Anda di halaman 1dari 10

Judul Jurnal :

EDUKASI CORONA VIRUS DESEASE 19 (COVID-19) MELALUI PENYEBARAN POSTER


KEPADA MASYARAKAT KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL

Jurnal dari :
Osie Listina , Devi Ika Kurnianingtyas Solikhati , Ismi Sakina Fatmah

Dosen Program Studi Farmasi S-1, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi, Mahasiswa
Program Studi Farmasi S-1, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi
iim.shie@gmail.com, deviikakurnianingtyass@gmail.com

RESUME
Semakin melonjaknya angka positif virus corona di Indonesia, seharusnya
menambah kesadaran masyarakat terhadap bahaya pandemi ini. Kegiatan ini bertujuan:
melaksanakan protokol pencegahan Covid-19, melaksanakan langkah-langkah
kewaspadaan dan pencegahan penyebaran Covid-19, melaksanakan penyebaran
informasi tentang Covid-19 dalam bentuk mengajak peran serta kepedulian masyarakat.
Tahap persiapan yang sebagai berikut: observasi, dengan mendatangi tempat
keramaian dan kerumunan, melakukan penggalian informasi tentang pengetahuan
masyarakat terkait Covid-19, survei lokasi untuk memasang poster terkait informasi
covid-19, membuat poster yang menarik, mudah dibaca dan dipahami oleh
masyarakat.
Perlu disadarkan pentingnya menjaga kebersihan, rajin mencuci tangan,
menggunakan masker dan menjaga jarak sebagai upaya mengurangi dan memutus
mata rantai penyebaran Covid-19. Dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
Pengabdian kepada Masyarakat ini masyarakat dapat menerima dan menjadi lebih
memahami informasi mengenai langkah-langkah kewaspadaan dan kesehatan.

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis corona virus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini dinamakan
SarsCoV-2 (Depkes, 2020).
Diketahui, virus corona atau Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemi oleh
World Health Organization (WHO). Sementara itu di Indonesia, wabah Covid-19 telah
ditetapkan sebagai bencana nasional non-alam
Covid-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu
pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Kunci pencegahan meliputi
pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan proteksi
dasar. Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari
(median 5 hari). Pada fase berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah,
diduga terutama pada jaringan seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala
pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah
timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru
memburuk dan limfosit menurun. Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan
infeksi akut saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue,
batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti
nasal, atau sakit kepala.

Berdasarkan bukti ilmiah, Covid-19 dapat menular dari manusia ke manusia


melalui percikan batuk/bersin (droplet). Orang yang paling berisiko tertular penyakit
ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19 termasuk yang merawat
pasien Covid-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah
melalui cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan
etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan
liar serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala
penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat
darurat (Depkes, 2020).
Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah Covid-19 adalah melakukan
proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun dan
air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan
etika batuk atau bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori
suspek. Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter (WHO , 2020). Pasien
rawat inap dengan kecurigaan Covid-19 juga harus diberi jarak minimal satu meter dari
pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan etika batuk/bersin, dan diajarkan cuci
tangan (WHO , 2020).
Kegiatan ini bertujuan:
1) melaksanakan protokol pencegahan Covid-19 kepada masyarakat
2) melaksanakan langkah-langkah kewaspadaan dan pencegahan penyebaran
infeksi Covid-19 kepada masyarakat
3) melaksanakan komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk
peran serta kepedulian kepada masyarakat berdampak Covid-19.

Contoh pengabdian terhadap masyarakat :

KESIMPULAN
1. Pelaksanaan protokol kesehatan mengenai penanggulangan dan penyebaran
infeksi Covid-19 telah dilakukan oleh tim Pengabdian kepada Masyarakat.
2. Masyarakat dapat menerima dan menjadi lebih memahami informasi mengenai
langkah-langkah kewaspadaan dan pencegahan infeksi Covid-19 dengan baik
setelah dilakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat..
3. Tim Pengabdian kepada Masyarakat telah membantu upaya pemerintah
khususnya pemerintah Kabupaten Tegal dalam upaya mensosisalisasikan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Judul Jurnal :
PROMOSI KESEHATAN BERBASIS DARING MENGENAI PERILAKU PENCEGAHAN COVID-19
BAGI MASYARAKAT KOTA KENDARI
Jurnal dari :
Suhadi, Nurmaladewi , Yasnani , Lymbran Tina

