Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ Gangguan Jiwa ”

Oleh :

Siti Annisa Cahya

23314205035

Dosen pengampu: TRI BUDIARTI,S.K.M.K.M

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDAN

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rahmat


dan hidayah nya sehingga makalah mengenai “Gangguan Jiwa” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Saya mengucapkan terimakasih pada sumber
yang telah saya pakai sebagai data dan fakta makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut,dan tidak semua hal dapat saya deskripsikan dengan
sempurna. Oleh karena itu,saya mengharapkan saran dari pembaca yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Saya harap semoga pembahasan
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan dan pendidikan serta
masyarakat umum, agar dapat mendefinisikan penyakit Gangguan Jiwa dengan
baik serta mengetahui pencegahan dan pengobatan jika nanti adanya kemunculan
penyakit ini.

Medan, Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

A. Gangguan Jiwa
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I .....................................................................................................

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................... 3
BAB II PEMBAHAS .......................................................................... 3

a..........................................................................................
b ...................................................................................................
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gangguan jiwa atau gangguan mental adalah suatu kondisi kesehatan
yang memengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, atau interaksi sosial
seseorang. Gangguan ini dapat menghambat fungsi sehari-hari individu,
memengaruhi produktivitas, dan memengaruhi kualitas hidup secara
keseluruhan. Fenomena gangguan jiwa menjadi semakin penting dalam
konteks kesehatan global, mengingat dampaknya yang luas terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat.
Gangguan jiwa memiliki prevalensi yang signifikan di seluruh dunia.
Menurut World Health Organization (WHO 2010), setidaknya satu dari
empat orang akan mengalami gangguan jiwa selama hidupnya. Angka ini
menunjukkan bahwa gangguan jiwa bukanlah fenomena yang jarang,
melainkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Meskipun gangguan jiwa semakin dikenali sebagai bagian integral
dari kesehatan manusia, stigma sosial masih seringkali menjadi hambatan
utama dalam upaya pengobatan dan dukungan. Stigma ini dapat
mengakibatkan penundaan diagnosis, pengobatan yang tidak memadai, dan
isolasi sosial bagi individu yang mengalami gangguan jiwa.Gangguan jiwa
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetika, lingkungan,
trauma, dan ketidakseimbangan kimia otak. Pemahaman tentang faktor-
faktor ini menjadi kunci dalam mengembangkan pendekatan holistik
terhadap pencegahan dan pengobatan gangguan jiwa.
Mengingat dampak yang luas dari gangguan jiwa, upaya pencegahan
dan edukasi menjadi krusial. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan mental, deteksi dini gangguan jiwa, dan pemberian dukungan
yang memadai dapat membantu mengurangi beban yang terkait dengan
gangguan jiwa. Asmedi (2012), mengungkapkan di Indonesia gangguan

1
jiwa menimbulkan kerugian ekonomi mencapai Rp 20 triliun, akibat
hilangnya produktivitas, beban ekonomi dan biaya perawatan kesehatan
yang harus ditanggung keluarga dan negara. Klien gangguan jiwa tidak
hanya membutuhkan dukungan ekonomi saja tetapi juga memerlukan
sistem dukungan sosial yang mencakup dukungan emosional,
informasional, instrumental dan penilaian/penghargaan untuk menjalani
program pemulihan (recovery) dan menghadapi stigma di masyarakat.
Untuk itu diperlukan mengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor
penyebab gangguan jiwa dan upaya pencegahannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Gangguan Jiwa ?
2. Apa saja manifestasi klinis dari Gangguan Jiwa?
3. Bagaimana mendiagnosa Gangguan Jiwa?
4. Apa saja pencegahan dan pengobatan Gangguan Jiwa?
5. Apa saja Penggolongan Gangguan Jiwa ?
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembahasan penyakit Gangguan Jiwa dalam makalah
ini adalah untuk mengetahui lebih dalam apa itu penyakit Gangguan Jiwa
bagi masyarakat umum atau dalam dunia kesehatan ,serta bagaimana cara
penanggulangannya dan pengobatannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) :
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa
atau mental illnes adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang
karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang
kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri (Fajar, 2016).
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan
perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditentukan ketidakwajaran
dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi
kejiwaan. Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih
fungsi jiwa. Ganguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan
panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stres dan penderitaan bagi
penderita dan keluarganya (Stuart, 2007).Gangguan jiwa sesungguhnya sama
dengan gangguan jasmaniah lainnya, hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih
kompleks mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut, hingga yang
tingkat berat berupa sakit jiwa atau lebih kita kenal sebagai gila (Fajar 2016).
2.1. Etiologi
Gangguan jiwa memiliki berbagai macam penyebab. Penyebab
gangguan jiwa dapat bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak
memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena,
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan dan sebagainya. Selain
itu ada pula gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor organik, kelainan
saraf, dan gangguan pada otak (Sutejo, 2017)
Menurut Stuart & Sundeen (1998) gangguan jiwa merupakan suatu
masalah kesehatan yang menyebabkan ketidak mampuan psikologis atau
perilaku yang ditimbulkan akibat dalam menjalankan fungsi sebagai

