Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN COVID-19

OLEH

KELOMPOK V

MOH. TAUFIQ MANTO 2119004


ICA INAKU 2119008
BEATRIKS YUNITA 2119021
ADRIANUS JERATU 2119005
ARCHANGELA M. ALVIONITA 2119024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di masa pandemi COVID-19, tenaga medis berupaya memberikan

perawatan yang terbaik untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19.

Pasien dengan COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit banyak yang

mengeluh mengalami sesak nafas. Sebagai seorang perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan tidak hanya berupa terapi konvensional,

tetapi dapat dilakukan bersamaan dengan terapi komplementer sebagai

upaya untuk membantu proses penyembuhan penyakit. Terapi

komplementer yang dapat diberikan yaitu kombinasi Deep breathing dan

Humming. Penelitian mengenai Kombinasi Deep breathing dan Humming

belum pernah ada yang melakukan sebelumnya.

Kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan,

Provinsi Hubei pada Desember 2019. Sumber penularan kasus ini masih

belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di

Wuhan (Huang C, 2020). Penyakit ini berkembang sangat pesat dan telah

menyebar ke berbagai provinsi lain di Cina, bahkan menyebar hingga ke

Thailand dan Korea Selatan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.

Pada 11 Februari 2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan

nama penyakit ini


sebagai Virus Corona Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus SARS-

CoV-2, yang sebelumnya disebut 2019-nCoV, dan dinyatakan sebagai pandemik

pada tanggal 12 Maret 2020 (Susilo , 2020).

Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel corona virus

(2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020

yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute

Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat ditularkan

dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari

190 negara dan teritori lainnya. Sampai tanggal 29 Maret 2020, terdapat 634.835

kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di Indonesia sudah

ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus kematian (WHO,

2020).

B. Rumusan Masalah

1. Definisi

2. Etiologi

3. Karakteristik epidemiologi

4. Mekanisme penularan

5. Karakteristik klinis

6. Pencegahan

7. Contoh kasus Askep dengan Penyakit Covid-19


BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Pengertian COVID-19 Corona virus merupakan keluarga besar virus

yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia

biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu

biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut / Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara

orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini

dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel

SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol selama

tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret

2020 tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan

risikonya diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).

Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian

luar biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian

diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-

COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-

19). COVID-19 termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering

berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara

genetic sangat berbeda dari virus SARS-CoV dan MERS-CoV. Homologi

antara COVID- 19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada

kelelawar-SARS
yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro,

COVID-19 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah

96 jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan

Huh- 7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Paru-paru adalah organ

yang paling terpengaruh oleh COVID-19, karena virus mengakses sel

inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar tipe II

paru- paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan khusus, yang

disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang

(Letko et al, 2020).

Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat genus; α, β, γ,

d an δ. Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang

telah diketahui menginfeksi manusia. Kebanyakan virus corona

menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East

Respiratory Syndrome Coronavirus (MERSr CoV), severe acute

respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr CoV) dan novel

coronavirus 2019 (COVID-19) dapat menyebabkan pneumonia ringan

dan bahkan , serta penularan yang dapat terjadi antar manusia. Virus

corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat di

nonaktifkan (secara efektif dengan hampir semua disinfektan kecuali

klorheksidin). Oleh karena itu, cairan pembersih tangan yang

mengandung klorheksidin tidak direkomendasikan untuk digunakan

dalam wabah ini (Safrizal dkk, 2020)

2. Etiologi

Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit Virus Corona


2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi etiologi COVID-19

didasarkan pada pemahaman sifat fisikokimia dari penemuan virus

corona sebelumnya. Dari penelitian lanjutan, edisi kedua pedoman

tersebut menambahkan “coronavirus tidak dapat dinonaktifkan secara

efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudian definisi baru ditambahkan

dalam ed isi keempat, “nCov-19 adalah genus b, dengan envelope, bentuk

bulat dan sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm.

Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr-

CoV. Homologi antara nCoV2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari 85%.

Ketika dikultur in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel epitel

pernapasan manusia setelah 96 jam, sementara itu membutuhkan sekitar 6

hari untuk mengisolasi dan membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“,

serta ”corona virus sensitif terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal dkk,

2020). CoV adalah virus RNA positif dengan penampilan seperti mahkota

di bawah mikroskop elektron (corona adalah istilah latin untuk mahkota)

karena adanya lonjakan glikoprotein pada amplop. Subfamili

Orthocoronavirinae dari keluarga Coronaviridae (orde Nidovirales)

digolongkan ke dalam empat gen CoV: Alphacoronavirus (alphaCoV),

Betacoronavirus (betaCoV), Deltacoronavirus (deltaCoV), dan

Gammacoronavirus (deltaCoV). Selanjutnya, genus betaCoV membelah

menjadi lima sub- genera atau garis keturunan10.

Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar

dan tikus adalah sumber gen alphaCoVs dan betaCoVs. Sebaliknya,

spesies
burung tampaknya mewakili sumber gen deltaCoVs dan gammaCoVs.

Anggota keluarga besar virus ini dapat menyebabkan penyakit

pernapasan, enterik, hati, dan neurologis pada berbagai spesies hewan,

termasuk unta, sapi, kucing, dan kelelawar (Safrizal dkk, 2020). Sampai

saat ini, tujuh CoV manusia (HCV) yang mampu menginfeksi manusia

telah diidentifikasi. Beberapa HCoV diidentifikasi pada pertengahan

1960-an, sementara yang lain hanya terdeteksi pada milenium baru.

