Anda di halaman 1dari 4

tutor a blok 7

1. etiologi covid 19?

Penyebab virus ini terjadi karena kelompok coronaviridae. Disebut coronavirus sebab permukaannya
terlihat menyerupai mahkota (Crown/corona). Ada beberapa virus lainnya yang sejenis dengan
golongan virus ini seperti virus yang mengakibatkan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Virus corona yang pertama kali ditemukan di Wuhan ini
adalah virus varian baru yang tidak pernah teridentifikasi oleh manusia sebelumnya. Karenanya,
virus ini biasa juga disebut dengan 2019 Novel Coronavirus (Moudy et al., 2020).

Virus corona biasanya didapati pada hewan contohnya ular, unta, hewan ternak, kucing, dan
kelelawar. Manusia bisa terjangkit jika melakukan kontak dengan hewan-hewan tersebut, hal ini
biasa terjadi pada peternak atau pedagang di pasar hewan. Namun, adanya lonjakan jumlah kasus di
Wuhan, China mengartikan bahwa coronavirus dapat di tularkan melalui droplet yaitu partikel air liur
yang berukuran mikro, Droplet ini biasanya dikeluarkan ketika batuk atau bersin (Moudy et al.,
2020).

Moudy, J., Syakurah, R. A., & Artikel, I. (2020). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH. 4(3),
333–346.

1.k) Bagaimana manifestasi klinis dari Covid-19?

Infeksi Covid-19 dapat mengakibatkan 3 gejala yaitu gejala ringan, sedang dan berat. Gejala klinis
utama yang terjadi adalah demam dengan suhu > 38, batuk dan sesak napas. Gejala tersebut
biasanya disertai dengan sesak, fatigue, myalgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala
saluran napas lain. Setelah pasien mengalami sesak dalam satu minggu, pada kasus yang
memburukan secara cepat dan progresif seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit di
korelasikan dan pendarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Sebagian
pengidap Covid-19 mengalami gejala ringan bahkan tidak di sertai dengan demam.

Sebagian besar pasien mengalami prognosis baik, dengan sebagian kecil mengalami kondisi kritis
bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang biasa muncul ketika mengalami infeksi :

a. Suspek: Gejala yang biasanya muncul adalah gejala yang tidak spesifik

berupa demam, batuk, biasa juga disertai dengan nyeri tenggorokan, sakit kepala, dan nyeri otot.
Tetapi pada beberapa pasien dengan lanjut usia gejala menjadi tidak khas,kondisi ini merupakan
kondisi terringan. Selain itu juga, pada beberapa kondisi ditemukan gejala yang tidak disertai dengan
demam sehingga gejala relatif ringan. Dalam kondisi ini pasien biasanya tidak mengalami gejala
komplikasi berupa dehidrasi, sepsis atau napas pendek.

b. Pneumonia ringan: Kondisi ini mengakibatkan pasien mengalami beberapa gejala seperti demam,
batuk dan sesak. Namun pada kondisi ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda pneumonia berat.
Pada anak- anak yang mengalami pneumonia ringan yang ditandai dengan terjadinya batuk atau
susah bernafas.

c. Pneumonia berat, pada kondisi ini pasien biasanya mengalami beberapa gejala seperti demam
atau infeksi saluran napas, hal ini biasa ditandai dengan munculnya takipnea (frekuensi napas:>
30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar (Sari, 2021).
Sari, H. (2021). Hubungan Tingkat Keparahan Gejala dengan Kejadian Prolong Sign Pasien
Post Covid-19: Literatur Review (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

1.m) penularan covid?

Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinkan virus berasal dari hewan dan
ditularkan ke manusia. Pada COVID-19 belum diketahui dengan pasti proses penularan dari hewan
ke manusia, tetapi data filogenetik memungkinkan COVID-19 juga merupakan zoonosis.
Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar manusia (human to human), yaitu
diprediksi melalui droplet dan kontak dengan virus yang dikeluarkan dalam droplet. Hal ini sesuai
dengan kejadian penularan kepada petugas kesehatan yang merawat pasien COVID-19, disertai bukti
lain penularan di luar Cina dari seorang yang datang dari Kota Shanghai, Cina ke Jerman dan diiringi
penemuan hasil positif pada orang yang ditemui dalam kantor. Pada laporan kasus ini bahkan
dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum mengalami gejala (asimtomatik) atau
masih dalam masa inkubasi. Laporan lain mendukung penularan antar manusia adalah laporan 9
kasus penularan langsung antar manusia di luar Cina dari kasus index ke orang kontak erat yang tidak
memiliki riwayat perjalanan manapun.

Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan virus kemudian virus dapat
masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu analisis mencoba mengukur laju penularan
berdasarkan masa inkubasi, gejala dan durasi antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis
tersebut mendapatkan hasil penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di sekitarnya, tetapi
kemungkinan penularan di masa inkubasi menyebabkan masa kontak pasien ke orang sekitar lebih
lama sehingga risiko jumlah kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat lebih besar (Handayani dkk,
2020).
Handayani, D., Hadi, D. R., Isbaniah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020). Corona virus
disease 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(2), 119-129.

1.q) Bagaimana hasil pemeriksaan swab antigen pada kasus?

pada kasus tn. budi memiliki hasil pemeriksaan swab antigen covid-19 positif

Salah satu uji antigen yang sering digunakan saat ini yaitu RDT antigen. Salah satu alat yang
digunakan yaitu COVID-19  Ag  Respi-Strip  (Coris  BioConcept,  Gembloux, Belgium). Pemeriksaan  ini
dilakukan  dengan mendeteksi presensi  dari  protein  virus  (antigen)  COVID-19  pada sampel  yang
berasal  dari  saluran  pernapasan seseorang. Jika konsentrasi  antigen  sasaran  pada  sampel  cukup,
antigen tersebut akan mengikat antibodi yang terdapat pada strip uji dan akan  menghasilkan tanda
visual, hasil biasanya didapatkan dalam waktu 30 menit. Antigen yang terdeteksi hanya bisa
diekspresikan saat virus aktif bereplikasi. (Budi Y, dkk., 2020)

Hasil AgRDT positif dari beberapa suspek akan sangat mengindikasikan wabah COVID-19 dan
memungkinkan implementasi segera langkah langkah pengendalian infeksi. (WHO, 2020)

  Budi Y, Fitri DI, Klarina ESS. 2020. Perbedaan Uji Diagnostik Antigen, Antibodi, RT-PCR dan
Tes Cepat Molekuler Pada Coronavirus Disease 2019. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol 20(3): 172-
177

WHO. 2020. Deteksi Antigen Dalam Diagnosis Infeksi SARS-CoV-2 Menggunakan Imunoasai
Cepat. Penduan Interim.
2.a) Apa tujuan dari vaksin Covid-19?

Vaksin COVID-19 bertujuan untuk memberi perlindungan tubuh agar tidak jatuh sakit akibat COVID-
19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian
vaksin. Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam, pada umumnya ringan dan bersifat
sementara, dan tidak selalu ada, serta bergantung pada kondisi tubuh (Gurning dkk, 2021).
Gurning, F. P., Siagian, L. K., Wiranti, I., Devi, S., & Atika, W. (2021). Kebijakan pelaksanaan
vaksinasi covid-19 di Kota Medan tahun 2020. Jurnal Kesehatan, 10(1), 43-50.

2.j) Bagaimana komorbid dari Covid-19?

Jing Yang, et.al, 2020 melaporkan dari hasil penelitian menemukan penyakit-penyakit
penyerta (comorbid) yaitu hipertensi 21,1%, diabetes 9,7%, penyakit cardiovascular/stroke 8,4%
dan penyakit gangguan pernapasan 1,5%. Xun Li, et.al., 2020, menemukan pada pasien COVID-
19 bahwa faktor usia dan penyakit yang mendasari (hipertensi, diabetes, penyakit
jantung)adalah faktor risiko paling utama penyebab kematian COVID-19.

Penyebab yang lain yang dapat menyebabkan kematian atau memperberat adalah infeksi
bakteri, kurang gizi/malnutrisi, gangguan disfungsi organ multiple, kerusakan organ paru-paru,
jantung, ginjal dan hati (Li et al., 2020)

Yang, Jing. et al.(2020) ‘Prevalence of comorbidities and its effects in coronavirus disease
2019 patients: A systematic review and meta-analysis’, International Journal of Infectious
Diseases, 94, pp. 91–95.

Li, X. et al.(2020) ‘Clinical characteristics of 25 death cases with COVID-19: A


retrospective review ofmedical records in a single medical center, Wuhan, China’,
InternationalJournal of Infectious Diseases, 94, pp. 128–132.

3.a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus?

8) Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus?

Pemeriksaan kimia darah

-Darah perifer lengkap

-Analisis gas darah

-Fungsi hepar

-Fungsi ginjal

-Gula darah sewaktu

-Elektrolit

-Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer)


(PDPI, 2020)

PDPI (2020) ‘Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Fibrosis Paru’, (19), pp. 19–21.

12) prognosis ?

Hingga saat ini mortalitas mencapai 2% tetapi jumlah kasus berat mencapai 10%. Prognosis
bergantung pada derajat penyakit, ada tidaknya komorbid dan faktor usia. (jgn dimasuki)

Anda mungkin juga menyukai