Disusun oleh:
NIM : 020.06.0086
Kelas : B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kami dapat melaksanakan dan menyusun laporan LBM 1 ini, yang
berjudul “Berdebar-debar” tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi prasyaratan sebagai syarat nilai SGD
(Small Group Discussion). Dalam penyusunan laporan ini, kami mendapat banyak
bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu,
melalui kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Ida Ayu Made Mahayani, M. Biomed, Selaku tutor dan fasilitator SGD
(Small Group Discussion) kelompok 10.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan
masukan terkait makalah yang penulis buat.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, saya berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
i|BERDEBAR-DEBAR
DAFTAR ISI
ii | B E R D E B A R - D E B A R
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
"Berdebar – Debar"
3|BERDEBAR-DEBAR
terakhir dan sulit memulai tidur, sering mengalami nightmare dan tidak mau
diajak pergi kepantai.
Keluhan keluhan yang dialami pasien timbul pasca gempa Lombok dengan
isu tsunami tiga bulan lalu dimana padaa saat kejadian pasien berada dirumah
sendirian sehingga diduga bahwa pasien mengalami trauma terhadap kejadian
bencana alam tersebut dan memicu timbulnya rasa cemas yang bermanifestasi
klinis sebagai gejala somatik berupa berdebar-debar, keringat dingin, tangan
gemetar, selalu merasa haus dan mulut kering yang terjadi akibat peningkatan
neurotransmiter GABA atau seratonin yang menstimulus reseptor stress
benzodiazepin pada lobus oksipitalis.
Selain itu didapatkan pula perilaku avoidance dari pasien berupa tidak mau
sendirian karena takut terjadi sesauatu dan tidak ada yang bisa menolongnya
juga meninggal kan rumahnya yang di dekat panai serta tidak mau di ajak pergi
kepantai sebagai bentuk penghindaran dari stimulus munculnya kekambuhan
kecemasan yang dialami. Selain itu sebulan yang lalu timbul pasien juga
mengaku sulit tidur dan memulai tidur serta sering mengalami nightmare
dimana gejala tersebut diduga timbul akibat pasien yang merasa cemas sehingga
meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkina buruk yang dapat terjadi.
Berdasarkan gejala yang paling menonjol dari pasien kami menduga bahwa
pasien mengalami gangguan kecemasan akibibat pasien tidak dapat mengontrol
kecemasan yang timbul juga diikuti perilaku avoidance terhadap beberapa
situasi. Untuk lebih lengkapnya mengenai pembahsan beberapa kemungkinan
penyakit yang sedang dialami oleh pasien ini, diantaranya gangguan kecemasan
menyeluruh, PTSD, dan skezofrenia, kriteria diagnosa pada pasien hingga
penatalaksanaan apa yang dapat dilakukan pada pasien akan dibahas pada
pembahasan laporan SGD kali ini.
4|BERDEBAR-DEBAR
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Epidemiologi
5|BERDEBAR-DEBAR
Etiologi
Manifestasi klinis
• Re-experiencing
• Mimpi buruk
• Avoidance
• Menghindari tempat, kejadian, atau objek yang mengingatkan
tentang pengalaman traumanya
• Secara emosional mematikan rasa
• Perasaan bersalah, depresi, kekhawatiran
• Kehilangan minat dalam aktivitas yang sebelumnya dapat
dilakukan
• Mempunyai kesulitan dalam mengingat kejadian yang mengancam
• Hyperarousal
• Mudah terkejut
6|BERDEBAR-DEBAR
• Mempunyai kesulitan dalam tidur atau mempunyai emosi/ luapan
yang tiba2
Faktor Risiko
7|BERDEBAR-DEBAR
Diagnosis
Kriteria Diagnosis:
8|BERDEBAR-DEBAR
- Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau pecakapan
yang dihubungkan dengan trauma
- Usaha untuk menghindari aktivitas, tempat atau orang yg
membangkitkan ingatan terhadap trauma
- Tidak mampu untuk mengingat kembali aspek penting dari
trauma
- Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas
penting
- Perasaan terlepas atau asing dari orang lain
5. Adanya gejala peningkatan kewaspadaan yg menetap (tidak ditemukan
trauma), seperti yg ditunjukan oleh dua (atau lebih) berikut ini:
- Kesulitan untuk mulai atau tetap tertidur
- Iritabilitas atau ledakan kemarahan
- Kesulitan untuk berkonsentrasi
- Kewaspadaan berlebih
9|BERDEBAR-DEBAR
Gangguan cemas menyeluruh/Generalized Anxiety Disorder
(GAD)
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
10 | B E R D E B A R - D E B A R
• Teori biologi
• Teori genetik
• Teori psikoanalitik
• Teori kognitif-perilaku
Manifestasi klinis
11 | B E R D E B A R - D E B A R
gangguan fisik tertentu menyingkirkan dari diagnosis hipokondriasis. (Sullivan
Gm, et.al. 2007).
