Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.F DENGAN


KASUS COVID-19 DI RUANGAN BACCAREA

DISUSUN OLEH:
1. NS. AHMAD YADI, S.KEP
(NIK : 00006394)

2. NS. SINTA DWI TIRTA, S.KEP


(NIK : 0000638)

EKA HOSPITAL PEKANBARU


Jl. Soekarno-Hatta Km. 6,5, Pekanbaru 28282
DAFTAR ISI

BAB I KONSEP MEDIS COVID-19 ................................................................................. 1


A. Konsep Medis .............................................................................................................. 1
B. Konsep Keperawatan ................................................................................................. 10
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.F DENGAN COVID-19 ..................... 17
A. Pengkajian ................................................................................................................. 17
B. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................. 24
C. Therapy...................................................................................................................... 28
D. Analisa Data .............................................................................................................. 29
E. Asuhan Keperawatan ................................................................................................. 30
F. Pelaksanaan dan Evaluasi ........................................................................................... 33
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 49
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 49
B. Saran.......................................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 50

i
BAB I
KONSEP MEDIS COVID-19

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut
Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru
yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan
Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit
Coronavirus Disease-2019 (Covid-19).
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal posistif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Coronavirus tergolonng ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae.Struktur coronavirus membentuk struktur kubus dengan protein
S berlokasi dipermukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah
satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk
penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus
kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang) (Wang,
2020).
Covid-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga
besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya
berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian
SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding Covid-19 (kurang dari 5%), walaupun
jumlah kasus Covid-19 jauh lebih banyak dibanding SARS. Covid-19 juga
memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding
SARS (Kemenkes, 2020).

2. Etiologi
Coronavirus adalah kelompok besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit di hewan dan manusia. Beberapa penyakit-penyakit pada manusia
yang ditimbulkan virus dari keluarga koronavirus adalah selesma, Middle East

1
Respiratory Syndrome (MERS), Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS),
dan penyakit yang dinyatakan pandemi tertanggal 11 Maret 2020 oleh WHO,
Coronavirus Disease 19 (Covid-19).
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO menyebutkan ditemukannya kasus
kategori pneumonia yang belum diketahui penyebabnya di Wuhan, China.
Hari ke hari jumlah kasus meningkat hingga adanya laporan kematian hingga
akhirnya WHO menetapkan kasus ini sebagai Public Health Emergency of
International Concern/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia (PHEIC/KKMMD). Di tanggal 12 Februari 2020, nama Covid-19 resmi
digunakan untuk penyakit baru ini dengan virus penyebabnya disebut SARS-
CoV-2.

3. Cara Penularan
Virus korona ditularkan antara manusia dan hewan (zoonosis) karena
mengalami spillover. Spillover ini dapat terjadi karena berbagai faktor,
misalnya mutasi atau peningkatan kontak antara manusia dengan hewan yang
memiliki virus korona.
Diketahui SARS ditularkan kucing luwak dan MERS ditularkan unta. Saat
ini, kelelawar diduga sebagai hewan yang berperan menjadi sumber penularan
dan trenggiling menjadi reservoir sementara SARS-CoV-2. Pada beberapa
minggu pertama, wabah Covid-19 diketahui berasosiasi dengan pasar makanan
laut yang menjual hewan hidup di Wuhan karena semua pasien saat itu
memiliki riwayat bekerja atau mengunjungi pasar tersebut.
Selain Zoonosis, penyakit ini juga menular antar manusia. Berdasarkan
bukti ilmiah, Covid-19 menular melalui droplet (yang keluar ketika batuk,
bersin, atau menghembuskan napas) dan kontak erat, berbeda dengan
tuberkulosis yang menular melalui udara atau airborne. Virus yang keluar
bersama droplet menempel di permukaan benda. Orang lain dapat tertular
Covid-19 bila bila menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang
telah berkontak benda dengan droplet yang mengandung virus.1 Virus dapat
bertahan di lingkungan sekitar tiga jam hingga beberapa hari (pada tembaga
hingga 4 hari, hingga 24 jam pada papan kardus, serta hingga 2-3 hari pada
plastik dan stainless steel).

