Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

Bahaya Lingkungan Depresi

Disusun Oleh :

Wynda Mareza Nofiani

2010070120025

Dosen Pengampu :

Dr. Amrizal Arief, M.Kes

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahma
t dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kulia
h Analisis Kualitas Lingkungan tepat waktu. Makalah Bahaya Lingkungan
Depresi disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Analisis Kualitas
Lingkungan di Universitas Baiturrahmah. Selain itu, saya penulis juga berharap ag
ar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca topik Bahaya
Lingkungan Depresi. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasululla
h SAW yang syafa’at nya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku


dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan d
an wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan teri
ma kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kr
itik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Padang, 01 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan........................................................................................................4

1.4 Manfaat......................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

2.1 Pengertian Depresi.........................................................................................6

2.2 Gejala Depresi................................................................................................7

2.3 Penyebab Depresi...........................................................................................8

2.4 Ciri-Ciri Depresi...........................................................................................10

2.5 Risiko yang Ditimbulkan Akibat Depresi....................................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................14

3.1 Kesimpulan...................................................................................................14

3.2 Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, banyak orang yang mengalami stress, kecemasan, galau dan
kegelisahan yang berlarut–larut. Namun, sebagian besar orang berpikir dan
beranggapan bahwa stress dan depresi, bukanlah benar-benar suatu gangguan
mental. Mereka menganggap bahwa depresi adalah sesuatu yang sepele dan bisa
hilang dengan sendirinya, padahal sebenarnya depresi adalah bentuk suatu
gangguan yang lebih dari sekadar perubahan emosi sementara.

Depresi bukanlah kondisi yang bisa diubah dengan cepat atau secara langsung.
Setiap orang pasti mengalami berbagai masalah dan rintangan dalam hidupnya.
Jika seseorang dalam hidupnya mudah putus asa dan tidak kuat menghadapi
masalah hidupnya, orang tersebut bisa mengalami depresi bahkan bisa menjadi
stress. Depresi bukan saja dialami oleh orang dewasa tetapi anak-anak juga bisa
mengalami depresi yang tidak mengenal kelas sosial. Banyak faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi depresi dan terpuruk.

Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri (suicide).
Sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya
lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya. Jumlah penderita depresi
wanita dua kali lebih banyak dari pria, tetapi pria lebih berkecenderungan bunuh
diri. Di Amerika Serikat, 17% orang pernah mengalami depresi pada suatu saat
dalam hidup mereka, dengan jumlah penderita saat ini lebih dari 19 juta orang.
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang
mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang, WHO memprediksikan
bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu gangguan mental yang
banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian
setelah serangan jantung.

3
Berdasarkan data WHO tahun 1980, hamper 20% - 30% dari pasien rumah
sakit di Negara berkembang mengalami gangguan mental emosional seperti
depresi. Depresi dan stress yang dibiarkan berlarut membebani pikiran, dapat
mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang
negatif seperti rasa sedih, benci, putus asa, iri, kecemasan, dan kurang bersyukur
maka sistem kekebalan kita menjadi lemah. Dalam suatu penelitian di amerika, 28
dari 32 orang pasien telah mengalami stres dan kehidupan yang tragis sebelum
terserang penyakit. Stres mental ini mengakibatkan system kekebalan tubuh
menjadi tidak normal. Para doketr di John Hopkin Medical School menemukan
bahwa orang-orang yang emosional dan pemurung cenderung menderita penyakit
yang serius seperti kanker, tekanan darah tinggi, jantung dan berumur pendek.
(Dirgayunita, 2016)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan
dibahas adalah :

1. Apa pengertian dari depresi?


2. Apa gejala dari depresi?
3. Apa penyebab dari depresi?
4. Apa ciri-ciri terjadinya depresi?
5. Apa saja risiko yang ditimbulkan akibat depresi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai bahaya lingkungan depresi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari depresi
2. Untuk mengetahui gejala dari awal mulanya depresi
3. Untuk mengetahui penyebab dari depresi
4. Untuk mengetahui ciri-ciri terjadinya depresi