Faktor Risiko
Diagnosis
12 | B E R D E B A R - D E B A R
• Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan gangguan atau
gangguan yang bermakna secara klinis dalam bidang fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
• Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (mis.,
Penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis lain (mis.
Hipertiroidisme).
Skizofrenia
Definisi
13 | B E R D E B A R - D E B A R
Epidemiologi
Etiologi
1. Genetik
2. Hipotesis dopamin → overaktivitas dopamin
3. Neurodevelopmental hipotesis→ Abnormalitas struktur dan morfologi
otak
Faktor Risiko
a. Umur
14 | B E R D E B A R - D E B A R
Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar menderita
skizofrenia dibandingkan umur 17-24 tahun.
b. Jenis kelamin
Proporsi skiofrenia terbanyak adalah lakilaki (72%) dengan kemungkinan
laki-laki berisiko 2,37 kali lebih besar mengalami kejadian skizofrenia
dibandingkan perempuan.
c. Pekerjaan
Pada kelompok skizofrenia, jumlah yang tidak bekerja adalah sebesar
85,3% sehingga orang yang tidak bekerja kemungkinan mempunyai risiko
6,2 kali lebih besar menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja
Manifestasi klinis
a. Gangguan pikiran
Biasanya ditemukan sebagai abnormalitas dalam bahasa, digresi berkelanjutan
pada bicara, serta keterbatasan isi bicara dan ekspresi.
b. Delusi
Merupakan keyakinan yang salah berdasarkan pengetahuan yang tidak benar
terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan latar belakang sosial dan kultural
pasien.
c. Halusinasi
Persepsi sensoris dengan ketiadaan stimulus eksternal. Halusinasi auditorik
terutama suara dan sensasi fisik bizar merupakan halusinasi yang sering
ditemukan.
d. Afek abnormal
Penurunan intensitas dan variasi emosional sebagai respon yang tidak serasi
terhadap komunikasi.
e. Gangguan kepribadian motor
15 | B E R D E B A R - D E B A R
Adopsi posisi bizar dalam waktu yang lama, pengulangan, posisi yang tidak
berubah, intens dan aktivitas yang tidak terorganisis atau penurunan pergerakan
spontan dengan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar
Diagnosis
• Terdapat 2 atau lebih gejala yang mengikuti, dan setiap gejala signifikan
muncul dalam kurun waktu 1 bulan (atau kurang jika berhasil ditangani).
Setidaknya ada satu dari (1), (2), atau (3). Gejala tersebut antara lain:
- Delusi.
- Halusinasi.
- Bahasa yang tidak teratur (seperti kalimat yang tidak
berhubungan atau tidak koheren).
- Perilaku tidak terorganisir atau katatonik.
- Gejala negatif (berkurangnya ekspresi emosi atau hilangnya
ketertarikan)
• Adanya gangguan signifikan pada satu atau beberapa area utama seperti
pekerjaan, relasi interpersonal, atau perawatan diri, secara nyata berada di
bawah tingkatan yang dicapai sebelum gangguan.
• Tanda gangguan yang secara kontinu berlanjut selama minimal 6 bulan.
• Gangguan bukan merupakan efek fisiologis dari zat (penyalahgunaan zat,
obat) atau kondisi medis lainnya.