2
Droplet yang dikeluarkan ketika batuk atau bersin dapat menempel pada
benda berjarak satu meter. Oleh karena itu, penting untuk menjaga jarak satu
meter satu sama lain. Penelitian lain menemukan bahwa virus ini ditemukan
pula pada feses sehingga diduga berpotensi sebagai salah satu rute transmisi.8
Selain itu, pada biopsi sel epitel rektum, duoodenum, dan gaster ditemukan
bukti infeksi SARS-CoV-2. Lebih lanjut, ditemukan 23% pasien yang
virusnya masih terdeteksi dari sampel feses padahal sudah tidak terdeteksi
pada sampel saluran napas.

4. Resiko Tertular dan Menularkan


a. Penduduk yang tinggal atau dengan riwayat bepergian ke daerah terjangkit
dalam waktu 14 hari terakhir berpotensi tinggi tertular dan menularkan.1
Selain itu, orang yang berkontak erat dengan pasien Covid-19, termasuk
petugas kesehatan dan pelaku rawat pasien, juga berisiko.
b. Penyebaran nasokomial menjadi isu penting. Pada enam minggu pertama
3pidemic di Cina, terdapat 1.716 kasus Covid-19 di petugas kesehatan dan
5 orang diantaranya meninggal. Di akhir Maret, 12% pasien Covid-19 di
Spanyol dan 8% pasien Covid-19 di Italia adalah petugas kesehatan.
Tanggal 28 Maret, 51 dokter meninggal di Itali akibat Covid-19.
c. Pada orang dewasa dan anak-anak dengan sistem imun yang baik
menunjukkan gejala ringan (flu like illness, sakit kepala, atau keluhan
gastrointestinal) bahkan asimtomatik.9– 12 Namun, golongan ini dapat
menjadi carrier atau pembawa virus dan menyebarkannya ke kelompok
rentan. Pada kelompok rentan, gejala dan komplikasi yang ditimbulkan
sangat parah, bahkan dapat menyebabkan kematian.
d. Kelompok rentan yang dimaksud adalah:
1) Golongan berusia lebih dari 50 tahun
2) Orang dengan penyakit medis sebelumnya (komorbid), seperti hipertensi,
penyakit jantung, penyakit paru, kanker, atau diabetes
a) Kanker dikaitkan dengan kadar sitokin yang berlebihan, gangguan
pematangan sel dendriti, dan supresi agen proinflamasi
b) Kondisi penyakit hati kronik atau sirosis juga mengalami penurunan
kondisi imun. Penelitian pada 261 pasien Covid-19 dengan komorbid

3
menemukan bahwa 23 pasien dengan hepatitis B dan 10 pasien dengan
kanker.
3) Orang dengan imunokompromi, seperti pasien kemoterapi dan Orang
Dengan HIV dan AIDS (ODHA).

5. Patofisiologi
“Periode Inkubasi” adalah waktu antara pertama kali terkena virus hingga
pertama kali gejala muncul. Periode inkubasi Covid-19 berlangsung 1-14 hari,
biasanya sekitar lima hari. Gejala yang muncul dapat berupa demam, batuk
nonproduktif, sesak, mialgia, dan lemas. Pada pemeriksaan penunjang dapat
ditemukan jumlah leukosit normal atau leukopenia daan bukti radiologis yang
mengarah ke pneumonia. Perjalanan penyakit dan proses munculnya gejala dari
sejak virus masuk sebagai berikut:
a. Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di
hewan.Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit berat pada hewan,
seperti babi, sapi, kuda, kucing, dan ayam.Coronavirus disebut dengan virus
zoonotic yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia.Banyak
hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk
penyakit menular tertentu.Kelelawar, tikus bamboo, unta dan musang
merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus.
b. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadia severe
acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East Resiratory Syndrome
(MERS) (PDPI, 2020).Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel
host-nya.Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus
setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.
c. Penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh protein S yang ada
dipertemukan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesien host-
nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S
berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-
converting enzyme).
d. ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru,
lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,
ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri
vena, dan sel otot polos.