3
manusia. Gejala gangguan jiwa merupakan hubungan yang kompleks antara
unsur somatik, psikologi, dan sosial budaya. Gangguan jiwa dapat
disebabkan karena ketidak mampuan individu melaksanakan tugas dalam
proses perkembangannya. Gangguan jiwa memiliki etiologi yang kompleks
dan melibatkan interaksi antara beberapa faktor, seperti genetik, biologis,
psikologis, dan lingkungan. Menurut Santrock (2013) dalam Sutejo (2017),
penyebab gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
a. Faktor Biologis/Jasmaniah
1) Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas
dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi
hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan
yang tidak sehat.
2) Jasmaniah
Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seseorang berhubungan
dengan ganggua jiwa tertentu. Misalnya yang bertubuh
gemuk/endoform cenderung menderita psikosa manik depresif,
sedang yang kurus/ectoform cenderung menjadi skizofrenia.
3) Temperamen
Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami
gangguan jiwa.
4) Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker, dan
sebagainya mungkin dapat menyebabkan rasa murung dan sedih.
Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa
rendah diri.
b. Faktor Psikologis
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya. Pemberian kasih
sayang orang tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan

4
menimbulkan rasa cemas dan tekanan serta memiliki kepribadian yang
bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.
c. Faktor Sosio-Kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab
langsung yang dapat menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas
menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian seseorang, misalnya melalui aturan-aturan
kebiasaan yang berlaku dalam.
2.1. Epidemiologi
Gangguan jiwa menunjukkan prevalensi yang tinggi dan
mempengaruhi individu dari berbagai kelas masyarakat dan demografi.
Gangguan jiwa merupakan kondisi kesehatan yang menyebabkan
ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang ditimbulkan akibat dalam
menjalankan fungsi sebagai manusia. Beberapa jenis gangguan jiwa yang
umum terjadi antara lain depresi, gangguan kecemasan, gangguan psikotik,
gangguan suasana hati, dan gangguan makan. Prevalensi gangguan jiwa di
dunia mencapai 450 juta pada tahun 2012, dan terdapat sekitar 35 juta orang
pada tahun 2016. Di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa meningkat dari
tahun ke tahun, dengan jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 121.962
orang pada tahun 2013, 260.247 orang pada tahun 2014, dan 317.504 orang
pada tahun 2015. Gangguan jiwa berhubungan dengan distres atau masalah
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau masalah keluarga.
2.1. Gejala
Nasir & Muhith (2011) menguraikan beberapa tanda dan gejala gangguan
jiwa sebagai berikut :
a. Gangguan Kognitif
Kognitif adalah suatu proses mental di mana seorang individu menyadari dan
mempertahankan hubungan dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam
maupun lingkungan luar (fungsi mengenal).Proses kognitif meliputi

5
beberapa hal, antara lain sensasi dan persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi,
pertimbangan, pikiran, serta kesadaran.
b. Gangguan Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan dan konsentrasi energi, dengan menilai
dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu
rangsangan.
c. Gangguan Ingatan
Ingatan (memori) merupakan suatu kemampuan untuk menyimpan,
mencatat, memproduksi isi, dan tanda-tanda kesadaran.
d. Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan,
atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau
gambaran ingatan respons/konsep lain yang sebelumnya berkaitan
dengannya.
e. Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk
membandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja
dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan
dari suatu aktivitas.
f. Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari
pengetahuan seseorang.
g. Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan
dengan lingkungan, serta dirinya melalui pancaindra dan mengadakan
pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.
h. Gangguan Kemauan
Kemauan adalah suatu proses di mana keinginan-keinginan
dipertimbangkan yanng kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai
mencapai tujuan.
i. Gangguan Emosi dan Afek