Dalam istilah genetik, Chan et al. telah membuktikan bahwa genom

HCoV baru, yang diisolasi dari pasien kluster dengan pneumonia atipikal.

Setelah mengunjungi Wuhan diketahui memiliki 89% identitas nukleotida

dengan kelelawar SARS seperti-CoVZXC21 dan 82% dengan gen manusia

SARS- CoV11. Untuk alasan ini, virus baru itu bernama SARS-CoV-2.

Genom RNA untai tunggal-nya mengandung 29891 nukleotida, yang

mengkode 9860 asam amino. Meskipun asalnya tidak sepenuhnya

dipahami, analisis genom ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin

berevolusi dari strain yang ditemukan pada kelelawar.

Namun, potensi mamalia yang memperkuat, perantara antara

kelelawar dan manusia, belum diketahui. Karena mutasi pada strain asli

bisa secara langsung memicu virulensi terhadap manusia, maka tidak

dipastikan bahwa perantara ini ada (Safrizal dkk, 2020).

3. Karakteristik Epidemiologi

Menurut Safrizal dkk, (2020) karakteristik epidemiologi meliputi:

a. Orang dalam pemantauan


Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau memiliki

riwayat demam atau ISPA tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang

memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari

terakhir sebelum timbul gejala juga dikategorikan sebagai dalam

pemantauan.

b. Pasien dalam pengawasan

1) Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara

yang terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala

COVID-19 dan seseorang yang mengalami gejala- gejala, antara

lain: demam (>38°C); batuk, pilek, dan radang tenggorokan,

pneumonia ringan hingga berdasarkan gejala klinis dan/atau

gambaran radiologis; serta pasien dengan gangguan sistem

kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan tanda

menjadi tidak jelas.

2) Seseorang dengan demam >38°C atau ada riwayat demam atau

ISPA ringan sampai dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul

gejala, memiliki salah satu dari paparan berikut: Riwayat kontak

dengan kasus konfirmasi COVID-19, bekerja atau mengunjungi

fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi

COVID-19, memiliki riwayat perjalanan ke wilayah endemik,

memiliki sejarah kontak dengan orang yang memiliki riwayat

perjalanan pada 14 hari terakhir ke wilayah endemik.

4. Mekanisme Penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita

dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan

ketika orang memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka

waktu yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif

tertutup akan semakin tinggi sehingga penularan akan semakin mudah

(Safrizal dkk, 2020).

5. Pemeriksaan Diagnostik
Dalam rangka diagnosis Covid-19, terdapat dua jenis pemeriksaan

yang bisa dilakukan. Yang pertama adalah swab test atau RT-PCR. Yang

kedua adalah rapid test atau tes serologis. Keduanya memiliki prosedur dan

mekanisme yang berbeda dalam menentukan hasil tes untuk diagnosis.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), swab test menggunakan

metode polymerase chain reaction atau PCR lebih direkomendasikan untuk

diagnosis Covid-19. Namun rapid test juga memiliki peran penting dalam

deteksi dini penularan virus corona di masyarakat. Dari deteksi dini, tim yang

bertugas menangani Covid-19 bisa menentukan langkah selanjutnya guna

mencegah penularan lebih luas.

 Pemeriksaan RT-PCR (Swab Test)

Pemeriksaan RT PCR merupakan pemeriksaan yang dilakukan

untuk mendeteksi materi genetik virus. Pemeriksaan PCR dapat

menggunakkan sampel swab nasofaring (melalui hidung) dan swab

orofaring (melalui tenggorokan).

Alat yang digunakan menggunakan swab khusus yang digunakan

untuk pemeriksaan PCR kemudian dimasukkan kedalam tabung

penampung( viral transport media/ VTM).


Metode PCR terdiri dari beberapa tahap yaitu proses pelepasan dan

penggandaan materi genetik virus sehingga dapat dideteksi dengan alat.

Pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan laboratorium dan

peralatan PCR yang sesuai dengan standar Biosafety Level 2. Faktor yang

berpengaruh pada pemeriksaan PCR antara lain faktor pengambilan

sampel, transportasi sampel, hingga proses pengerjaan sampelnya.

 Pemeriksaan Serologis (Rapid Test)

Rapid test lebih berperan sebagai cara penyaringan awal terhadap

kasus positif Covid-19. Hasil rapid test tak bisa dijadikan penopang

diagnosis pasien Covid-19. Sebab, pemeriksaan serologis ini hanya

bertujuan melihat ada atau tidaknya sistem kekebalan tubuh yang muncul

sebagai respons terhadap masuknya virus.

Virus ini tidak selalu SARS-CoV-2 atau penyebab Covid-19. Waktu

pemeriksaan juga mempengaruhi hasil rapid test. Bisa jadi belum ada

respons dari sistem imun karena virus corona baru saja masuk. Karena itu,

hasil rapid test yang positif atau reaktif tidak selalu menandakan orang

yang dites positif corona. Diperlukan tes berulang hingga swab test untuk

menegakkan diagnosis. Walau demikian, orang dengan hasil rapid test

positif bisa disaring dan diisolasi sebagai langkah antisipasi penularan

Covid-19 sembari menunggu kepastian diagnosis. Prosedur rapid test lebih

sederhana dan singkat dibanding swab test. Biayanya pun lebih murah.