4
e. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gendari RNA genom
virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui
translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus.
f. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas
kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya).Setelah itu menyebar ke saluran napas dan virus dapat
berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan.Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekiitar 3-
7 hari (PDPI, 2020).

5
PATHWAY Covid 19

Air bone atau droplet

Sisitem respirasi

Infeksi virus dan imflamasi virus Menyerang Sistem pencernaan

Sesak dan Sistem respirasi Thalamus Sistem imun melawan pathogen


Diare
RR
Meningkat Virus masuk ke Paru-paru Perubahan situasi merasansang pusat termoregulasi

Pola nafas Virus menyerang sel epitel alveolus krisis situasional Terjadinya peningkatan suhu tubuh
tidak efektif

Gangguan asam basa Sekret berlebihan Mekanisme kpong tidak efektif Hipertermi

Batuk tidak efektf Ansietas


Gangguan
Pertukaran gas

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

6
6. Manifestasi Klinis
Gejala awal infeksi virus Corona atau Covid-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu
demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala
dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat
bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan
nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus
Corona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona, yaitu:
a. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
b. Batuk kering
c. Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun
lebih jarang, yaitu :
a. Diare
b. Sakit kepala
c. Konjungtivitis
d. Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau
e. Ruam di kulit
Gejala-gejala Covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu
setelah penderita terpapar virus Corona.

7. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Serologi (Antigen-Antibodi)
Rapid Test (RT) yang digunakan adalah RT antibodi dan/atau antigen. RT
antibodi digunakan untuk deteksi kasus ODP dan PDP di wilayah yang tidak
memiliki fasilitas pemeriksaan RT-PCR. Setelah itu, hasil pemeriksaan RT
antibodi tetap dikonfirmasi dengan RT-PCR.
Kesulitan utama dalam melakukan RT yang sahih adalah memastikan negatif
palsu karena angka batas deteksi virus pada real time Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR) yang digunakan sebagai baku emas tidak
ideal. Selain itu, karena konsep pemeriksaan serologi adalah mendeteksi antibodi
yang terbentuk, perlu diperhatikan kapan antibodi mulai terdeteksi. IgA dan IgM
dilaporkan mulai terdeteksi pada hari 3-6 setelah onset, sedangkan IgG terdeteksi
pada hari 10-18 setelah onset. Waktu mulai terdeteksinya yang dinilai lama