6
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh
pada aktivitas tubuh serta menghasilkan sensasi organik dan kinetis.
Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional
seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, bisa
berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologis.Menurut
Suswinarto (2015) Perubahan prilaku pada kestabilan emosi merupakan
tanda seseorang mengalami gangguan jiwa. Perubahan perilaku tersebut
ditandai dengan perilaku menyimpang diantaranya adalah keluyuran,
merusak barang, menyakiti orang, mudah marah dan memendam
perasaan.
j. Gangguan Psikomotor
Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.
2.1. Diagnosa
Diagnosis gangguan jiwa dapat dilakukan melalui berbagai metode,
termasuk pemeriksaan fisik, wawancara, dan penggunaan tes psikologis.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk mengesampingkan masalah fisik
yang dapat menyebabkan gejala gangguan jiwa. Wawancara dengan pasien
dan orang-orang di sekitarnya juga penting untuk memahami gejala yang
dialami pasien. Selain itu, tes psikologis juga dapat digunakan untuk
membantu mendiagnosis gangguan jiwa. Tes-tes ini dapat mencakup tes
kejiwaan, tes kepribadian, dan tes lainnya yang dirancang untuk menilai
fungsi kognitif, emosional, dan perilaku pasien. Diagnosis gangguan jiwa
harus dilakukan oleh profesional kesehatan mental yang berpengalaman,
seperti psikiater atau psikolog.
2.1. Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan dan pengobatan gangguan jiwa merupakan hal yang
penting untuk kesehatan mental seseorang. Pencegahan gangguan jiwa dapat
dilakukan melalui edukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental,
identifikasi dini gejala gangguan jiwa, dan peningkatan akses terhadap
layanan kesehatan mental. Selain itu, lingkungan yang mendukung,

7
dukungan sosial, dan gaya hidup sehat juga dapat membantu mencegah
gangguan jiwa.
Sementara itu, pengobatan gangguan jiwa dapat dilakukan melalui berbagai
metode, termasuk psikoterapi, obat-obatan, dan intervensi lainnya.
Psikoterapi, atau terapi bicara, dapat membantu individu memahami dan
mengatasi masalah emosional dan perilaku mereka. Obat-obatan, seperti
antidepresan, antipsikotik, dan ansiolitik, juga dapat digunakan untuk
mengelola gejala gangguan jiwa. Selain itu, intervensi lainnya, seperti terapi
aktivitas, terapi seni, dan terapi bermain, juga dapat membantu individu
mengelola gejala gangguan jiwa mereka.
2.1. Penggolongan Gangguan Jiwa
Menurut Yosep (2009) penggolongan gangguan jiwa dapat dibedakan
menjadi :
a. Neurosis
Neurosis ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis
dimana tidak ada rangsangan yang spesifik.
b. Psikosis
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang menilai realisitis dengan fantasi dirinya.
Hasilnya, terdapat realitas baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat
pula diartiakan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang
berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut
bukanmerupakan gejala spesifik penyakit yang menyebabkan kecemasan
tersebut (Sutejo, 2017).

8
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Gangguan jiwa merupakan kondisi yang memerlukan perhatian
serius dan penanganan yang tepat. Pencegahan dan pengobatan gangguan
jiwa dapat dilakukan melalui berbagai metode, termasuk edukasi
masyarakat, identifikasi dini gejala, dan peningkatan akses terhadap
layanan kesehatan mental. Penting untuk mencari bantuan dari
profesional kesehatan mental yang berpengalaman untuk diagnosis dan
pengobatan gangguan jiwa.
3.1. SARAN
Setelah membaca makalah ini harapkan meningkatkan
pengetahuan masyarakat terkait tanda, gejala penyakit, serta cara
pencegahan, dan resiko penyakit gangguan jiwa. Pencegahan dan
pengobatan gangguan jiwa dapat dilakukan melalui berbagai metode,
termasuk edukasi masyarakat, identifikasi dini gejala, dan peningkatan
akses terhadap layanan kesehatan mental. Diagnosis dan pengobatan
gangguan jiwa harus dilakukan oleh profesional kesehatan mental yang
berpengalaman, seperti psikiater atau psikolog. Disarankan untuk tidak
menganggap bahwa penderita gangguan jiwa berbahaya dan harus
dijauhi atau bahkan dikucilkan, tetapi justru mereka membutuhkan
dukungan dan kepedulian lingkungan sekitarnya terutama keluarga.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Nasir, Abdul Muhith. 2011. Dasar—Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Asmedi, ed, (2012). Gangguan Jiwa di Indonesia Masih Terabaikan, Kompas 11
Februari 2012
Depkes RI. (2010). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. JAKARTA:
Kementrian Kesehatan RI.Ganguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru
Kurniawan, Fajar. 2016. Gambaran Karakteristik Pada Pasien Gangguan Jiwa
Skizofrenia di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas tahun 2015. Banyumas :
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.Salemba Medika
Stuart, G. W., Laraia, M. T., & Sundeen, S. J. (1998). Stuart & Sundeen's
principles and practice of psychiatric nursing. (No Title).
Suswinarto, D. Y., Andarini, S., & Lestari, R. (2015). Studi Fenomenologi:
Pengalaman Keluarga terhadap Pemasungan dan Lepas Pasung pada
Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantur Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Jurnal Ners
dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 2(2), 176-187.
Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
WHO.2010. Infant mortality. World Health Organization
Yosep, I (2007). Keperawatan Jiwa, Bandung; Refika Aditama.

10

Anda mungkin juga menyukai