Oleh
Jeremy Elim J. Pantouw
220111010015
Pada akhir tahun 2019, kita dikejutkan dengan wabah penyakit yang melanda seluruh dunia
sampai sekarang ini. Penyakit ini berawal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China lebih
tepatnya disalah satu pasar ikan dikota Wuhan. Dilaporkan bahwa penyakit ini dimulai
dengan lima pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Tidak
sampai satu bulan, penyakit ini telah meningkat pesat dan menyebar berbagai negara lain
seperti China, Thailand, Jepang dan Korea Selatan.
Pertama kali diteliti, penyakit ini menunjukkan etiologi coronavirus baru dan diberi nama
sementara sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian World Health
Organization (WHO) mengumumkan nama baru dari penyakit ini pada Februari tahun 2020
yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2).
Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik yang dapat
ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar ke lebih dari 190 negara dan
teritori lainnya. Sudah tercatat 634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di dunia sampai
tanggal 29 Maret 2020, sedangkan di Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus positif COVID-
19 dan 136 kasus kematian pada saat itu.
COVID-19 telah menjadi berita hangat dari awal tahun 2020 karena peningkatan jumlah
kasus yang semakin hari semakin naik. Kasus pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020
dengan dua kasus, dan meningkat pesat dengan kurun waktu kurang dari satu bulan. Bukan
hanya di Indonesia, sudah menjadi pergumulan diseluruh dunia tentang bagaimana
mengatasi pandemik yang melanda hamper 3 tahun yang berjalan saat ini. Pada tanggal 30
Maret 2020, Amerika Serikat menduduki peringkat pertama kasus COVID-19 dengan
penambahan kasus sebanyak 19.332 kasus, Amerika Serikat dan Eropa telah melampaui
China dalam jumlah kasus dan kematian COVID-19, sedangkan Italia memiliki tingkat
mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.
Pada tulisan ilmiah ini saya akan menuliskan penjelasan secara singkat tentang penyakit
COVID-19 yang telah menjadi pandemik yang membuat kita harus bersahabat dengan
situasi dan menjalankan aktivitas dengan tetap menjalankan protocol Kesehatan.
PEMBAHASAN
VIROLOGI
Virus SARS-CoV-2 ini memiliki kemiripan genetic dengan SARS yang ditemukan pada tahun
2002. Beberapa penelitian menyebutkan morfologi virus ini umumnya adalah pleomorfisme
dengan diameter 60-140 nm dan memiliki protein spike atau protein S dengan ukuran 9-12
nm. Ada juga yang menyebutkan bahwa virus ini termasuk kedalam genus betacoronavirus
dengan penelitian filogenetik. Keinfektifan virus ini terjadi Ketika mencapai tempat yang
menyediakan lingkungan seluler untuk perkembangan virus dan mutasi virus.
Coronavirus memiliki mekanisme virulensi yang berhubungan dengan protein struktural dan
non struktural. Dalam virus ini memiliki messenger RNA (mRNA) yang dapat membantu
translasi dari replikasi atau transkripsi. ORF mengkode 16 protein non struktural. Ada 1/3
bagian dari rangkaian RNA virus yang tidak berperan dalam proses replikasi atau traskripsi
namun berperan dalam mengkode 4 protein struktural, yaitu protein S, protein E, protein M
dan protein N. Cara virus melakukan transmisi kedalam sel dengan mengkode glikoprotein
permukaan, yaitu ikatan antara protein S dengan reseptor inang dan menjadi jalan virus
masuk ke dalam sel.
PENULARAN
Ada beberapa jenis penularan COVID-19, diantaranya:
a. Kontak dan droplet
Penularan yang sering terjadi ialah melalui kontak langsung, tidak langsung maupun
kontak erat dengan orang yang terjangkit COVID-19. Penularan ini bisa terjadi karena
air liur dan droplet yang keluar dari mulut seseorang pada saat berbicara, batuk,
bersin, maupun aktivitas lain yang mengeluarkan sesuatu dari dalam mulut, dan
penularan ini bisa terjadi pada jarak kurang dari 1 meter.
b. Udara
Penularan ini didefinisikan sebagai agen infeksius karena akibat dari penyebaran
droplet yang melayang, keadaan masih dalam infeksius dan bisa bergerak sampai
kemanapun.
c. Fomit
Penularan yang diakibatkan karena adanya sentuhan ke benda yang permukaannya
telah terkontaminasi oleh droplet dari orang yang terjangkit virus COVID-19.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang terjadi saat penularan virus ini sangat beragam, mulai dari asimptomatik,
gejala sangat ringan, gejala berat, hingga kondisi seperti kegagalan respirasi akut yang perlu
adanya perawatan khusus.
Gejala klinis yag juga sering terjadi adalah demam, batuk kering dan sesak napas. Dengan
beberapa presentase gejala yang paling sering muncul, demam (98%), batuk (76%), myalgia
atau kelemahan (44%), sakit kepala (8%), batuk darah (5%) dan diare (3%).
Hasil penelitian lain juga menunjukkan gejala lain yang menyerang pencernaan timbul akibat
tertular penyakit ini, diantaranya sakit abdominal (2,7%), diare (7,8%), mual dan/atau
muntah (5,6%)
DIAGNOSIS
a. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Keunggulan dari pemeriksaan ini ialah proses pemeriksaannya yang cepat, namun
pemeriksaan ini tidak bisa dijadikan pedoman utama dala mendiagnosa pasien
karena cara kerja pemeriksaan ini hanya melihat ada atau tidaknya respon imun
terhadap virus sehingga kondisi kesehatan tubuh pada waktu pemeriksaan sangat
mempengaruhi hasil.
b. Pemeriksaan RT-PCR
Dengan menggunakan sampel bahan swab nasofaring atau orofaring, sputum
pemeriksaan ini disebut merupakaan gold standard dalam mendiagnosa COVID-19.