Cara yang paling jamak adalah dengan mengambil sampel darah dari

ujung jari. Sampel ini lalu diperiksa menggunakan alat rapid test untuk

melihat sistem imun. Bila ditemukan respons sistem imun atau reaktif, ada

potensi infeksi virus corona. Begitu pula sebaliknya. Hasil ini bisa

diketahui dalam hitungan menit hingga jam sejak pengambilan sampel.


6. Karakteristik Klinis

Menurut Safrizal dkk, (2020) berdasarkan penyelidikan epidemiologi

saat ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1 hingga 14 hari, dan

umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan

batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti

hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare relative jarang

terjadi pada kasus yang parah, dispnea dan / atau hipoksemia biasanya

terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk

dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan

akut, syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi

perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll.

Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam

sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan

hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya

tanpa manifestasi pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian

besar pasien memiliki prognosis yang baik. Orang tua dan orang-orang

dengan penyakit kronis yang mendasari biasanya memiliki prognosis

buruk
sedangkan kasus dengan gejala yang relatif ringan sering terjadi pada

anak-anak. Beberapa gejala yang mungkin terjadi, antara lain :

a. Penyakit Sederhana (ringan)

Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus saluran

pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk (kering), sakit

tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau

malaise. Tanda dan gejala penyakit yang lebih serius, seperti dispnea,

tidak ada. Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala

non-pernapasan seperti diare sulit ditemukan.

b. Pneumonia Sedang

Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada

anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia .

c. Pneumonia Parah

Demam berhubungan dengan dispnea , gangguan pernapasan,

takipnea (> 30 napas / menit), dan hipoksia (SpO2<90%) pada udara

kamar). Namun, gejala demam harus ditafsirkan dengan hatihati

karena bahkan dalam bentuk penyakit yang parah, bisa sedang atau

bahkan tidak ada. Sianosis dapat terjadi pada anak-anak. Dalam

definisi ini, diagnosis adalah klinis, dan pencitraan radiologis

digunakan untuk mengecualikan komplikasi.

d. Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)

Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini

menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang serius atau


memburuknya gambaran pernapasan yang sudah diidentifikasi.

Berbagai bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia.

7. Pencegahan

Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan

penularan COVID-19 meliputi :

a. Sering-Sering Mencuci Tangan

Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan.

Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir

efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus

Corona. Pentingnya menjaga kebersihan tangan membuat memiliki

risiko rendah terjangkit berbagai penyakit.

b. Hindari Menyentuh Area Wajah

Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah,

seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan

tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat penting

menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan

dengan benda atau bersalaman dengan orang lain.

c. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan

Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah

penyebaran virus Corona. Untuk saat ini menghindari kontak adalah

cara terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran

virus Corona.

d. Jangan Berbagi Barang Pribadi


Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari.

Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan, handphone,

dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi kesehatan dan mencegah

terinfeksi virus Corona.

e. Etika ketika Bersin dan Batuk

Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara. Ketika

bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang yang ada di

sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur. Lebih baik gunakan tisu

ketika menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci

tangan hingga bersih menggunakan sabun agar tidak ada kuman,

bakteri, dan virus yang tertinggal di tangan.

f. Bersihkan Perabotan di Rumah

Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan

tempat tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk membersih

perabotan yang ada di rumah. Bersihkan permukaan perabotan

rumah yang rentan tersentuh, seperti gagang pintu, meja, furnitur,

laptop, handphone, apa pun, secara teratur. Bisa membuat cairan

disinfektan buatan sendiri di rumah menggunakan cairan pemutih

dan air. Bersihkan perabotan rumah cukup dua kali sehari.

g. Jaga Jarak Sosial

Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang efektif

adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan kampanye jag


jarak fisik atau physical distancing. Dengan menerapkan physical

distancing ketika beraktivitas di luar ruangan atau tempat umum,

sudah melakukan satu langkah mencegah terinfeksi virus Corona.

Jaga jarak dengan orang lain sekitar satu meter. Jaga jarak fisik

tidak hanya berlaku di tempat umum, di rumah pun juga bisa

diterapkan.

h. Hindari Berkumpul dalam Jumlah banyak

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian Republik

Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak melakukan aktivitas

keramaian selama pandemik virus Corona. Tidak hanya tempat

umum, seperti tempat makan, gedung olah raga, tetapi tempat

ibadah saat ini harus mengalami dampak tersebut. Tindakan

tersebut adalah upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Virus Corona dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, hingga

udara. Untuk saat ini, dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di

rumah agar pandemik virus Corona cepat berlalu.


CONTOH KASUS ASKEP COVID-19

A. Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait dan Konsep

Kasus Terkait

Kasus kelolaan utama dalam karya ilmiah ini adalah klien dengan

diagnosa medis pneumonia et causa post COVID-19.

Pengkajian dilakukan tanggal 11 februari 2021 pada pasien Pneumonia et

causa post COVID-19 yang dirawat diruang Instalasi Care Unit (ICU).

Pengkajian penelitian dilakukan pada 1 pasien yaitu Tn. R, dengan diagnosa

Pneumonia et causa post COVID-19 menggunakan metode wawancara,

observasi, serta catatan rekam medis.