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo


Email: suhaditsel77@yahoo.com

RESUME
Pandemi merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang dapat
mempengaruhi kondisi di berbagai negara yang terinfeksi. Pandemi COVID-19 yang
dideklarasikan oleh World Health Organization (WHO) sejak akhir Januari tahun 2020
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi oleh seluruh dunia
saat ini (WHO 2020). Penyakit Coronavirus atau Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
(Kemenkes RI 2020c). Penyakit COVID-19 merupakan penyakit baru yang mengakibatkan
infeksi pada saluran pernapasan manusia serta memiliki tingkat penularan cukup tinggi
(Lai et al. 2020; Machhi et al. 2020).
Kasus COVID-19 awalnya ditemukan di Kota Wuhan, China yang kemudian
menyebar ke berbagai negara lainnya. Data WHO terbaru per tanggal 23 April 2020
menunjukkan bahwa jumlah kasus positif sebanyak 2.549.632 kasus dengan kasus
kematian sebanyak 175.825. Jumlah kasus ini tersebar di 213 negara di berbagai belahan
dunia (WHO 2020). Kasus COVID-19 dikonfirmasi di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020. Saat ini kasus positif COVID-19 di Indonesia sebanyak 7.775 orang, 6.168 pasien
dalam perawatan, 960 pasien dinyatakan sembuh dan 647 pasien meninggal yang
tersebar di berbagai provinsi di Indonesia (Gugus Tugas COVID-19 RI 2020).
Jumlah kasus yang meningkat dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai proses penularan COVID-19 sehingga
masih banyak masyarakat yang keluar rumah tanpa kepentingan mendesak serta
kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku-perilaku pencegahan
COVID-19 seperti penggunaan masker, penggunaan cairan pembersih atau hand
sanitizer, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jaga jarak dengan orang lain (physical
distancing), protokol ketika masuk ke dalam rumah setelah bepergian ke luar rumah,
protokol menerima barang dari jasa kurir, protokol saat berbelanja kebutuhan pangan
atau lainnya serta asupan makanan yang sehat dalam menjaga imunitas tubuh.
Tahapan yang perlu dilakukan dalam pengabdian masyarakat untuk
mencegah covid-19 :
Tahap pelaksanaan program-program pengabdian meliputi pembuatan akun di berbagai
media sosial (youtube, facebook, whatsapp group, dan instagram), pembelian masker,
hand sanitizer, dan sabun cuci tangan, pembuatan video mengenai gambaran tentang
COVID-19 dan perilaku pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat, pembuatan
poster dan pamflet terkait perilaku pencegahan COVID-19 (gambaran COVID-19 dan
risiko penularannya, perkembangan kasus COVID-19)
Seperti, pentingnya “tetap di rumah saja”, cara menggunakan dan melepas
masker yang benar, cara mencuci tangan pakai sabun yang benar, cara membersihkan
tangan dengan hand sanitizer, cara membersihkan rumah dengan desinfektan, jaga jarak
dengan orang lain (physical distancing), tindakan pencegahan yang harus dilakukan
ketika hendak masuk ke dalam rumah setelah bepergian ke luar rumah, tindakan
pencegahan yang dilakukan ketika menerima barang dari jasa kurir atau dari orang lain
di luar rumah, tindakan pencegahan yang dilakukan saat berbelanja kebutuhan pangan
atau lainnya di swalayan/pasar/lainnya, dan asupan makanan yang sehat sebagai upaya
menjaga imunitas tubuh), penyebarluasan video dan poster mengenai COVID-19 dan
pencegahannya melalui berbagai media sosial (youtube, facebook, whatsapp group, dan
instagram), penyebaran pamflet dan poster mengenai perilaku pencegahan COVID-19
bersamaan dengan pembagian masker, hand sanitizer, dan sabun cuci tangan yang
dilakukan di swalayan-swalayan.
KESIMPULAN
1) Promosi kesehatan secara daring telah dilakukan dengan pembuatan video
penyuluhan kesehatan yang telah dinonton oleh banyak orang dan poster
mengenai pencegahan penularan penyakit COVID-19 dan bagaimana penerapan
protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari utamanya dalam “new normal
life” kemudian disebarkan kepada masyarakat melalui berbagai media sosial
(youtube, facebook, whatsapp group, dan instagram),
2) Promosi kesehatan secara luring telah dilakukan dengan pembuatan dan
penyebaran ratusan media-media promosi kesehatan cetak (poster dan pamflet)
berisi pesanpesan kesehatan sebanyak sebelas (11) macam
3) Promosi kesehatan secara luring juga telah dilakukan dengan membagikan
masker kain, hand sanitizer, dan sabun cuci tangan kepada pengunjung
Judul Jurnal :
Perilaku dan Peran Tokoh Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanggulangan Pandemi
Covid -19 di Desa Jayaraga, Kabupaten Garut

Jurnal dari :
Udin Rosidin, Laili Rahayuwati, Erna Herawati
1Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
udin.rosidin@unpad.ac.id
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
laili.rahayuwati@unpad.ac.id
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran
e.herawati@unpad.ac.id