4
5. Untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan akibat depresi

1.4 Manfaat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai bahaya lingkungan depresi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Depresi


Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan
kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri,
tidak dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), dalam
Gerald C. Davison 2004. Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan
mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental
(berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang
secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan
jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan,
kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya,
perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. Chaplin (2002)
mendefinisikan depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada
kasus patologis.
Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan,
kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya
kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Sedangkan pada
kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi
terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak
mampu dan putus asa. Sedangkan menurut Kartono (2002), depresi adalah
kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis
sifatnya. Biasanya timbul oleh rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri
sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka disebut
melankholi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa depresi
merupakan gangguan emosional atau suasana hati yang buruk yang ditandai
dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah dan

6
tidak berarti. Sehingga seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi motivasi untuk beraktivitas dalam
kehidupan sehari-hari maupun pada hubungan interpersonal. (Dirgayunita, 2016)

2.2 Gejala Depresi


Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala
psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang
minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi
dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH)
dan Diagnostic and Statistical manual IV – Text Revision (DSM IV - TR)
(American Psychiatric Association, 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan
apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu
2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya.
Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut :

a) Gejala Fisik
 Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan
(hipersomnia)
 Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas
hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai
 Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
 Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah
pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
 Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
 Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
 Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
b) Gejala Psikis
 Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus
 Rasa putus asa dan pesimis
 Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak
berguna
 Tidak tenang dan gampang tersinggung

7
 Berpikir ingin mati atau bunuh diri
 Sensitive
 Kehilangan rasa percaya diri
c) Gejala Sosial
 Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri menyendiri,
malas)
 Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
 Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri

2.3 Penyebab Depresi


Beck (1976) mengemukakan bahwa mencela diri sendiri (self deprecating)
dan cara berfikir yang menyimpang (berfikir negatif) merupakan inti dari ciri
depresi orang dewasa. Beck dkk. (dalam Leitenberg dkk., 1986) selanjutnya
menjelaskan sebenarnya ada tujuh kesalahan kognitif (cognitive error) yang
terdapat pada orang yang depresi, yaitu :

a) Overgeneralization yaitu percaya bahwa jika hasil negatif terjadi dalam suatu
kejadian maka hasil negatif tersebut juga akan terjadi pada kejadian yang
sama bahkan untuk kejadian yang belum terjadi

b) Selective abstraction yaitu mengarahkan pemikiran hanya pada hal-hal yang


negatif

c) Assumsing exsessive responsibility atau personal causalitas yaitu


menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab semua kegagalan atau suatu
kejadian negatif

d) Temporal causality atau predicting without sufficient evidence yaitu percaya


bahwa jika sesuatu kejadian buruk terjadi masa lalu, pasti hal tersebut juga
akan terjadi lagi

e) Making self reference yaitu percaya diri sendiri khususnya performance yang
buruk menjadi pusat dari pusat perhatian dari semua orang

f) Castratrophizing yaitu selalu berfikir tentang hal-hal buruk yang akan terjadi

8
g) Thinking dichotomously yaitu melihat sesuatu sebagai sesuai yang ekstrim
(hitam atau putih).

Banyak teori yang menyoroti faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya


depresi. Santrock (2003) menuliskan bahwa faktor-faktor penyebab tersebut
antara lain :

 Penyebab biogenetis dan lingkungan sosial

 Diperolehnya skema kognitif pada masa kanak-kanak terutama berupa


rendahnya penilaian terhadap diri sendiri dan tidak adanya keyakinan
mengenai masa depannya

 Learned helplessness, yaitu munculnya perasaan tidak berdaya yang


disebabkan karena meningkatnya penekanan pada diri sendiri,
kemandirian, dan individualisme serta menurunnya penekanan pada
hubungan dengan orang lain, keluarga dan agama

 Faktor keluarga, seperti memiliki orang tua orang tua yang depresi,
ketidakhadiran orang tua secara emosional, konflik perceraian maupun
masalah ekonomi

 Terbatasnya hubungan dengan teman sebaya atau ketiadaan hubungan


dekat dengan sahabat

 Pengalaman menghadapi perubahan yang sulit, seperti perceraian orang


tua atau pada remaja perpindahan sekolah dari status tingkat rendah ke
status tingkat yang lebih tinggi.