Berikut adalah Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa, Intervensi,

Implementasi, dan Evaluasi yang didapatkan dari klien yang akan dibahas, di

bawah ini :

1. Pengkajian

a. Biodata Pasien

1) Identitas Klien

Nama : Tn.R
Jenis kelamin : Laki- Laki
Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta

53
54

Alamat : Jl. Mangkurawang


Tanggal masuk RS : 08 Februari 2021
Tanggal Pengkajian : 11 Februari 2021
No Register : 08.11.90.XX
Diagnosa Medis : Pneumonia et causa post covid-19

2) Keluhan Utama

Pasien mengatakan sesak napas

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan sesak napas dan lemas. Pasien mulai

merasa tidak enak badan sejak seminggu yang lalu sebelum

masuk RS. Pasien merasa dadanya terasa sesak, kepala pusing,

dan tidak bisa mencium aroma.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat positive covid-19.

Pada bulan desember 2021.

5) Riwayat keperwatan berdasarkan pola kesehatan fungsional

(a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat

Pasien mengatakan biasanya sakit batuk pilek, dan

sembuh setelah minum obat.

(b) Pola metabolik nutrisi

Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Kadang merasa

mual. Makan 3x setengah porsi dan minum 1 botol air (600

cc) dalam sehari . Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein.


55

(c) Pola eliminasi

Pasien mengatakan BAK spontan 5-6 x/hari. Berwarna

kuning. Bau khas amonia. BAB 1x/hari. Konsistensi lunak.

(d) Pola tidur-istirahat

Pasien mengatakan sulit tidur karena sesak nafas dan

pusing. Tidur dalam sehari 8 jam. Dan sering terbangun.

(e) Pola aktivitas-latihan

Pasien mengatakan badannya lemas. Mudah lelah saat

beraktivitas dan nafasnya terasa sesak.

(f) Pola kognitif-persepsi

Pasien tidak ada masalah pada ingatannya.

(g) Pola persepsi diri-konsep diri

Pasien kooperatif. Kadang tampak murung.

(h) Pola peran hubungan

Pasien mengatakan ingin betemu dan kembali

berkumpul dengan anak dan istrinya. Pasien sangat

menyayangi keluarganya.

(i) Pola toleransi stress-koping

Pasien mengatakan menghadapi rasa stress dengan

berdoa.

(j) Pola nilai-kepercayaan

Pasien mengatakan penyakitnya terjadi karena cobaan

dari Allah SWT. Pasien sering beribadah selama dirawat di


56

rumah sakit.

4) Pemeriksaan Fisik

e) Inspeksi

Keadaan pasien composmentis. GCS (E4V6M5). Wajah

terlihat pucat, gelisah, lemas, sesak nafas. Pernafasan cuping

hidung, bentuk dada simetri, irama nafas terarur, pola nafas

dipsnea, terdapat otot bantu pernafasan. Terpasang IVFD dan

oksigen NRM (10 lt/menit)

f) Palpasi

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 140/110 mmHg,

RR : 40 x/menit, N : 115 x/menit, T : 37.8◦C, SPO2 : 86 %.

Denyut nadi teraba kuat dan cepat, turgor kulit baik.

g) Perkusi

Tidak ada pembesaran hepar, lien, dan ginjal. Batas Jantung

: Batas atas : ICS ke 3 linea parasternal kanan sampai ICS ke 3

linea parasternal kiri, bawah : ICS ke 5 linea parasternal kanan

sampai ICS ke 5 lineaaxilaris anterior kiri, kanan : ICS 3

sampai 5, kiri : ICS Ke 3 sampai ICS Ke 5 anterior kiri

h) Auslkutasi

Suara nafas ronchi basah. BJ1 dan BJ2 normal (lup dup).
57

5) Pemeriksaan Penunjang

(a) Pemeriksaan laboratorium

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

HASIL PEMERIKSAAN
JENIS
NO PEMERIKSAAN TGL ... TGL … TGL … TGL .. TGL … NILAI NORMAL
08/01/21

1 Leukosit 16.80 5.0-10.3 10^3 dl

2 Eritrosit 4.93 4.5-5.6 g/dl

3 Hemoglobin 13.6 14-16.9 g/dl

4 Hemotokrit 40.2 45-55%

5 Trombosit 490 150-450 10^3 µl

6 PC02 43,5 35-45 mmol

7 P02 125 80-100 mmol

8 pH 7.4 7.37-7.45

(b) Pemeriksaan Foto

Thorax Hasil : Tgl.

08/01/21

Kesan : Pneumonia sinistra lobussuperior segment apical

posterior.
58

2. Analisa Data

Tabel 4.2
Analisa Data

Masalah
Data Fokus Etiologi
Keperawatan
Data Subjektif : Virus Covid-19
Tn. R mengatakan sesak nafas Bersihan Jalan Nafas
Terpapar orang/benda Tidak Efektif
Data objektif : yang positif Covid-19
- Pasien tampak gelisah (D.0001)
Masuk melalui udara
- Pernafasan cepat dangkal
- Suara nafas ronchi basah ke saluran nafas
- Batuk tidak efektif
Masuk ke dalam paru-
- RR : 24 x/menit
paru

