Anda di halaman 1dari 18

ESSAY KULIAH PAKAR

“CORONAVIRUS DISEASE 19 (COVID-19) ”


BLOK RESPIRASI II

oleh :

Nama : Widad Al-Aluf


NIM : 020.06.0086
Kelas :B
Dosen : dr. Kana Wulung Arie Ichida,
Sp. P

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2020/2021
LATAR BELAKANG

Berdasarkan dari perkuliahan yang telah saya ikuti dengan topik perkuliahan
yang berjudul “Influenza, SARS, Flu Burung, dan COVID-19” dimana pada
perkuliahan tersebut saya dapat memahami berbagai macam penyakit yang terjadi
terkait dengan saluran pernapasan. Namun pada topik essay kali ini saya hanya akan
memabahas tentang salah satu dari penyakit tersebut yaitu COVID-19.

Sudah lama ini dunia telah digemparkan dengan terjadinya suatu wabah
penyakit yang terjadi hampir di seluruh dunia, karena penyebaran yang begitu cepat
terjadi. Salah satu negara yang juga termasuk adalah Indonesia. Penyakit ini dikenal
dengan sebutan Covid-19. COVID-19 merupakan penyakit baru yang sebelumnya
tidak diketahui yang muncul di Wuhan, China pada Desember 2019. COVID-19
disebabkan oleh strain baru dari coronavirus, Novel Coronavirus 2019 (2019-
nCoV) secara resmi dinamai sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome-
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) (Bedford,2020)

Coronavirus (Covid-19) merupakan keluarga besar virus yang


menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit
yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini
terutama menyebar di antara orang-orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan
bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless
steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari atau dalam aerosol selama tiga
jam (Kemendagri, 2020:3)

Oleh sebab itu, pada pembahasan essay kali ini saya akan membahas
mengenai Covid-19 mulai dari definisi, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, dan tatalaksana yang dapat dilakukan.

EPIDEMIOLOGI

Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 pertama kali dilaporkan muncul


di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, hasil anasilis menunjukkan bahwa secara genetik SARS-CoV-2
yang ditemukan saat ini memiliki kemiripan secara genetik dengan SARS yang
ditemukan pada tahun 2002. Kasus COVID-19 diibaratkan sebagai bola salju yang
makin hari mengalami peningkatan angka positif dari hampir seluruh negara,
hingga artikel ini dibuat terdapat lebih dari 205 juta kasus positif dengan
4,33 juta korban meninggal dunia (WHO, 2021).

Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh
dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19, dengan
kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat
pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru
sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan
6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu
11,3%.5 (Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2020)

Kasus pertama COVID-19 di Indonesia dilaporkan terjadi di Depok pada


tanggal 2 Maret 2020, hingga saat ini kasus positif di Indonesia mencapai 3,75
juta dan 112.000 korban meninggal. Provinsi Lampung sendiri jumlah angka
positif mencapai 39.446 dengan korban jiwa mencapai 2.665 orang (Kemenkes
RI, 2021).

DEFINISI

Menurut WHO (2020), penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19)


adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan.
Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel coronavirus’ atau ‘2019- nCoV’,
Sedangkan menurut Sun et al., 2020, COVID-19 adalah penyakit coronavirus
zoonosis ketiga yang diketahui setelah SARS dan sindrom pernapasan Timur
Tengah (MERS).

Virologi

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus
ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.
Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia, yaitu:

a. alphacoronavirus 229E
b. alphacoronavirus NL63
c. betacoronavirus OC43
d. betacoronavirus HKU1
e. Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV)
f. Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).