7
menyebabkan WHO tidak merekomendasikan pemeriksaan ini sebagai dasar
diagnosis utama.
2. Pemeriksaan Virologi
Pemeriksaan molekular untuk semua pasien suspek (ODP dan PDP)
direkomendasikan oleh WHO. Untuk pasien asimtomatis atau tidak memenuhi
kriteria suspek (OTG) boleh menjalani pemeriksaan molekular pula setelah
mempertimbangkan epidemiologi dan ketersediaan alat. Pemeriksaan ini hanya
dapat dilakukan di fasilitas dengan minimal biosafety level 2 (BSL-2). Metode
yang dianjurkan untuk pemeriksaan virologi adalah amplifikasi asam nukleut
dengan rRT-PCR dan sequencing. Pasien disebut konfirmasi Covid-19 bila:
1) Hasil rRT-PCR positif minimal dua target genom (RdRP, N, E, atau S) spesifik
SARS-CoV-2; atau
2) rRT-PCR positif betacoronavirus
3) Ditunjang dengan hasil sequencing, yaitu ditemukannya seluruh atau sebagian
genom virus yang sesuai SARSCoV-2
Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) menyetujui
penggunaan Tes Cepat Molekuler (TCM) GenXpert yang disebut Xpert Xpress
SARS-CoV-2. Tes ini lebih mudah dikerjakan dibanding rRT-PCR karena
prosesnya otomatis. TEKNIK rRT-PCR yang menargetkan RNA dependent RNA
polymerase (RdRp)/helikase atau gen untuk nukleokapsid SARS-CoV-2 dapat
membantu penegakan diagnosis Covid-19. Dibandingkan pemeriksaan RdRp-P2
yang dipakai di kebanyakan lab Eropa, tes ini lebih sensitif dan spesifik. Protokol
RT-PCR yang mendeteksi SARS-CoV-2 pada dua target RdRp (IP2 dan IP4) dari
WHO dapat dilihat di pada tautan ini.
Selain itu, alat deteksi SARS-CoV-2 berbasis PCR kuantitatif (qPCR) sudah
semakin banyak tersedia, dengan primer yang berbeda-beda. Berdasarkan WHO,
metode ini menggunakan spesimen respiratori yang diambil dari swab
nasofaringeal atau orofaringeal pada pasien rawat jalan. Pada pasien dengan gejala
pernapasan berat, dapat diambil sampel sputum (jika ada) dan/atau aspirat
endotrakeal atau bronchoalveolar lavage. Kemungkinan false-negative PCR perlu
diperhatikan, salah satunya akibat materi virus pada spesimen kurang.
Kasus tertentu (radiologis dan klinis cocok, namun PCR inkonklusif), perlu
dilakukan beberapa kali PCR karena jumlah virus di nasal-faring kemungkinan
bertambah seiring waktu. Swab nasofaring dan tenggorokan tidak nyaman bagi

8
pasien dan lebih berisiko pada petugas kesehatan. Studi menunjukkan bahwa
sampel saliva orofaring posterior dapat dilakukan dan lebih nyaman bagi pasien
dan petugas kesehatan.
Alur pemeriksaan laboratorium di Indonesia yaitu:
1) Kelompok OTG
Kelompok ini perlu melakukan pemeriksaan RT antibodi. Bila hasil
pemeriksaan pertama:
a) Negatif: karantina mandiri dan pemeriksaan ulang di hari ke 10. à Bila hasil
pemeriksaan ulang positif: RT PCR dua kali dua hari berturut-turut
b) Positif: karantina mandiri dan pemeriksaan konfirmasi dengan RT PCR dua
kali dua hari berturut-turut.
2) Kelompok ODP
Kelompok ini perlu melakukan pemeriksaan RT antibodi. Bila hasil
pemeriksaan pertama:
a) Negatif: isolasi diri di rumah dan pemeriksaan ulang di hari ke 10.
Bila hasil pemeriksaan ulang positif: RT PCR dua kali dua hari berturut-
turut
b) Positif: isolasi diri di rumah dan pemeriksaan konfirmasi dengan RT PCR
dua kali dua hari berturut-turut.
3) Kelompok PDP
Kelompok ini perlu melakukan pemeriksaan RT antibodi. Bila hasil
pemeriksaan pertama:
a) Negatif: isolasi diri di rumah dan pemeriksaan ulang di hari ke 10. à Bila
hasil pemeriksaan ulang positif: RT PCR dua kali dua hari berturut turut
(Bila terdapat perburukan gejala, segera ke rumah sakit).
b) Positif:
 Gejala ringan: isolasi diri di rumah
 Gejala sedang: isolasi di RS darurat
 Gejala berat: isolasi di RS rujukan Kelompok ini akan menjalani
pemeriksaan konfirmasi dengan RT PCR dua kali dua hari berturut-turut.