Bronkus/bronkeolud
dan alveolus

Menggangu kerja
makrofag

Infeksi

Peradangan

Produksi sekret
meningkat

Akumulasi sekret

Obstruksi saluran
nafas

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif

Data Subjektif : Virus Covid-19 Gangguan Pertukaran


Tn. R mengatakan sesak nafas Gas
dan pusing Terpapar orang/benda
yang positif Covid-19 (D.0003)
Data objektif :
- Pasien tampak gelisah Masuk melalui udara
- Suara nafas Ronchi basah ke saluran nafas
59

- Pernafasan cuping hidung


- Irama nafas cepat dangkal Masuk ke dalam paru-
- Nadi : 96 x/menit, paru
- RR : 24 x/menit,
- PC02 : 43,5 mg/dl Bronkus/bronkeolud
- P02 : 125 m/dl dan alveolus
- SPO2 : 87%
Menggangu kerja
makrofag

Infeksi

Peradangan

Produksi sekret
meningkat

Difusi gas O2 dan


CO2 terganggu

Kapasitas tranportasi
O2 menurun

Gangguan
Pertukaran Gas

Data Subjektif : Virus Covid-19 Intoleransi Aktivitas


Tn. R mengatakan mudah
lelah, badan terasa lemas dan Terpapar orang/benda (D.0056)
apabila beraktivitas nafasnya yang positif Covid-19
terasa sesak
Masuk melalui udara
ke saluran nafas
Data objektif :
- TD meningkat saat Masuk ke dalam paru-
beraktivitas paru
- TD : 130/80 mmHg
(sebelum) 140/90 mmHg Bronkus/bronkeolud
(sesudah) dan alveolus
- Nadi : 96 x/menit,
(sebelum) 100 x/menit, Menggangu kerja
(sesudah) makrofag
- RR : 24 x/menit, (sebelum)
26 x/menit (sesudah) Peradangan
60

Peningkatan
prostagladin

Peningkatan
penggunaan energi

Keletihan/kelelahan

Intoleransi Aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.3
Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)

Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)


2.

Intoleransi aktivitas (D.0056)


3.
61

3. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.4
Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan Jalan Nafas (D.0001) Tujuan: Manajemen Jalan Nafas (I.01011)

Di buktikan dengan : Setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan  Monitor pola nafas
Gejala dan Tanda Mayor selama................bersihan  Monitor bunyi nafas
jalan nafas meningkat  Monitor sputum
Subjektif:
dengan kriteria hasil :
Terapeutik
Mengeluh sesak nafas 1. Produksi sputum
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
menurun
dengan headtill chin lift
Objektif: 2. Mengi menurun
 Posisikan semifowler atau fowler
3. Whezing menurun
 Berikan minum hangat
- Batuk tidak efektifatau mampu 4. Dipsnea menurun
 Lakukan fisioterapi dada
batuk 5. Saturasi Oksigen
 Lakukan penghisapan lendir
- Sputum berlebih/obstruksi jalan membaik kurang dari 15 detik
nafas 6. Pola nafas membaik  Berikan oksigen, jika perlu
- Mengi, Wheezing, atau ronchi
kering Edukasi
 Anjurkan asupan 2000 ml/hari
 Ajarkan batuk efektif
Gejala dan Tanda Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
Minor Subjektif: bronkodilator
Tidak tersedia

Objektif:

- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Saturasi Oksigen berubah
- Pola nafas berubah

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
IdentifikasiHasil

2. Gangguan pertukaran gas (D.0003) Tujuan: Pemantauan respirasi (I.1014)

Observasi:
62

Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan  Monitor frekuensi, irama,


intervensi keperawatan  kedalamam, dan upaya nafas
Gejala dan Tanda Mayor selama........................maka  Monitor kemampuan baruk
gangguan pertukaran gas Efektif
Subjektif:
meningkat dengan kriteria  Monitor pola nafas
Dipsnea hasil :  Monitor adanya sputum
1. Dipsnea menurun  Monitor adanya sumbatan jalan
2. Bunyi nafas nafas
Objektif :
tambahan menurun  Auskultasi suara nafas
- Pco2 meningkat/menurun 3. Pusing menurun  Monitor saturasi oksigen
- Po2 menurun 4. Pengelihatan kabur  Monitor AGD
- Takikardi menurun
- bunyi nafas tambahan
Terapeutik:
Gejala dan Tanda Minor
 Atur interval pemantauan dan
prosedur pemantauan
Subjektif:
 Dokumentasi hasil pemantauan

- Pusing Edukasi
- Pengelihatan kabur  Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Objektif :  Informasikan hasil pemantauan
- sianosis
- gelisah
- nafas cuping hidung
- pola nafas abnormal
- kesadaran menurun

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3 Intoleransi aktivitas (D.0056) Tujuan: Manajemen Energi (I.05178)

Dibuktikan dengan : Setelah dilakukan Observasi:


intervensi keperawatan
Gejala dan Tanda Mayor selama........................maka  Identifikasi gangguan fungsi tubuh
toleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
Subjektif:  Monitor pola dan jam tidur
meningkat dengan kriteria
hasil :  Monitor kelelahan fisik dan
Mengeluh lelah emosional
1. Kemudahan dalam
melakukan aktivitas
Objektif : Edukasi
sehari-hari Meningkat
- Frekunsi jantung meningkat 2. Kekuatan tubuh bagian
atas dan  Anjurkan tirah baring
Gejala dan Tanda Minor bawahMeningka  Anjurkan melakukan aktivitas
3. Keluhan lelah menurun secara bertahap
Subjektif: 4. Dispnea saat aktivitas
menurun Terapeutik:
- Dipsnea saat aktivitas
- Merasa lemas
63