Coronavirus ini memiliki protein spike atau protein S dengan ukuran 9-12
nm. SARS-CoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike domain
receptor-binding yang hampir identik dengan SARS-CoV. Pada SARS-CoV,
protein ini memiliki afinitas yang kuat terhadap angiotensinconverting-enzyme 2
(ACE2). (Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2020)

Pada SARS-CoV-2, data in vitro mendukung kemungkinan virus mampu


masuk ke dalam sel menggunakan reseptor ACE2. Sebuah studi juga menemukan
bahwa SARS-CoV-2 tidak menggunakan reseptor coronavirus lainnya seperti
Aminopeptidase N (APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4). (Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 2020)

Transmisi

Penularan COVID-19 terbagi kedalam beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut:

a. Kontak dan droplet


Penularan COVID-19 terjadi melalui kontak langsung, tidak langsung
maupun kontak erat dengan orang yang terjangkit COVID-19 melalui air
liur dan droplet yang keluar dari orang dengan COVID-19 pada saat sedang
berbicara, bernyanyi, batuk dan aktivitas lainnya. Penularan melalui droplet
dapat terjadi pada jarak kurang lebih 1 meter (WHO, 2020).
b. Fomit
Adalah penularan yang disebabkan oleh kontaminasi permukaan dan
benda yang terkena droplet dari orang yang terjangkit COVID-19 (WHO,
2020).
c. Penularan Asimptomatik
d. Transmisi Aerosol
e. Penularan Okuler
f. Penularan Tinja-Oral

Definisi kasus

1. Orang Tanpa Gejala (OTG)


• Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
positif COVID- 19
• Orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus positif
COVID-19
2. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
• Orang yang mengalami demam (≥38 0C) atau riwayat demam; atau
gejala gangguan sistem pernapasan (pilek/sakit tenggorokan/batuk)
• Dan pada foto toraks tidak ditemukan gambaran pneumonia
3. Pasien Dalam Pengawasan (ODP)
• Orang demam (≥38°C) atau riwayat demam; disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan (batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat)
• Dan pada foto toraks ditemukan adanya gambaran pneumonia
4. Pasien Terkonfirmasi
• Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes
positif melalui pemeriksaan PCR

Klasifikasi Derajat Keparahan Gejala

Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan,


sedang, berat dan kritis:

1. Tanpa Gejala
• Kondisi ini merupakan kondisi teringan dan tidak adanya gejala
2. Ringan (≥38°C)
• Gejala tidak spesifik seperti: demam, lemas, batuk, anoreksia,
malaise, nyeri otot, sakit tenggorokan, sesak ringan, kongesti
hidung, nyeri kepala. Meskipun jarang dapat dengan keluhan diare,
mual atau muntah.
• Tidak ada tanda pneumonia berat, tanpa komorbid
3. Sedang
• Pasien remaja atau dewasa dengan pneumonia tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat dan tidak membutuhkan suplementasi oksigen.
• Atau anak-anak dengan pneumonia tetapi tidak berat dengan
keluhan batuk atau sulit bernapas disertai napas cepat
4. Berat
• Dikategorikan termasuk kasus berat adalah ketika pasien Covid-19
memiliki pneumonia, yang disertai dengan sesak napas atau napas
berat.
• Tanda sesak napas atau napas berat yang dimaksukan yaitu dengan
frekuensi napas lebih dari 30 kali per menit, dan saturasi kurang dari
93 persen, serta rasio PaO2/FiO2 kurang 300.
5. Kritis
• Pasien dengan gagal napas, ARDS, syok sepsis dan atau multiple
organ failure

Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan
pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu
lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai
risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi
tertular

a. Laki-laki dengan perokok berat atau aktif


b. Hipertensi
c. Diabetes melitus
d. Pasien kanker dan penyakit hati kronik

ETIOLOGI

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus


betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe
Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas
dasar ini, International Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama
SARS-CoV-2 (Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2020)

PATOFISIOLOGI
Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel pada saluran
napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan berikatan dengan reseptor-reseptor
dan membuat jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada envelope
spike virus akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2 pada SARS-CoV-
2. Di dalam sel, SARS-CoV-2 melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis
protein-protein yang dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul
di permukaan sel. (Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2020)

Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga setelah virus masuk


ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan
ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural. Selanjutnya, genom
virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus yang baru
terbentuk masuk ke dalam membran retikulum endoplasma atau Golgi sel. Terjadi
pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan protein
nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan
Golgi sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan
bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus yang baru.
Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai determinan yang signifikan
dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu. Telah diketahui bahwa masuknya
SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan fusi antara membran virus dengan plasma
membran dari sel. Pada proses ini, protein S2’ berperan penting dalam proses
pembelahan proteolitik yang memediasi terjadinya proses fusi membran. Selain fusi
membran, terdapat juga clathrindependent dan clathrin-independent endocytosis
yang memediasi masuknya SARS-CoV ke dalam sel pejamu. (Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 2020)

