Anda di halaman 1dari 3

AIR BORNE DISEASE PENYAKIT COVID-19

Risma Atthahirah 0620015312

Air borne disease merupakan penyakit yang ditularkan melalui perantara udara sebagian besar
melalui kontak langsung.Terdapat dua bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu). misalnya penyakit
TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus, difteri. Penyakit yang ditularkan secara langsung
orang ke orang seperti penyakit sifilis, GO, lymphogranuloma venerum, chlamydia trachomatis,
hepatitis B dan AIDS. Kasus terbaru didunia tentang penyakit yang ditularkan melalui air borne
disease adalah kasus covid 19. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia.

Mode transmisi virus corona :

1. Kontak dan transmisi tetesan


Penularan virus corona dapat terjadi melalui kontak langsung, tidak langsung, atau dekat
dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi yang terinfeksi seperti air liur dan sekresi
pernapasan atau tetesan pernapasan mereka. Air liur atau tetesan pernapasan ini dikeluarkan
ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi. Penularan tetesan
pernapasan dapat terjadi ketika seseorang berada dalam kontak dekat (kurang lebih 1 meter)
dengan orang yang terinfeksi.
2. Transmisi melalui udara
Penularan melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran melalui inti tetesan (aerosol) yang
tetap menular ketika melayang di udara dalam jarak dan waktu yang lama. Penularan virus
melalui udara dapat terjadi selama prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Dengan
demikian, orang yang rentan dapat menghirup aerosol, dan bisa terinfeksi jika aerosol
mengandung virus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan infeksi di dalam tubuh
penerima.
3. Transmisi fomite
Sekresi pernapasan atau tetesan yang dikeluarkan oleh individu yang terinfeksi dapat
mencemari permukaan dan benda, menciptakan fomites (permukaan yang terkontaminasi).
Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung dengan menyentuh permukaan di lingkungan
terdekat atau benda yang terkontaminasi oleh virus dari orang yang terinfeksi, seperti stetoskop
atau termometer, yang diikuti dengan menyentuh mulut, hidung, atau mata.
4. Mode transmisi lainnya
RNA virus corona juga telah terdeteksi dalam sampel biologis lainnya, termasuk urin dan
feses dari beberapa pasien. Sebuah studi menemukan adanya virus corona dalam urin satu
pasien. Namun, hingga saat ini, belum ada laporan yang diterbitkan tentang transmisi SARS-
CoV-2 melalui feses atau urin.
5. Hewan
Bukti sampai saat ini menunjukkan bahwa virus corona paling dekat hubungannya dengan
betacoronavirus yang dikenal pada kelelawar. Bukti terkini menunjukkan bahwa manusia yang
terinfeksi virus corona dapat menginfeksi mamalia lain, termasuk anjing, kucing, dan mink yang
dibudidayakan. Namun, masih belum jelas apakah mamalia yang terinfeksi ini memiliki risiko
signifikan untuk penularan ke manusia.
Faktor Risiko COVID-19

COVID-19 dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan
fatal bila menyerang orang lanjut usia, ibu hamil, perokok, penderita penyakit tertentu, dan orang
yang daya tahan tubuhnya lemah, seperti penderita kanker. Karena mudah menular, penyakit ini juga
berisiko tinggi menginfeksi para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu,
tenaga medis dan orang yang melakukan kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat
pelindung diri (APD). Selain itu, pemerintah bersama perusahaan farmasi dan berbagai institusi
kesehatan kini juga tengah mengembangkan dan meneliti vaksin COVID-19. Setelah melalui uji klinis
dan dinyatakan efektif dan aman diberikan pada manusia, pembuatan vaksin COVID-19 akan
diteruskan agar dapat diberikan kepada masyarakat.

Cara pencegahan dan pengendalian penyebaran virus COVID-19:

1. Selalu jaga jarak aman dari orang lain (minimal 1 meter), meskipun mereka tidak tampak
sakit.
2. Kenakan masker di ruang publik, terutama di dalam ruangan atau jika pembatasan fisik tidak
dimungkinkan.
3. Sebaiknya pilih ruang terbuka dan berventilasi baik. Buka jendela jika berada di dalam
ruangan.
4. Cuci tangan Anda secara rutin. Gunakan sabun dan air, atau cairan pembersih tangan
berbahan alkohol.
5. Ikuti vaksinasi ketika giliran Anda. Ikuti panduan setempat terkait vaksinasi.
6. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung Anda dengan lengan atau tisu.
7. Jangan keluar rumah jika merasa tidak enak badan.
Kebijakan nasional yang dilakukan pemerintah yaitu pembatasan sosial berskala besar
larangan mudik, dan menjalankan new normal dengan prokes yang ketat. Kebijakan internasional
IMF memprakirakan ekonomi dunia akan kontraksi dan menekankan pentingnya respons kebijakan
yang tepat untuk menghadapinya. IMF memprakirakan perekonomian global tumbuh -3,0% pada
2020, turun dari 2,9% pada 2019. Selanjutnya, ekonomi global akan pulih secara bertahap dan tumbuh
5,8% pada 2021. Hal itu seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali normal dengan dukungan
kebijakan yang telah dilakukan negara-negara anggota. Menghadapi kondisi tersebut, IMF
menegaskan pentingnya upaya mengatasi COVID-19 melalui kebijakan di bidang kesehatan yang
disertai dengan langkah-langkah dalam memitigasi dampak ekonomi. Langkah tersebut dilakukan
melalui kebijakan fiskal, moneter, keuangan, kerja sama internasional (multilateral dan regional),
peningkatkan kepercayaan global, dan upaya-upaya percepatan pemulihan ekonomi.
Analisis terhadap data penderita Covid-19 hingga 12 Mei 2020 menunjukkan Adanya
distribusi penderita Covid-19 ke daerah-daerah. Distribusi prosentase dari 3 provinsi (DKI, Jawa
Barat, dan Banten) yang semula mendominasi dengan 73, 25 % pada 12 Mei 2020 hanya menjadi
50,78 %. dari total penderita. DKI Jakarta yang pada 2 April 2020 memiliki 51,17 % penderita, saat
ini turun menjadi 36,50 %.Persebaran mulai merata ke daerah-daerah, dengan kenaikan terbesar ada
di Jawa Timur menjadi 11,33 % per 12 Mei 2020 dari semula 5,93% penderita pada 2 April 2020.
Kecenderungan penurunan prosentase di tiga provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten) diikuti
dengan distribusi ke berbagai provinsi yang lain. Populasi penderita terbanyak terpusat di DKI
Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Banten. Sisanya, terdistribusi
merata mulai dari 0,11% untuk NTT hingga 2,30% untuk NTB per 12 Mei 2020. Di luar 10 besar
provinsi ini ada kenaikan sebesar 8,47% dari semula 8,73% menjadi 17,20% dari total penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Irwan .(2017). EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR. Yogyakarta: cv Absolute Media.

Nugroho,Wahyu Dwi.(2020). TRANSMISI COVID-19 DARI MANUSIA KE MANUSIA DI

ASIA.Vol.2, No.2,101-112.

Hidayah, Arinil.(2021). GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENCEGAHAN

COVID-19 DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA,KOTA

PADANGSIDIMPUAN.Vol.6,No.1.

Wahidah, Idah.(2020). Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Berbagai Upaya

Pencegahan. Vol. 11,No. 3, Hal. 179-188.

Anda mungkin juga menyukai