Munoz (Lewinson, dkk., 1981) menemukan suatu korelasi antara perubahan


kognisi dengan depresi. Kognisi yang mengalami distorsi atau kognisi negatif
nampaknya mendahului depresi, dan dalam beberapa hal kognisi itu memberi
pengaruh terhadap kejadian atau peristiwa. Kemungkinan yang terjadi bahwa
depresi merupakan konsekuensi dari kognisi negatif. Mereka lebih mengharapkan
kegagalan dari pada keberhasilan, cenderung menonjolkan dan membesarkan
kegagalan dan mengecilkan arti keberhasilan, suka menyalahkan diri sendiri pada
suatu situasi yang tidak memberikan kesuksesan.(Saputri and Nurrahima, 2020)

9
Baron & Peixoto (Ronen, 1997) juga berpendapat yang serupa bahwa depresi
selalu berhubungan atau selalu dihubungkan dengan elemen-elemen kognisi,
apakah itu dalam bentuk kurangnya aktivitas proses informasi, ataupun dalam
bentuk kurangnya self-control skills, attributional style, self esteem, helplessness
dan hopelessness.

2.4 Ciri-Ciri Depresi


Depresi oleh Kaplan dkk. (1991) dijelaskan sebagai suatu keadaan pada
individu yang ditandai dengan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah,
kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, muncul pikiran tentang
kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lainnya berupa terjadinya perubahan
tingkat aktivitas kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetatif seperti
tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya, dimana
perubahan-perubahan ini hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi
interpersonal, sosial dan pekerjaannya.

Menurut Beck (1985) sumber depresi adalah kognisi negatif. Orang yang
depresi tampak mempunyai pandangan yang negatif mengenai dirinya sendiri,
mengenai dunianya dan mengenai masa depannya. Orang yang depresi menarik
kesimpulan yang salah dan akibat dari menilai negatif dirinya, dunianya dan masa
depannya, sehingga suasana hatinya depresif, kemampuannya lumpuh, menolak
harapan-harapan, mempunyai harapan bunuh diri dan terjadi kenaikan
ketegangannya.

Pada masa kanak-kanak dan remaja orang yang depresif belajar melalui
kehilangan orang tua atau orang yang dicintainya, kejadian-kejadian yang
menyedihkan, penolakan teman sebaya, kritikan gurunya, sikap depresif orang tua
dan munculnya skema negatif, dimana skema negatif ini akan aktif jika situasi
yang baru yang dimasukinya mirip dengan kondisi ketika ia belajar skema
tersebut dan dikuatkan oleh kesalahan-kesalahan yang tidak logis dan ini
mengakibatkan kerusakan realitas. Skema negatif tentang diri sendiri selalu
mengingatkan pada ketidak-berhargaan dirinya, menyalahkan diri sendiri yang
disebabkan penarikan kesimpulan yang semaunya, abstraksi-selektif, generalisasi

10
yang berlebih-lebihan, membesar-besarkan dan meremehkan (Davidson & Neale,
2002).

Beck (1985) mengklasifikasikan simtom-simtom depresi dalam empat


kelompok yaitu :

1. Emosional diartikan sebagai perubahan pada perasaan penderita atau pada


perilaku luar yang disebabkan perasannya, manifestasinya berupa kesedihan,
berkurang bahkan hilangnya kesenangan, apatis, berkurang bahkan hilangnya
perasaan cinta terhadap orang lain, kecemasan, hilangnya respon terhadap
kegembiraan.