Objektif : - Sediakan lingkungan nyaman dan


- Tekanan darah berubah (>20%) rendah stimulus
darikondisi istirahat - Lakukan latihan rentang gerak pasif
- Gambaran EKG dan/atau aktif
- Sianosis - Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


cara meningkatkan asupan makanan

Terapi Relaksasi (I.09326)


Observasi
 Identifikasi perubahan tingkat
energi
 Periksa nadi, TD, dan Suhu
sebelum dan sesudah latihan
 Monitor respon terhadap relaksasi

Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
 Gunakan nada suara yang lembut
dengan irama lambat dan berirama

Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, dan
jenis relaksasi yg tersedia (nafas
dalam dan humming)
 Jelaskan secara rinci intervensi yg
dipilih
 Anjurkan mengambil posisi yg
nyaman
 Anjurkan rileks
 Anjurkan sering mengulangi teknik
 Demontrasikan dan latih teknik
relaksasi
64

4. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 4.5
Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
No Tanggal Tujuan Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1. 11-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan nafasnya masih
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 87%
diharapkan bersihan - RR: 40 x/mnt
jalan nafas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan - Suara nafas ronchi basah
kriteria hasil : A : Masalah bersihan jalan nafas
1. Produksi sputum belum teratasi
menurun P : Lanjutkan intervensi
2. Mengi menurun - Atur posisi pasien semifowler
3. Whezing atau fowler
menurun
4. Dipsnea menurun
65

5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik

2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan masih agak
Pertukaran Gas intervensi  Melakukan monitoring frekuensi, irama, pusing
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003) 5 x 15 menit  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 87%
diharapkan gangguan  Melakukan monitoring AGD - RR: 40 x/mnt
pertukaran gas - PCO2 : 43,5 mg/dl
meningkat dengan - PO2 : 125 m/dl
kriteria hasil : - Irama nafas cepat dangkal
1. Dipsnea A : Masalah Gangguan Pertukaran
menurun Gas belum teratasi
2. Bunyi nafas P : Lanjutkan intervensi
tambahan - Melakukan monitoring
menurun frekuensi, irama, kedalamam,
3. Pusing menurun dan upaya nafas
66

4. Pengelihatan - Melakukan monitoring


kabur menurun saturasi oksigen
3. Intoleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) S:
intervensi - Memberikan aktivitas distraksi yang - Pasien mengatakan sudah
keperawatan selama menenangkan (kombinasi deep breathing dan paham terapi kombinasi deep
5 x 15 menit humming) breathing dan humming.
diharapkan - Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang - Pasien mengatakan tubuhnya
Intoleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan mudah lelah saat beraktivitas
meningkat dengan - Monitoring kelelahan fisik dan emosional dan mudah sesak nafas
kriteria hasil : - Menganjurkan tirah baring O:
1. Kemudahan - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Pasien tampak lemas
dalam melakukan bertahap - Irama nafas cepat dangkal
aktivitas sehari- - Menjelaskan tujuan, manfaat, terapi A : Masalah Intoleransi aktivitas
hari Meningkat kombinasi deep breathing dan humming belum teratasi
2. Kekuatan tubuh - Menjelaskan langkah-langkah terapi P : Lanjutkan intervensi
bagian atas dan kombinasi deep breathing dan humming - Monitoring kelelahan fisik
bawahMeningkat - Menganjurkan pasien mengambil posisi yg dan emosional
3. Keluhan lelah nyaman - Menganjurkan tirah baring
menurun - Menganjurkan klien rileks
67

4. Dispnea saat - Menganjurkan klien sering mengulangi - Menganjurkan melakukan


aktivitas menurun teknik aktivitas secara bertahap
- Mendemontrasikan dan latih teknik relaksasi - Menganjurkan klien rileks
- Menganjurkan klien sering
mengulangi teknik

1. 12-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan nafasnya masih
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 91%
diharapkan bersihan - RR: 37 x/mnt
jalan nafas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan - Suara nafas ronchi basah
kriteria hasil : A : Masalah bersihan jalan nafas
1. Produksi sputum belum teratasi
menurun P : Lanjutkan intervensi
2. Mengi menurun - Atur posisi pasien semifowler
3. Whezing atau fowler
menurun
4. Dipsnea menurun
68

5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik

2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan masih agak
Pertukaran Gas intervensi  Melakukan monitoring frekuensi, irama, pusing
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003) 5 x 15 menit  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 91%
diharapkan gangguan  Melakukan monitoring AGD - RR: 37 x/mnt
pertukaran gas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan A : Masalah Gangguan Pertukaran
kriteria hasil : Gas belum teratasi
1. Dipsnea P : Lanjutkan intervensi
menurun - Melakukan monitoring
2. Bunyi nafas frekuensi, irama,
tambahan - kedalamam, dan upaya nafas
menurun - Melakukan monitoring
3. Pusing menurun saturasi oksigen
69

