia yang
cenderung rakus dan berlebih-lebihan. Sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, sains
dan ilmu pengetahuan yang manusia kuasai nyatanya berdampak sangat mengerikan bagi
kerusakan alam dan eksploitasi berlebihan. Alih-alih membawa kebaikan, teknologi dan ilmu
pengetahuan berubah menjadi kutukan. Apa lacur, kini penguasaan lahan hutan, tambang,
dan pantai hanya dikuasai oleh sedikit pemodal. Akibatnya, pembakaran lahan menyebabkan
balita terpapar pada penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), penambangan merusak
lingkungan, dan industri semen mengganggu keseimbangan lingkungan karena serapan air
terhambat. Pesatnya perkembangan otomotif justru menyebabkan kemacetan dan polusi
menjadi nafas hidup sehari-hari.
Inilah waktunya bagi manusia untuk berefleksi serta mengingat kembali perjalan
manusia sapiens yang telah berlangsung ribuan tahun. Perjalanan yang selalu berdampingan
dengan ilmu pengetahuan (karena inilah yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya) seharusnya mengantarkan pada kesadaran. Kesadaran lain bahwa kepongahan
manusia menundukkan alam adalah fatamorgana dan kenyataannya bahwa alam kini berbalik
meluapkan amarahnya akibat dari kepongahan manusia sendiri. Dan yang paling mengerikan
adalah dampak dari kepongahan yang mungkin dilakukan tidak oleh semua manusia namun
nyatanya dampak tersebut juga akan dirasakan oleh manusia lain yang tidak berdosa (Desi
Ratnasari S, 2021).
Manusia dan ilmu pengetahuan, seperti dua hal dalam satu koin yang saling melekat.
Namun perjalanan keduanya berjalan tanpa arah. Disinilah ada sesuatu yang hilang. Di saat
pandemic ini dimana alam sedikit pulih, manusia dapat merenungkan kembali sesuatu yang
hilang tersebut. Sesuatu yang dapat menjadi benteng terakhir dari ke-absurd-an dan ke-
chaos-an dunia akibat dari ulah tangan manusia sendiri. Sesuatu tersebut adalah iman,
keimanan kepada Tuhan. Manusia dan ilmu pengetahuan akan berjalan etis dengan
menggunakan kompas keimanan. Dengan demikian ilmu pengetahuan akan menghantarkan
manusia pada hakikat tertinggi kemanusiaan yaitu sebagai ‘Abdullah dan Khalifatullah (Desi
Ratnasari S, 2021).

Daftar Pustaka
Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Psikologi Sosial.
Buletin Ilmiah Psikologi, 68-84.
Choirunnisa, S. (2020). Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dalam Perspektif Filsafat Ilmu.
Justitia : Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora, Vol. 7 No.3.
Desi Ratnasari S, S. (2021, 11 8). Mahkamah Agung RI, Pengadilan Agama Pringsewu.
Retrieved from Mahkamah Agung RI, Pengadilan Agama Pringsewu: https://www.pa-
pringsewu.go.id/artikel/451-filsafat-dan-pandemi-covid-19.html
Hasudungan Sidabutar, R. H. (2020). Sikap Kritis Manusia Di Mada Pandemi COVID-19
Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan. Widyadewata : Jurnal Balai DIklat
Keagamaan, Vol. 3.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19). Indonesia: Kementerian Kesehatan RI.
Putri, R. N. (2020). Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 705-709.
Kementerian Kesehatan RI. (2021, November 7). Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Retrieved from Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html
Unicef Indonesia. (2021, November 7). Unicef Indonesia. Retrieved from Tanya Jawab
Seputar Covid-19: https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/tanya-jawab-
seputar-coronavirus?
gclid=Cj0KCQjw8p2MBhCiARIsADDUFVGj9EczTTxp2i7qhG-
6L9CbuzR3bIzx1o6pVLr4b48TvuST-
b1IMMMaAuUIEALw_wcB#apaitunovelcoronavirus
WHO South-East Asia Indonesia. (2021, November 7). World Health Organization.
Retrieved from WHO South-East Asia Indonesia:
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-public
TUGAS 2
FILSAFAT ILMU

Nama : Baiq Khuwailida Kartikasari


NIM : 052114153014

Pengetahuan Saudara tentang Vaksin Sinovac, apakah berdasarkan empirisme, rasionalisme


atau gabungan rasionalisme dan empirisme. Jelaskan jawaban Saudara!

Jawab :
Salah satu upaya pencegahan penyebaran virus yang bisa dilakukan yaitu dengan
vaksinasi karena tidak adanya kekebalan (imunitas) tubuh terhadap virus dapat membuat
rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2. Sejak wabah dimulai, peneliti di seluruh dunia telah
mencoba mengembangkan vaksin untuk COVID-19. Salah satunya adalah vaksin Sinovac.
Vaksin sinovac adalah salah satu vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh perusahaan
biofarmasi, Sinovac Biotech Ltd. Vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech dibuat dengan
metode virus yang telah dilemahkan (inactivated virus). Saat virus dimatikan lalu partikelnya
dipakai untuk membangkitkan imun tubuh sehingga tubuh bisa belajar mengenali virus
penyebab COVID-19, SARS-COV-2, tanpa harus menghadapi risiko infeksi serius. Vaksin
ini diberikan dalam dua dosis atau perlu dua kali suntikan.
Uji klinis tahap I dan II vaksin COVID-19 Sinovac Biotech telah dilakukan dan
hasilnya telah dipublikasi dengan kesimpulan bisa dilanjutkan ke uji klinis tahap III. Vaksin
COVID-19 Sinovac Biotech lalu menjalani uji klinis III di beberapa negara, termasuk
Indonesia. Dari hasil uji klinis yang dilakukan di Indonesia, efektivitas dari vaksin Sinovac
untuk mencegah penularan virus corona mencapai 65.3%.
Efek samping yang disebabkan vaksin ini bentuknya ringan sampai sedang seperti
nyeri, adanya iritasi, kemerahan dan pembengkakan. Selain itu ada juga efek samping
sistemik seperti myalgia (nyeri otot), fatigue, dan demam. Efek samping tersebut tidak
tergolong kepada hal yang berbahaya dan bisa pulih lagi. Vaksin ini telah memperlihatkan
kemampuan dalam membentuk antibody di dalam tubuh dan kemampuan antibody dalam
membunuh atau menetralkan virus.

Pemaparan diatas mengandung nilai rasionalisme karena menggunakan pemikiran yang logis
berdasarkan data, uji klinis dan bukti valid yang telah dilakukan para peneliti yang kompeten
di bidangnya.

Anda mungkin juga menyukai