9
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian pada saat triase primer meliputi:
1) Gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas,
sakit tenggorokan
2) Riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi
lokal dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
3) Riwayat perjalanan ke wilayah terjangkit Covid-19 atau tinggal di wilayah
dengan transmisi lokal Covid-19 di Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala
4) Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau kemungkinan Covid-19 dalam
14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
b. Lakukan pemeriksaan awal (primary survey) meliputi jalan napas, pernapasan
(meliputi irama, kedalaman, frekuensi, dan suara napas), sirkulasi, kesadaran
dan exposure (ABCDE)
c. Lakukan pengkajian tanda-tanda vital yang meliputi:
1) Tingkat kesadaran
2) Tekanan darah
3) Frekuensi nadi
4) Frekuensi napas
5) Suhu
6) Saturasi oksigen
d. Lakukan pemeriksaan sekunder (secondary survey) meliputi pemeriksaan fisik
head to toe dan pemeriksaan riwayat alergi makanan, obat dan sebagainya
(AMPLE).
e. Lakukan pengkajian psikososial meliputi kecemasan dan distres.
f. Lakukan pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan laboratorium.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditegakkan sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas,
proses infeksi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

10
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus
kapiler
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman terhadap Kematian.
6. Diare b.d Inflamasi gastrointestinal

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Bersihan Jalan Setelah melakukan Latihan Batuk efektif
Napas Tidak tindakan keperawatan Observasi
efektis selama ….. jam 1. Identifikasi kemampuan batuk
diharapkan bersihan 2. Monitor adanya retensi sputum
jalan nafas teratasi 3. Monitor tanda dan gejala
dengan kriteria Hasil : infeksi saluran nafas
1. Batuk efektif 4. Monitor input dan output
meningkat, cairan (jumlah dan
2. Produksi sputum karakteristknya)
menurun, roncki Terapeutik
menurun, frekuensi 1. Atur posisi semi fowler atau
nafas membaik, fowler
3. Pola nafas membaik. 2. Pasang perlak dan bengkok
dipangkuan pasien
3. Buang secret pada tempat
sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan Tarik nafas dalam
melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2 detik
kemudian
keluarkan dan mulut dengan

11
bibir dibulatkan
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi Tarik
nafas dalam hingga 3
kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah
Tarik napas dalam yang ke tiga
Kolaborasi
Kolaborasi pemberikan mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu.
2. Gangguan Setelah melakukan Manajamen Asam Basa
Pertukaran Gas tindakan keperawatan Observasi
dalam 3x24 jam 1. Monitor frekuensi, irama,
pertukaran gas kedalaman, dan upaya nafas
meningkat 2. Monitor pola nafas (seperti
dengan Kriteria hasil: bradibnea, takipnea,
1. Tingkat kesadaran hyperventilasi, kussmaul,
(GCS E4V5M6 / cheyne-stokes, biot ataksis)
kompos mentis) 3. Monitor saturasi oksigen
2. Dispnea menurun 4. Monitor nilai AGD
3. Pola nafas membaik Terapeutik
(dalam batas 1. Dokumentasikan hasil
normal) pemantauan
4. Bunyi nafas tambah 2. Atur interval pemantauan
menurun respirasi seseuai kondisi pasien
Edukasi
Informasikan hasil pemantauan
jika perlu
3. Pola nafas tidak Setelah melakukan Observasi
efektif tindakan keperawatan 1. Monitor pola nafas frekuensi,
selama …. Jam kedalamandan usagha nafas
diharapkan pola nafs 2. Monitor bunyi nafas