4. Pengelihatan
kabur menurun

3. Intoleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya mudah


(D.0056) Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) lelah saat beraktivitas
intervensi - Monitoring kelelahan fisik dan emosional O:
keperawatan selama - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Pasien tampak lemas
5 x 15 menit bertahap - Irama nafas cepat dangkal
diharapkan - Menganjurkan tirah baring A : Masalah Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan klien rileks belum teratasi
meningkat dengan - Menganjurkan klien sering mengulangi P : Lanjutkan intervensi
kriteria hasil : teknik - Monitoring kelelahan fisik dan
1. Kemudahan emosional
dalam melakukan - Menganjurkan tirah baring
aktivitas sehari- - Menganjurkan melakukan
hari Meningkat aktivitas secara bertahap
2. Kekuatan tubuh - Menganjurkan klien rileks
bagian atas dan - Menganjurkan klien sering
bawahMeningkat mengulangi teknik
70

3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas menurun

1. 15-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak nafas
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 93%
diharapkan bersihan - RR: 32 x/mnt
jalan nafas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan - Suara nafas ronchi basah
kriteria hasil : A : Masalah bersihan jalan nafas
1. Produksi sputum belum teratasi
menurun P : Lanjutkan intervensi
2. Mengi menurun - Atur posisi pasien semifowler
3. Whezing atau fowler
menurun
4. Dipsnea menurun
71

5. Saturasi Oksigen
membaik
2. Gangguan 6. Pola nafas Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya
Pertukaran Gas membaik  Melakukan monitoring frekuensi, irama, berkurang
kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003)  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 93%
Setelah dilakukan  Melakukan monitoring AGD - RR: 32 x/mnt
intervensi - Irama nafas cepat dangkal
keperawatan selama A : Masalah Gangguan Pertukaran
5 x 15 menit Gas belum teratasi
diharapkan gangguan P : Lanjutkan intervensi
pertukaran gas - Melakukan monitoring
meningkat dengan frekuensi, irama,
kriteria hasil : - kedalamam, dan upaya nafas
1. Dipsnea - Melakukan monitoring
menurun saturasi oksigen
2. Bunyi nafas
tambahan
menurun
3. Pusing menurun
72

4. Pengelihatan
kabur menurun
3. Intoleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya mudah
(D.0056) Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) lelah saat beraktivitas
intervensi - Monitoring kelelahan fisik dan emosional O:
keperawatan selama - Menganjurkan melakukan aktivitas secara - Pasien tampak lemas
5 x 15 menit bertahap - Irama nafas cepat dangkal
diharapkan - Menganjurkan tirah baring A : Masalah Intoleransi aktivitas belum
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan klien rileks teratasi
meningkat dengan - Menganjurkan klien sering mengulangi P : Lanjutkan intervensi
kriteria hasil : teknik - Monitoring kelelahan fisik
1. Kemudahan dan emosional
dalam melakukan - Menganjurkan melakukan
aktivitas sehari- aktivitas secara bertahap
hari Meningkat - Menganjurkan tirah baring
2. Kekuatan tubuh - Menganjurkan klien rileks
bagian atas dan - Menganjurkan klien sering
bawahMeningkat mengulangi teknik
3. Keluhan lelah
menurun
73

4. Dispnea saat
aktivitas menurun
74

1. 16-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak nafas
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 95%
diharapkan bersihan - RR: 29 x/mnt
jalan nafas - PCO2 : 43,5 mg/dl
meningkat dengan - PO2 : 125 m/dl
kriteria hasil : - Irama nafas cepat dangkal
1. Produksi sputum - Suara nafas ronchi basah
menurun A : Masalah bersihan jalan nafas
2. Mengi menurun belum teratasi
3. Whezing P : Lanjutkan intervensi
menurun - Atur posisi pasien semifowler
4. Dipsnea menurun atau fowler
5. Saturasi Oksigen
membaik
6. Pola nafas
membaik
75

2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya


Pertukaran Gas intervensi  Melakukan monitoring frekuensi, irama, berkurang
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003) 5 x 15 menit  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 95%
diharapkan gangguan  Melakukan monitoring AGD - RR: 29 x/mnt
pertukaran gas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan A : Masalah Gangguan Pertukaran
kriteria hasil : Gas belum teratasi
1. Dipsnea P : Lanjutkan intervensi
menurun - Melakukan monitoring
2. Bunyi nafas frekuensi, irama,
tambahan - kedalamam, dan upaya nafas
menurun - Melakukan monitoring
3. Pusing menurun saturasi oksigen
4. Pengelihatan
kabur menurun
76

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178) S: Pasien mengatakan tubuhnya sudah
(D.0056) intervensi Terapi Relaksasi (I.09326) mulai membaik, perasaan mudah
keperawatan selama - Monitoring kelelahan fisik dan emosional lelah berkurang
5 x 15 menit - Menganjurkan melakukan aktivitas secara O:
diharapkan bertahap - Pasien dapat beraktivitas
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan tirah baring - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan - Menganjurkan klien rileks berkurang
kriteria hasil : - Menganjurkan klien sering mengulangi A : Masalah Intoleransi aktivitas
1. Kemudahan teknik belum teratasi
dalam melakukan P : Lanjutkan intervensi
aktivitas sehari- - Monitoring kelelahan fisik
hari Meningkat dan emosional
2. Kekuatan tubuh - Menganjurkan melakukan
bagian atas dan aktivitas secara bertahap
bawahMeningkat - Menganjurkan tirah baring
3. Keluhan lelah - Menganjurkan klien rileks
menurun - Menganjurkan klien sering
4. Dispnea saat mengulangi teknik
aktivitas menurun
77