Gen E, N, S dan RdRp adalah gen target yang digunakan untuk mendeteksi virus SARS
CoV-2. Jika urutan unik dari RNA virus ditemukan dalam pemeriksaan RT-PCR, maka
orang tersebut dinyatakan positif COVID-19.
TATALAKSANA
Ada beberapa tatalaksana kepada pasien yang terpapar penyakit ini diantaranya:
a. Pemeriksaan PCR SWAB
bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan jauh, yang masuk kedalam
perkumpulan massa ataupun bagi orang yang merasa memiliki gejala COVID-19 dan
harus dirawat dirumah sakit.
b. Isolasi Mandiri
bagi mereka yang merasa memiliki gejala ringan seperti demam, flu dan sakit kepala
dan telah melakukan tes pemeriksaan secara mandiri
c. Konsumsi Vitamin
biasanya mengonsumsi vitamin C dan D, ataupun bisa juga dengan obat-obatan
tradisional atau obat yang memiliki sifat antioksidan.
d. Perawatan ICU bagi gejala berat
seperti terapi oksigen, Noninvasif Ventilation (NIV), Ventilasi Mekanik invasive
(Ventilator), dan Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
e. Pemberian antikoagulan
Antikoagulan adalah obat yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah,
obat ini dipakai ketika pasien sudah berada dalam fase VTE (Tromboemboli Vena)
f. Terapi atau Tindakan tambahan lainnya
seperti pemberian Antibiotik, Antibodi monoclonal, Janus Kinase Inhibitor,
Mesenchymal Stem Cell (MSCs) atau Sel Punca, Intravenous Immunoglobulin (IVIG),
Fluxamine, Bronkoskopi, dan Vaksinasi.
DAMPAK COVID-19
Terjadinya wabah ini sangat berdampak bagi banyak orang, dan disegala bidang. Dalam
bidang kesehatan, para tenaga medis kewalahan dalam menangani pasien positif COVID-19
yang semakin banyak dan membuat pemerintah mendirikan beberapa sarana instansi
kesehatan untuk menampung para pasien. Namun, pergumulan terjadi juga ketika banyak
tenaga medis yang meninggal dunia akibat COVID-19, ini membuat dampak bagi pendidikan
tenaga medis untuk mempercepat proses persekolahan tenaga medis karena kurangnya
sumber daya manusia di bidang kesehatan akibat dari timbulnya wabah ini.
Hal ini juga berdampak bagi mobilitas manusia. Semenjak wabah ini muncul hampir seluruh
kegiatan dilakukan didalam rumah, melakukan perjalanan jauh dilarang bahkan hanya
diberikan toleransi untuk membeli kebutuhan pokok untuk persediaan didalam rumah. Hal
ini membuat proses pertemuan yang biasanya dilakukan secara langsung namun saat ini
dilakukan secara tidak langsung atau online. Namun dampak positif yang dapat kita ambil,
dapat membuat perkembangan teknologi semakin canggih sehingga kita lebih mudah
melakukan sesuatu.
Lain halnya dampak yang terjadi pada bidang ekonomi, banyak instansi perekonomian yang
melakukan PHK terhadap pegawainya karena kurangnya konsumen sehingga pendapatan
menjadi minim. Namun, lagi-lagi teknologi dapat membuat beberapa pengusaha melakukan
usaha secara online yang hanya dilakukan dengan mendownload aplikasi olshop dan dengan
mudah para konsumen dapat membeli dan membayar produk tanpa adanya kontak fisik
dengan penjual.
Harapan kita semua tentunya ingin dunia sembuh dari wabah penyakit ini, oleh sebab itu
kesadaran dalam diri sendiri untuk mentaati protokol kesehatan dalam rangka memutus
mata rantai penyebaran virus harus semakin diperhatikan, karena jika tidak ada kesadaran
dalam diri masing-masing, seefesien dan seefekrif apapun pemerintah menghentikan
penyebaran virus ini tidak akan berhasil.
Marilah memulai kebiasaan baru yang tentunya tidak akan merugikan diri kita, tapi
membantu membangun kembali keadaan dunia seperti sediakala.
DAFTAR PUSTAKA
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan H, Sinto
R, Singh G, Nainggolan L, Nelwan EJ, Chen LK. Coronavirus disease 2019:
Tinjauan literatur terkini. Jurnal penyakit dalam Indonesia. 2020 Apr 1;7(1):45-67.
MOM PP. Jurnal Penelitian Perawat Profesional.
Pratama GD, Tura TB, Abidin AZ, Octovian R, Mardiati D. Meningkatkan
Pengetahuan Dalam Menghadapi Covid-19. Jurnal PADMA: Pengabdian Dharma
Masyarakat. 2022 Jan 24;2(1).
Putri RN. Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi. 2020 Jul 1;20(2):705-9.
Indonesia PD, Indonesia PD, Anestesiologi PD, Indonesia TI, Indonesia ID.
Pedoman Tatalaksana COVID-19. PDPI. 2020;3:5-7.
Syafrida, Hartati R, Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, Bersama Melawan Virus Covid
19 di Indonesia. 2020 Mei 31;7(6):495-508.