12
kembali efektif tambahaan
dengan Kriteria hasil: 3. Monitor sputum (jumlah,
1. Dispnea menurun warna dan aroma)
2. Penggunaan otot Terapeutik
bantu nafas menurun 1. Berikan posisi semi fowler
3. Volume tidal atau fowler
membaik 2. Berikan minum hangat
4. PCO2 membaik 3. Lakukan fisioterapi dada
(dalam batas 4. Berikan oksigen jika perlu
normal) Edukasi
5. PO2 membaik 1. Anjurkan asupan cairan 2000
(dalam batas ml/hari, jika perlu
normal) 2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian
mukolitik, jika perlu
4. Ansietas Setelah dilakukan Manajemen Ansietas
Ds: tindakan keperawatan Observasi:
 Ps … jam masalah 1. Pantau perubahan TTV dan
mengatakan keperawatan ansietas kondisi yang menunjukkan
penyakitnya pasien dapat diatasi. peningkatan kecemasan
sulit untuk 2. Pantau Eksperi,postur, dan
sembuh Kriteria hasil: gerakan yang menunjukkan
 Pasien 1. Klien mampu kecemasan
mengatakan menggambarkan Nursing:
kawatit karna kecemasan pola 1. Berikan teknik relaksasi diri
penyakitnya koping nya sendiri dan pengendalian perasaan
akan 2. Pasien negative atas segala hal yang
membunuhny menunjukkan dirasakan
a kemampuan untuk 2. Tingkatkan koping individu
Do: meyakinkan diri klien
 Pasien sendiri 3. Berikan dukungan emosi
tampak 3. Klien memiliki selama Cemas

13
Tegang postur, ekspresi Edukasi:
 Pasien wajah, gerakan dan 1. Berikan informasi serta
tampak tingkat aktivitas bimbingan antisipasi tentang
geilsah yang mencermink segala bentuk kemungkinan
an penurunan yang akan terjadi dan masa
ansietas yang akan dating
4. Klien 2. Instruksikan untuk melaporkan
menunjukkan timbulnya gejala-gejala
penngendalian diri kecemasan yang muncul yang
terhadap tidak dapat lagi di kontrol.
kecemasan Kolaborasi:
Pemberian obat antidepresan
apabila klien benar-benar tidak
mampu mengendalikan dirinya
5. Hipertermia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Proses penyakit asuhan keperawatan Observasi
Ds : selama …. jam 1. Identifikasi peneyebab
- Pasien diharapkan suhu tubuh hipertermi
megatakan pasien dalaam rentang 2. Monitor suhu tubuh
demam normal 3. Monitor kadar elektrolit
Do : Kriteria hasil 4. Monitor komplikasi akibat
- Kulit dan 1. Suhu tubuh dalam hipertermia
mata pasien batasan normal Teraupetik
terlihat 2. Tidak ada 1. Sediakan lingkungan yang
merah perubahan warna dingin
- Suhu tubuh kulit pada pasien 2. Longgarkan atau lepaska
diatas 3. Kulit pasien tidak pakaian
rentang teraba hanagat 3. Basahi dan kipasi permukaan
normal tubuh
4. Lakukan kompres air dingin
pada dahi, leher, dada,
abdomen dan aksila
5. Berkan oksigen jika perlu

14
Edukasi
1. Anjurkan pasien untuk tikan
memakai pakaian yang
berbahan tebal
2. Anjurkan pasien untuk banyak
mengkonsumsi air putih
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit jiaka perlu
6 Diare b.d Setelah dilakukan Manajemen Diare
inflamasi tindakan keperawatan Observasi
gastrointestinal 3x24 jam, masalah 1. Identifikasi Penyebab diare
keperawatan diare biasa 2. Identifikasi riwayat pemberian
teratasi makan
3. Monitro
Kriteria Hasil: warna,frekuensi,konsistensi
1.BAB kurang dari feses
3x/hari 4. Monitor iritasi pada daerah
2. Kosistensi BAB padat perianal
Teraupetik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Anjurkan jalur intravena
3. Berikan cairan intravena
4. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan Labor
5. Ambil sampel feses untuk
kultur, Jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan makan porsi kecil
namun sering
2. Anjurkan untuk banyak minum
air putih
Kolaborasi

15
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit jika perlu dan oralit

4. Pelaksanaan/ implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi
keperawatan decompensasi cordis sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya.

6. Discharge planning
Upaya untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 kepada keluarga maupun
orang lain dapat dilakukan dengan:
a. Jangan lupa untuk selalu minum obat rutin
b. Selalu pakai masker terutama saat berjumpa dengan orang-orang
c. Selalu cuci tangan dengan 6 langkah benar
d. Isolasi mandiri sampai aa pemeriksaan PCR yang menyatakan Negatif
e. Menggunakan alat-alat makan sendiri dan jangan digabung dengan keluarga
ataupun orang-orang yang ada di rumah
f. Jaga pola makan (selalu makan buah dan sayur)
g. Atur pola hidup bersih dan sehat
h. Jangan lupa control ke rumah sakit sesuai dengan jadwal yang telah dibuat

16
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.F DENGAN COVID-19

A. Pengkajian
1. Gambaran Umum
Nama : Tn. F
PRN : 0000096641
Umur : 24 Tahun
Cara Masuk : UGD
Tgl & Jam Masuk : 24 Mei 2021/13:07
Hasil Pengkajian UGD :
1. Pasien masuk via UGD dengan keluhan batuk kering , demam dan pilek
2. Pasien mengatakan Demam naik turun sejak kemarin
3. Pasien ada riwayat kontak dengan ibu yang positif covid-19
4. Hasil rapid antigen positif di Eka Hospital pagi ini
Riwayat Kes. Sebelumnya : Tidak ada
Riwayat Alergi : Tidak Ada
Operasi Sebelumnya : Tidak Ada
Diagnosa Medis : COVID-19

17
A. Inpatient Nursing A/P

18
19
20
21
22
2. Pengkajian Tambahan
Pasien mengatakan demam naik turun ,batuk dan pilek sejak hari ini, pasien ada
riwayat kontak dengan ibunya yang positif covid, badan teraba hangat, saat
dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil: TD: 111/60 mmHg, N: 85x/menit,
T: 37,5 C, RR: 19x/menit, BB: 60 kg, TB: 163 cm.

23
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hasil Laboratorium

24
25
26
27
C. Therapy
1. IVFD:
a. NS 0,9 % 500 ml/12 jam
2. Obat Per Oral
b. Avigan loading dose 2 x 1600 mg po, selanjutnya 2 x 600 mg po
c. Azitromicin 1 x 500 mg po
d. Vectrin 3 x 300 mg po
e. Becom C 1 x1 Caps po
f. Prove D3 3x1000 IU po
3. Obat Injeksi
g. Pantoprazole 1 x 40 mg IV

28
D. Analisa Data
Nama Pasien/Umur : Tn.F/ 24 Th Ruang Rawat/Kamar: Bacarea/ 5200
No. Rekam Medis : 0000096641 Diagnosa Medis : Covid-19
No Data Masalah Etiologi
1 Data Subjektif: infeksi virus
1. Pasien mengatakan Hipertermi
demam naik turun, berkembang
biak di system
Data Objektif: retikula endoteal
1. Suhu: 37,5 C
2. TD:111/60 mmHg membebaskan
3. N: 85 x/mnt endogen pirogen
4. Badan teraba hangat
leukosit
menurun

peningkatan
suhu tubuh

29
E. Asuhan Keperawatan
Nama Pasien/Umur : Tn.F/ 24 Th Ruang Rawat/Kamar: Bacarea/ 5200
No. Rekam Medis : 0000096641 Diagnosa Medis : Covid-19