2. Simtom kognitif mengandung tiga bagian yang berbeda. Bagian pertama


sikap penderita yang menyimpang terhadap diri, pengalaman dan masa
depannya. Simtom ini termasuk menilai jelek diri sediri, distorsi citra tubuh
dan harapan negatif. Bagian kedua adalah penimpaan kesalahan kepada diri
sendiri. Penderita menyakini bahwa dirinya adalah sumber berbagai
permasalahan. Bagian ketiga ditandai dengan ketidakmampuan penderita
dalam mengambil keputusan.

3. Simtom motivasional diartikan dengan tidak adanya keinginan untuk


melakukan berbagai aktivitas seperti makan dan minum obat, timbunya hasrat
untuk mati dan meningkatnya ketergantungan pada orang lain.

4. Simtom perilaku dan vegetatif merupakan refleksi dari simtom-simtom


diatas, meliputi gangguan tidur, kepasifan seperti tiduran selama berjam-jam,
menarik diri dari hubungan dengan orang lain, retardasi dan agitasi pada
perilakunya, gangguan nafsu makan/ anoreksia, gangguan aktivitas seksual.

Beck (1985) menghubungkan tingkat keparahan depresi dengan simtom-


simtom sebagai berikut :

1. Menurunnya Selera Makan

Tahap ringan muncul berupa ketidak-inginan individu untuk makan, tahap


sedang ditandai dengan benar-benar hilangnya selera makan dan individu
lupa makan tanpa disadarinya, berat individu harus memaksa diri sendiri atau

11
dipaksa orang lain untuk makan (beberapa kasus menunjukan kebalikannya,
individu makan berlebihan).

2. Gangguan Tidur

Tahap ringan ditandai apabila individu tidur dengan jumlah jam yang lebih
banyak dari biasanya dan individu menyadarinya. Beberapa kasus
menunjukan kebalikannya, penderita bangun tidur lebih awal beberapa menit
sampai setengah jam dari biasanya. Tahap sedang ditandai apabila individu
bangun satu atau dua jam lebih awal dari biasanya. Tahap berat ditandai
apabila individu hanya tidur sekitar empat atau lima jam, mengalami
kesulitan untuk tidur kembali, sedangkan pada beberapa kasus individu tidak
dapat tidur sama sekali dimalam hari.

3. Hilangnya Gairah Seksual


Individu pada tahap ringan akan mengalami penurunan dalam merespon
stimulus seksual, pada tahap sedang tidak memiliki hasrat seksual spontan
dan pada tahap berat individu benar-benar tidak memiliki respon terhadap
stimulus seksual.
4. Timbulnya Kelelahan
Pada tahap ringan individu merasa cepat lelah dibanding dari biasanya, tahap
sedang penderita akan merasakan lelah saat bangun tidur pagi hari dan tidak
dapat diringankan dengan usaha-usaha seperti relaksasi, istirahat atau
rekreasi, pada tahap berat individu merasa terlalu lelah untuk melakukan
apapun. Dengan pemberian dorongan dari luar individu kadangkala mampu
mengerjakan tugas, tanpa dorongan dari luar individu tidak mampu
memobilisasi energi untuk mengerjakan tugas-tugas ringan sekalipun,
mengeluh bahwa ia tidak memiliki energi, bahkan untuk mengangkat tangan
sekalipun. (Sulistyorini and Sabarisman, 2017)

2.5 Risiko yang Ditimbulkan Akibat Depresi


1) Bunuh Diri. Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian,
ketidakberdayaan dan putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan
membunuh dirinya sendiri.