1. 17-02-2021 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S: Pasien mengatakan masih agak
Nafas Tidak Efektif intervensi - Mengatur posisi pasien semifowler atau sesak nafas
keperawatan selama fowler O:
(D.0001) 5 x 15 menit - SPO2 : 96%
diharapkan bersihan - RR: 28 x/mnt
jalan nafas - PCO2 : 43,5 mg/dl
meningkat dengan - PO2 : 125 m/dl
kriteria hasil : - Irama nafas cepat dangkal
1. Produksi sputum berkurang
menurun - Suara nafas ronchi basah
2. Mengi menurun berkurang
3. Whezing A : Masalah bersihan jalan nafas
menurun teratasi sebagian
4. Dipsnea menurun P : Pertahankan intervensi
5. Saturasi Oksigen - Atur posisi pasien semifowler
membaik atau fowler
6. Pola nafas
membaik
78

2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.1014) S: Pasien mengatakan pusingnya sudah
Pertukaran Gas intervensi  Melakukan monitoring frekuensi, irama, berkurang
keperawatan selama kedalamam, dan upaya nafas O:
(D.0003) 5 x 15 menit  Melakukan monitoring saturasi oksigen - SPO2 : 96%
diharapkan gangguan  Melakukan monitoring AGD - RR: 28 x/mnt
pertukaran gas - Irama nafas cepat dangkal
meningkat dengan berkurang
kriteria hasil : A : Masalah Gangguan Pertukaran
1. Dipsnea Gas teratasi sebagian
menurun P : Pertahankan intervensi
2. Bunyi nafas - Melakukan monitoring
tambahan frekuensi, irama,
menurun - kedalamam, dan upaya nafas
3. Pusing menurun - Melakukan monitoring
4. Pengelihatan saturasi oksigen
kabur menurun
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
(D.0056) intervensi Terapi Relaksasi (I.09326)
keperawatan selama - Monitoring kelelahan fisik dan emosiona
5 x 15 menit - Menganjurkan melakukan aktivitas secar
diharapkan bertahap
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan tirah baring
meningkat dengan - Menganjurkan klien rileks
kriteria hasil : - Menganjurkan klien sering mengula
1. Kemudahan teknik
dalam melakukan
aktivitas sehari-
hari Meningkat
2. Kekuatan tubuh
bagian atas dan
bawahMeningkat
3. Keluhan lelah
menurun
4. Dispnea saat
aktivitas menurun
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pada bab ini, peneliti akan mengemukakan kesimpulan dari hasil

pembahasan serta memberikan saran kepada beberapa pihak agar dapat

dijadikan acuan untuk perkembangan keilmuan khususnya dibidang

keperawatan.

1. Hasil analisa didapatkan 1 pasien kasus kelolaan yaitu Tn.S dengan

diagnosa medis pneumonia. Masalah keperawatan yang ditemukan

pada ke 1 pasien kelolaan yaitu Bersihan jalan nafas, gangguan

pertukaran gas, dan Intoleransi Aktivitas

2. Intervensi inovasi yang diberikan berupa pemberian kombinasi deep

breathing dan humming yang mampu menurunkan sesak nafas pada

pasien Pneumonia et causa post COVID-19. Hasil intervensi yang

dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Saturasi Oksigen

sebelum dan sesudah dilakukan pemberian intervensi kombinasi deep

breathing dan humming, sehingga intervensi ini terbukti memiliki

pengaruh dalam menurunkan sesak nafas yang dirasakan oleh pasien

pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic- Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogakarta:
MediactionPublishing.

Anita Y. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi


Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan
Raflesia : Poltekkes Kemenkes Bengkulu. ISSN: 2656-6222.

Anwar, Athena, & Ika, Damayanti. (2014). Pneumonia pada anak balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(8), 359-365.

Athena, Dharmayanti, Ika. (2014). Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia.


Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 8(8).

Barnason, S., Zimmerman, L., & Young, L. (2011). An integrative review of


interventions promoting self-care of patients with heart failure, 448–475.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2011.03907.x

Bangun Virgona Argi & Nuraeni Susi. (2013). Pengaruh Aromaterapi


Lavender Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi di
Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Keperawatan Soedirman.Volume 8
No2.

Bintang P. (2019). Urgency Praktik Pranayama di Era Milenial. Jurnal Yoga


dan Kesehatan : Brahma Widya IHDN. ISSN : 2621-0185.

Brunner dan Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Edisi8 Volume4.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Chalwadi Shila. (2020). Critical Study Of Bhramari Pranayama A Review


Article.International Journal of Applied Ayurved Research : College
Kharghar. ISSN: 2347- 6362

Dian K. (2019). Latihan Napas Dalam terhadap Peningkatan Arus Puncak


Ekspirasi (Ape) Pasien Asma Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota
Pekalongan. MOTORIK Journal Kesehatan : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Klate. ISSN : 1907-218X.

Dinas Perhubungan. (2021). Pantauan Data dan Peta Sebaran Corona


diWilayah Kutai Kartanegara. Alamat : https://dishub.kukarkab.go.id/

Djojodibroto, Darmanto (2014). Respirologi. Jakarta : EGC, hal. 151.

Guyton A.C. and J.E. Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.

Anda mungkin juga menyukai