RESUME
Pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak Maret 2020. Upaya mencegah
penyebaran virus dan menanggulangi dampak pandemi bukan hanya merupakan
tanggung jawab pemerintah semata, tetapi memerlukan peran serta setiap elemen
masyarakat. Apabila setiap warga masyarakat berperan aktif dalam upaya pencegahan,
maka pandemi akan berhasil dikendalikan. Para ahli kesehatan menganjurkan
penggunaan masker, menjaga jarak saat interaksi sosial, dan rajin mencuci tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebagai kunci utama memutus mata rantai
penyebaran virus. Hal ini tampak mudah, tetapi pada dasarnya sulit diterapkan secara
konsisten di masyarakat karena merupakan sebuah tindakan yang relatif baru dan belum
menjadi kebiasaan apalagi perilaku di masyarakat. Pengenalan tindakan baru menjadi
kebiasaan dan bahkan menjadi perilaku yang memerlukan waktu dan memerlukan
promosi secara berulang-ulang. Padahal, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
merupakan salah satu dari aneka indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang
telah diperkenalkan dan dipromosikan oleh pemerintah sejak 2016.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), merujuk pada perilaku yang dilakukan
oleh individu atas kesadaran sendiri, agar dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan (Kementerian
Kesehatan, 2016). Himbauan PHBS bahkan telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011. Sebagai pendukung
pelaksanaan peraturan ini, Kementerian Kesehatan juga mencanangkan Gerakan
Masyarakat Sehat (Germas) di Indonesia sejak 15 November 2016 (Primadi, 2017).
Germas merupakan upaya pemerintah melibatkan dan memberdayakan masyarakat
dalam hal memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Tujuannya, agar
masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri ikut aktif dalam meningkatkan
status kesehatannya. Namun, ternyata PHBS dan Germas belum sepenuhnya dipahami
apalagi diterapkan oleh masyarakat.
Di masa pandemi Covid-19, kampanye PHBS pun kembali digaungkan oleh
pemerintah pada masyarakat agar diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran
virus. Penerapan PHBS untuk mencegah Covid-19 bukanlah hal yang mudah dilakukan
oleh warga masyarakat. Pemerintah pun menghimbau para tokoh masyarakat, baik
formal maupun informal, di setiap wilayah untuk berperan aktif dalam
mengkampanyekan PHBS pada warga masyarakat untuk mencegah penyebaran Covid-
19, dan juga berperan dalam upaya penanggulangan dampak pandemi. Pemerintah
melibatkan para tokoh masyarakat karena mereka memiliki kedudukan dan kekuatan
sosial untuk mempengaruhi warga masyarakat dalam membentuk suatu perilaku dan
memotori gerakan sosial yang bertujuan menanggulangi pandemi.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
merujuk pada perilaku individu atas kesadaran sendiri untuk menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan (Kementerian
Kesehatan, 2016).
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga,
adalah:
1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
2) memberi bayi ASI eksklusif,
3) menimbang balita setiap bulan,
4) menggunakan air bersih,
5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
6) menggunakan jamban sehat,
7) memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu,
9) makan buah dan sayur setiap hari,
10) melakukan aktivitas fisik setiap hari, 11) tidak merokok di rumah.
Berkaitan dengan pengetahuan tokoh masyarakat tentang hubungan antara
perilaku hidup bersih sehat dengan pencegahan Covid-19 mereka mendeskripsikannya
sebagai berikut:
1. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat menjaga imunitas tubuh dan bermanfaat
untuk pencegahan,
2. Cuci tangan pakai sabun dapat membunuh virus,
3. Perilaku hidup bersih dapat menghindarkan tubuh dari virus corona dan berbagai
macam penyakit menular,
4. “Beberesih diri” dengan mencuci tangan pakai sabun dengan bersih di air yang
mengalir, selalu membersihkan lantai rumah pakai deisinfektan akan membunuh
virus yang sempat menempel di benda dan bertahan hidup selama 8 jam,
5. Corona dapat diatasi dengan menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan,
6. Perilaku hidup bersih dan sehat insya Allah menghindarkan dari penyakit,
7. PHBS kita dapat mencegah Corona masuk ke tubuh kita,
8. Gaya hidup sehat perlu diterapkan untuk menangkap virus Covid-19 ini,
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir adalah cara mencegah Corona,
10. Rajin mencuci tangan dengan sabun dan menutup mulut ketika bersin dan batuk, itu
dapat mencegah meluasnya virus Corona dan cuci tangan adalah salah satu dari
PHBS,
11. Makan makanan bergizi dan berolah raga, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
memberantas jentik dan tidak merokok dalam rumah itu semua perilaku PHBS, dan
apabila dilaksanakan dapat mencegah virus Corona masuk ke dalam tubuh.

KESIMPULAN
Pengetahuan itu membentuk sikap khawatir mereka pada penyebaran virus
yang sangat cepat. Namun kekhawatiran itu tidak membuat mereka takut karena
mereka mengetahui cara pencegahannya. Pengetahuan dan sikap itu kemudian
mendorong mereka untuk bertindak mencegah dan menanggulangi. Mereka memulai
tindakan dari lingkup diri sendiri, keluarga dan melebar ke masyarakat. Tindakan yang
dilakukan para tokoh masyarakat di atas sekaligus menggambarkan peran aktif mereka
sebagai elit pemerintahan di masyarakat dalam konteks pandemi Covid-19.
Mereka menjalankan perannya sebagai tokoh masyarakat untuk mempengaruhi
dan mengubah perilaku masyarakat, dari yang sebelumnya tidak mengenal dan menjadi
mengenal dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan warga
masyarakat yang menjadi kunci untuk mencegah penyebaran infeksi Covid-19 di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai