Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA LANSIA DENGAN MASALAH


DEPRESI

DOSEN PENGAMPU : Ns. Abdurrahman Hamid, M.Kep, Sp. Kep. Kom

KELOMPOK II

Putri Ramadhina 17031005


Siti Yanrista 17031014
Andri Setiawan 17031019
Hulia Rahmatul Husna 17031025
Ega Yunia 17031030
Ronaldo Liano 17031035
Restika Zulina 17031042

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi
tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang ” Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia
Dengan Masalah Depresi” Semoga dengan makalah yang kami susun ini, kita sebagai mahasiswa
dapat menambah dan memperluas pengetahuan.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka
dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari ibu selaku dosen pembimbing kami serta
temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah
menjadi benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 10 April 2020

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.2 TUJUAN............................................................................................................2
1.2.1 Tujuan umunm................................................................................................2
1.2.2 Tujuan khusus.................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI DEPRESI..........................................................................................3
2.2 KLASIFIKASI DEPRESI..................................................................................4
2.3 ETIOLOGI DEPRESI........................................................................................4
2.4 GEJALA DEPRESI PADA LANSIA................................................................4
2.5 DETEKSI DINI DEPRESI PADA LANSIA.....................................................5
2.6 SINDROM KLINIS YANG TIMBUL PADA LANSIA..................................6
2.7 DAMPAK DEPRESI.........................................................................................7
2.8 SKALA PENGUKURAN DEPRESI PADA LANJUT USIA..........................9
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS..............................................................................................................15
3.2 PENGKAJIAN..................................................................................................15
3.3 ANALISA DATA..............................................................................................16
3.4 DIAGNOSA......................................................................................................16
3.5 INTERVENSI....................................................................................................17
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
BAB IV PENUTUP
3.1 KESIMPULAN..................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah
tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi
sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik seperti insomnia dan
berkurangnya napsu makan. Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia karena
dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh lanjut
usia. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperbaiki
dan meningkatkan kualitas hidup bagi lanjut usia (Dewi, 2014).
Menurut WHO (2013), depresi merupakan gangguan psikologis terbesar ketiga yang
diperkirakan terjadi pada 5% penduduk di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Pracheth
dkk (2013) di India, memberikan hasil dari 218 lanjut usia yang diteliti, terdapat 64 orang
(29,36%) yang mengalami depresi. Di Indonesia, belum ada penelitian yang menyebutkan
secara pasti tentang jumlah prevalensi lanjut usia yang mengalami depresi. Namun
peningkatan jumlah penderita depresi dapat diamati bertambah dari waktu ke waktu melalui
peningkatan jumlah kunjungan pasien yang berobat ke pelayanan kesehatan maupun
peningkatan obat psikofarmaka yang diresepkan oleh dokter (Hawari, 2013). Diperkirakan
dari jumlah lanjut usia di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 24 juta jiwa, 5% mengalami
depresi. Akan meningkat 13,5% pada lanjut usia yang memiliki penyakit kronis dan dirawat
inap. Prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil meta analisis dari
laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah
13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6. Adapun prevalensi depresi pada
lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45 persen.
Perempuan lebih banyak menderita depresi (Anonim, 2009).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas.
Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan kronis,
gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga tampil
dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor
pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stres kronis, penggunaan
obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor resiko
vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu
tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Anonim, 2009).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami, dan memberikan asuhan keperawatan komunitas
kepada lansia dengan masalah depresi
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui konsep depresi pada lansia
2. Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan depresi pada lansia
3. Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas pada lansia di
panti jompo T
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Defenisi Depresi


Depresi adalah gangguan mental yang umum yang menyajikan dengan mood depresi,
kehilangan minat atau kesenangan,perasaan bersalah rendah diri, tidur terganggu atau nafsu
makan, energi rendah dan hiang konsentrasi.masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang
dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung
jawab sehari-harinya (WHO,2011).
Depresi adalah gangguan mood,kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental berfikir, perasaan, aktivitas) seorang yang ditandai fikiran negative
pada diri, suasana hati menurun, hilang minat atau motivasi, fikiran lambat serta aktifitas
menurun ( Keliat,2011).

2.2 Klasifikasi Depresi


Depresi dapat dibagi dalam 3 macam (Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan)
1. Depresi reaktif / eksogeneus
Adalah depresi yang dimulai dengan mendadak dan adanya kejadian pencetus. Klien
mengetahui mengapa dia mengalami depresi
2. Gangguan afektif unipolar / depresi primer / endogenous
Adalah depresi yang ditandai dengan hilangnya minat dalam pekerjaan dan rumah ,
ketidakmampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan depresi yang dalam (disforia).
Depresi primer ini dapat bersifat primer (tidak berhubungan dengan masalah kesehatan
lain) atau sekunder akibat suatu masalah kesehatan seperti gangguan fisik atau psikiatrik
atau pemakaian obat.
3. Gangguan afektif bipolar
Adalah gabungan antara 2 mood yaitu antara maniak (euphoria) dan depresi (disforia).

2.3 Etiologi Depresi


Banyak faktor yang menyebabkan depresi diantaranya yaitu faktor biologi,faktor
psikologis, dan faktor sosial. Faktor sosial adalah berkurangnya intraksi sosial, ksepian,
berkabung, kesedihan, dan kemiskinan. Faktor biologis dapat berupa rasa rendah diri, kurang
rasa keakraban dan menderita penyakit fifik, sedangkan faktor biologi yaitu hilangnya
sejumlah neurotransmitter di otak, resiko genetic maupun adanya penyakit fisik (Titik,2015)
Penyebab depresi terbagi menjadi beberapa aspek menurut Beck dalam (Widyarso,2013)
yaitu :
1. Aspek yang manifestasikan secara emosional
a. Perasaan kesal atau patah hati
b. Perasaan negatif pada diri sendiri
c. Hilangnya rasa puas
d. Hilangnya ketterlibatan emosi
e. Kecendrungan untuk menangis diluar kemauan
f. Hilangnya respon terhadap humor
2. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara koognitif
a. Rendahnya evaluasi diri
b. Citra tubuh yang terdistori
c. Harapan yang negatif

2.4 Gejala Depresi Pada Lansia


Gejala – gejala Depresi pada lansia adalah :
1. Afektif
Merasa sedih, cemas, apatis, murung, perasaan ditolak/bersalah, merasa tidak berdaya,
putus asa, merasa sendirian, rendah diri, tidak berharga, cemas, penurunan keinginan
seksual
2. Kognitif
Konsentrasi dan perhatian berkurang, paranoid, agitasi, fokus pada kejadian lalu,
menyalahkan diri sendiri, menganggap diri tidak berguna, pandangan masa depan yang
suram/kabur, berpikir untuk membahayakn diri/bunuh diri.
3. Perilaku
Kesulitan dalam ADL, perubahan pola tidur (biasanya insomnia), menarik diri, isolasi
social, harga diri dan kepercayaan berkurang, penurunan nafsu makan, iritabel (mudah
marah).
4. Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, berkurangnya
energi, mudah lelah, lemah, lesu, insomnia, pusing, mulut kering.

2.5 Deteksi Dini Kemungkinan Depresi Pada Lansia


a. Usia lanjut dengan penyakit Degeneratif
b. Usia lanjut yang mengalami perawatan yang lama di RS
c. Usia lanjut dengan keluhan somatis kronis dan Dokter Shoping
d. Usia lanjut dengan Imobilisasi yang berkepanjangan
e. Usia lanjut dengan Isolasi social
f. Usia lanjut dengan social ekonomi yang lemah
g. Usia lanjut yang kehilangan dukungan sosial

2.6 Sindrom Klinis Tertentu Yang Dapat Timbul Pada Lansia (DEPKES 2001)
a. Depresi Agitatif
Ditandai dengan peningkatan aktifitas, mondar mndir, mengejar ngejar orang dan terus
menerus meremas remas tangan
b. Depresi dan Anxietas
Gangguan cemas menyeluruh dan fobia
c. Depresi terselubung
Tidak muncul gejala atau mood depresi
d. Somatisasi
Gejala somatik dapat menyembunyika gejala yang sesungguhnya dan dapat memperberat
dengan adanya depresi
e. Pseudo Dimensia
Pasien depresi yang menunjukan gejala ganggua memori yang bermakna seperti dimensia
f. Depresi sekunder pada dimensia
Depresi yang terjadi pada stadium awal dimensia
2.7 Dampak Depresi Pada Lansia
Pada usia lanjut depresi yang bediri sendiri maupun yang bersamaan dengan pada
penyakit lain hendaknya ditangan dengan sungguh-sungguh ,karena apabila tidak dioobati
Dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.Pada depresi dapat
dijumpai hal-hal seperti dibawah ini (Mudjaddid,2003)
a. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler
b. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk penyakit
kardiovaskuler (misalnya, peningkatan hormon adrenokortikotropin akan
meningkatkan kadar kortisol).
c. Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan efek
trombogenesis.
d. Perubahan suasana hati berhubungan dengan gangguan respon imunitas termasuk
perubahan fungsi limfosit dan penuruna jumlah fungsi limfosit.
e. Pada depresi berat terdapat penurunan efektivitas sel natural killer
f. Pasien depresi menunjukan kepatuhan yang butuk pada program pengobatan maupun
rehabilitas.

2.8 Skala Pengukuran Depresi Pada Lanjut Usia


Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap lingkungannya.
Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala yang
termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan pengkajian dengan alat
pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang
untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk
diinterprestasikan diberbagai tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis
adalah Geriatric Depression Scale (GDS). 
Alat ini diperkenalkan oleh Yesavagepada tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut
usia, dan memiliki keunggulan mudah digunakan dan tidak memerlukan keterampilan khusus
dari pengguna. Instrument GDS ini memiliki sensitivitas 84 % danspecificity 95 %. Tes
reliabilitas alat ini correlates significantly of 0,85 (Burns, 1999). Alat ini terdiri dari 30 poin
pertanyaan dibuat sebagai alat penapisan depresi pada lansia.
GDS menggunakan format laporan sederhana yang diisi sendiri dengan menjawab “ya”
atau “tidak” setiap pertanyaan, yang memrlukan waktu sekitar 5-10 menit untuk
menyelesaikannya. GDS merupakan alat psikomotorik dan tidak mencakup hal-hal somatik
yang tidak berhubungan dengan pengukuran mood lainnya. Skor 0-10 menunjukkan tidak
ada depresi, nilai 11-20 menunjukkan depresi ringan dan skor 21-30 termasuk depresi
sedang/berat yang membutuhkan rujukan guna mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap
depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya merupakan alat penapisan.

2.9 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala karakteristik
yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi.
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric
depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atauapatis?
4) lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja atau yang
sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi
pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga yang
lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas (catat
hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberiasuhan tentang
dirinya sendiri.

2. Mengkaji Klien Lansia Dengan Depresi


a. Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia
Untuk melakukan pengkajian pada lansiadengan depresi, pertama-tama saudara harus
membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.
Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi/siang/sore/malam atau
sesuai dengan konteks agama pasien.
2) Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan
bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
3) Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
4) Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
5) Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.
6) Bersikap empati dengan cara:
a) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan
perhatian
b) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
c) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
d) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.

b. Mengkaji pasien lansia dengan depresi


Untuk mengkaji pasien lansia dengan depresi, saudara dapat menggunakan tehnik
mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya.
Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data objektif depresi. Ketika
mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
1) Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor (kebersihan diri
kurang)
2) Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung, lesu, lemah,
komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat yaitu apakah lansia
mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai,
apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri. Bila data tersebut saudara peroleh, data
subjektif didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan skala depresi pada lansia
(Depresion Geriatric Scale).

3. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada, anoreksia,
sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa
putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
5)  Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu,
tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien
suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak
suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan
keterbelakangan psikomotor.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
b. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
c. Ketidakberdayaan
d. Risiko bunuh diri
e. Gangguan pola tidur

5. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptive
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam lansia merasa tidak
stres dan depresi.
Kriteria Hasil:
1) Klien dapat meningkatkan harga diri
2) Klien dapat menggunakan dukungan social
3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi Membangun motivasi pada lansia
keputusasaannya.
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu Individu lebih percaya diri
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:Menumbuhkan semangat hidup lansia
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untukKlien dapat menggunakan dukungan sosial
diselesaikan).
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individuLansia tidak merasa sendiri
(orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masaMeningkatkan nilai spiritual lansia
lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: konseling pemukaUntuk menangani klien secara cepat dan tepat
agama).
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek danKlien dapat menggunakan obat dengan benar
efek samping minum obat). dan tepat
Untuk memberi pemahaman kepada lansia
tentang obat
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benarPrinsip 5 benar dapat memaksimalkan fungsi
pasien, obat, dosis, cara, waktu). obat secara efektif
9 Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yangMenambah pengetahuan lansia tentang efek-
dirasakan. efek samping obat.
10 Beri reinforcement positif bila menggunakan obat denganLansia merasa dirinya lebih berharga
benar.

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang
tidak adekuat akibat penurunan nafsu makan
Tujuan: Tidak ada gangguan kebutuhan nutrisi pada klien
Kriteria hasil:
1) Nafsu makan meningkat
2) Tidak ada mual dan muntah
No   Intervensi Rasional
1 Observasi porsi makanan yang telah di habiskan. Mengkaji intake makanan yang telah di habiskan.
2 Anjurkan makanan sedikit-sedikit tapi sering Menghindari mual dan muntah
3 Berikan makanan selagi hangat Memberikan makanan hangat dan lunak tidak
menyebabkan mual dan muntah.
4 Hindari makanan pantangan bagi klien. Menghindari komplikasi penyakit
5 Kolaborasi dengan dokter dengan pemberianMenghilangkan atau mengurangi keluhan pasien
terapi

c. Resiko Bunuh Diri berhubungan dengan depresi


Tujuan:
1) Klien tidak membahayakan dirinya sendiri
2) Pasien mempunyai alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif.
Kriteria hasil:
1) Mampu mengungkapkan ide bunuh diri
2) Mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri
3) Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif
No Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang ide-ide bunuh diri Menggali ide dalam pikiran klien tentang bunuh
diri
2 Buat kontrak dengan pasien untuk tidak melakukanMeminimalkan resiko pasien bunuh diri
bunuh diri
3 Bantu pasien mengenali perasaan yang menjadiMenggali perasaan pasien tentang penyebab
penyebab timbulnya ide bunuh diri bunuh diri
4 Ajarkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalahMembantu pasien  dalam membentuk koping
yang konstruktif adaptif
5 Bantu pasien untuk memilih cara yang paling tepat Meringankan masalah pasien
untuk menyelesaikan masalah secara konstruktif.
6 Beri pujian terhadap pilihan yang telah dibuat pasienPujian dapat menyenangkan perasaan pasien
dengan tepat.

Tindakan pada Keluarga


Tujuannya agar keluarga mampu:
1) Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pasie
2) Menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh diri
3) Membantu pasien menggunakan cara penyelesaian masalah yang konstruktif
Tindakan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku klien saat muncul ide bunuh
diri
2) Diskusikan tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada pasien:
a) Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien, singkirkan semua benda-benda yang
memiliki potensi untuk membahayakan klien (benda tajam, tali pengikat, ikat
pinggang, dan benda-benda lain yang terbuat dari kaca)
b) Antisipasi penyebab yang dapat membuat pasien bunuh diri
c) Lakukan pengawasan secara terus menerus
d) Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama klien
e) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien dalam
menyelesaikan masalah
f) Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan koping positif dalam
menyelesaikan masalah
g) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap penggunaan koping positif yang
telah digunakan oleh klien.
d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan
Tujuan:
1) Klien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur
2) Klien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Kriteria Hasil:
1) Klien mampu memahami faktor penyebab gangguan pola tidur.
2) Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau mengoreksi
penyebab tidur tidak adekuat.
3) Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun).
4) Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

No Intervensi Rasional
1 Bersama klien mengidentifikasi gangguan pola tidur Untuk mengetahui apa saja penyebab gangguan pola
tidur pada pasien
2 Diskusikan cara-cara utuk memenuhi kebutuhan tidurMempermudah pasien untuk memperoleh
(Minum air hangat atau susu hangat sebelum tidur, kebutuhan tidur yang baik
hindarkan minum yang mengandung kafein dan coca
cola, dengarkan musik yang lembut sebelum
tidur)
3 Anjurkan pasien untuk memilih cara yang sesuaiCara-cara yang sesuai dapat mempermudah pasien
dengan kebutuhannya
4 Berikan lingkungan yang nyaman untukAgar pasien dapat kualitas tidur yang baik
meningkatkan tidur.

Tindakan untuk Keluarga


Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan pola tidur
2) Keluarga dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur
Tindakan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola tidur pada pasien
2) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk memfasilitasi
agar pasien dapat tidur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Kelurahan Marpoyan damai, terdapat panti jompo T. Terdaftar ada 90 Lansia dengan
rincian wanita 71 orang (78,9%) dan jumlah laki laki 19 orang (21,1%). Rata rata lansia yang
berada disini memiliki penyakit Demensia, Depresi, Alzheimer. Keluhan penyakit yang
sering ditemukan adalah Depresi. Dari hasil wawancara lansia ini menderita depresi karena
tidak ada keluaraga yang datang menjenguknya ke panti jompo dan merasa terbuang, tidak
diperhatikan lagi oleh keluarga. Lansia ini jarang memeriksa kesehatannya, Lansia yang
menderita depresi sebagian besar lansia jarang menceritakan masalahnya kepada teman
sebaya yang dekat dengannya, ada juga yang hanya diam saja, dan tidak mengalihkan
masalah dengan kegiatan lain. Para lansia kurang mendapatkan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan kesehatannya sehingga mereka jarang memperdulikan keadaannya dan
memeriksakan kesehatannya. Para lansia yang mengalami depresi jarang mengibur diri
dengan berkumpul bersama teman, para lansia yang depresi sering melamun dan menangis
pada malam hari.

3.2 Pengkajian
1. Data inti
a. Sejarah :
Sebagian besar lansia di panti jompo T kelurahan marpoyan damai sudah lama tinggal
di daerah Pekanbaru karena keluarga besar bertempat tinggal di Pekanbaru juga
b. Demografi :
Terdaftar ada 90 Lansia dengan rincian wanita 71 orang (78,9%) dan jumlah laki laki
19 orang (21,1%).
c. Etnisitas:
Kelompok budaya yaitu jawa, batak, minang
d. Nilai, kepercayaan dan agama :
Nilai yang mereka anut adalah kebersamaan dan keyakinan yang mereka anut yang
terdiri dari agama islam dan kristen
2. Data subsistem
1. Lingkungan fisik
Di sekitar panti jompo terdapat perumahan tipe permanen. Hasil wawancara dengan
para lansia di panti jompo T tidak ada organisasi atau kegiatan tertentu di panti tetapi
para lansia perempuan selalu membuat kerajinan tangan untuk mengisi waktu luang
dan setiap malam diadakan sholat berjamaah dan makan malam bersama
2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial.
Sarana kesehatan di panti jompo T berupa Puskesmas
3. Ekonomi
Dari hasil wawancara di dapatkan hasil lansia perempuan di panti jompo T selalu
membuat kerajinan tangan untuk mengisi waktu luang
4. Keamanan dan Transportasi
Keamanan di panti jompo T sangat terjaga karena selama di panti tidak ada barang
lansia yang hilang. Transportasi yang digunakan para lansia adalah transportasi
umum jika ingin bepergian, tetapi umumnya para lansia di panti jompo T tidak pernah
bepergian keluar panti
5. Politik dan pemerintahan
Tidak terkaji
6. Sistem Komunikasi
Sebagian besar lansia menceritakan masalahnya kepada teman sebaya yang dekat
dengannya, ada juga yang hanya diam saja, dan mengalihkan masalah dengan
kegiatan kegiatan lain.
7. Pendidikan
Para lansia kurang mendapatkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
kesehatannya sehingga mereka jarang memperdulikan keadaannya dan memeriksakan
kesehatannya
8. Rekreasi
Para lansia yang menderita depresi jarang mengibur diri dengan berkumpul bersama
teman ditaman yang tersedia di panti jompo T
3.3 Analisa Data
Dari hasil wawancara dan juga observasi di dapatkan :
a. 25 % lansia saat ini berada di usia diatas 75 tahun
b. 50% lansia ini sudah ditinggal menikah oleh pasangannya
c. 55% lansia tidak pernah memeriksakan kesehatannya secara teratur
d. 40 % lansia hanya menghabiskan waktu dengan duduk di depan ruangan sepanjang hari
e. 8 dari 10 lansia tidak mempunyai latihan fisik yang teratur, terjadwal dan konsisten

3.4 Diagnosa Keperawatan


Ketidakefektifan koping

3.5 Intervensi
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan koping Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
Sosial support Dukungan kelompok
Indikator: 1. Manfaatkan dukungan teman
1. Mengidentifikasi pola koping yang sebaya dalam membantu
efektif (3 5) mengubah perilaku
2. Mengungkapkan secara verbal 2. Pertahankan suasana positif
tentang kopIng yang efektif (35) untuk mendukung perubahan
3. Mengatakan penurunan stres (35) gaya hidup
4. Klien mengatakan telah menerima 3. Tekankan pentingnya koping
tentang keadaannya (35) yang efektif
5. Mampu mengidentifikasi strategi
tentang koping (35)
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gangguan depresi merupakan salah satu gangguan mental-emosional yang cukup sering
dijumpai pada orang usia lanjut.Deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi
sangatlah penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup bagi lanjut usia.
Karena depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia karena dianggap sebagai akibat
dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh lanjut usia. Depresi pada lansia
dapat menyebakan meningkatnya angka kematian pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler, Perubahan suasana hati berhubungan dengan gangguan respon imunitas
termasuk perubahan fungsi limfosit dan penuruna jumlah fungsi limfosit, Pada depresi berat
terdapat penurunan efektivitas sel natural killer, Pasien depresi menunjukan kepatuhan yang
butuk pada program pengobatan maupun rehabilitas.
Pada kasus diatas setelah dilakukan nya pengkajian di panti jompo T, dengan data 25 %
lansia saat ini berada di usia diatas 75 tahun, 50% lansia ini sudah ditinggal menikah oleh
pasangannya, 55% lansia tidak pernah memeriksakan kesehatannya secara teratur, 40 %
lansia hanya menghabiskan waktu dengan duduk di depan ruangan sepanjang hari, 8 dari 10
lansia tidak mempunyai latihan fisik yang teratur, terjadwal dan konsisten didapatkan
diagnosa Ketidakefektifan koping
DAFTAR PUSTAKA

Apriani Idris Baiq Nurainun.2019.Penangan Depresi Melalui Pendekatan Motivational


Interviwieng.Lombok NTB: Pustaka Bangsa
Hawari ,Dalang .(2013). Stress cemas dan Depresi. Jakarta : FK UI
Namura Lumongga Lubis,M.(2016). DEPRESI TINJAUAN PSIKOLOGIS.
Jakarta : KENCANA

Anda mungkin juga menyukai