IMPLEMENTASI
Diagnosa Tujuan dan Rencana Asuhan
No TTD dan EVALUASI
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan JAM Tgl: 25/6/2021
Nama
1 Hipertermi b.d Setelah dilakukan Observasi : 13.30 Serah terima pasien Shinta Subjektif:
proses penyakit tindakan 1. Identifikasi WIB dengan perawat dinas dan 1. Pasien mengatakan
keperawatan selama penyebab hipertermi Pagi. Yadi demam masih naik
DS: 3x24 jam hipertermi 2. Monitor suhu tubuh turun
1. Pasien teratasi. 3. Monitor kadar 14.00 Keruang pasien, Shinta Objektif:
mengatakan elektrolit WIB mengidentifikasi, Dan 1. Pasien tampak
demam naik Kriteria Hasil: kontrak waktu dan Yadi lemas, mukosa
turun, 1. Suhu tubuh Nursing : memperkenalkan diri mulut kering
dalam batas 1. Sediakan pada pasien. 2. Pemeriksaan TTV:
DO: normal (36,5- lingkungan yang a. TD: 111/60
1. Suhu: 37,5 C 37,5) dingin 14.15 Mengobservasi keadaan Yadi mmHg
2. TD:111/60 2. Suhu kulit 2. Berikan cairan oral WIB umum pasien sedang, b. Pernafasan: 20
mmHg membaik (tidak 3. Lakukan kesadaran x/m
3. N: 85 x/mnt teraba hangat) pendinginan composmentis, GCS 15, c. Nadi: 85 x/m
4. Badan teraba eksternal( kompres pasien terpasng IVFD d. Suhu: 37,5 C
hangat dingin pada dahi, NS 0,9% 500 ml/12 jam e. Saturasi: 98 %

30
leher, dada, 16.20 Mengukur Suhu pasien: Shinta Analisa:
abdomen, aksila) WIB hasil 38,8 C Masalah
hipertermi
Edukasi : 16.30 Memberikan Shinta belum teratasi
1. Anjurkan tirah WIB paracetamol infus 1 gr Planning:
baring Intervensi
Menganjurkan pasien keperawatan
Colaborasi : untuk banyak minum air dilanjutkan
1. Kolaborasi hangat.
pemberian cairan
dan elektrolit 17:00 Mengobservasi tetesan Yadi
intravena, jika perlu. Wib infus lancar, vip score 0

17.30 Keruang pasien, Shinta


WIB mengidentifikasi pasien,
mengukur suhu: hasil
37,1 C

19.00 Mengidentifikasi pasien, Yadi


WIB memberikan obat sesuai
advice dokter dan

31
menjelaskan fungsinya

21.00 Serah terima pasien Shinta


WIB dengan perawat dinas dan
malam Yadi

32
F. Pelaksanaan dan Evaluasi
1. Tanggal 24 Mei 2021 (shift Siang)

33
34
35
36
2. Tanggal 24 Mei 2021 (Shift malam)

37
38
39
40
3. Tanggal 25 Mei 2021 (Shift Siang)

41
42
43
44
4. Tanggal 25 Mei 2021 (Shift malam)

45
46
47
48
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Covid-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar
coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda
jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%)
lebih tinggi dibanding Covid-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus Covid-19
jauh lebih banyak dibanding SARS. Covid-19 juga memiliki penyebaran yang lebih
luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS (Kemenkes, 2020).
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditegakkan sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas,
proses infeksi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus kapiler
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman terhadap Kematian.
6. Diare b.d inflamasi gastrointestinal
Berdasarkan hasil pengkajian kelompok kami pada pasien tn.f kami
hanya mendapatkan data pasien demam naik turun dan suhu >37,5 sehingga
kelompok kami hanya mengangkat satu diagnose saja yaitu Hipertermia b.d
proses infeksi virus

B. Saran
Penulis berharap bahwa makalah ini bias berguna bagi pemabaca terutama
untuk mengetahu askep tentang pasien covid-19 dan penulis juga memohon maaf
apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalah dan kekurangan dan
penulis mengharapkan krtikan dan saran kepada penulis agar makalah ini bias
menjadi lebih baik dari sebelum nya.

49
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2020). Panduan Asuhan Keperawatan Di Masa Pandemi COVID-19, Edisi 1.


Jakarta: DPP PPNI.

Gustinerz (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Covid-19.com.

PPNI (2016). Standar Asuhan Keperawatan Indonesia (SDKI), Jakarta

PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Jakarta

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Jakarta

50

Anda mungkin juga menyukai