DIAGNOSIS

a. Anamnesis
• Gejala klinis
• Demam
• Nyeri Kepala
• Nyeri otot
• Anosmia (gangguan penciuman)
• Hipogeusia (penurunan pengecapan)
• Nyeri tenggorokan
• Batuk
• Gangguan pernapasan (kesulitan bernapas)
• Gangguan gastrointestinal
• Riwayat perjalanan
• Riwayat kontak dengan penderita COVID-19
• Riwayat bekerja/berkunjung di area/tempat ada kasus COVID-19
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,
fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan
prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.
2. Pencitraan
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks
dan Computed Tomography Scan (CTscan) toraks.
a. Pada foto toraks dapat ditemukan gambaran pneumonia dan gambarnya
seperti opasifikasi ground-glass (GGO), infiltrat, penebalan
peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelectasis.
Di bawah ini merupakan gambaran foto toraks pasien covid 19

Pemeriksaan Foto Thoraks kurang sensitif untuk mendeteksi


Ground Glass Opacities (GGO) yang menjadi ciri khas utama pasien
Covid-19. Hasil pemeriksaan Foto Thoraks bisa normal atau ringan pada
awal gejala penyakit, yaitu hanya terlihat infiltrat pada bagian bawah
lapang paru. Setelah 10-12 hari setelah timbulnya gejala, Foto Thoraks
akan semakin memberat yaitu terlihat Ground Glass Opacities dan
konsolidasi yang meluas pada kedua lapang paru. (Wong et al, 2019)

b. Temuan utama pada CT scan toraks adalah opasifikasi ground-glass


(GGO) (88%), dengan atau tanpa konsolidasi, sesuai dengan pneumonia
viral.
3. Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2
a. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Pemeriksaan ini memiliki keunggulan yaitu hasil pemeriksaan
yang cepat namun disisi lain, hasil pemeriksaannya tidak bisa dijadikan
pedoman utama dalam mendiagnosa pasien karena pemeriksaan ini
hanya melihat ada atau tidaknya respon imun terhadap virus. (Guo
et al., 2020)
b. Pemeriksaan RT-PCR
Pemeriksaan ini merupakan gold standard dalam mendiagnosa
COVID-19 dengan menggunakan sampel bahan swab nasofaring atau
orofaring, sputum. Beberapa gen target untuk mendeteksi SARS-CoV-2
adalah gen E, N, S dan RdRp. Pasien dinyatakan positif COVID- 19
apabila ditemukan urutan unik dari RNA virus pada pemeriksaan RT-
PCR. Sampel dikatakan positif (konfirmasi SARS-CoV-2) bila rRT-
PCR positif pada minimal dua target genom (N, E, S, atau RdRP) yang
spesifik SARS CoV-2, atau rRT-PCR positif betacoronavirus (WHO,
2020).
Pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari saluran napas
atas (swab nasofaring atau orofaring) atau saluran napas bawah
[sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat endotrakeal]

TATALAKSANA
Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien COVID-19,
termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan adalah terapi
simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas dapat dilakukan ventilasi
mekanik. National Health Commission (NHC) China telah meneliti beberapa obat
yang berpotensi mengatasi infeksi SARS-CoV-2, antara lain:

1. Interferon alfa (IFN-α)


2. lopinavir/ritonavir (LPV/r)
3. Ribavirin (RBV)
4. Klorokuin fosfat (CLQ/CQ)
5. Remdesvir dan umifenovir (arbidol)
Beberapa jenis obat dinilai ampuh untuk digunakan sebagai
tatalaksana COVID-19. Berikut merupakan jenis obat yang telah dilakukan
penelitian :
a. Lovinapir dan Ritonavir
Dapat menurunkan angka kematian. Obat ini juga memiliki kemampuan
dalam menginhibisi replikasi virus.
b. Remdesivir
Hasil penelitian menunjukkan remdesivir dapat menginhibisi infeksi
virus.
c. Kloroquin dan Hidroksiklorokuin
Kloroquin merupakan obat yang dapat menghambat infeksi virus,
obat ini termasuk kedalam obat keras sehingga penggunaannya
harus dibawah pantauan dokter.

1. TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19


A. TANPA GEJALA
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari dan Diberi edukasi apa yang
harus dilakukan
• (diberikan leaflet untuk dibawa ke rumah)
• Vitamin C 3x1 tab (untuk 14 hari)
• Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
• Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP
• Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
B. Gejala Ringan
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke
rumah)
• Vitamin C, 3 x 1 tablet (untuk 14 hari)
• Klorokuin fosfat, 2x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU
Hidroksiklorokuin,1x 400 mg (untuk 5 hari)
• Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5 hari) dengan alternatif
Levofloxacin 1x 750 mg (untuk 5 hari)
• Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
• Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus: Oseltamivir, 2 x 75 mg
ATAU Favipiravir (Avigan), 2 x 600mg (untuk 5 hari)
• Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
C. Gejala Sedang
• Rujuk ke Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat, seperti Wisma Atlet
• Isolasi di Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat seperti Wisma Atlet
selama 14 hari
• Vitamin C diberikan 200-400 mg/ 8 jam dalam 100 cc NaCl 0.9 %
habis dalam 1 jam secara Intravena (IV) selama perawatan
• Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU
Hidroksiklorokuin dosis 1x 400 mg (untuk 5 hari)
• Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5-7 hari) dengan alternatif
Levofloxacin 750 mg/ 24 jam per IV atau oral (untuk 5-7 hari)
• Antivirus: Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan)
loading dose 2x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600mg (hari
ke 2-5)
• Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain)
D. Gejala Berat
• Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan
• Diberikan obat-obatan rejimen COVID-19 :
a. Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg perhari (hari ke 1 dilanjutkan 2 x
250 mg (hari ke 4-10) ATAU Hidroksiklorokuin dosis 1x 400
mg (untuk 5 hari)
b. Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari)
c. Antivirus: Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan)
loading dose 2x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600mg
(hari ke 2-5)
d. Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan
Diberikan obat suportif lainnya
• Pengobatan komorbid yang ada
• Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal napas yang
memerlukan ventilator mekanik

2. TATALAKSANA PASIEN YANG BELUM TERKONFIRMASI COVID-19


• Termasuk pasien dengan:
→ Hasil swab negatif
→ Orang Dalam Pemantauan → Pasien Dalam Pengawasan

A. Tanpa Gejala
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (diberikan leaflet untuk
dibawa ke rumah)
• Vitamin C, 3 x 1 tablet
B. Gejala Ringan
• Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
• Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (diberikan leaflet
untuk dibawa ke rumah)
• Obat-obat simtomatis
• Vitamin C, 3 x 1 tablet
• Azitromisin 1x 500 mg (untuk 3 hari) ▪Pemeriksaan swab
nasofaring (PCR) hari 1 dan 2
• Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, Pemeriksaan
yang disarankan terdiri dari hematologi rutin, hitung jenis
leukosit, dan Laju endap darah.
C. Gejala Sedang-Berat
• Rujuk ke Rumah Sakit
• Rawat di Rumah sakit/ Rumah Sakit Rujukan
• Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP,
• Pemeriksaan foto toraks ▪Pemeriksaan swab nasofaring
(PCR) hari 1 dan 2
• Pikirkan kemungkinan diagnosis lain

Pasien dinyatakan sembuh bila :


• Klinis perbaikan
• Swab tenggorok (PCR) 2 kali berturut-turut negatif dalam selang waktu 2
hari

Keterangan:

• Bila ada komorbid yang belum stabil selama perawatan, maka pasien
dinyatakan sembuh, dapat dikeluarkan dari ruang isolasi dipindahkan ke
ruang non-isolasi
• Sudah dinyatakan sembuh
• Komorbid teratasi dan stabil
– Pasien diberikan edukasi untuk isolasi diri di rumah selama 14 hari ke
depan dan diberikan leaflet yang berisi informasi tentang apa yang harus
dilakukan selama di rumah.
PENCEGAHAN:

WHO mengeluarkan rekomendasi pencegahan COVID-19 yaitu sebagai berikut


(WHO, 2019):

a. Rajin mencuci tangan dengan cairan alkohol maupun sabun dan air
untuk membunuh virus
b. Menjaga jarak sejauh 1 meter dengan orang lain
c. Menghindari tempat yang ramai dan memungkinkan terjadi kontak dengan
orang lain
d. Jangan menyentuh mata, hidung dan mulut secara langsung sebelum
membersihkan tangan
e. Tetap di rumah untuk menghindari kontak dengan orang lain
f. Jika mengalami gejala gejala umum COVID-19 segera mencari bantuan
medis
g. Selalu mengakses informasi yang dapat dibuktikan dan dipercaya
terkait COVID-19

KOMPLIKASI
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS, bahwa komplikasi
tidak terbatas ARDS, melainkan juga komplikasi lain seperti gangguan ginjal akut
(29%), jejas kardiak (23%), disfungsi hati (29%), dan pneumotoraks (2%).
Komplikasi lain yang telah dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi intravaskular
diseminata (KID), rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum. (WHO,2015)

PROGNOSIS

Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Peningkatan kasus yang


cepat dapat membuat rumah sakit kewalahan dengan beban pasien yang tinggi. Hal
ini meningkatkan laju mortalitas di fasilitas tersebut. Pada beberapa laporan lain
menyatakan perbaikan eosinofil pada pasien yang awalnya eosinofil rendah diduga
dapat menjadi prediktor kesembuhan. (WHO, 2015)
Berdasarkan pemaparan materi di atas dapat saya simpulkan bahwa COVID-
19 adalah penyakit baru yang telah menjadi pandemi. Berdasarkan beratnya kasus,
COVID-19 dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.
Penularan COVID-19 terbagi kedalam beberapa jenis, diantaranya yaitu melalui,
Kontak dan droplet, fomit, Penularan Asimptomatik, Transmisi Aerosol, Penularan
Okuler, dan Penularan Tinja-Oral. Definisi kasus pasien covid-19 disebut Orang
Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam pemantauan (ODP), Orang dalam Pengawasan
(ODP), dan Pasien terkonfirmasi.

Dalam mendiagnosis pasien perlu diperhatikan beberapa hal seperti


anamnesis (gejala klinis, Riwayat perjalanan, Riwayat kontak dengan penderita
COVID-19, dan Riwayat bekerja/berkunjung di area/tempat ada kasus COVID-19),
pemeriksaan penunjang (foto toraks didapatkan gambaran pneumonia, dan pada CT
scan toraks didapatkan gambaran Ground Glass Opacities (GGO). Terdapat juga
beberapa pemeriksaan penunjang lainnya yang akan memabntu dalam
mendiagnosis. Untuk tatalaksananya dibedakan menjadi tatalaksana pasien
terkonfirmasi covid-19 dan tatalaksana pasien yang belum atau tidak terkonfirmasi
vovid-19.

Penyakit ini harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat, memiliki
tingkat mortalitas yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya terapi definitif.
DAFTAR PUSTAKA

Susilo Adityo, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 7, No. 1 Maret 2020
“Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini”
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/view/415/228

Aditia Arianda, Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3No 3Hal 653-
660, Agustus 2021
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/574/410

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI) Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif
Indonesia (PERDATIN) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), EDISI 3
“PEDOMAN TATALAKSANA COVID-19”
https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID
-19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf

Journal of Software Engineering Ampera Vol. 2 No. 1 (2021) “Klasifikasi Gejala


Penyakit Coronavirus Disease 19 (COVID-19) Menggunakan Machine Learning”
http://journal-computing.org/index.php/journal-sea/article/view/105

Kemenkes RI. 2020. Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI .Available at:


Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI (kemkes.go.id)
https://covid19.kemkes.go.id/dashboard/covid-19

Kemenkes RI. Petasebaran COVID-19. 2021. (Accessed: 4 september


2021). Available at: Peta Sebaran | Covid19.go.id
https://covid19.go.id/peta-sebaran

Anda mungkin juga menyukai