12
2) Gangguan Tidur. Insomnia ataupun hypersomnia, Gangguan tidur dan
depresi biasanya cenderung muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari
orang yang menderita depresi mengalami insomnia atau kesulitan untuk
tidur. !5 % mengalami depresi dengan tidur yang berlebihan. Kesulitan
tidur dianggap sebagai gejala gangguan mood.
3) Gangguan Interpersonal Individu yang mengalami depresi cenderung
mudah tersinggung, sedih yang berkepanjangan sehingga cenderung
menarik diri dan menjauhkan diri dari orang lain. Terkadang menyalahkan
orang lain. Hal ini menyebabkan hubungan dengan orang lain maupun
lingkungan sekitar menjadi tidak baik.
4) Gangguan dalam pekerjaan. Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat
atau penderita sendiri yang mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun
sekolah. Orang yang menderita depresi cenderung memiliki motivasi yang
menurun untuk melakukan aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam
kehidupan sehari-hari.
5) Gangguan pola makan. Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan
atau sebaliknya gangguan pola makan juga dapat menyebabkan depresi.
Pada penderita depresi terdapat dua kecenderungan umum menegenai pola
makan yang secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu :
a. Tidak selera makan
b. Keinginan makan-makanan yang manis bertambah
6) Perilaku-perilaku merusak. Beberapa orang yang menderita depresi
memiliki perilaku yang merusak seperti, agresivitas dan kekerasan,
menggunakan obat-obatan terlarang dan alkhohol, serta perilaku merokok
yang berlebihan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Depresi adalah gangguan emosional atau suasana hati yangburuk yang
ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah
dan tidak berarti. Sehingga seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi motivasi untuk beraktivitas dalam
kehidupan sehari-hari maupun pada hubungan interpersonal. Individu yang
mengalami depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik, gejala psikis, dan
gejala sosial yang khas. Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa factor, yaitu
faktor biologi, faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga
faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Depresi merupakan gangguan emosional yang ditandai dengan perasaan
tertekan, perasaan bersalah, kesedihan, kehilangan minat, dan menarik diri dari
orang lain yang dapat berpengaruh pada hubungan interpersonal.Seseorang yang
mengalami depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik, psikis dan gejala
sosial yang khas, seperti murung, sedih, sensitif, gelisah, mudah marah atau kesal,
kurang bergairah, kurang percaya diri, hilang konsentrasi, bahkan bisa kehilangan
daya tahan tubuh pada seseorang yang mengalaminya.
Seseorang bisa dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun,
berpikir sangat lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang
mengalami depresi memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri,
terhadap masa depan dan dunianya, pemikiran tidak sesuai lagi dengan realitas,
tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.juga
ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang
pendek dengan segera diatasi dan atau mendapat pertolongan dari profesioanal di
bidangnya. Namun depresi akan menjadi gangguan mental parah bahkan menjadi

14
penyakit jiwa jika yang bersangkutan tidak segera mendapatkan pertolongan baik
secara medis maupun psikologis atau akan terjadi bunuh diri.

3.2 Saran
Sebagai solusi untuk mengatasi depresi terhadap seseorang, oleh karena itu
sebaiknya dan penting bagi kita untuk waspada terhadap gangguan yang satu ini.
Deteksi awal untuk mengetahui apakah kita sedang mengalami depresi atau tidak,
salah satunya dengan melakukan tes Beck Depression Inventory (BDI)

Beck Depression Inventory 2 adalah sebuah alat untuk mengukur status


tingkat depresi yang berupa 21 butir penyataan. Hasil yang mungkin keluar dari
alat ini antara lain adalah: Normal, Gangguan Mood Ringan, Depresi Klinis
Ringan, Depresi Klinis Sedang, dan Depresi Klinis Berat. Untuk yang hasilnya
normal dan gangguan mood ringan, tidak diperlukan penanganan khusus,
sedangkan untuk penderita depresi klinis di tingkat apapun, disarankan untuk
berkonsultasi dengan psikolog terdekat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dirgayunita, A. (2016) ‘Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya’, Journal An-


Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 1(1), pp. 1–14. doi:10.33367/psi.v1i1.235.

Saputri, I.A. and Nurrahima, A. (2020) ‘Faktor- Faktor yang Mempengaruhi


Depresi Anak Usia Sekolah: Kajian Literatur’, Holistic Nursing and Health
Science, 3(2), pp. 50–58. doi:10.14710/hnhs.3.2.2020.50-58.

Sulistyorini, W. and Sabarisman, M. (2017) ‘Depresi : Suatu Tinjauan Psikologis’,


Sosio Informa, 3(2), pp. 153–164. doi:10.33007/inf.v3i2.939.

16

Anda mungkin juga menyukai