PENENTUAN DIAGNOSIS
16 | B E R D E B A R - D E B A R
Berdasarkan dari permsalahan yang terdapat pada skenario, awal cemas dirasakan
setelah terjadinya gempa Lombok dengan isu tsunami:
Identitas:
• Nama: Tatik
• Jenis kelamin: perempuan
• Usia: 40 tahun
Keluhan:
• Cemas sejak kurang lebih 3 bulan lalu, baru pertama k ali dirasakan dan
terus dirasakan sepanjang hari
• Disertai berdebar-debar, keringat dingin, tangan gemetar, selalu haus, dan
mulut kering
• Sulit tidur kurang lebih 1 bulan dan mimpi buruk (nightmare)
• Menghindar jika diajak ke pantai
• Merasa khawatir dengan masa depan
• Jika ada bendabenda yang bergoyang tanpa sebab rasa cemas munvul
• Merasa malas makan dan malas mandi
Pemeriksaan fisik:
17 | B E R D E B A R - D E B A R
MK Waktu
PTSD Terdapat 4 tanda utama: • Akut: < 3 bulan
• Trauma • Kronik: 3 bulan
• Nightmare atau lebih
• Cemas • Jika lambat: jika
• Insomnia onset gejala
1. kurang 6 bulan
setelah stressor
Cemas ✔️ ✔️
Gejala autonomik ✔️ ✔️
Insomnia ✔️ ✔️
Nightmare - ✔️
Akut: < 3 bulan
Menetap dalam 6 bulan Kronik: 3 bulan
Durasi waktu
atau > 6 bulan atau lebih
18 | B E R D E B A R - D E B A R
Jadi berdasarkan hasil diskusi kami setelah membahas mulai dari definisi,
etiologi, epidemiologi, manifesatsi klinis, dan kriteria diagnosis dari beberapa
kemungkinan penyakit tersebut dan setelah kami membandingkannya dan
menyesuaikannya dengan kriteria diagnosa yang telah ada, kami mendiagnosis
bahwa pasien ini mengalami Gangguan stress pasca trauma/ Post Trauma Stress
Disorder (PTSD)
Patofisiologi PTSD
Patofisiologi pasti dari post traumatic stress disorder (PTSD) masih belum
diketahui, namun hasil penelitian preklinis dan binatang percobaan memperkirakan
keterlibatan gangguan neurotransmitter. Individu dengan PTSD telah dilaporkan
memiliki kadar kortisol normal hingga rendah dan peningkatan
kadar corticotropin-releasing factor (CRF). CRF dapat menstimulasi pelepasan
norepinefrin yang akan meningkatkan respon simpatetik. Selain itu, berbagai studi
melaporkan gangguan neurotransmitter GABA, glutamat, serotonin, neuropeptide
Y, dan opioid endogen pada pasien PTSD. (Jurnal Psikolog, 2016)
19 | B E R D E B A R - D E B A R
PTSD juga telah dihubungkan dengan perubahan neurofisiologi dan anatomi
otak. Studi menyebutkan adanya penurunan ukuran hipokampus dengan amygdala
yang hiperreaktif pada pasien PTSD. Korteks prefrontal dilaporkan berukuran lebih
kecil dan lebih tidak responsif pada pasien PTSD. (Jurnal Psikolog, 2016)
1. Early interventions
2. Psychotherapeutic interventions
20 | B E R D E B A R - D E B A R
2. Berbagai teknik untuk meredakan kecemasan seperti relaksasi, teknik-
teknik mengatur pernafasan serta mengontrol pikiran-pikiran perlu
dilatih dan terbukti bermanfaat untuk individu dengan gangguan stres
pasca trauma.
3. Modifikasi pola hidup seperti diet yang sehat, mengatur konsumsi
kafein, alkohol, rokok dan obat-obatan lainnya, perlunya olah raga yang
teratur, dll. Untuk mencegah pemicu timbulnya cemas.
4. Pengedukasian keluarga pasien untuk memberikan dukunagna
psikososial kepada pasien seperti tidak memberikan stigma buruk akan
diagnosis penyakit pasien dan memberikan dukungan untuk merubah
pola pikir, membantu memantau pengobatan pasien dan membantu
melawan serangan cemas.
3. Farmakoterapi:
1. Obat golongan SSRI sebagai anti depresan dapat berupa alah satu dari
Sertralin 50-200mg/hr atau Fluoxetin 10-60 mg/hr atau Fluvoxamine
50- 300 mg/hr
2. Terapi yang efektif harus dilanjutkan paling sedikit 12 bulan
Komplikasi
1. Depresi
2. Gangguan cemas
3. Gangguan bipolar
4. Penyalahgunaan zat.
21 | B E R D E B A R - D E B A R
Prognosis
22 | B E R D E B A R - D E B A R
BAB III
PENUTUP
Kemudian dari beberapa keluhan yang telah dijelaskan pada skenario, kami
mengajukan beberapa kemungkinan penyakit yang sedang dialami oleh pasien ini
dianatranya: Gangguan stress pasca trauma/PTSD, Gangguan cemas
menyeluruh/GAD, dan Skizofrenia. Setelah kami membandingkan dari ketiga
penyakit tersebut dan menyesuaikan dengan kriteria diagnosis yang telah
ditetapkan, diagnosis dari pasien ini adalah Gangguan stress pasca trauma/PTSD,
dapat dilohat dari kronologi awal bagaimana kondisi ini bisa terjadi pada pasien
setelah terjadinya gempa Lombok dan isu tsunami. Selain itu juga, terdapat 4
kriteria pada PTSD yang sesuai dengan keluhan yang dimiliki oleh pasien ini yaitu:
trauma, nightmare, cemas, dan insomnia.
23 | B E R D E B A R - D E B A R
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, WF & Maramis, AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi2.
Medik.
Pitman RK, 2012. Biological studies os Post Traumatic Stress Disorder. Nature
Reviews Neuroscience.
Grace M. Post Traumatic Stress Disorder, Jurnal Psikologi Klinis Indonesia Vol 5
No 2 (2020)
Kaplan & Sadock. 2010. Comprehensive textbook of Psychiatry 9th Edition. New
York.
24 | B E R D E B A R - D E B A R